• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR PELAYANAN MINIMUM PENDIDIKAN : Studi Kasus Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STANDAR PELAYANAN MINIMUM PENDIDIKAN : Studi Kasus Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Administrasi Pendidikan

Oleh :

IKHBAL FIRDAUS

0906245

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PENDIDIKAN (Studi Kasus Manajemen

Sarana dan Prasarana Pendidikan di

Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI

Bandung

Oleh Ikhbal Firdaus

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ikhbal Firdaus 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

(Studi Kasus Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung)

(4)

ABSTRAK

Standar pelayanan minimum sarana dan prasarana adalah kriteria minimum. Standar sarana dan prasarana tersebut disusun untuk lingkup pendidikan formal, jenis pendidikan umum, jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu: Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).Standar sarana dan prasarana mencakup kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah. Kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruang-ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah.

Penelitian ini memfokuskan kajian tentang standar minimum manajemen sarana dan prasarana di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI yang mencakup SD, SMP, dan SMA Bumi Siliwangi Bandung, antara lain: (1) Lahan, (2) Bangunan, dan (3) Kelengkapan sarana dan prasarana di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus. Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dilapangan dilakukan analisis data untuk mendapatkan temuan penelitian. Keabsahan data diuji dengan kredibilitas data, transferabilitas, reliabilitas, dan konfirmabilitas.

Temuan penelitian yaitu: pertama lahan yang terdiri dari beberapa unsur diantaranya luas lahan yang tidak memenuhi standar pelayanan minimum, keamanan, kenyamanan, dan izin pemanfaatan lahan sudah mencukupi pemenuhan standar pelayanan minimum sarana prasarana. Kedua bangunan yang memenuhi standar pelayanan minimum yaitu unsur keselamatan, kesehatan, daya listrik, izin bangunan, dan pemeliharaan sedangkan luas lantai bangunan untuk sementara ini belum memenuhi kriteria standar pelayanan minimum. Ketiga kelengkapan sarana dan prasarana yang belum terpenuhi yaitu perpustakaan yang belum memadai, ruangan laboratorium, serta ruang tenaga kerja.

(5)

Minimum service standards of facilities and infrastructure are the minimum criteria.The standard of facilities and infrastructure are prepared for the scope of formal education, type of general education, primary and secondary education, namely: elementary school/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), junior high school/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), and senior high school/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Standard of facilities and infrastructure include minimum criteria means consisting of educational furniture,educational equipment, educational media, book and other learning resources, information and communication of technology, and other equipment that must be owned by any school/madrasah. The minimum criteria of infrastructure which consists of land sites, bulidings, space, and power installations and services that must be owned by any school/madrasah.

This research study focuses on minimum standards of facilities and infrastructure management in Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI which includes elemnatary schools, junior high school and senior high school of Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bumi Siliwangi Bandung, include: (1) land sites, (2) buildings, and (3) completeness of facilities and infrastructure in Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung.

Methods used in this study is a qualitative research method with a case study design. For collect of data, author using observation, interviews, and documentation. Data obtained in the where research, analysis of data to get research findings. Validity of the data was tested with the credibility of the data, transferability, reliability, and confirmability.

Findings of the research are: first, land sites which consists of several elements icnluding land area that does not fullfill the minimum service standards of facilities and infrastructure, safety, comfort, and land use permits be sufficient compliance with the minimum service standards of facilities and infrastructure. Second, bulidings that fullfill the minimum service standards of facilities and infrastructure are: elements of safety, health, electric power, buliding permits and maintenance, while the floor area of the building for the time being not fullfill the minimum service standards of facilities and infrastructure. Third, completeness of facilities and infrastructure that not fullfill with completeness of facilities and infrastructure are library of inadequate, laboratory room and employee room.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Asumsi Penelitian ... 10

F. Penjelasan Istilah ... 11

G. Struktur Organisasi Skripsi ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 13

A. Kajian Pustaka ... 13

1. Konsep Mutu Pendidikan ... 13

a. Konsep Dasar Mutu Pendidikan ... 13

b. Karakteristik Pokok Mutu Pendidikan ... 14

2. Konsep Manajemen Sekolah ... 17

a. Pengertian Manajemen ... 17

b. Pengertian Manajemen Sekolah ... 18

c. Pengertian Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 19

d. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 22

e. Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 31

f. Bidang Garapan Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 34

(7)

a. Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan ... 39

4. Standar Pelayanan Minimum Pendidikan bidang Sarana dan Prasarana 44 a. Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar ... 47

b. Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama ... 54

c. Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Atas ... 62

B. Kerangka Pemikiran ... 70

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 73

A. Desain Penelitian ... 73

1. Lokasi Penelitian ... 73

2. Sumber Data Penelitian ... 73

B. Metode Penelitian dan Pendektan Penelitian ... 74

C. Definisi Konseptual dan Definsi Operasional ... 75

1. Definisi Konseptual ... 75

2. Definisi Operasional... 76

D. Instrumen Penelitian... 77

E. Teknik Pengumpulan Data ... 82

1. Teknik Wawancara ... 82

2. Teknik Observasi ... 84

3. Teknik Dokumentasi ... 88

4. Triangulasi ... 88

F. Analisis Data ... 90

1. Reduksi Data ... 91

2. Display Data ... 91

3. Kesimpulan/Verifikasi ... 92

G. Uji Keabsahan Data... 92

1. Kredibilitas ... 93

2. Transferabilitas ... 94

3. Dependabilitas ... 94

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 96

A. Hasil Temuan Umum ... 97

1. Sejarah Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung ... 97

2. Profil Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung ... 98

B. Hasil Temuan Penelitian ... 105

1. Lahan ... 105

2. Bangunan ... 106

3. Kelengkapan Sarana dan Prasarana ... 107

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 112

1. Lahan ... 112

2. Bangunan ... 117

3. Kelengkapan Sarana dan Prasarana ... 122

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 126

A. Kesimpulan ... 126

B. Implikasi ... 128

C. Rekomendasi ... 128

1. Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung ... 128

2. Penulis Selanjutnya ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 130

LAMPIRAN - LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

No No. Tabel Keterangan Hal

1. Tabel 2.1

Rasio Minimum Luas Lahan terhadap Siswa

SD/MI

47

2. Tabel 2.2

Luas Minimum Lahan untuk SD/MI yang

Memiliki Kurang dari 15 Siswa per

Rombongan Belajar

48

3. Tabel 2.3

Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan

terhadap Siswa SD/MI

50

4. Tabel 2.4

Luas Minimum Lantai Bangunan untuk

SD/MI yang Memiliki Kurang dari 15

Siswa per Rombongan Belajar

50

5. Tabel 2.5

Rasio Minimum Luas Lahan terhadap Siswa

SMP/MTs

54

6. Tabel 2.6

Luas Minimum Lahan untuk SMP/MTs

yang Memiliki Kurang dari 15 Siswa per

Rombongan Belajar

55

7. Tabel 2.7

Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan

terhadap Siswa SMP/MTs

57

8. Tabel 2.8

Luas Minimum Lantai Bangunan untuk

SMP/MTs yang Memiliki Kurang dari 15

Siswa per Rombongan Belajar

(10)

9. Tabel 2.9

Rasio Minimum Luas Lahan terhadap Siswa

SMA/MA

62

10. Tabel 2.10

Luas Minimum Lahan untuk SMA/MA

yang Memiliki Kurang dari 15 Siswa per

Rombongan Belajar

63

11. Tabel 2.11

Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan

terhadap Siswa SMA/MA

65

12. Tabel 2.12

Luas Minimum Lantai Bangunan untuk

SMA/MA yang Memiliki Kurang dari 15

Siswa per Rombongan Belajar

66

(11)

DAFTAR GAMBAR

No No. Gambar Keterangan Hal

1. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 70

2. Gambar 3.1 Letak Triangulasi 89

3. Gambar 3.2

Uji Keabsahan Data dalam Penelitian

Kualitatif

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan yang diselenggarakan baik pada pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.

Penyelenggaraan pendidikan harus fokus diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik seperti yang tercantum dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 bahwa satuan pendidikan diupayakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu :

“berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”.

Secara harfiah makna yang terkandung dalam tujuan tersebut adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan pendidikan yang berkualitas pula, yang mampu merealisasikan harapan tersebut secara nyata.

Pendidikan secara operasional menjadi tanggung jawab bersama antara orangtua sebagai pelaksana informal, masyarakat sebagai pelaksana non formal dan sekolah sebagai pelaksana formal. Ketiga unsur tersebut dikenal dengan nama tri pusat pendidikan.

(13)

namun sampai saat ini, semua upaya tersebut belum memperlihatkan hasil menggembirakan karena hasil yang dicapai belum maksimal.

Keadaan ini hendaknya menjadi bahan bagi penyelenggara satuan pendidikan dalam mengembangkan kualitas sekolah sehingga sekolah mampu memenuhi tuntutan masyarakat akan pendidikan yang dalam perkembangannya terus meningkat. Meningkatnya pemahaman masyarakat akan pendidikan ditandai dengan tingginya permintaan masyarakat terhadap satuan pendidikan yang mampu memberikan layanan pendidikan secara maksimal sehingga kondisi ini menuntut satuan pendidikan atau lembaga-lembaga pendidikan berkompetisi. Pesatnya arus informasi memungkinkan masyarakat dapat selektif dalam memilih satuan pendidikan atau lembaga pendidikan untuk anak-anak mereka.

Dalam upaya untuk terus mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah dan salah satunya digulirkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Standar nasional pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diharapkan mampu memberikan arah dan koridor pelaksanaan bagi para penyelenggara pendidikan sehingga tujuan pendidikan nasional mampu diupayakan dengan dukungan seluruh jajaran pelaksana dan penyelenggara pendidikan.

(14)

berperan mengatasi dampak negatif dari era globalisasi.

Sebagai suatu lembaga pendidikan, sekolah melaksanakan kegiatan untuk menghasilkan layanan belajar dan lulusan yang bermutu sesuai standar yang dipersyaratkan serta mampu menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat. Mutu pendidikan sekolah, baik mutu proses pendidikan maupun mutu lulusannya terutama, ditentukan oleh kurikulum yang dikembangkan dan dilaksanakan pada sekolah tersebut. Salah satu dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi tidak dapat dilepaskan dari sistem pengadaan dan pendayagunaan unsur-unsur penunjang fasilitas bermutu dan tepat guna. Penyediaan dan pendayaagunaannya erat kaitannya dengan kurikulum yang akan atau sedang dilaksanakan, yang mencakup fasilitas belajar, perlengkapan dan perlatan, tenaga pengajar, dan tersedianya dana dalam jumlah yang mencukupi.

Kewajiban dan tanggung jawab sekolah yaitu fungsi, peran, dan kurikulum pada akhirnya bermuara pada sistem pembelajaran yang relevan dan efesien dalam rangka mengantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah.

Unsur penunjang belajar merupakan salah satu komponen dalam strategi belajar. Pelaksanaan kegiatan belajar akan menjadi lebih efesien dan efektif jika tersedia unsur penunjang belajar yang memadai. Dengan kata lain, tanpa unsur penunjang belajar yang memenuhi persyaratan, tentunya kegiatan dan keberhasilan belajar akan terhambat. Ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian, yakni media atau alat bantu belajar, peralatan- perlengkapan belajar, dan ruangan belajar. Secara keseluruhan, ketiga komponen tersebut memberikan kontribusinya baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar di sekolah.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar di sekolah yaitu “ sarana dan prasarana yang memadai hal ini menyangkut alat-alat belajar yang memadai, tempat belajar yang nyaman, serta biaya yang mencukupi” (Sudarman, 2004: 87).

(15)

penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Menurut Bafadal , I (2008: 2) bahwa " Sarana pendidikan adalah semua perangkat perlatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses di sekolah". Sedangkan prasarana pendidikan menjelaskan bahwa "prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah".

