• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat Hukum Implementasi Masyarakat Ekonomi Asean 2015 terhadap Profesi Advokat di Indonesia dan Peran Serta Advokat dalam Menyukseskan Implementasi Masyarakat Ekonomi Asean 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Akibat Hukum Implementasi Masyarakat Ekonomi Asean 2015 terhadap Profesi Advokat di Indonesia dan Peran Serta Advokat dalam Menyukseskan Implementasi Masyarakat Ekonomi Asean 2015."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN SERTA ADVOKAT DALAM MENYUKSESKAN

IMPLEMENTASI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

ABSTRAK

ADELAIDE SAKTI NING AYU DAENG NERATA 1187045

Salah satu tujuan Masyarakat Ekonomi Asean yaitu meliberalisasikan tenaga kerja, dimana setiap orang bebas mencari pekerjaan di seluruh wilayah ASEAN untuk meningkatkan stabilitas perekonomian antar Negara. Menyikapi kemajuan perekonomian tersebut akhirnya pemimpin Negara anggota ASEAN menyepakati pedoman MEA 2015 oleh sebuah cetak biru 2015. Pelaksanaan cetak biru 2015 di Indonesia, menyebabkan permasalahan hukum atas berlakunya MEA 2015 yang secara substansial tidak ada pembatasan untuk pemasok jasa ASEAN dalam memberikan pelayanan dan membangun perusahaan lintas batas nasional atau disebut dengan Free Flow of Service And Skilled

Labour sehingga dapat memfasilitasi mobilitas tenaga profesional dalam bidang jasa

khususnya advokat di Indonesia dengan menerima pekerja asing atau advokat asing masuk untuk berpraktek di Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan pada penulisan ini adalah yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan konseptual Dengan menggunakan teknik pengumpulan data sekunder studi kepustakaan, bahan hukum primer yaitu peraturan perundang- undangan dan kamus, media social, jurnal maupun buku hukum yang berkaitan dengan akibat hukum dari implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN dan peran serta advokat dalam menyukseskan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh bahwa dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Secara yuridis, tidak terdapat pengaruh besar melainkan banyaknya wacana persiapan ratifikasi undang-Undang saja. Namun, secara non yuridis menuntut advokat untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan menguasai penyelesaian non litigasi menghadapi pekerja asing yang berdatangan dari berbagai negara di wilayah ASEAN dengan memberikan konsultasi hukum terhadap sengketa tenaga kerja asing khususnya ke-8 bidang dalam Mutual Recognition Agreement (MRA) yaitu khususnya bidang akuntasi, jasa praktisi bidang kesehatan dan dokter gigi. Bentuk peran serta advokat Dengan membantu pemerintah dalam menegakan hukum sesuai aturan yang berlaku di Indonesia berdasarkan kode etik sebagai pedoman beracara sebagai penegak hukum. Di samping itu, perlu adanya harmonisasi hukum Undang- Undang advokat dengan cetak biru 2015 agar tidak terjadi multitafsir yang menyebabkan konflik internal serta dapat melakukan kerjasama hukum yang baik dan professional dengan kantor hukum advokat asing

(2)

IN INDONESIA AND THE ROLE OF ADVOCATES IN THE SUCCESS

OF THE ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

ABSTRACT

ADELAIDE SAKTI NING AYU DAENG NERATA 1187045

One of the objective of the Asean Economic Community is to liberalize labor, where everyone is free to seek employment throughout the ASEAN region to boost the economic stability among nations. Addressing the economic progress eventually leaders of ASEAN member countries agreed on AEC 2015 guidelines in a blueprint for 2015. Implementation of the 2015 blueprint in Indonesia causing legal issues whereas in AEC there is no substantial restriction to ASEAN services suppliers in providing services and building cross- national enterprises or so called the Free Flow of Service and Skilled Labour as to facilitate the mobility of professionals in the field of services, especially advocates in Indonesia to accept foreign workers or foreign lawyers to practice in Indonesia.

This research uses normative juridical conceptual approaches. The data obtained were use the secondary data collection, study of literature, the primary legal materials as legislation and dictionaries, social media, journals and books of laws related to the legal consequences of the implementation of the AEC 2015 and the role of the advocate in the success of the ASEAN Economic Community 2015.

