• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INSENTIF TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH INSENTIF TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INSENTIF TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI

DI DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran, Fakultas Pendidikan Ekonomi dan

Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh:

RIZCA AMALIA 1001228

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

(2)

Oleh

Rizca Amalia

1001228

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran Fakultas

Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© 2014 Rizca Amalia

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

DI DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN BANDUNG

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing

Adman, S.Pd.,M.Pd. NIP. 197404122001121002

Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran

(4)

Hari/Tanggal : Rabu, 29 Oktober 2014

Waktu : 08.00 – Selesai

Tempat : Laboratorium Pendidikan Manajemen Perkantoran Gedung

Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

Struktur Panitia

Ketua : H. Edi Suryadi, M.Si.

NIP. 19600412 198603 1 002

Sekretaris : Dr. Rasto, M.Pd.

NIP. 19720711 200112 1 001

Anggota : 1. Drs. H. Ajang Mulyadi, M.M

2. Dr. Kusnendi, M.S

Penguji : 1. Dr. Rasto, M.Pd

NIP 1957207112001121001

2. Drs. Budi Santoso, M.Si.

NIP 196008261987031001

3. Drs. H. Alit Sarino, M.Si.

(5)

INSENTIF TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI DINAS TENAGA KERJA

KABUPATEN BANDUNG” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya

sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan

tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan

adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Bandung, 14 Oktober 2014

Yang membuat pernyataan

Rizca Amalia

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. ABSTRACT...ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

KATA PENGANTAR ...ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. DAFTAR IS I...ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. DAFTAR GAMB AR ... VIII DAFTAR TAB EL ...IX BAB I PENDAHULUAN...ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. 1.1 LAT AR BELAKANG ... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. 1.2 IDENTIFIKASI DAN PEMBATASAN MASALAH ... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. 1.3 RUMUSAN MASALAH... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. 1.4 TUJUAN PENELITIAN... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. 1.5 KEGUNAAN PENELITIAN ... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. BAB II KAJIAN PUSTAKA, PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTES IS ...ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

2.1 KAJIAN PUSTAKA ... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. 2.1.1 Ko mpensasi ...Error! Bookmark not defined. 2.1.2 Insentif...Error! Bookmark not defined. 2.1.3 Disip lin ...Error! Bookmark not defined. 2.2PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN ... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. 2.3KERANGKA PEMIKIRAN... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. 2.4HIPOT ESIS ... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. BAB III MET EDOLOGI PENELITIAN...ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

3.1OBJEK PENELITIAN... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. 3.2MET ODE PENELITIAN... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. 3.3DESAIN PENELITIAN... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. 3.3.1 Operasional Va riabel ...Error! Bookmark not defined. 3.4POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED.

(7)

3.4.2 Sa mpe l ...Error! Bookmark not defined. 3.5TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA ... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. 3.6PENGUJIAN INST RUMEN PENELITIAN ... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. 3.6.1 Uji Va lid itas ...Error! Bookmark not defined. 3.6.2 Uji Re liabilitas ...Error! Bookmark not defined. 3.7UJI PERSYARAT AN ANALISIS DAT A ... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED.

3.7.1 Uji Norma litas...Error! Bookmark not defined. 3.7.2 Uji Ho mogenitas...Error! Bookmark not defined. 3.7.3 Uji Lin ieritas ...Error! Bookmark not defined. 3.8TEKNIK ANALISIS DAT A... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED.

3.8.1 Analisis Deskriptif...Error! Bookmark not defined. 3.8.2 Analisis Inferensial...Error! Bookmark not defined. 3.9PENGUJIAN HIPOTESIS ... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. BAB IV HAS IL PENELIT IAN DAN PEMB AHASAN ...ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

4.1 HASIL PENELITIAN... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED. 4.1.1 Ga mbaran Umu m Lo kasi Pene lit ian ...Error! Bookmark not defined. 4.1.2 Ga mbaran Karakte ristik Responden...Error! Bookmark not defined. 4.1.3 Ga mbaran Va riabel Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 4.1.4 Pengujian Persyaratan Analisis ...Error! Bookmark not defined. 4.1.5 Pengujian Hipotesis...Error! Bookmark not defined. 4.2PEMBAHASAN... ERRO R!BO O KMARK NOT DEFINED.

4.2.1 Insentif Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung...Error! Bookmark not defined.

4.2.2 Disip lin Kerja Karya wan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten BandungError! Bookmark not defined. 4.2.3 Pengaruh Insentif terhadap Disiplin Kerja di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten

Bandung ...Error! Bookmark not defined.

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Absensi Pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung ... 3

Gambar 1.2 Data Kemangkiran Pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kab. Bandung ... 5

Gambar 2.1 Komponen-Komponen Kompensasi...17

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual S-R ...38

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Insentif terhadap Disiplin Kerja ...43

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung ...78

Gambar 4.2 Skor Rata-rata Indikator Variabel Insentif ...84

Gambar 4.3 Skor Rata-rata Indikator Variabel Disiplin Kerja Pegawai ...89

Gambar 4.4 Tanggapan Responden terhadap Insentif ...102

Gambar 4.5 Tanggapan Responden terhadap Insentif berdasarkan Indikator ...103

Gambar 4.6 Tanggapan Responden terhadap Disiplin Kerja ...105

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kemangkiran Pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten

Bandung ...4

Tabel 1.2 Evaluasi Kerja Program Dinas Tenaga Kerja Kab. Bandung ...6

Tabel 1.3 Nilai Rata-rata Hasil Kerja Karyawan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung ...7

Tabel 2.1 Perspektif Disiplin Kerja ...31

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan mengenai Insentif dan Disiplin Kerja ...36

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel X Insentif...49

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Y Disiplin Kerja ...51

Tabel 3.3 Jumlah Populasi...52

Tabel 3.4 Skor Kategori Skala Likert...54

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel Insentif (X) ...57

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel Disiplin Kerja Karyawan (Y) ...57

Tabel 3.7 Hasil Uji Realibilitas Variabel X dan Y...60

Tabel 3.8 Table Distribusi Pembantu untuk Pengujian Normalitas ...61

Tabel 3.9 Model Tabel Uji Berlett ...63

Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi ...67

Tabel 3.11 Kriteria Penafsiran Deskripsi ...68

Tabel 3.12 Batas-batas Nilai r (Korelasi) ...73

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...79

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...80

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ...80

Tabel 4.4 Kriteria Penafsiran Deskripsi Variabel Insentif ...82

Tabel 4.5 Kriteria Penafsiran DeskripsiVariabel Disiplin Kerja...82

Tabel 4.6 Rekapitulasi Tanggapan Responden Variabel Insentif ...83

(10)

Tabel 4.8 Tanggapan Responden terhadap Indikator Lama Kerja ...85

Tabel 4.9 Tanggapan Responden terhadap Indikator Senioritas ...86

Tabel 4.10 Tanggapan Responden terhadap Indikator Keadilan dan Kelayakan...87

Tabel 4.11 Rekapitulasi Tanggapan Responden Variabel Disiplin Kerja Pegawai ...88

Tabel 4.12 Tanggapan Responden terhadap Indikator Frekuensi Kehadiran ...89

Tabel 4.13 Tanggapan Responden terhadap Indikator Tingkat Kewaspadaan ...90

Tabel 4.14 Tanggapan Responden terhadap Indikator Ketaatan pada Standar Kerja ... 91

Tabel 4.15 Tanggapan Responden terhadap Indikator Ketaatan pada Peraturan Kerja ...92

Tabel 4.16 Tanggapan Responden terhadap Indikator Etika Kerja ...93

(11)

ABSTRAK

PENGARUH INSENTIF TERHADAP DISIPLIN KERJA

PEGAWAI DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN BANDUNG

Oleh: Rizca Amalia

1001228

Skripsi ini dibimbing oleh:

Adman, S.Pd., M.Pd.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai tingkat disiplin kerja karyawan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung. Hal tersebut ditandai dengan masih rendahnya absebsi kehadiran karyawan. Dari fenomena tersebut dapat dikatakan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung belum sepenuhya mewujudkan tujuan organisasi yang dikehendaki. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemebrian insentif terhadap disiplin kerja karyawan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung.

(12)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF INCENTIVE ON THE LABOR

DISCIPLINE OF EMPLOYEES AT DINAS TENAGA KERJA

KABUPATEN BANDUNG

by:

Rizca Amalia 1001228

This Script is guided by:

Adman, S.Pd., M.Pd.

The present study focused on the labor discipline of the employees of Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung, which wasshown by low presence of the employees. From this phenomenon, it can be said that Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung had not fully achieved the expected organizational goals. The purpose of this study was to examine the effectiveness of incentive provision, the employee’s labor discipline and the degree of the influence of incentive provision on the labor discipline of the employees of Dina s Tenaga Kerja Kabupaten Bandung.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tenaga kerja atau karyawan merupakan sumber daya manusia yang sangat

penting dalam suatu perusahaan, karena karyawan adalah modal utama bagi suatu

perusahaan tanpa adanya karyawan perusahaan tidak akan berjalan dengan baik.

Sumber daya manusia yang dimaksudkan disini adalah Pegawai Negri Sipil

(PNS). PNS memiliki peranan penting penunjang keberhasilan suatu instansi

pemerintahan yaitu dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah maupun tugas

pembangunan.

Sebagai modal, pegawai perlu dikelola agar tetap menjadi produktif, akan

tetapi mengelola karyawan bukanlah hal yang mudah, karena karyawan

mempunyai pikiran, status, serta latar belakang heterogen. O leh sebab itu

perusahaan harus bisa mendorong mereka agar tetap produktif dalam mengerjakan

tugasnya masing- masing, yaitu dengan meningkatkan disiplin kerja kepada

karyawannya, sehingga instansi/perusahaan dapat mempertahankan karyawannya

dan selain itu karyawan sebagai mitra utama dalam penunjang keberhasilan suatu

perusahaan.

Agar terciptanya sumber daya manusia yang potensial dan berkualitas

yang harus dimiliki oleh sumber daya manusia (karyawan) adalah disiplin.

(14)

diaksanakan oleh setiap individu dalam suatu organisasi, dikarenakan dengan

disiplin yang tinggi akan dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan yang akan

berpengaruh terhadap produktivitas organisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Hasibuan (1997:212) bahwa kedisiplinan merupakan fungsi operatif manajemen

sumber daya manusia yang terpenting, karena semakin baik disiplin karyawan,

maka semakin tinggi prestasi kerja yang yang dapat dicapainya.

Seperti yang tertuang pada PP Nomor 53 Tahun 2010 mengenai Disiplin

Pegawai Negri Sipil (PNS). Disiplin Pegawai Negri Sipil adalah “Kesanggupan

Pegawai Negri Sipil untuk mentaati kewajiban dan menghindari larangan yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau melanggar peraturan

kedinasan yang apabila tiidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin”.

Adapun beberapa kewajiban yang harus ditaati Pegawai seperti; masuk kerja dan

mentaati ketentuan jam kerja, mencapai sasaran kerja pegawai yang telah

ditetapkan, dan menggunakan dan memelihara barang milik negara dengan

sebaik-baiknya. Sehingga masalah kedisiplian tersebut dapat dilihat dari beberapa

indikator seperti tingkat kehadiran, tingkat ketaatan pada standar kerja, dan

tingkat peraturan kerja yang masih rendah. Jika dibiarkan, masalah tersebut akan

menghambat tercapainya efektivitas organisasi sehingga akan menghambat pula

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan keterangan dari Ibu Nurani Kasubag Umum dan

Kepegawaian Dinas Tenaga Kerja Kab. Bandung masalah kedisiplinan pegawai

(15)

serta efisiensi kerja para pegawai dan juga instansi. Adapun masalah kedisiplinan

sehingga sering menunda atau mengulur-ulur waktu dalam melaksanakan tugas

yang diberikan.

Sedangkan faktor lain yang dapat menunjukkan menurunnya tingkat

disiplin salah satunya adalah absensi karyawan. Berikut gambar ketidak hadiran

pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung.

Gambar 1.1

Data Absensi Karyawan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung Periode Tahun 2009-2013

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa tingkat kehadiran

(16)

tahunnya. Hal ini dilihat dari rata-rata perbandingan setiap tahunnya dari 2009

sampai 2013, dimana tingkat ketidak hadiran pegawai pada tahun 2009 mencapai

24,69 %. Pada tahun 2010 mengalami kenaikan ketidakhadiran sebesar 31,07 %,

dan pada tahun 2011 mengalami penurunan absen mencapai 17,51 %. Pada tahun

2012 mengalami sedikit kenaikan absen mencapai 23,41 % dan pada tahun

selanjutnya yaitu 2013 mengalami penurunan absen sebesar 13,08 %. Hal ini

menunjukkan masih kurangnya rasa disiplin yang dimiliki ole h para pegawai

dengan bertambahnya ketidakhadiran tersebut akan mengakibatkan

menumpuknya tugas yang belum terselesaikan tepat waktu, dan juga tingkat

kehadiran yang ditetapkan di Dinas Tenaga kerja haruslah mencapai 100%. Selain

daripada tingkat absensi untuk mengukur kedisiplinan karyawan juga dapat dilihat

dari gambaran umum kemangkiran pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten

Bandung sebagaimana dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1.1

(17)

Pemberhentian - - - - Jumlah

Karyawan 62 62 60 54 54 54 54 54 54 54 54 54

Jumlah 4 2 2 3 4 2 3 2 5 4 2 3

Presentase 7% 3% 4% 6% 8% 4% 6% 4% 10% 8% 4% 6%

Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kab. Bandung

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa tingkat kemangkiran pegawai

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung setiap bulannya mengalami kenaikan

dan penurunan. Hal tersebut mengakibatkan ketidakefektifan yang akan

mempengaruhi cara kerja, waktu kerja dan hasil kerja. Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1.2

Data Kemangkiran Pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung Periode Januari-Desember2013

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa tingkat peraturan pegawai Dinas

Tenaga Kerja Kabupaten Bandung pada sanksi teguran tertulis memperoleh nilai

presentase tertinggi yaitu sebesar 38%, teguran lisan 28%, dan panggilan dinas

hanya memperoleh nilai sebesar 4%. Hal tersebut menggambarkan adanya

penurunan disiplin yang terjadi pada para pegawai. Berdasarkan gambar diatas

dapat diasumsikan bahwa telah terjadi ketidak disiplinan kerja pegawai, adapun Teguran Lisan

Teguran Tertulis

Panggilan Dinas 38%

(18)

fenomena lain yang menunjukkan kurangnya disiplin karyawan dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 1.2

Evaluasi Kinerja Program Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung

No Unit Kerja Program

1

Sekretariat :

Pengelolaan administrasi dan ketatausahaan dilaksanakan secara tertib dan konsisten, diarahkan untuk meningkatkan kinerja, efisiensi, dan efektivitas pelayanan kepada masyarakat.

1. Peningkatan administrasi umum dan perlengkapan

2. Peningkatan administrasi keuangan 3. Peningkatan administrasi kepegawaian 4. Pengumpulan dan pengelolaan data

rencana dan program dinas

2

Bidang Penempatan dan Perluasan Kerja

Dilaksanakan melalui informasi pasar kerja yang efektif dan kerjasama antar instansi, badan usaha swasta dan melibatkan peran serta masyarakat

1. Peningkatan informasi pasar kerja (Bursa Kerja)

2. Peningkatan penyaluran dan perluasan tenaga kerja dalam dan luar negeri 3. Pengembangan dan perluasan kerja 4. Pembinaan dan pengendalian penggunaan

tenaga kerja asing

3

Bidang Pelatihan dan Produktivitas tenaga kerja

diarahkan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan kompetensi kerja baik dalam maupun luar negeri.

1. Peningkatan produktivitas tenaga kerja 2. Peningkatan pelatihan dan produktivitas

lembaga latihan kerja

3. Peningkatan pembinaan lembaga latihan swasta

4. Peningkatan sertifikasi dan lisensi kerja

4

Bidang Hubungan dan Industrial & Syarat Kerja diarahkan pada

tercapainya hubungan industrial yang harmonisasi dan kemajuan perusahaan dalam rangka

menunjang pertumbuhan ekonomi daerah

1. Peningkatan dan pencegahan dan penyelesaian PHK/PHI

2. Pengembangan hubungan industrial 3. Peningkatan persyaratan kerja

1. Pembinaan dan pengawasan norma kerja 2. Pembinaan dan pengawasan norma

keselamatan kerja

3. Peningkatan pembinaan dan pengawasan norma kesehatan dan hygieneperusahaan 4. Peningkatan pembinaan dan pengawasan norma jamsostek, tenaga kerja anak dan wanita

6

UPTD & Produktivitas Tenaga KerjaPendidikan dan Pelatihan

(19)

keterampilan bagi para pencari kerja

teknisihardwarekomputer, radio dan TV

Tabel 1.3

Nilai Rata-Rata Hasil Kerja Karyawan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung

No Unit Kerja

Nilai Rata-rata Hasil Kerja %

2009 2010 2011 2012 2013

Keterangan Kriteria Nilai

AB Amat Baik 90

B Baik 80-89

LC Lebih dari Cukup 70-79

C Cukup 60-69

(20)

Berdasarkan keterangan diatas bahwa rata-rata hasil kerja karyawan belum

dapat dikategorikan baik. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2009 nilai rata-rata hasil

kerja karyawan mencapai sebesar 69 % dan dikategorikan cukup, dan pada tahun

berikutnya 2010 mengalami kenaikan yaitu 81,5 % dikategorikan baik, namun

pada tahun 2011 mengalami penurunan yaitu sebesar 73,5 % dikategorikan lebih

dari cukup, pada tahun 2012 mengalami kenaikan rata-rata hasil kerja sebanyak

81,12 %, dan tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 77 %.

Banyak perusahaan meyakini bahwa terciptanya disiplin kerja yang relatif

tinggi dipengaruhi oleh balas jasa atau insentif yang diberikan oleh

perusahaan/instansi. Pemberian insentif diharapkan mampu mengatasi berbagai

permasalahan di tempat kerja yang semakin kompleks seperti rendahnya kinerja

dan kedisiplinan karyawan, kurangnya minat kerena tidak adanya tambahan gaji

pokok. Pengupayaan insentif yang besarnya proposional dan bersifat progresif

sesuai dengan jenjang karir diyakini mampu memacu kinerja para keryawan agar

selalu berada pada tingkat tertinggi (optimal) da lam mengembangkan kemampuan

yang dimiliki.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu pegawai Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Bandung yakni Ibu R. Pratiwi selaku pengawas tenaga kerja, beliau

mengungkapkan bahwa pemberian insentif penting bagi upaya pendisiplinan

pegawai. Hal ini dapat mempengaruhi pegawai untuk bersemangat dalam bekerja.

Meskipun dalam pelakasanaannya belum sesuai dengan yang diharapkan pegawai.

(21)

terus bertambah maka pegawaipun mengharapkan adanya insentif tersebut sebagai

tambahan penghasilan selain gaji.

Pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung dalam hal pemberian

insentif (tunjangan) lebih kenal disebut dengan Tunjangan Tambahan Penghasilan

Pegawai (TPP) untuk Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Bandung yang

merangkap jabatan atau tugas, diberikan salah satu tunjangan penghasilan

pegawai yang diatur dalam Keputusan Bupati Nomor 900/Kep.367-Org/2010.

Besaran insentif yang diberikan kepada setiap Pegawai Negeri Sipil di

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung sebesar Rp.200.000/bulan dengan syarat

bahwa tingkat absensi pegawai 100% hadir. Tingkat kehadiran pegawai sangat

mempengaruhi di dalam pemberian besarnya jumlah insentif yang diterima

masing- masing pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung. Hal ini akan

mendorong setiap pegawai untuk berpikir dua kali untuk bolos kerja.

Adapun maksud dan tujuan pemberian TPP menurut Peraturan Bupati

Bandung No. 37 Tahun 2010 adalah :

1. Tambahan penghasilan ini dimaksudkan diberikan kepada Pegawai Negeri

Sipil dalam rangka meningkatkan kesejahteraan berdasarkan beban kerja,

tempat bertugas, kondisi kerja, prestasi kerja dan/ atau pertimbangan objek

lainnya.

2. Tujuan memberikan tambahan penghasilan adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan pegawai sekaligus meningkatkan kinerja, disiplin dan

(22)

Selain di dalam pemberian insentif, ada juga promosi jabatan serta pemberian

penghargaan yang berupa non materi yang diberikan oleh pusat kepada pegawai

negri sipil Dinas tenaga kerja yakni Satya Lencana diberikan atas prestasi kerja yang

baik. Setiap pegawai yang mempunyai dan merasa prestasi kerjanya tinggi sangat

mendambakan penghargaan tersebut, karena dipandang sebagai penghargaan atas

keberhasilannya menunjukkan prestasi kerja yang tinggi sekaligus sebagai pengakuan

atas kemampuan dan potensi pegawai.

Fenomena di atas dapat dijadikan acuan mengenai diberikannya

perangsang finansial yang melibihi upah dan gaji pokok (insentif) sebagai

salahsatu alternatif yang baik dalam proses menigkatkan motivasi kerja. Sehingga

dalam dirinya tumbuh kesadaran akan mau untuk disipin dalam melaksanakan

pekerjaanya seefektivitas dan sefisien mungkin, yang pada akhirnya akan

berpengaruh positif terhadap kemajuan perusahaan. Seperti yang dikemukakan

oleh Tani Handoko dalam (Mangkunegara, 2005:89) “Tujuan insentif adalah

untuk meningkatkan motivasi karyawan dalam upaya mencapai tujuan-tujuan

organisasi”.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik

untuk menelaah secara lebih mendalam, pelaksanaan pemberian insentif

berdampaknya pada disiplin kerja karyawan. Maka penulis mengambil judul :

(23)

1.2Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa kedisiplinan merupakan hal yang

sangat penting. Kedisiplinan tersebut bertujuan agar keberlangsungan perusahaan

terjaga dan produktivitas, untuk itu perusahaan mendorong tenaga kerja untuk

bekerja seefektif dan seefisien mungkin, sehingga dapat mencapai target yang

diharapkan oleh perusahaan.

Pemberian insentif dapat dikatakan memberikan pengaruh meningkatnya

motivasi kerja karyawan dan juga dapat meningkatkan disiplin kerja yang pada

akhirnya akan menentukan tercapai tidaknya tujuan dari perusahaan dimana

karyawan itu bekerja, seperti yang dikemukakan Gouzali Saydam (2005:291),

mengemukakan bahwa :

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegaknya tidaknya suatu disiplin

dalam suatu organisasi atau perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi

2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan

3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan

4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan

5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan

6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan

7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.

Hal di atas sesuai dengan pendapat Taliziduhu Ndraha 1999:139 bahwa:

(24)

perkataan lain, jika pekerja tidak menerima insentif apapun, masihkah mereka

mau meningkatkan prestasi, dan masih maukah dia mentaati peraturan yang ada

tanpa insentif yang berupa reward dan punishment”.

Berdasarkan uraian di atas, salah satu cara untuk meningkatkan

kedisiplinan karyawan adalah memberikan kompensasi/insentif, sehingga

karyawan memiliki sikap atau perilaku disiplin yang terus terjaga dengan baik,

demi tercapainya kinerja pegawai yang maksimal dalam pencapaian tujuan

organisasi.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah dalam penelitian ini

secara spesifik dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran efektivitas pemberian insentif di Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Bandung

2. Bagaimana gambaran tingkat disiplin kerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Bandung

3. Seberapa besar pengaruh efektivitas insentif terhadap tingkat disiplin kerja

pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empirik

(25)

yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan

menganalisis mengenai:

1. Mengetahui gambaran efektivitas insentif pada pegawai di Dinas Tenaga

Kerja Kabupaten Bandung

2. Mengetahui gambaran tingkat disiplin kerja pegawai pada pegawai di Dinas

Tenaga Kerja Kabupaten Bandung.

3. Mengetahui pengaruh efektivitas insentif terhadap tingkat disiplin kerja

pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung.

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang berarti mengenai

manajemen sumber daya manusia, sehingga dapat memberikan gambaran yang

jelas mengenai penerapan insentif dan disiplin kerja pegawai dalam kondisi yang

sebenarnya. Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan secara akademis dan

praktis, yaitu:

1 Kegunaan akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi

penulis dan menambah ilmu baik teori maupun praktek tentang

pengaruh insentif terhadap disiplin kerja pegawai.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar studi perbandingan dan

referensi bagi penelitian yang sejenis.

2. Kegunaan praktis

(26)

Melalui penelitian ini diharapkan penulis dapat memperoleh

pengetahuan dan pengalaman yang berguna untuk menambah wawasan

tentang pengaruh insentif upaya meningkatkan disiplin kerja pegawai

tersebut.

b. Bagi perusahaan

Diharapkan sebagai sumbangan dan masukan bagi perusahaan

mengenai pentingnya insentif terhadap peningkatan disiplin kerja

(27)

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengaruh insentif terhadap disiplin kerja

pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung, objek penelitian terdiri dari

varibel bebas yaitu insentif yang indikatornya yaitu: 1) Kinerja, 2) Lama kerja, 3)

Senioritas, 4) Keadilan dan kelayakan, variabel terikatnya adalah disiplin kerja,

yang indikatornya adalah: 1) Frekuensi kehadiran, 2) Tingkat kewaspadaan, 3)

Ketaatan pada standar kerja, 4) Ketaatan pada peraturan kerja, dan 5) Etika kerja

Adapun subjek yang ditelitinya adalah sampel dari seluruh pegawai pada

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung yang beralamat di Jalan Raya Soreang

Km. 17 Soreang 40912.

3.2 Metode Penelitian

Untuk dapat menetukan penelitian, maka peneliti harus menentukan

metode yang akan dipakai sehingga akan mempermudah langkah- langkah

penelitian. Sugiyono (2012:2) mengemukakan bahwa “Metode penelitian

diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

keguanaan tertentu”.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

(28)

hubungan kausal antara dua variabel atau lebih melalui pengajuan hipotesis

(Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 1989:5)

Metode penelitian survey eksplanasi (explanatory survey) merupakan

penjelasan penelitian yang menggunakan kuesioner atau daftar pertanyaan yang

ditujukan kepada responden. “Metode ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Sanapiah Faisal (2007:18) menjelaskan :

Penelitain eksplanasi yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk menemukan dan mengembangkan teori, sehingga hasil atau produk penelitiannya dapat menjelaskan kenapa atau mengapa (variabel anteseden apa saja yang mempengaruhi) terjadinya sesuatu gejala atau kenyataan sosial tertentu.

Objek telaahan penelitian survei eksplanasi (explanatory survey) adalah

untuk menguji hubungan antar variabel yang dihipotesiskan. Pada jenis penelitian

ini, jelas ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis itu sendiri

menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel, untuk mengetahui

apakah sesuatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya, atau

apakah sesuatu variabel disebabkan/dipengaruhi atau tidak oleh variabel lainnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti melakukan penelitian

melalui metode penelittian survei eksplanasi (explanatory survey) untuk

memperoleh gambaran antara dua objek penelitian yakni insentif dan disiplin

kerja pegawai. Apakah terdapat pengaruh yang positif antara insentif terhadap

(29)

3.3 Desain Penelitian

3.3.1 Operasional Variabel

Operasional variabel dilakukan untuk memberikan pemahaman dalam

penggunaan variabel dan untuk menentukan data yang diperlukan, selain itu juga

dapat mempermudah pengukuran variabel- variabel yang digunakan dalam

penelitian.

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel (X) yaitu insentif

dan variabel (Y) yaitu disiplin kerja pegawai. Variabel (X) bertindak sebagai

variabel bebas atau independen sedangkan variabel (Y) yaitu disiplin kerja

bertindak sebagai variabel terikat atau dependen.

3.3.1.1 Operasional Variabel Insentif

Insentif merupakan suatu sarana motivasi dapat diberi batasan perangsang

atau pendorong yang diberikan sengaja kepada para pekerja agar dalam diri

mereka timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi bagi

organisasi(Sarwoto, 2000 :144).

Secara garis besar jenis insentif dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Insentif material, dapat diberikan dalam bentuk :

a. Uang yang mencakup: bonus, komisi, profit sharing dan kompensasi

yang ditangguhkan

b. Jaminan sosial yang biasanya diberikan dalam bentuk: pemberian

(30)

melahirkan dengan tetap menerima gaji, pemberian tugas belajar

(pendidikan dan pelatihan) dll.

2. Insentif non material, dapat diberikan dalam bentuk: pemeberian gelar (title)

secara resmi, pemberian balas jasa, pemberian piagam penghargaan,

pemberian promosi, pemberian hak untuk menggunakan suatu atribut dan

fasilitas perusahaan, pemberian pujian atau ucapan terima kasih secara

formal maupun informal.

Adapun indikator yang dapat dijadikan variabel penelitian pada kajian ini,

adalah:

a. Kinerja

b. Lama Kerja

c. Senioritas

(31)

Tabel 3.1

Operasional Variabel X Insentif

Variabel Indikator Ukuran Skala

Variabel X:

1. Kinerja a. Tingkat kesesuaian perusahaan pemberian insentif berdasarkan kinerja dalam organisasi perusahaan b. Tingkat kesadaran pegawai

untuk bertanggung jawab dalam bekerja

c. Tingkat ketepatan sasaran pemberian insentif sesuai jabatan dan tanggung jawab

Ordinal

2. Lama Kerja a. Tingkat ketetapan pemberian insentif berdasarkan

pengalaman dan lama kerja karyawan

b. Tingkat ketetapan pemberian gaji atau bonus sesuai pekerjaan yang dibebankan

Ordinal

3. Senioritas a. Tingkat senioritas pegawai mampu bekerjasama dengan baik bersama rekan satu tim b. Tingkat senioritas pegawai

mampu berkomunikasi dengan baik dengan rekan kerja

c. Tingkat senioritas pegawai memiliki hubungan yang harmonis dengan atasan maupun dengan bawahan kerja.

Ordinal

4. Keadilan dan kelayakan

a. Tingkat keadilan hak yang diinginkan sesuai kewajiban yang dilaksanakan

b. Tingkat keadilan perusahaan dalam memberikan insentif sesuai dengan ketentuan yang berlaku

(32)

c. Tingkat ketetapan insentif sesuai dengan pemenuhan kebutuhan

3.3.1.2 Operasional Variabel Disiplin Kerja

Veitzal Rivai (2005:444) mengemukakan bahwa disiplin kerja adalah

suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan

agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya

untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan

perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Disiplin kerja/kedisiplinan merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang

mentaati semua peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial”

(Hasibuan, 2007:193)

Adapun indikator yang dapat dijadikan variabel penelitian pada kajian ini,

adalah:

1. Frekuensi kehadiran

2. Tingkat kewaspadaan

3. Ketaatan pada standar kerja

4. Ketaatan peraturan kerja

5. Etika kerja

Untuk lebih jelas penulis akan menggambarkan secara rinci operasional

(33)

Tabel 3.2

Operasional Variabel Y Disiplin Kerja

Variabel Indikator Ukuran Skala

Variabel Y :

a. Tingkat frekuensi kehadiran ditempat kerja

b. Tingkat ketetapan datang dan meninggalkan tempat kerja c. Tingkat komitmen pegawai untuk selalu berada di kantor selama jam kerja

Ordinal

2. Tingkat kewaspadaan

a. Tingkat efektif dan efisien dalam pemakaian peralatan kerja b. Tingkat kehati-hatian dalam

menggunakan peralatan kerja c. Tingkat penjagaan dan

perawatan peralatan kerja

Ordinal

2. Ketaatan pada standar kerja

a. Tingkat pertanggung jawaban pegawai terhadap pekerjaan b. Tingkat memahami fungsi dan

tugas pegawai dalam bekerja Ordinal

3. Ketaatan pada peraturan kerja

a. Tingkat pemahaman terhadap peraturan kerja

a. Tingkat kesadaran pegawai untuk taat terhadap peraturan b. Tingkat pemahaman pegawai terhadap hak dan kewajiban sebagai seorang pegawai

Ordinal

4. Etika kerja a. Tingkat kesopanan pegawai dalam bekerja

b. Tingkat kejujuran dalam bekerja c. Tingkat efisiensi pembinaan

etika kerja pegawai oleh perusahaan

(34)

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten

Bandung yang berjumlah 54orang. Lebih lengkapnya dapat dilihat dari tabel

berikut:

Tabel 3.3 Jumlah Populasi

No Bagian/Unit Kerja Jumlah

Pegawai

1 Sekretariat 10

2 Bidang Penempatan Kerja & Perluasan Kerja 12

3 Bidang Latihan dan Produktivitas 7

4 Bidang Hubungan dan Industrial & Syarat Kerja 8

5 Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan 13

6 UPTD & Produktivitas Tenaga Kerja 4

Jumlah 54

Sumber: Data Kepegawaian Dinas Tenaga Kerja Kab. Bandung

Mengingat ukuran populasi dari penelitian ini sebanyak 54 orang, maka

untuk penentuan jumlah populasinya dianggap mencukupi maka yang dijadikan

ukuran sampelnya lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

(35)

3.4.2 Sampel

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh

(sensus), yaitu semua anggota populasi dijadikan sampel. Hal ini karena jumlah

populasi relatif kecil dan ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang

sangat kecil (Sugiyono, 2008), sehingga jumlah sampel adalah 54 orang. Salah

satu syarat penelitian adalah data yang akurat dari sumber data yang dapat

dipertanggungjawabkan serta sesuai dengan tujuan penelitian yang bersangkutan,

sehingga perlu ditentukan populasi dari penelitian.

3.5 Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan usaha untuk menghasilkan data

demi keperluan penelitian. Pengumpulan data sangat diperlukan untuk pengujian

hipotesis yang dilakukan berdasarkan data yang terkumpul, adapun teknik yang

digunakan dalam pengumpulan data meliputi:

1. Wawancara (interview) yaitu teknik pengumpulan data secara lisan dengan

mengadakan tanya jawab dengan pihak perusahaan untuk memperoleh data

mengenai profil perusahaan yang terkait dengan masalah penelitian.

2. Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui

formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis

pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau

tanggapan dan informasi yang diperlukan untuk mendapatkan jawaban atau

(36)

Penelitian ini angket yang di gunakan kategori skala likert penilaian lima,

yaitu pada setiap pertanyaan telah disediakan alternatif jawaban untuk

dipilih salah satunya oleh setiap responden. Sugiyono (2009:134)

mengatakan bahwa “skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.

Tabel 3.4

Skor Kategori Skala Likert

Alternatif Jawaban Bobot Pertanyaan Positif

3. Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui laporan, naskah,

brosur serta dokumentasi yang dimiliki perusahaan yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti dan tujuan penelitian.

4. Studi kepustakaan yaitu kegiatan pengumpulan data melalui buku-buku dan

literatur lain yang relevan dengan penelitian dan sebagai landasa n teoritis

(37)

3.6 Pengujian Instrumen Penelitian

3.6.1 Uji Validitas

Pengujian yang pertama yaitu pengujian validitas, menurut Suharsimi

Arikunto, (2008:65) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid dan sahih

memiliki validitas yang tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti

memiliki validitas yang rendah. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui va lid

atau tidaknya kuisioner yang disebar.

Menghitung validitas bertujuan untuk menilai ketepatan alat pengumpul

data tersebut (angket) dalam mengukur pengaruh insentif dan disiplin kerja

pegawai. Pengujian alat pengumpul data pada penelitian ini dilakukan dengan

cara analisis butir angket.

Formula yang digunakan untuk tujuan ini adalah rumus Korelasi Product

Moment yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu :

∑ ∑ ∑

(Suharsimi Arikunto, 2008:81)

Dimana :

rxy = Korelasi antara variabel (X) dan (Y)

X = Jumlah skor tiap item dari seluruh responden uji coba

Y = Jumlah skor total seruluh item dari keseluruhan responden uji coba

∑X = Jumlah skor tiap butir angket dari tiap responden

(38)

N = Banyaknya data

Berikut ini adalah langkah- langkah yang dilakukan dalam uji validitas

instrument angket tersebut adalah sebagai berikut :

1) Menyebarkan instrument yang akan diuji validitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya.

2) Mengumpulkan data hasil uji coba instrument.

3) Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul, termasuk memeriksa kelengkapan pengisian item angket.

4) Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh untuk memudahkan perhitungan dan pengolahan data selanjutnya. 5) Memenempatkan skor (skoring) terhadap item-item yang sudah diisi pada

table pembantu.

6) Menghitung nilai koefisien product moment untuk setiap butir/item angket dari skor-skor yang diperoleh.

7) Menentukan titik kritis atau nilai table r, pada derajat bebas db = N-2 dan tingkat signifikansi 95% atau α = 0,05

8) Membandingkan nilai koefisien korelasi product moment hasil perhitungan dengan nilai koefisien korelasi product moment yang terdapat dalam table. 9) Membuat kesimpulan dengan kriteria uji:

rhitung rtabel , maka instrumen dinyatakan valid. rhitung ≤ rtabel , maka instrumen dinyatakan tidak valid

Jika instrumen tersebut valid, maka item tersebut dapat dipergunakan pada

angket penelitian. Tabel dibawah ini adalah tabel uji validitas coba angket dengan

responden sebanyak 20 orang di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung. Angket

yang di uji cobakan variabel insentif sebanyak 11 item, sedangkan pada variabel

lainnya yakni disiplin kerja sebanyak 16 item. Berikut tabel perhitungan uji

(39)

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Variabel Insentif (X)

No. Item r hitung r tabel Keterangan

Hasil Uji Validitas Variabel Disiplin Kerja (Y)

(40)

12 0,759 0,444 Valid

13 0,759 0,444 Valid

14 0,948 0,444 Valid

15 0,956 0,444 Valid

16 0,937 0,444 Valid

Sumber : Data Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel di atas pengujian validitas pada 11 item untuk variabel

Insentif (Variabel X), diketahui 11 item dinyatakan valid. Sedangkan pada 16

item untuk variabel disiplin kerja (Variabel Y) juga dinyatakan valid.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Pengujian alat pengumpulan data yang kedua adalah pengujian reliabilitas

instrument. Suatu instrument pengukuran dikatakan reliable jika pengukurannya

konsisten dan cermat akurat. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui

konsistensi dari instrument sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran dapat

dipercaya. Instrumen penelitian yang dapat dipercaya hanya apabila dalam

beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama

(homogen) diperoleh hasil yang relative sama, selama aspek yang diukur da lam

diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap

adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali

pengukuran.

Menurut Suharsimi Arikunto (2008:86), yang dimaksud dengan reliabilitas

(41)

pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Reliabilitas

menunjukkan tingkat keterandalan tertentu”.

Formula yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrument dalam

penelitian adalah Koefisien Alfa (α) dari Cronbach (1995), sebagai berikut:

[ ] [ ∑ ]

Dimana :

Rumus varians = σ t2

∑ ∑

(Suharsimi Arikunto, 2008:110)

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan

∑ = jumlah varians butir

σ t2 = varians total N = jumlah responden

Langkah- langkah pengujian dengan menggunakan rumus di atas yakni

sebagai berikut :

1) Melakukan editing data, yaitu memeriksa kelengkapan jawaban responden meneliti konsistensi jawaban, dan menyeleksi keutuhan-keutuhan kuesioner sehingga data siap diproses.

2) Untuk mempermudah pengolahan data, buat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor item yang diperoleh.

3) Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing- masing responden.

4) Menghitung kuadrat jumlah skor item yang diperolah oleh masing- masing responden.

5) Menghitung varians masing- masing item. 6) Menghitung varians total

7) Menghitung nilai koefisien Alfa

(42)

9) Membandingkan nilai koefisien Alfa dengan nilai koefisien korelasi Product Moment yang terdapat dalam tabel.

10) Membuat kesimpulan dengan membandingkan nilai hitung r dan nilai tabel r, dengan tingkat signifikasi 0,05.

Jika rhitung  rtabel , maka reliabel. Jika rhitung ≤ rtabel , maka tidak reliabel.

Adapun hasil uji realiabilitas yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7

Hasil Uji Realibilitas Variabel X dan Variabel Y

No. Variabel r hitung r tabel Keterangan

1 Insentif (X) 0,873 0,444 Reliabel

2 Disiplin Kerja

(Y)

0,938 0,444 Reliabel

Sumber : Uji Coba Angket

Berdasarkan tabel di atas hasil uji realibilitas terhadap variabel X (Insentif)

dan variabel Y (Disiplin kerja) Keduanya dinyatakan realiabel. Karena variabel X

rhitung > rtabel yaitu: 0,873> 0,444. Sedangkan variabel Y rhitung > rtabel yaitu:

0,938>0,444.

3.7 Uji Persyaratan Analisis Data

Dalam melakukan analisis data, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi

terlebih dahulu. Syarat yang harus dipenuhi adalah dengan melakuk an beberapa

pengujian, yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji linieritas.

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya suatu

(43)

akan digunakan. Penelitian harus membuktikan terlebih dahulu, apakah data yang

akan dianalisis itu berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan dalam

uji normalitas ini yaitu uji Liliefors Test.

Langkah kerja uji normalitas dengan metode Liliefors menurut (Ating dan

Sambas, 2006:289) sebagai beerikut:

1) Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada data yang sama.

2) Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

3) Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.

4) Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empiric (observasi). 5) Hitung nilai z untuk mengetahui Theoritical Proportion pada table z. 6) Menghitung Theoritical Proportion.

7) Bandingkan Empirical Proportion dengan Theoritical Proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.

8) Buat kesimpulan, dengan kriteria uji, tolak H0 jika D > D(n,a) Bentuk hipotesis statistik yang akan di uji adalah:

H0 : X mengikuti distribusi normal H1 : X tidak mengikuti distribusi normal

Berikut ini adalah table distribusi pembantu untuk pengujian normalitas

data.

Tabel 3.8

Table Distribusi Pembantu untuk Pengujian Normalitas

(44)

Kolom 4 : Proporsi empiric (observasi). Formula, Sn (Xi) = fk/n

Kolom 5 : Nilai Z, formula,

Dimana : ∑ dan √∑

Kolom 6 : Theoritical Proportion (table z) :Proporsi Kumulatif Luas Kurva Normal Baku dengan cara menilai nilai z pada table distribusi normal.

Kolom 7 :SelisihEmpirical Proportion dengan Theoritical Proportion dengan cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6).

Kolom 8 : Nilai mutlak, artinya semua nilai harus bertanda positif. Tanda selisih mana yang paling besar nilainya.Nilai tersebut adalah D hitung.

Selanjutnya menghitung D table pada a = 0,05 dengan cara

.Kemudian

membuat kesimpulan dengan kriteria :

D hitung  Dtabel, maka H0 diterima, artinya data berdistribusi normal Dhitung  Dtable, maka H0 ditolak, artinya data tidak beerdistribusi normal

3.7.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas, dilakukan untuk mengetahui apakah ada sampel yang

terpilih menjadi responden berasal dari kelompok yang sama. Dengan kata lain,

bahwa sampel yang diambil memiliki sifat-sifat yang sama atau homogen.

Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Barlett dengan

menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2007dan menggunakan bantuan

Method of Successive Intervals (MSI). Kriteria yang digunakannya adalah apabila

nilai hitung > nilai tabel , maka H0 menyatakan varians skornya homogen

(45)

[ ∑ ]

(Sambas Ali Muhidin,2010:96)

Dimana :

= Varians tiap kelompok data

Db1 = n-1 = Derajat kebebasan tiap kelompok

B = Nilai Barlett = (Log S2 gab)(∑ )

= Varians gabungan = ∑

Sambas Ali Muhidin (2010:96), menjelaskan mengenai langkah- langkah

yang harus dilakukan dlam pngujian homogenitas,yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan kelompok-kelompok data,dan menghitung varians untuk tiap kelompok tersebut.

2. Membuat tabel pembantu untuk memudahkan proses perhitungan dengan model tabel sebagai berikut :

Tabel 3.9

Model Tabel Uji Berlett

Sampel Dn=n-1 S db.

1 2 3

…. ….

3. Mengjitung varians gabungan.

4. Menghitung log dari varians gabungan. 5. Menghitung nilai Berlett.

6. Menghitung nilai X2.

7. Menentukan nilai dan titik kritis.

(46)

 Nilai X2hitung < X2tabel, maka H0 diterima atau variasi data dinyatakan homogen.

 Nilai X2hitung  X2tabel, maka H0 ditolak atau variasi data dinyatakan tidak homogen.

3.7.3 Uji Linieritas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat

dengan variabel bebas bersifat linier. Uji linearitas dilakukan dengan uji

kelinieran regresi. Uji linieritas dihitung dengan bantuan Microsoft Office Excel

dan Method of Successive Intervals (MSI).

Sambas Ali Muhidin (2010:99) mengatakan bahwa pemeriksaan kelinieran

regresi dilakukan melalui pengujian hipotesis nol, bahwa regresi linier melawan

hipotesis tandingan bahwa regresi tidak linier. Langkah- langkah uji linearitas

regresi adalah :

1) Menyusun tabel kelompok data variabel X dan variabel Y

2) Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKreg(a)) dengan rumus:

3) Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKreg(b/a)) dengan rumus:

∑ ∑ ∑

4) Menghitung Jumlah Kuadrat Residu (JKres)

(47)

6) Menghitung rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi (RJKreg(b/a))

7) Menghitung rata-rata Jumlah Kuadrat Residu (RJKres)

8) Mengurutkan data mulai dari data terkecil sampai data terbesar disertai

pasangannya.

9) Mencari Jumlah Kuadrat Error (JKE)

∑ {∑ ∑ }

10) Mencari Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (JKT C)

11) Mencari rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (RJKT C)

12) Mencari rata-rata Jumlah Kuadrat Error (RJKE)

13) Mencari nilai Fhitung

(48)

15) Mencari nilai Ftabel pada taraf signifikansi 95% atau α = 5% menggunakan

rumus: Ftabel = F(1-α)(db T C, db E) dimana db TC = k – 2 dan db E = n – k.

16) Membandingkan nilai uji F dengan nilai tabel F kemudian membuat

kesimpulan, yakni Fhitung< Ftabel berarti linier.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Uep Tatang Sontani dan Sambas Ali Muhidin

(2011:158) adalah upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karateristik

sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk

menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian”.

Adapun tujuan dilakukannya analisis data adalah mendeskripsikan data,

dan membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi.

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan dua macam teknik

yaitu teknik analisis data deskriptif dan analisis data inferensial.

3.8.1 Analisis Deskriptif

Sugiyono (2010:29) mengungkapkan teknik analisis data penelitian secara

deskriptif dilakukan melalui statistika deskriptif, yaitu mendeskrip tifkan atau

memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi

sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum.

Analisis data ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

(49)

rumusan masalah no. 2, maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis

deskriptif, yakni untuk mengetahui gambaran efektivitas insentif dan untuk

mengetahui gambaran tingkat disiplin kerja pegawai. Berkaitan dengan analisis

data deskriptif yaitu dengan:

1) Penyajian data melalui tabel, berdasarkan angka frekuensi dan presentase

(%). Seperti pada contoh tabel di bawah ini :

Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

1 Sangat Setuju

2 Setuju

3 Kurang Setuju

4 Tidak Setuju

5 Sangat Tidak Setuju

2) Membuat grafik

Penyajian data melalui tabel, yang kemudian dipresentasekan dan dibuat

grafiknya, sehingga terlihat gambaran kualitas insentif dan gambaran tingkat

disiplin kerja pegawai dalam bentuk grafik.

Sesuai dengan skor alternatif jawaban angket yang terentang dari satu

sampai lima. Banyaknya kelas interval ditentukan sebanyak lima kelas,

sehingga diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:

Jadi interval pertama memiliki batas bawah 1; interval kedua memiliki

(50)

memiliki batasbawah 3,4; dan interval kelima memilki batas bawah 4,2.

Selanjutnya disajikan kriteria penafsiran seperti tabel dibawah ini:

Tabel 3.11

Kriteria Penafsiran Deskripsi

Rentang

Penafsiran

X Y

1,00 – 1,79 Tidak Efektif Sangat Rendah

1,80 – 2,59 Kurang Efektif Rendah

2,6 – 3,39 Cukup Efektif Cukup

3,4 – 4,19 Efektif Tinggi

4,2 – 5,00 Sangat Efektif Sangat Tinggi

Sumber: Diadaptasi dari skor kategori likert skala 5 (Sambas dan Maman

2007:146)

3.8.2 Analisis inferensial

Teknik analisis data inferensial meliputi statistik parametrik yang

digunakan untuk data interval dan ratio serta statistik nonparametric yang

digunakan untuk data nominal dan ordinal. Statistik inferensial, yaitu statistik

yang digunakan untuk menganalisis data dengan membuat kesimpulan yang

berlaku umum. Ciri analisis data inferensial adalah digunakannya rumus statistik

tertentu. Analisis data ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan

masalah no. 3 yaitu untuk mengetahui adalah pengaruh efektivitas insentif

terhadap tingkat disiplin kerja pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung.

Menurut Sugiyono (2002:70), “Mengingat data variabel penelitian

(51)

jarak antara data yang satu dengan data yang lainnya tidak sama”. Tetapi

pengolahan data dengan penerapan statistik parametrik mensyaratkan data

sekurang-kurangnya harus diukur dengan skala interval, maka terlebih dahulu

semua data ordinal ditransformasikan menjadi skala interval dengan

menggunakan Metode Succesive Interval atau MSI.

Menurut Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman (2007:70) untuk

mengubah data ordinal menjadi interval dapat menggukan bantuan Microsoft

Excel. Langkah- langkah untuk mentransformasikan data tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Input skor yang diperoleh pada lembar kerja (worksheet) Excel. 2. Klik “Analize” pada Menu Bar.

3. Klik “Succesive Interval” pada Menu Analize, hingga muncul kotak dialog Method Of Succesive Interval”.

4. Klik “Drop Down” untuk mengisi Data Range pada kotak dialog Input, dengan cara memblok skor yang akan diubah skalanya.

5. Pada kotak dialog tersebut, kemudian check list ( ) Input Label In First Now.

6. Pada Option Min Value isikan/pilih 1 dan Max Value isikan/pilih 5.

7. Masih pada Output, tentukan Cell Output, hasilnya akan ditempatkan di sel

mana. Lalu klik “OK”.

3.9 Pengujian Hipotesis

Langkah terakhir dalam kegiatan analisis data adalah dengan melakukan

uji hipotesis. Tujuan dari pengujian hipotesis ini yaitu untuk mengetahui apakah

terdapat hubungan yang cukup jelas dan dipercaya antara variabel independen dan

variabel dependen. Melalui pengujian hipotesis ini akan diambil kesimpulan

(52)

Menurut Sambas Ali Muhidin (2010:43), Prosedur pengujian hipotesis ini

meliputi beberapa langkah, yaitu:

1. Menentukan rumusan hipotesis H0 dan H1

: Tidak ada pengaruh insentif terhadap disiplin kerja pegawai

di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung

: Terdapat pengaruh insentif terhadap disiplin kerja

pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung

2. Membuat Persamaan dan KoefisienRegresi Linier Sederhana

Langkah selanjutnya adalah dengan menghitungnya dengan menggunakan

Analisis Linier Sederhana.Analisis regresi digunakan untuk menelaah

hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk mengetahui

bagaimana variasi dari beberapa variabel independen mempengaruhi

variabel depanden dalam sebuah fenomena. Dalam Analisis Regresi Linier

Sederhana ini terdapat satu variabel yang diramalkan (depedent variable)

yaitu disiplin kerja pegawai (independent variable) insentif. Maka bentuk

umum dari Analisis Regresi Linier Sederhana adalah:

Ŷ = a + bx

Dimana :

Ŷ = Insentif

X = Disiplin Kerja

a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)

(53)

variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila b (-) maka terjai penurunan.

Dengan nilai a dan b adalah sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

∑ ∑

∑ ∑ ∑

∑ ∑

Sugiyono, 2007:206)

3. Menentukan uji statistik yang sesuai. Uji statistik yang digunakan adalah uji

F, yaitu

,

untuk melakukan uji F, dapat mengkuti langkah-langkah

berikut:

a. Menghitung jumlah kuadrat regresi ( )

b. Menghitung jumlah kuadrat regresi b│a (JK reg b│a)

∑ ∑ ∑

c. Menghitung residu (JKres)

d. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (RJK reg (a)) dengan rumus:

(54)

e. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (RJK reg (b/a)) dengan

rumus:

f. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJK res) dengan rumus:

g. Menghitung nilai uji F dengan rumus:

4. Menentukan nilai kritis dengan derajat kebebasan untuk dbreg = 1 dan dbreg

= n -2

5. Membandingkan nilai uji F terhadap nilai Ftabel = F(1-a)(dbreg(b│a)(dbres)

Dengan kriteria pengujian: jika nilai uji F > , maka tolak yang

menyatakan bahwa tidak ada pengaruh insentif terhadap disiplin kerja

pegawai.

6. Membuat kesimpulan.

Untuk mengetahui hubungan antara variabel X dengan variabel Y dicari

dengan menggunakan rumus koefisien korelasi. Koefisien korelasi dalam

penelitian ini menggunakan Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh

Karl Pearson (Sambas Ali Muhidin, 2010:26), seperti berikut:

(55)

Koefisien korelasi (r) menunjukkan derajat korelasi antara variabel X dan

variabel Y. Nilai koefisien korelasi harus terdapat dalam batas-batas: -1 < r < +1.

Tanda positif menunjukkan adanya korelasi positif atau korelasi antara kedua

variabel yang berarti. Setiap kenaikan nilai variabel X maka akan diikuti dengan

penurunan nilai Y, dan berlaku sebaliknya.

 Jika nilai r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi antara kedua variabel

sangat kuat dan positif

 Jika nilai r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antara kedua variabel

sangat kuat dan negatif.

 Jika nilai r = 0, maka korelasi variabel yang diteliti tidak ada sama sekali atau sangat lemah.

Tabel 3.12

Batas-batas Nilai r (Korelasi)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat lemah

0,20 – 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Cukup Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat kuat

Sumber : Sugiyono (2011 : 183)

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap

variabel Y, maka digunakan koefisien determinasi (KD) dengan rumus:

KD = x 100%

dimana:

(56)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat diambil beberapa kesimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan

maka diperoleh gambaran insentif di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten

Bandung berada pada kategori efektif. Berdasarkan indikator yang menjadi

kajian dalam penelitian ini, diketahui bahwa indikator “kinerja” memiliki

presentase tertinggi yaitu sebesar 78,95%. Sedangkan skor presentase

terendah yaitu sebesar 35,59% pada dindikator “keadilan dan kelayakan”.

2. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan angket yang telah dilakukan,

maka diperoleh gambaran disiplin kerja karyawan di Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Bandung berada pada kategori tinggi. Berdasarkan indikator

yang menjadi kajian dalam penelitian ini, diketahui bahwa indikator

“tingkat kehadiran” memiliki presentase tertinggi yaitu sebesar 85,83%.

Sedangkan skor presenatse terendah yaitu sebesar 76,54% pada dindikator

“ketaatan pada peraturan kerja”.

3. Berdasarkan hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan, menujukkan

bahwa insentif berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja

(57)

dari perhitungan koefisien determinasi (KD) menujukkan bahwa disiplin

kerja pegawai dipengaruhi oleh insentif sebesar 28,88%, dan untuk sisanya

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis dalam penelitian

ini.

5.2 Saran

1. Indikator keadilan dan kelayakan didalam variabel insentif, berdasarkan

hasil pengolahan data jawaban responden menujukkan bahwa indikator

keadilan dan kelayakan memiliki rata-rata paling rendah jika dibandingkan

dengan indikator lainnya. Perusahaan harus benar-benar memperhatikan

pemberian insentif atau balas jasa yang sesuai dengan beban pekerjaan yang

diberikan kepada karyawan, untuk itu perusahaan dituntut untuk dapat

memberikan besaran nilai balas jasa yang sesuai dengan hak yang

diinginkan sesuai dengan kewajibannya, karena insentif merupakan sarana

untuk mensejahterakan karyawan agar karyawan dapat meningkatkan

disiplin kerja karyawan. Maka ada baiknya jika indikator yang memiliki

rata-rata rendah ditingkatkan kembali dan indikator yang memiliki rata-rata

tinggi tetap dipertahankan.

2. Indikator ketaatan pada peraturan kerja didalam variabel disiplin kerja

pegawai memang dinilai cukup tinggi, namun masih terdapat kelemahan

oleh karena itu sebaiknya perusahaan meningkatkan pengawasan dalam hal

pelaksanaan peraturan kerja. Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan

(58)

memaksimlakan pekerjaan dan memeha mi pedoman-pedoman peraturan

pekerjaan.

3. Insentif memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja

pegawai. Oleh karena itu, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung

sebaiknya lebih memperhatikan kualitas insentif yang diterapkan di instansi.

Hal ini perlu diperhatikan agar disiplin kerja para pegawai benar-benar

meningkat secara maksimal terutama dalam hal peningkatan kinerja dan

produktivitas. Hal ini menjadi penting mengingat bahwa tujuan perusahaan

akan tercapai apabila disiplin kerja pegawai dapat dipertahankan atau

Gambar

Gambar 1.1 Data Absensi Karyawan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung
Tabel 1.1 Data Kemangkiran Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung
Gambar 1.2 Data Kemangkiran Pegawai di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung
tabel berikut.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pedesaan (PUAP) terhadap pendapatan petani anggur di Desa Kalianget Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng. 3) Untuk mengetahui dampak Program Pengembangan Usaha

Shinto juga tidak memilik kitab suci, simbol ataupun nabi sebagai penemu atau penyebar agama pertama kali, jadi Shinto lahir dan berkembang secara alami dalam masyarakat,

Hasil penelitian diketahui bahwa alternatif strategi yang dihasilkan adalah peningkatkan kualitas dan kuantitas produk minyak atsiri kenanga, pengembangan pemasaran

Pada kesempatan yang sama penulis juga melakukan wawancara dengan Bapak Mahmudin selaku hakim pada Pengadilan Agama Makassar terkait implementasi asas sederhana,

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan bubur pepaya dan bubur terung belanda berpengaruh nyata terhadap nilai total padatan terlarut selai yang

Dalam upaya pengembangan literasi informasi terdapat beberapa potensi yang belum secara optimal dimanfaatkan, potensi tersebut antara lain potensi kewenangan,

Berdasarkan tabel variabel pengambilan keputusan (Y) di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada item pertama dengan pertanyaan apakah tidak adanya sistem bunga di BPRS

Sehingga siswa SMA kelas XII yang memiliki ciri karakteristik ini ketika memilih jurusan akan cenderung mengalami kebimbangan dalam mengambil keputusan kariernya, karena