Penjelasan di atas bahwa sarana dan prasarana sangat menunjang proses belajar mengajar. Fungsi manajemen sarana dan prasarana sebagai suatu penunjang pendidikan muncul dari pengelolaan kebutuhan fasilitas untuk memberikan arah pada perkembangan proses kegiatan belajar mengajar, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dalam operasional sekolah.

Standar pelayanan minimum pendidikan merupakan bentuk operasional dari manajemen sarana dan prasarana sekolah, yang diarahkan menciptakan efektivitas proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Standar pelayanan minimum pendidikan di sekolah dapat menjadi kunci terbentuknya pendidikan yang sesuai dengan harapan seluruh stakeholder pendidikan termasuk masyarakat pengguna pendidikan. Standar pelayanan minimum pendidikan berorientasi pada peningkatan layanan sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisiensi sehingga menunjang proses pendidikan yang berlangsung secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Menurut undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab XII Pasal 45 tentang Sarana dan Prasarana Pendidikan yaitu: “ (1) setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. (2) ketentuan menengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua satuan pendidikan sebagaimana dimaksud

(16)

Peraturan menteri yang mengatur standar sarana dan prasarana tercantum dalam peraturan menteri No. 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana pendidikan yang berbunyi:

“Standar sarana dan prasarana untuk sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), dan sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA) mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria minimum prasarana”.

Standarisasi sarana prasarana sangat diperlukan untuk menilai, menetapkan, dan menilai kelayakan material yang akan digunakan dan menjadi pendukung kegiatan sekolah. Standarisasi sarana prasarana, pada saatnya akan menjadi tolok ukur yang harus dipenuhi oleh Sekolah untuk merancang, menetapkan, dan menilai perangkat kebutuhan sarana dan prasarana.

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah unggulan tentu saja akan sangat mengharapkan hasil yang memiliki kualitas atau mutu yang tinggi, dan hasil pendidikan yang bermutu merupakan fenomena yang sudah harus melekat dalam setiap aspek atau tahapan proses kegiatan pendidikan, termasuk di dalamnya sarana dan prasarana. Oleh karena itu, untuk mendukung upaya-upaya peningkatan kualitas pengelolaan dan pengembangan sarana prasarana sekolah unggulan, Dinas Pendidikan bermaksud menyiapkan Pedoman tentang standarisasi sarana prasarana Sekolah unggulan. Pedoman ini merupakan acuan bagi pengelola sarana dan prasarana sekolah unggulan dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

(17)

Sekolah Laboratorium-Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung sebagai salah-satu sekolah unggulan dapat dibuktikan dengan tingginya daya minat masyarakat yang sangat tinggi dikarenakan pelayanan sarana prasarana sekolah yang memadai dalam menunjang proses pendidikan dengan tujuan untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas belajar mengajar, dan juga standarisasi dalam pengelolaan sarana prasarana pendidikan sehingga memiliki out put lulusan 100% serta prestasi lainnya yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan peserta didik secara maksimal.

Dalam hal memberikan pelayanan pendidikan khususnya sarana dan prasarana pendidikan Sekolah Laboratorium-Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung tidak sedikit mendapatkan kendala, salah satu kendala yang muncul mengenai anggaran pembelanjaan sarana dan prasarana yang berperan sangat penting dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan. Informasi yang didapat melalui wawancara terhadap karyawan BPS Sekolah Laboratorium-Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung diantaranya seperti, belum sesuainya ketepatan waktu dalam pengeluaran anggaran pembelian sarana dan prasarana dengan pengadaan sarana dan prasarana yang akan dilaksanakan.

Kendala lain yang terjadi di Sekolah Laboratorium-Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung yaitu belum adanya ketentuan pokok atau pedoman khusus untuk pengelolaan sarana dan prasarana. Sehingga dapat menghambat dalam pengelolaan sarana prasarana semisalnya dalam inventarisasi barang yang belum adanya barcode dan data yang permanen untuk aset milik sekolah dan BPS.

(18)

Mengingat pentingnya peran sarana dan prasarana pendidikan dalam menunjang proses pendidikan dan melihat fenomena yang muncul tentang perrmasalahan sarana dan prasarana pendidikan. Dengan dasar di atas penulis berpendapat bahwa kualitas Sekolah Laboratorium-Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung perlu di evaluasi dan dikaji lebih dalam supaya dapat mengidentifikasi kunci kesuksesan standar minimum dari perencanaan, implementasi serta efektifitas pelaksanaan penyelenggaraan sarana prasarana pendidikannya. Dengan tujuan akhir hasil evaluasi dan pengkajian ini dapat dijadikan rujukan bagi penyelenggara pendidikan dalam menetapkan standar minimum untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan sarana prasarana pendidikan baik pada ruang lingkup persekolahan maupun pengambil kebijakan.

Untuk mengetahui sejauh mana standar pelayanan minimum dalam pengelolaan sarana prasarana pendidikan di sekolah unggulan maka perlu dilakukan evaluasi dalam bentuk penelitian yang mendalam. Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, menarik untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut dalam bentuk penelitian, dengan judul: " Standar Pelayanan Minimum

Pendidikan (Studi Kasus Manajemen Sarana dan Prasarana di Sekolah

(19)

B. Fokus Penelitian

Dalam upaya untuk terus mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah dan salah satunya digulirkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. “Standar nasional pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diharapkan mampu memberikan arah dan koridor pelaksanaan bagi para penyelenggara pendidikan sehingga tujuan pendidikan nasional mampu diupayakan dengan dukungan seluruh jajaran pelaksana dan penyelenggara pendidikan”. Pada standar nasional pendidikan adanya standar tentang manajemen sarana dan prasarana.

Standarisasi sarana prasarana sangat diperlukan untuk menilai, menetapkan, dan menilai kelayakan material yang akan digunakan dan menjadi pendukung kegiatan sekolah. Standarisasi sarana prasarana, pada saatnya akan menjadi tolok ukur yang harus dipenuhi oleh Sekolah untuk merancang, menetapkan, dan menilai perangkat kebutuhan sarana dan prasarana.