Based on the research results showed, the implementation of the ASEAN Economic Community in 2015 as for juridical has no great influence, but but rather abundance of discourse preparation of the ratification statute only. However, advocate demands to improve communication skills and and mastering non settlement of litigation facing the foreign workers that arriving from various countries in the ASEAN region by providing legal consultations on the dispute over foreign workers , particularly in the 8 fields of the Mutual Recognition Agreement (MRA) i.e. the fields of accounting, services of health practitioners and dentists. The advocates participate by assisting the government in enforcing the law according to the rules that apply in Indonesia based on the code of ethics as guidelines for the law enforcement. In addition, the need for harmonization of laws between the advocate act with the 2015blueprint in order to avoid multiple interpretations that lead to internal conflict and able to create legal cooperation and professional with a foreign lawyer Law Office

(3)

BABBI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang selalu berusaha

untuk memajukan negaranya. Dewasa kini Indonesia termasuk di dalam

wilayah negara ASEAN yang mengalami berbagai perubahan, begitu pun

dengan negara-negara lainnya. Perubahan terjadi di bidang politik, ekonomi,

pendidikan, sosio-budaya dan teknologi, di mana perubahan tersebut disebut

dengan globalisasi. Perubahan tersebut ditandai dengan meningkatnya

perekonomian sehingga menuntut adanya persaingan di antara wilayah

negara-negara khususnya negara berkembang yang menyebabkan setiap

negara berkompetisi dalam meningkatkan perekonomiannya, salah satunya di

bidang perdagangan dan jasa. Hal ini berimbas pada kebijakan-kebijakan yang

dibentuk dalam bentuk kerjasama bilateral, multilateral dan regional (yaitu

dengan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN) Sekaligus kebijakan

tersebut bertujuan membentuk suatu komunitas yang berisi negara-negara

anggota negara-negara ASEAN .1

Komunitas tersebut diawali dengan diadakannya Konferensi Tingkat

Tinggi (KTT) ASEAN ke-2 (kedua) pada tanggal 15 Desember 1997 di Kuala

Lumpur. KTT tersebut menghasilkan kesepakatan berupa visi ASEAN 2020

yaitu menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, dan

1

(4)

memiliki daya saing tinggi yang ditandai dengan arus lalu lintas barang, jasa,

investasi yang bebas sehingga dapat mengurangi kemiskinan, dan

meningkatkan pergerakan tenaga kerja yang professional dan jasa lainnya.

Tujuan Masyarakat Ekonomi ASEAN secara universal yaitu

meningkatkan stabilitas perekonomian antar Negara ASEAN dengan

meliberalisasikan arus barang, tenaga kerja, investasi dan modal. Liberalisasi

arus barang artinya dapat terjadi pengurangan dan penghilangan hambatan

tarif. Liberalisasi modal dapat dilakukan dengan meniadakan aturan

administrasi yang menghambat penanaman modal, artinya setiap orang dapat

dengan lebih mudah menanamkan modal di negara ASEAN. Sedangkan,

liberalisasi tenaga kerja yaitu di mana setiap orang bebas mencari pekerjaan

tidak hanya di dalam negeri melainkan di wilayah ASEAN.

Setelah krisis ekonomi yang melanda banyak Negara termasuk

kawasan Asia Tenggara, pada tahun 1998, Kepala Negara dari setiap anggota

ASEAN pada KTT ASEAN ke-9 di Bali, menyepakati pembentukan MEA

atau komunitas ASEAN dalam bidang keamanan politik, Ekonomi dan Sosial

Budaya, dikenal dengan Bali Concord II. Menyikapi kemajuan perekonomian

di Asia Tenggara, para pemimpin Negara anggota ASEAN menyepakati

sebuah cetak biru (Blueprints) tentang dibentuknya ASEAN Economic

Community 2015 (AEC atau untuk selanjutnya disebut MEA) dengan tujuan

untuk meningkatkan perkembangan ekonomi Negara-Negara anggota

(5)

pedoman bagi negara-negara anggota ASEAN dalam mewujudkan MEA 2015

dan memuat 4 (empat) dasar yaitu sebagai berikut:

1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang di dukung dengan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja dan aliran modal yang lebih keras.

2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi dengan peraturan kompetensi, perlindungan konsumen, hak dan kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce. 3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang

merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah dan prakarsa integrasi ASEAN untuk Negara Kamboja, Myanmar, Laos,

dengan sembilan Negara ASEAN lainnya yaitu Brunei Darussalam, Kamboja,

Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.yaitu

dengan menjaga ketahanan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakatnya, dan hal penting yang perlu disiapkan oleh Indonesia adalah

yang terkait jasa-jasa profesi sebagaimana diatur dalam Movement on Natural

Persons (MNP) Agreement yang bertujuan memberikan kemudahan dan

transparansi izin tinggal sementara bagi tenaga profesional di kawasan

ASEAN. Mutual Recognition Agreement (MRA) yang merupakan bentuk

peresmian tenaga kerja profesional dengan bentuk sertifikasi MNP. Dalam

MRA telah disepakati arus bebas tenaga kerja terhadap 8 profesi, seperti

2 Departemen Perdagangan Republik Indonesia, “Menuju ASEAN Economic Community 2015

(http://ditjenkpi.depdag.go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/Buku Menuju ASEAN ECONOMIC

