• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN CARA BAYAR, JARAK TEMPAT TINGGAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT RAWAT JALAN PASIEN SKIZOFRENIA Hubungan Cara Bayar, Jarak Tempat Tinggal dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Berobat Rawat Jalan Pasien Skizofrenia di RSJD Surak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN CARA BAYAR, JARAK TEMPAT TINGGAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT RAWAT JALAN PASIEN SKIZOFRENIA Hubungan Cara Bayar, Jarak Tempat Tinggal dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Berobat Rawat Jalan Pasien Skizofrenia di RSJD Surak"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN CARA BAYAR, JARAK TEM PAT TINGGAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT RAW AT JALAN PASIEN SKIZOFRENIA

DI RSJD SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

OLEH :

AGUSTINI CHRISTIAW ATI P 100 100 025

PROGRAM STUDI M AGISTER M ANAJEM EN PROGRAM PASCA SARJANA

(2)

NOTA PEM BIM BING

Prof. Bhisma M urt i, dr. M PH., M .Sc., Ph.D Dosen Program St udi M agist er M anajemen Program Pascasarjana

Universit as M uhammadiyah Surakart a

Not a Dinas

Hal : Tesis Saudari AGUSTINI CHRISTIAWATI

Kepada Yt h.

Ket ua Program St udi M agist er M anajemen Program Pascasarjana

Universit as M uhammadiyah Surakart a

Assalamu’alaikum w r.w b

Set elah membaca, menelit i, mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya t erhadap Tesis saudari :

Hubungan Cara Bayar, Jarak Tempat Tinggal dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Berobat Rawat Jalan Pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta

Dengan ini kami menilai t esis t ersebut dapat diset ujui unt uk diajukan dalam sidang ujian t esis pada program st udi M agist er M anajemen Universit as M uhammadiyah Surakart a

Surakart a, Agust us 2012 Pembimbing

(3)

HUBUNGAN CARA BAYAR, JARAK TEM PAT TINGGAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT RAW AT JALAN PASIEN SKIZOFRENIA

DI RSJD SURAKARTA

Oleh

Agustini Christiaw ati, Bhisma M urti

Program Studi M agister M anajemen UM S Surakarta

Background. Schizophrenia is a chronic, recurrent disorder. It det eriorat es cognit ive funct ion t hat w orsen w hen t he pat ient s do not receive proper and regular management . This st udy aimed t o analyze t he relat ionship bet w een met hod of healt hcare financing, dist ance from hospit al, a family support and t reat ment compl iance in out pat ient s w it h schizophrenia.

Subjects and M ethod. This st udy w as observat ional analyt ic using cross-sect ional approach. The accessible populat ion w as schizophrenia out pat ient s at RSJD Surakart a. A t ot al of 100 schizophrenia out pat ient s w ho visit ed RSJD Surakart a in June 2012 w ere select ed for t his st udy using fixed exposure sampling t echnique. The dependent variable w as t reat ment compliance. The independent variable included financing met hod, dist ance from hospit al and family support . The dat a was analyzed using logist ic regression model.

Results. Pat ient s w it h Jamkesmas schema had t he possibilit y t o adhere t reat ment 3.04 t imes great er t han pat ient s w it h out of pocket payment . Pat ient s w ho resided in t ow n w ere 1.03 t imes more likely obedient t o seek t reat m ent t han pat ient s w ho lived out of t ow n. Pat ient s w it h a st rong family support w ere more likely t o obey t reat ment 15.37 t imes more likely t han pat ient s w it h w eak family support . These est imat es have cont rolled for t he effect s of gender and age as confounding fact ors.

Conclusion. There is a st rong and st at ist ically significant relat ionship bet w een t he financing met hod and family support and adherent t o t reat ment . There is no st at ist ically significant relat ionship bet w een dist ance from hospit al and t reat ment compliance.

(4)

Pendahuluan

Kehadiran skizofrenia di t engah keluarga sering menimbulkan kebingungan pada penderit a dan anggot a keluarga lain. Sikap dan perilaku penderit a yang selama ini baik dan bahkan membanggakan berubah menjadi perilaku agresif, membahayakan, aneh dan menjadi penyendiri, sulit dimengert i oleh keluarga. Sebanyak 80 persen penderit a gangguan ment al skizofrenia t idak diobat i. Sebagian penderit a gangguan jiw a ini menjadi t idak produkt if, bahkan dit elant arkan sebagai psikot ik yang berkeliaran di jalan-jalan. Hasil survei Kement erian Sosial t ahun 2008, ada 650 ribu penderit a skizofrenia di Indonesia. Sekit ar 30.000 orang dipasung dengan alasan agar t idak membahayakan orang lain at au menut upi aib keluarga (Kompas, 2011).