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah unggulan tentu saja akan sangat mengharapkan hasil yang memiliki kualitas atau mutu yang tinggi, dan hasil pendidikan yang bermutu merupakan fenomena yang sudah harus melekat dalam setiap aspek atau tahapan proses kegiatan pendidikan, termasuk di dalamnya sarana dan prasarana. Oleh karena itu, untuk mendukung upaya-upaya peningkatan kualitas pengelolaan dan pengembangan sarana prasarana perlu adanya standar pelayanan minimum pendidikan di bidang sarana dan prasarana pendidikan. Standar pelayanan minimum pendidikan bidang sarana dan prasarana pendidikan ini merupakan acuan bagi pengelola sarana dan prasarana sekolah unggulan dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

(20)

bidang manajemen sarana dan prasarana dan mengetahui tingkat ketercapaian manajemen sarana dan prasarana pendidikan serta mengetahui sejauh mana kesesuaian standar pelayanan pendidikan dengan penerapan manajemen sarana prasarana di lingkungan sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperjelas arah dan tujuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka tujuan penelitian ini dirumuskan ke dalam dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus :

1. Secara Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang standar pelayanan minimum pendidikan dalam manajemen sarana prasarana di lingkungan Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI.

2. Secara Khusus

a. Memperoleh informasi tentang kondisi nyata manajemen sarana dan prasarana di lingkungan sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung b. Mengetahui sejauh mana kesesuaian standar pelayanan minimum

pendidikan dengan penerapan manajemen sarana prasarana di lingkungan sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung

D. Manfaat Penelitian

(21)

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan informasi umum tentang pelayanan minimum sarana dan prasarana pendidikan di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung, dan informasi umum tentang pengelolaan sarana dan prasarana, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan kajian bagi penelitian selanjutnya.

2. Secara operasional

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih umumnya kepada kepala sekolah serta guru, khususnya kepada wakil kepala sekolah bidang saran dan prasarana dalam peningkatan dan perbaikan pelayanan pendidikan yang diberikan kepada siswa serta semua pihak yang terkait.

E. Asumsi Penelitian

Untuk melakukan suatu penelitian perlu adanya suatu dukungan anggapan dasar. Anggapan dasar ini dinyatakan sebagai titik tolak pemikiran dalam suatu penelitian yang kebenarannya tidak diragukan lagi oleh peneliti. Berdasarkan pernyataan asumsi tersebut, yang melandasi penelitian ini diantaranya :

a. Standar pelayanan manajemen sarana prasarana mempunyai peran penting dalam proses merancang dan melaksanakan proses pendidikan yang efisien dan efektif. Standar pelayanan manajemen sarana prasarana tersebut mengenai standar pelayanan minimum pendidikan di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung.

(22)

menghasilkan output yang bermutu dan bermanfaat sesuai bidangnya. c. Standar pelayanan manajemen sarana prasarana ini dapat meningkatkan

layanan dan mampu menyesuaikan dengan standar pelayanan minimum pendidikan yang sudah diterapkan pemerintah untuk sekolah-sekolah yang ada di Indonesia.

d. Untuk melihat sejauhmana standar pelayanan minimum pendidikan dalam manajemen sarana prasana di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung.

F. Penjelasan Istilah

Menjelaskan mengenai konsep-konsep, serta istilah yang digunakan dalam penelitian. Berikut istilah-istilah dalam penelitian ini:

Standar Pelayanan Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem

pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diharapkan mampu memberikan arah dan koridor pelaksanaan bagi para penyelenggara pendidikan sehingga tujuan pendidikan nasional mampu diupayakan dengan dukungan seluruh jajaran pelaksana dan penyelenggara pendidikan, (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19, 2005: 2).

Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha dapat

berjalan dengan baik memerlukan perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan pengaturan serta mempergunakan/mengikutsertakan semua potensi yang ada baik personal maupun material secara efektif dan efisien, Sukarti & Sururi (Tim Dosen Administrasi Pendidikan, 2008: 197).

Sarana dan Prasarana Pendidikan adalah Sarana pendidikan adalah

(23)

G. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, penjelasan istilah, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II menguraikan tentang kajian pustaka dan kerangka pemikiran. Kajian pustaka berisi teori yang sedang dikaji yaitu tentang standar nasional pendidikan, konsep dasar manajemen sekolah, konsep manajemen sarana dan prasarana pendidikan dan konsep tentang standar pelayanan minimum pendidikan bidang sarana dan prasarana. Kerangka pemikiran merupakan tahapan yang ditempuh dalam mendeskripsikan kajian pustaka yang diteliti.

Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metodologi penelitian yang terdiri dari desain penelitian, metode penelitian dan pendekatan penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan uji keabsahan data.

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti akan menguraikan hasil pengumpulan data. Adapun isi yang tercakup dalam bab ini meliputi hasil temuan umum, hasil temuan penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V merupakan kesimpulan dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian

yang berjudul “ Standar Pelayanan Minimum Pendidikan (Studi Kasus

(24)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian berdasarkan Lokasi Penelitian dan Sumber data Di pilih berdasarkan Teknik pengambilan sampel adalah Nonprobability Sampling dimana pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling Purposive Sampling, adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. (Sugiyono, 2010:300).

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini adalah SD, SMP, dan SMA Laboratorium-Percontohan Bumi Siliwangi UPI Bandung. Pemilihan lokasi ini dilihat dari perspektif permasalahan penelitian dengan disesuaikan dari indikator penelitian yakni standar pelayanan minimum pendidikan di bidang sarana dan prasarana di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung. Lokasi penelitian sendiri sudah dibuat dan dibentuk berdasarkan teknik pengumpulan data Purposive

Sampling yang dimana Lokasi Penelitian ditentukan sesuai dengan tujuan

yang diharapkan oleh peneliti.