(6)

insinyur, kedokteran dan arsitek. Namun seiring dengan berjalannya waktu

dan banyaknya pelaku bisnis yang berbisnis di kawasan ASEAN sehingga

meningkatnya kriminalitas dalam berbisnis maupun berinvestasi,

menyebabkan pprofesi advokat menjadi penting untuk dipertimbangkan

masuk kedalam daftar Mutual Recognition Agreement (MRA) karena

Advokat merupakan profesi yang akan dipengaruhi bahkan mempengaruhi

MEA oleh karena profesi ini berkaitan erat dengan jasa hukum guna

menyukseskan MEA..3

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003

tentang Advokat yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Advokat

ditegaskan bahwa Advokat adalah orang yang berprofesi memberikan jasa

hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan

sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Advokat. Menurut English

Language Dictionary, Advokat adalah: “An advocate is a lawyer who speaks

in favour of someone or defends them in a court of law”, (bahwa advokat

adalah seorang pengacara yang berbicara atas nama seseorang atau membela

mereka di pengadilan). Sehingga dapat disimpulkan bahwa advokat adalah

orang yang memberikan jasa hukum berupa konsultasi hukum, bantuan

hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan

melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan klien.

Tujuan diaturnya profesi Advokat adalah untuk menyetarakan status

profesi Advokat dengan profesi hukum lain (terdiri dari polisi, jaksa, hakim),

serta untuk menyediakan struktur profesi hukum yang jelas agar dapat

3

(7)

memperkuat akuntabililas publik dari penyelenggaraan peradilan

(administration of justice).4 Namun atas implementasi Masyarakat Ekonomi

ASEAN berdampak terhadap profesi advokat baik secara internal maupun

eksternal, sehingga akan menimbulkan akibat hukum dan peran serta

advokat-advokat Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sesuai

dengan penjelasan yang telah penulis kemukakan di atas, dalam menulis

skripsi ini, akan membahas mengenai permasalahan dengan judul skripsi:

“AKIBAT HUKUM IMPLEMENTASI MASYARAKAT EKONOMI

ASEAN 2015 TERHADAP PROFESI ADVOKAT DI INDONESIA DAN

PERAN SERTA ADVOKAT DALAM MENYUKSESKAN

IMPLEMENTASI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015”

B. Identifikasi Masalah

Adapun permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Akibat Hukum dari Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN

2015 terhadap Profesi Advokat

2. Bagaimana peran serta advokat dalam menyukseskan Masyarakat Ekonomi

ASEAN 2015?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut :

(8)

1. 1. Untuk mengkaji dan memahami pengaruh Masyarakat Ekonomi

ASEAN 2015 terhadap profesi advokat.

2. Untuk mengkaji peran serta advokat dalam menyukseskan

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis

maupun secara praktik, yaitu sebagai berikut:

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

pengetahuan terhadap perkembangan ilmu hukum khususnya Hukum

Internasional khususnya bidang advokat atas masuknya MEA 2015 di

Universitas Kristen Maranatha, dan penelitian ini diharapkan dapat

berguna bagi mahasiswa dan akademisi untuk menjadi salah satu referensi

yang dapat digunakan sebagai salah satu acuan terhadap

penelitian-penelitian sejenis untuk dikembangkan pada tahap selanjutnya. Adapun

kegunaan yang diharapkan dari rencana penulisan ini, yaitu kegunaan

teoritis. Kegunaan teoritis yaitu manfaat penulisan hukum yang berkenaan

dengan pengembangan ilmu hukum. Kegunaan teoritis dari penulisan ini

sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan

ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum terutama mengenai akibat

(9)

profesi advokat di Indonesia dan peran serta advokat dalam

menyukseskan implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan

literatur dalam dunia kepustakaan tentang jasa advokat dikaitkan

dengan berlakunya MEA 2015 sehingga hasil penelitian ini dapat

dipakai sebagai salah satu acuan terhadap penelitian-penelitian

sejenis untuk dikembangkan pada tahap selanjutnya.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak

yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat ekonomi ASEAN terhadap

jasa advokat dalam implementasi masyarakat ekonomi ASEAN 2015.

E. Kerangka Pemikiran

Globalisasi ekonomi menimbulkan pengaruh yang besar pada

sistem hukum suatu negara, karena globalisasi menyebabkan berbagai

perubahan di suatu negara. Globalisasi, khususnya dalam bidang hukum5

tidak hanya didasarkan kesepakatan internasional antar bangsa, melainkan

mengenai pemahaman tradisi hukum dan budaya antar barat dan timur.

Perubahan tatanan dunia saat ini ditandai oleh perkembangan teknologi

yang memungkinkan komunikasi dan informasi antara masyarakat

internasional menjadi sangat mudah, khususnya dengan dibentuknya

integrasi ekonomi ASEAN yaitu MEA 2015 sehingga merupakan salah

satu bentuk perkembangan efek hubungan globalisasi antar negara

ASEAN.

