WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
(Studi Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP di Jakarta Barat)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Oleh
WINDIA HADI 1302876
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
(Studi Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP di Jakarta Barat)
Oleh Windia Hadi
S.Pd. Universitas Muhammadiyah PROF. DR. HAMKA (UHAMKA) Jakarta, 2013
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika
© Windia Hadi, 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Tesis dengan Judul:
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
(Studi Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP di Jakarta Barat)
Oleh Windia Hadi
1302876
Disetujui oleh
Pembimbing
Prof. H. Yaya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D. NIP. 195909221983031003
ABSTRAK
Windia Hadi (2015). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Kemampuan Representasi Matematis serta Motivasi Berprestasi Siswa SMP melalui Pembelajaran Discovery dengan Pendekatan Saintifik.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penting dan rendahnya kemampuan penalaran dan kemampuan representasi matematis serta motivasi berprestasi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan penalaran, kemampuan representasi matematis dan motivasi berprestasi siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas VIII pada salah satu SMP Negeri di Jakarta Barat. Sampel terdiri dari dua kelas yaitu kelas VIII-D dan VIII-F yang dipilih secara purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan penalaran dan representasi matematis, angket motivasi berprestasi siswa, dan lembar observasi. Analisis data menggunakan uji-t (Independent Sample T-Test) dan Mann Whitney. Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa (1) Kemampuan penalaran, kemampuan representasi matematis serta motivasi berprestasi siswa yang memperoleh pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa, (2) Peningkatan kemampuan penalaran, kemampuan representasi matematis serta motivasi berprestasi siswa yang memperoleh pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Windia Hadi (2015). The Enhancement of Mathematical Reasoning and Representation Ability and Achievement Motivation of Junior High School Students through Discovery Learning by the Scientific Approach.
This research is motivated by the importance and low of mathematical reasoning, representation ability, and achievement motivation. The aims of this research is to analyze students enhancement of mathematical reasoning, representation ability and achievement motivation of students. This research was a quasi experimental with nonequivalent control group design. The population of students at eighth grade in one of Junior High School West Jakarta. The sample consisted of two classes: VIII-D and VIII-F, selected by purposive sampling. The instruments used test of mathematical reasoning, representation ability, and achievement motivation questionnaire, and observation sheet. Data analysis used t-test (independent sample T-Test) and Mann Whitney test. The result showed that: (1) Mathematical reasoning, representation ability and achievement motivation of students who received the discovery learning by using scientific approach is better than students who received conventional learning, (2) The enhancement of mathematical reasoning, representation ability and achievement motivation of students who received the discovery learning with scientific approach was better than students who received conventional learning.
halaman
PERNYATAAN ... …... i
ABSTRAK ... …... ii
ABSTRACT ... …... iii
KATA PENGANTAR ... …... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... …... v
DAFTAR ISI ... ….. vii
DAFTAR TABEL... ….. x
DAFTAR GAMBAR ... …... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... …... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian ... …... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... …... 11
1.3 Tujuan Penelitian ... …... 11
1.4 Manfaat Penelitian ... …... 12
1.5 Definisi Operasional... … 12
1.6 Struktur Organisasi Tesis ... …... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Penalaran Matematis ... …... 16
2.2 Kemampuan Representasi Matematis ... …... 20
2.3 Motivasi Berprestasi Siswa ... …... 25
2.4 Pembelajaran Discovery ... …... 31
2.5 Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Discovery . …... 35
2.6 Pendekatan Saintifik... …... 36
2.7 Penelitian yang Relevan ... …... 40
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.8 Hipotesis Penelitian ... …... 43
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... …… 45
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... …... 45
3.3 Instrumen Penelitian ... …… 46
3.3.1 Instrumen Tes ... …… 46
a. Analisis Validitas ... ….... 49
b. Analisis Reliabilitas ... …… 50
c. Analisis Daya Pembeda ... …… 51
d.Analisis Indeks Kesukaran ... …… 53
3.3.2 Instrumen Non-Tes ... …… 54
a.Skala Sikap Motivasi Berprestasi Siswa ... …… 55
b.Analisis Validitas Angket ... …… 56
c.Analisis Reliabilitas Angket ... …… 58
3.3.3 Lembar Observasi ... …… 58
3.4 Prosedur Penelitian ... …… 59
3.5 Waktu Penelitian... …… 60
3.6 Teknik Analisis Data ... …… 60
3.6.1 Data Tes Kemampuan Penalaran dan Representasi Matematis……….. 60
3.6.2 Analisis Data Motivasi Berprestasi Siswa ... …… 63
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Temuan ... …… 68
4.1.1 Analisis Data Tes Kemampuan Penalaran Matematis….. 71
4.1.2 Analisis Data Tes Kemampuan Representasi Matematis.... 80
4.1.3 Analisis Data Motivasi Berprestasi ... …... 89
4.2 Pembahasan ... …… 103
4.2.3 Motivasi Berprestasi Siswa ... …... 114
4.2.4 Pembelajaran Discovery dengan Pendekatan Saintifik… 116
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan ... …... 121
5.2 Implikasi ... ….. 122
5.3 Rekomendasi ... ….. 122
DAFTAR RUJUKAN... …... 123
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... …... 129
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Persentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa TIMSS 2011 ... 5
Tabel 2.1 Komponen Penalaran Matematis ... 20
Tabel 2.2 Bentuk-bentuk Operasional Representasi Matematis ... 24
Tabel 3.1 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Penalaran Matematis ... 47
Tabel 3.2 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Representasi Matematis . 47 Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 49
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 50
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 50
Tabel 3.6 Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 51
Tabel 3.7 Interpretasi Koefisien Daya Pembeda ... 52
Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 52
Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 52
Tabel 3.10 Interpretasi Koefisien Indeks Kesukaran ... 53
Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 53
Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 54
Tabel 3.13 Rekapitulasi Hasil Analisis Ujicoba Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 54
Tabel 3.14 Rekapitulasi Hasil Analisis Ujicoba Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 54
Tabel 3.15 Data Validitas Angket Motivasi Berprestasi Siswa ... 57
Tabel 3.18 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 61
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Kemampuan Penalaran Matematis,
Representasi Matematis dan Motivasi Berprestasi Siswa ... 68