2. Sumber Data Penelitian

(25)

Lofland dan Lofland (Moleong, Lexy J, 2009: 157) mengemukakan bahwa „sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain‟. Maka data yang diperlukan untuk mengetahui bagaimanakah Standar Pelayanan Minimum pendidikan bidang sarana dan prasarana di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung adalah data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi maupun studi dokumentasi sumber data adalah subjek dari mana data itu diperoleh.

Berdasarkan jenis data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini, yang dijadikan partisan oleh peneliti adalah sekelompok objek yang dijadikan sumber data dalam penelitian yang bentuknya dapat berupa manusia, benda-benda, dokumen-dokumen dan sebagainya. Dengan demikian berdasarkan tujuan serta permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka yang menjadi populasi yang akan di pilih adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, dan Guru Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung.

B. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang dilakukan secara ilmiah untuk memperoleh data penelitian. Sugiyono (2011: 6) menyebutkan bahwa:

Metode penelitian pendidikan diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Kemudian, menurut Satori dan Komariah (2010: 25) mengungkapkan bahwa:

(26)

Dalam penelitian ini melakukan langkah-langkah kerja yang mendeskripsikan suatu objek, kejadian, ataupun fenomena sosial yang diterjemahkan ke dalam suatu tulisan yang bersifat naratif, artinya semua data, fakta, dokumen maupun gambar dapat menggambarkan atau menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana suatu kejadian tersebut terjadi untuk dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena apa adanya secara alami atau natural. Maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dengan demikian, melalui metode penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan Standar Pelayanan Minimum pendidikan bidang sarana dan prasarana di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung.

C. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1. Definisi Konseptual

„Definisi konseptual adalah tentang batasan tentang pengertian yang diberikan peneliti terhadap variabel-variabel (konsep) yang dikehendak diukur, diteliti dan digali datanya‟. (Hamidi, 2007: 25). Oleh karena itu peneliti merumuskan definisi konseptual pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Standar Pelayanan Pendidikan adalah kriteria minimal tentang

sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diharapkan mampu memberikan arah dan koridor pelaksanaan bagi para penyelenggara pendidikan sehingga tujuan pendidikan nasional mampu diupayakan dengan dukungan seluruh jajaran pelaksana dan penyelenggara pendidikan, (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19, 2005: 2).

Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha

(27)

semua potensi yang ada baik personal maupun material secara efektif dan efisien, Sukarti & Sururi (Tim Dosen Administrasi Pendidikan, 2008: 197).

Sarana dan Prasarana Pendidikan adalah Sarana penndidikan

adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan, alat, media (Suryosubroto, 2004). Sedangkan prasarana pendidikan menurut Ibrahim Bafadal (2008:2) adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah „suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti, atau mempersepsikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut‟. (Nazir dalam Dwi Lestari 2013: 62).

Panggabean dalam Dwi Lestari (2013:63) mengemukakan alasan diperlukannya definisi operasional adalah :

a. Tuntutan adanya perbedaan setiap situasi. b. Perlu kriteria untuk pencatatan.

c. Sebuah konsep atau objek dapat memepunyai lebih dari satu pengertian.

d. Mungkin diperlukan pengertian yang khas atau unik.

(28)

Standar Pelayanan Pendidikan dalam penelitian ini kriteria

minimal sarana dan prasarana pendidikan yang diharapkan mampu memberikan arah dan koridor pelaksanaan bagi para penyelenggara pendidikan sehingga tujuan pendidikan mampu diupayakan dan dicapai dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai.

Manajemen dalam penelitian ini adalah suatu usaha dalam

mengelola sumber daya sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien agar sesuai dengan standar pelayanan minimum pendidikan yang telah ditetapkan sesuai dengan jenjangnya.

Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam penelitian ini yaitu

mencakup lahan, bangunan dan kelengkapan sarana dan prasarana yang berguna untuk menunjang dan mencapai pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.

D. Instrumen Peneltian

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. (Sugiyono, 2011:305)

Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan dari temuan di lapangan.

Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Nasution (1988) yang dikutip kembali oleh Sugiyono (2011:306) menyatakan bahwa :

(29)

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Menurut Nasution (1988) peneliti sebagai instrumen peneliti serasi dengan penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus 3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen

berupa teks atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan

(30)

menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Sesuai dengan fokus penelitian yang lebih mengarah pada Standar Pelayanan Minimum Pendidikan bidang sarana dan prasarana pendidikan di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung maka instrumen yang disusunpun lebih banyak mengungkap tentang hal tersebut.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

No Fokus Penelitian Indikator (hal-hal

yang diteliti) Sumber data

Bentuk

Pengelola Sekolah o Dokumentasi

o Kenyamanan, dan

o Ijin Pemanfaatan

lahan,

(31)

2 Bangunan Sekolah

Pengelola Sekolah o Dokumentasi

(32)

Percontohan UPI o Ruang perpustakaan,

o Pegawai

Pengelola Sekolah o Dokumentasi

o Ruang

laboratorium IPA,

o Ruang pimpinan,

o Ruang guru,

o Tempat

bermain/berolahraga

o Ruang tata

usaha,

o Tempat ibadah,

o Ruang konseling,

o Ruang UKS,

o Ruang organisasi

kemahasiswaan,

o Jamban/toilet,

(33)

o Ruang sirkulasi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Tahapan terpenting dari penelitian adalah pengumpulan data. Menurut Djam‟an Satori dan Aan Komariah (2009:103) “pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian‟.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting berbagai sumber, dan berbagai cara. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik wawancara, teknik observasi dan teknik dokumentasi.

1. Teknik Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti dan responden penelitian. Tanya jawab yang dilakukan bertujuan untuk mengambil keterangan, informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui proses komunikasi secara langsung dengan sumber-sumber data. Komunikasi yang dilakukan dalam bentuk dialog secara lisan atau sering disebut metode tanya jawab dengan sumber data penelitian. Mohamad ali (1987: 83) mengemukakan bahwa „wawancara adalah merupakan salah satu cara tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data‟.

(34)

Interview, a meeting of two person to exchange information and idea through and response, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic. (Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik teretntu.