Sampai saat ini masih dit emukan adanya pemasungan pada orang dengan masalah kejiw aan di beberapa daerah. Diperkirakan ada sekit ar 18.000 orang yang mengalami pemasungan di Indonesia. M asyarakat yang sakit belum t ent u mau dat ang unt uk berobat . Hal ini membuat banyak pasien t idak berobat at au kalau berobat t idak secara efekt if at au kont inu, t erabaikan dan dipasung. Salah sat u langkah unt uk menghapus pasung di Indonesia adalah dengan mengint egrasikan masalah pembiayaan dan mendekat kan layanan kesehat an jiw a (Det ik, 2011).

(5)

Orang dengan skizofrenia perlu mendapat kan penanganan menyeluruh dan efekt if. Hal it u dapat memperbaiki kualit as hidup penderit a dan mengembalikannya pada kehidupan yang normal. Sement ara it u, penanganan yang t idak efekt if bisa mengakibat kan gangguan berlangsung bert ahun-tahun sehingga dapat menghabiskan banyak biaya dan akibat nya bisa t erjadi penurunan st at us ekonomi keluarga (Pikiran Rakyat , 2011).

Ket idak pat uhan berobat dan follow up pasien menimbulkan t ant angan besar pada efekt ivit as manajemen dan harapan kesembuhan gangguan kesehat an. Kejadian ini lebih banyak pada pasien gangguan ment al, di mana t ingkat ket idak hadiran di pelayanan kesehat an dua kali lipat dibanding pasien gangguan kesehat an yang lain (Adeponle et al, 2009).

Obat menjadi pent ing dalam proses pemulihan. Pemberian obat akan mengembalikan keseimbangan neurokimia pada ot ak penderit a dan menghilangkan gejala ut ama. Tujuan pengobat an penderit a skizofrenia adalah unt uk mencegah t erjadinya kekambuhan dan meningkat kan kualit as hidup (Kolegium Psikiat ri Indonesia, 2008). Namun sering kali dit emukan t erjadinya penderit a yang t idak t erat ur berobat .

Kepat uhan berobat pasien skizofrenia sangat diperlukan dalam penat alaksanaan pasien. Fakt or yang mempengaruhi ket ekunan pasien dalam berobat ant ara lain t ingkat penghasilan, t ingkat pendidikan pasien, kemudahan menuju fasilit as kesehat an, usia pasien, t ersedianya asuransi kesehat an yang meringankan pasien dalam membayar biaya pengobat an (Wibaw a, 2008). Berbagai st udi mengungkapkan bahw a fakt or-fakt or yang berhubungan dengan kepat uhan minum obat adalah jender, umur dan efek samping obat . Sebagian lainnya disebabkan oleh fakt or ekonomi berupa ket idakmampuan membeli obat (Pujiyant o, 2008).

(6)

langsung oleh penyelenggara jaminan pembiayaan kesehat an sepert i Jamkesmas. Jamkesmas adalah program bant uan sosial unt uk pelayanan kesehat an bagi masyarakat miskin dan t idak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar t erjadi subsidi silang dalam rangka mew ujudkan pelayanan kesehat an yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Pasien dengan jaminan pembiayaan kesehat an seharusnya dapat pat uh berobat tanpa perl u memikirkan biaya berobat , sedangkan unt uk cara bayar dengan biaya sendiri t ent u juga harus memikirkan dalam penyediaan dana dalam pembayaran.

Jarak t empat t inggal dengan rumah sakit juga menjadi penyebab ket idakpat uhan dalam berobat . Jarak t empat t inggal merupakan jauh dekat nya perjalanan yang harus dit empuh oleh pasien dalam pengobat an.

Semakin jauh jarak t empat t inggal dari fasilit as kesehat an, semakin besar risiko t erjadinya ket idak pat uhan berobat . Penelit ian Adeponle et al (2009), mendapat kan 49,4% pasien put us berobat , sement ara 51,5% t idak pat uh berobat . Penyebab t erjadinya put us berobat dan ket idak pat uhan berobat ant ara lain kesulit an finansial dan jauhnya jarak dari rumah sakit .