5 Triharso, Ajar, “Buku Modul Kuliah Kewarganegaraan, Surabaya: Universitas Airlangga, 2013,

(10)

Hukum Internasional pada saat ini bercirikan hukum yang

harmonis atau transnasional. Harmonisasi hukum diartikan bahwa hukum

internasional dipengaruhi hukum nasional dan hukum nasional juga

dipengaruhi oleh hukum internasional. Dalam proses harmonisasi hukum,

yaitu hukum internasional mempengaruhi hukum nasional, negara secara

nasional diwajibkan untuk membuat aturan-aturan Nasional yang dapat

merealisasikan tujuan bersama yaitu mencapai kesejahteraan masyarakat

ekonomi ASEAN dan memajukan perekonomian negara Indonesia.

Harmonisasi hukum berawal dari paradigma Pancasila secara

bersama-sama dengan konsep negara hukum dan prinsip pemerintahan

konstitusional dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang pada akhirnya

memperhatikan rasa keadilan masyarakat dan mengakomodasikan aspirasi

yang berkembang di dalam masyarakat. Harmonisasi hukum merupakan

tantangan dan harapan bagi masyarakat ASEAN. 6

Di-tandatanganinya piagam ASEAN menegaskan bahwa ASEAN

sebagai legal personality, berharap dapat mengembangkan hukum

internasional regional yang tumbuh dan memiliki originalitas sehingga

menjadi hukum ASEAN (ASEAN Law). Jika hanya mengandalkan hukum

nasional setiap negara ASEAN yang memiliki perbedaan sistem hukum,

maka diperlukan proses harmonisasi berbagai sistem hukum yang

berjangka panjang untuk ditaati. Sehingga diperlukan alternatif lainnya

dengan mendorong pembentukan hukum internasional regional terutama

6 Hamid dan Maria, “ilmu perundang-undangan”, jenis fungsi dan materi muatan. Yogyakarta:

(11)

melalui perjanjian internasional regional dalam bentuk seperti Agreement/

Treaty /Arrangement.78

Proses tersebut tetap memerlukan kerjasama regional yang kuat

dan dipahami diantara negara-negara ASEAN. Sebagai negara yang

berdaulat, sistem hukum di Indonesia harus memiliki proteksi-proteksi

dari dampak negatif globalisasi. Sistem hukum ekonomi Indonesia harus

berpihak kepada ekonomi rakyat sebagaimana yang ditegaskan dalam

konstitusi yakni Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dan bukan

mengabdi kepada sistem ekonomi kapitalis yang mengkultuskan pasar

bebas.

Hukum yang dihasilkan oleh harmonisasi bertujuan agar

bermanfaat bagi negara-negara yang telah menyetujui berlakunya

Masyarakat Ekonomi ASEAN. Menurut Gustav Radbruch, seorang filosof

hukum Jerman menyatakan terdapat tiga tujuan hukum yaitu kepastian,

keadilan dan kemanfaatan. Hukum merupakan bagian atau unsur penting

dalam mengatur dan menciptakan ketertiban dalam masyarakat dalam

mencapai suatu tujuan. Tujuan hokum harus diketahui dengan jelas objek

kajiannya, sebagaimana menurut Gustav Radbruch ketiga nilai dasar yang

dikemukakan memiliki orientasi bahwa untuk menciptakan harmonisasi

hukum salah satunya di Indonesia, karena salah satu tujuan hukum yaitu

mengayomi masyarakat secara aktif maupun pasif. Mengayomi

7 Andreas Pramudianto. “Peran Asean Dalam Mengembangkan Hukum Lingkungan Internasional Regional”. Disampaikan dalam Seminar Nasional Kesiapan Indonesia: Harmonisasi

negara-negara ASEAN menuju Komunitas ASEAN 2015 yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum

Universitas Muhamadiyah Surakarta, 28 Januari 2015. Di kutip online tanggal 28 juni 2016 pukul 19.00 WIB

8

(12)

masyarakat secara aktif agar upaya untuk menciptakan suatu kondisi

kemasyarakatan yang manusiawi berlangsung secara wajar dan sesuai

aturan yang berlaku,serta mengayomi masyarakat secara pasif, dengan

mengupayakan segala bentuk pencegahan atas upaya penyalahgunaan hak

secara tidak adil. Hal ini pun bertujuan mewujudkan ketertiban dan

keteraturan serta mewujudkan kedamaian serta keadilan bagi seluruh

masyarakat dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.9

Nilai dasar pertama menurut Gustav Radbruch yaitu keadilan,

Gustav Radbruch menyatakan bahwa “Recht ist wille zur gerechtigkeit

yang artinya hukum adalah kehendak demi untuk keadilan. Hukum adalah

alat untuk menegakkan keadilan dan menciptakan kesejahteraan sosial,

tanpa keadilan sebagai tujuan ultimumnya, hukum tidak dapat berjalan

dengan baik atau menjadi alat pembenar atas tindak sewenang-wenang

pihak yang tidak bertanggung jawab, oleh karena itu fungsi utama hukum

yaitu menegakkan keadilan. Idealnya hukum harus mengakomodasikan

keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan hukum. Menurut Gustav

Radbruch, keadilan harus mempunyai posisi yang paling utama dari pada

kepastian hukum dan kemanfaatan.

Kepastian hukum adalah kepastian Undang-Undang atau

peraturan, cara atau metode dan lain sebagainya harus berdasarkan

Undang-Undang atau peraturan. Di dalam kepastian hukum terdapat

hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Hukum tertulis, ditulis oleh

lembaga yang berwenang, mempunyai sanksi yang tegas, sah dengan

sendirinya ditandai dengan diumumkannya di Lembaga Negara.

9

(13)

Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara

normatif, bukan sosiologis.

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan

dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan

logis. Sedangkan yang ketiga yaitu kemanfaatan dijelaskan bahwa

bekerjanya hukum di masyarakat efektif atau tidak. Dalam nilai

kemanfaatan, hukum berfungsi sebagai alat untuk memotret fenomena

masyarakat atau realita sosial. Dapat memberi manfaat atau kegunaan

(utility) bagi masyarakat. Penganut aliran utilitas menganggap bahwa

tujuan hukum semata-mata untuk memberikan kemanfaatan atau

kebahagiaan yang sebesar-besarnya terhadap masyarakat.10

Walaupun terdapat perbedaan kedaulatan antar negara Indonesia

dengan negara lain, kedaulatan atau disebut dengan “sovereignity

merupakan salah satu syarat agar suatu negara dapat berdiri. Syarat

berdirinya Negara Indonesia yaitu dengan adanya pemerintahan yang

berdaulat, sehingga pemerintah dalam suatu Negara harus memiliki

kewibawaan (Authority) yang tertinggi (Supreme) dan tak terbatas

(Unlimited). Dengan demikian Negara Indonesia harus tetap memiliki

kekuasaan penuh dalam suatu aturan yang dibuat untuk mengatur seluruh

bagian di Indonesia tanpa ada perubahan yang disebabkan negara lain.

Peran advokat Indonesia khususnya organisasi advokat Indonesia

khususnya PERADI dalam turut serta atas implementasi masyarakat

ekonomI ASEAN 2015 yaitu dengan bersama-sama membuka peluang

terhadap advokat asing yang hendak berpraktik di Indonesia.

10

(14)

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode yuridis

normatif yakni penelitian untuk mengetahui bagaimana hukum positif

mengenai suatu hal, peristiwa atau masalah tertentu.11 Berkaitan dengan metode tersebut, dilakukan pengajian secara logis terhadap prinsip dan

ketentuan hukum yang berkaitan dengan penerapan profesi advokat di

Indonesiaatas Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Penyusunan

skripsi ini menggunakan sifat, pendekatan, jenis data, teknik pengumpulan

data dan analisis sebagai berikut:

1. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu

analisis yang menggambarkan peristiwa yang sedang diteliti dan kemudian

melakukan analisa berdasarkan fakta-fakta berupa data sekunder dan

bahan hukum tersier. Penulisan ini menggambarkan bagaimana akibat

hukum atas implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 terhadap

profesi advokat dan peran serta advokat dalam menyukseskannya,

kemudian dianalisis permasalahan hukumnya dan kesiapannya

2. Pendekatan Penelitian

Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan

perundang-undangan (statue approach)12 dan pendekatan konseptual

11 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta:Intermasa, 2008, hlm 1

12 Jhony Ibrahim, Pendekatan Ekonomi Terhadap Hukum, Surabaya: Putra Media Nusantara dan

(15)

(conceptual approach)13 dengan tujuan mendekatkan kepada gambaran

masalah serta mempermudah dalam menganalisis penyelesaian masalah

menjadi komprehensif dan akurat. Pendekatan Undang-Undang berkenan

dengan peraturan hukum yang mengatur mengenai advokat di Indonesia.

Pendekatan konseptual digunakan berkenaan dengan konsep-konsep

yuridis yang berkaitan dengan prinsip keadilan yang harus diperhatikan

oleh Advokat.

3. Bahan Hukum

a. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang

bersumber dari Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945 Hasil Amandemen Keempat, Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2003 tentang Advokat.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, pendapat para

sarjana, jurnal-jurnal hukum yang terkait dengan pembahasan

mengenai perlindungan konsumen.

c. Bahan tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder

seperti kamus hukum.

4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Data sekunder diperoleh dengan cara sebagai berikut:

13

(16)

1) Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari konsepsi-konsepsi,

teori-teori, pendapatan-pendapatan yang berkenaan dengan

permasalahan yang diteliti. Berkenanan dengan metode

normatif atau yuridis yang digunakan dalam skripsi ini maka

penulis melakukan penelitian dengan memakai studi

kepustakaan yang merupakan data sekunder yang berasal dari

literatur, dengan bahan-bahan hukum sebagai berikut:

2) Data sekunder bahan hukum primer, yaitu bahan yang sifatnya

mengikat masalah-masalah yang akan diteliti, berupa peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan penerapan dan

kesiapan jasa advokat di Indonesia ditinjau berdasarkan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

3) Data sekunder bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yang

terutama adalah buku teks, karena buku teks berisi mengenai

prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan

klasik para sarjana yang mempunyai klasifikasi tinggi. Penulis

akan menggunakan bahan hukum sekunder berupa buku-buku

hukum, literatur tentang hukum, artikel, serta hasil-hasil

penelitian berupa skripsi dibidang hukum, jurnal hukum, serta

kalangan lainnya yang memiliki keterkaitan dengan

permasalahan yang akan diteliti, khususnya mengenai

(17)

berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang

Advokat.

4) Data sekunder bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang

memberikan informasi mengenai bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder, misalnya kamus bahasa, kamus hukum,

majalah, serta media sosial.

b. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yaitu pengolahan, analisis dan

kontruksi data yang diperoleh dari studi literatur atau dokumen.

Teknik analisis terhadap data yang ada menggunakan pendekatan

kualitatif, yaitu dengan melakukan penemuan konsep-konsep yang

terkandung di dalam bahan-bahan hukum dengan cara memberikan

interpretasi terhadap bahan-bahan hukum tersebut,

mengelompokkan konsep-konsep atau peraturan-peraturan yang

berkaitan, menemukan hubungan diantara berbagai kategori atau

peraturan, serta menjelaskan dan menguraikan hubungan diantara

berbagai kategori atau peraturan perundang-undangan, kemudian

dianalisis secara deskriptif kualitatif, sehingga memberikan hasil

yang diharapkan dan kesimpulan atas permasalahan.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, secara

garis besar metode penelitian dalam karya ilmiah ini menggunakan

kombinasi di antara metode pendekatan perundang-undangan dan

(18)

studi kepustakaan, dan teknik analisis data yang digunakan adalah

teknik analisis data kualitatif.

5. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, adapun sistematika penulisannya adalah

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab I akan membahas mengenai Latar Belakang, Identifikasi Masalah,

Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode

Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II EKSISTENSI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DI

WILAYAH ASEAN

Dalam bab ini berisi uraian mengenai dasar hukum pemberlakuan dan

perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN, responsibilitas hukum nasional

konsekuensi hukum, perubahan pasal 11 Undang-Undang 1945 atas

pengaturan perjanjian internasional dalam system hukum Indonesia,

konsekuensi hukum Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan sebelum berlaku

Masyarakat Ekonomi ASEAN dan free flow of service and skilled labour.

BAB III PROFESI ADVOKAT DAN PERKEMBANGANNYA

Dalam Bab ini berisi uraian mengenai sejarah advokat secara

internasional, umum, pembidangan advokat dan perkembangan advokat

pada masa kini dan lampau.

BAB IV AKIBAT HUKUM IMPLEMENTASI MASYARAKAT

(19)

INDONESIA DAN PERAN SERTA ADVOKAT DALAM

MENYUKSESKAN IMPLEMENTASI MASYARAKAT EKONOMI

ASEAN 2015

Dalam bab ini akan menjawab pertanyaan dari identifikasi masalah yang

ada di dalam penelitian hukum ini mengenai akibat hukum atas

implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 terhadap profesi

advokat dan peran serta advokat dalam menyukseskannya, kemudian

dianalisis permasalahan hukumnya dan kesiapannya.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan

keseluruhan materi atau pembahasan serta saran-saran yang bisa penulis

rumuskan sebagai masukan bagi para pembuat kebijakan dan juga bagi

setiap pihak yang hendak melaksanakan kegiatan yang berhubungan

dengan jasa advokat dikaitkan dengan prinsip dalam kerangka Masyarakat

(20)
(21)

BABBV

PENUVUP

A.BKesimpulan

1. Bahwa secara yuridis, terhadap advokat Indonesia atas implementasi

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 tidak terdapat pengaruh besar melainkan

banyaknya wacana persiapan ratifikasi Undang-Undang saja. Namun secara

non yuridis atas implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, menuntut

advokat Indonesia untuk mengembangkan potensi kemampuan dalam

menegakan hukum karena akan menghadapi pekerja asing yang berdatangan

dari berbagai negara di dunia khususnya wilayah ASEAN, sehingga advokat

Indonesia harus meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan tenaga

kerja asing selain itu menguasai proses penyelesaian baik secara litigasi

maupun non litigasi karena permasalahan yang dihadapi jauh lebih rumit

ketimbang sebelum pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Hal

ini merupakan sebuah konsekuensi logis dari pemberlakuan sebuah kerjasama

regional.