Esternberg (Sugiyono, 2011: 319) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu :

a. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengtahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

b. Wawancara Semi Terstruktur (Semistructure Interview)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, di mana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

c. Wawancara Tidak Berstruktur (Unstructured Interview)

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

(35)

(interview), 2)responden (interview), 3)materi wawancara, dan 4)hubungan antara pewawancara dengan responden”.

Dalam penelitian ini akan melakukan teknik wawancara semi berstruktur sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Ini didasarkan pada instrumen dan metode penelitian yang dipakai oleh peneliti dimana data sangat bergantung pada pemahaman peneliti bukan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dalam angket dalam menemukan data. Dalam pelaksanaannya peneliti menggunakan perangkat pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan informasi-infromasi yang diperoleh secara terbuka dan dicatat dalam catatan harian penelitian. Lincoln dan Guba (Sanapiah Faisal, dalam Sugiyono, 2011: 322) mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu :

1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan

2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan

3) Mengawali atau membuka alur wawancara 4) Melangsungkan alur wawancara

5) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya 6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

2. Teknik Observasi

Observasi, pengamatan secara empirik terhadap suatu objek penelitian tertentu baik secara langsung maupun secara tidak langsung untuk mandapatkan data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Berikut adalah uraian para ahli mengenai definisi observasi.

(36)

“through observation, the researcher learn about behavior and the

meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Suharsimi arikunto (1993: 128) berpendapat :

Observasi dalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.

Khusus untuk observasi dalam penelitian yang bersifat kualitatif adalah observasi yang dilakukan berupa pengamatan secara langsung terhadap objek untuk mengetahui gambaran empirik suatu objek, situasi, konteks, dan makna yang terdapat didalamnya sebagai salah satu upaya pengumpulan data penelitian. Tahapan pertama observasi yang dilakukan secara umum yaitu, peneliti mengumpulkan data dan informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti lebih memfokuskan lagi observasi yang dilakukannya, sehingga peneliti dapat mengetahui pola perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi di lapangan.

Sanafiah Faisal (1990) mengklasifikasikan observasi menjadi beberapa macam, yaitu :

a. Observasi Partisipatif

Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dalam observasi partisipatif ini maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

b. Observasi Terus Terang dan Tersamar

(37)

menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan sumber data yang dirahasiakan.

c. Observasi Tidak Terstruktur

Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya rambu-rambu pengamatan.

Farman Adi (2010) mengemukakan beberapa alat observasi yang digunakan dalam situasi yang berbeda-beda, antara lain:

1. Anekdotal

Observer mencatat hal-hal yang penting. Pencatatan dilakukan sesegera mungkin pada tingkah laku yang istimewa. Observer harus mencatat secara teliti apa dan bagaimana kejadian, bukan bagaimana menurut pendapatnya. Akan tetapi, kerugian dari bentuk seperti ini adalah memakan waktu yang agak lama.

2. Catatan Berkala

Dalam catatan berkala penyelidik yang mencacat macam-macam kejadian khusus sebagimana pada observasi anecdotal, melainkan hanya pada waktu-waktu tertentu. Apa yang dia lakukan adalah mengadakan observasi cara-cara orang bertindak dalam jangka waktu tertentu, kemudian menuliskan kesan-kesan umumnya. Setelah dia menghentikan penyelidikannya dan mengadakan penyelidikan lagi pada saat ini dengan cara yang sama seperti sebelumnya.

3. Check List

(38)

Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam check list, dan observer tinggal memberi tanda check secara cepat tentang ada tidaknya aspek perbuatan yang tercantum dalam list.

4. Rating Scale

Rating scale adalah pencatatan gejala menurut tingkat-tingkatnya. Rating scale ini sangat populer karena pencatatanya sangat mudah, dan relatif menunjukkan keseragaman antara pencatat dan sangat mudah untuk dianalisis secara statistik.

Rating scale umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku yang harus dicatat secara bertingkat observasi diminta mencatat pada tingkat yang bagaimana suatu gejala atau ciri tingkah laku timbul.

Rating scale mempunyai kesamaan dengan ckeck list. Observer tinggal member tanda-tanda tertentu dan mengecek pada tingkat-tingkat tingkah laku tertantu. Dengan cara ini deskripsi yang panjang lebar tidak diperlukan, dan waktu sangat dihemat oleh karenanya.

(39)

3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan salah satu cara dalam mengumpulkan data penelitian secara tidak langsung, artinya data didapatkan melalui dokumen-dokumen pendukung yang berhubungan dengan data yang akan diteliti.

Menurut Robert C. Bogdan seperti yang dikutip, Sugiyono (2005: 82) mengemukakan bahwa :

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumentasi merupakan suatu cara dalam memperoleh data dengan mengkaji dokumen tertulis, yang dapat berupa data, gambar, tabel, diagram. Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan dengan cara pengumpulan gambar-gambardan dokumen tertulis yang menggambarkan kondisi faktual tentang standar pelayanan minimum pendidikan sarana dan prasarana.

Melalui studi dokumentasi, peneliti dapat memperoleh sumber informasi secara tertulis berupa data, gambar, tabel, dan sebagainya. Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap data dari metode observasi dan wawancara untuk mendukung kepercayaan dari suatu kejadian.

4. Triangulasi

(40)

Menurut Patton (1987: 331) langkah-langkah dalam triangulasi data adalah sebagai berikut :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Penelitian ini data diperoleh melalui teknik wawancara, lalu dicek dengan observasi, dan dikumpulkan dokumentasi lalu dicek dengan sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Jadi, dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan menggunakan sumber lain yaitu membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui data yang berbeda.

Teknik triangulasi dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 LetakTriangulasi Observasi

(41)

F. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian merupakan salah satu langkah yang penting dan sangat menentukan. Analisis data adalah rangkaian kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Lexy J Moleong (1989: 88) berpendapat :

Analisis data adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan dalam tema dan dapat dirumuskan hipotesis sebagaimana disarankan oleh data.