Peran keluarga t idak dapat dipisahkan dalam peraw at an pada pasien skizofrenia. Hal t ersebut mengingat bahw a pasien skizofrenia mengalami penurunan fungsi kognit if. M enurut Sullinger dalam Kelliat (2006), beberapa penelit i menunjukkan bahw a salah sat u fakt or penyebab kambuhnya pasien dengan gangguan jiw a adalah perilaku keluarga yang t idak t ahu cara menangani pasien skizofreniadi rumah.

(7)

kepat uhan pengobat an pada pasien yang mendapat kemot erapi di ruang Cendana I RSUD. Dr. M oewardi Surakart a.

Tujuan penelit ian ini adalah : 1) M enganalisis hubungan cara bayar dengan kepat uhan berobat raw at jalan pasien skizofrenia. 2) M enganalisis hubungan jarak t empat t inggal dengan kepat uhan berobat raw at jalan pasien skizofrenia. 3) M enganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepat uhan berobat raw at jalan pasien skizofrenia.

M etode Penelitian

(8)

Tempat t inggal di kot a Solo diberi angka 1, sedangkan t empat t inggal di kabupat en Wonogiri diberi angka 0. Dukungan keluarga adalah peran keluarga dalam memberikan du kungan bagi pasien skizofrenia, agar pasien rut in berobat dan menurut i anjuran dokt er. Dukungan keluarga diukur dengan empat (4) kuesioner dengan indikat or : mengant ar saat berobat , mengingat kan pasien unt uk minum obat , menget ahui jadw al kont rol dan upaya keluarga agar pasien minum obat . Dukungan keluarga diukur dengan skala kat egori. M endapat dukungan keluarga apabila nilainya > 3 sedangkan t idak ada dukungan keluarga apabila nilainya < 3. Selanjut nya mendapat dukungan keluarga diberi angka 1, t idak ada dukungan keluarga diberi angka 0. Teknik pengumpulan dat a menggunakan kuesioner. Teknik analisis dat a menggunakan regresi logist ik ganda.

Hasil dan Pembahasan

1. Hubungan cara bayar t erhadap kepat uhan berobat .

Hasil uji Wald diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,017 menunjukkan bahw a hubungan ant ara cara bayar dan kepat uhan berobat secara st at ist ik signifikan.

Hasil penelit ian ini mendukung penelit ian Klein et al (2004) yang menyat akan bahw a seseorang yang punya jaminan kesehat an lebih pat uh berobat . Wibaw a (2008) dalam penelit iannya juga menyat akan bahw a ada hubungan ant ara cara bayar dengan kepat uhan berobat pada penderit a hipert ensi raw at jalan.

(9)

pembiayaan dalam bidang kesehat an karena masih t erfokus kebut uhan pokoknya (Kusbiyant oro, 2002).

Hasil OR= 3.04 art inya pasien skizofrenia dengan cara bayar Jamkesmas memiliki kemungkinan unt uk pat uh berobat 3.04 kali lebih besar daripada pasien skizofrenia dengan cara bayar out of pocket. Berdasarkan hal t ersebut maka implikasi manajerial yang dapat dilakukan oleh pemerint ah adalah t et ap dalam koridor kebijakan penyelenggaraan Jamkesmas yang dapat digunakan sebagai sarana peningkat an kesehat an masyarakat . Bagi pasien skizofrenia yang t idak t erdaft ar sebagai pesert a Jamkesmas, diberi jaminan pembiayaan pelayanan kesehat an lain sehingga t idak perlu memikirkan biaya unt uk berobat .

2. Hubungan jarak t empat t inggal dengan kepat uhan berobat .

Hasil uji Wald diperoleh nilai signifikansi 0,946. Art inya hubungan jarak t empat t inggal dengan kepat uhan berobat secara st at ist ik t idak signifikan.

Hasil penelit ian ini t idak mendukung penelit ian Int ang (2004) yang dalam penelit i annya membukt ikan bahw a jauhnya jarak rumah penderit a dari Puskesmas, sulit nya alat t ransport asi di pedesaan ke Puskesmas sehingga penderit a harus berjalan kaki lebih dari 1 km, bahkan ada yang harus dengan angkut an mot or laut sehingga mengeluarkan biaya transport asi yang besar dapat menent ukan ket idakpat uhan pengobat an penderit a. Penelit ian lain mengat akan 62% dari 71 subyek penelit ian yang t idak t erat ur berobat , penyebabnya adalah jarak yang jauh unt uk ke Puskesmas (Philipus, 2002).

(10)

pengobat an. Apabila t empat t inggal t idak berada dalam dalam w ilayah pelayanan kesehat an akan memperbesar risiko unt uk t idak menyelesaikan pengobat an.

