PROFIL COMMUNICATION STYLEDAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Biologi
oleh
Amelia Gusmalini 1106480
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PROFIL COMMUNICATION STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
Oleh
Amelia Gusmalini
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Amelia Gusmalini
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
PROFIL COMMUNICATION STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
Oleh:
Amelia Gusmalini NIM. 1106480
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Dr. Hj. Sariwulan Diana, M.Si NIP. 196202111987032003
Pembimbing II,
Dr. H. TaufikRahman, M.Pd. NIP. 196201151987031002
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Biologi,
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan profil communication style dan penguasaan konsep materi sistem reproduksi siswa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 19 Kota Bandung dengan sampel kelas XI MIA 5. Communication style yang diungkapkan melalui lembar observasi dan lembar self assessment ini terdiri dari jenis pasif, asertif dan agresif dengan delapan deskriptor yaitu berbicara dan mendengarkan, sensitifitas, pengambilan keputusan, pemilihan waktu, kesesuaian waktu/topik, resolusi konflik, refleksi dan kepemimpinan. Penguasaan konsep siswa terhadap materi sistem reproduksi diukur dengan menggunakan soal pre-test dan post-test. Penelitian ini dilakukan karena dilatarbelakangi oleh kurangnya penggunaan metode pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam berkomunikasi, interaksi, dan terlibat langsung dalam proses belajar mengajar.Metode penelitian yang digunakan pada penelitian adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan 45,5% siswa memiliki communication style asertif, 28,4% siswa memiliki communication style pasif dan 26,4% siswa memiliki communication style agresif. Rata-rata penguasaan konsep siswa sebelum pembelajaran yaitu 44,19, dan setelah pembelajaran adalah sebesar 76,13. Peningkatan penguasaan konsep memiliki kategori sedang dengan nilai N-gain sebesar 0,57. Setelah dilakukan uji Chi-Kuadrat independen antara dua faktor diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara communication style dan penguasaan konsep siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran diukur dengan menggunakan angket, dan diperoleh persentase sebesar 79,83% siswa merespon setuju terhadap penggunaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi sistem reproduksi.
ABSTRACT
The purpose of this study was to reveal the profile of communication style and student concept mastery about reproduction system using cooperative learning type jigsaw. This study was conducted in SMA Negeri 19 Bandung with a sample that is used is a class XI MIA 5. Student communication style revealed by observation sheet and self-assessment sheet consist of passive, assertive and aggressive with eight descriptor that are speaking and listening, sensitivity, timing, focus on topic, conflict resolution, reflection and leadership. The concept of student mastery reproduction system measured using about pre-test and post-test. The background of this study is the lack of using active learning method to improved students communication, interaction, and students involvement in teaching learning process. Descriptive method is constructed this study. The result showed that 45,5% students have assertive communication style, 28,4% have passive communication style and 26,4% students have aggressive communication style. Students concept mastery average before using cooperative learning type jigsaw is 44,9 and after learning is 76,13. The achievement scores of students concept mastery including medium category with N-gain scores is 0,57. After counted by Chi-Kuadrat independent between two variables test, the result showed that is no correlations between communication style and students concept mastery. The response of students measured by questionnaire, the result is 79,83% students gived agree response about using cooperative learning type jigsaw on concept reproduction system.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
PERNYATAAN... iii
KATA PENGANTAR... iv
UCAPAN TERIMA KASIH... v
ABSTRAK... vii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Batasan Masalah... 7
D. Tujuan Penelitian... 7
E. Manfaat Penelitian... 7
F. Struktur Organisasi Skripsi... 8
BAB II COMMUNICATION STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MATERI SISTEM REPRODUKSI... 10
A. Communication Style Siswa ... 10
1. Communication Style Asertif... 12
2. Communication Style Agresif...
3. Communication Style Pasif... 14
16 B. Metode Pembelajaran Kooperatif ...
1. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif... 17
17 C. Karakteristik Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw...
1. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw...
2. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw...
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw... 20
20
22
a. Kelebihan Metode Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw...
b. Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 24
24
D. Penguasaan Konsep... 25
E. Materi Sistem Reproduksi... 28
1. Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan oleh Bakteri ... 30
2. Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan oleh Virus ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 35
A. Desain Penelitian... 35
B. Partisipan... 35
C. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian... 35
D. Definisi Operasional... 35
E. Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data ... 36
F. Analisis Data... 45
G. Prosedur Penelitian... 49
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 55
A. Profil Communication Style Siswa pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 55
B. Penguasaan Konsep Materi Sistem Reproduksi Siswa pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 66
C. Hubungan Communication Style dan Penguasaan Konsep Siswa ... 70
D. Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 72
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI... 76
A. Simpulan... 76
B. Implikasi dan Rekomendasi... 76
DAFTAR PUSTAKA... 78
LAMPIRAN... 84
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Matriks Taksonomi Bloom Revisi... 27
Tabel 3.1 Jenis Instrumen Penelitian... 37
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi dan Self Assessment Communication Style Siswa ... 38
Tabel 3.3Kisi-kisi Soal Tes Penguasaan Konsep... 38
Tabel 3.4Kisi-kisi Angket Respon Siswa... 39
Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran... 39
Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Pedoman Wawancara... 40
Tabel 3.7Klasifikasi Daya Pembeda... 41
Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Daya Pembeda... ... 41
Tabel 3.9Kriteria Tingkat Kesukaran... 41
Tabel 3.10Rekapitulasi Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran... 41
Tabel 3.11Klasifikasi Validasi Item... 42
Tabel 3.12Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Item... 42
Tabel 3.13Klasifikasi Reliabilitas... 43
Tabel 3.14 Klasifikasi Kualitas Butir Soal... 43
Tabel 3.15 Rekapitulasi Keseluruhan Uji Instrumen ... 44
Tabel 3.16 Kategori Gain Ternormalisasi (N-gain)... 47
Tabel 3.17 Cara Pemberian Skor Angket Tanggapan Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran... 48
Tabel 3.18 Klasifikasi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran... 48
Tabel 3.19 Tahapan dan Sintaks Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw... 50
Tabel 4.1 Rata-rata Persentase Communication Style Siswa dalam Setiap Deskriptor... 58
Tabel 4.2 Rekapitulasi Uji N-gain Hasil Pre-test dan Post-test Penguasaan Konsep Siswa pada Konsep Penyakit Menular Seksual... 67
Tabel 4.3 Rekapitulasi Communication Style dan Penguasaan Konsep Siswa. 71 Tabel 4.4 Rekapitulasi Uji Independen Antara Communication Style dan Penguasaan Konsep Siswa... 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ilustrasi Proses Penyebaran Siswa dari Kelompok Asal (home
group) ke Kelompok Ahli (expert group)
23
Gambar 3.1 Proses Penyebaran Anggota Dari Kelompok Asal Ke
Kelompok Ahli... 52
Gambar 3.2 Alur Penelitian... 54
Gambar 4.1Grafik Rata-rata Persentase Communication Style Siswa ... 55
Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Nilai Pre-test dan Post-test Penguasaan
Konsep Siswa... 66
Gambar 4.3Grafik Persentase Jawaban Siswa Berdasarkan Indikator Soal.... 68
Gambar 4.4 Grafik Hasil Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A.1 Silabus Kurikulum... 84
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 89
Lampiran B.1 Lembar Observasi Communication Style Siswa... 101
Lampiran B.2 Lembar Self Assessment Communication Style Siswa... 106
Lampiran B.3 Instrumen Penguasaan Konsep Sistem Reproduksi... 110
Lampiran B.4 Instrumen Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran... 125
Lampiran B.5 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran... 127
Lampiran B.6 Lembar Pedoman Wawancara Siswa... 130
Lampiran B.7 Lembar Kegiatan Kelompok Asal... 131
Lampiran B.8 Bahan Ajar Artikel Penyakit Menular Seksual... 132
Lampiran C.1 Rekapitulasi Lembar Observasi Communication Style ... 137
Lampiran C.2 Rekapitulasi Lembar Self Assessment Communication Style 139 Lampiran C.3 Rekapitulasi Lembar Pedoman Wawancara Siswa... 141
Lampiran C.4 Rekapitulasi Nilai Pre-test Penguasaan Konsep... 144
Lampiran C.5Rekapitulasi Nilai Post-test Penguasaan Konsep... 146
Lampiran C.6Rekapitulasi N-gain Penguasaan Konsep Siswa... 148
Lampiran C.7 Rekapitulasi Hasil Post-test Berdasarkan Indikator Soal... 149
Lampiran C.8 Rekapitulasi Kategorisasi Communication Style Siswa Berdasarkan Lembar Observasi dan Lembar Self Assessment... 151
Lampiran C.9 Rekapituasi Kategorisasi Penguasaan Konsep dan Communication Style Siswa... 152
Lampiran C.10 Rekapitulasi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran... 153
Lampiran C. 11 Rekapitulasi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 155
Lampiran D.1 Hasil Analisis Butir Soal ANATES... 156
Lampiran D.2 Hasil Uji Chi-Kuadrat-Uji Independen Antara Dua Faktor... 165
Lampiran E.1 Surat Keterangan Penelitian... 167
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Ajah (2012) mengungkapkan
bahwa dalam undang-undang pasal 20 tahun 2003, telah menjelaskan fungsi
pendidikan nasional melalui penyelenggaraan pendidikan yang diharapkan dapat
mencetak manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa, berilmu, kreatif, mandiri,
terampil, berjiwa sosial, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah telah berupaya
melalui perbaikan-perbaikan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yaitu
kurikulum 2013. Kemendikbud (2013) menjelaskan beberapa
pengalaman-pengalaman belajar yang akan diperoleh siswa melalui kurikulum 2013 yaitu
pengalaman belajar mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan.
Mengkomunikasikan adalah tahap ke lima dari serangkaian tahapan
pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan pendekatan saintifik. Endarta
(2014) mengungkapkan bahwa mengkomunikasikan dapat melatih siswa untuk
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Komunikasi merupakan salah satu
komponen yang penting dalam kehidupan. Syahbana (2011) mengungkapkan
bahwa pada prinsipnya sebagai makhluk sosial antara individu yang satu dengan
yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama, dalam hubungan tersebut komunikasi
merupakan salah satu komponen yang penting. Oleh karena itu dalam pendidikan
perlu melatih kemampuan komunikasi agar siswa mampu menjaga hubungan
positif antar makhluk sosial.
Pipas & Jaradat (2010) mengelompokkan komunikasi ke dalam tiga bentuk
communication style, yang terdiri dari pasif, asertif, dan agresif. Dalam sebuah
percakapan mengandung gabungan setiap bentuk communication style tersebut.
agresif, merupakan bentuk yang paling ideal dan seharusnya paling banyak
digunakan dalam percakapan. Memiliki communication style asertif menunjukkan
bahwa siswa mampu mengungkapkan pendapat, hak dan perasaan dengan
menghormati pendapat, hak dan perasaan orang lain, sehingga dapat menghindari
konflik dalam percakapan. Bonaccio & Dalal (2006) menambahkan bahwa setiap
individu memiliki communication style yang berbeda, dan pada umumnya setiap
individu menggunakan lebih dari satu communication style dalam berbicara.
Mempelajari dan melatih communication style sangat penting untuk mendidik
siswa berkomunikasi lebih efektif dan mampu merespon percakapan dengan
sewajarnya, dan yang paling penting adalah untuk memudahkan siswa dalam
menjaga kedinamisan hubungan sosial.
Li et al.(2014) telah melakukan penelitian tentang hubungan communication
style terhadap kemampuan siswa menerima saran dan pendapat, yang
menunjukkan bahwa siswa dengan communication style asertif mampu menerima
pendapat dengan lebih positif daripada siswa dengan communication style agresif
dan pasif. Tannous (2015) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
communication style dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa, dan dapat
memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam suatu diskusi kelompok. Beberapa
penelitian lain tentang communication style yang dilakukan oleh Rau (2013), Wu
& Mclaughlin (2012), Frey (2009) membuktikan bahwa communication style
dapat meningkatkan interaksi sosial siswa, mengembangkan kemampuan berfikir
kritis siswa, dan meningkatkan keterampilan berargumentasi siswa. Hidayat &
Lyrawati (2008) dalam penelitiannya mengenai communication style dan
penguasaan konsep dalam bidang keperawatan, menyatakan bahwa seseorang
dengan communication style ideal belum tentu memiliki penguasaan konsep yang
baik, terkadang seseorang yang cenderung pasif dalam suatu percakapan lebih
mengungguli orang yang aktif dalam hal menguasai atau memahami sebuah
konsep. Dari beberapa penelitian tersebut, penelitian tentang communication style
siswa dan kemampuan siswa menguasai konsep biologi, khususnya materi sistem
reproduksi konsep penyakit menular seksual belum dilakukan. Penguasaan konsep
menurut Bloom (dalam Rustaman, et al. 2005) yaitu kemampuan siswa
yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami, mampu memberikan
interpretasi, dan mampu mengkomunikasikan apa yang telah ia pelajari.
Wulandari (2011) mengungkapkan beberapa faktor yang dapat memengaruhi
communication style siswa, salah satunya adalah pemilihan strategi pembelajaran
yang kurang tepat. Terkadang guru seringkali menggunakan metode pembelajaran
yang memusatkan kegiatan pada guru seperti pembelajaran dengan metode
ceramah, siswa menjadi lebih pasif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
sehingga sulit untuk mengidentifikasi communication style siswa. Turacogluet al.
(2013) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran ceramah yang memusatkan
kegiatan pada guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan aktivitas seperti berfikir, berbagi informasi, dan merekonstruksi
informasi yang ia peroleh. Siberman (2014) menambahkan bahwa cara belajar
dengan mendengarkan akan membuat siswa lupa, dengan cara mendengarkan dan
melihat akan ingat sedikit, dengan mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan
dengan siswa lain akan paham, dengan mendengarkan, melihat, diskusi, dan
melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan, sehingga cara untuk
menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dipersiapkan suatu metode pembelajaran
aktif yang menuntut siswa untuk mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan,
dan membahas materi yang dipelajari dengan orang lain. Menurut Aḉikgöz (dalam
Turacoglu,et al.2013) seharusnya guru-guru sudah menerapkan metode
pembelajaran aktif, karena dengan pembelajaran aktif dapat mengaktifasi psikis
dan mental siswa selama proses pembelajaran, dan memberikan siswa kesempatan
untuk merekonstruksi informasi yang ia peroleh berdasarkan karakteristik
kognitif, afektif, dan psikomotor yang ia miliki. Dengan pembelajaran aktif,
proses belajar mengajar akan berpusat kepada siswa, sehingga siswa aktif
menemukan informasi dan mengkomunikasikan informasi yang ia peroleh.
Kemudian Bowen (2000), Ramsay et al. (2000), Stockdale & Williams (2004)
mengungkapkan bahwa salah satu metode yang tepat adalah metode pembelajaran
kooperatif (cooperative learning).
Metode pembelajaran kooperatif menurut Bowen (2000) dan Prince (2004),
kelompok kecil secara heterogen, kemudian saling tolong menolong satu sama
lain untuk mencapai tujuan akademis, mengembangkan kemampuan
berkomunikasi, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan
kemampuan berikir kritis, dan mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka
sendiri. Johnson & Smith, 1998 (dalam Cagatay & Demircioglu, 2013)
mengungkapkan bahwa terdapat lima komponen esensial pembelajaran
kooperatif, yaitu saling ketergantungan positif, interaksi antara siswa,
pertanggung jawaban individu dan kelompok, kemampuan interpersonal dan
kelompok, dan kemampuan bekerjasama dalam kelompok. Berdasarkan
komponen tersebut Slavin, 1994 (dalam Baharuddin & Wahyuni, 2010)
mengungkapkan bahwa metode pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada
lingkungan belajar sosial dan menjadikan kelompok belajar sebagai tempat untuk
mendapatkan pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan dan menantang
pengetahuan yang dimiliki oleh individu, sehingga siswa akan lebih aktif
menemukan informasi, berbagi informasi, dan berkomunikasi selama aktivitas
pembelajaran. Berdasarkan penelitian tentang metode pembelajaran kooperatif
yang dilakukan oleh Rusita (2014), Koseoglu (2013), Wulandari (2011), Naomi &
Githua(2013), menunjukkan bahwa metode pembelajaran ini memberikan hasil
positif bagi siswa, seperti meningkatkan prestasi siswa, mengembangkan sikap
positif, meningkatkan percaya diri, meningkatkan kemampuan komunikasi yang
baik, mampu menerima perbedaan antara sesama siswa dengan baik, memiliki
ketekunan dan daya ingat yang baik.
Metode pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai tipe salah satunya
adalah tipe jigsaw. Colosi (1998), Doymus (2008), Sesen & Tarhan (2008),
mengungkapkan bahwa jigsawmerupakan salah satu teknik yang paling digemari
oleh guru dan siswa di lapangan. Jigsawmerupakan suatu tipe pembelajaran
metode kooperatif yang mampu menciptakan ketergantungan positif yang tinggi
antara siswa. Menurut Aronson (2000), jigsawmerupakan strategi metode
pembelajaran kooperatif yang memungkinkan setiap siswa untuk ditugaskan dari
kelompok asal menjadi pakar atau ahli pada suatu aspek dalam suatu bagian
pembelajaran, setelah menguasai aspek tersebut siswa akan kembali ke kelompok
masing-masing. Keuntungan dari jigsawini adalah siswa dapat melakukan tantangan dan
keterlibatan langsung terhadap tugas dalam kelompok ahli dengan antusias,
karena mereka mengetahui bahwa mereka dan informasi yang mereka pelajari
adalah salah satu bagian penting dalam kelompoknya masing-masing yang akan
menentukan keberhasilan belajar kelompoknya. Naomi & Githua(2013)
menambahkan bahwa siswa yang ahli dalam suatu aspek akan mempresentasikan
dan mengkomunikasikan aspek yang ia kuasai secara verbal kepada siswa lain
dalam kelompok asalnya dengan rasa penuh tanggung jawab, mengingat
keberhasilan belajar siswa lain adalah bergantung kepada informasi yang telah ia
kuasai.
Naomi & Githua (2013) mengungkapkan bahwa dalam metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsawterdiri dari diskusi pada kelompok asal dan kelompok ahli.
Melalui diskusi ini, siswa akan mampu meningkatkan interaksi antar sesama
siswa, salah satunya dalam berkomunikasi. Dengan penggunaan metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, akan memudahkan guru untuk menilai
komunikasi siswa secara individu maupun kelompok. Wulandari (2011)
mengungkapkan bahwa kenyataannya dalam melakukan diskusi, masih banyak
ditemukan siswa yang sulit melakukan komunikasi dengan baik sehingga
pembicaraan dalam diskusi didominasi oleh orang yang sama. Kesulitan ini bisa
disebabkan oleh rasa malu dan ketidakpercayaan diri siswa dalam
mengungkapkan ide, pendapat, bantahan atau persetujuan, sehingga sulit untuk
menilai kemampuan berkomunikasi siswa.
Sudjana (1989) menyatakan bahwa hasil belajar yang baik didukung oleh
penggunaan metode yang sesuai, metode yang baik adalah yang disesuaikan
dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, dan sarana yang tersedia.
Oleh karena itu, Usman (2000) mengungkapkan bahwa untuk menghidupkan
suasana diskusi dengan aktif dan merata, materi pelajaran yang digunakan dapat
berupa materi yang lebih kontekstual sehingga memancing pro dan kontra antara
siswa dan memicu siswa untuk berdiskusi dengan baik. Salah satunya adalah
materi sistem reproduksi, konsep penyakit menular seksual. Penyakit menular
seksual merupakan konsep yang secara kontekstual dapat terjadi dalam kehidupan
(2003) mengungkapkan bahwa pembelajaran materi sistem reproduksi dengan
diskusi dapat mendorong siswa aktif mengemukakan ide dan mengembangkan
sikap ilmiah, sehingga siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan belajarnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada tim guru menyatakan bahwa
siswa seringkali bersemangat dan aktif dalam pembelajaran konsep sistem
reproduksi. Hal ini mungkin disebabkan oleh keingintahuan siswa yang tinggi dan
ketertarikan siswa mengetahui lebih jauh tentang kesehatan reproduksi. Dengan
demikian, penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawpada materi
sistem reproduksi konsep penyakit menular seksual, diperkirakan akan mampu
mendorong siswa lebih aktif dalam menemukan informasi dan membangun
konsepnya sendiri, serta dapat mengembangkan kemampuan siswa berkomunikasi
dengan lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian pada pembelajaran
materi sistem reproduksi dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe
jigsawuntuk mengungkapkan profil communication style dan penguasaan konsep
siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah
yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah
profil communication style dan penguasaan konsep siswa tentang materi sistem
reproduksi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?”
Agar penelitian ini lebih terarah, maka dari rumusan masalah tersebut
dijabarkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimanakah communication style siswa dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsawdalam materi sistem reproduksi?
2. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa tentang materi sistem reproduksi
sebelum dan setelah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
3. Bagaimanakah hubungan communication style dan penguasaan konsep siswa
pada pembelajaran kooperatif tipe jigsawdalam materi sistem reproduksi?
4. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, serta agar penelitian lebih
terarah, maka ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai
berikut:
1. Penguasaan konsep dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan soal
berbentuk uraian kasus yang didasarkan pada taksonomi Bloom revisi dengan
dimensi proses kognitif terbagi menjadi enam kriteria yaitu C1 (mengingat),
C2 (memahami), C3 (mengaplikasi), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi),
dan C6 (mensintesis). Dalam penelitian ini, soal penguasaan konsep
menggunakan dimensi proses kognitif C2 (memahami).
2. Konsep yang digunakan dalampenelitian ini adalah materi sistem
reproduksidalam pembelajaran kelas XI IPA semester II, dengan materi
pokok struktur dan fungsi alat-alat reproduksi pada laki-laki dan wanita,
proses pembentukan sel kelamin, ovulasi dan menstruasi, fertilisasi, gestasi
dan persalinan, ASI, KB, serta kelainan dan penyakit yang terjadi pada organ
reproduksi. Materi pokok yang diuji dalam penelitian ini adalah materi
kelainan dan penyakit pada organ reproduksi yaitu tentang penyakit menular
seksual.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan profil communication
style dan penguasaan konsep siswa tentang materi sistem reproduksi
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, antara
lain:
1. Bagi siswa
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih dan
mengembangkan communication style siswa yang lebih baik dan efektif
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi, bekerjasama,
dan mengembangkan hubungan sosial antar siswa dalam pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
c. Agar siswa tertarik dan dengan mudah memahami materi sistem
reproduksi khususnya tentang konsep penyakit menular seksual.
d. Dapat meningkatkan penguasaan konsep materi sistem reproduksi konsep
penyakit menular seksual.
e. Dapat memberikan masukan kepada siswa untuk berperilaku seksual
sehat serta bergaul dengan baik dan terhindar dari penyakit menular
seksual.
2. Bagi guru
a. Dapat memberikan alternatif metode pembelajaran yang dapat
mengembangkan dan melatih communication style siswa.
b. Dapat memotivasi guru untuk melakukan penilaian terhadap
communication style siswa sebagai bahan pertimbangan penilaian siswa.
c. Dapat memberikan informasi mengenai penguasaan konsep siswa SMA
sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan
kegiatan pembelajaran siswa di waktu yang akan datang.
3. Bagi peneliti
Mengungkapkan gambaran tentang communication style dan penguasaan
konsep siswa SMA tentang materi sistem reproduksi dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sehingga dapat dijadikan bahan masukan
dan bahan pertimbangan untuk dilakukan penelitian lain yang sejenis.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Gambaran mengenai keseluruhan isi skripsi dan pembahasannya dapat
dijelaskan dalam sistematika penulisan sebagai berikut.
1. Bab I Pendahuluan
Bagian pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang melakukan
penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian
2. Bab II Kajian Pustaka
Bagian ini menjelaskan tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, konsep
dan teori yang relevan dengan penelitian yang dikaji. Beberapa konsep yang
dikaji dalam bab II ini adalah tentang communiation style, penguasaan
konsep, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan materi sistem
reproduksi konsep penyakit menular seksual.
3. Bab III Metode Penelitian
Bagian ini membahas mengenai komponen dari metode penelitian
yaitu desain penelitian, partisipan pada penelitian, lokasi, populasi dan
sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses
pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data dan
prosedur penelitian.
4. Bab IV Temuan dan Pembahasan
Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni temuan penelitian berdasarkan
hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya
sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, serta pembahasan
temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan sebelumnya. Pola pemaparan dalam bab IV ini menggunakan
pola tematik, yakni setiap temuan kemudian dibahas secara langsung sebelum
maju ke temuan berikutnya.
5. Bab V Simpulan dan Saran
Bagian ini berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi, yang menyajikan
penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus
mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian mengenai communication style dan penguasaan konsep siswa SMA
pada metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawini mengunakan metode
penelitian deskriptif.
B. Partisipan
Partisipan atau siswa yang digunakan sebagai subjek penelitian pada
penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI program Matematika dan Ilmu Alam.
Partisipan berjumlah 31 orang dengan jumlah siswa perempuan 17 orang dan
jumlah siswa laki-laki 14 orang.
C. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 19 Kota
Bandung yang beralamat di jalan Dago Pojok. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI MIA (Matematika dan Ilmu Alam) SMA Negeri 19
Bandung semester genap tahun ajaran 2014/2015. Sampel yang digunakan dalam
penelitian adalah siswa kelas XI MIA 5. Teknik pengambilan sampel
menggunakan random sampling.
D. Definisi Operasional
1. Profil communication style siswa
Profil communication style siswa dalam penelitian ini diadaptasi dari Lander
(2002) yang terdiri dari communication style asertif, agresif, dan pasif dengan
delapan deskriptor yaitu, deskriptor berbicara dan mendengarkan, sensitifitas,
pengambilan keputusan, pemilihan waktu, kesesuaian waktu/topik, resolusi
konflik, refleksi, dan kepemimpinan. Data profil communication style siswa ini
diperoleh melalui lembar observasi sebagai data utama yang digunakan saat
pembelajaran berlangsung, dan lembar self assessment sebagai data pendukung
2. Penguasaan konsep
Penguasaan konsep yang dimaksud pada penelitian ini adalah berupa
perbandingan nilai yang diperoleh siswa sebelum dan setelah proses pembelajaran
berlangsung. Penguasaan konsep ini diukur melalui instrumen tes tertulis berupa
soal pilihan ganda berjumlah 20 butir soal. Soal tersebut disusun berdasarkan
taksonomi Bloom revisi yang mencakup dimensi kognitif aspek C2 (memahami).
3. Metode pembelajaran tipe jigsaw
Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawyang dimaksud dalam penelitian
ini adalah metode pembelajaran dengan sintaks yang mengacu pada Slavin (2008)
yaitu metode pembelajaran yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.
Keterlaksanaan pembelajaran metode kooperatif tipe jigsawini diobservasi
menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
4. Materi sistem reproduksi
Materi sistem reproduksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang
konsep penyakit menular seksual (PMS) yang terdiri dari penyakit sifilis, hepatitis
B, klamidia, herpes genital, dan AIDS. Pemilihan konsep ini mengacu pada KD
4.13 yang terdapat pada silabus kurikulum 2013 (Lampiran A.1) yaitu tentang
menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi organ yang
menyebabkan gangguan sistem reproduksi manusia melalui berbagai bentuk
media presentasi (Puskur Kemendikbud, 2013). Berdasarkan KD 4.13 tersebut,
disusun indikator-indikator pencapaian kompetensi yang tercantum dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Lampiran A.2).
E. Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mencakup lembar observasi
dan lembar self assessment, tes penguasaan konsep berbentuk tes pilihan ganda,
angket respon siswa, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan lembar
pedoman wawancara. Tabel 3.1 di bawah ini mencantumkan jenis instrumen dan
Tabel 3.1 Jenis Instrumen Penelitian
No Jenis Instrumen Tujuan Instrumen Waktu
1. Lembar observasi Mengungkapkan profil communication style siswa pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Selama tahapan inti proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berlangsung (diskusi pada kelompok ahli dan kelompok asal)
2.. Lembar self assessment Sebagai data pendukung untuk mengungkapkan profil communication style siswa pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Setelah pembelajaran kooperatif tipe jigsawberakhir
3. Soal tes penguasaan konsep
Mendapatkan data penguasaan konsep siswa pada materi sistem reproduksi
Di awal dan di akhir pembelajaran (pre-test dan post-test)
4. Angket respon siswa Untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsawyang telah dilakukan
Setelah pembelajaran berakhir
5. Lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran
Sebagai data pendukung untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsawyang dilakukan oleh guru
Selama proses pembelajaran
berlangsung
6. Lembar pedoman wawancara
Sebagai data pendukung untuk mengungkapkan communication style dan penguasaan konsep siswa
Setelah pembelajaran berakhir
a. Lembar observasi dan lembar self assessment communication style
Lembar observasi merupakan instrumen utama yang digunakan untuk
mengungkapkan profil communication style siswa, dan lembar self assessment
digunakan sebagai instrumen pendukung untuk mengungkapkan profil tersebut.
Lembar observasi (Lampiran B.1) dan lembar self assessment (Lampiran B.2)
diadapatasi dari Lander (2002) yang terdiri dari delapan deskriptor. Setiap
deskriptor terdiri dari tiga pernyataan yang menunjukkan communication style
pasif, asertif, dan agresif. Dalam penggunaannya, observer dan siswa hanya
memilih salah satu pernyataan yang tersedia.
Lembar observasi digunakan pada saat pembelajaran kooperatif tipe
jigsawberlangsung, yaitu pada proses diskusi kelompok asal dan kelompok ahli
oleh lima orang observer yang dipilih oleh peneliti. Observer yang digunakan
dalam penelitian ini, adalah orang-orang yang sebelumnya tidak pernah mengenal
dan tidak pernah melakukan interaksi dengan sampel penelitian, hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya subjektifitas pada saat observasi berlangsung.
Sebelum dilakukan penelitian, diberikan pengarahan terlebih dahulu kepada
style siswa. Lembar self assessment diberikan kepada siswa pada saat setelah
pembelajaran berakhir. Berikut tabel kisi-kisi lembar observasi dan lembar self
assessment communication style siswa.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi dan Lembar Self assessment
No Deskriptor Kode Pernyataan Communication Style Asertif Agresif Pasif
1. Berbicara dan mendengarkan 1a 1b 1c
2. Sensitifitas (kepekaan) 2a 2b 2c
3. Pengambilan keputusan 3a 3b 3c
4. Pemilihan waktu 4a 4b 4c
5. Kesesuaian waktu/topik 5a 5b 5c
6. Resolusi konflik 6a 6b 6c
7. Refleksi 7a 7b 7c
8. Kepemimpinan 8a 8b 8c
b. Soal tes penguasaan konsep
Soal penguasaan konsep siswa berfungsi untuk mengukur hasil belajar siswa
pada ranah kognitif C2 (memahami) yang berupa soal dengan uraian kasus
tentang penyakit menular seksual diantaranya penyakit sifilis, klamidia, herpes
genital, AIDS, dan hepatitis B. Soal terdiri dari lima buah kasus dengan tingkat
kesulitan kasus yang berbeda, masing-masing kasus terdiri dari empat butir soal
pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban, sehingga total seluruh soal adalah
berjumlah 20 butir soal (Lampiran B.3). Tes penguasaan konsep ini diberikan
pada saat sebelum proses pembelajaran (pre test) dan setelah proses pembelajaran
(post test) untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan konsep siswa tentang
materi sistem reproduksi sebelum dan setelah proses pembelajaran. Sebelum
digunakan dalam penelitian, instrumen soal tes yang telah dibuat terlebih dahulu
di-judgement oleh beberapa dosen ahli sebanyak 30 soal tes pilihan ganda. Setelah
proses judgement selesai dilanjutkan dengan uji coba instrumen yang diberikan
kepada 30 siswa yang telah mempelajari materi sistem reproduksi konseppenyakit
menular seksual. Berikut tabel kisi-kisi soal yang digunakan untuk mengukur
penguasaan konsep siswa.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Tes Penguasaan Konsep
No Indikator Ranah
Kognitif No. Soal 1. Mengidentifikasi nama penyakit berdasarkan kasus yang
terdapat pada soal C2
1, 9, 13
2. Menentukan penyebab penyakit yang tepat sesuai dengan
kasus yang diberikan C2
2, 10, 14
No Indikator Ranah
Kognitif No. Soal yang diberikan
4. Mengidentifikasi jenis penyakit berdasarkan kasus yang
terdapat pada soal C2
4, 8, 20
5. Mengidentifikasi organ tubuh atau komponen dalam tubuh yang diserang oleh penyakit berdasarkan kasus yang terdapat pada soal
C2
6, 18
6. Menentukan cara pencegahan penularan penyakit yang
tepat berdasarkan kasus yang terdapat pada soal C2
7, 19
7. Menentukan cara penyembuhan penyakit berdasarkan kasus
yang terdapat pada soal C2
11
8. Mengidentifikasi akibat yang ditimbulkan oleh penyakit
yang tepat berdasarkan kasus yang terdapat pada soal C2
12
9. Mengidentifikasi cara penularan penyakit yang tepat
berdasarkan kasus yang terdapat pada soal C2
17
c. Angket respon siswa
Angket respon siswa (Lampiran B.4) digunakan untuk mengetahui tanggapan
atau respon siswa terhadap metode pembelajaran kooperatif tipe jigsawyang telah
dilakukan. Angket didistribusikan setelah proses pembelajaran selesai. Berikut
kisi-kisi angket respon siswa.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
No. Indikator No. Item
1. Respon siswa terhadap penguasaan konsep materi sistem reproduksi konsep penyakit menular seksual dengan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
1, 2, 3
2. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsawdan kaitannya dengan hubunga sosial siswa
4, 5, 6
3. Respon siswa tentang aktivitas pembelajaran kooperatif tipe jigsawdan
kaitannya dengan communication style siswa 7, 8, 9, 10
d. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan (Lampiran B.5) digunakan sebagai data
pendukung untuk mengetahui keterlaksanaan tahapan dan sintaks pembelajaran
kooperatif tipe jigsawyang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran
berdasarkan Rencangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.
Berikut kisi-kisi lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
No Tahapan Pembelajaran Sintaks No. Item
1. Kegiatan awal Penilaian pengetahuan awal siswa 1 Usaha memotivasi siswa 2
2. Kegiatan inti
Tahap pengelompokkan siswa 3, 4 Kegiatan kelompok asal 5 Kegiatan kelompok ahli 6, 7, 8, 9 Kegiatan kelompok asal 10, 11, 12
e. Lembar Pedoman wawancara
Lembar pedoman wawancara (Lampiran B. 6) yang digunakan sebagai data
pendukung pada penelitian ini, dilakukan kepada beberapa perwakilan siswa yang
setelah dikategorisasi memiliki communication style asertif, agresif dan pasif
setelah pembelajaran berakhir. Berikut kisi-kisi lembar pedoman wawancara
siswa.
Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Pedoman Wawancara Siswa
No Indikator Jumlah
Item
No. Item 1. Keaktifan siswa berkomunikasi dalam diskusi pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw
2 1, 2
2. Kesulitan siswa memahami konsep penyakit menular seksual 2 3, 4, 3. Pemahaman siswa terhadap penggunaan lembar self assessment
communication style
2 5, 6
2. Proses pengembangan instrumen
Untuk menguji kelayakan instrumen tes penguasaan konsep yang yang
digunakan dalam penelitian, dilakukan analisis uji coba instrumen dengan
melakukan analisis pokok uji. Analisis pokok uji dilakukan pada soal tes pilihan
ganda, yang meliputi analisis daya pembeda,tingkat kesukaran, validitas, dan
reliabilitas.
a. Daya pembeda
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal mengikuti
aturan Arikunto (2010) di bawah ini.
= − = −
Keterangan:
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok tes JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar PA = Proporsi keompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Menurut Arikunto (2010) klasifikasi daya pembeda dikategorikan seperti pada
Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda
Persentase Daya Pembeda Kategori
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali
Adapun rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda pada soal penguasaan
konsep siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Daya Pembeda
Nomor Soal Kriteria
6, 10, 24, 26 Jelek
7, 8, 13, 14, 20, 27, 28 Cukup
2, 3, 4, 5, 11, 12, 15, 17, 29 Baik 1, 9, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 30 Baik Sekali
b. Tingkat kesukaran
Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaran soal mengikuti
aturan Arikunto (2010) berikut ini.
=
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Tingkat kesukaran suatu soal memiliki beberapa kriteria mengikuti aturan
Arikunto (2010) pada tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran
Rentang Kategori
0,10 - 0,30 Sukar
0,30 – 0,70 Sedang
0,70 – 1,00 Mudah
Adapun rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran pada soal penguasaan
konsep siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran
Nomor Soal Kriteria
3, 8, 9, 11, 12, 17, 20, 22 Sukar
1, 2, 4, 5, 6, 7, 10, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 Sedang
c. Validitas
Rumus yang digunakan untuk menguji validitas item adalah rumus korelasi
product moment dengan angka kasar yang mengikuti aturan Person (dalam
Arikunto, 2011) berikut ini.
= ∑ − ∑ (∑ )
∑ 2− ∑ 2 ( ∑ 2−(∑ ))2
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah soal uji coba
X = Skor tiap butir soal
Y = Skor total tiap soal uji coba
∑ = Jumlah perkalian XY
Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai rxy mengikuti aturan Arikunto (2010)
yang terdapat pada tabel 3.11 berikut.
Tabel 3.11 Klasifikasi Validasi Item
Rentang Validitas
0,90 ≤ rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,70 ≤ rxy < 0,90 Tinggi
0,40 ≤ rxy < 0,70 Sedang
0,20 ≤ rxy < 0,40 Rendah
0,00 ≤ rxy < 0,20 Sangat rendah
rxy < 0,00 Tidak valid
Adapun rekapitulasi hasil perhitungan validitas pada soal penguasaan konsep
siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Item
Nomor Soal Kriteria
- Sangat tinggi
9, 22, 25 Tinggi
1, 3, 4, 8, 11, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23,
29, 30 Sedang
2, 5, 7, 13, 27, 28 Rendah
6, 10, 14, 24, 26 Sangat rendah
- Tidak valid
d. Reliabilitas
Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas mengikuti aturan
11 = −
1 1−
−
2
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen n = Banyaknya butir pertanyaan M = Skor rata-rata
St = Varians skor total
Klasifikasi reliabilitas mengikuti aturan Arikunto (2010) dapat dilihat pada tabel
3.13 berikut ini.
Tabel 3.13 Klasifikasi Reliabilitas
Rentang Kategori
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Sedang
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
Nilai reliabilitas seluruh soal adalah 0,90 yang termasuk dalam kriteria sangat
tinggi. Pada penelitian ini, validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda ditentukan dengan menggunakan software Anates Pilihan Ganda versi
4.0.2 (Lampiran D.1). Untuk memutuskan soal yang akan digunakan dalam
penelitian, dilakukan klasifikasi terhadap soal dengan mengikuti aturan Zainul &
Nasoetion (1997) yang dapat dilihat pada tabel 3.14 berikut ini.
Tabel 3.14 Klasifikasi Kualitas Butir Soal
Kategori Penilaian
Dipakai
Apabila :
1. Daya pembeda ≥ 0,40
2. Tingkat kesukaran 0,25 ≤ p ≤ 0,75 3. Validitas ≥ 0,40
Diperbaiki
Apabila :
1. Daya pembeda ≥ 0,40 tingkat kesukaran p <
0,25 atau p > 0,75 tetapi validitas ≥ 0,40
2. Daya pembeda < 0,40 tingkat kesukaran
0,25 ≤ p ≤ 0,75 tetapi ada validitas ≥ 0,40
3. Daya pembeda < 0,40 tingkat kesukaran
0,25 ≤ p ≤ 0,75 tetapi validitas antara 0,20 sampai 0,40
Dibuang
Apabila :
1. Daya pembeda < 0,40 dan ada
tingkat kesukaran p < 0,25 atau p > 0,75 2. Validitas < 0,20
Berikut adalah rekapitulasi analisis pokok uji instrumen pilihan ganda
sekaligus keputusan yang diambil terhadap soal tersebut berdasarkan hasil
[image:30.595.106.518.147.627.2]pengujian soal instrumen yang telah dijelaskan di atas.
Tabel 3.15 Rekapitulasi Keseluruhan Uji Instrumen
No
Daya Pembeda
Tingkat
Kesukaran Validitas Keputusan Reliabilitas
DP Int TK Int V Int r Int
1 0,75 BS 0,50 SD 0,58 SD Dipakai
0,90 Sangat Tinggi
2 0,62 BK 0,46 SD 0,33 RD Diperbaiki
3 0,50 BK 0,23 SK 0,55 SD Diperbaiki
4 0,50 BK 0,56 SD 0,41 SD Dipakai
5 0,50 BK 0,66 SD 0,32 RD Diperbaiki
6 0,00 JK 0,56 SD 0,03 SR Dibuang
7 0,37 CK 0,33 SD 0,40 RD Dibuang
8 0,37 CK 0,26 SK 0,42 SD Diperbaiki
9 0,87 BS 0,26 SK 0,78 TG Dipakai
10 0,00 JK 0,50 SD 0,02 SR Dibuang
11 0,50 BK 0,20 SK 0,45 SD Diperbaiki
12 0,50 BK 0,23 SK 0,55 SD Diperbaiki
13 0,25 CK 0,40 SD 0,33 RD Dibuang
14 0,25 CK 0,53 SD 0,20 SR Dibuang
15 0,50 BK 0,56 SD 0,41 SD Dipakai
16 0,75 BS 0,60 SD 0,54 SD Dipakai
17 0,50 BK 0,23 SK 0,55 SD Diperbaiki
18 0,87 BS 0,33 SD 0,66 SD Dipakai
19 0,87 BS 0,56 SD 0,60 SD Dipakai
20 0,37 CK 0,26 SK 0,42 SD Diperbaiki
21 0,75 BS 0,46 SD 0,55 SD Dipakai
22 0,87 BS 0,26 SK 0,78 TG Dipakai
23 0,75 BS 0,53 SD 0,59 SD Dipakai
24 0,00 JK 0,43 SD 0,15 SR Dibuang
25 0,87 BS 0,33 SD 0,76 TG Dipakai
26 0,00 JK 0,40 SD 0,09 SR Dibuang
27 0,25 CK 0,43 SD 0,24 RD Dibuang
28 0,25 CK 0,40 SD 0,26 RD Dibuang
29 0,62 BK 0,40 SD 0,47 SD Dipakai
30 0,75 BS 0,60 SD 0,54 SD Dipakai
Keterangan Tabel 3.15
3. Teknik pengumpulan data
a. Pemberian pre test kepada seluruh siswa untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa. Soal yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir
soal.
b. Selama kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsawdilakukan observasi
berkaitan dengan communication style siswa ketika siswa melakukan diskusi
pada kelompok asal dan kelompok ahli. Observasi dilakukan oleh lima orang
observer dan setiap observer memiliki tanggung jawab untuk mengamati
communication style siswa dalam satu kelompok siswa. Selain itu, dilakukan
observasi terhadap keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsawoleh
observer yang sama.
c. Pemberian lembar self assessment siswa terhadap communication style siswa
selama pembelajaran berlangsung dilakukan saat setelah pembelajaran
berakhir.
d. Pemberian angket kepada seluruh siswa untuk mengetahui respon siswa
terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
e. Pemberian post test kepada seluruh siswa untuk mengetahui kemampuan
penguasaan konsep siswa yang dilakukan pada hari kedua penelitian. Soal
yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal dan
merupakan soal yang sama pada pre test.
F. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini mencakup data lembar observasi dan self
assessment communication style, data tes penguasaan konsep, dan data angket
respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. Pengolahan nilai dari lembar
observasi dan lembar self assessment communication style dianalisis secara
deskriptif berdasarkan deskriptor communication style yang diadaptasi dari
Lander (2002). Pada penelitian ini, dilakukan dua kali tes penguasaan konsep
siswa, yaitu tes penguasaan konsep awal (pre test) dan tes penguasaan konsep
siswa setelah pembelajaran (post test). Untuk mengetahui besarnya peningkatan
jigsaw, data pre test dan post test dihitung dengan menggunakan uji rerata nilai
N-gain.
1. Communication style siswa
Instrumen communication style siswa berupa lembar observasi dan lembar
self assessment yang diadapatasi dari Lander (2002). Instrumen ini terdiri dari 24
pernyataan yang terdiri dari delapan deskriptor yang mencakup deskriptor
berbicara dan mendengarkan, sensitifitas, pengambilan keputusan, pemilihan
waktu, kesesuaian waktu/topik, resolusi konflik, refleksi dan kepemimpinan.
Setiap masing-masing deskriptor terdiri dari tiga pernyataan, yang terdiri dari
pernyataan bentuk communication styleasertif, agresif, dan pasif. Dalam penilaian,
observer dan siswa hanya memilih salah satu pernyataan dalam setiap deskriptor,
setiap pernyataan yang dipilih diberi nilai satu, kemudian dijumlahkan. Untuk
mengetahui persentase communication style siswa dalam tiap deskriptor pada
lembar observasi dan lembar self assessment menggunakan rumus berikut.
% = ∑
∑ 100%
Setelah didapatkan persentase communication style siswa dalam setiap
deskriptor, kemudian dihitung rata-rata communication style siswa secara umum
dengan menggunakan rumus berikut.
= ∑ +∑
2
Keterangan:
= Rata-rata communication style siswa secara umum
∑ Observasi = Jumlah persentase communication style pada setiap deskriptor berdasarkan lembar observasi
∑ Self assessment = Jumlah persentase communication style pada setiap deskriptor berdasarkan lembar self assessment
Data jenis communication style untuk masing-masing siswa diperoleh
berdasarkan jumlah tertinggi dari pernyataan yang dipilih dari kedelapan
deskriptor pada lembar observasi dan lembar self assessment. Jika terdapat nilai
yang sama, maka communication style yang lebih baik yang dipilih. Instrumen
2. Penguasaan konsep siswa
Langkah awal yang dilakukan untuk mengolah hasil test penguasaan konsep
siswa adalah dengan memberikan skor pada data hasil pretest dan posttest. Setiap
butir soal pilihan ganda diberikan skor1. Kemudian skor tersebut diubah menjadi
nilai dengan menggunakan skala 0-100. Untuk mengetahui peningkatan
penguasaan konsep siswa dilakukan perhitungan rumus N-gain mengikuti aturan
Hake (1999) sebagai berikut.
N− = Nilai posttest−Nilai pretest Skor maksimal−Nilai
Kategorisasi perolehan skor N-gain mengikuti aturan Hake (1999) dapat dilihat
pada Tabel 3.16 di bawah ini.
Tabel 3.16 Kategori Gain Ternormalisasi (N-gain)
Gain ternormalisasi (g) Kategori
g ≥ 0,70 Tinggi
0,30 < g < 0,70 Sedang
0,1 < g < 0,30 Rendah
g ≤ 0,1 Sangat Rendah
3. Hubungan communication style dan penguasaan konsep siswa
Analisis hubungan communication style siswa dilakukan dengan
mengelompokkan siswa berdasarkan jenis communication style. Kemudian, dari
setiap kelompok communication style siswa dikelompokkan kembali berdasarkan
peningkatan penguasaan konsep kategori tinggi, sedang, rendah, dan sangat
rendah dengan mengikuti aturan Hake (1999). Setelah itu, untuk mengetahui
hubungan antara communication style dan penguasaan konsep siswa, dilakukan
perhitungan statistik uji Chi-kuadrat dengan menggunakan uji independen antara
dua faktor mengikuti aturan Sudjana (2005) sebagai berikut.
�2 = − ) 2
=1 =
Keterangan:
X2 = Chi kuadrat
Oij = Banyaknya nilai pengamatan yang terjadi Eij = Banyaknya nilai yang diharapkan terjadi
Kriteria pengujian mengikuti aturan Sudjana (2005) yaitu kedua faktor saling
dk={(B-1)(K-1)}, selain itu kedua faktor tidak berhubungan (faktor bebas
statistik).
4. Angket respon siswa
Analisis angket respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe
jigsawmenggunakan skala Likert-4. Angket disusun dalam kategori pernyataan
positif. Rekapitulasi persentase respon siswa dilakukan berdasarkan langkah
sebagai berikut.
a. Memberikan skor pada setiap item pernyataan yang terdapat dalam angket.
Berikut adalah skor yang diberikan pada tiap tipe jawaban sesuai dengan
orientasi jawaban yang diharapkan.
Tabel 3.17 Cara Pemberian Skor Angket Respon Siswa
Jawaban Responden Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
b. Selanjutnya dilakukan perhitungan persentase angket respon siswa terhadap
pembelajaran kooperatif tipe jigsawdengan mengikuti aturan Arikunto (2010)
berikut ini.
Persentase = 100%
c. Melakukan analisis terhadap persentase hasil respon siswa mengikuti aturan
[image:34.595.107.518.623.724.2]Koentjaraningrat (1997) berikut ini.
Tabel 3.18 Klasifikasi Angket Respon Siswa
Presentase Jawaban (%) Klasifikasi
0 Tidak Ada
1 – 25 Sebagian Kecil
26 – 49 Hampir setengah
50 Setengah
51 – 75 Sebagian Besar
75 – 99 Pada umumnya
5. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsawdisesuaikan dengan
tahapan dan sintaks pembelajaran metodejigsaw yang terdapat pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Keterlaksanaan tahapan pembelajaran ini
diobservasi oleh lima orang observer yang sudah dilatih sebelumnya sehingga
dapat mengoperasikan lembar observasi dengan keterlaksanaan tahapan pembelajaran. Penyajian lembar keterlaksanaan dalam bentuk pilihan “ya” untuk terlaksana dan “tidak” untuk tidak terlaksana. Setiap tindakan dalam lembar observasi wajib diberikan tanda ceklist. Jika tindakan tersebut dilakukan oleh guru
maka tanda ceklist diberikan pada kolom “ya”, dan jika tindakan tersebut tidak
dilaksanakan oleh guru maka tanda ceklist diberikan pada kolom “tidak”.
Skala presentase untuk menentukan keterlaksanaan tahapan pembelajaran dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
% = 100%
G. Prosedur Penelitian
Secara skematis, prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut
1. Studi pendahuluan
Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan studi pendahuluan dengan
menganalisis masalah dan mempelajari artikel-artikel serta referensi yang
berhubungan dengan communication style dan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw.
2. Tahap persiapan
Setelah melakukan studi pendahuluan, proposal penelitian disusun kemudian
diseminarkan di depan rekan-rekan serta dosen-dosen pendidikan Biologi untuk
mendapatkan masukan. Setelah dilakukan seminar proposal, disusun instrumen
assessment communication style, dan angket respon siswa. Instrumen-instrumen
yang telah disusun tersebut di-judgment oleh dosen ahli, kemudian dilakukan uji
coba. Setelah memperoleh hasil judgment dan hasil uji coba, instrumen direvisi
dan siap digunakan. Kemudian dilakukan observasi terhadap sekolah yang akan
dijadikan objek penelitian, dan selanjutnya disiapkan surat-surat perizinan
penelitian yang dibutuhkan.
3. Tahap pelaksanaan
Setelah sekolah yang akan dijadikan objek penelitian memberikan izin
penelitian, penelitian dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan. Sebelum
dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dilakukan test kemampuan
awal siswa (pre-test) tentang materi sistem reproduksi konsep penyakit menular
seksual. Setelah pelaksanaan pre test, dilaksanakan pembelajaran dengan metode
kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran yang
telah disusun. Berikut dengan tahapan dan sintaks pembelajaran kooperatif tipe
[image:36.595.108.517.435.773.2]jigsaw.
Tabel 3.19 Tahapan dan Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
No Tahapan Pembelajaran
Sintaks Dekripsi
1. Kegiatan awal
Penilaian pengetahuan awal siswa
Guru memberikan soal pre-test untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari
Usaha memotivasi siswa
Guru berusaha menarik minat siswa untuk
mempelajari Penyakit Menular Seksual (PMS) dan mengaitkannya dengan materi sebelumnya dan kehidupan sehari-hari
2. Kegiatan inti
Tahap pengelompokk an siswa
Guru menjelaskan langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Guru Mengorganisasikan siswa menjadi 5 kelompok asal dengan jumlah 6-7 orang tiap kelompok secara heterogen
Kegiatan
kelompok asal
Guru membagikan topik konsep penyakit menular yang telah dispesifikasikan menjadi lima topik yang terdiri dari sifilis, herpes genital, AIDS, klamidia, dan hepatitis B secara acak kepada masing-masing anggota kelompok
Guru membagikan lembar kegiatan kelompok berisi beberapa pertanyaan kepada masing-masing kelompok asal sebagai pertanyaan pengarah (Lampiran B.7)
Kegiatan kelompok ahli*
No Tahapan Pembelajaran
Sintaks Dekripsi
Guru memberikan artikel yang berbeda kepada masing-masing kelompok ahli sesuai dengan topik yang ditugaskan (Lampiran B.8)
Guru menginstruksikan siswa pada kelompok ahli untuk berdiskusi terkait topik yang diberikan Guru membimbing diskusi siswa dalam kelompok
ahli Kegiatan
kelompok asal*
Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli, guru menginstruksikan siswa untuk kembali ke kelompok asalnya masing-masing untuk mengkomunikasikan kepada anggota kelompok asal
Guru membimbing diskusi siswa dalam kelompok asal
Guru memilih salah atu kelompok asal untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok asal 3. Kegiatan
penutup
Evaluasi Guru membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan
Guru mendistribusikan lembar self assessment communication style siswa dan angket respon siswa terhadap pembelajaran
Guru memberikan post-test untuk menilai hasil belajar siswa
Guru menutup pembelajaran
Keterangan:
* = Dilakukan observasi terhadap communication style siswa saat melakukan diskusi kelompok
Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dibentuk lima kelompok asal yang
secara heterogen dengan anggota setiap kelompok terdiri dari enam orang siswa.
Konsep penyakit menular seksual terlebih dahulu dispesifikasikan menjadi lima
topik, kemudian dibagikan secara acak kepada setiap siswa dalam kelompok asal.
Lima topik tersebut terdiri dari sifilis, herpes genital, AIDS, klamidia, dan
hepatitis B. Setiap kelompok asal akan dibagikan satu lembar kegiatan kelompok
(Lampiran B.7) yang terdiri dari beberapa pertanyaan pengarah sebelum
melakukan diskusi pada kelompok ahli. Lembar kegiatan siswa ini, akan dijawab
oleh masing-masing kelompok asal setelah diskusi selesai. Siswa yang
bertanggung jawab untuk mempelajari topik yang sama dari masing-masing
kelompok, akan berkumpul dan membentuk kelompok baru yang disebut
kelompok ahli. Proses penyebaran anggota dari kelompok asal ke kelompok ahli
Gambar 3.1 Proses Penyebaran Anggota Dari Kelompok Asal Ke Kelompok Ahli
Siswa dalam kelompok ahli akan mendiskusikan topik yang telah ditugaskan
dengan menggunakan artikel yang telah dibagikan oleh guru (Lampiran B.8)
ataupun dengan menggunakan sumber-sumber lain seperti buku dan internet.
Hal-hal yang akan didiskusikan diantaranya mengenai nama penyakit, penyebab
penyakit, gejala penularan penyakit, cara penularan penyakit, organ yang diserang
oleh penyakit, cara penyembuhan penyakit, dan cara pencegahan penyakit dari
masing-masing topik yang ditugaskan. Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli,
Keterangan dari kelompok asal ke kelompok ahli:
: Kelompok asal 1
: Kelompok asal 2
: Kelompok asal 3
: Kelompok asal 4
: Kelompok asal 5
Keterangan dari kelompok ahli ke kelompok asal:
: Kelompok asal 1
: Kelompok asal 2
: Kelompok asal 3
: Kelompok asal 4
: Kelompok asal 5
Kelompok asal 1 Kelompok asal 2 Kelompok Asal 3 Kelompok asal 4 Kelompok asal 5
Kelompok ahli sifilis Kelompok ahli herpes genital Kelompok ahli AIDS Kelompok ahli klamidia Kelompok ahli hepatitis B
A.1 B.1
C.1 D.1
E.1 A.1
A.2 B.2
C.2 D.2
E.2 B.2
A.3 B.3
C.3 D.3
E.3 C.3
A.4 B.4
C.4 D.4
E.4 D.4
A.5 B.5
C.5 D.5
E.5 E.5
siswa akan kembali ke kelompok asal masing-masing untuk mengkomunikasikan
dan mengajarkan siswa lain dalam kelompok asalnya terkait topik yang telah ia
kuasai. Setelah itu siswa bersama-sama dalam kelompok asal menjawab
pertanyaan yang terdapat pada lembar kegiatan kelompok (Lampiran B.7).
Kemudian guru akan memilih salah satu dari kelompok asal untuk
mempresentasikan hasil pembelajarannya di depan kelas, untuk mengetahui
ketepatan dan kebenaran konsep yang telah dipelajari siswa dalam kelompok ahli
maupun kelompok asal. Dalam kegiatan presentasi, siswa dari kelompok lain
diberikan kesempatan untuk bertanya, memberikan komentar dan tambahan.
Selama pelaksanaan pembelajaran yaitu proses diskusi pada kelompok ahli
dan kelompok asal, communication style siswa akan diobservasi oleh beberapa
orang observer. Setelah seluruh rangkaian pembelajaran berakhir, siswa diminta
untuk mengisi lembar self assessment mengenai communication style dan lembar
angket respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kemudian,
dilakukan post test untuk mengetahui penguasaan konsep siswa setelah
melaksanakan pembelajaran.
4. Tahap Penyusunan dan Pelaporan
Pada tahap pengolahan data dan penyusunan laporan ini dilakukan beberapa
prosedur, antara lain berupa pengelompokkan, perhitungan persentase, pemberian
skor terhadap instrumen yang digunakan dan melakukan pengujian secara
statistik. Setelah itu dilakukan interpretasi data hasil temuan dalam penelitian dan
dilakukan pembahasan serta penarikan kesimpulan. Laporan disusun dengan
bimbingan dan bantuan dari para dosen pembimbing.
Prosedur penelitian yang telah dijelaskan di atas dapat digambarkan dalam
Analisis data Pembahasan &
Penarikan Kesimpulan
TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN
TAHAP PELAPORAN HASIL STUDI PENDAHULUAN
Menganalisis masalah Studi atikel-artikel
communication style
Studi referensi pembelajaran T A H A P P E L A K S A N A A N
Pelaksanaan pre test
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Pelaksanaan post test Penyebaran lembar
self assessment dan
angket respon siswa
Penyusunan Proposal Penelitian
Seminar Proposal Penelitian
Uji coba instrumen
Revisi instrumen Penyusunan instrumen Judgementinstrum en Observasi ke sekolah Penyerahan surat izin penelitian T A H A P P E R S I A P A N
Kegiatan diskusi pada kelompok asal Kegiatan diskusi pada
kelompok ahli
Dilakukan observasi
communication style siswa
Pengelompokkan siswa ke dalam kelompok asal
Pembagian tugas kepada anggota kelompok asal