Pada proses analisis data ini terdiri dari pengolahan data yang didapat oleh peneliti untuk ditarik kesimpulannya. Dari kesimpulan tersebut akan diperoleh makna yang dipergunakan untuk memecahkan suatu fokus permasalahan. Tujuan analisis data dalam penelitian kualitatif adalah memperoleh makna, menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep serta mengembangkan hipotesis atau teori baru.

Proses analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung sebelum peneliti terjun ke lapangan, selama di lapangan, dan yang paling utama adalah analisis setelah peneliti menyelesaikan kegiatan pengumpulan data di lapangan. Setelah data diperoleh di lapangan, selanjutnya peneliti menguraikannya kedalam bentuk tertulis dan dirangkum kedalam bentuk tulisan yang lebih sistematis. Sehingga dari data tersebut dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan proses penelitian selanjutnya. Orientasi adalah agar peneliti mengetahui makna dan fokus yang diteliti sehingga peneliti mampu menjawab masalah yang akan dipecahkan dalam fokus penelitian.

(42)

Berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus, kongkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum”

Dalam penelitian ini digunakan metode induktif untuk menarik suatu kesimpulan terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang bisa digeneralisasikan (ditarik kearah kesimpulan umum), maka jelas metode induktif ini untuk menilai fakta-fakta empiris yang ditemukan lalu dicocokan dengan teori-teori yang ada.

Nasution (1988: 128) mengemukakan bahwa „analisis data meliputi kegiatan atau langkah-langkah yaitu: reduksi data, display data, mengambil kesimpulan dan verifikasi.

Adapun tahapan analisis data selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data(Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan „yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif

(43)

3. Kesimpulan/Verifikasi(Conclusion/Verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dibuat oleh peneliti apabila didukung oleh bukti-bukti yag valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Maka dari ketiga tahapan kegiatan analisis data yang dikemukakan diatas, adalah saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan berlangsung secara kontinyu selama peneliti melakukan penelitian.

G. Uji Keabsahan Data

(44)

Gambar 3.2

Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualitatif

a. Kredibilitas (Validitas Internal)

Menurut Sugiyono (2011: 364) „uji kredibilitas merupakan proses menguji keabsahan melalui perpanjangan proses pengamatan, peningkatan keakuratan/ketelitian peneliti, triangulasi, diskusi teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check’. Dalam penelitian ini uji kredibilitas dilakukan menggunakan member check, yang ditujukan untuk menguji kecocokan antara konsep penelitian dengan responden untuk data penelitian. Proses member check ini dilakukan dengan merangkum data hasil eksplorasi kemudian dilaporkan kembali pada subjek penelitian yang menjadi sumber informasi. Tujuannya ialah untuk menghilangkan persepsi yang berbeda-beda atas data-data yang diperoleh dalam proses penelitian.

Uji Keabsahan Data

Uji Kredibilitas Data

Uji Transferability

Uji Dependability

(45)

b. Transferabilitas (Validitas Eksternal)

Cara ini adalah merupakan proses pertanggungjawaban melalui pengaplikasian atau pengguna hasil penelitian ini dalam konteks sosial, dan situasi lain. Sugiyono (2011: 367) menyatakan bahwa :

Uji transferabilitas menunjukkan derajat ketepatan atau dapat tidaknya diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Oleh karena itu, supaya hasil penelitian ini dapat diterapkan pada konteks dan situasi lain, maka perlu dibuatnya laporan yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

Cara uji transferabilitas ini, bertujuan untuk mengukur sejauh mana hasil penelitian tentang standar pelayanan pendidikan minimum bidang manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah laboratorium-percontohan UPI Bandung. Hal ini dilakukan melalui analisis reflektif terhadap makna-makna esensial dan temuan-temuan penelitian, yang didalamnya terdapat komponen pada hasil penelitian tersebut.

c. Dependabilitas (Reliabilitas)

Uji dependabilitas ini dilakukan dengan cara menguji secara keseluruhan proses penelitian yang dilakukan. Menurut Sugiyono (2011: 377) „uji dependabilitas ialah pengujian reliabilitas, suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut‟.

(46)

penelitian lainnya sebagai sumber pengecekan, serta melaporkan proses pengumpulan data tersebut selama penelitian.

d. Konfirmabilitas (Objektivitas)

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada akhir bagian penulisan skripsi ini, berdasarkan temuan-temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam bab IV, setelah dianalisis secara teori dengan temuan-temuan lapangan serta rumusan fokus penelitian. Penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi mengenai masalah yang diteliti, yaitu: Standar Pelayanan Minimum Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung.

A. Kesimpulan

Bahwa secara garis besar pelayanan minimum sarana dan prasarana pendidikan Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung sudah sangat baik. Hanya saja sedikit permasalahan muncul sebagai akibat dari keterbatasn lahan yang berdampak pada keterbatasan bangunan dan kelengkapan sarana prasarana belum terpenuhi secara layak. Tetapi sekolah sudah mengupayakan untuk memenuhi pelayanan minimum sarana dan prasarana pendidikan sehingga masalah tersebut tidak menjadi penghalang dalam pelaksanaan pembelajaran dan pelayanan lainnya.

Hal ini dapat kita lihat dari pelaksanaan layanan sarana dan prasarana pendidikan yang dilihat dari 3 komponen, yaitu:

1. Lahan

(48)

UPI Bandung belum memenuhi standar luas lahan yang berdampak besar bagi berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar. Namun, dalam hal pemenuhan ketentuan unsur-unsur kemanan, kenyamanan dan izin pemanfaatan lahan sudah hampir mencapai kesempurnaan. 2. Bangunan

Berdasarkan hasil temuan-temuan secara empirik dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya bangunan di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung belum semua memenuhi standar pelayanan minimum sarana dan prasarana pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan luas lantai bangunan yang belum berbanding dengan rasio siswa untuk bangunan 2 lantai di SMP dan SMA Laboratorium-Percontohan UPI Bandung. Disamping itu, pemenuhan ketentuan bangunan baik unsur keselamatan, kesehatan, daya listrik, izin bangunan dan pemeliharaan sudah dapat dikatakan memenuhi standar pelayanan minimum bangunan dengan kriteria atau ketentuan unsur-unsur bangunan. Dan pemeliharaan yang dilakukan oleh sekolah terhadap bangunan-bangunan yang dimiliki sekolah.

3. Kelengkapan Sarana dan Prasarana

(49)

B. Implikasi

Implikasi yang dimaksud disini adalah dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan memiliki implikasi pada peningkatan standar pelayanan minimum sarana dan prasarana pendidikan Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung yang diharapkan pula dengan meningkatnya standar pelayanan sarana dan prasarana pendidikan dapat pula membantu peningkatan kepuasan peserta didik selaku pengguna layanan pendidikan tersebut. Sebab secara teoritis jika suatu lembaga melakukan perbaikan mutu pengelolaan adalah untuk mencapai kepuasan pelanggan atau konsumen yang tinggi yang secara langsung akan berdampak pada peningkatan loyalitas pelanggan karena secara teoritis kepuasan sama dengan mutu pengelolan dari suatu produk baik barang maupun jasa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan sarana dan prasarana pendidikan Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung secara umum belum dapat dikatakan sangat baik dan sangat sesuai dengan peraturan yang berlaku dari pemerintah. Maka dari itu, beberapa hal masih perlu ditingkatkan karena pelayanan sarana dan prasarana pendidikan tidak bisa dipandang hanya dari beberapa komponen saja melainkan perlu dipandang secara keseluruhan.

C. Rekomendasi

Pada akhir pembahasan penelitian yang ditunjang dengan data-data di lapangan yang sudah ada, penulis sedikit menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung

(50)

prasarana yang ada dirasakan perlu adanya guna mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan manajemen sarana dan prasarana sekolah.

Sekolah hendaknya memperhatikan manajemen sarana dan prasarana mulai dari standar operasional yang ada hingga pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana. Sekolah dapat memaksimalkan bangunan yang ada untuk djadikan kelengkapan sarana dan prasarana yang belum terpenuhi atau tersedia.

Upaya pemenuhan kelengkapan sarana dan prasarana sekolah dapat menggunakan alternatif ruangan lain yang bisa digunakan untuk melengkapi kebutuhan sarana dan prasarana yang lain. (kebijakan UPI yang memungkinkan siswa (sekolah menggunakan/memanfaatkan) sarana dan prasarana UPI. Atau dengan kata lain mengintegrasikan kebijakan UPI agar Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI dapat menggunakan sarana dan prasarana yang ada di UPI.

2. Penulis Selanjutnya

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohamad. (1987). Penelitian Pendiikan: Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Bafadal. Ibrahim, (2008). Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori Dan

Aplikasinya. PT Bumi Aksara : Jakarta

Danim, Sudarwan. dan Danim, Yunan. (2010). Administrasi Sekolah dan

Manajemen Kelas. Bandung: CV Pustaka Setia

Farman, Adi. (2010). Observasi. [Online]. Tersedia: http://adipsi.blogspot.com [29 Oktober 2013]

Hadi, Sutrisno. (1993). Methodology Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

Hamidi. (2007). Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: PT. penerbitan

Komariah, Aan. Dan Satori, Djam’an. (2011). Metode Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta

Kurniasih, Nia. (2011). Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Terhadap Mutu Layanan Pembelajarann di SMK Se-Kecamatan Singaparna. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI

Mamusung, Y. (1991). Penataan Lahan-Bangunan-Perabot-Perlengkapan Sekolah. Bandung: CV Mitratama

Marshall, C. Dan Rossmand, G B. (1995). Designing Qualitative Research. California: Sage Publications

Miles, M. B. & Huberman, A. M. (1984). Qualitative Data Analysis: A

Sourcebook of New. Methods. California: Sage publications Inc

Moleong, Lexy J. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nasution, S., & Thomas, M. (1988). Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi,

Disertasi, Makalah. Jakarta: Bumi Aksara

(52)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Sanapiah, Faisal. (1990). Penelitian Kwalitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: Yayasan Asih,Asah dan Asuh

Slamet, Margono. (2002). Total Quality Manajemen Pendidikan Tinggi. Bogor: IPB

Sudadio. (2004). Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Dasar Era OTDA. Disertasi pada Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI

Sudarman, P. (2004). Belajar Efektif Di Perguruan Tinggi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabate

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta

Suryosubroto, B. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2003). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI.

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2007). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI.

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2008). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Yuniawati, Dwi Lestari. (2013). Manajemen Sekolah Berbasis Program

Akselerasi: Studi Pada SMA Al Ma’soem. Skripsi pada Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI

Zeithaml, Valarie. (1980). Service Marketing. Boston: Irwin McGraw Hill

Gambar

Rasio Minimum Luas Lahan terhadap Siswa Tabel 2.9 SMA/MA 62
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Gambar 3.1 LetakTriangulasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Standar penilaian sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

STUDI TENTANG KETERSEDIAAN FASILITAS WORKSHOP TEKNIK OTOMOTIF SMK NEGERI 8 BANDUNG BERDASARKAN STANDAR SARANA PRASARANA PENDIDIKAN NASIONAL UNTUK MEMENUHI STANDAR UJI

STUDI TENTANG KETERSEDIAAN FASILITAS WORKSHOP TEKNIK OTOMOTIF SMK NEGERI 8 BANDUNG BERDASARKAN STANDAR SARANA PRASARANA PENDIDIKAN NASIONAL UNTUK MEMENUHI STANDAR UJI

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 35 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu menetapkan Peraturan

Demi tercapainya mutu atau kualitas pendidikan yang baik maka delapan Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh kemendiknas dengan Peraturan Pemerintah

Standarisasi sarana dan prasarana adalah standar yang ditetapkan oleh pemerintah terkait masalah peraturan mengenai sarana dan prasarana secara keseluruhan, untuk lebih

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah penerapa manajemen mutu sekolah yang ditinjau dari tercapainya delapan standar pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses,