• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa studi kasus pada 6 SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Pr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa studi kasus pada 6 SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Pr"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT

TINGGI DAN PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA

Studi Kasus: Pada 6 SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Keuangan, Paket Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman

Endah Prihatin Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan materi rekonsiliasi bank dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; (2) hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan materi rekonsiliasi bank dengan pengembangan karakter siswa.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada 6 SMK Bidang Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Keuangan, Paket Keahlian Akuntansi pada Tahun Ajaran 2014/2015 di Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Oktober 2014 sampai dengan Mei 2015. Populasi penelitian ini berjumlah 822 siswa. Sampel penelitian berjumlah 338 siswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Spearman.

(2)

ix

ABSTRACT

THE RELATION BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION ON THE IMPLEMENTATION OF SCIENTIFIC APPROACH IN LEARNING

FINANCIAL ACCOUNTING LESSON AND STUDENTS’ HIGH THINKING LEVEL AND CHARACTER DEVELOPMENT

A Case Study of Six Private Vocational High Schools Majoring in Management and Business, Finance Program, and Accounting in Sleman

Endah Prihatin Sanata Dharma University

2015

This research aims to discover: (1) the relation between students’ perception on the implementation of scientific approach in financial accounting of bank reconciliation material and students’ high thinking level; (2) the relation between students’ perception on the implementation of scientific approach in learning financial accounting of bank reconciliation material and students’ character development.

This is a study case conducted in six vocational high schools majoring in management and business, finance accounting program and financing expestise program in the academic year of 2014/2015 in Sleman. This research was done from October 2014 up to May 2015. The population of the study were 822 students. The samples were 338 students. The sampling technique of the research was purposive sampling. The data were gathered through questionnaire and interview. The technique of analying the data was Spearman correlation.

(3)

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG IMPLEMENTASI

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN

AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN TINGKAT

KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DAN

PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA

Studi Kasus pada 6 SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Keuangan, Paket Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh : Endah Prihatin NIM : 111334018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG IMPLEMENTASI

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN

AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN TINGKAT

KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DAN

PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA

Studi Kasus pada 6 SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Keuangan, Paket Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh : Endah Prihatin NIM : 111334018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Terima kasih Tuhan telah memberikan rahmat dan kasih yang melimpah serta kemudahan dan kelancaran setiap langkahku dalam mengerjakan karya ini.

Ibu dan keluargaku tercinta,

Ibu Veronika Suharmi yang selalu memberikan semangat dan mendoakanku. Nenek, Kakek dan Kakak-Kakakku yang mendukungku dan mendoakanku.

Sahabat – sahabatku mahasiswa Pendidikan Akuntansi,

Oktin, Diah, Unggul, Dhema, Vita, Rego, Aknes, Ayu, Pacil, Radit, Vio dan teman-teman semua teman-teman Pendidikan Akuntansi 2011.

Terima kasih atas segala dukungan, semangat, bantuan, perhatian dan doa yang kalian berikan kepadaku.

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku,

(8)

v

Motto

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT

TINGGI DAN PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA

Studi Kasus: Pada 6 SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Keuangan, Paket Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman

Endah Prihatin Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan materi rekonsiliasi bank dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; (2) hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan materi rekonsiliasi bank dengan pengembangan karakter siswa.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada 6 SMK Bidang Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Keuangan, Paket Keahlian Akuntansi pada Tahun Ajaran 2014/2015 di Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Oktober 2014 sampai dengan Mei 2015. Populasi penelitian ini berjumlah 822 siswa. Sampel penelitian berjumlah 338 siswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Spearman.

(12)

ix

ABSTRACT

THE RELATION BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION ON THE IMPLEMENTATION OF SCIENTIFIC APPROACH IN LEARNING

FINANCIAL ACCOUNTING LESSON AND STUDENTS’ HIGH THINKING LEVEL AND CHARACTER DEVELOPMENT

A Case Study of Six Private Vocational High Schools Majoring in Management and Business, Finance Program, and Accounting in Sleman

Endah Prihatin Sanata Dharma University

2015

This research aims to discover: (1) the relation between students’ perception on the implementation of scientific approach in financial accounting of bank reconciliation material and students’ high thinking level; (2) the relation between students’ perception on the implementation of scientific approach in learning financial accounting of bank reconciliation material and students’ character development.

This is a study case conducted in six vocational high schools majoring in management and business, finance accounting program and financing expestise program in the academic year of 2014/2015 in Sleman. This research was done from October 2014 up to May 2015. The population of the study were 822 students. The samples were 338 students. The sampling technique of the research was purposive sampling. The data were gathered through questionnaire and interview. The technique of analying the data was Spearman correlation.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan Persepsi Siswa Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan Dengan Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Pengembangan Karakter Siswa”. Studi Kasus: Pada 6 SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Keuangan, Paket Keahlian Akuntansi di Kabupaten Sleman, dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma;

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta;

3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta;

(14)
(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian... 7

(16)

xiii

A. Pendekatan Saintifik ... 9

1. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 9

2. Karakteristik Pembelajaran Saintifik ... 11

3. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 12

4. Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 12

5. Kriteria Pendekatan Saintifik ... 12

6. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 13

B. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 19

1. Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi ... 19

2. Konsep Dasar Utama Berpikir Tinggi ... 24

3. Karakteristik Berpikir Tingkat Tinggi Rendah dan Berpikir Tingkat Tinggi ... 27

C. Pendidikan Karakter ... 28

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 28

2. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter ... 31

3. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter... 32

4. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter ... 34

5. Penerapan Pendidikan Karakter ... 35

D. Kerangka Teori ... 39 1. Hubungan Persepsi Siswa tentang Implementasi

(17)

xiv

Keuangan dengan Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat

Tinggi ... 39

2. Hubungan Persepsi Siswa tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan Pengembangan Karakter Siswa ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 44

D. Populasi dan Sampel ... 44

E. Operasionalisasi Variabel ... 46

F. Teknik Pengumpulan Data ... 50

1. Teknik Kuesioner ... 50

2. Teknik Wawancara ... 50

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 51

1. Pengujian Validitas ... 51

2. Pengujian Reliabilitas ... 54

H. Teknik Analisis Data ... 57

1. Teknik Analisis Data Deskriptif ... 57

2. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 58

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Penelitian ... 61

(18)

xv

C. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 65

D. Pengujian Hipotesis ... 78

E. Pembahasan ... 72

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 77

B. Keterbatasan ... 77

C. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(19)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kegiatan Pembelajaran dengan pendekatan scientific ... 14

Table 2.2 Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi ... 21

Tabel 2.3 Cognitive Process Dimension ... 22

Tabel 2.4 Nilai-nilai yang Diinternalisasikan dalam Pendidikan Karakter... 36

Tabel 3.1 Daftar Nama Sekolah dan Jumlah Responden Penelitian ... 48

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi keuangan ... 49

Tabel 3.3 Operasionalisasi Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi pada Materi Pembelajaran Rekonsiliasi Bank dan Pencatatan Pos Penyesuaiannya ... 50

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Pengembangan Karakter Siswa ... 52

Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Butir Instrumen Pendekatan Saintifik .... 55

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Butir Intsrumen Pengembangan Karakter Siswa ... 56

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Butir Instrumen Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 57

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Reliabilitas Butir Instrumen Pendekatan Saintifik ... 58

(20)

xvii

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Reliabilitas Butir Instrumen Tingkat

Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 59

Tabel 3.11 Tabel PAP tipe II... 60

Tabel 3.12 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... 62

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Asal Sekolah ... 64

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Status Sekolah .... 65

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Implementasi Pendekatan Saintifik ... 66

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 67

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengembangan Karakter Siswa ... 68

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 69

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan Pengembangan Karakter Siswa ... 70

Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi Persepsi Siswa tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dengan Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 72

(21)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner Instrumen Penelitian ... 83

Lampiran II Jawaban Kuesioner ... 93

Lampiran III Data Induk Pra Penelitian ... 97

Lampiran IV Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 101

Lampiran V Tabel r ... 106

Lampiran VI Surat Ijin Penelitian ... 109

Lampiran VII Data Induk Penelitian ... 113

Lampiran VIII Uji Normalitas ... 129

Lampiran IX Uji Korelasi Spearman ... 131

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana dimana setiap peserta didik dapat menimba ilmu sesuai dengan apa yang diharapkan dan dibutuhan peserta didik dalam kehidupannya. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (karakter) mulia. Secara legal formal, pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989).

(23)

perkembangan tuntutan, kebutuhan, dan kondisi masyarakat; kedua, didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofi, terutama filsafah negara (Harsoyo, 2010:4).

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang diterapkan di berbagai sekolah di Indonesia. Mulyasa (2013:99) mengemukakan bahwa tema dari kurikulum 2013 ini adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Kurikulum 2013 merupakan hasil penyempurnaan kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Perbedaan yang mendasar KTSP dengan Kurikulum 2013, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran, dalam KTSP pendekatan pembelajaran mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan, sedangkan dalam Kurikulum 2013 pendekatan pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dan tematik-integratif; (2) kompetensi lulusan, yang membedakan adalah pada kurikulum KTSP yang diutamakan adalah pengetahuan (kognitif), sedangkan dalam Kurikulum 2013 diprioritaskan kemampuan sikap (afektif); (3), komponen penilaian, dalam KTSP pendekatan penilaian lebih cenderung parsial dan sepotong-sepotong (misalkan: hasil tes tertulis peserta didik), sedangkan pada Kurikulum 2013 menggunakan penilaian otentik atau penilaian secara utuh meliputi sikap, keterampilan, pengetahuan (Fadlillah, 2014:175-179).

(24)

pembelajaran yang diterapkan, yaitu pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik menurut Barringe (Yunus Abidin,2014:125) merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Ciri khas dari pembelajaran yang berbasis pendekatan saintifik adalah diterapkannya 5M, yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengomunikasikan.

(25)

kemampuan sikap kritis saja melainkan siswa harus mampu berpikir tingkat tinggi dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Lewis dan Smith (1993) mendefinisikan berpikir tingkat tinggi sebagai keadaan dimana seseorang mendapatkan informasi baru dan informasi tersebut tersimpan di dalam memori, dengan menghubungkan dan atau menata kembali, serta meluaskan informasi ini untuk mencapai tujuan atau menemukan jawaban yang mungkin dalam keadaan yang membingungkan. Sedangkan menurut Anderson dan Krathwohl (2001) mendefinisikan berpikir tingkat tinggi sebagai proses dari menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Dengan demikian dalam proses pembelajaran siswa mencari solusi untuk memecahkan masalah atas permasalahan yang dihadapi dengan cara menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan solusi dalam memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, jika pendekatan saintifik diterapkan secara baik, maka siswa akan lebih berkemampuan berpikir tingkat tinggi.

(26)

(Mulyasa, 2014:6-7). Melalui implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter dan dengan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengaji, dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam prilaku sehari-hari (Mulyasa, 2014:7). Oleh sebab itu, jika pendekatan saintifik diterapkan dengan baik, maka siswa akan mampu berkembang karakternya.

Pendekatan saintifik dilaksanakan pada setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk didalamnya mata pelajaran akuntansi keuangan. Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki hubungan baik buruknya implementasi pendekatan saintifik dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa SMK di Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sleman dengan alasan yaitu: pertama, sekolah SMK di Kabupaten Sleman sudah banyak menerapkan atau mengimplementasikan kurikulum 2013 dimana dapat dibuktikan oleh peneliti pada waktu melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dimana sekolah yang ditempati dalam Program Pengalaman Lapangan di salah satu SMK di Kabupaten Sleman sudah menggunakan kurikulum 2013; kedua, kemampuan berpikir tingkat tinggi dan karakter siswa belum dilakukan penelitian tentang seberapa jauh ketercapaiannya.

(27)

Saintifik Dalam Pembelajaran Akuntansi dengan Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Pengembangan Karakter Siswa”. Penelitian ini merupakan studi kasus pada enam SMK di Kabupaten Sleman.

B. Batasan Masalah

Tujuan implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran, diantaranya: meningkatkan kemampuan intelektual siswa dalam berpikir tingkat tinggi, mengembangkan karakter siswa, membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematik, belajar sebagai kebutuhan, mengomunikasikan ide, serta diperolehnya hasil belajar yang tinggi (Hosnan, 2014:36-37). Adapun penelitian ini memfokuskan pada implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dan dalam hubungannya dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa, khususnya pada materi rekonsiliasi bank.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

(28)

2. Apakah ada hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik pada mata pelajaran akuntansi keuangan materi rekonsiliasi bank dengan pengembangan pendidikan karakter siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan pada materi rekonsiliasi bank dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

2. Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan pada materi rekonsiliasi bank dengan pengembangan pendidikan karakter siswa.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Guru

(29)

2. Manfaat Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi para guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran akuntansi keuangan.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sarana aktualisasi pengetahuan yang telah didapatkan penulis selama melaksanakan studi dan sebagai bahan perbandingan antara teori dengan fakta tentang implementasi Kurikulum 2013 pada mata pelajaran akuntansi keuangan.

4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

(30)

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendekatan Saintifik

1. Pengertian Pendekatan Saintifik

Menurut Hosnan (2014:34), pendekatan saintifik dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahap-tahap mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Melalui pendekatan saintifik peserta didik lebih mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

(31)

cermat, dan analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan (Yunus Abidin, 2014:125).

(32)

(Baldwin, 1967). Teori Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas-tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Nur dan Wikandari, 2000:4).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah, dimana siswa merupakan pusat utama dalam kegiatan pembelajaraan dengan cara siswa menggalih informasi dan menganalisis masalah dengan kemampuannya sendiri serta mendidik siswa lebih aktif dalam mencari sumber pemecahan masalah yang dihadapinya.

2. Karakteristik pembelajaran saintifik

Karakter pembelajaran saintifik menurut Hosnan (2014:36) adalah sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa.

2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

(33)

3. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Menurut Hosnan (2014:36), tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

3. Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

6. Untuk mengembangkan karakter siswa.

4. Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Menurut Hosnan (2014:37) ada beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagi berikut:

1. Pembelajaran berpusat pada siswa.

2. Pembelajran membentuk students self concept. 3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip. 5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan

berpikir siswa.

6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.

7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

5. Kriteria pendekatan pembelajaran saintifik

(34)

2013. Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan pembelajaran kurikulum sebelumnya. Pada setiap langkah inti proses pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah.

Menurut Hosnan (2014:38) Pendekatan ilmiah atau scientific approach mempunyai kriteria proses pembelajaran sebagai berikut: 1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang

dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru dan siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

6. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan saintifik

Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu attitude/sikap, knowledge/pengetahuan, skill/keterampilan (disingkat KSA= Knowledge, Skill, Attitude) (Hosnan, 2014:38).

(35)

2. Ranah keterampilan mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”,

3. Ranah pengetahuan mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”,

4. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

5. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Adapun bentuk kegiatan dari pembelajaran melalui pendekatan scientific dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini:

[image:35.595.101.520.118.762.2]

Tabel 2.1

Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran

Mengamati (Observing)

Melihat, mengawasi, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat)

Menanya (Questioning)

Mengajukkan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis, diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan)

Pengumpulan Data (Experimenting)

Menentukan data yang perlu dari pertanyaan yang diajukan, menentukkan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen) mengumpulkan data

Mengasosiasi (Associating)

(36)

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran

data; dimulai dari unstructured-uni structure- multistructure- complicated structure

Mengomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.

Menurut Hosnan (2014:39) pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

1. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaninggfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.

(37)

2. Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentan hasil pengamatan objek yang kongkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.

Situasi dimana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat dimana peserta didik mampu mengajukkan pertanyaan secara mandiri. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai yang beragam.

(38)

Tindak lanjut menanya yaitu menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

4. Mengasosiasi

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata dan otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau subtansi yang sesuai. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

(39)

maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dan berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

5. Mengomunikasikan

(40)

secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagai pada standar proses (Hosnan, 2014:75)

B. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

1. Pengertian berpikir tingkat tinggi

Lewis dan Smith (1993) dalam jurnal “Defining Higher Order Thinking” mendefinisikan berpikir tingkat tinggi sebagai berikut berpikir tingkat tinggi terjadi ketika seseorang mendapatkan informasi baru dan informasi tersebut tersimpan di dalam memori dengan menghubungkan dan atau menata kembali serta meluaskan informasi ini untuk mencapai tujuan atau menemukan jawaban yang mungkin dalam keadaan yang membingungkan.

(41)

dengan yang telah dia ceritakan padamu. ketika seseorang mengingat informasi tanpa harus berpikir mengenai hal itu maka seperti robot, mereka melakukan sesuatu hal karena memang sudah terprogram seperti itu, tanpa berpikir untuk mengingat.

Sejalan dengan pendapat kedua ahli tersebut, maka sejatinya berpikir tingkat tinggi merupakan berpikir pada level yang tinggi, dimana seseorang tidak hanya sekedar mengingat saja akan tetapi mampu menyimpan dan mengolah informasi yang telah didapatkan dan digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau suatu pertanyaan yang ada. Newman (1991) dikutip oleh Ghasempour et al (2012) dalam artikel“Higher order thinking via mathematical problem posing task among engineering students” menyatakan berpikir tingkat tinggi merupakan tantangan untuk memperluas pemikiran seseorang ketika seseorang harus menginterpretasikan, menganalisis, atau memanipulasi informasi, karena sebuah pertanyaan yang harus dijawab.

(42)

benar sesuai dengan konteks ilmu pengetahuan dan pengalaman dan hal itu memajukan keberlanjutan berkembangnya kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemampuan intelektual yang lainnya.

Berikut ini merupakan beberapa pengertian berpikir tingkat tinggi menurut beberapa ahli selama 15 tahun terakhir (Goethals, 2013).

[image:42.595.100.522.215.752.2]

Tabel 2.2

Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi

Sumber Tahun Pengertian

King et al. 1998 Berfikir tingkat tinggi mencakup berpikir kritis, logis, dan kreatif. Berfikir tinggi diaktifkan ketika seseorang menghadapi masalah yang tidak biasa, ketidakpastian, persoalan atau dilema

NCTM (The National Council of Teachers of Mathematics)

2000 Pemecahan masalah sesuai aturan

Anderson and Krathwohl

2001 Proses dari menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan Lopez and

Whittington

2001 Berpikir tingkat tinggi terjadi ketika seseorang mendapatkan informasi baru dan informasi tersebut tersimpan di dalam memori dengan menghubungkan dan atau menata kembali serta meluaskan informasi ini untuk mencapai tujuan atau menemukan jawaban yang mungkin dalam situasi membingungkan.

Miri et al. 2007 Strategi-keadaan dimana sikap kritis, sistematik dan berfikir kreatif diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah dicanangkan Rejendran, N. 2008 Memperluas penggunaan pikirian

(43)

Sumber Tahun Pengertian

Thomas, A. and Thorne, G.

2010 Berpikir tingkat tinggi merupakan berpikir pada tingkatan tertinggi dari pada hanya mengulang fakta-fakta. Berpikir tingkat tinggi menuntut kita melakukan sesuatu berdasarkan fakta. Kita harus memahami fakta tersebut, menggunakan mereka, meletakkan mereka dalam hal yang baru, dan mengaplikasikannya ketika kita mencari solusi baru untuk masalah baru

Kruger, K. 2013 Berpikir tingkat tinggi meliputi formulasi konsep, berpikir kritis, kreatif, menyelesaikan masalah, representasi mental, penggunaan aturan, penalaran, dan berpikir logis

[image:43.595.98.523.107.761.2]

Berikut ini merupakan proses berpikir tingkat tinggi seperti yang dideskripsikan oleh Anderson dan Krathwohl (2010) dikutip oleh Ramirez & Ganaden (2008: 24):

Tabel 2.3

Cognitive Process Dimension

Penggolongan proses kognitif

Nama lain Pengertian

Menganalisa- memecahkan materi kedalam bagian unsur pokok masing-masing dan menentukan bagaimana bagian-bagian itu berhubungan satu sama lain dan untuk seluruh struktur atau tujuan 1. Membedakan

Membeda-bedakan, membedakan, pemfokusan

Membedakan hal yang relevan atau penting dengan hal yang tidak relevan atau tidak penting ke dalam bagian materi yang di tampilkan.

2. Mengorganisasi Menemukan hubungan,

(44)

Penggolongan proses kognitif

Nama lain Pengertian

pengintegrasian, penguraian

yang ditampilkan.

3. Menunjukkan Dekonstruksi Menentukan maksud dari pendapat, prasangka, fokus, atau maksud dari materi pokok yang ditampilkan

Mengevaluasi- membuat pendapat berdasarkan kriteria dan standar yang ada

1. Memeriksa Mengordinir, mendeteksi, memantau

Mendeteksi hal yang tidak konsekwen antara sebuah produk dan kriteria dari luar, mendeteksi kelayakan dari sebuah prosedur untuk masalah yang dihadapai

2. Meninjau Menghakimi Mendeteksi hal yang tidak konsekwen antara sebuah produk dan kriteria dari dalam, mendeteksi kelayakan dari prosedur untuk masalah yang dihadapi

Menciptakan- meletakkan unsur-unsur bersama ke dalam bentuk yang logis dari seluruh fungsi;

1. Membangkitkan Pengadaan hipotesa

Bangkit dengan hipotesa alternatif berdasarkan kriteria

2. Merencanakan Mendesain Memikirkan sebuah

prosedur untuk

menyelesaikan beberapa tugas

(45)

2. Konsep Dasar Utama Berpikir Tingkat Tinggi

Berikut ini merupakan konsep dasar dari berpikir tingkat tinggi seperti yang telah dikemukakan oleh King et al (1998, 11-18) adalah sebagai berikut:

a. Tingkatan dari pikiran tidak dapat dihubungkan dengan tingkatan pembelajaran; mereka melibatkan ketergantungan, beberapa komponen dan tingkatan. Kedua, iya atau tidak, berpikir dapat dipelajari tanpa mengetahui pemahaman dari mata pelajaran seperti hanya poin penting dari teori tersebut. Dalam kehidupan nyata, para siswa akan belajar dari pengalaman yang diperoleh di komunitas dan sekolah, kesimpulan teori-teori, dan konsep serta kosa kata apa yang mereka pelajari di tahun awal, itu akan membantu mereka belajar tentang kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pemahaman baru di tahun yang akan datang. Ketiga, berpikir tingkat tinggi meliputi jenis proses berpikir yang diterapkan ke dalam keadaan yang kompleks dan mempunyai banyak faktor.

b. Tingkatan berpikir tergantung pada konteks, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya menawarkan berbagai faktor untuk proses berpikir yang menantang. Keberhasilan dari berpikir tingkat tinggi tergantung pada kemampuan masing-masing orang untuk menerapkan, mengorganisasi, dan membubuhi pengetahuan dalam konteks berpikir dalam situasi.

c. Sifat dasar dari berpikir disebut “metakognitif”. Metakognitif meliputi kesadaran akan proses berpikir, pengamatan sendiri, dan penerapan akan keingintahuan heuristik dan langkah-langkah berpikir. Salah satu kesuksesan metakognitif bergantung, dalam bagian, dalam kepercayaan pada kemampuan untuk mendapatkan keahlian sebagai yang dipercayai oleh orang lain mengenai kemampuannya, seperti seorang guru (Crowl et al, 1997).

(46)

berpikir tingkat tinggi.. sebagai contoh: Membuat proyeksi dan jaringan peta, menulis dengan jelas dan melaporkan kasus secara singkat, menghitung ongkos pengeluaran yang sudah pasti untuk sebuah proyek, pendesainan, membuat kesimpulan tentang pengaruh akan perbaikan sosial dalam program sosial yang universal, dan menetapkan hubungan yang penuh arti dengan teman sekerja. (Huot, 1995).

e. Pemahaman, sebuah bagian terendah dari kemampuan berpikir tingkat tinggi, merupakan hal yang perlu untuk melengkapi perkembangan berpikir tingkat tinggi. Faktanya, beberapa penelitian dan strategi pengajaran fokus pada kemampuan dan jika kemampuan itu lebih maka berpikir tingkat tinggi akan dominan. walaupun, pemahaman adalah prasyarat yang penting, namun pemahaman bukan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pemahaman mengingatkan akan proses yang oleh setiap orang dibangun dari informasi dalam bentuk skema baru melalui kegiatan yang spesifik, meliputi (Crowl et al, 1997):

1) Membangkitkan dan menjawab pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat tinggi tentang ide-ide lama dan baru. 2) Menghadapi konflik ide-ide dan informasi, masalah, atau

dilema.

3) Menyelidiki dan membuat penemuan. 4) Melaksanakan penyelidikan yang sistematik.

5) Meringkas, menceritakan, dan mendiskusikan ide-ide baru serta hubungan mereka.

6) Berhubungan dengan pemahaman baru dan konsep-konsep yang lain.

7) Menerapkan ide-ide baru dan informasi kedalam penyelesaian masalah.

8) Mencerminkan dan mengungkapkan tentang proses kognitif yang terbawa dalam pemahaman.

f. Meskipun ada beberapa sumber yang tidak dengan tegas memasukkan kreativitas sebagai bagian dari berpikir tingkat tinggi, kreativitas tidak dapat ditinggalkan dari proses. Tindakan akan solusi terhadap masalah memerlukan proses yang kreatif dan melebihi pelajaran sebelumnya mengenai konsep dan aturan (Crowl et al., 1997). Tempat dimana jaringan dari kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah seperti yang telah disebutkan oleh Pasteur dalam penelitiaanya bahawa melakukan hal baik adalah pikiran ikhlas karena hanya pikiran yang terlatih yang dapat membuat koneksi antara kejadian yang tidak berhubungan, mengetahui arti dalam sebuah kejadian yang tidak disengaja namun berharga (dalam Crowl et al., 1997).

(47)

Kerumitan terlihat berkurang dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan wawasan. Solusi tanpa wawasan memerlukan aturan, sedangkan solusi dengan wawasan memerlukan penyelesaian masalah, starategi kognitif yang dijelaskan oleh Gagné, Briggs, and Wager (1988). Menurut pemikiran yang lain, penyelesaian tanpa wawasan memerlukan pemahaman dan penerapan, sedangkan solusi dengan wawasan memerlukan analisis, perpaduan, dan penilaian seperti yang disebutkan oleh Bloom (1956).

h. Pada masa lalu, kecerdasan telah dijelaskan secara lebih luas (Crowl et al., 1997; Kauchak & Eggen, 1998; Kirby & Kuykendall, 1991). kecerdasan sebagai berikut:

1) Tidak memiliki ide yang terbatas terhadap satu kemampuan atau kapasitas yang luas untuk belajar, beradaptasi dan berpikir secara rasional.

2) Termasuk dalam kemampuan yang umum dan khusus untuk mencangkup pengetahuan, pemahaman, berpikir, dan penyelesaian masalah secara umum.

3) Banyak ukuran dalam proses batin yang menyertakan persamaan, dan perbedaan pemikiran.

4) Banyak tingkatan termasuk ilmu bahasa, logika matematika, mengenai ruang, kehidupan jasmani, hubungan antar perorangan, dan hubungan akan kemampuan seseorang yang mempengaruhi pendekatan seseorang dalam menyelesaikan masalah dan berpikir.

i. Masalah adalah situasi dimana seseorang ingin melakukan sesuatu tetapi tidak tahu tindakan apa yang diperlukan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan (Crowl et al., 1997: 160). Proses penyelesaian masalah memerlukan rangkaian dari keputusan yang berturut-turut, masing-masing berdasarkan pada akibat yang diprediksi.

j. Berpikir kritis menurut peneliti dan para sarjana menggunakan istilah berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi sebagai hal yang dapat disamakan artinya, sementara yang lain menyebutkan bahwa berpikir kritis adalah salah satu bentuk dari berpikir tingkat tinggi. Beberapa orang menggunakan istilah berpikir kritis dan penyelesaian masalah sebagai hal yang dapat disamakan artinya; namun yang lain berpikir kritis adalah salah satu bagian dari penyelesaian masalah. Berpikir kritis sebagai salah satu bagian dari proses mengevaluasi fakta-fakta yang dikumpulkan dalam penyelesaian masalah atau hasil yang tercipta dengan pikiran yang kreatif. (Crowl et al, 1997; Lewis & Smith, 1993).

(48)

Tony Thompson dalam jurnal “Mathematics Teacher’s Intepretation Higher-Order Thinking In Bloom’s Taxonomy” (2008) mengutip dari beberapa ahli mengenai perbedaan karakteristik berpikir rendah dan berpikir tingkat tinggi sebagai berikut. Resnick (1987) menulis bahwa keahlian berpikir berlawanan dengan bentuk dari ketentuan yang tepat, tetapi berpikir tingkat rendah dan tingkat tinggi tinggi dapat dikenali ketika masing-masing dari mereka terjadi. Berpikir tingkat rendah sering digolongkan dengan mengingat informasi kembali atau menerapkan konsep atau pengetahuan ke dalam situasi dan konteks yang sudah biasa terjadi. Schmalz (1973) menuliskan bahwa berpikir tingkat rendah menghendaki seorang siswa untuk mengingat kembali fakta, menyelenggarakan operasi sederhana, atau menyelesaikan masalah yang sudah biasa terjadi. Senk, Beckman, & Thompson (1997) menggolongkan berpikir tingkat rendah sebagai penyelesaian tugas dimana solusi menghendaki penerapan pengetahuan algoritma yang baik, sering tidak dengan pembenaran, penjelesan, atau bukti yang diminta, dan dimana hanya ada satu jawaban yang mungkin. Secara umum, berpikir tingkat rendah digolongkan sebagai penyelesaian masalah dalam keadaan dan pemahaman yang terkenal; atau penerapan algoritma yang sudah biasa terjadi kepada siswa.

(49)

(1996) mendeskripsikan bahwa berpikir tingkat tinggi sebagai sesuatu yang sulit, berpikir tanpa algoritma untuk menyelesaikan masalah yang tidak di duga, berlatih dengan baik atau jalan lain yang disarankan seperti tugas, instruksi atau contoh. Senk, et al (1997) menggolongkan berpikir tingkat tinggi sebagai penyelesaian masalah dimana tidak ada algoritma yang dipikirkan, dimana hal yang tidak diduga dan penjelasan di minta, dan dimana lebih dari satu solusi yang mungkin. Secara umum, berpikir tingkat tinggi meliputi penyelesaian masalah dimana algoritma tidak dipikirkan atau menggunakan pengetahuan algoritma ketika berada pada keadaan yang tidak biasa terjadi.

C. Pendidikan Karaker

1. Pengertian Pendidikan karakter

Menurut Thomas Lickona (1992:22) (Agus Wibowo, 2013:33) karakter itu merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami tersebut dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati dan menghargai orang lain, dan karakter-karakter lainnya.

(50)

Wibowo, 2013:13), karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtuse), yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku-perilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat (Suyadi, 2013:6). Karakter menurut Doni Koesoema (2008:80) dalam ( Suyadi, 2013:6) merupakan ciri khas seseorang yang bersumber dari bentukkan-bentukkan yang diterima dari lingkungan, misalnya: keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir.

Menurut Ki Hadjar Dewantara (2011:25) dalam (Agus Wibowo, 2013:13), karakter sebagai watak atau budi pekerti, dimana menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti adalah bersatunya antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan, yang kemudian menimbulkan tenaga. Secara singkat menurut Ki Hadjar Dewantara, karakter adalah sebagai sifatnya jiwa manusia, mulai dari angan-angan hingga terjelma sebagai tenaga.

(51)

berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia (UU No. 20 tahun 2003) (Suyadi, 2013:4). Menurut H. Horne (Winarno, 2012:2), pendidikan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar, intelektual, emosional, dan kemanusiaan dari manusia. Pendidikan menurut Winarno (2012:2) merupakan sebuah proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih maju.

(52)

langsung dan sistematis perilaku orang muda dengan memengaruhi secara eksplisit nilai-nilai kepercayaan non-relativitstik (diterima luas), yang dilakukan secara langsung menerapkan nilai-nilai tersebut.

Menurut Kemdiknas (2010:8) yang dikutip oleh Agus Wibowo (2013:13) mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Adapun Wibowo (2013:13) memaknai pendidikan karakter sebagai berikut “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”

2. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter

Ruang lingkup pendidikan karakter menurut Muhamad Nuh (Kemendiknas, 2010:5-6) berlangsung pada :

a. Pendidikan Formal

Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK,MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, kegiatan ko dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.

b. Pendidikan non formal

Pada pendidikan non formal pendidikan karakter berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan lembaga pendidikkan nonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan ko dan ekstrakulikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan nonformal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.

(53)

Pendidikan karakter pada pendidikan informal berlangsung pada keluarga yang dilakukan oleh orang tua dan orang dewasa lain terhadap anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter

Menurut Kemdiknas (2010) dalam Agus Wibowo (2013:14-15), nilai-nilai luhur yang terdapat didalam adat dan budaya suku bangsa kita, telah dikaji dan dirangkum menjadi satu. Berdasarkan kajian tersebut telah teridentifikasi butir-butir nilai luhur yang diinternalisasikan terhadap generalisasi bangsa menurut pendidikan karakter.

[image:53.595.102.519.249.749.2]

Berikut tabel daftar nilai-nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasannya:

Tabel 2.4

Nilai-nilai Yang Dinternalisasikan Dalam Pendidikan Karakter

(Diadaptasi seperlunya dari Kemdiknas, 2010:9-10)

No. Nilai Deskripsi

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang sukses 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

(54)

No. Nilai Deskripsi

dengan sebaik-baiknya

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokrasi Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain

9. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar

10. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya

11. Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bersikap, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya 12. Menghargai

Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mangakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/ Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya

15. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya

16. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi

17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

18. Tanggung Jawab

(55)

No. Nilai Deskripsi

masyarakat lingkungan (alam, sosial, dan budaya) negara dan Tuhan Yang Maha Esa

4. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter a. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan merupakan proses yang paling bertanggung jawab dalam melahirkan warga negara yang memiliki karakter kuat sebagai modal dalam membangun peradaban tinggi dan unggul. Karakter bangsa yang kuat merupakan produk dari pendidikan yang bagus dan mengembangkan karakter. Pendidikan karakter memiliki tujuan untuk meningkatkan anak-anak menjadi pribadi yang disiplin, memiliki inisiatif, bertanggung jawab, suka menolong, dan tumbuh kasih sayang, menghormati sesama dan orang yang lebih dewasa, dan pandai berterimakasih Noor (2012:40).

Tujuan dari pendidikan karakter menurut Nurul Zuriah (2007:67) dalam Noor (2012: 40) dapat disimpulkan sebagai berikut:

1). Anak memahami nilai-nilai budi pekerti di lingkungan keluarga, lokal, nasional, dan internasional melalui adat istiadat, hukum, undang-undang, dan tatanan antar negara. 2). Anak mampu mengembangkan watak atau tabiatnya

secara konsisten dalam mengambil keputusan budi pekerti di tengah-tengah rumitnya kehidupan bermasyarakat saat ini.

(56)

4). Anak mampu menggunakan pengalaman budi pekerti yang baik bagi pembentukan kesadaran dan pola perilaku yang berguna dan bertanggung jawab atas tindakannya.

Adapun sasaran dari pendidikan karakter itu sendiri adalah kepribadiaan siswa, khususnya unsur karakter atau watak yang didalamnya mengandung hati nurani (conscience) sebagai kesadaran (consciousness) untuk berbuat kebajikan (virtue). b. Keunggulan dan Fungsi Pendidikan Karakter

Menurut Cahyo (2001:13) dalam Noor (2012:41), kegunaan pendidikan yang berbasiskan pada pengembangan karakter anak antara lain:

1). Anak memahami susunan pendidikan budi pekerti dalam lingkup etika bagi pengembangan dirinya dalam bidang ilmu pengetahuan.

2) Anak memiliki landasan budi pekerti luhur bagi pola perilaku sehari-hari yang didasari hak dan kewajiban sebagai warga negara.

3) Anak dapat mencari dan memperoleh informasi tentang budi pekerti, mengolahnya dan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah nyata di masyarakat.

4) Anak dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain untuk mengembangkan nilai moral.

5. Penerapan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter idealnya diterapkan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Beberapa kegiatan yang biasa dijadikan sebagai bentuk aplikasi dari pendidikan karakter Noor (2012: 47), diantaranya:

(57)

Bapak Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, telah menekankan pentingnya keteladanan. Salah satu filososfi beliau adalah “ing ngarso sung tulodo” yang bermakna bahwa seorang pendidik harus memberikan teladan yang baik kepada anak didiknya. Pendidik profesional seyogyanya bisa menjadi panutan bagi anak didiknya. Untuk bisa menjadi tenaga didik yang profesional, terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik, yaitu:

1). Pedagogik (kompetensi mengelola pembelajaran peserta didik).

2). Kompetensi kepribadian (berkejiwaan mantap, berakhlak mulia, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik).

3) Kompetensi profesional (penguasaan materi pelajaran secara meluas dan mendalam).

4) Kompetensi sosial (mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia sekitarnya).

Jika keempat kompetensi ini dimiliki oleh tenaga pendidik, terutama kompetensi kepribadian dan sosial, maka peserta didik secara tidak langsung sudah memperoleh pendidikan karakter. b. Pemberian Materi atau Kisah Kebajikan atau Doa pada Setiap

Mata Pelajaran

(58)

kisah-kisah kebajikan yang disisipkan pada setiap mata kuliah juga akan menyegarkan memori peserta didik tentang pentingnya menjadi orang yang berbudi pekerti tinggi.

c. Sistem Penilaian

Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengalaman nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

(59)

Pendidikan karakter di sekolah juga terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi: nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian manajemen sekolah merupakan salah satu media efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.

Pola pembinaan kepribadian dan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan dengan melibatkan aspek pengetahuan (knowledge), perasaan (feeling) tindakan (acting). Pendidikan karakter juga bisa ditanamkan dalam setiap lini pendidikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Landasan paling ideal dalam pendidikan karakter nilai-nilai iman dan takwa.

D. Kerangka Teori

(60)

Dalam pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013, karakteristik yang paling menonjol adalah diterapkannya pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaraan akuntansi keuangan seperti halnya mata pelajaran lainnya, melibatkan keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan dan menyimpulkan.

Salah satu tujuan pembelajaran saintifik menurut Hosnan (2014:36-37) adalah berpikir tingkat tinggi. Thomas dan Thorne (2005) seperti dikutip oleh Rosnawati (2009) dalam artikel berjudul “Enam Tahapan Aktivitas Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Mendayagunakan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa” menyatakan bahwa berpikir tingkat tinggi adalah berpikir dalam level yang tinggi dalam mengingat fakta-fakta atau menceritakan sesuatu yang telah lampau kepada seseorang dengan tepat sesuai dengan yang telah dia ceritakan. Saat seseorang mengingat informasi tanpa harus berpikir tentangnya maka itu seperti robot. Mereka melakukannya karena memang sudah terprogram seperti itu dan tanpa berpikir untuk mengingat hal itu.

(61)

aktif dalam mencari informasi dan memecahkan masalah yang disajikan oleh guru. Dengan demikian siswa diajak berpikir kritis dan logis pada setiap pemecahan masalah yang diberikan oleh guru. Siswa harus mencari dan memecahkan masalah yang dihadapinya dengan cara mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan atas persoalan yang dihadapinya. Sehingga siswa tidak hanya melulu mengulang apa yang diajarkan oleh guru, namun harus mencari dan menggali informasi agar dapat mendapatkan jawaban dengan berpikir yang logis dan berpikir tingkat tinggi. Dengan demikian dalam pembelajaran berdasarkan pendekatan saintifik penulis menduga adanya hubungan antara pembelajaran berdasarkan pendekatan saintifik dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha1: Ada hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi.

2. Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan pengembangan karakter siswa.

(62)

karakter siswa. Pendidikan karakter menurut Kemendiknas (2010:8) dalam Agus Wibowo (2013:13) adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Pendidikan karakter siswa merupakan salah satu aspek tujuan yang harus dicapai dalam penerapan pendekatan saintifik.

(63)
(64)

434 4

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang melakukan penyelidikan secara mendalam mengenai subjek tertentu untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai subjek tertentu (Sangaji dan Shopian, 2010:21). Menurut Noor Juliansyah (2010:35), studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi lain, dimana sifat dan definisi masalah yang dialami saat ini. Studi kasus dalam penelitian ini dilakukan di enam SMK di Kabupaten Sleman.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Mei 2015.

2. Tempat penelitian

(65)

Cangkringan, SMK Muhammadiyah Moyudan, SMK Sanjaya Pakem, SMK YPKK 2 Sleman, SMK YAPEMDA Sleman.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Keuangan, Paket Keahlian Akuntansi yang sudah mendapatkan materi rekonsiliasi bank berdasarkan Kurikulum 2013 di enam SMK di Kabupaten Sleman. 2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan, tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan pengembangan karakter siswa.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Peneltian

(66)

tahun ajaran 2014/2015 di sekolah SMK di Kabupaten Sleman. Adapun jumlah populasi penelitian ini sebanyak 822 siswa.

2. Sampel Penelitian

[image:66.595.100.512.208.728.2]

Sampel penelitian ini adalah sebagian siswa kelas XI SMK Bidang Keahlian Keuangan Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Keuangan, Paket Keahlian Akuntansi pada enam SMK di Kabupaten Sleman. Jumlah sampel sebanyak 338 siswa. Teknik penarikan sampel yaitu purposive sampling. Purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang tidak dirancang pertemuannya terlebih dahulu (Suharsimi Arikunto, 2013:33). Pertimbangan menggunakan teknik ini yaitu pertama, SMK di Kabupaten Sleman telah menerapkan Kurikulum 2013 dalam pembelajarannya; kedua, siswa kelas XI telah mendapatkan materi akuntansi keuangan mengenai rekonsiliasi bank. Nama sekolah dan jumlah responden setiap sekolah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Nama Sekolah dan Jumlah Responden Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah

1 SMK Muhammadiyah 1 Turi 54

2 SMK Muhammadiyah 1 Cangkringan 49

3 SMK Muhammadiyah Moyudan 21

4 SMK Sanjaya Pakem 15

5 SMK YAPEMDA 1 Sleman 55

6 SMK YPKK 2 Sleman 144

(67)

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Persepsi Siswa Tentang Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan

[image:67.595.98.516.204.673.2]

Persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dalam penelitian ini adalah tanggapan (penerimaan) langsung atau proses siswa mengetahui beberapa hal melalui panca indranya terhadap implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi yang mereka ikuti. Secara lebih spesifik pembelajaran akuntansi yang dimaksud adalah pembelajaran tentang materi rekonsiliasi bank dan pencatatan pos penyesuaiannya. Berikut ini disajikan tabel tentang operasionalisasi variabel tersebut.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Akuntansi

Variabel Indikator*) Pernyataan No.

Implementasi

pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi

Mengamati 1,2

Menanya 3

Mengumpulkan informasi

4 Menalar/mengasosiasi 5 Mengkomunikasikan

hasil

6,7

*) Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Bagian Pedoman Umum Pembelajaran

(68)

setuju (s) = skor 4; ragu-ragu (rr) = skor 3; tidak setuju (ts) = skor 2; dan sangat tidak setuju (sts) = skor 1.

2. Variabel Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

[image:68.595.99

Gambar

Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Tabel 2.1 Scientific
Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi Tabel 2.2
Tabel 2.3 Cognitive Process Dimension
Tabel 2.4 Nilai-nilai Yang Dinternalisasikan Dalam Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat jamur pelapuk putih yang terdapat pada proses pelapukan kayu Eukaliptus dan untuk mengukur kemampuan Enzim Lignin Peroksidase

[r]

pada hubungan yang harmonis antara guru dan siswa. Hal ini penting untuk menjaga motivasi belajar

Skripsi berjudul Karakterisasi Susu Bubuk Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata) Dengan Penambahan Susu Skim dan Maltodekstrin telah diuji dan disahkan oleh

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat beban kerja pada pekerja di unit steel melting yang memuat gambaran secara keseluruhan aktivitas

Pada Tugas akhir dengan menggunakan Alat penngontrol ruangan, agar lebih memahami aplikasi program

1. Kegiatan PPL memberikan mahasiswa untuk terjun langsung dalam lembaga pendidikan formal, menambah wawasan luas di lingkungan sekolah. Membagi ilmu dari guru

[r]