2. Peran advokat dalam menyukseskan implementasi MEA 2015 yaitu dengan

membantu pemerintah dalam menegakan hukum sesuai aturan yang berlaku di

Indonesia berdasarkan kode etik sebagai pedoman beracara sebagai penegak

hukum. Dengan di tunjuk sebagai kuasa hukum atas suatu sengketa yang

dimiliki tenaga kerja asing maka advokat tersebut dapat dikatakan sukses,

(22)

memberikan konsultasi hukum terhadap sengketa tenaga kerja asing

khususnya ke-8 bidang dalam Mutual Recognition Agreement (MRA) yaitu

khususnya Framework on Accountancy Services, MRA on Medical

Practitioner and MRA on Dental Practitioners. MRA Framework on

Accountancy Services. Hal ini merupakan salah satu pilar visi ASEAN 2020

yang ditargetkan sukses sejak tahun 2015 untuk mewujudkan MEA, dan

secara umum dengan melakukan liberalisasi perdagangan barang, jasa,

investasi, dan tenaga kerja.

B.B Saran

1. Peningkatan kompetensi dari profesi advokat dengan merancang sistem

seleksi calon advokat baru dengan standarisasi yag tinggi sehingga dapat

bersaing tidak saja di tingkat lokal tetapi di tingkat internasional. Hal ini juga

terkait dengan semakin diperlukan pelatihan atau seminar baik yang

diselenggarakan oleh Organisasi advokat maupun oleh lembaga Perguruan

Tinggi Hukum dan melakukan kerjasama dengan kantor hukum advokat asing.

Selain itu para advokat juga harus meningkatkan kemampuan dan

pengetahuannya secara global mengingat tantangan yang semakin besar.

2. Dalam menyukseskan imlementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

diperlukan harmonisasi hukum atau Judicial Review UU Nomor 18 Tahun

2003 tentang Advokat dengan Blueprints 2015 yang berdampak terhadap

advokat oleh Dewan Perwakilan Rakyat maupun KEMENHUMHAM karena

Undang-Undang tersebut banyak menimbulkan multitafsir sehingga menjadi

(23)
(24)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adnan Buyung Nasution,1995, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di endonesia:

Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1959. Jakarta Pustaka Utama

Grafiti: 1995.

Adolf, Huala, Aspek-aspek Negara dalam Hukum enternasional, Edisi Revisi, Jakarta : P.T Raja Grafindo Persada, 2002.

Andreas, Pramudianto, Peran Asean Dalam Mengembangkan Hukum Lingkungan

enternasional Regional, Surakarta: Prosiding Seminar Nasional Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah, 2015.

Anthony Csabafi, The Concept of State Jurisdiction in enternational Space Law, The Hague, 1971.

Ari, Yusuf, Amir, Strategi Bisnis Jasa Advokat, Yogyakarta: cet ke-3 Navila Idea, 2010.

Arifin Syamsul (et.al) Masyarakat Ekonomi Asean 2015, Jakarta, Bank Indonesia, Alex Media Komputindo, 2008.

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). 2015. ASEAN Economic Community

Blueprints. Jakarta: ASEAN Secretariat, 2008.

Bambang, Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.

Boer Mauna, Hukum enternasional Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era

Dinamika Global, Bandung: Alumni, 2005.

Budiyanto, Sistem Hukum dan Peradilan, Jakarta: Erlangga, 2007.

C.P.F Luhulima, Dinamika Asia Tenggara menuju 2015, Jakarta: Pustaka Pelajar (P2P) LIPI, 2010.

Direktorat Jendral Kerja Sama ASEAN, Blue Prints of ASEAN Economy Community,

Kementrian Luar Negeri RI, 2011.

F. Sugeng Istanto, Studi Kasus Hukum enternasional, Penerbit PT Tatannusa, Jakarta, 1998.

Ghalib, Rusli, Ekonomi Regional, Bandung: Pustaka Ramadhan, 2005. H. Bachtiar Hamzah, Hukum enternasional ee, Medan : USU Press, 1997. Ishaq, Pendidikan Keadvokatan, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

J. Laski, Harold, The state in Theory and Prectice, New York: The Viking Press, 1947. Jawahir ( et al), Hukum enternasional Kontemporer, Bandung: Refika Aditama,

2006.

Jimly Asshiddiqie. Gagasan Kedaulatan Lingkungan: Demokrasi Versus Ekorasi

Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing 2005.