Penelit ian ini menyat akan bahw a fakt or jarak t empat t inggal secara st at ist ik t idak signifikan mempengaruhi kepat uhan berobat bukan berart i bahw a penelit ian ini bert ent angan dengan penelit ian-penelit ian t erdahulu t et api kemungkinan karena fakt or t ransport asi di kedua lokasi t idak jauh berbeda.

Hasil penelit ian diperoleh nilai OR = 1.03 art inya pasien skizofrenia yang bert empat t inggal sekot a dengan t empat pelayanan memiliki kemungkinan 1.03 kali lebih besar dari pada pasien skizofrenia yang t inggalnya t idak sekot a.

Implikasi manajerial yang dapat dilakukan adalah t et ap memberikan edukasi kepada pasien dan at au keluarganya, dari manapun pasien berasal unt uk t et ap pat uh dalam pelaksanaan pengobat an. M engopt imalkan fungsi Puskesmas dalam penanganan masalah skizofrenia.

3. Hubungan ant ara dukungan keluarga dan kepat uhan berobat

Hasil uji Wald diperoleh nilai signifikansi 0,011. Art inyanya hubungan dukungan keluarga dengan kepat uhan berobat raw at jalan pasien skizofrenia secara st at ist ik signifikan.

Hasil penelit ian ini mendukung penelit ian Nurdiana dkk (2007) dalam penelit iannya menyebut kan bahw a keluarga berperan pent ing dalam menent ukan cara at au asuhan keperaw at an yang diperlukan oleh pasien di rumah sehingga akan menurunkan angka kekambuhan. Dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat t ekanan yang dihadapi.

(11)

Salah sat u fakt or penyebab kekambuhan gangguan jiw a adalah keluarga yang t idak t ahu cara menangani perilaku klien di rumah. Keluarga berperan pent ing dalam perist iw a t erjadinya gangguan jiw a dan proses penyesuaian kembali set iap klien (Keliat , 2006). Keluarga klien perlu mempunyai sikap yang posit if yait u dengan menerima klien, memberikan respon posit if kepada klien, menghargai klien sebagai anggot a keluarga dan menumbuhkan sikap t anggung jawab kepada klien (Keliat , 2006,).

Adanya sikap yang posit if dari keluarga menyebabkan klien merasa lebih dihargai dan t idak kehilangan perannya dalam keluarga t ersebut , klien merasa nyaman berada di rumah, mendapat kan perhat ian yang ut uh dari keluarga. Namun keluarga t erkadang sering mengekspresikan diri secara berlebihan dengan sikap kurang sabar, bermusuhan, pemarah, keras, kasar, krit is, dan ot orit er. Hal ini membaw a pengaruh yang cukup besar bagi kekambuhan klien.

(12)

41

Simpulan

1.

Terdapat hubungan yang kuat dan secara statistik signifikan antara cara

bayar dan kepatuhan berobat pada pasien skizofrenia rawat jalan. Pasien

skizofrenia dengan cara bayar Jamkesmas memiliki kemungkinan untuk

patuh berobat 3.04 kali lebih besar daripada pasien skizofrenia dengan

cara bayar

out of pocket

(OR=3.04; CI 95% 1.22 hingga 7.55; p=0.017).

2. Tidak t erdapat hubungan yang secara st at ist ik signifikan ant ara jarak

t empat t inggal dan kepat uhan berobat pasien skizofrenia raw at jalan. Pasien skizofrenia yang bert empat t inggal sekot a dengan t empat pelayanan memiliki kemungkinan unt uk pat uh berobat sebesar 1.03 kali lebih besar daripada pasien skizofreni a yang t inggalnya t idak sekot a (OR= 1.03; CI 95% 0.43 hingga 2.49; p=0.946).

3. Terdapat hubungan dengan kekuat an yang sangat kuat dan secara st at ist ik signifikan ant ara dukungan keluarga dan kepat uhan berobat pasien skizofrenia raw at jalan. Pasien skizofrenia dengan dukungan keluarga kuat memiliki kemungkinan unt uk pat uh berobat 15.37 kali lebih besar daripada pasien skizofrenia dengan dukungan keluarga lemah (OR=15.37; CI 95% 1.86 hingga 126.68; p=0.011).

4. Kesimpulan t ent ang hubungan ant ara cara bayar, jarak t empat t inggal dan dukungan keluarga dengan kepat uhan berobat t elah mengont rol pengaruh dari gender dan umur sebagai fakt or perancu.

Daftar Pustaka

Adeponle AB, Baduku AS, Adelekan M L, Suleiman GT dan Adeyemi SO. 2009. Prospect ive st udy of psychiat ric follow -up default and medicat ion compliance aft er discharge at a psychiat ric hospit al in Nigeria. Communit y M ent Healt h J 45 : 19-25.

Anderson JC, Fort insky

(13)

Azwar A. 2002. Jaminan pemeliharaan kesehat an masyarakat. Jakart a : Direkt orat Jenderal Bina Kesehat an M asyarakat DEPKES-RI.

Buhang SAS dan dan M ubasyisyir H. 2006. Wakt u t unggu dan cara pembayaran di inst alasi raw at jalan rumah sakit Aloei Saboe Goront alo. Working Paper Series, No. 1 KM PK Universit as Gajah M ada.

Cahyadi D. 2006. Hubungan ant ara support syst em dan sosial ekonomi dengan kepat uhan pengobat an pada pasien yang mendapat kan kemot erapi di Ruang Cendana I Rumah Sakit Dr. M oew ardi Surakart a. Skripsi. Tidak dit erbit kan. Fakult as Ilmu Kesehat an UM S. Surakart a.

Croft on, J, M iller F and Horne, N, 1999, Clinical Tubercolosis, London : M acmilian Educat ion, Lt d

Det ikcom. 21/ 10/ 2011. Ada 18.000 pemasungan di Indonesia. Diakses t anggal 17 M aret 2012

Dong Y, Nan H, Qiao Q, Gao W, Tang B, Qian R. 2011. The prevalence of hyperuricemia in a populat ion of t he Coast al Cit y of Qingdao, China. J Rheumat ol. 33:1346-1350.

Durand VM dan Barlow DH. 2007. Essent ials of Abnormal Psychology. Edisi Terjemahan. Yogyakart a: Pust aka Pelajar

Eraw at iningsih E, Purw ant a dan Subekt i H. 2009. Fakt or-fakt or yang mempengaruhi ket idakpat uhan berobat pada penderit a Tuberkulosis Paru.

Berit a Kesehat an M asyarakat , 25 (3).

Folland S, Goodman AC, dan St ano M . 2001. The economics of healt h and healt h care. Third Edit ion. New Jersey: Prent ice Hall Inc.

Francis S dan Sat iadarma M P. 2004. Pengaruh dukungan keluarga t erhadap kesembuhan IN yang mengidap penyakit kanker payudara. Jurnal Ilmiah Psikologi " ARKHE", 9 (1).

Friedman M M . 2002. Keperaw at an keluarga t eori dan prakt ek. Alih bahasa Ina Debora. Jakart a: EGC.

(14)

Gurian M . 2006. The Wonder Boys, Cara M embesarkan Anak Laki -Laki M enjadi Pria Sejat i. Jakart a : Serambi Ilmu Semest a

Int ang B. 2004. Evaluasi fakt or penent u kepat uhan penderit a TB Paru minum OAT di Puskesmas Kabupat en M aluku Tenggara. Tesis. Program Pascasarjana UGM . Yogyakart a.

Kamisa. 2004. Kamus lengkap bahasa Indonesia. Surabaya : Kart ika

Keliat BA. 2006. Proses keperaw at an jiw a. Jakart a : EGC.

Kepmenkes. 2008. Pedoman pelaksanaan Jaminan Kesehat an M asyarakat (Jamkesmas). Jakart a : Depkes RI.

Klein S, Font ana L, Young L, Coggan AR, Kilo C, Pat t erson BW and M ohammed BS. 2004. Absence of an effect of liposuct ion on insulin act ion and risk fact ors for coronary heart disease. Journal of M edicine. 350 (25): 2549 - 2557

Kolegium Psikiat ri Indonesia. 2008. M odul II gangguan psikiat ri. Jakart a.

Kompas.com. 3/ 06/ 2011. 80 Persen penderit a skizofrenia t ak diobat i . Diakses t anggal 17 M aret 2012

Kusbiyant oro. 2002. Perbandingan efekt ivit as kader kesehat an dan t okoh masyarakat sebagai pengaw as minum obat t erhadap kepat uhan obat dan konversi dahak penderit a TB Paru di Kabupat en Kebumen. Tesis. Pascasarjana UGM . Yogyakart a.

Kyser M , Buchacz K, Bush TJ, Conley L, Hammer J, Henry K, Kojic EM , M ilam J, Overt on ET, Wood KC, dan Brooks JT. 2011. Fact ors associat ed w it h non-adherence t o ant iret roviral t herapy in t he SUN st udy. AIDS Care. 23 (5) 601-611.

M edical New s. 2012. Schizophrenia. Diakses 15 Agust us 2012.

M urt i B. 2004. Dasar-dasar asuransi kesehat an. Yogyakart a: Penerbit Kanisius.

Niven N. 2002. Psikologi kesehat an. Alih Bahasa. Agus W; edit or M onica E, Jakart a : EGC.

(15)

Nurdiana, Syafw ani, Umbransyah. 2007. Peran sert a keluarga t erhadap t ingkat kekambuhan klien skizofrenia. Jurnal Ilmiah Kesehat an Keperaw at an. 3 (1).

PDSKJI. 2011. Konsensus penat alaksanaan gangguan schizophrene. Jakart a.

Perry AG dan Pot t er PA. 2006. Buku ajar fundament al keperaw at an. Jakart a : EGC.

Philipus F. 2002. Fakt or-fakt or yang mempengaruhi ket erat uran berobat penderit a TB Paru di Puskesmas Depok. Tesis. Pascasarjana UGM , Yogyakart a.

Pikiran Rakyat Online, 14/ 10/ 2011. Skizofrenia bisa disembuhkan. Diakses t anggal 17 M aret 2012.

Pujiyant o. 2008. Fakt or sosio ekonomi yang mempengaruhi kepat uhan minum obat ant ihipert ensi. Jurnal Kesehat an M asyarakat Nasional. 3 (3).

Sadrock BJ dan Sadrock VA. 2003. Synopsis of Psychiat ry. 9t h ed. Philladelpia: Lippincot t Williams & Wilkins.

Set iadi AI. 2006. Skizofrenia memahami dinamika keluarga pasien. Jakart a. : Refika Adit ama.

Set yow at i, Dw i Asih, 2004, Beberapa Fakt or Yang Berhubungan Dengan Kepat uhan Berobat Pada Penderit a Tuberkulosis Paru Di Kabupat en Pekalongan.Thesis, Semarang : Universit as Diponegoro

Shin DW, Park JH, Park EC, Kim SY, Kim SG, dan Choi JY. 2011. Ant i -hypert ensive medicat ion adherence in cancer survivors and it s affect ing fact ors: result of a Korean populat ion-based st udy. Support ive Care in Cancer. 19 (2) : 211-224.

Suprajit no. 2004. Asuhan keperaw at an keluarga aplikasi dalam prakt ik. Jakart a: EGC

Tanjung A, Keliat EN, 1996, Resist ensi M ycobact erium Tubercolosis Terhadap Obat Ant i TB Pada Penderit a Paru yang t elah M endapat Pengobat an,

M ajalah Kedokt eran Indonesia. 46 (5) 242 – 247.

(16)

Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 Tent ang Perumahan dan Pemukiman di Indonesia.

Wibaw a RA. 2008. Hubungan ant ara cara bayar dengan kepat uhan berobat pada pasien hipert ensi raw at jalan. ht t p:/ / digilib.uns.ac.id. Diakses t anggal 17 M aret 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Identitas Peneliti Tujuan Penelitian Pendekatan Penelitian Isi Kajian Penelitian Hasil Penelitian Is Hadi Utomo “Implement asi Kebijakan Penataan dan Pembinaan Pedagang

When you feel something take place to your life, occasionally, reading e-book Cars And Trucks And Things That Go By Richard Scarry can assist you to make tranquility. Is that

Membekali peserta dengan kemampuan untuk menentukan area dan cakupan perubahan Pengelolan Kegiatan organisasi melalui pembelajaran format dan isi Proyek

Pada tipe ini, guru hanya memberikan permasalahan melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban dan guru hanya sebagai fasilitator

Berdasarkan analisis hasil optimasi data pembebanan sistem interkoneksi 500 kV Jawa-Bali tanggal 17 Maret 2009 pukul 13.30 WIB, aliran daya optimal metode MINOPF

bahwa dalam rangka mewujudkan akuntabilitas penatausahaan keuangan dalam penanggulangan bencana alam/non alam/sosial di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kendal, maka

Yang dimaksud dengan “asas ketertiban dan kepastian hukum” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Daerah harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui

Menurut Asmad, istilah “adat” dari segi bahasa membawa maksud: peraturan atau perkara yang biasa dilakukan. Dari sudut kebudayaan pula istilah adat bermaksud: peraturan yang telah