• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJANJIAN GADAI YANG DIJAMIN DENGAN BARANG YANG BERASAL DARI HASIL KEJAHATAN : STUDI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SESETAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERJANJIAN GADAI YANG DIJAMIN DENGAN BARANG YANG BERASAL DARI HASIL KEJAHATAN : STUDI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SESETAN."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

PERJANJIAN GADAI YANG DIJAMIN DENGAN

BARANG YANG BERASAL DARI HASIL

KEJAHATAN : STUDI PADA PT. PEGADAIAN

(PERSERO) CABANG SESETAN

I GEDE PUTU ADITYA SURYA BRATHA NIM. 1116051012

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

PERJANJIAN GADAI YANG DIJAMIN DENGAN

BARANG YANG BERASAL DARI HASIL

KEJAHATAN : STUDI PADA PT. PEGADAIAN

(PERSERO) CABANG SESETAN

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

I GEDE PUTU ADITYA SURYA BRATHA NIM. 1116051012

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

iii

Lembar Persetujuan Pembimbing

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL, 5 JANUARI 2016

Pembimbing I

Ngakan Ketut Dunia,SH.,M.Hum. NIP. 19520104 198003 1 001

Pembimbing II

(4)

iv

SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL : 25 Januari 2016

Panitia Penguji Skripsi

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana Nomor : 0081/UN14.4E/IV/PP/2016

Ketua : Ngakan Ketut Dunia, SH.,M.Hum. ( )

Sekretaris : A.A. Ketut Sukranatha, SH.,MH. ( )

Anggota : 1. Dr. Dewa Gde Rudy, SH.,M.Hum ( )

2. I Nyoman Darmadha, SH.,MH ( )

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugrah dan asung kertha wara nugraha-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Akibat Hukum Perjanjian Gadai Terhadap Barang Jaminan Yang Berasal Dari Hasil Kejahatan : Studi Pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Sesetan”.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terakhir sebagai mahasiswa guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi Program Sarjana. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna, karena masih terdapat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Maka kritik saran dan bimbingan yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan guna kelengkapan dari penyempurnaan skripsi ini.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moral maupun materiil yang tidak ternilai harganya. Untuk itu, pada kesempatan ini perkenankan kiranya saya menghaturkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana,SH.,M.H., Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

(6)

vi

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH.MH, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana.

4. Bapak I Wayan Suardana, SH.MH, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana.

5. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH.MH, Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

6. Bapak Ngakan Ketut Dunia, SH.,M.Hum, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. 7. Bapak A.A Ketut Sukranatha, SH.,MH, Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. 8. Bapak Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja, SH.,M.Hum, Dosen

Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan dorongan, arahan, dan semangat selama penulis mengikuti perkuliahandi Fakultas Hukum Universitas Udayana.

9. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah mengajar dan mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

10.Bapak dan Ibu pegawai Administrasi Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah banyak membantu dalam pengurusan proses administrasi.

(7)

vii

12.Ibu Ni Made Astiti, Pegawai Penyimpan Barang Jaminan PT. Pegadaian (Persero) cabang sesetan yang telah membantu memberikan informasi serta baham-bahan yang diperlukan sehingga skripsi ini selesai.

13.Kedua Orang Tua Penulis Ir. Ketut Wardana dan Ni Ketut Niati, SH yang dalam hal ini selalu memberikan semangat baik secara fisik maupun moral dalam penulisan skripsi ini serta dalam menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

14.Kekasih penulis Luh Gede Hanna Puspita Gunawan, Amd.keb, yang selalu menemani, memberikan semangat, masukan, motivasi dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini.

15.Seluruh rekan – rekan yang selalu bersama melewati suka dan duka serta selalu memberikan kenangan manis dalam melaksanakan perkuliahan di Fakultas Hukum Program Ekstensi Universitas Udayana.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna mengingat kemampuan penulis yang masih sangat terbatas. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dari laporan ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca sebagai salah satu penambah wawasan mahasiswa khususnya. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih

Denpasar, 11 Januari 2016

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN

HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING/PENGESAHAN ……… iii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iv

HALAMAN KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN DAFTAR ISI ... viii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 5

1.4 Orisinalitas Penelitian ... 6

1.5 Tujuan Penelitian... 10

a. Tujuan umum ... 10

b. Tujuan khusus ... 10

1.6 Manfaat penelitian ... 11

a. Manfaat teoritis ... 11

b. Manfaat praktis ... 11

1.7 Landasan Teoritis ... 12

(9)

ix

a. Jenis penelitian ... 20

b. Jenis pendekatan ... 20

c. Sifat penelitian ... 21

d. Sumber data ... 21

e. Teknik pengumpulan data ... 23

f. Teknik pengolahan dan analisis data ... 24

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI 2.1 Pengertian Gadai ... 25

2.2 Syarat Sahnya Perjanjian Gadai ... 29

2.3 Obyek Gadai ... 33

2.4 Jangka Waktu Gadai ... 34

2.5 Macam-macam Jaminan ... 34

BAB III KEDUDUKAN GADAI TERHADAP BARANG JAMINAN YANG BERASAL DARI HASIL KEJAHATAN 3.1 Pengertian Barang yang Berasal Dari Hasil Kejahatan ... 38

3.2 Prosedur Penerimaan Barang Jaminan Pada PT. Pegadaian (Persero) ... 39

3.3 Akibat Hukum Perjanjian Gadai Terhadap Barang Jaminan Yang Berasal Dari Hasil Kejahatan... 43

(10)

x

4.2 Pengembalian Barang Jaminan Kepada Pemilik Sebenarnya

(Eigenaar) ... 52 4.3 Menuntut Ganti Rugi Kepada Debitur untuk Pengembalian

Uang Pinjaman ... 54

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 59 5.2 Saran-saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RESPONDEN

(11)

xi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila Karya Ilmiah/Penulisan Hukum/Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, 11 Januari 2016 Yang menyatakan,

(12)

xii

ABSTRAK

Keberadaan hutang piutang cukup diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan sangat diperlukan dalam keadaan mendesak. Salah satu lembaga keuangan nonbank yang ada di Indonesia adalah PT. Pegadaian (Persero). Meminjam uang dengan cara gadai di PT. Pegadaian banyak dipilih sebagian orang karena perolehan kreditnya cepat dan tepat dengan prosedur yang mudah dan efisien. Setiap nasabah yang memberikan barang jaminan untuk digadaikan dianggap sebagai pemilik barang. Itu merupakan dasar dari peneriman barang gadai oleh PT. Pegadaian sesuai dengan ketentuan Pasal 1977 KUHPerdata. Jadi siapapun yang datang ke PT. Pegadaian dengan membawa barang jaminan untuk di gadaikan adalah sebagai pemilik sebenarnya barang tersebut. Tetapi apabila dalam kenyataannya ada kasus yang terjadi bahwa barang yang digadaikan bukan merupakan barang milik nasabah sendiri, melainkan barang yang didapatkan dari hasil kejahatan, maka pihak pegadaian dan pemilik barang yang sebenarnya merasa dirugikan.

Metode penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris merupakan penelitian ilmiah yang dilakukan dengan melihat kesenjangan teori dan praktek yang sesuai dengan hasil di lapangan karena data-data yang dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Data hukum yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan, dan data hukum sekunder berupa dokumen-dokumen seperti peraturan perundang-undangan dan literatur hukum.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa perjanjian gadai terhadap barang jaminan yang berasal dari hasil kejahatan batal demi hukum karena tidak dipenuhinya syarat sahnya perjanjian yang dimuat dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu sebab yang halal. PT. Pegadaian akan mengembalikan barang jaminan kepada pemilik sebenarnya, dan PT. Pegadaian (persero) akan meminta ganti rugi kepada debitur untuk melunasi hutangnya agar pihak pegadaian tidak dirugikan.

(13)

xiii

ABSTRACT

The existence of debts reasonably necessary in everyday life and are indispensable in urgent circumstances. One of the non-bank financial institutions in Indonesia is PT. Pawnshop (Persero). Borrow money by way of pawn in PT. Pawnshops was chosen in part because of the rapid and precise acquisition of credit with an easy and efficient procedure. Every customer who gave the pledged collateral to be considered as owner of the goods. That is the basis of the acceptance of goods pawn by PT. Pawnshops in accordance with the provisions of Article 1977 of the Civil Code. So anyone who comes to PT. Pawnshop to carry guarantees for mortgaged is as the actual owner of the goods. But if in fact there are cases that the pawned goods is not a property of its own customers, but the goods were obtained from the proceeds of crime, then the pawn shop and the owner of the goods actually feel disadvantaged.

The research method used is empirical legal research. Empirical legal research is a scientific research done by looking at the gaps theory and practice in accordance with the results on the field because the data collected through interviews and observations. Legal data used is primary data obtained from the field research, and the data in the form of secondary legal documents such as legislation and legal literature.

Based on the results of a study of these problems can be concluded that the lien on the collateral agreement that resulted from the crime null and void due to non-compliance with the terms validity of agreement contained in Article 1320 of the Civil Code that is because kosher. PT. Pawnshop will return the collateral to the real owners, and PT. Pawnshop (Persero) will ask for compensation to the debtor to pay off the debt that the mortgage was not harmed

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di dalam kehidupan ini, manusia tidak dapat melepaskan diri dari orang lain dan saling ketergantungan dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemajuan di berbagai sektor kehidupan dan persaingan yang semakin ketat dalam kehidupan, menyebabkan setiap orang berusaha untuk menciptakan peluang demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Ada kalanya seseorang pada saat tertentu membutuhkan dana untuk kepentingan mendesak misalnya untuk berobat, sedangkan ia kekurangan dana, maka salah satu alternatifnya adalah dengan meminjam uang atau berhutang untuk memperoleh tambahan uang.

(15)

2

(Insurance), Pegadaian (Pownshop), Dana Pensiunan (Pension Fund), Reksa Dana (Investment Fund), Bursa Efek (Stock Exchange).1

Salah satu lembaga keuangan nonbank yang ada di Indonesia adalah PT. Pegadaian (Persero), yang bergerak di bidang jasa penyaluran pinjaman uang kepada masyarakat atas dasar hukum gadai dengan jaminan benda bergerak. PT Pegadaian (Persero) tidak bersedia memberikan pinjaman tanpa adanya kepastian tentang pelunasan pinjaman tersebut. Oleh karena itu, biasanya pihak kreditur akan meminta jaminan kepada pihak peminjam atau debitur, sehingga mendapat kepastian untuk pelunasan atau pinjaman yang telah diberikan.

Meminjam uang dengan cara gadai di PT. Pegadaian (Persero) banyak dipilih sebagian orang disebabkan karena perolehan kredit dengan cara gadai adalah cara alternatif yang paling cepat dan tepat karena prosedur nya yang mudah dan efisien sehingga seorang debitur dapat dengan segera merealisasikan kepentingannya tanpa

adanya hambatan. Sesuai dengan motto nya yaitu “Mengatasi Masalah tanpa

Masalah”. Biasanya peminjaman uang dengan cara gadai ini, digunakan untuk jenis

pinjaman yang tidak terlalu besar jumlahnya.

Gadai merupakan jaminan dengan menguasai bendanya, fidusia adalah jaminan dimana terhadap benda jaminan hanya terjadi penyerahan hak kepemilikan tetapi secara fisik benda tersebut masih dalam penguasaan debitur, sedangkan hak tanggungan merupakan jaminan dengan tanpa menguasai bendanya. Jaminan dengan

1

(16)

3

menguasai bendanya bagi kreditur akan lebih aman, karna mengingat pada benda bergerak mudah dipindah tangankan dalam arti dijual lelang jika debitur wanprestasi walaupun mudah untuk berubah nilainya.

Terjadinya gadai didalam suatu PT. Pegadaian ( Persero ) yaitu apabila barang gadai diserahkan kepada PT. Pegadaian ( Persero ) dan selanjutnya melaksanakan penandatanganan SBK ( Surat Bukti Kredit ). Penyerahan barang tersebut terjadi pada saat yang bersamaan dengan penandatangan SBK. Suatu kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal, sebagaimana ditentukan dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya.2

Akan tetapi walaupun gadai telah membantu debitur secara cepat mewujudkan kepentingannya, namun dalam pelaksaannya sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan menimbulkan permasalahan. Setiap nasabah yang memberikan barang jaminan untuk digadaikan dianggap sebagai pemilik barang. Itu merupakan dasar dari peneriman barang gadai oleh PT.Pegadaian. Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 1977 KUHPerdata yang menentukan bahwa barang siapa yang menguasai benda bergerak maka dianggap sebagai pemiliknya. Jadi, PT. Pegadaian

2

(17)

4

menduga, bahwa siapapun yang datang ke PT. Pegadaian dengan membawa barang jaminan untuk di gadaikan adalah sebagai pemilik sebenarnya dari barang tersebut.

Dalam menerima barang jaminan PT. Pegadaian selalu didasarkan pada etikad baik. Ukuran etikad baik menjadi faktor penting dalam hal perjanjian gadai antara pihak yang berhutang dan berpiutang. Untuk itu dalam pemberian gadai PT. Pegadaian mengharuskan debitur atau nasabah melampirkan identitas diri atau Kartu Tanda Penduduk. Barang yang digadaikan juga harus memenuhi standard dan persyaratan formalitas yaitu sertifikat maupun surat bukti kepemilikan. Meskipun PT. Pegadaian telah berusaha mengantisipasi segala kemungkinan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi apabila dalam kenyataannya ada kasus yang terjadi bahwa barang yang digadaikan bukan merupakan barang milik nasabah sendiri, melainkan barang yang didapatkan dari hasil kejahatan, maka pihak pegadaian dan pemilik barang yang sebenarnya merasa dirugikan.

Tindakan apa yang harus dilakukan PT. Pegadaian (Persero) agar tidak menderita kerugian karena debitur yang menggadaikan barang jaminan tersebut meminjam sejumlah uang dan sewa modal yang harus dilunasi. Serta bagaimanakah akibat hukum dari perjanjian gadai terhadap barang jaminan yang berasal dari hasil kejahatan.

(18)

5

Yang berasal Dari Hasil Kejahatan : Studi pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang

Sesetan”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah akibat hukum perjanjian gadai terhadap jaminan yang berasal

dari hasil kejahatan ?

2. Bagaimanakah upaya-upaya yang dapat ditempuh dalam penyelesaian permasalahan terhadap barang jaminan yang berasal dari hasil kejahatan di PT. Pegadaian (Persero) ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Walaupun gadai telah membantu debitur secara cepat mewujudkan kepentingannya, namun dalam pelaksaannya sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan menimbulkan permasalahan. Setiap nasabah yang memberikan barang jaminan untuk digadaikan dianggap sebagai pemilik barang. Itu merupakan dasar dari peneriman barang gadai oleh PT.Pegadaian. Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 1977 KUHPerdata yang menentukan bahwa barang siapa yang menguasai benda bergerak maka dianggap sebagai pemiliknya. Jadi, PT. Pegadaian menduga, bahwa siapapun yang datang ke PT. Pegadaian dengan membawa barang jaminan untuk di gadaikan adalah sebagai pemilik sebenarnya dari barang tersebut.

(19)

6

Tanda Penduduk. Barang yang digadaikan juga harus memenuhi standard dan persyaratan formalitas yaitu sertifikat maupun surat bukti kepemilikan. Meskipun PT. Pegadaian telah berusaha mengantisipasi segala kemungkinan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi jika dalam kenyataannya ada kasus yang terjadi bahwa barang yang digadaikan bukan merupakan barang milik nasabah sendiri, melainkan barang yang didapatkan dari basil pencurian dan pinjam meminjam, maka pihak pegadaian dan pemilik barang yang sebenarnya merasa dirugikan.

Jika pemilik barang jaminan sebenarnya itu menuntut barang nya itu kembali, dan melaporkan ke polisi bahwa barangnya yang hilang telah digadaikan di PT. Pegadaian. Tindakan apa yang harus dilakukan PT. Pegadaian (Persero) agar tidak menderita kerugian karena debitur yang menggadaikan barang jaminan tersebut meminjam sejumlah uang dan sewa modal yang harus dilunasi. Karena sebelum uang pinjaman itu dilunasi, PT. Pegadaian tidak dapat mengembalikan barang jaminan. Hapusnya gadai itu apabila uang pinjaman dan sewa modal telah dibayar lunas oleh debitur. Sehingga untuk menghindari kerugian, antara pemilik barang sebenarnya dan PT. Pegadaian tindakan apa yang harus dilakukan serta upaya-upaya apa saja yang dapat ditempuh.

1.4 Orisinalitas Penelitian

(20)

7

Dari hasil penelusuran yang dilakukan terhadap tulisan atau hasil penelitian tentang “Perjanjian Gadai Yang Dijamin Dengan Barang Yang Berasal Dari Hasil Kejahatan : Studi Pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Sesetan“, belum pernah ada yang melakukan penelitian ini sebelumnya. Akan tetapi pernah ada yan gmeneliti tentang gadai yang terkait dengan wanprestasi dalam gadai, sebagai acuan kerangka berfikir maka penulis menggunakan3 skripsi terdahulu yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.4.1 Daftar Penelitian Sejenis

No Judul Skripsi/Jurnal Penulis Rumusan Masalah

(21)
(22)

9

No Judul Skripsi Penulis Rumusan Masalah

(23)

10

Cabang Sesetan permasalahan terhadap

barang jaminan yang berasal dari hasil kejahatan di PT. Pegadaian (Persero) ?

1.5 Tujuan Penelitian

Pada penulisan suatu karya tulis ilmiah, haruslah mempunyai tujuan yang dapat dipertanggung jawabkan. Adapun tujuan penulisan skripsi ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus :

a. Tujuan umum

1. Untuk mengetahui akibat hukum dari perjanjian gadai terhadap barang jaminan yang berasal dari hasil kejahatan.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat ditempuh oleh PT. Pegadaian (Persero) dalam menyelesaikan permasalahan terhadap barang jaminan yang berasal dari hasil kejahatan sehingga pihak-pihak yang terlibat tidak dirugikan.

b. Tujuan khusus

(24)

11

2. Untuk memahami upaya-upaya apa saja yang dapat ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan perjanjian gadai terhadap barang jaminan yang berasal dari hasil kejahatan sehingga pihak-pihak yang terlibat tidak dirugikan.

1.6Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Manfaat teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dan merupakan kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di masyarakat serta guna menambah pustaka hukum yang berkaitan dengan hukum perdata.

Hasil penelitian ini merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kemampuan para mahasiswa dalam menganalisis serta memecahkan permasalahan secara ilmiah dalam rangka menerapkan ilmu di bangku kuliah serta sebagai bahan bacaan tambahan dalam perpustakaan.

b. Manfaat praktis.

(25)

12

gadai terhadap barang jaminan yang berasal dari hasil kejahatan serta bagaimana upaya penyelesaiannya sehingga pihak-pihak yang terlibat tidak dirugikan.

Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai penyampaian informasi terhadap masyarakat dalam melakukan gadai khususnya di PT. Pegadaian ( Persero ) Cabang Sesetan. Serta untuk memberikan sumbangan pemikiran khususnya dalam pelaksanaan gadai khususnya di PT. Pegadaian ( Persero ) Cabang Sesetan.

1.7 Landasan Teoritis

Ketentuan mengenai gadai ini diatur dalam KUHPerdata Buku II Bab XX, Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160. Sedangkan pengertian gadai itu sendiri dimuat dalam Pasal 1150. Pasal 1150 merumuskan :

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang untuk berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berhutang atau oleh seorang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu di gadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.

(26)

13

telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biaya-biaya mana harus didahulukan.3

Gadai merupakan perjanjian riil, yaitu perjanjian yang disamping kata sepakat, diperlukan suatu perbuatan nyata (penyerahan kekuasaan atas barang gadai). Dalam hal ini yang bertindak sebagai kreditur ialah Pegadaian. Di dalam perjanjian tersebut, akan ditentukan beberapa klausul-klausul yang memuat kesepakatan mengenai hutang piutang antara debitur dan kreditur. Apabila pinjaman tersebut tidak dapat dilunasi tepat pada waktunya, maka penerima atau pemegang gadai yang bertindak sebagai kreditur berhak untuk menjual barang gadai sebagai pelunasan dari pinjaman kredit tersebut.4

Terjadinya gadai didalam suatu PT. Pegadaian ( Persero ) yaitu apabila barang gadai diserahkan kepada PT. Pegadaian ( Persero ) dan selanjutnya melaksanakan penandatanganan SBK ( Surat Bukti Kredit ). Penyerahan barang tersebut terjadi pada saat yang bersamaan dengan penandatangan SBK.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa saat terjadinya gadai adalah pada saat SBK ditandatangani. Dalam perjanjian kredit di PT. Pegadaian ( Persero ), apabila telah terjadi persetujuan atau ada kesepakatan antara kedua belah pihak, maka pihak debitur menyerahkan barang jaminan dan barang jaminan ada dalam kekuasaan kreditur dan sebagai imbalannya kreditur memberikan pinjaman uang dan

3

H. Hari Saherodji, 1980, Pokok-pokok Hukum perdata, Aksara Baru, Jakarta, hal.19

4

(27)

14

memberikan Surat Bukti Kredit ( SBK ) sebagai bukti adanya perjanjian gadai dan sebagai alat bukti untuk mengambil barang jaminan apabila hutang debitur telah dilunasi.

Perjanjian adalah sumber perikatan, menurut Pasal 1313 KUHPerdata dirumuskan bahwa perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari peristiwa ini, timbulah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang disebut dengan perikatan yang didalamya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Ada beberapa kelemahan dari pengertian perjanjian yang diatur dalam ketentuan diatas, seperti yang dinyatakan oleh Mariam Darius Badrulzaman (dkk) yaitu :

Definisi perjanjian yang terdapat dalam ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata adalah tidak lengkap dan terlalu luas, tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihak saja. Definisi itu dikatakan terlalu luas karena dapat mencakup perbuatan-perbuatan di dalam lapangan hukum keluarga, seperti janji kawin yang merupakan perjanjian juga, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata buku III, perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata buku III kriterianya dapat dinilai secara materiil, dengan kata lain dinilai dengan uang.5

Beberapa sarjana hukum juga memberikan definisi mengenai perjanjian antara lain sebagai berikut : Menurut Sri Soedewi Masychon Sofyan, perjanjian adalah

5

(28)

15

suatu perbuatan hukum dimana seorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap seorang lain atau lebih.6

Menurut Abdulkadir Muhammad, perjanjian adalah suatu persetujuan dengan dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. Dalam definisi tersebut, secara jelas terdapat consensus antara para pihak, yaitu persetujuan antara pihak satu dengan yang lainnya. Selain itu juga, perjanjian yang dilaksanakan terletak pada lapangan harta kekayaan.7

Menurut M. Yahya Harahap, perjanjian maksudnya adalah hubungan hukum yang menyangkut hukum kekayaan antara 2 (dua) orang atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi.8

Menurut Subekti yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini timbul suatu hubungan perikatan.9

Menurut Wirjono Prodjodikoro, perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai benda antara dua pihak dalam mana salah satu pihak berjanji untuk

6

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1982, Hukum Perjanjian, Universitas Gadjah Maja, Yogyakarta, hal.8

7

Abdul Kadir Muhammad, 1990, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Jakarta, hal. 14 8

M. Yahya Harahap, 1986, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, hal.6 9

(29)

16

melakukan suatu hal atau tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.10

Dalam Pasal 1320 KUHPerdata dirumuskan, untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, artinya yang dimaksud kesepakatan disini adalah adanya rasa iklas atau saling memberi dan menerima atau sukarela diantara pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut. Jadi sepakat merupakan pertemuan dua kehendak dimana kehendak pihak yang satu saling mengisi dengan apa yang dikehendaki pihak lain. Kesepakatan tidak ada apabila kontrak dibuat atas dasar paksaan, penipuan, atau kekhilafan.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, artinya kecakapan disini berarti para pihak yang membuat kontrak haruslah orang-orang yang oleh hukum dinyatakan sebagai subyek hukum. Sedangkan yang tidak cakap adalah orang-orang yang ditentukan oleh hukum yaitu anak-anak, orang-orang dewasa yang ditempatkan dibawah pengawasan, dan orang sakit jiwa.

3. Suatu hal tertentu, artinya obyek yang diatur kontrak harus jelas, setidak-tidaknya dapat ditentukan. Obyek perjanjian adalah prestasi yang menjadi pokok perjanjian bersangkutan. Prestasi itu sendiri bisa berupa perbuatan untuk memberikan sesuatu, melakukan sesuatu, atau tidak melakukan sesuatu. Hal ini

10

(30)

17

penting untuk memberikan jaminan atau kepastian kepada pihak-pihak dan mencegah timbulnya kontrak fiktif.

4. Suatu sebab yang halal, artinya isi kontrak tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan yang bersifat memaksa, ketertiban umum dan atau kesusilaan. Sebab yang dimaksud disini bukanlah sebab yang mendorong orang tersebut melakukan perjanjian, melainkan tujuan bersama yang hendak dicapai oleh para pihak.11

Ada beberapa asas yang dapat ditemukan dalam hukum perjanjian, namun ada 3 (tiga) diantaranya yang merupakan asas terpenting dan karenanya perlu untuk diketahui, yaitu:

1. Asas konsensualitas, yaitu bahwa suatu perjanjian dan perikatan yang timbul telah lahir sejak detik tercapainya kesepakatan, selama para pihak dalam perjanjian tidak menentukan lain. Asas ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian. Asas ini sangat erat hubungannya dengan asas kebebasan berkontrak.

2. Asas kebebasan berkontrak, yaitu bahwa para pihak dalam suatu perjanjian bebas untuk menentukan isi dari perjanjian tersebut sepanjang tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan kepatutan. Asas ini tercermin jelas dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat sebagai

11

(31)

18

undang bagi mereka yang membuatnya. Asas kebebasan berkontrak merupakan suatu dasar yang menjamin kebebasan orang dalam melakukan kontrak. Hal ini tidak terlepas dari sifat Buku III KUHPerdata yang hanya merupakan hukum yang mengatur sehingga para pihak dapat mengesampingkannya, kecuali terhadap pasal-pasal tersebut sifatnya memaksa.12

3. Asas Pacta Sunt Servanda atau asas kepastian hukum

Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian dan tersimpul dalam kalimat

“berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya” pada akhir

Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Jadi perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak mengikat para pembuatnya sebagai undang-undang. Oleh karenanya asas ini disebut juga asas kepastian hukum.

Untuk sahnya suatu perjanjian gadai, pemberi gadai haruslah seorang yang berwenang menguasai bendanya. Benda itu kemudian bisa dipegang oleh kreditur atau si penerima gadai.Karena benda gadai ada di tangan pemegang gadai, seakan-akan benda gadai ada di dalam genggaman pemegang gadai. Jadi benda gadai pada asasnya ada dalam kekuasaan pemegang gadai.13

Apabila dalam perjanjian gadai tersebut dijanjikan bahwa gadai tetap berada dibawah kekuasaan debitur walaupun atas kemauan kreditur, maka perjanjian gadai tersebut tidak sah dan dianggap batal demi hukum, perjanjian

12

Ahmadi Miru, 2007, Hukum Kontrak Perencanaan Kontrak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 4.

13

(32)

19

gadai tersebut dianggap tidak pernah ada. Penyerahan ini menjadi syarat mutlak dalam perjanjian gadai. Alasan pengaturan ini sebenarnya demi keamanan hak kreditur atas pelunasan utang – utang debitur. Apabila debitur masih menguasai barang – barang yang menjadi obyek gadai, dikawatirkan debitur dengan mudah dapat mengalihkan dan menyerahkan barang gadainya kepada pihak lain walaupun pihak lain ini memiliki itikad baik yang perlu dilindungi secara hukum.

Di dalam pelaksaan gadai, yang menjadi obyek dalam gadai ini adalah jaminan yang berupa benda bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud. Mengenai sifat perjanjian jaminan lazimnya dikonstruksikan sebagai perjanjian yang bersifat accessoir yaitu senantiasa merupakan perjanjian yang dikaitkan dengan perjanjian pokok, mengabdi pada perjanjian pokok.14 Dalam KUHPerdata, pengaturan mengenai jaminan secara umum terhadap pelunasan hutang dapat dilihat pada Pasal 1131 dan Pasal 1132. Pasal 1131 merumuskan :

“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak,

baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk perikatan perseorangan”.

Selanjutnya dalam Pasal 1132 KUHPerdata merumuskan :

“Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang

mengutangkan padanya, pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi

14

(33)

20

menurut keseimbangan yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali bila diantara kreditur itu ada alasan-alasan sah untuk didahulukan”.

1.8 Metode Penelitian

Metodologi penelitian merupakan ilmu mengenai jenjang-jenjang yang harus dilalui dalam proses penelitian, ilmu yang membahas metode ilmiah, mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 15 Penelitian digunakan untuk mengkaji permasalahan dari segi hukum dan segi sosiologisnya yang artinya membahas penelitian tersebut didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Tanpa adanya penelitian hukum maka pengembangan hukum tidak akan berjalan maksimal.16

a. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan karya tulis skripsi ini adalah penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris merupakan penelitian ilmiah yang dilakukan dengan melihat kesenjangan teori dan praktek yang sesuai dengan hasil di lapangan karena data-data yang dikumpulkan melalui wawancara dan observasi.17

b.Jenis pendekatan.

15

Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisi 1, Granit, Jakarta, hal. 1. 16Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi, 2014,

Penelitian Hukum (Legal Research), Cetakan pertama, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 7.

17

(34)

21

Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu :

a. Pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) yaitu dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkutan dengan isu hukum yang sedang ditangani.18

b. Pendekatan fakta (fact approach)yang artinya bahwa pendekatan yang di lakukan berdasarkan fakta – fakta yang terjadi di lapangan yang ada kaitannya dengan permasalahan isu hukum yang sedang di tangani.

c. Sifat penelitian

Penelitian hukum empiris yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam karya tulis ini adalah penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Sifat deskriptif ini pada penelitian secara umum, termasuk pula dalam penelitian ilmu hukum, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara gejala yang satu dengan gejala lainnya di dalam masyarakat.19

d.Sumber data

18

Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Cetakan ke-VI, Kencana, Jakarta, hal.133.

19

(35)

22

Pada umumnya, data dalam penelitian dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan bahan pustaka.Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat disebut dengan data primer (data dasar) dan data yang diperoleh dari bahan pustaka disebut data sekunder.

Untuk menunjang pembahasan terhadap permasalahan yang diajukan, data yang didapatkan bersumber dari data berikut :

- Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh oleh hasil penelitian lapangan. Adapun sumber utama dalam penulisan penelitian ini adalah data yang diperoleh dari PT. Pegadaian (persero) Cabang Sesetan.

- Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang bersumber dari penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan yang dimaksud antara lain : dokumen

– dokumen resmi, buku – buku, hasil - hasil penelitian yang berwujud

laporan yang menunjang dan berkaitan dengan penelitian serta untuk menyempurnakan data yang di dapat dari lapangan.

Untuk sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari sumber bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

1) Bahan hukum primer

(36)

Undang-23

Undang Hukum Perdata serta pedoman operasional Pegadaian (Persero).

2) Bahan hukum sekunder

Sumber bahan hukum sekunder merupakan bahan yang bersumber dari buku – buku atau literatur – literatur hukum, artikel, jurnal – jurnal hukum,laporan penelitian, internet, dan karya tulis hukum lainnya yang relevan dengan permasalahan yang diangkat.

3) Bahan hukum tersier

Bahan-bahan non hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.Bahan hukum tersier yang digunakan seperti kamus hukum, ensiklopedia dan buku pegangan lainnya.

e. Teknik pengumpulan data

Dalam mendapatkan data praktis, dapat menggunakan dua cara dalam mendapatkan data yang relevan dalam pengumpulan data. Antara lain :

(37)

24

b. Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun secara langsung dilapangan untuk mendapatkan data primer ( basic data primary data ). Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data primer dilakukan pada PT. Pegadaian (persero) Cabang Sesetan.

f. Teknik pengolahan dan analisis data

(38)

25

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

2.1 Pengertian Gadai

Salah satu lembaga jaminan yang obyeknya benda bergerak adalah lembaga gadai yang diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUHPerdata. Menurut Pasal 1150 KUHPerdata pengertian tentang gadai adalah sebagai berikut :

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang – orang berpiutang lainnya ; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya – biaya mana harus didahulukan.

Dari perumusan Pasal 1150 KUHPerdata di atas dapat diketahui, bahwa gadai merupakan suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya, untuk menjamin suatu hutang dan yang memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapat pelunasan dari barang tersebut lebih dulu dari kreditur-kreditur lainnya, kecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk benda itu, biaya-biaya mana harus didahulukan.

(39)

26

Gadai adalah menjadikan barang atau benda berharga sebagai jaminan utang dan akan dijadikan alat pembayaran utangnya apabila utang tersebut tidak dapat dibayar sampai batas waktu yang telah ditentukan. Adapaun barang yang dijadikan jaminan biasanya barang yang berharga atau yang mempunyai nilai ekonomis serta dapat disimpan/ bertahan lama. Misalnya emas, tanah, rumah, kendaraan, binatang dan lain – lain.20

Menurut H. Salim H S, gadai adalah “ suatu perjanjian yang dibuat oleh

kreditur dengan debitur, dimana debitur menyerahkan benda bergerak kepada kreditur, untuk menjamin pelunasan suatu hutang gadai, ketika debitur lalai

prestasinya.”21

Pegadaian adalah lembaga keuangan nonbank yang merupakan salah satu bentuk lembaga pembiayaan yang diperuntukkan untuk masyarakat luas berpenghasilan rendah yang membutuhkan dana dalam waktu segera. Dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan tertentu terutama yang sangat mendesak, misalnya biaya pendidikan anak pada awal tahun ajaran, biaya pulang mengunjungi keluarga yang terkena musibah, biaya pengobatan, dan lain-lain. Lembaga pembiayaan pegadaian dibentuk oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan.22

20

Schacht, Joseph. 2010. Pengantar Hukum Islam. Nuansa, Bandung. hal. 205.

21

Salim, 2011, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, hal 34

22

(40)

27

Untuk meningkatkan efektivitas dan produktifitas, maka sejak april 1990 status hukum perusahaan dialihkan menjadi perusahaan jawatan (perjan) menjadi perusahaan umum (perum) melalui peraturan pemerintah nomor : 10 tahun 1990 (lembaran Negara tahun 1990 nomor :14), kemudian diubah lagi menjadi Perseroan Terbatas (PT) Pegadaian (Persero) dalam PP no, 55 tahun 2011.

Adapun kegiatan usaha Pegadaian pada umumnya meliputi 2 hal yaitu :

a. Penghimpunan dana (funding product) b. Penggunaan dana.23

Perjanjian Gadai

Suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang merumuskan

bahwa “suatu perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu

orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih”.

Terjadinya gadai didalam suatu PT. Pegadaian ( Persero ) yaitu apabila barang gadai diserahkan kepada PT. Pegadaian ( Persero ) dan selanjutnya melaksanakan penandatanganan SBK ( Surat Bukti Kredit ). Penyerahan barang tersebut terjadi pada saat yang bersamaan dengan penandatangan SBK.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa saat terjadinya gadai adalah pada saat SBK ditandatangani. Dalam perjanjian kredit di PT. Pegadaian ( Persero ), apabila telah terjadi persetujuan atau ada kesepakatan antara kedua belah pihak, maka pihak

23

(41)

28

debitur menyerahkan barang jaminan dan barang jaminan ada dalam kekuasaan kreditur dan sebagai imbalannya kreditur memberikan pinjaman uang dan memberikan Surat Bukti Kredit ( SBK ) sebagai bukti adanya perjanjian gadai dan sebagai alat bukti untuk mengambil barang jaminan apabila hutang debitur telah dilunasi.

Gadai merupakan perjanjian riil, yaitu perjanjian yang disamping kata sepakat, diperlukan suatu perbuatan nyata (penyerahan kekuasaan atas barang gadai). Dalam hal ini yang bertindak sebagai kreditur adalah pegadaian. Di dalam perjanjian tersebut, akan ditentukan beberapa klausul-klausul yang memuat kesepakatan mengenai hutang piutang antara debitur dan kreditur. Apabila pinjaman tersebut tidak dapat dilunasi tepat waktu, maka penerima atau pemegang gadai yang bertindak sebagai kreditur berhak untuk menjual barang gadai sebagai pelunasan dari pinjaman kredit tersebut.24

Gadai diperjanjikan dengan maksud untuk memberikan jaminan atas suatu kewajiban prestasi tertentu, yang pada umumnya tidak selalu merupakan perjanjian utang piutang dan karenanya dikatakan, bahwa perjanjian gadai mengabdi kepada perjanjian pokoknya atau ia merupakan perjanjian yang

24

(42)

29

bersifat accesoir.25 Perjanjian accesoir adalah perjanjian yang bersifat tambahan dan dikaitkan dengan perjanjian pokok.26

2.2Syarat Sahnya Perjanjian Gadai

Sebagaimana diketahui bahwa hak gadai timbul sebagai akibat dari perjanjian kredit atau pinjam uang sehingga sebagai suatu perjanjian hak gadai juga harus memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yang ditentukan oleh undang-undang yaitu dalam Pasal 1320 KUH Perdata, antara lain :

1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak

Maksud dari pada syarat ini yaitu adanya kesepakatan atau persesuaian kemauan masing-masing pihak yang membuat perjanjian mengenai hal-hal pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Dan saling menghargai segala hak dan kewajiban masing-masing pihak sehingga terlaksana perjanjian yang sah dan adil. Didalam perjanjian gadai, para pihak dalam perjanjian gadai tersebut harus sepakat mengenai apa yang diperjanjian atau disetujui mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang dibuat. Jadi kedua belah pihak menghendaki sesuatu secara timbal balik dimana pihak pemberi gadai agar mendapatkan pinjaman uang senilai dengan nilai benda jaminannya sedangkan pihak penerima gadai menghendaki di dalam pelaksanaannya akan menerima benda jaminan sebagai jaminan dari hutang pemberi gadai.

25

Rachmadi Usman, 2009, Hukum Jaminan Keperdataan, sinar grafika, Jakarta, hal. 106.

26

(43)

30

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

Dalam hubungannya membuat suatu perjanjian, seseorang dikatakan cakap apabila berdasarkan ketentuan undang-undang ia dianggap mampu membuat sendiri perjanjian dengan adanya hubungan hukum yang pada asasnya setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum. Sedangkan dalam Pasal 1330 KUHPerdata dikatakan bahwa tidak cakap membuat perjanjian ialah orang yang belum dewasa, orang yang dibawah pengampuan dan perempuan yang bersuami. Mereka ini apabila melakukan perbuatan hukum harus diwakili oleh wali mereka dan bagi istri setelah mendapat ijin dari suaminya.

3. Adanya suatu hal tertentu

Suatu hal tertentu merupakan prestasi yang perlu dipenuhi dalam suatu perjanjian. Prestasi itu harus tertentu atu sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Apa yang diperjanjikan harus cukup jelas, ditentukan jenisnya, jumlahnya boleh tidak disebutkan asal dapat dihitung atau ditetapkan.

(44)

31

4. Adanya suatu sebab yang tidak terlarang

Syarat ini merupakan tujuan dari perjanjian itu sendiri. Dalam Pasal 1337 KUHPerdata ditentukan bahwa : suatu sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh undang-undang atau bila sebab itu bertentangan dengan kesusilaan atau dengan ketertiban umum. Dalam perjanjian gadai, dimana isi dari perjanjian yang dibuat antara pemberi gadai dengan penerima gadai juga tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

Syarat kesepakatan dan kecakapan disebut dengan syarat subyektif, oleh karena kedua syarat tersebut adalah mengenai orangnya yang terikat dalam perjanjian, sedangkan suatu hal tertentu dan sebab yang tidak terlarang disebut dengan syarat obyektif yaitu apa yang dituju atau apa yang dijanjikan oleh masing-masing pihak dengan membuat perjanjian tersebut.

Oleh karena hak gadai hanya mengenai barang-barang bergerak saja, maka pemegang gadai sulit untuk menyelidiki apakah pemberi gadai itu betul-betul berhak untuk mengasingkan barang itu, misalnya : si pemberi hanya sebagai penyewa saja dari barang itu, maka disini hak gadai tidak dapat dibatalkan, dengan syarat si pemegang gadai harus jujur, dimana ia harus betul-betul mengira kalau si pemberi gadai adalah berhak untuk memberi gadai.27

27

(45)

32

Apabila ada hal yang seharusnya dapat diduga lebih dahulu bahwa si pemberi gadai adalah tidak berhak, maka dalam hal ini pemegang gadai tidak mendapat perlindungan dan hak gadai menjadi batal. Dalam hak gadai ini perjanjian hutang piutangnya boleh dibuat secara bebas bentuknya, boleh secara lisan maupun tertulis. Kalau secara tertulis dapat dipergunakan secara akte notaris ataupun secara akte di bawah tangan.

Hak gadai baru dianggap terjadi apabila barang jaminan diserahkan kepada kekuasaan si pemegang gadai. Dalam Pasal 1152 KUH Perdata ditegaskan bahwa hak gadai atas barang-barang bergerak dan piutang-piutang atas bahwa harus diletakkan dengan menyerahkan barangnya di bawah kekuasaan si pemegang gadai, atau dimungkinkan juga dibawah kekuasaan pihak ketiga yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.

Jadi dalam hak gadai ini penyerahan kekuasaan ini dianggap oleh undang-undang sebagai syarat mutlak untuk adanya hak gadai. Dan undang-undang-undang-undang juga mengizinkan bahwa barang tanggungan itu di taruh di bawah kekuasaan seorang pihak ketiga atas persetujuan kedua belah pihak yang berkepentingan. Jadi yang dikehendaki oleh undang-undang itu sebenarnya ialah ditariknya barang dari kekuasaan orang yang memberikan tanggungan.

(46)

33

bendanya meskipun sebagian dari pada hutang telah dibayar, hal itu tidak berarti bahwa sebagian dari benda/barang tanggungannya kembali kepada si berhutang, tetapi baru apabila seluruh hutang sudah dibayar, tanggungan itu di kembalikan.

2.3Obyek Gadai

Obyek gadai adalah segala benda bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, obyek yang dapat dijadikan gadai meliputi semua benda-benda bergerak yang terdiri dari :

1. Benda bergerak berwujud

2. Benda bergerak yang tidak berwujud yang meliputi hak untuk mendapatkan pembayaran uang, dapat berupa surat-surat piutang aan toonder (kepada si pembawa), aan order (atas tunjuk), dan op naam (atas nama).28

Subyek gadai sebagaimana halnya dengan perjanjian-perjanjian jaminan pada umumnya, jika seseorang membuat suatu perjanjian maka sebenarnya di dalamnya terkandung dua jenis perjanjian. Yang pertama adalah perjanjian hutang-piutang uang (sebagai perjanjian pokok) dan yang kedua adalah perjanjian jaminan yang bersifat accesoir. Subyek dari masing-masing perjanjian tersebut ada dua. Dalam perjanjian pokok subyeknya adalah pihak kreditur dan pihak debitur. Kreditur adalah pihak yang memberi utang (pihak berpiutang), sedangkan debitur adalah pihak yang berhutang. Pemberi jaminan adalah pihak yang

28

(47)

34

menyediakan (memberikan jaminan) dan pemegang jaminan adalah pihak yang menerima jaminan.

2.4Jangka Waktu Gadai

Suatu perjanjian gadai tidaklah berlangsung terus menerus, melainkan sifatnya adalah terbatas atas waktu sebagaimana telah ditentukan didalam perjanjian dan sewaktu-waktu benda yang dijadikan jaminan bisa ditebus oleh pemiliknya.

Seperti yang telah dikatakan, bahwa gadai itu adalah bersifat accesoir, hanya sebagai buntut saja dari suatu perjanjian utama, yang dalam hal ini yaitu perjanjian hutang-piutang.

Dengan hapusnya perjanjian utama, maka hapus pula perjanjian tambahan/accesoir itu. Jadi hak gadai itu hapus apabila barang yang digadaikan keluar dari kekuasaan si pemegang gadai, misalnya : karena debitur telah membayar lunas hutangnya, atau bisa juga karena si kreditur dengan sukarela melepaskan benda yang digadaikan itu.

Apabila barang gadai itu keluar dari kekuasaan si pemegang gadai, karena hilang atau dicuri dari padanya, maka berhaklah ia menuntutnya sebagaimana yang disebut dalam Pasal 1977 KUHPerdata. Apabila barang gadai yang telah hilang didapat kembali, maka hak gadai dianggap tidak pernah hilang.

2.5Macam-macam Jaminan

(48)

35

hukum yang mengatur tentang jaminan dari pihak debitur atau dari pihak ketiga bagi kepastian pelunasan piutang kreditur atau pelaksanaan suatu prestasi.29

Adapun sifat jaminan seperti yang diatur dalam KUHPerdata sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1131 KUHPerdata adalah :

“Segala kebendaan orang yang berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak

bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk perikatannya pribadi”.

Pada umumnya jenis-jenis lembaga jaminan sebagaimana dikenal dalam Tata Hukum Indonesia dapat di golong-golongkan menurut cara terjadinya, menurut sifatnya, menurut obyeknya, menurut kewenangan menguasainya dan lain-lain sebagai berikut :

a. Jaminan yang lahir karena ditentukan oleh undang-undang dan perjanjian Jaminan yang ditentukan oleh undang-undang ialah jaminan yang adanya ditunjuk oleh undang-undang tanpa adanya perjanjian dari para pihak yaitu misalnya adanya ketentuan undang-undang yang menentukan bahwa semua harta benda debitur baik benda bergerak maupun benda tetap, baik benda-benda yang sudah ada maupun yang masih aka nada menjadi jaminan bagi seluruh perutangan.30

b. Jaminan umum dan jaminan khusus

29

http://kuliahade.wordpress.com/2010/04/18/hukum-jaminan-pengertian-dan-macam-macam-jaminan/,diakses tanggal 23 september 2015.

30

(49)

36

Jaminan umum itu timbulnya dari undang-undang. Tanpa adanya perjanjian yang diadakan oleh para pihak terlebih dahulu. Sedangkan jaminan khusus itu timbulnya karena adanya perjanjian yang khusus diadakan antara kreditur dan debitur yang dapat berupa jaminan yang bersifat kebendaan ataupun jaminan yang bersifat perorangan.

c. Jaminan yang bersifat kebendaan dan hak perorangan

Jaminan yang bersifat kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda, yang mempunyai cirri-ciri : mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya (droit de suite) dan dapat diperalihkan (contoh hipotik, gadai dan lain-lain). Jaminan yang bersifat perorangan ialah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur seumumnya.

d. Jaminan atas benda bergerak dan tak bergerak

Penggolongan atas benda yang penting menurut system hukum perdata yang berlaku kini di Indonesia adalah penggolongan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak. Menurut sistim hukum perdata pembedaan atas benda bergerak dan tak bergerak itu mempunyai arti penting dalam berbagai bidang yang berhubungan dengan penyerahan, daluarsa (verjaring), kedudukan berkuasa (bezit), pembebanan/ jaminan.

(50)

37

Jaminan yang merupakan cara menurut hukum untuk pengamanan pembayaran kembali kredit yang diberikan dapat juga dibedakan atas jaminan dengan menguasai bendanya dan jaminan dengan tanpa menguasai bendanya. Jaminan yang diberikan dengan menguasai bendanya misalnya pada gadai (pand, pledge), hak retensi. Sedang jaminan yang diberikan dengan tanpa menguasai bendanya dijumpai pada hipotik, ikatan kredit, fidusia, privilege.31

31

Gambar

Tabel 1.4.1 Daftar Penelitian Sejenis
Tabel 1.4.2 Daftar Penelitian Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Hasil persilangan antara ikan nila pandu F6 dan nila merah lokal aquafarm yang menghasilkan karakter reproduksi terbaik yaitu pada perlakuan A (strain pandu F6

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Dewi Merlina dan Eka Nurmala Sari (2009) yang meneliti pengaruh rasio profitabilitas dan

3 Hasil pendaftaran SE2016 menunjukkan bahwa distribusi usaha/perusahaan menurut lapangan usaha, didominasi oleh lapangan usaha perdagangan besar dan eceran sebanyak

Dewan penasihat merupakan orang bukan anggota yang diangkat berdasarkan keahliannya sebagai penasihat yang nantinya akan diberikan balas jasa berdasarkan keputusan Rapat

The number of people travelling to the region from Finland can also be considered exceptional in the sense that jihadist activism has been very modest in every measure in this

Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar

Menjelang pelaksanaan Kongres, Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat harus menyusun laporan pekerjaan politik dan organisasi nasional di antara 2 (dua) Kongres yang akan dilaporkan

8% Dalam sistem hidrolik yang ,ertugas se,agai pemindah oli dari tangki ke sistem dan se,agai pengu,ah energi mekanis menjadi energi hidrolik  adalah1.. a% Tangki hidrolik   ,%