Kusnardi (et.al.), Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata

(25)

MacIver, M. Robert, The Modern State, London: Oxford University Press, 1955

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar elmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka utama, 1997 Munir, Fuady, Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum bagi Hakim,Jaksa, Advokat, Notaris,

Kurator, dan Pengurus), Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2005.

Peter, Mahmud, Marzuki, Penelitian Hukum: Edisi Revisi, Jakarta: Kencara Prenada Media Group, 2010.

Prodjodikoro Wirjono, Azas-azas Hukum Tata Negara di endonesia, Jakarta: Dian Rakyat, 1983.

Rampau Rampe, Teknik Praktek Advokat, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001

Ronny, Hanitij, Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimentri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Santa Marelda Sargih. 2011. Responsibility To Protect Suatu Tanggung Jawab dalam

Kedaulatan Negara. Vol 2. Pustakahpi. Kemlu

Soerjono, Soekanto, dan Sri, Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta: Rajawali, 1985.

Soerjono, Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2006. Soltau Roger F, An entroduction to Politics, London : Longmans, 1961.

Sumaryo Suryokusumo. 2012. Studi Kasus Hukum Organisasi enternasional. PT Alumni: Bandung

Catatan Pribadi penulis Hasil Pelatihan Hukum “Aspek Penyelesaian Sengketa Bisnis

endustrial dalam berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015”, Bandung,

2016,

Jurnal Seminar Nasional AAI, Mempersiapkan Sistem Hukum Yang berorientasi pada nilai-nilai Pancasila di dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN

Asean.org. An entroduction to the ASEAN Economic Community (MEA) 2015, Thinking

Globally, Prospering Regionally, 2015,

(http://www.asean.org/images/2015/October/outreachdocument/Introduction %20to%20MEA-2.pdf) 1 November 2015.

Asean.Org. Building the ASEAN Community. An entroduction to the ASEAN Economic

Community (MEA) 2015 Thinking Globally, Prospering Regionally.

(http://www.asean.org/images/2015/October/outreachdocument/Introduction

(26)

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). 2015. ASEAN Economic Community

Blueprints. Jakarta: ASEAN Secretariat, 2008

Bob Widyahartono, Dari AFTA Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN

(http://www2.kompas.com/kompas cetak/0711/23/opini/4017526.htm) 7 November 2015

Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Menuju ASEAN Economic Community

2015, 2009(ditjenkpi.depdag.go.id), 5 juli 2015.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Menuju ASEAN Economic

Community 2015, hlm.4,

(http://ditjenkpi.depdag.go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/BukuMenuju ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015.pdf) , 27Juli 2012.

Jamirun, Notulen Seminar Nasional Asosiasi Advokat Indonesia “Mempersiapkan Advokat Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi Asean Di Tahun 2015( http://www.aai.or.id ) 20 Januari 2016

Joseph Zarri, Aristotle’s Definition of Citizen, State, Constitution, & Government. Phylosophy 107, 2012 (http://www.scholardarity.com/?page_id=2564#_ftn1 ) 5 November 2015

Mohamad Faisol Keling. 2011. The Development of ASEAN from Historical Approach.

Vol 7 no 7. Asian Social Science. Universiti Utara Malaysia.

(http://ccsenet.org/journal/index.php/ass/article/viewFile/6426/7999) 29

Oktober 2015.

Staffing Industry Analysis. ASEAN – Free flow of skilled labour in MEA gets positive

response, 2015 (

http://www.staffingindustry.com/row/Research- Publications/Daily-News/ASEAN-Free-flow-of-skilled-labour-in-MEA-gets-positive-response-35063), 9 November 2015

Article VI Paragraph 2 Constitution of The United States of America menyatakan:“This Constitution, and the Laws of the United States which shall be made in Pursuance thereof; and all Treaties made, or which shall be made, under the Authority of the United States, shall be the supreme Law of the Land; and the Judges in every state shall be bound thereby, anything in the Constitution or

Laws of any State to the Contrary not with

Referensi

Dokumen terkait

Metode penulisan yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif, dengan menggunakan data berupa hukum primer yaitu

Metode penelitian yang digunakan di dalam penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif yang diharapkan dapat memperoleh gambaran

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan teologis normatif dan yuridis. Metode pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif, yaitu metode pendekatan dengan menggunakan sumber data sekunder. 14

Penulis menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dalam penulisan hukum ini dimana penelitian ini mengutamakan dasar-dasar hukumnya. Dan dalam hal ini akan meneliti

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan perundang- undangan (statue approach), pendekatan kasus (case approach) dan pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode Yuridis Normatif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini diharapakan nantinya akan bersifat deskriptif analitis. Sehingga melalui

Mengingat pendekatan yang digunakan adalah yuridis normatif maka teknik dalam “melakukan pengumpulan data mengunakan kepustakaan dengan menitikberatkan pada data sekunder