Tabel 4.2 Uji Normalitas Distribusi Data Pretes Kemampuan Penalaran
Matematis ... 72
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes Kemampuan Penalaran
Matematis ... 73
Tabel 4.4 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Pretes Kemampuan Penalaran
Matematis ... 74
Tabel 4.5 Uji Normalitas Distribusi Data Postes Kemampuan Penalaran
Matematis ... 76
Tabel 4.6 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Postes Kemampuan Penalaran
Matematis ... 77
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Data Gain Ternormalisasi Kemampuan
Penalaran Matematis ... 78
Tabel 4.8 Uji Normalitas Distribusi Data Gain Ternormalisasi
Kemampuan Penalaran Matematis ... 79
Tabel 4.9 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Gain Ternormalisasi
Kemampuan Penalaran Matematis ... 80
Tabel 4.10 Uji Normalitas Distribusi Data Pretes Kemampuan Representasi
Matematis ... 82
Tabel 4.11 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Pretes Kemampuan Representasi
Matematis ... 83
Tabel 4.12 Uji Normalitas Distribusi Data Postes Kemampuan Representasi
Matematis ... 85
Tabel 4.13 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Postes Kemampuan Representasi
Matematis ... 85
Tabel 4.14 Statistik Deskriptif Data Gain Ternormalisasi Kemampuan
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.15 Uji Normalitas Distribusi Data Gain Ternormalisasi
Kemampuan Representasi Matematis ... 88
Tabel 4.16 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Gain Ternormalisasi
Kemampuan Representasi Matematis ... 89
Tabel 4.17 Uji Normalitas Distribusi Data Angket Awal Motivasi Berprestasi
Siswa ... 91
Tabel 4.18 Uji Homogenitas Data Angket Awal Motivasi Berprestasi Siswa 91
Tabel 4.19 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Angket Awal Motivasi Berprestasi
Siswa ... 92
Tabel 4.20 Uji Normalitas Distribusi Data Angket Akhir Motivasi Berprestasi
Siswa ... 94
Tabel 4.21 Uji Homogenitas Data Angket Akhir Motivasi Berprestasi
Siswa ... 95
Tabel 4.22 Uji Perbedaan Rata-rata Data Angket Akhir Motivasi Berprestasi
Siswa ... 96
Tabel 4.23 Statistik Deskriptif Data Gain Ternormalisasi Motivasi Berprestasi
Siswa ... 96
Tabel 4.24 Uji Normalitas Data Gain Ternormalisasi Motivasi Berprestasi
Siswa ... 98
Tabel 4.25 Uji Homogenitas Data Gain Ternormalisasi Motivasi Berprestasi
Siswa ... 99
Tabel 4.26 Uji Perbedaan Rata-rata Gain Ternormalisasi Data Angket
Motivasi Berprstasi Siswa ... 100
Tabel 4.27 Ringkasan Hasil Pengujian Statistik ... 100
Tabel 4.28 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Selama
Pembelajaran... 101
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Analisis Data ... 66
Gambar 3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 67
Gambar 4.1 Rata-rata Kemampuan Awal Penalaran Matematis ... 71
Gambar 4.2 Rata-rata Kemampuan Akhir Penalaran Matematis ... 75
Gambar 4.3 Rata-rata Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis ... 78
Gambar 4.4 Rata-rata Kemampuan Awal Representasi Matematis ... 81
Gambar 4.5 Rata-rata Kemampuan Akhir Representasi Matematis ... 84
Gambar 4.6 Rata-rata Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis ... 87
Gambar 4.7 Rata-rata Angket Awal Motivasi Berprestasi Siswa ... 90
Gambar 4.8 Rata-rata Angket Akhir Motivasi Berprestasi Akhir Siswa ... 93
Gambar 4.9 Rata-rata Peningkatan Motivasi Berprestasi Siswa ... 97
Gambar 4.10 Jawaban Siswa yang Benar ... 107
Gambar 4.11 Kesalahan Siswa dalam menjawab Soal Kemampuan Penalaran Matematis ... 107
Gambar 4.12 Jawaban Siswa yang Benar ... 112
Gambar 4.13 Kesalahan Siswa dalam menjawab Soal Kemampuan Representasi Matematis ... 112
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus Penelitian ... 129
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 132
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 166
Lampiran 4. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 191
Lampiran 5. Kisi-Kisi Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ... 260
Lampiran 6. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Penalaran Matematis Siswa . 264
Lampiran 7. Kisi-Kisi Kemampuan Representasi Matematis Siswa ... 268
Lampiran 8. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Representasi Matematis Siswa ... 270
Lampiran 9. Tes Pretes Kemampuan Penalaran dan Representasi Matematis Siswa ... 274
Lampiran 10. Tes Postes Kemampuan Penalaran dan Representasi Matematis Siswa ... 277
Lampiran 11. Lembar Jawaban Siswa ... 280
Lampiran 12. Kisi-Kisi Motivasi Berprestasi Siswa (Sebelum Ujicoba) ... 282
Lampiran 13. Kuesioner Motivasi Berprestasi Siswa (Sebelum Ujicoba) ... 285
Lampiran 14. Kuesioner Motivasi Berprestasi Siswa (Sesudah Ujicoba) ... 289
Lampiran 15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 292
Lampiran 16. Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 294
Lampiran 17. Rekapitulasi Skor Ujicoba Tes Kemampuan Penalaran dan Representasi Matematis Siswa ... 296
Lampiran 18. Data Ujicoba Tes Kemampuan Penalaran Matematis Siswa .... 297
Lampiran 19. Perhitungan Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Penalaran Matematis Siswa dengan Software Excel 2010 ... 298
Lampiran 21. Perhitungan Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Representasi Matematis
Siswa dengan Software Excel 2010 ... 300
Lampiran 22. Data Angket Ujicoba Motivasi Berprestasi Siswa ... 301
Lampiran 23. Perhitungan Hasil Angket Motivasi Berprestasi Siswa dengan
Software Excel 2010 dan IBM SPSS Versi 20 ... 303
Lampiran 24. Data Hasil Pretes Kemampuan Penalaran Matematis Siswa .... 307
Lampiran 25. Data Hasil Pretes Kemampuan Representasi Matematis Siswa 309
Lampiran 26. Data Angket Motivasi Berprestasi Awal Siswa ... 311
Lampiran 27. Data Hasil Postes Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ... 321
Lampiran 28. Data Hasil Postes Kemampuan Representasi Matematis
Siswa ... 323
Lampiran 29. Data Angket Motivasi Berprestasi Akhir Siswa ... 325
Lampiran 30. Data Hasil Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa ... 335
Lampiran 31. Data Hasil Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Tiap Indikator ... 337
Lampiran 32. Data Hasil Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis
Siswa ... 345
Lampiran 33. Data Hasil Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis
Siswa Tiap Indikator ... 347
Lampiran 34. Data Hasil Peningkatan Motivasi Berprestasi Siswa ... 353
Lampiran 35. Analisis Data Pretes Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa ... 355
Lampiran 36. Analisis Data Pretes Kemampuan Representasi Matematis
Siswa ... 357
Lampiran 37. Analisis Data Motivasi Berprestasi Awal Siswa ... 359
Lampiran 38. Analisis Data Postes Kemampuan Penalaran Matematis
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lampiran 39. Analisis Data Postes Kemampuan Representasi Matematis
Siswa ... 363
Lampiran 40. Analisis Data Motivasi Berprestasi Akhir Siswa ... 365
Lampiran 41. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ... 367
Lampiran 42. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Siswa ... 369
Lampiran 43. Analisis Data Peningkatan Motivasi Berprestasi Siswa ... 371
Lampiran 44. Surat Keterangan Pembimbing ... 373
Lampiran 44. Surat Permohonan Izin ... 375
Lampiran 46. Surat Balasan dari Sekolah ... 376
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Keunggulan suatu bangsa tidak hanya terletak pada kekayaan alam yang
berlimpah, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia yang berkualitas.
Suatu bangsa dikatakan makmur ketika sumber daya manusia dapat berkontribusi
terhadap bangsanya sendiri. Keunggulan sumber daya manusia yang berkualitas
dihasilkan oleh tenaga pendidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan
zaman yang berubah dan berkembang sangat pesat. Semakin meningkat kualitas
sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan mampu
memproses informasi, sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan serta dapat berkompetensi dalam memperoleh kesejahteraan hidup.
Indonesia sebagai negara berkembang, terus berupaya untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
Syarat utama menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas adalah
pendidikan. Jika pendidikan di Indonesia sudah diterapkan dengan baik dan
menunjang segala kemampuan-kemampuan sumber daya manusia, maka kelak
mereka akan memiliki bekal yang cukup baik dalam memajukan negara.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1
Ayat (1), menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sugiyono,
2010, hlm. 42).
Peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010 yang menyatakan tentang
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, bertujuan membangun landasan
bagi berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang: 1) beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berkepribadian
luhur; 2) berilmu, cakap, kreatif dan inovatis; 3) sehat, mandiri dan percaya diri;
2
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4). Tujuan pendidikan dalam peraturan pemerintah di atas dapat mewujudkan
proses berkembangnya kualitas pribadi siswa sebagai generasi penerus bangsa
masa depan yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh
kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman.
Saat ini, Kurikulum 2013 merupakan upaya pemerintah dalam memperbaiki
sistem pendidikan di Indonesia. Pembelajaran dengan menggunakan kurikulum
2013 bertujuan untuk mendorong siswa agar mampu lebih baik dalam melakukan
kegiatan belajar seperti observasi, memiliki keterampilan bertanya, memiliki daya
nalar dan dapat mengkomunikasikan/merepresentasikan apa yang diperoleh atau
diketahui, setelah siswa menerima materi pembelajaran di sekolah. Dengan
demikian, siswa dituntut lebih aktif dan kreatif dalam menerima materi.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 berbeda dengan proses
pembelajaran kurikulum sebelumnya yaitu kegiatan inti guru masih mendominasi
dalam menyampaikan materi dan masih berpusat kepada guru. Proses
pembelajaran dalam Kurikulum 2013 dalam kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut
menjadi rincian dari kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, yakni:
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan. Proses kegiatan inti di atas merupakan proses dengan
menggunakan pendekatan saintifik.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia. Depdiknas (dalam Sugandi, 2014, hlm. 24)
mengemukakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua
siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan
bekerjasama. Matematika dari bentuknya yang paling sederhana sampai dengan
bentuknya yang kompleks memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan lainnya dan kehidupan sehari-hari (Sumarmo, 2013, hlm. 25). Siswa
belajar matematika tidak hanya pandai menghitung tetapi siswa memiliki
kemampuan berpikir matematis seperti kemampuan berpikir logis, analitis,
Salah satu visi pembelajaran matematika yaitu mengarahkan pada
pemahaman konsep dan ide matematika yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah matematika dan masalah ilmu pengetahuan lain serta memberikan
kemampuan menalar yang logis, sistemik, kritis dan cermat, menumbuhkan rasa
percaya diri, dan rasa keindahan terhadap keteraturan sifat matematika, serta
mengembangkan sikap objektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam
menghadapi masa depan yang selalu berubah (Sumarmo, 2013, hlm. 25).
Visi pembelajaran matematika di atas sesuai dengan yang dirumuskan oleh
National Council of Teachers of Mathematics NCTM (2000) bahwa ada lima
kemampuan dasar matematis siswa, yaitu: kemampuan komunikasi matematis
(mathematical communication), kemampuan penalaran matematis (mathematical
reasoning), kemampuan pemecahan masalah (mathematical problem solving),
kemampuan koneksi matematis (mathematical connections), dan kemampuan
representasi matematis (mathematical representation). Kemampuan penalaran dan
kemampuan representasi matematis termuat pada kemampuan standar menurut
NCTM. Kemampuan penalaran dan representasi merupakan dua diantara lima
kemampuan yang penting dikembangkan dan harus dimiliki oleh siswa.
Menurut Ruseffendi (2006) matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran
manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Siswa mempelajari
matematika hendaknya mampu mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki
dengan pengetahuan yang sedang siswa pelajari. Menurut Wahyudin (2008, hlm.
35) kemampuan menggunakan penalaran sangat penting untuk memahami
matematika dan menjadi bagian yang tetap dari pengalaman matematis para
siswa. Bernalar secara matematis merupakan kebiasaan pikiran dan seperti semua
kebiasaan lainnya.
Proses belajar merupakan pengelolaan proses ide dalam mental siswa
sehingga dalam pembelajaran, aktivitas mental direpresentasikan, sehingga selain
memudahkan siswa dalam berpikir merefleksi, menalar sebagai representasi
internal dan mengkomunikasikan idenya sebagai representasi eksternal (Mataheru,
2005). Menurut Goldin (dalam Widyastuti, 2011, hlm. 142) kemampuan
representasi dapat diartikan sebagai bentuk atau susunan yang dapat
4
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
didukung oleh pendapat Hudojo (dalam Umar, 2011, hlm.) bahwa representasi
memberikan kemampuan siswa untuk mengkontruk pemahaman dengan
penalarannya, yang kemudian mengkomunikasikan serta mendemontrasikan
penalarannya. Dengan demikian, berdasarkan penemuan para ahli di atas
kemampuan penalaran dan kemampuan representasi matematis sangat penting
untuk dimiliki setiap siswa.
Namun kenyataannya, tujuan yang diharapkan tersebut belum tercapai
seutuhnya. Hal ini dikarenakan berbagai masalah yang sering menjadi
perbincangan yaitu rendahnya mutu pendidikan dan rendahnya prestasi belajar
yang dicapai oleh siswa. Turmudi (dalam Rafianti, 2013, hlm. 3) juga
mengemukakan bahwa pembelajaran matematika selama ini hanya disampaikan
secara informatif kepada siswa, artinya siswa memperoleh informasi hanya dari
guru saja sehingga derajat kemelekatannya juga dapat dikatakan rendah. Kondisi
pembelajaran ini membuat siswa kurang dalam kemampuan penalaran dan
representasi matematis.
Laporan survey kemampuan yang dilakukan oleh The Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 dan Programme for
International Student Assesment (PISA) pada tahun 2012. TIMSS dan PISA
merupakan dua lembaga dunia yang menyelenggarakan tes yang salah satunya
untuk pelajar setingkat SMP yang telah dipilih acak dari tiap Negara. Tes yang
diberikan TIMSS menitikberatkan pada kemampuan knowing sebanyak 35%,
applying sebanyak 40% dan reasoning sebanyak 25%, sedangkan untuk tes PISA
menitikberatkan pada kemampuan pemecahan masalah, penalaran dan
komunikasi. Ada tiga penilaian yang diukur dalam PISA diantaranya adalah 1)
formulating situation mathematical; 2) employing mathematical concepts, fact,
procedure and reasoning; and 3) interpreting, applying, evaluating mathematical
outcomes. kemampuan penalaran dan representasi ternyata menjadi kriteria
penilaian dalam hasil TIMSS dan PISA.
Berdasarkan hasil TIMSS menunjukkan siswa Indonesia berada pada
peringkat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang kompleks; (2)
teori, analisis dan pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur dan
tahun 2011 untuk kategori kelas VIII SMP menunjukkan bahwa kemampuan
penalaran dan kemampuan representasi di Indonesia masih di bawah rata-rata.
Tabel 1.1. Persentase pencapaian hasil belajar siswa pada standar internasional TIMSS 2011
bawah kinerja siswa Malaysia dan international median, hanya sekitar 43% siswa
Indonesia yang memenuhi low benchmark pada TIMSS 2011.
Kemampuan penalaran dalam kategori high benchmark hanya 2% yang
menjawab secara benar dari rata-rata internasional sebanyak 17% dan kemampuan
representasi dalam kategori low benchmark hanya 43% yang menjawab benar dari
rata-rata internasional 75% menurut Mullis (Widyasari, 2013). Selanjutnya secara
keseluruhan hasil survey TIMSS tahun 2011 dan PISA tahun 2012, Indonesia juga
berada di bawah rata dengan perolehan nilai 386 untuk TIMSS dari nilai
rata-rata internasional 500, dan memperoleh nilai 375 untuk PISA dari nilai rata-rata-rata-rata
internasional 494.
Hasil laporan PISA dan TIMSS tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
penalaran dan representasi matematis siswa kita masih rendah. Hasil di atas
memang tidak dapat dijadikan alat ukur mutlak bagi keberhasilan pembelajaran di
Indonesia. Keberadaan posisi yang kurang memuaskan tersebut bisa saja dijadikan
sebagai evaluasi untuk memotivasi guru dan semua pihak dalam dunia pendidikan
sehingga siswa dapat lebih meningkatkan prestasi belajar dalam matematika.
Dengan demikian kemampuan matematis siswa Indonesia perlu ditingkatkan
diantaranya adalah kemampuan penalaran dan representasi matematis siswa.
Tidak hanya hasil survey dari PISA dan TIMSS, ada juga dari hasil
penelitian-penelitian terdahulu yang masih menyebabkan kurangnya kemampuan
penalaran dan representasi matematis siswa SMP. Studi yang dilakukan oleh
Priatna (dalam Rohmah, 2013 hlm. 3) menemukan bahwa kualitas kemampuan
6
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memuaskan karena skornya hanya 49% dan 50% dari skor ideal serta menyatakan
bahwa kesalahan yang dilakukan siswa sekolah menengah dalam mengerjakan
soal-soal matematika dikarenakan kurangnya kemampuan penalaran terhadap
kaidah dasar matematika. Hasil penemuan Wahyudin (dalam Herdian, 2010, hlm
1) bahwa salah satu kelemahan yang ada pada siswa antara lain kurang memiliki
kemampuan nalar yang logis dalam menyelesaikan persoalan atau soal-soal
matematika. Pada penelitian yang dilakukan Putri (2011) diperoleh rata-rata skor
postes kemampuan penalaran matematis siswa SMP melalui pembelajaran
matematika realistik sebesar 48,17% dari skor ideal, begitu juga hasil penelitian
Wachyar (2012) melalui hasil postes kemampuan penalaran sebesar 56,3% dari
skor ideal.
Kemampuan representasi matematis, khususnya siswa SMP masih belum
tertangani dengan baik. Studi pendahuluan penelitian Hutagaol (dalam
Widyastuti, 2011, hlm. 142) menyatakan kurang berkembangnya daya
representasi siswa khususnya siswa SMP karena siswa tidak pernah diberi
kesempatan untuk melakukan representasinya sendiri, tetapi harus mengikuti apa
yang sudah dicontohkan oleh guru yang menyebabkan siswa tidak mampu
merepresentasikan gagasan matematis dengan baik, hal lain diungkapkan Amri
(2009) bahwa guru dalam pembelajaran matematika yang berhubungan dengan
representasi masih menggunakan cara konvensional, sehingga siswa cenderung
meniru langkah guru, siswa tidak pernah diberi kesempatan untuk menghadirkan
kemampuan representasi matematis. Temuan lain oleh Hudiono (dalam
Widyastuti 2011, hlm. 142) menyatakan bahwa hanya sebagian kecil siswa dapat
menjawab benar dalam mengerjakan soal matematika yang berkaitan dengan
kemampuan representasi. Umar (2011, hlm. 177) hasil kesimpulan studi awal
wawancara dengan guru bahwa siswa jarang menggunakan representasi gambar
untuk membantu berpikir dalam menyelesaikan soal, sehingga representasi tidak
dipandang sebagai alat untuk berpikir dan alat untuk memecahkan soal. Umar
mengidikasikan bahwa kemampuan representasi matematika masih kurang.
Pentingnya siswa memiliki kemampuan representasi matematis dicantumkan
juga dalam NCTM (2000, hlm. 67) yaitu representasi adalah sentral dalam
Sayangnya, representasi-representasi telah seringkali diajarkan dan dipelajari
terpisah dari tujuan-tujuan matematika (Wahyudin, 2008, hlm. 55).
Kemampuan penalaran dan kemampuan representasi matematis siswa sangat
penting dalam pembelajaran matematika dan berdampak pada prestasi belajar
siswa. Selain kemampuan penalaran dan representasi matematis, terdapat aspek
psikologis yang turut memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar. Aspek
psikologis tersebut adalah motivasi berprestasi.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa
motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil
belajar. Mc. Clelland (dalam Multahadah, 2015, hlm. 8) menunjukkan bahwa
motivasi berprestasi mempunyai kontribusi sampai 64% terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akpahan (dalam Multahadah
2015, hlm. 9) bahwa 540 siswa sekolah menengah di Nigeria menyatakan bahwa
motivasi berprestasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dampak dalam
pencapaian akademik.
Temuan lain dari penelitian Kamaei and Weisani (2013, hlm. 126) adalah
terdapat korelasi positif yang signifikan antara motivasi berprestasi dan prestasi
akademik. Kamaei dan Meisani (2013, hlm 126) menyimpulkan bahwa orang
memiliki perbedaan reaksi emosional ketika mereka dihadapkan dengan kriteria
keunggulan, Orang dengan motivasi berprestasi tinggi, umumnya kecenderungan
untuk berharap, kebanggaan, antisipasi dan kesenangan, tetapi orang-orang
dengan rendah motivasi berprestasi pada umumnya kecenderungan untuk
menghindari emosi, seperti kecemasan, ketakutan dan pertahanan kegagalan.
Ketika orang dihadapkan dengan kriteria keunggulan, mereka menunjukkan
perbedaan dalam pilihan mereka, upaya, stabilitas dan kesediaan untuk menerima
tanggung jawab atas konsekuensi dari keberhasilan atau kegagalan mereka. Orang
yang memiliki motivasi berprestasi tingkat tinggi dibandingkan dengan motivasi
berprestasi tingkat rendah, siswa lebih memilih tugas yang sulit, mereka memiliki
lebih banyak mencoba dalam tugas yang relatif sulit dan menunjukkan kinerja
yang lebih baik karena percaya diri dan harapan membuat mereka lebih kuat
8
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Martinah (dalam Multahadah 2015, hlm. 8) mengupas tentang
motivasi berprestasi sebagai keinginan seseorang untuk dapat menyelesaikan
tugas yang sulit secara baik, bekerja sebaik-sebaiknya untuk memperoleh
kesuksesan, menyelesaikan tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan, dan
mengerjakan tugas dengan kualitas lebih baik dari pada orang lain. Dalam proses
belajar, motivasi seseorang tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah
untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Menurut Colman
(dalam Sandhu, 2014, hlm. 3) Motivasi berprestasi adalah bentuk sosial motivasi
yang melibatkan gerakan yang kompetitif untuk memenuhi standar keunggulan.
Menurut Fatchurrohman (2011, hlm. 63) pengertian motivasi berprestasi
adalah kesungguhan atau daya dorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa
yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang
lain. Motivasi berprestasi berperan penting dalam menunjang keberhasilan belajar,
seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang kuat cenderung akan
melakukan berbagai upaya untuk dapat menguasai mata pelajaran matematika
yang dipelajarinya, sehingga peran motivasi berprestasi menjadi penting bagi
siswa SMP dalam mempersiapkan proses belajar matematika. Selain itu, motivasi
berprestasi akan berimplikasi pada pencapaian kompetensi yang dipelajarinya
sebagai persiapan siswa untuk kehidupan dalam bermasyarakat.
Setiap siswa mempunyai motivasi dalam diri yang berbeda-beda, ada siswa
yang rajin, giat belajar dan lain sebagainya. Ada pula siswa kurang semangat
dalam pembelajaran matematika atau bahkan siswa tidak menyukai pelajaran
matematika, rasa percaya diri yang kurang akan kemampuan yang ia miliki, dan
lain sebagainya. Motivasi berprestasi sangat penting dalam proses pembelajaran
matematika.
Berdasarkan penelitian Aritonang (2008, hlm. 12) ternyata mata pelajaran
dengan hasil tidak memuaskan berdasarkan urutan satu adalah matematika
sebanyak 61,3% atau sebanyak 84 siswa mendapatkan nilai tidak sesuai KKM.
Aritonang (2008, hlm. 12) mengatakan bahwa beberapa guru berpendapat bahwa
siswa dalam proses belajar mengajar tidak bersemangat dalam mengikuti
pelajaran, siswa cenderung pasif dalam menerima penjelasan dari guru. Selain itu,
tersebut asal jadi, tidak tepat waktu dalam mengumpulkan bahkan tidak
mengerjakan sama sekali. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan
intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi secara optimal adalah adanya
motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam diri siswa.
Upaya guru untuk dapat meningkatkan motivasi prestasi siswa adalah dengan
memberikan semangat dan umpan yang baik dalam kegiatan belajar di kelas.
Umpan yang baik bisa berupa tambahan nilai atau skor tinggi untuk siswa yang
giat mengerjakan tugas, bekerja sama antar teman, dan aktif dalam proses belajar
mengajar. Selain itu, guru juga memberikan motivasi yang dapat membuat siswa
berpikir akan pentingnya belajar matematika.
Hasil kesimpulan penelitian Aritonang (2008, hlm. 17) didapat bahwa faktor
utama yang membuat siswa semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar
adalah cara guru mengajar, karena guru terlibat langsung dalam proses belajar
mengajar. Cara guru mengajar seperti pemberian model belajar yang tepat untuk
meningkatkan motivasi berprestasi siswa.
Mencermati hal tersebut, sudah seharusnya diadakan inovasi terhadap proses
pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran matematika. Inovasi suatu
proses pembelajaran yang efektif dan menarik, yang dapat membuat siswa
menemukan dan mengembangkan konsep yang dipelajari, menggunakan
penalaran dan representasinya serta mengarahkan siswa untuk belajar dengan
percaya diri dan semangat dalam belajar, bukan proses pembelajaran biasa seperti
ceramah yang dirasakan kurang mendorong minat belajar dan rasa nyaman siswa.
Model pembelajaran tersebut dinamakan model pembelajaran discovery.
Hal ini berdasarkan pada proses pembelajaran penemuan yang digambarkan
Veermans (dalam Rahman dan Maarif, 2014, hlm. 36) yaitu orientasi, menyusun
hipotesis, menguji hipotesis, membuat kesimpulan dan mengevaluasi
(mengontrol). Ruseffendi (dalam Rahman dan Maarif, 2014, hlm. 36)
mengemukakan bahwa model discovery adalah cara mengajar yang diatur
sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruh pengetahuan
10
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sund (dalam Suryasubroto, 2009, hlm. 179) mengungkapkan bahwa
penemuan ialah proses mental siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau
prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna,
mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan dan sebagainya. Siswa secara aktif terlibat di dalam
menemukan suatu prinsip dasar sendiri, siswa akan memahami konsep lebih baik,
ingat lama dan akan mampu menggunakannya kedalam konteks yang lain.
Langkah-langkah pada pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik
memberikan siswa kesempatan untuk dapat mengasah dan meningkatkan
kemampuan kognitif seperti kemampuan penalaran dan representasi matematis.
Selain langkah-langkah tersebut, peningkatan kemampuan penalaran matematis
dan kemampuan representasi matematis dapat dilihat juga dengan melihat
kontribusi peningkatan terbesar setiap indikator pada kemampuan penalaran dan
representasi matematis. Pada pembelajaran dengan pembelajaran discovery, guru
memberikan stimulus kepada siswa artinya siswa dituntut untuk mengamati
masalah yang ada. Siswa mengidentifikasi masalah yang diberikan oleh guru serta
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. Siswa mengumpulkan data atau
informasi yang ada, siswa mengolah data berupa data yang ada. Siswa
memverifikasi data artinya siswa mengecek kembali apakah jawaban yang sudah
dijawab oleh siswa benar atau salah, siswa dituntut untuk menalar dan selanjutnya
siswa menggeneralisasi masalah yang diberikan guru artinya siswa menyimpulkan
secara umum berdasarkan masalah yang diberikan oleh guru dan
mengkomunikasikan hasil jawabannya di depan kelas. Kemampuan penalaran
siswa dilatih ketika siswa mengidentifikasi masalah dan siswa diberi kesempatan
untuk mengeneralisasikan hasil identifikasi masalah tersebut. Kemampuan
representasi dilatih pada tahapan ketika siswa mengkomunikasikan hasil jawaban
di depan kelas. Motivasi berprestasi di dapat dari hasil pemberian skor terhadap
siswa yang mengkomunikasikan hasil jawaban dengan benar yaitu pemberian skor
nilai untuk kelompok yang maju ke depan kelas.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis melakukan penelitian yang berjudul
Matematis serta Motivasi Berprestasi Siswa SMP melalui Pembelajaran Discovery dengan Pendekatan Saintifik”.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Dalam penelitian ini masalah dirumuskan sebagai berikut.
1) Apakah kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa.
2) Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
3) Apakah kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa.
4) Apakah peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
5) Apakah motivasi berprestasi siswa yang memperoleh pembelajaran discovery
dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa.
6) Apakah peningkatan motivasi berprestasi siswa yang memperoleh
pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai diantaranya sebagai berikut.
1) Menelaah kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik lebih baik dan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa.
2) Menelaah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik lebih baik
12
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Menelaah kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik lebih baik dan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa.
4) Menelaah peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik lebih baik
dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
5) Menelaah motivasi berprestasi matematika siswa yang memperoleh
pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik lebih baik dan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa.
6) Menelaah peningkatan motivasi berprestasi matematika siswa yang
memperoleh pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik lebih baik
dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
1.4 Manfaat penelitian
Penelitian ini dapat memberikan masukan yang berarti bagi kegiatan
pembelajaran di kelas, khususnya dalam upaya pencapaian kemampuan penalaran
dan representasi matematis siswa. Masukan-masukan itu di antaranya sebagai
berikut.
1) Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada guru matematika untuk
dapat memanfaatkan menggunakan semua kemampuan siswa dengan baik.
2) Penelitian ini memberikan pengetahuan bagi para pendidik tentang
pembelajaran yang dapat digunakan di kelas, khususnya dalam usaha
meningkatkan kemampuan penalaran dan representasi matematis siswa
melalui pembelajaran discovery.
3) Penelitian ini, bagi peneliti dan siswa dapat menambah wawasan serta
pengalaman dalam pembelajaran matematika.
4) Penelitian ini dapat menjadi landasan berpijak atau bahan referensi dalam
rangka menindaklanjuti suatu penelitian dalam ruang lingkup yang lebih luas.
1.5 Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan dalam menangkap maksud dari penelitian ini,
1) Kemampuan Penalaran Matematis
Kemampuan penalaran matematis siswa yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan berdasarkan data
yang diberikan. Indikator yang diamati pada siswa adalah a) memperkirakan
jawaban yaitu kemampuan menaksir data tanpa perhitungan analitik, b)
analogi yaitu kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan proses
data yang diberikan, c) generalisasi yaitu kemampuan mencari bentuk atau
rumus umum berdasarkan sejumlah data atau proses yang diberikan, dan d)
membuktikan rumus.
2) Kemampuan Representasi Matematis
Kemampuan representasi matematis yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kemampuan siswa menyajikan gagasan matematika yang meliputi
kemampuan siswa dalam menterjemahkan masalah atau ide-ide ke dalam
interpretasi berupa gambar; ekspresi matematis; dan kata-kata. Indikator
kemampuan representasi matematis yang diamati pada siswa dalam penelitian
ini adalah a) Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah,
b) Menyelesaikan masalah dengan melibatkan persamaan matematis, dan c)
Menyusun cerita atau situasi masalah sesuai dengan representasi yang
disajikan.
3) Motivasi berprestasi
Motivasi berprestasi siswa adalah kesungguhan atau daya dorong siswa
untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya
maupun yang dibuat atau diraih orang lain. Indikator yang diamati pada siswa
adalah 1) berusaha menyukai tantangan dalam mengerjakan tugas matematika,
2) menyukai situasi dimana siswa mendapatkan umpan balik untuk
mengetahui hasil yang dilakukannya sudah baik, 3) keinginan untuk berusaha
sendiri mengerjakan soal matematika tanpa bantuan orang lain, 4) berusaha
melakukan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya, 5) gigih dan giat belajar
untuk mendapatkan hasil yang maksimal, dan 6) beriorientasi ke masa depan
14
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4) Pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik
Pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah bentuk/cara pembelajaran yang dilaksanakan dengan
menemukan kembali konsep, teorema, rumus, aturan dan sejenisnya disertai
dengan mengamati, menanya, mengasosiasi/menalar, mencoba dan
mengkomunikasikan. Dalam hal ini, guru hanya bertindak sebagai pengarah
dan pembimbing saja. Adapun prosedur pembelajaran discovery dengan
pendekatan saintifik di kelas secara umum sebagai berikut.
a. Stimulation (Stimulasi/pemberian rangsangan)
Guru memberikan stimulasi kepada siswa dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi
internal yang mendorong eksplorasi (siswa dituntut mengamati).
b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
masalah yang relevan (siswa dituntut menanya).
c. Data collection (pengumpulan data)
Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. (siswa dituntut
menalar).
d. Data Processing (Pengolahan data)
Data Processing disebut juga dengan pengkodean (coding)/ kategori
yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari
generalisasi siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternative
jawaban/penyelesaian.
e. Verification (Pembuktian)
Siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar/tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif,
f. Generalization (Menarik kesimpulan/generalisasi)
Siswa menyimpulkan hasil yang telah dilakukannya kemudian
mengkomunikasikan di depan kelas secara kelompok (siswa dituntut
mengkomunikasikan)
5) Pembelajaran Biasa
Pembelajaran biasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pembelajaran biasa yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas
yaitu pembelajaran ekspositori, dalam pembelajaran ini guru menjelaskan
materi dan memberikan beberapa contoh soal, siswa mendengarkan dan
mencatat penjelasan yang disampaikan oleh guru, siswa belajar tidak dalam
kelompok, kemudian guru memberikan latihan dan siswa mengerjakan latihan
yang diberikan oleh guru, serta siswa diberikan kesempatan untuk bertanya
apabila ada penjelasan dari guru yang belum dimengerti.
1.6 Struktur Organisasi Tesis
Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I menjelaskan tentang latar
belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian, definisi operasional serta struktur organisasi tesis. Bab II menjelaskan
tentang kajian teori tentang kemampuan penalaran matematis, kemampuan
representasi matematis, motivasi berprestasi siswa, pembelajaran discovery dan
pendekatan saintifik.
Bab III menjelaskan tentang metodologi penelitian yaitu meliputi desain
penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrument penelitian, prosedur
penelitian, dan analisis data. Bab IV menjelaskan tentang hasil temuan dan
pembahasan yang meliputi pemaparan hasil temuan data. Bab V menjelaskan
45
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang penggunaan
pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik terhadap peningkatan
kemampuan penalaran matematis, kemampuan representasi matematis, dan
motivasi berprestasi siswa dalam pembelajaran matematika yang melibatkan dua
kelompok siswa. Kelompok pertama merupakan kelompok eksperimen yang
diberikan pembelajaran discovery dengan pendekatan saintifik, sedangkan
kelompok kedua merupakan kelas kontrol yang merupakan pembelajaran biasa.
Penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah studi kuasi
eksperimen. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini subjek tidak dikelompokkan
secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya, dengan desain
non equivalent pre-test and post-test control group design (Ruseffendi, 2010)
Kemudian desain penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut:
O X O
O O
Keterangan :
X : Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran
discovery dengan pendekatan saintifik.
O : Pretes dan postes kemampuan penalaran dan representasi matematis,
serta motivasi berprestasi awal siswa dan motivasi berprestasi akhir
siswa.
--- : Sampel tidak dikelompokkan secara acak.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII pada semester
genap di salah satu SMP negeri di Jakarta Barat tahun ajaran 2014/2015. Populasi
dipilih dengan pertimbangan bahwa anak usia 11-15 tahun, berdasarkan teori yang
WINDIA HADI, 2015
tahap ini anak sudah mengembangkan pemikiran abstrak dan penalaran logis
untuk macam-macam persoalan. Pemilihan sampel dilakukan dengan Purposive
Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2005). Tujuan dilakukan pengambilan sampel seperti ini adalah agar
penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien terutama dalam hal
pengawasan, kondisi subjek penelitian, waktu penelitian yang ditetapkan, kondisi
tempat penelitian serta prosedur perizinan. Populasi terdiri dari 6 kelas yang
memiliki kemampuan setara berdasarkan asumsi bahwa pada saat pembagian
kelas dilakukan secara acak bukan berdasarkan peringkat atau kemampuan siswa.
Berdasarkan teknik ini, dalam penelitian ini diperoleh sampel sebanyak dua kelas
dari jumlah kelas yang ada. dari kedua kelas yang dipilih, satu kelas sebagai kelas
eksperimen yaitu kelas VIII-D sebanyak 35 siswa dan satu kelas sebagai kelas
kontrol yaitu kelas VIII-F sebanyak 34 siswa. Dua kelas yang sudah ditetapkan
tersebut kemudian dipilih secara acak untuk menemukan kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara pengundian agar sampel
yang terpilih bisa representative terhadap populasi yang diwakili. Kelas
eksperimen adalah kelas yang mendapatkan perlakuan pembelajaran discovery
dengan pendekatan saintifik. Kelas kontrol adalah kelas yang mendapatkan
perlakuan dengan pembelajaran biasa. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan,
pada akhir bulan maret hingga akhir bulan April.
3.3 Instrumen Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data tes dan non-tes.
3.3.1 Instrumen Tes
Data tes yang akan dikumpulkan berupa hasil tes kemampuan penalaran dan
kemampuan representasi matematis siswa (pretes dan postes). Menurut Webster
(Suherman, 2003), tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Instrument tes
dibuat untuk mengumpulkan data guna mengetahui dan membandingkan
kemampuan kognitif siswa dalam menguasai pelajaran matematika sebelum dan
47
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian, karena dengan
tipe uraian dapat melihat pola pikir siswa dengan jelas.
Untuk memberikan skor terhadap jawaban dari tes, berikut ini adalah skor
rubrik untuk kemampuan matematis yang akan diukur (penalaran dan representasi
matematis) yang diadopsi dari holistic scoring rubrics Hutajulu (2013, hlm. 52).
Tabel 3.1
Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Penalaran Matematis
Skor Kriteria
Dapat menjawab benar semua aspek pertanyaan tentang penalaran dan dijawab dengan benar dan jelas atau lengkap Dapat menjawab hampir semua aspek pertanyaan tentang penalaran dan dijawab dengan benar
Dapat menjawab hanya sebagian aspek pertanyaan tentang penalaran dan dijawab dengan benar
Menjawab tidak sesuai atas aspek pertanyaan tentang penalaran atau menarik kesimpulan salah
Tidak ada jawaban
Tabel 3.2
Pedoman Pemberian Skor Kemampuan representasi Matematis
Skor Mengilustrasikan/ menjelaskan
Menyatakan/
Menggambar Ekspresi Matematis
0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan ketidakpahaman tentang
konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa
WINDIA HADI, 2015
Sumber, Cai, et al (Nasution, 2011)
Sebelum penyusunan tes kemampuan penalaran matematis dan representasi
matematis, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi dan sebelum instrumen digunakan
maka harus dikonsultasikan kepada dosen pembimbing serta diadakan ujicoba
kepada siswa yang telah mempelajari materi yang akan diteliti. Ujicoba instrumen
bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang dibuat layak digunakan atau
tidak. Selain itu, dilakukannya ujicoba instrumen untuk melihat sejauh mana
instrumen yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan. Pertama dilakukan
validitas secara teoritik, yaitu dengan meminta pertimbangan para ahli mengenai
validitas isi dan validitas muka.
Validitas isi suatu tes artinya ketepatan tes kemampuan ditinjau dari segi
materi yang diujikan. Validitas muka disebut juga validitas bentuk soal atau
validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal
sehingga jelas pengertiannya dan tidak menimbulkan penafsiran ganda. Soal
diberikan kepada tiga orang ahli. Selain ketiga orang ahli, soal juga diberikan
kepada tiga orang siswa non subjek untuk diminta pertimbangan mengenai aspek
keterbacaan soal.
Setelah dilakukan validitas secara teoritik kepada tim ahli dan siswa,
instrumen dianalisis secara deskriptif. Hasil pertimbangan ahli secara umum
menunjukkan bahwa terdapat soal yang kurang sesuai dengan indikator
kemampuan, kesalahan dalam pemilihan kata, dan keterangan pada soal kurang
lengkap. Instrumen direvisi berdasarkan pertimbangan para ahli dan siswa.
Instrument direvisi dengan cara item soal yang tidak valid menurut ahli diperbaiki
atau dibuang. Item yang dibuang dan diganti dengan yang baru harus
menyesuaikan dengan indikator dan kisi-kisi yang telah dibuat. Hasil revisi tes
49
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Tes Kemampuan Penalaran Matematis: pada soal nomor satu, soal direvisi
karena masih belum sesuai dengan indikator, soal nomor dua, pertanyaan soal
kurang lengkap sehingga dilengkapi sesuai dengan indikator, soal nomor
empat pertanyaan soal direvisi
b. Tes kemampuan Representasi Matematis: Soal nomor satu, keterangan gambar
dilengkapi agar dapat dipahami oleh siswa. Hasil revisi dapat dilihat pada
Lampiran 7.
Selanjutnya uji istrumen secara empirik yaitu ujicoba instrumen di lapangan
yang merupakan bagian dari proses validitas empirik. Jawaban subjek adalah data
empiris yang kemudian data hasil ujicoba instrumen diolah untuk di uji tingkat
validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran dengan bantuan
Software Microsoft Excel 2010.
a. Analisis Validitas
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur.
Untuk menguji validitas tes uraian, digunakan rumus korelasi Product Moment
(Arifin, 2011, hlm. 254), yaitu:
∑ ∑ ∑
Adapun klasifikasi koefisien validitas menurut Suherman, E. & Kusumah, Y.
(2003, hlm. 147) adalah sebagai berikut :
WINDIA HADI, 2015
Untuk mengetahui signifikansi korelasi rhitung dibandingakan dengan rtabel
dengan mengambil taraf signifikansi . Jika rhitung rtabel maka korelasi
tidak signifikan artinya instrumen tidak valid dan jika rhitung rtabel maka korelasi
signifikan artinya instrumen valid.
Berdasarkan hasil ujicoba pada kelas IX SMP yang berada ditempat penelitian
diperoleh validitas setiap butir soal.Hasil uji validitas butir soal tes kemampuan
penalaran matematis disajikan pada Tabel 3.4. dan hasil uji validitas butir soal tes
kemampuan representasi matematis disajikan pada Tabel 3.5., berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan Software Microsoft Excel 2010:
Tabel 3.4.
Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis Nomor
Soal
Koefisien
korelasi rtabel Keterangan
Interpretasi
Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Representasi Matematis Nomor
Soal
Koefisien
korelasi rtabel Keterangan
Interpretasi
saja yang diukur. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas
bentuk uraian menurut Suherman, E. & Kusumah, Y. (2003, hlm. 194) adalah
rumus Alpha Cronbach. Rumus Alpha Cronbach yaitu:
∑
51
WINDIA HADI, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SERTA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY DENGAN PENDEKATAN SAINTIFI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
: Koefisien reliabilitas
: Banyak butir soal
∑ : Jumlah varians skor setiap soal : Varians skor total
Sedangkan untuk menghitung varians (Suherman, 2003, hlm. 194) adalah:
∑ ∑
Keterangan:
: Varians tiap butir soal
∑ : Jumlah skor tiap item
∑ : Kuadrat jumlah skor tiap item : Jumlah responden
Interpretasi yang lebih rinci mengenai derajat reabilitas alat evaluasi dapat
digunakan tolak ukur menurut J. P. Guilford (dalam Suherman, E. & Kusumah,
Y.,2003, hlm. 177) sebagai berikut:
Tabel 3.6.
Interpretasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Interpretasi
0,80 < 1,00 Sangat tinggi
0,60 < 0,80 Tinggi 0,40 < 0,60 Sedang
0,20 < 0,40 Rendah 0,20 Sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Software Microsoft Excel
2010 diperoleh koefisien reliabilitas tes kemampuan penalaran matematis adalah
0,552 dan koefisien reliabilitas tes kemampuan representasi matematis adalah
0,492. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas tes kemampuan penalaran
matematis dan kemampuan representasi matematis yang digunakan pada
penelitian ini, keduanya memiliki reliabilitas sedang karena berada pada interval
WINDIA HADI, 2015
c. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda dari suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan
butir soal tersebut mampu membedakan hasil antara testi yang mengetahui
jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut
(atau testi menjawab salah) (Arifin, 2011, hlm. 273). Untuk menghitung daya
pembeda tes bentuk uraian yaitu dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
: Daya pembeda
: Rata-rata skor kelompok atas
: Rata-rata skor kelompok bawah
SMI : Skor maksimal ideal
Untuk menggunakan rumus daya pembeda, siswa harus diurutkan terlebih
dahulu menurut ranking skor yang diperolah. Interpretasi untuk daya pembeda
menurut Suherman, E. & Kusumah, Y. (2003, hlm. 202) adalah :
Tabel 3.7.
Interpretasi Koefisien Daya Pembeda
Koefisien Daya Pembeda Interpretasi
Sangat baik
Baik
Cukup
Jelek
Sangat jelek
Hasil uji daya pembeda butir soal tes kemampuan penalaran matematis
disajikan pada Tabel 3.8. dan hasil uji daya pembeda butir soal tes kemampuan
representasi matematis disajikan pada Tabel 3.9., berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan software Microsoft Excel 2010:
Tabel 3.8.
Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis