• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL COMMUNICATION STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL COMMUNICATION STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL COMMUNICATION STYLEDAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Biologi

oleh

Amelia Gusmalini 1106480

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PROFIL COMMUNICATION STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Oleh

Amelia Gusmalini

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Amelia Gusmalini

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PROFIL COMMUNICATION STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Oleh:

Amelia Gusmalini NIM. 1106480

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Hj. Sariwulan Diana, M.Si NIP. 196202111987032003

Pembimbing II,

Dr. H. TaufikRahman, M.Pd. NIP. 196201151987031002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Biologi,

(4)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan profil communication style dan penguasaan konsep materi sistem reproduksi siswa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 19 Kota Bandung dengan sampel kelas XI MIA 5. Communication style yang diungkapkan melalui lembar observasi dan lembar self assessment ini terdiri dari jenis pasif, asertif dan agresif dengan delapan deskriptor yaitu berbicara dan mendengarkan, sensitifitas, pengambilan keputusan, pemilihan waktu, kesesuaian waktu/topik, resolusi konflik, refleksi dan kepemimpinan. Penguasaan konsep siswa terhadap materi sistem reproduksi diukur dengan menggunakan soal pre-test dan post-test. Penelitian ini dilakukan karena dilatarbelakangi oleh kurangnya penggunaan metode pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam berkomunikasi, interaksi, dan terlibat langsung dalam proses belajar mengajar.Metode penelitian yang digunakan pada penelitian adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan 45,5% siswa memiliki communication style asertif, 28,4% siswa memiliki communication style pasif dan 26,4% siswa memiliki communication style agresif. Rata-rata penguasaan konsep siswa sebelum pembelajaran yaitu 44,19, dan setelah pembelajaran adalah sebesar 76,13. Peningkatan penguasaan konsep memiliki kategori sedang dengan nilai N-gain sebesar 0,57. Setelah dilakukan uji Chi-Kuadrat independen antara dua faktor diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara communication style dan penguasaan konsep siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran diukur dengan menggunakan angket, dan diperoleh persentase sebesar 79,83% siswa merespon setuju terhadap penggunaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi sistem reproduksi.

(5)

ABSTRACT

The purpose of this study was to reveal the profile of communication style and student concept mastery about reproduction system using cooperative learning type jigsaw. This study was conducted in SMA Negeri 19 Bandung with a sample that is used is a class XI MIA 5. Student communication style revealed by observation sheet and self-assessment sheet consist of passive, assertive and aggressive with eight descriptor that are speaking and listening, sensitivity, timing, focus on topic, conflict resolution, reflection and leadership. The concept of student mastery reproduction system measured using about pre-test and post-test. The background of this study is the lack of using active learning method to improved students communication, interaction, and students involvement in teaching learning process. Descriptive method is constructed this study. The result showed that 45,5% students have assertive communication style, 28,4% have passive communication style and 26,4% students have aggressive communication style. Students concept mastery average before using cooperative learning type jigsaw is 44,9 and after learning is 76,13. The achievement scores of students concept mastery including medium category with N-gain scores is 0,57. After counted by Chi-Kuadrat independent between two variables test, the result showed that is no correlations between communication style and students concept mastery. The response of students measured by questionnaire, the result is 79,83% students gived agree response about using cooperative learning type jigsaw on concept reproduction system.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi... 8

BAB II COMMUNICATION STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MATERI SISTEM REPRODUKSI... 10

A. Communication Style Siswa ... 10

1. Communication Style Asertif... 12

2. Communication Style Agresif...

3. Communication Style Pasif... 14

16 B. Metode Pembelajaran Kooperatif ...

1. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif... 17

17 C. Karakteristik Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw...

1. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw...

2. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw...

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw... 20

20

22

(7)

a. Kelebihan Metode Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw...

b. Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 24

24

D. Penguasaan Konsep... 25

E. Materi Sistem Reproduksi... 28

1. Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan oleh Bakteri ... 30

2. Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan oleh Virus ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 35

A. Desain Penelitian... 35

B. Partisipan... 35

C. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian... 35

D. Definisi Operasional... 35

E. Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Analisis Data... 45

G. Prosedur Penelitian... 49

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 55

A. Profil Communication Style Siswa pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 55

B. Penguasaan Konsep Materi Sistem Reproduksi Siswa pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 66

C. Hubungan Communication Style dan Penguasaan Konsep Siswa ... 70

D. Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 72

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI... 76

A. Simpulan... 76

B. Implikasi dan Rekomendasi... 76

DAFTAR PUSTAKA... 78

LAMPIRAN... 84

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Matriks Taksonomi Bloom Revisi... 27

Tabel 3.1 Jenis Instrumen Penelitian... 37

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi dan Self Assessment Communication Style Siswa ... 38

Tabel 3.3Kisi-kisi Soal Tes Penguasaan Konsep... 38

Tabel 3.4Kisi-kisi Angket Respon Siswa... 39

Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran... 39

Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Pedoman Wawancara... 40

Tabel 3.7Klasifikasi Daya Pembeda... 41

Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Daya Pembeda... ... 41

Tabel 3.9Kriteria Tingkat Kesukaran... 41

Tabel 3.10Rekapitulasi Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran... 41

Tabel 3.11Klasifikasi Validasi Item... 42

Tabel 3.12Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Item... 42

Tabel 3.13Klasifikasi Reliabilitas... 43

Tabel 3.14 Klasifikasi Kualitas Butir Soal... 43

Tabel 3.15 Rekapitulasi Keseluruhan Uji Instrumen ... 44

Tabel 3.16 Kategori Gain Ternormalisasi (N-gain)... 47

Tabel 3.17 Cara Pemberian Skor Angket Tanggapan Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran... 48

Tabel 3.18 Klasifikasi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran... 48

Tabel 3.19 Tahapan dan Sintaks Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw... 50

Tabel 4.1 Rata-rata Persentase Communication Style Siswa dalam Setiap Deskriptor... 58

Tabel 4.2 Rekapitulasi Uji N-gain Hasil Pre-test dan Post-test Penguasaan Konsep Siswa pada Konsep Penyakit Menular Seksual... 67

Tabel 4.3 Rekapitulasi Communication Style dan Penguasaan Konsep Siswa. 71 Tabel 4.4 Rekapitulasi Uji Independen Antara Communication Style dan Penguasaan Konsep Siswa... 71

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Proses Penyebaran Siswa dari Kelompok Asal (home

group) ke Kelompok Ahli (expert group)

23

Gambar 3.1 Proses Penyebaran Anggota Dari Kelompok Asal Ke

Kelompok Ahli... 52

Gambar 3.2 Alur Penelitian... 54

Gambar 4.1Grafik Rata-rata Persentase Communication Style Siswa ... 55

Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Nilai Pre-test dan Post-test Penguasaan

Konsep Siswa... 66

Gambar 4.3Grafik Persentase Jawaban Siswa Berdasarkan Indikator Soal.... 68

Gambar 4.4 Grafik Hasil Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.1 Silabus Kurikulum... 84

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 89

Lampiran B.1 Lembar Observasi Communication Style Siswa... 101

Lampiran B.2 Lembar Self Assessment Communication Style Siswa... 106

Lampiran B.3 Instrumen Penguasaan Konsep Sistem Reproduksi... 110

Lampiran B.4 Instrumen Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran... 125

Lampiran B.5 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran... 127

Lampiran B.6 Lembar Pedoman Wawancara Siswa... 130

Lampiran B.7 Lembar Kegiatan Kelompok Asal... 131

Lampiran B.8 Bahan Ajar Artikel Penyakit Menular Seksual... 132

Lampiran C.1 Rekapitulasi Lembar Observasi Communication Style ... 137

Lampiran C.2 Rekapitulasi Lembar Self Assessment Communication Style 139 Lampiran C.3 Rekapitulasi Lembar Pedoman Wawancara Siswa... 141

Lampiran C.4 Rekapitulasi Nilai Pre-test Penguasaan Konsep... 144

Lampiran C.5Rekapitulasi Nilai Post-test Penguasaan Konsep... 146

Lampiran C.6Rekapitulasi N-gain Penguasaan Konsep Siswa... 148

Lampiran C.7 Rekapitulasi Hasil Post-test Berdasarkan Indikator Soal... 149

Lampiran C.8 Rekapitulasi Kategorisasi Communication Style Siswa Berdasarkan Lembar Observasi dan Lembar Self Assessment... 151

Lampiran C.9 Rekapituasi Kategorisasi Penguasaan Konsep dan Communication Style Siswa... 152

Lampiran C.10 Rekapitulasi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran... 153

Lampiran C. 11 Rekapitulasi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 155

Lampiran D.1 Hasil Analisis Butir Soal ANATES... 156

Lampiran D.2 Hasil Uji Chi-Kuadrat-Uji Independen Antara Dua Faktor... 165

Lampiran E.1 Surat Keterangan Penelitian... 167

(11)
(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Ajah (2012) mengungkapkan

bahwa dalam undang-undang pasal 20 tahun 2003, telah menjelaskan fungsi

pendidikan nasional melalui penyelenggaraan pendidikan yang diharapkan dapat

mencetak manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa, berilmu, kreatif, mandiri,

terampil, berjiwa sosial, dan menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah telah berupaya

melalui perbaikan-perbaikan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yaitu

kurikulum 2013. Kemendikbud (2013) menjelaskan beberapa

pengalaman-pengalaman belajar yang akan diperoleh siswa melalui kurikulum 2013 yaitu

pengalaman belajar mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan.

Mengkomunikasikan adalah tahap ke lima dari serangkaian tahapan

pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan pendekatan saintifik. Endarta

(2014) mengungkapkan bahwa mengkomunikasikan dapat melatih siswa untuk

mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir sistematis,

mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan

kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Komunikasi merupakan salah satu

komponen yang penting dalam kehidupan. Syahbana (2011) mengungkapkan

bahwa pada prinsipnya sebagai makhluk sosial antara individu yang satu dengan

yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama, dalam hubungan tersebut komunikasi

merupakan salah satu komponen yang penting. Oleh karena itu dalam pendidikan

perlu melatih kemampuan komunikasi agar siswa mampu menjaga hubungan

positif antar makhluk sosial.

Pipas & Jaradat (2010) mengelompokkan komunikasi ke dalam tiga bentuk

communication style, yang terdiri dari pasif, asertif, dan agresif. Dalam sebuah

percakapan mengandung gabungan setiap bentuk communication style tersebut.

(13)

agresif, merupakan bentuk yang paling ideal dan seharusnya paling banyak

digunakan dalam percakapan. Memiliki communication style asertif menunjukkan

bahwa siswa mampu mengungkapkan pendapat, hak dan perasaan dengan

menghormati pendapat, hak dan perasaan orang lain, sehingga dapat menghindari

konflik dalam percakapan. Bonaccio & Dalal (2006) menambahkan bahwa setiap

individu memiliki communication style yang berbeda, dan pada umumnya setiap

individu menggunakan lebih dari satu communication style dalam berbicara.

Mempelajari dan melatih communication style sangat penting untuk mendidik

siswa berkomunikasi lebih efektif dan mampu merespon percakapan dengan

sewajarnya, dan yang paling penting adalah untuk memudahkan siswa dalam

menjaga kedinamisan hubungan sosial.

Li et al.(2014) telah melakukan penelitian tentang hubungan communication

style terhadap kemampuan siswa menerima saran dan pendapat, yang

menunjukkan bahwa siswa dengan communication style asertif mampu menerima

pendapat dengan lebih positif daripada siswa dengan communication style agresif

dan pasif. Tannous (2015) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

communication style dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa, dan dapat

memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam suatu diskusi kelompok. Beberapa

penelitian lain tentang communication style yang dilakukan oleh Rau (2013), Wu

& Mclaughlin (2012), Frey (2009) membuktikan bahwa communication style

dapat meningkatkan interaksi sosial siswa, mengembangkan kemampuan berfikir

kritis siswa, dan meningkatkan keterampilan berargumentasi siswa. Hidayat &

Lyrawati (2008) dalam penelitiannya mengenai communication style dan

penguasaan konsep dalam bidang keperawatan, menyatakan bahwa seseorang

dengan communication style ideal belum tentu memiliki penguasaan konsep yang

baik, terkadang seseorang yang cenderung pasif dalam suatu percakapan lebih

mengungguli orang yang aktif dalam hal menguasai atau memahami sebuah

konsep. Dari beberapa penelitian tersebut, penelitian tentang communication style

siswa dan kemampuan siswa menguasai konsep biologi, khususnya materi sistem

reproduksi konsep penyakit menular seksual belum dilakukan. Penguasaan konsep

menurut Bloom (dalam Rustaman, et al. 2005) yaitu kemampuan siswa

(14)

yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami, mampu memberikan

interpretasi, dan mampu mengkomunikasikan apa yang telah ia pelajari.

Wulandari (2011) mengungkapkan beberapa faktor yang dapat memengaruhi

communication style siswa, salah satunya adalah pemilihan strategi pembelajaran

yang kurang tepat. Terkadang guru seringkali menggunakan metode pembelajaran

yang memusatkan kegiatan pada guru seperti pembelajaran dengan metode

ceramah, siswa menjadi lebih pasif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung

sehingga sulit untuk mengidentifikasi communication style siswa. Turacogluet al.

(2013) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran ceramah yang memusatkan

kegiatan pada guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

melakukan aktivitas seperti berfikir, berbagi informasi, dan merekonstruksi

informasi yang ia peroleh. Siberman (2014) menambahkan bahwa cara belajar

dengan mendengarkan akan membuat siswa lupa, dengan cara mendengarkan dan

melihat akan ingat sedikit, dengan mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan

dengan siswa lain akan paham, dengan mendengarkan, melihat, diskusi, dan

melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan, sehingga cara untuk

menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu dipersiapkan suatu metode pembelajaran

aktif yang menuntut siswa untuk mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan,

dan membahas materi yang dipelajari dengan orang lain. Menurut Aḉikgöz (dalam

Turacoglu,et al.2013) seharusnya guru-guru sudah menerapkan metode

pembelajaran aktif, karena dengan pembelajaran aktif dapat mengaktifasi psikis

dan mental siswa selama proses pembelajaran, dan memberikan siswa kesempatan

untuk merekonstruksi informasi yang ia peroleh berdasarkan karakteristik

kognitif, afektif, dan psikomotor yang ia miliki. Dengan pembelajaran aktif,

proses belajar mengajar akan berpusat kepada siswa, sehingga siswa aktif

menemukan informasi dan mengkomunikasikan informasi yang ia peroleh.

Kemudian Bowen (2000), Ramsay et al. (2000), Stockdale & Williams (2004)

mengungkapkan bahwa salah satu metode yang tepat adalah metode pembelajaran

kooperatif (cooperative learning).

Metode pembelajaran kooperatif menurut Bowen (2000) dan Prince (2004),

(15)

kelompok kecil secara heterogen, kemudian saling tolong menolong satu sama

lain untuk mencapai tujuan akademis, mengembangkan kemampuan

berkomunikasi, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan

kemampuan berikir kritis, dan mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka

sendiri. Johnson & Smith, 1998 (dalam Cagatay & Demircioglu, 2013)

mengungkapkan bahwa terdapat lima komponen esensial pembelajaran

kooperatif, yaitu saling ketergantungan positif, interaksi antara siswa,

pertanggung jawaban individu dan kelompok, kemampuan interpersonal dan

kelompok, dan kemampuan bekerjasama dalam kelompok. Berdasarkan

komponen tersebut Slavin, 1994 (dalam Baharuddin & Wahyuni, 2010)

mengungkapkan bahwa metode pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada

lingkungan belajar sosial dan menjadikan kelompok belajar sebagai tempat untuk

mendapatkan pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan dan menantang

pengetahuan yang dimiliki oleh individu, sehingga siswa akan lebih aktif

menemukan informasi, berbagi informasi, dan berkomunikasi selama aktivitas

pembelajaran. Berdasarkan penelitian tentang metode pembelajaran kooperatif

yang dilakukan oleh Rusita (2014), Koseoglu (2013), Wulandari (2011), Naomi &

Githua(2013), menunjukkan bahwa metode pembelajaran ini memberikan hasil

positif bagi siswa, seperti meningkatkan prestasi siswa, mengembangkan sikap

positif, meningkatkan percaya diri, meningkatkan kemampuan komunikasi yang

baik, mampu menerima perbedaan antara sesama siswa dengan baik, memiliki

ketekunan dan daya ingat yang baik.

Metode pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai tipe salah satunya

adalah tipe jigsaw. Colosi (1998), Doymus (2008), Sesen & Tarhan (2008),

mengungkapkan bahwa jigsawmerupakan salah satu teknik yang paling digemari

oleh guru dan siswa di lapangan. Jigsawmerupakan suatu tipe pembelajaran

metode kooperatif yang mampu menciptakan ketergantungan positif yang tinggi

antara siswa. Menurut Aronson (2000), jigsawmerupakan strategi metode

pembelajaran kooperatif yang memungkinkan setiap siswa untuk ditugaskan dari

kelompok asal menjadi pakar atau ahli pada suatu aspek dalam suatu bagian

pembelajaran, setelah menguasai aspek tersebut siswa akan kembali ke kelompok

(16)

masing-masing. Keuntungan dari jigsawini adalah siswa dapat melakukan tantangan dan

keterlibatan langsung terhadap tugas dalam kelompok ahli dengan antusias,

karena mereka mengetahui bahwa mereka dan informasi yang mereka pelajari

adalah salah satu bagian penting dalam kelompoknya masing-masing yang akan

menentukan keberhasilan belajar kelompoknya. Naomi & Githua(2013)

menambahkan bahwa siswa yang ahli dalam suatu aspek akan mempresentasikan

dan mengkomunikasikan aspek yang ia kuasai secara verbal kepada siswa lain

dalam kelompok asalnya dengan rasa penuh tanggung jawab, mengingat

keberhasilan belajar siswa lain adalah bergantung kepada informasi yang telah ia

kuasai.

Naomi & Githua (2013) mengungkapkan bahwa dalam metode pembelajaran

kooperatif tipe jigsawterdiri dari diskusi pada kelompok asal dan kelompok ahli.

Melalui diskusi ini, siswa akan mampu meningkatkan interaksi antar sesama

siswa, salah satunya dalam berkomunikasi. Dengan penggunaan metode

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, akan memudahkan guru untuk menilai

komunikasi siswa secara individu maupun kelompok. Wulandari (2011)

mengungkapkan bahwa kenyataannya dalam melakukan diskusi, masih banyak

ditemukan siswa yang sulit melakukan komunikasi dengan baik sehingga

pembicaraan dalam diskusi didominasi oleh orang yang sama. Kesulitan ini bisa

disebabkan oleh rasa malu dan ketidakpercayaan diri siswa dalam

mengungkapkan ide, pendapat, bantahan atau persetujuan, sehingga sulit untuk

menilai kemampuan berkomunikasi siswa.

Sudjana (1989) menyatakan bahwa hasil belajar yang baik didukung oleh

penggunaan metode yang sesuai, metode yang baik adalah yang disesuaikan

dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, dan sarana yang tersedia.

Oleh karena itu, Usman (2000) mengungkapkan bahwa untuk menghidupkan

suasana diskusi dengan aktif dan merata, materi pelajaran yang digunakan dapat

berupa materi yang lebih kontekstual sehingga memancing pro dan kontra antara

siswa dan memicu siswa untuk berdiskusi dengan baik. Salah satunya adalah

materi sistem reproduksi, konsep penyakit menular seksual. Penyakit menular

seksual merupakan konsep yang secara kontekstual dapat terjadi dalam kehidupan

(17)

(2003) mengungkapkan bahwa pembelajaran materi sistem reproduksi dengan

diskusi dapat mendorong siswa aktif mengemukakan ide dan mengembangkan

sikap ilmiah, sehingga siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan belajarnya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada tim guru menyatakan bahwa

siswa seringkali bersemangat dan aktif dalam pembelajaran konsep sistem

reproduksi. Hal ini mungkin disebabkan oleh keingintahuan siswa yang tinggi dan

ketertarikan siswa mengetahui lebih jauh tentang kesehatan reproduksi. Dengan

demikian, penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawpada materi

sistem reproduksi konsep penyakit menular seksual, diperkirakan akan mampu

mendorong siswa lebih aktif dalam menemukan informasi dan membangun

konsepnya sendiri, serta dapat mengembangkan kemampuan siswa berkomunikasi

dengan lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian pada pembelajaran

materi sistem reproduksi dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe

jigsawuntuk mengungkapkan profil communication style dan penguasaan konsep

siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah

yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah

profil communication style dan penguasaan konsep siswa tentang materi sistem

reproduksi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?”

Agar penelitian ini lebih terarah, maka dari rumusan masalah tersebut

dijabarkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah communication style siswa dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe jigsawdalam materi sistem reproduksi?

2. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa tentang materi sistem reproduksi

sebelum dan setelah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

3. Bagaimanakah hubungan communication style dan penguasaan konsep siswa

pada pembelajaran kooperatif tipe jigsawdalam materi sistem reproduksi?

4. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

(18)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, serta agar penelitian lebih

terarah, maka ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai

berikut:

1. Penguasaan konsep dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan soal

berbentuk uraian kasus yang didasarkan pada taksonomi Bloom revisi dengan

dimensi proses kognitif terbagi menjadi enam kriteria yaitu C1 (mengingat),

C2 (memahami), C3 (mengaplikasi), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi),

dan C6 (mensintesis). Dalam penelitian ini, soal penguasaan konsep

menggunakan dimensi proses kognitif C2 (memahami).

2. Konsep yang digunakan dalampenelitian ini adalah materi sistem

reproduksidalam pembelajaran kelas XI IPA semester II, dengan materi

pokok struktur dan fungsi alat-alat reproduksi pada laki-laki dan wanita,

proses pembentukan sel kelamin, ovulasi dan menstruasi, fertilisasi, gestasi

dan persalinan, ASI, KB, serta kelainan dan penyakit yang terjadi pada organ

reproduksi. Materi pokok yang diuji dalam penelitian ini adalah materi

kelainan dan penyakit pada organ reproduksi yaitu tentang penyakit menular

seksual.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan profil communication

style dan penguasaan konsep siswa tentang materi sistem reproduksi

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara

lain:

1. Bagi siswa

a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih dan

mengembangkan communication style siswa yang lebih baik dan efektif

(19)

b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi, bekerjasama,

dan mengembangkan hubungan sosial antar siswa dalam pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

c. Agar siswa tertarik dan dengan mudah memahami materi sistem

reproduksi khususnya tentang konsep penyakit menular seksual.

d. Dapat meningkatkan penguasaan konsep materi sistem reproduksi konsep

penyakit menular seksual.

e. Dapat memberikan masukan kepada siswa untuk berperilaku seksual

sehat serta bergaul dengan baik dan terhindar dari penyakit menular

seksual.

2. Bagi guru

a. Dapat memberikan alternatif metode pembelajaran yang dapat

mengembangkan dan melatih communication style siswa.

b. Dapat memotivasi guru untuk melakukan penilaian terhadap

communication style siswa sebagai bahan pertimbangan penilaian siswa.

c. Dapat memberikan informasi mengenai penguasaan konsep siswa SMA

sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan

kegiatan pembelajaran siswa di waktu yang akan datang.

3. Bagi peneliti

Mengungkapkan gambaran tentang communication style dan penguasaan

konsep siswa SMA tentang materi sistem reproduksi dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sehingga dapat dijadikan bahan masukan

dan bahan pertimbangan untuk dilakukan penelitian lain yang sejenis.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Gambaran mengenai keseluruhan isi skripsi dan pembahasannya dapat

dijelaskan dalam sistematika penulisan sebagai berikut.

1. Bab I Pendahuluan

Bagian pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang melakukan

penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian

(20)

2. Bab II Kajian Pustaka

Bagian ini menjelaskan tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, konsep

dan teori yang relevan dengan penelitian yang dikaji. Beberapa konsep yang

dikaji dalam bab II ini adalah tentang communiation style, penguasaan

konsep, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan materi sistem

reproduksi konsep penyakit menular seksual.

3. Bab III Metode Penelitian

Bagian ini membahas mengenai komponen dari metode penelitian

yaitu desain penelitian, partisipan pada penelitian, lokasi, populasi dan

sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses

pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data dan

prosedur penelitian.

4. Bab IV Temuan dan Pembahasan

Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni temuan penelitian berdasarkan

hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya

sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, serta pembahasan

temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah

dirumuskan sebelumnya. Pola pemaparan dalam bab IV ini menggunakan

pola tematik, yakni setiap temuan kemudian dibahas secara langsung sebelum

maju ke temuan berikutnya.

5. Bab V Simpulan dan Saran

Bagian ini berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi, yang menyajikan

penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus

mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian mengenai communication style dan penguasaan konsep siswa SMA

pada metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawini mengunakan metode

penelitian deskriptif.

B. Partisipan

Partisipan atau siswa yang digunakan sebagai subjek penelitian pada

penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI program Matematika dan Ilmu Alam.

Partisipan berjumlah 31 orang dengan jumlah siswa perempuan 17 orang dan

jumlah siswa laki-laki 14 orang.

C. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 19 Kota

Bandung yang beralamat di jalan Dago Pojok. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas XI MIA (Matematika dan Ilmu Alam) SMA Negeri 19

Bandung semester genap tahun ajaran 2014/2015. Sampel yang digunakan dalam

penelitian adalah siswa kelas XI MIA 5. Teknik pengambilan sampel

menggunakan random sampling.

D. Definisi Operasional

1. Profil communication style siswa

Profil communication style siswa dalam penelitian ini diadaptasi dari Lander

(2002) yang terdiri dari communication style asertif, agresif, dan pasif dengan

delapan deskriptor yaitu, deskriptor berbicara dan mendengarkan, sensitifitas,

pengambilan keputusan, pemilihan waktu, kesesuaian waktu/topik, resolusi

konflik, refleksi, dan kepemimpinan. Data profil communication style siswa ini

diperoleh melalui lembar observasi sebagai data utama yang digunakan saat

pembelajaran berlangsung, dan lembar self assessment sebagai data pendukung

(22)

2. Penguasaan konsep

Penguasaan konsep yang dimaksud pada penelitian ini adalah berupa

perbandingan nilai yang diperoleh siswa sebelum dan setelah proses pembelajaran

berlangsung. Penguasaan konsep ini diukur melalui instrumen tes tertulis berupa

soal pilihan ganda berjumlah 20 butir soal. Soal tersebut disusun berdasarkan

taksonomi Bloom revisi yang mencakup dimensi kognitif aspek C2 (memahami).

3. Metode pembelajaran tipe jigsaw

Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawyang dimaksud dalam penelitian

ini adalah metode pembelajaran dengan sintaks yang mengacu pada Slavin (2008)

yaitu metode pembelajaran yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.

Keterlaksanaan pembelajaran metode kooperatif tipe jigsawini diobservasi

menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

4. Materi sistem reproduksi

Materi sistem reproduksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang

konsep penyakit menular seksual (PMS) yang terdiri dari penyakit sifilis, hepatitis

B, klamidia, herpes genital, dan AIDS. Pemilihan konsep ini mengacu pada KD

4.13 yang terdapat pada silabus kurikulum 2013 (Lampiran A.1) yaitu tentang

menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi organ yang

menyebabkan gangguan sistem reproduksi manusia melalui berbagai bentuk

media presentasi (Puskur Kemendikbud, 2013). Berdasarkan KD 4.13 tersebut,

disusun indikator-indikator pencapaian kompetensi yang tercantum dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Lampiran A.2).

E. Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mencakup lembar observasi

dan lembar self assessment, tes penguasaan konsep berbentuk tes pilihan ganda,

angket respon siswa, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan lembar

pedoman wawancara. Tabel 3.1 di bawah ini mencantumkan jenis instrumen dan

(23)

Tabel 3.1 Jenis Instrumen Penelitian

No Jenis Instrumen Tujuan Instrumen Waktu

1. Lembar observasi Mengungkapkan profil communication style siswa pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Selama tahapan inti proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berlangsung (diskusi pada kelompok ahli dan kelompok asal)

2.. Lembar self assessment Sebagai data pendukung untuk mengungkapkan profil communication style siswa pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Setelah pembelajaran kooperatif tipe jigsawberakhir

3. Soal tes penguasaan konsep

Mendapatkan data penguasaan konsep siswa pada materi sistem reproduksi

Di awal dan di akhir pembelajaran (pre-test dan post-test)

4. Angket respon siswa Untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsawyang telah dilakukan

Setelah pembelajaran berakhir

5. Lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran

Sebagai data pendukung untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsawyang dilakukan oleh guru

Selama proses pembelajaran

berlangsung

6. Lembar pedoman wawancara

Sebagai data pendukung untuk mengungkapkan communication style dan penguasaan konsep siswa

Setelah pembelajaran berakhir

a. Lembar observasi dan lembar self assessment communication style

Lembar observasi merupakan instrumen utama yang digunakan untuk

mengungkapkan profil communication style siswa, dan lembar self assessment

digunakan sebagai instrumen pendukung untuk mengungkapkan profil tersebut.

Lembar observasi (Lampiran B.1) dan lembar self assessment (Lampiran B.2)

diadapatasi dari Lander (2002) yang terdiri dari delapan deskriptor. Setiap

deskriptor terdiri dari tiga pernyataan yang menunjukkan communication style

pasif, asertif, dan agresif. Dalam penggunaannya, observer dan siswa hanya

memilih salah satu pernyataan yang tersedia.

Lembar observasi digunakan pada saat pembelajaran kooperatif tipe

jigsawberlangsung, yaitu pada proses diskusi kelompok asal dan kelompok ahli

oleh lima orang observer yang dipilih oleh peneliti. Observer yang digunakan

dalam penelitian ini, adalah orang-orang yang sebelumnya tidak pernah mengenal

dan tidak pernah melakukan interaksi dengan sampel penelitian, hal ini dilakukan

untuk menghindari terjadinya subjektifitas pada saat observasi berlangsung.

Sebelum dilakukan penelitian, diberikan pengarahan terlebih dahulu kepada

(24)

style siswa. Lembar self assessment diberikan kepada siswa pada saat setelah

pembelajaran berakhir. Berikut tabel kisi-kisi lembar observasi dan lembar self

assessment communication style siswa.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi dan Lembar Self assessment

No Deskriptor Kode Pernyataan Communication Style Asertif Agresif Pasif

1. Berbicara dan mendengarkan 1a 1b 1c

2. Sensitifitas (kepekaan) 2a 2b 2c

3. Pengambilan keputusan 3a 3b 3c

4. Pemilihan waktu 4a 4b 4c

5. Kesesuaian waktu/topik 5a 5b 5c

6. Resolusi konflik 6a 6b 6c

7. Refleksi 7a 7b 7c

8. Kepemimpinan 8a 8b 8c

b. Soal tes penguasaan konsep

Soal penguasaan konsep siswa berfungsi untuk mengukur hasil belajar siswa

pada ranah kognitif C2 (memahami) yang berupa soal dengan uraian kasus

tentang penyakit menular seksual diantaranya penyakit sifilis, klamidia, herpes

genital, AIDS, dan hepatitis B. Soal terdiri dari lima buah kasus dengan tingkat

kesulitan kasus yang berbeda, masing-masing kasus terdiri dari empat butir soal

pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban, sehingga total seluruh soal adalah

berjumlah 20 butir soal (Lampiran B.3). Tes penguasaan konsep ini diberikan

pada saat sebelum proses pembelajaran (pre test) dan setelah proses pembelajaran

(post test) untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan konsep siswa tentang

materi sistem reproduksi sebelum dan setelah proses pembelajaran. Sebelum

digunakan dalam penelitian, instrumen soal tes yang telah dibuat terlebih dahulu

di-judgement oleh beberapa dosen ahli sebanyak 30 soal tes pilihan ganda. Setelah

proses judgement selesai dilanjutkan dengan uji coba instrumen yang diberikan

kepada 30 siswa yang telah mempelajari materi sistem reproduksi konseppenyakit

menular seksual. Berikut tabel kisi-kisi soal yang digunakan untuk mengukur

penguasaan konsep siswa.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Tes Penguasaan Konsep

No Indikator Ranah

Kognitif No. Soal 1. Mengidentifikasi nama penyakit berdasarkan kasus yang

terdapat pada soal C2

1, 9, 13

2. Menentukan penyebab penyakit yang tepat sesuai dengan

kasus yang diberikan C2

2, 10, 14

(25)

No Indikator Ranah

Kognitif No. Soal yang diberikan

4. Mengidentifikasi jenis penyakit berdasarkan kasus yang

terdapat pada soal C2

4, 8, 20

5. Mengidentifikasi organ tubuh atau komponen dalam tubuh yang diserang oleh penyakit berdasarkan kasus yang terdapat pada soal

C2

6, 18

6. Menentukan cara pencegahan penularan penyakit yang

tepat berdasarkan kasus yang terdapat pada soal C2

7, 19

7. Menentukan cara penyembuhan penyakit berdasarkan kasus

yang terdapat pada soal C2

11

8. Mengidentifikasi akibat yang ditimbulkan oleh penyakit

yang tepat berdasarkan kasus yang terdapat pada soal C2

12

9. Mengidentifikasi cara penularan penyakit yang tepat

berdasarkan kasus yang terdapat pada soal C2

17

c. Angket respon siswa

Angket respon siswa (Lampiran B.4) digunakan untuk mengetahui tanggapan

atau respon siswa terhadap metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawyang telah

dilakukan. Angket didistribusikan setelah proses pembelajaran selesai. Berikut

kisi-kisi angket respon siswa.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

No. Indikator No. Item

1. Respon siswa terhadap penguasaan konsep materi sistem reproduksi konsep penyakit menular seksual dengan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

1, 2, 3

2. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsawdan kaitannya dengan hubunga sosial siswa

4, 5, 6

3. Respon siswa tentang aktivitas pembelajaran kooperatif tipe jigsawdan

kaitannya dengan communication style siswa 7, 8, 9, 10

d. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan (Lampiran B.5) digunakan sebagai data

pendukung untuk mengetahui keterlaksanaan tahapan dan sintaks pembelajaran

kooperatif tipe jigsawyang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran

berdasarkan Rencangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.

Berikut kisi-kisi lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

No Tahapan Pembelajaran Sintaks No. Item

1. Kegiatan awal Penilaian pengetahuan awal siswa 1 Usaha memotivasi siswa 2

2. Kegiatan inti

Tahap pengelompokkan siswa 3, 4 Kegiatan kelompok asal 5 Kegiatan kelompok ahli 6, 7, 8, 9 Kegiatan kelompok asal 10, 11, 12

(26)

e. Lembar Pedoman wawancara

Lembar pedoman wawancara (Lampiran B. 6) yang digunakan sebagai data

pendukung pada penelitian ini, dilakukan kepada beberapa perwakilan siswa yang

setelah dikategorisasi memiliki communication style asertif, agresif dan pasif

setelah pembelajaran berakhir. Berikut kisi-kisi lembar pedoman wawancara

siswa.

Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Pedoman Wawancara Siswa

No Indikator Jumlah

Item

No. Item 1. Keaktifan siswa berkomunikasi dalam diskusi pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw

2 1, 2

2. Kesulitan siswa memahami konsep penyakit menular seksual 2 3, 4, 3. Pemahaman siswa terhadap penggunaan lembar self assessment

communication style

2 5, 6

2. Proses pengembangan instrumen

Untuk menguji kelayakan instrumen tes penguasaan konsep yang yang

digunakan dalam penelitian, dilakukan analisis uji coba instrumen dengan

melakukan analisis pokok uji. Analisis pokok uji dilakukan pada soal tes pilihan

ganda, yang meliputi analisis daya pembeda,tingkat kesukaran, validitas, dan

reliabilitas.

a. Daya pembeda

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal mengikuti

aturan Arikunto (2010) di bawah ini.

= − = −

Keterangan:

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok tes JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar PA = Proporsi keompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Menurut Arikunto (2010) klasifikasi daya pembeda dikategorikan seperti pada

(27)

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda

Persentase Daya Pembeda Kategori

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik sekali

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda pada soal penguasaan

konsep siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Daya Pembeda

Nomor Soal Kriteria

6, 10, 24, 26 Jelek

7, 8, 13, 14, 20, 27, 28 Cukup

2, 3, 4, 5, 11, 12, 15, 17, 29 Baik 1, 9, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 30 Baik Sekali

b. Tingkat kesukaran

Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaran soal mengikuti

aturan Arikunto (2010) berikut ini.

=

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tingkat kesukaran suatu soal memiliki beberapa kriteria mengikuti aturan

Arikunto (2010) pada tabel 3.9 berikut ini.

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran

Rentang Kategori

0,10 - 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran pada soal penguasaan

konsep siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran

Nomor Soal Kriteria

3, 8, 9, 11, 12, 17, 20, 22 Sukar

1, 2, 4, 5, 6, 7, 10, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 Sedang

(28)

c. Validitas

Rumus yang digunakan untuk menguji validitas item adalah rumus korelasi

product moment dengan angka kasar yang mengikuti aturan Person (dalam

Arikunto, 2011) berikut ini.

= ∑ − ∑ (∑ )

∑ 2− ∑ 2 ( ∑ 2−())2

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah soal uji coba

X = Skor tiap butir soal

Y = Skor total tiap soal uji coba

∑ = Jumlah perkalian XY

Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai rxy mengikuti aturan Arikunto (2010)

yang terdapat pada tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.11 Klasifikasi Validasi Item

Rentang Validitas

0,90 ≤ rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,70 ≤ rxy < 0,90 Tinggi

0,40 ≤ rxy < 0,70 Sedang

0,20 ≤ rxy < 0,40 Rendah

0,00 ≤ rxy < 0,20 Sangat rendah

rxy < 0,00 Tidak valid

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan validitas pada soal penguasaan konsep

siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Item

Nomor Soal Kriteria

- Sangat tinggi

9, 22, 25 Tinggi

1, 3, 4, 8, 11, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23,

29, 30 Sedang

2, 5, 7, 13, 27, 28 Rendah

6, 10, 14, 24, 26 Sangat rendah

- Tidak valid

d. Reliabilitas

Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas mengikuti aturan

(29)

11 = −

1 1−

2

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen n = Banyaknya butir pertanyaan M = Skor rata-rata

St = Varians skor total

Klasifikasi reliabilitas mengikuti aturan Arikunto (2010) dapat dilihat pada tabel

3.13 berikut ini.

Tabel 3.13 Klasifikasi Reliabilitas

Rentang Kategori

0,81 – 1,00 Sangat Tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Sedang

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

Nilai reliabilitas seluruh soal adalah 0,90 yang termasuk dalam kriteria sangat

tinggi. Pada penelitian ini, validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya

pembeda ditentukan dengan menggunakan software Anates Pilihan Ganda versi

4.0.2 (Lampiran D.1). Untuk memutuskan soal yang akan digunakan dalam

penelitian, dilakukan klasifikasi terhadap soal dengan mengikuti aturan Zainul &

Nasoetion (1997) yang dapat dilihat pada tabel 3.14 berikut ini.

Tabel 3.14 Klasifikasi Kualitas Butir Soal

Kategori Penilaian

Dipakai

Apabila :

1. Daya pembeda ≥ 0,40

2. Tingkat kesukaran 0,25 ≤ p ≤ 0,75 3. Validitas ≥ 0,40

Diperbaiki

Apabila :

1. Daya pembeda ≥ 0,40 tingkat kesukaran p <

0,25 atau p > 0,75 tetapi validitas ≥ 0,40

2. Daya pembeda < 0,40 tingkat kesukaran

0,25 ≤ p ≤ 0,75 tetapi ada validitas ≥ 0,40

3. Daya pembeda < 0,40 tingkat kesukaran

0,25 ≤ p ≤ 0,75 tetapi validitas antara 0,20 sampai 0,40

Dibuang

Apabila :

1. Daya pembeda < 0,40 dan ada

tingkat kesukaran p < 0,25 atau p > 0,75 2. Validitas < 0,20

(30)

Berikut adalah rekapitulasi analisis pokok uji instrumen pilihan ganda

sekaligus keputusan yang diambil terhadap soal tersebut berdasarkan hasil

[image:30.595.106.518.147.627.2]

pengujian soal instrumen yang telah dijelaskan di atas.

Tabel 3.15 Rekapitulasi Keseluruhan Uji Instrumen

No

Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Validitas Keputusan Reliabilitas

DP Int TK Int V Int r Int

1 0,75 BS 0,50 SD 0,58 SD Dipakai

0,90 Sangat Tinggi

2 0,62 BK 0,46 SD 0,33 RD Diperbaiki

3 0,50 BK 0,23 SK 0,55 SD Diperbaiki

4 0,50 BK 0,56 SD 0,41 SD Dipakai

5 0,50 BK 0,66 SD 0,32 RD Diperbaiki

6 0,00 JK 0,56 SD 0,03 SR Dibuang

7 0,37 CK 0,33 SD 0,40 RD Dibuang

8 0,37 CK 0,26 SK 0,42 SD Diperbaiki

9 0,87 BS 0,26 SK 0,78 TG Dipakai

10 0,00 JK 0,50 SD 0,02 SR Dibuang

11 0,50 BK 0,20 SK 0,45 SD Diperbaiki

12 0,50 BK 0,23 SK 0,55 SD Diperbaiki

13 0,25 CK 0,40 SD 0,33 RD Dibuang

14 0,25 CK 0,53 SD 0,20 SR Dibuang

15 0,50 BK 0,56 SD 0,41 SD Dipakai

16 0,75 BS 0,60 SD 0,54 SD Dipakai

17 0,50 BK 0,23 SK 0,55 SD Diperbaiki

18 0,87 BS 0,33 SD 0,66 SD Dipakai

19 0,87 BS 0,56 SD 0,60 SD Dipakai

20 0,37 CK 0,26 SK 0,42 SD Diperbaiki

21 0,75 BS 0,46 SD 0,55 SD Dipakai

22 0,87 BS 0,26 SK 0,78 TG Dipakai

23 0,75 BS 0,53 SD 0,59 SD Dipakai

24 0,00 JK 0,43 SD 0,15 SR Dibuang

25 0,87 BS 0,33 SD 0,76 TG Dipakai

26 0,00 JK 0,40 SD 0,09 SR Dibuang

27 0,25 CK 0,43 SD 0,24 RD Dibuang

28 0,25 CK 0,40 SD 0,26 RD Dibuang

29 0,62 BK 0,40 SD 0,47 SD Dipakai

30 0,75 BS 0,60 SD 0,54 SD Dipakai

Keterangan Tabel 3.15

(31)

3. Teknik pengumpulan data

a. Pemberian pre test kepada seluruh siswa untuk mengetahui pengetahuan awal

siswa. Soal yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir

soal.

b. Selama kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsawdilakukan observasi

berkaitan dengan communication style siswa ketika siswa melakukan diskusi

pada kelompok asal dan kelompok ahli. Observasi dilakukan oleh lima orang

observer dan setiap observer memiliki tanggung jawab untuk mengamati

communication style siswa dalam satu kelompok siswa. Selain itu, dilakukan

observasi terhadap keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsawoleh

observer yang sama.

c. Pemberian lembar self assessment siswa terhadap communication style siswa

selama pembelajaran berlangsung dilakukan saat setelah pembelajaran

berakhir.

d. Pemberian angket kepada seluruh siswa untuk mengetahui respon siswa

terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

e. Pemberian post test kepada seluruh siswa untuk mengetahui kemampuan

penguasaan konsep siswa yang dilakukan pada hari kedua penelitian. Soal

yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal dan

merupakan soal yang sama pada pre test.

F. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini mencakup data lembar observasi dan self

assessment communication style, data tes penguasaan konsep, dan data angket

respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. Pengolahan nilai dari lembar

observasi dan lembar self assessment communication style dianalisis secara

deskriptif berdasarkan deskriptor communication style yang diadaptasi dari

Lander (2002). Pada penelitian ini, dilakukan dua kali tes penguasaan konsep

siswa, yaitu tes penguasaan konsep awal (pre test) dan tes penguasaan konsep

siswa setelah pembelajaran (post test). Untuk mengetahui besarnya peningkatan

(32)

jigsaw, data pre test dan post test dihitung dengan menggunakan uji rerata nilai

N-gain.

1. Communication style siswa

Instrumen communication style siswa berupa lembar observasi dan lembar

self assessment yang diadapatasi dari Lander (2002). Instrumen ini terdiri dari 24

pernyataan yang terdiri dari delapan deskriptor yang mencakup deskriptor

berbicara dan mendengarkan, sensitifitas, pengambilan keputusan, pemilihan

waktu, kesesuaian waktu/topik, resolusi konflik, refleksi dan kepemimpinan.

Setiap masing-masing deskriptor terdiri dari tiga pernyataan, yang terdiri dari

pernyataan bentuk communication styleasertif, agresif, dan pasif. Dalam penilaian,

observer dan siswa hanya memilih salah satu pernyataan dalam setiap deskriptor,

setiap pernyataan yang dipilih diberi nilai satu, kemudian dijumlahkan. Untuk

mengetahui persentase communication style siswa dalam tiap deskriptor pada

lembar observasi dan lembar self assessment menggunakan rumus berikut.

% = ∑

∑ 100%

Setelah didapatkan persentase communication style siswa dalam setiap

deskriptor, kemudian dihitung rata-rata communication style siswa secara umum

dengan menggunakan rumus berikut.

= ∑ +∑

2

Keterangan:

= Rata-rata communication style siswa secara umum

∑ Observasi = Jumlah persentase communication style pada setiap deskriptor berdasarkan lembar observasi

Self assessment = Jumlah persentase communication style pada setiap deskriptor berdasarkan lembar self assessment

Data jenis communication style untuk masing-masing siswa diperoleh

berdasarkan jumlah tertinggi dari pernyataan yang dipilih dari kedelapan

deskriptor pada lembar observasi dan lembar self assessment. Jika terdapat nilai

yang sama, maka communication style yang lebih baik yang dipilih. Instrumen

(33)

2. Penguasaan konsep siswa

Langkah awal yang dilakukan untuk mengolah hasil test penguasaan konsep

siswa adalah dengan memberikan skor pada data hasil pretest dan posttest. Setiap

butir soal pilihan ganda diberikan skor1. Kemudian skor tersebut diubah menjadi

nilai dengan menggunakan skala 0-100. Untuk mengetahui peningkatan

penguasaan konsep siswa dilakukan perhitungan rumus N-gain mengikuti aturan

Hake (1999) sebagai berikut.

N− = Nilai posttest−Nilai pretest Skor maksimal−Nilai

Kategorisasi perolehan skor N-gain mengikuti aturan Hake (1999) dapat dilihat

pada Tabel 3.16 di bawah ini.

Tabel 3.16 Kategori Gain Ternormalisasi (N-gain)

Gain ternormalisasi (g) Kategori

g ≥ 0,70 Tinggi

0,30 < g < 0,70 Sedang

0,1 < g < 0,30 Rendah

g ≤ 0,1 Sangat Rendah

3. Hubungan communication style dan penguasaan konsep siswa

Analisis hubungan communication style siswa dilakukan dengan

mengelompokkan siswa berdasarkan jenis communication style. Kemudian, dari

setiap kelompok communication style siswa dikelompokkan kembali berdasarkan

peningkatan penguasaan konsep kategori tinggi, sedang, rendah, dan sangat

rendah dengan mengikuti aturan Hake (1999). Setelah itu, untuk mengetahui

hubungan antara communication style dan penguasaan konsep siswa, dilakukan

perhitungan statistik uji Chi-kuadrat dengan menggunakan uji independen antara

dua faktor mengikuti aturan Sudjana (2005) sebagai berikut.

�2 = − ) 2

=1 =

Keterangan:

X2 = Chi kuadrat

Oij = Banyaknya nilai pengamatan yang terjadi Eij = Banyaknya nilai yang diharapkan terjadi

Kriteria pengujian mengikuti aturan Sudjana (2005) yaitu kedua faktor saling

(34)

dk={(B-1)(K-1)}, selain itu kedua faktor tidak berhubungan (faktor bebas

statistik).

4. Angket respon siswa

Analisis angket respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe

jigsawmenggunakan skala Likert-4. Angket disusun dalam kategori pernyataan

positif. Rekapitulasi persentase respon siswa dilakukan berdasarkan langkah

sebagai berikut.

a. Memberikan skor pada setiap item pernyataan yang terdapat dalam angket.

Berikut adalah skor yang diberikan pada tiap tipe jawaban sesuai dengan

orientasi jawaban yang diharapkan.

Tabel 3.17 Cara Pemberian Skor Angket Respon Siswa

Jawaban Responden Skor

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

b. Selanjutnya dilakukan perhitungan persentase angket respon siswa terhadap

pembelajaran kooperatif tipe jigsawdengan mengikuti aturan Arikunto (2010)

berikut ini.

Persentase = 100%

c. Melakukan analisis terhadap persentase hasil respon siswa mengikuti aturan

[image:34.595.107.518.623.724.2]

Koentjaraningrat (1997) berikut ini.

Tabel 3.18 Klasifikasi Angket Respon Siswa

Presentase Jawaban (%) Klasifikasi

0 Tidak Ada

1 – 25 Sebagian Kecil

26 – 49 Hampir setengah

50 Setengah

51 – 75 Sebagian Besar

75 – 99 Pada umumnya

(35)

5. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsawdisesuaikan dengan

tahapan dan sintaks pembelajaran metodejigsaw yang terdapat pada Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Keterlaksanaan tahapan pembelajaran ini

diobservasi oleh lima orang observer yang sudah dilatih sebelumnya sehingga

dapat mengoperasikan lembar observasi dengan keterlaksanaan tahapan pembelajaran. Penyajian lembar keterlaksanaan dalam bentuk pilihan “ya” untuk terlaksana dan “tidak” untuk tidak terlaksana. Setiap tindakan dalam lembar observasi wajib diberikan tanda ceklist. Jika tindakan tersebut dilakukan oleh guru

maka tanda ceklist diberikan pada kolom “ya”, dan jika tindakan tersebut tidak

dilaksanakan oleh guru maka tanda ceklist diberikan pada kolom “tidak”.

Skala presentase untuk menentukan keterlaksanaan tahapan pembelajaran dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

% = 100%

G. Prosedur Penelitian

Secara skematis, prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut

1. Studi pendahuluan

Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan studi pendahuluan dengan

menganalisis masalah dan mempelajari artikel-artikel serta referensi yang

berhubungan dengan communication style dan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw.

2. Tahap persiapan

Setelah melakukan studi pendahuluan, proposal penelitian disusun kemudian

diseminarkan di depan rekan-rekan serta dosen-dosen pendidikan Biologi untuk

mendapatkan masukan. Setelah dilakukan seminar proposal, disusun instrumen

(36)

assessment communication style, dan angket respon siswa. Instrumen-instrumen

yang telah disusun tersebut di-judgment oleh dosen ahli, kemudian dilakukan uji

coba. Setelah memperoleh hasil judgment dan hasil uji coba, instrumen direvisi

dan siap digunakan. Kemudian dilakukan observasi terhadap sekolah yang akan

dijadikan objek penelitian, dan selanjutnya disiapkan surat-surat perizinan

penelitian yang dibutuhkan.

3. Tahap pelaksanaan

Setelah sekolah yang akan dijadikan objek penelitian memberikan izin

penelitian, penelitian dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan. Sebelum

dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dilakukan test kemampuan

awal siswa (pre-test) tentang materi sistem reproduksi konsep penyakit menular

seksual. Setelah pelaksanaan pre test, dilaksanakan pembelajaran dengan metode

kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran yang

telah disusun. Berikut dengan tahapan dan sintaks pembelajaran kooperatif tipe

[image:36.595.108.517.435.773.2]

jigsaw.

Tabel 3.19 Tahapan dan Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

No Tahapan Pembelajaran

Sintaks Dekripsi

1. Kegiatan awal

Penilaian pengetahuan awal siswa

 Guru memberikan soal pre-test untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari

Usaha memotivasi siswa

Guru berusaha menarik minat siswa untuk

mempelajari Penyakit Menular Seksual (PMS) dan mengaitkannya dengan materi sebelumnya dan kehidupan sehari-hari

2. Kegiatan inti

Tahap pengelompokk an siswa

 Guru menjelaskan langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

 Guru Mengorganisasikan siswa menjadi 5 kelompok asal dengan jumlah 6-7 orang tiap kelompok secara heterogen

Kegiatan

kelompok asal 

Guru membagikan topik konsep penyakit menular yang telah dispesifikasikan menjadi lima topik yang terdiri dari sifilis, herpes genital, AIDS, klamidia, dan hepatitis B secara acak kepada masing-masing anggota kelompok

 Guru membagikan lembar kegiatan kelompok berisi beberapa pertanyaan kepada masing-masing kelompok asal sebagai pertanyaan pengarah (Lampiran B.7)

Kegiatan kelompok ahli*

(37)

No Tahapan Pembelajaran

Sintaks Dekripsi

Guru memberikan artikel yang berbeda kepada masing-masing kelompok ahli sesuai dengan topik yang ditugaskan (Lampiran B.8)

 Guru menginstruksikan siswa pada kelompok ahli untuk berdiskusi terkait topik yang diberikan Guru membimbing diskusi siswa dalam kelompok

ahli Kegiatan

kelompok asal*

 Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli, guru menginstruksikan siswa untuk kembali ke kelompok asalnya masing-masing untuk mengkomunikasikan kepada anggota kelompok asal

Guru membimbing diskusi siswa dalam kelompok asal

Guru memilih salah atu kelompok asal untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok asal 3. Kegiatan

penutup

Evaluasi  Guru membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan

Guru mendistribusikan lembar self assessment communication style siswa dan angket respon siswa terhadap pembelajaran

 Guru memberikan post-test untuk menilai hasil belajar siswa

 Guru menutup pembelajaran

Keterangan:

* = Dilakukan observasi terhadap communication style siswa saat melakukan diskusi kelompok

Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dibentuk lima kelompok asal yang

secara heterogen dengan anggota setiap kelompok terdiri dari enam orang siswa.

Konsep penyakit menular seksual terlebih dahulu dispesifikasikan menjadi lima

topik, kemudian dibagikan secara acak kepada setiap siswa dalam kelompok asal.

Lima topik tersebut terdiri dari sifilis, herpes genital, AIDS, klamidia, dan

hepatitis B. Setiap kelompok asal akan dibagikan satu lembar kegiatan kelompok

(Lampiran B.7) yang terdiri dari beberapa pertanyaan pengarah sebelum

melakukan diskusi pada kelompok ahli. Lembar kegiatan siswa ini, akan dijawab

oleh masing-masing kelompok asal setelah diskusi selesai. Siswa yang

bertanggung jawab untuk mempelajari topik yang sama dari masing-masing

kelompok, akan berkumpul dan membentuk kelompok baru yang disebut

kelompok ahli. Proses penyebaran anggota dari kelompok asal ke kelompok ahli

(38)
[image:38.595.122.549.86.416.2]

Gambar 3.1 Proses Penyebaran Anggota Dari Kelompok Asal Ke Kelompok Ahli

Siswa dalam kelompok ahli akan mendiskusikan topik yang telah ditugaskan

dengan menggunakan artikel yang telah dibagikan oleh guru (Lampiran B.8)

ataupun dengan menggunakan sumber-sumber lain seperti buku dan internet.

Hal-hal yang akan didiskusikan diantaranya mengenai nama penyakit, penyebab

penyakit, gejala penularan penyakit, cara penularan penyakit, organ yang diserang

oleh penyakit, cara penyembuhan penyakit, dan cara pencegahan penyakit dari

masing-masing topik yang ditugaskan. Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli,

Keterangan dari kelompok asal ke kelompok ahli:

: Kelompok asal 1

: Kelompok asal 2

: Kelompok asal 3

: Kelompok asal 4

: Kelompok asal 5

Keterangan dari kelompok ahli ke kelompok asal:

: Kelompok asal 1

: Kelompok asal 2

: Kelompok asal 3

: Kelompok asal 4

: Kelompok asal 5

Kelompok asal 1 Kelompok asal 2 Kelompok Asal 3 Kelompok asal 4 Kelompok asal 5

Kelompok ahli sifilis Kelompok ahli herpes genital Kelompok ahli AIDS Kelompok ahli klamidia Kelompok ahli hepatitis B

A.1 B.1

C.1 D.1

E.1 A.1

A.2 B.2

C.2 D.2

E.2 B.2

A.3 B.3

C.3 D.3

E.3 C.3

A.4 B.4

C.4 D.4

E.4 D.4

A.5 B.5

C.5 D.5

E.5 E.5

(39)

siswa akan kembali ke kelompok asal masing-masing untuk mengkomunikasikan

dan mengajarkan siswa lain dalam kelompok asalnya terkait topik yang telah ia

kuasai. Setelah itu siswa bersama-sama dalam kelompok asal menjawab

pertanyaan yang terdapat pada lembar kegiatan kelompok (Lampiran B.7).

Kemudian guru akan memilih salah satu dari kelompok asal untuk

mempresentasikan hasil pembelajarannya di depan kelas, untuk mengetahui

ketepatan dan kebenaran konsep yang telah dipelajari siswa dalam kelompok ahli

maupun kelompok asal. Dalam kegiatan presentasi, siswa dari kelompok lain

diberikan kesempatan untuk bertanya, memberikan komentar dan tambahan.

Selama pelaksanaan pembelajaran yaitu proses diskusi pada kelompok ahli

dan kelompok asal, communication style siswa akan diobservasi oleh beberapa

orang observer. Setelah seluruh rangkaian pembelajaran berakhir, siswa diminta

untuk mengisi lembar self assessment mengenai communication style dan lembar

angket respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kemudian,

dilakukan post test untuk mengetahui penguasaan konsep siswa setelah

melaksanakan pembelajaran.

4. Tahap Penyusunan dan Pelaporan

Pada tahap pengolahan data dan penyusunan laporan ini dilakukan beberapa

prosedur, antara lain berupa pengelompokkan, perhitungan persentase, pemberian

skor terhadap instrumen yang digunakan dan melakukan pengujian secara

statistik. Setelah itu dilakukan interpretasi data hasil temuan dalam penelitian dan

dilakukan pembahasan serta penarikan kesimpulan. Laporan disusun dengan

bimbingan dan bantuan dari para dosen pembimbing.

Prosedur penelitian yang telah dijelaskan di atas dapat digambarkan dalam

(40)

 Analisis data  Pembahasan &

Penarikan Kesimpulan

TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN

TAHAP PELAPORAN HASIL STUDI PENDAHULUAN

 Menganalisis masalah  Studi atikel-artikel

communication style

 Studi referensi pembelajaran T A H A P P E L A K S A N A A N

Pelaksanaan pre test

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Pelaksanaan post test Penyebaran lembar

self assessment dan

angket respon siswa

Penyusunan Proposal Penelitian

Seminar Proposal Penelitian

Uji coba instrumen

Revisi instrumen Penyusunan instrumen Judgementinstrum en Observasi ke sekolah Penyerahan surat izin penelitian T A H A P P E R S I A P A N

Kegiatan diskusi pada kelompok asal Kegiatan diskusi pada

kelompok ahli

Dilakukan observasi

communication style siswa

Pengelompokkan siswa ke dalam kelompok asal

Pembagian tugas kepada anggota kelompok asal

Gambar

Tabel 3.1 Jenis Instrumen Penelitian Tujuan Instrumen
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi dan Lembar Self assessment  Kode Pernyataan Communication Style
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Pedoman Wawancara Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

` An evolving tool space that promises real-time data integration from a variety of sources, such as relational databases, Web services, and multidimensional databases. ` A

Bagaimana membangun kerjasama ini tentu kita ada kegiatan yang dinamakan rapat koordinasi pariwisata yang melibatkan stakeholder atau pihak terkait terutama pelaku-pelaku wisata,

FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA SEBAGAI TEORI PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PRAKTEK PENDIDIKAN UMUM DALAM KONTEKS PENDIDIKAN NASIONAL.. Universitas

sangat jelas bahwa kinerja kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara. bersama- sama berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komitmen organisasional, komitmen profesional dan motivasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja, role stress (konflik

11 Deskripsi mata ajar Mata ajar Akuntansi Keuangan 2 bertujuan membahas pengakuan, pencatatan, penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan atas pos liabilitas

Dijumpai pada sungai Deli maupun sungai Badera adanya sebagian jenis diatom yang berbeda pada tiap – tiap setasiun, namun beberapa jenis diatom yang sama di temukan pada tiap –

PENGARUH METODE MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SATUAN PENGUKURAN PANJANG SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI KELAS I SDLB C.. YPLB MAJALENGKA Universitas