PERAN SERTA ADVOKAT DALAM MENYUKSESKAN
IMPLEMENTASI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
ABSTRAK
ADELAIDE SAKTI NING AYU DAENG NERATA 1187045
Salah satu tujuan Masyarakat Ekonomi Asean yaitu meliberalisasikan tenaga kerja, dimana setiap orang bebas mencari pekerjaan di seluruh wilayah ASEAN untuk meningkatkan stabilitas perekonomian antar Negara. Menyikapi kemajuan perekonomian tersebut akhirnya pemimpin Negara anggota ASEAN menyepakati pedoman MEA 2015 oleh sebuah cetak biru 2015. Pelaksanaan cetak biru 2015 di Indonesia, menyebabkan permasalahan hukum atas berlakunya MEA 2015 yang secara substansial tidak ada pembatasan untuk pemasok jasa ASEAN dalam memberikan pelayanan dan membangun perusahaan lintas batas nasional atau disebut dengan Free Flow of Service And Skilled
Labour sehingga dapat memfasilitasi mobilitas tenaga profesional dalam bidang jasa
khususnya advokat di Indonesia dengan menerima pekerja asing atau advokat asing masuk untuk berpraktek di Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan pada penulisan ini adalah yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan konseptual Dengan menggunakan teknik pengumpulan data sekunder studi kepustakaan, bahan hukum primer yaitu peraturan perundang- undangan dan kamus, media social, jurnal maupun buku hukum yang berkaitan dengan akibat hukum dari implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN dan peran serta advokat dalam menyukseskan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh bahwa dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Secara yuridis, tidak terdapat pengaruh besar melainkan banyaknya wacana persiapan ratifikasi undang-Undang saja. Namun, secara non yuridis menuntut advokat untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan menguasai penyelesaian non litigasi menghadapi pekerja asing yang berdatangan dari berbagai negara di wilayah ASEAN dengan memberikan konsultasi hukum terhadap sengketa tenaga kerja asing khususnya ke-8 bidang dalam Mutual Recognition Agreement (MRA) yaitu khususnya bidang akuntasi, jasa praktisi bidang kesehatan dan dokter gigi. Bentuk peran serta advokat Dengan membantu pemerintah dalam menegakan hukum sesuai aturan yang berlaku di Indonesia berdasarkan kode etik sebagai pedoman beracara sebagai penegak hukum. Di samping itu, perlu adanya harmonisasi hukum Undang- Undang advokat dengan cetak biru 2015 agar tidak terjadi multitafsir yang menyebabkan konflik internal serta dapat melakukan kerjasama hukum yang baik dan professional dengan kantor hukum advokat asing
IN INDONESIA AND THE ROLE OF ADVOCATES IN THE SUCCESS
OF THE ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
ABSTRACT
ADELAIDE SAKTI NING AYU DAENG NERATA 1187045
One of the objective of the Asean Economic Community is to liberalize labor, where everyone is free to seek employment throughout the ASEAN region to boost the economic stability among nations. Addressing the economic progress eventually leaders of ASEAN member countries agreed on AEC 2015 guidelines in a blueprint for 2015. Implementation of the 2015 blueprint in Indonesia causing legal issues whereas in AEC there is no substantial restriction to ASEAN services suppliers in providing services and building cross- national enterprises or so called the Free Flow of Service and Skilled Labour as to facilitate the mobility of professionals in the field of services, especially advocates in Indonesia to accept foreign workers or foreign lawyers to practice in Indonesia.
This research uses normative juridical conceptual approaches. The data obtained were use the secondary data collection, study of literature, the primary legal materials as legislation and dictionaries, social media, journals and books of laws related to the legal consequences of the implementation of the AEC 2015 and the role of the advocate in the success of the ASEAN Economic Community 2015.
Based on the research results showed, the implementation of the ASEAN Economic Community in 2015 as for juridical has no great influence, but but rather abundance of discourse preparation of the ratification statute only. However, advocate demands to improve communication skills and and mastering non settlement of litigation facing the foreign workers that arriving from various countries in the ASEAN region by providing legal consultations on the dispute over foreign workers , particularly in the 8 fields of the Mutual Recognition Agreement (MRA) i.e. the fields of accounting, services of health practitioners and dentists. The advocates participate by assisting the government in enforcing the law according to the rules that apply in Indonesia based on the code of ethics as guidelines for the law enforcement. In addition, the need for harmonization of laws between the advocate act with the 2015blueprint in order to avoid multiple interpretations that lead to internal conflict and able to create legal cooperation and professional with a foreign lawyer Law Office
BABBI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang selalu berusaha
untuk memajukan negaranya. Dewasa kini Indonesia termasuk di dalam
wilayah negara ASEAN yang mengalami berbagai perubahan, begitu pun
dengan negara-negara lainnya. Perubahan terjadi di bidang politik, ekonomi,
pendidikan, sosio-budaya dan teknologi, di mana perubahan tersebut disebut
dengan globalisasi. Perubahan tersebut ditandai dengan meningkatnya
perekonomian sehingga menuntut adanya persaingan di antara wilayah
negara-negara khususnya negara berkembang yang menyebabkan setiap
negara berkompetisi dalam meningkatkan perekonomiannya, salah satunya di
bidang perdagangan dan jasa. Hal ini berimbas pada kebijakan-kebijakan yang
dibentuk dalam bentuk kerjasama bilateral, multilateral dan regional (yaitu
dengan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN) Sekaligus kebijakan
tersebut bertujuan membentuk suatu komunitas yang berisi negara-negara
anggota negara-negara ASEAN .1
Komunitas tersebut diawali dengan diadakannya Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) ASEAN ke-2 (kedua) pada tanggal 15 Desember 1997 di Kuala
Lumpur. KTT tersebut menghasilkan kesepakatan berupa visi ASEAN 2020
yaitu menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, dan
1
memiliki daya saing tinggi yang ditandai dengan arus lalu lintas barang, jasa,
investasi yang bebas sehingga dapat mengurangi kemiskinan, dan
meningkatkan pergerakan tenaga kerja yang professional dan jasa lainnya.
Tujuan Masyarakat Ekonomi ASEAN secara universal yaitu
meningkatkan stabilitas perekonomian antar Negara ASEAN dengan
meliberalisasikan arus barang, tenaga kerja, investasi dan modal. Liberalisasi
arus barang artinya dapat terjadi pengurangan dan penghilangan hambatan
tarif. Liberalisasi modal dapat dilakukan dengan meniadakan aturan
administrasi yang menghambat penanaman modal, artinya setiap orang dapat
dengan lebih mudah menanamkan modal di negara ASEAN. Sedangkan,
liberalisasi tenaga kerja yaitu di mana setiap orang bebas mencari pekerjaan
tidak hanya di dalam negeri melainkan di wilayah ASEAN.
Setelah krisis ekonomi yang melanda banyak Negara termasuk
kawasan Asia Tenggara, pada tahun 1998, Kepala Negara dari setiap anggota
ASEAN pada KTT ASEAN ke-9 di Bali, menyepakati pembentukan MEA
atau komunitas ASEAN dalam bidang keamanan politik, Ekonomi dan Sosial
Budaya, dikenal dengan Bali Concord II. Menyikapi kemajuan perekonomian
di Asia Tenggara, para pemimpin Negara anggota ASEAN menyepakati
sebuah cetak biru (Blueprints) tentang dibentuknya ASEAN Economic
Community 2015 (AEC atau untuk selanjutnya disebut MEA) dengan tujuan
untuk meningkatkan perkembangan ekonomi Negara-Negara anggota
pedoman bagi negara-negara anggota ASEAN dalam mewujudkan MEA 2015
dan memuat 4 (empat) dasar yaitu sebagai berikut:
1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang di dukung dengan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja dan aliran modal yang lebih keras.
2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi dengan peraturan kompetensi, perlindungan konsumen, hak dan kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce. 3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang
merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah dan prakarsa integrasi ASEAN untuk Negara Kamboja, Myanmar, Laos,
dengan sembilan Negara ASEAN lainnya yaitu Brunei Darussalam, Kamboja,
Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.yaitu
dengan menjaga ketahanan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya, dan hal penting yang perlu disiapkan oleh Indonesia adalah
yang terkait jasa-jasa profesi sebagaimana diatur dalam Movement on Natural
Persons (MNP) Agreement yang bertujuan memberikan kemudahan dan
transparansi izin tinggal sementara bagi tenaga profesional di kawasan
ASEAN. Mutual Recognition Agreement (MRA) yang merupakan bentuk
peresmian tenaga kerja profesional dengan bentuk sertifikasi MNP. Dalam
MRA telah disepakati arus bebas tenaga kerja terhadap 8 profesi, seperti
2 Departemen Perdagangan Republik Indonesia, “Menuju ASEAN Economic Community 2015”
(http://ditjenkpi.depdag.go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/Buku Menuju ASEAN ECONOMIC
insinyur, kedokteran dan arsitek. Namun seiring dengan berjalannya waktu
dan banyaknya pelaku bisnis yang berbisnis di kawasan ASEAN sehingga
meningkatnya kriminalitas dalam berbisnis maupun berinvestasi,
menyebabkan pprofesi advokat menjadi penting untuk dipertimbangkan
masuk kedalam daftar Mutual Recognition Agreement (MRA) karena
Advokat merupakan profesi yang akan dipengaruhi bahkan mempengaruhi
MEA oleh karena profesi ini berkaitan erat dengan jasa hukum guna
menyukseskan MEA..3
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
tentang Advokat yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Advokat
ditegaskan bahwa Advokat adalah orang yang berprofesi memberikan jasa
hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Advokat. Menurut English
Language Dictionary, Advokat adalah: “An advocate is a lawyer who speaks
in favour of someone or defends them in a court of law”, (bahwa advokat
adalah seorang pengacara yang berbicara atas nama seseorang atau membela
mereka di pengadilan). Sehingga dapat disimpulkan bahwa advokat adalah
orang yang memberikan jasa hukum berupa konsultasi hukum, bantuan
hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan
melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan klien.
Tujuan diaturnya profesi Advokat adalah untuk menyetarakan status
profesi Advokat dengan profesi hukum lain (terdiri dari polisi, jaksa, hakim),
serta untuk menyediakan struktur profesi hukum yang jelas agar dapat
3
memperkuat akuntabililas publik dari penyelenggaraan peradilan
(administration of justice).4 Namun atas implementasi Masyarakat Ekonomi
ASEAN berdampak terhadap profesi advokat baik secara internal maupun
eksternal, sehingga akan menimbulkan akibat hukum dan peran serta
advokat-advokat Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sesuai
dengan penjelasan yang telah penulis kemukakan di atas, dalam menulis
skripsi ini, akan membahas mengenai permasalahan dengan judul skripsi:
“AKIBAT HUKUM IMPLEMENTASI MASYARAKAT EKONOMI
ASEAN 2015 TERHADAP PROFESI ADVOKAT DI INDONESIA DAN
PERAN SERTA ADVOKAT DALAM MENYUKSESKAN
IMPLEMENTASI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015”
B. Identifikasi Masalah
Adapun permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Akibat Hukum dari Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015 terhadap Profesi Advokat
2. Bagaimana peran serta advokat dalam menyukseskan Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
1. 1. Untuk mengkaji dan memahami pengaruh Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015 terhadap profesi advokat.
2. Untuk mengkaji peran serta advokat dalam menyukseskan
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis
maupun secara praktik, yaitu sebagai berikut:
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
pengetahuan terhadap perkembangan ilmu hukum khususnya Hukum
Internasional khususnya bidang advokat atas masuknya MEA 2015 di
Universitas Kristen Maranatha, dan penelitian ini diharapkan dapat
berguna bagi mahasiswa dan akademisi untuk menjadi salah satu referensi
yang dapat digunakan sebagai salah satu acuan terhadap
penelitian-penelitian sejenis untuk dikembangkan pada tahap selanjutnya. Adapun
kegunaan yang diharapkan dari rencana penulisan ini, yaitu kegunaan
teoritis. Kegunaan teoritis yaitu manfaat penulisan hukum yang berkenaan
dengan pengembangan ilmu hukum. Kegunaan teoritis dari penulisan ini
sebagai berikut:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum terutama mengenai akibat
profesi advokat di Indonesia dan peran serta advokat dalam
menyukseskan implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan
literatur dalam dunia kepustakaan tentang jasa advokat dikaitkan
dengan berlakunya MEA 2015 sehingga hasil penelitian ini dapat
dipakai sebagai salah satu acuan terhadap penelitian-penelitian
sejenis untuk dikembangkan pada tahap selanjutnya.
2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak
yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat ekonomi ASEAN terhadap
jasa advokat dalam implementasi masyarakat ekonomi ASEAN 2015.
E. Kerangka Pemikiran
Globalisasi ekonomi menimbulkan pengaruh yang besar pada
sistem hukum suatu negara, karena globalisasi menyebabkan berbagai
perubahan di suatu negara. Globalisasi, khususnya dalam bidang hukum5
tidak hanya didasarkan kesepakatan internasional antar bangsa, melainkan
mengenai pemahaman tradisi hukum dan budaya antar barat dan timur.
Perubahan tatanan dunia saat ini ditandai oleh perkembangan teknologi
yang memungkinkan komunikasi dan informasi antara masyarakat
internasional menjadi sangat mudah, khususnya dengan dibentuknya
integrasi ekonomi ASEAN yaitu MEA 2015 sehingga merupakan salah
satu bentuk perkembangan efek hubungan globalisasi antar negara
ASEAN.
5 Triharso, Ajar, “Buku Modul Kuliah Kewarganegaraan, Surabaya: Universitas Airlangga, 2013,
Hukum Internasional pada saat ini bercirikan hukum yang
harmonis atau transnasional. Harmonisasi hukum diartikan bahwa hukum
internasional dipengaruhi hukum nasional dan hukum nasional juga
dipengaruhi oleh hukum internasional. Dalam proses harmonisasi hukum,
yaitu hukum internasional mempengaruhi hukum nasional, negara secara
nasional diwajibkan untuk membuat aturan-aturan Nasional yang dapat
merealisasikan tujuan bersama yaitu mencapai kesejahteraan masyarakat
ekonomi ASEAN dan memajukan perekonomian negara Indonesia.
Harmonisasi hukum berawal dari paradigma Pancasila secara
bersama-sama dengan konsep negara hukum dan prinsip pemerintahan
konstitusional dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang pada akhirnya
memperhatikan rasa keadilan masyarakat dan mengakomodasikan aspirasi
yang berkembang di dalam masyarakat. Harmonisasi hukum merupakan
tantangan dan harapan bagi masyarakat ASEAN. 6
Di-tandatanganinya piagam ASEAN menegaskan bahwa ASEAN
sebagai legal personality, berharap dapat mengembangkan hukum
internasional regional yang tumbuh dan memiliki originalitas sehingga
menjadi hukum ASEAN (ASEAN Law). Jika hanya mengandalkan hukum
nasional setiap negara ASEAN yang memiliki perbedaan sistem hukum,
maka diperlukan proses harmonisasi berbagai sistem hukum yang
berjangka panjang untuk ditaati. Sehingga diperlukan alternatif lainnya
dengan mendorong pembentukan hukum internasional regional terutama
6 Hamid dan Maria, “ilmu perundang-undangan”, jenis fungsi dan materi muatan. Yogyakarta:
melalui perjanjian internasional regional dalam bentuk seperti Agreement/
Treaty /Arrangement.78
Proses tersebut tetap memerlukan kerjasama regional yang kuat
dan dipahami diantara negara-negara ASEAN. Sebagai negara yang
berdaulat, sistem hukum di Indonesia harus memiliki proteksi-proteksi
dari dampak negatif globalisasi. Sistem hukum ekonomi Indonesia harus
berpihak kepada ekonomi rakyat sebagaimana yang ditegaskan dalam
konstitusi yakni Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dan bukan
mengabdi kepada sistem ekonomi kapitalis yang mengkultuskan pasar
bebas.
Hukum yang dihasilkan oleh harmonisasi bertujuan agar
bermanfaat bagi negara-negara yang telah menyetujui berlakunya
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Menurut Gustav Radbruch, seorang filosof
hukum Jerman menyatakan terdapat tiga tujuan hukum yaitu kepastian,
keadilan dan kemanfaatan. Hukum merupakan bagian atau unsur penting
dalam mengatur dan menciptakan ketertiban dalam masyarakat dalam
mencapai suatu tujuan. Tujuan hokum harus diketahui dengan jelas objek
kajiannya, sebagaimana menurut Gustav Radbruch ketiga nilai dasar yang
dikemukakan memiliki orientasi bahwa untuk menciptakan harmonisasi
hukum salah satunya di Indonesia, karena salah satu tujuan hukum yaitu
mengayomi masyarakat secara aktif maupun pasif. Mengayomi
7 Andreas Pramudianto. “Peran Asean Dalam Mengembangkan Hukum Lingkungan Internasional Regional”. Disampaikan dalam Seminar Nasional Kesiapan Indonesia: Harmonisasi
negara-negara ASEAN menuju Komunitas ASEAN 2015 yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum
Universitas Muhamadiyah Surakarta, 28 Januari 2015. Di kutip online tanggal 28 juni 2016 pukul 19.00 WIB
8
masyarakat secara aktif agar upaya untuk menciptakan suatu kondisi
kemasyarakatan yang manusiawi berlangsung secara wajar dan sesuai
aturan yang berlaku,serta mengayomi masyarakat secara pasif, dengan
mengupayakan segala bentuk pencegahan atas upaya penyalahgunaan hak
secara tidak adil. Hal ini pun bertujuan mewujudkan ketertiban dan
keteraturan serta mewujudkan kedamaian serta keadilan bagi seluruh
masyarakat dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.9
Nilai dasar pertama menurut Gustav Radbruch yaitu keadilan,
Gustav Radbruch menyatakan bahwa “Recht ist wille zur gerechtigkeit”
yang artinya hukum adalah kehendak demi untuk keadilan. Hukum adalah
alat untuk menegakkan keadilan dan menciptakan kesejahteraan sosial,
tanpa keadilan sebagai tujuan ultimumnya, hukum tidak dapat berjalan
dengan baik atau menjadi alat pembenar atas tindak sewenang-wenang
pihak yang tidak bertanggung jawab, oleh karena itu fungsi utama hukum
yaitu menegakkan keadilan. Idealnya hukum harus mengakomodasikan
keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan hukum. Menurut Gustav
Radbruch, keadilan harus mempunyai posisi yang paling utama dari pada
kepastian hukum dan kemanfaatan.
Kepastian hukum adalah kepastian Undang-Undang atau
peraturan, cara atau metode dan lain sebagainya harus berdasarkan
Undang-Undang atau peraturan. Di dalam kepastian hukum terdapat
hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Hukum tertulis, ditulis oleh
lembaga yang berwenang, mempunyai sanksi yang tegas, sah dengan
sendirinya ditandai dengan diumumkannya di Lembaga Negara.
9
Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara
normatif, bukan sosiologis.
Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan
dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan
logis. Sedangkan yang ketiga yaitu kemanfaatan dijelaskan bahwa
bekerjanya hukum di masyarakat efektif atau tidak. Dalam nilai
kemanfaatan, hukum berfungsi sebagai alat untuk memotret fenomena
masyarakat atau realita sosial. Dapat memberi manfaat atau kegunaan
(utility) bagi masyarakat. Penganut aliran utilitas menganggap bahwa
tujuan hukum semata-mata untuk memberikan kemanfaatan atau
kebahagiaan yang sebesar-besarnya terhadap masyarakat.10
Walaupun terdapat perbedaan kedaulatan antar negara Indonesia
dengan negara lain, kedaulatan atau disebut dengan “sovereignity”
merupakan salah satu syarat agar suatu negara dapat berdiri. Syarat
berdirinya Negara Indonesia yaitu dengan adanya pemerintahan yang
berdaulat, sehingga pemerintah dalam suatu Negara harus memiliki
kewibawaan (Authority) yang tertinggi (Supreme) dan tak terbatas
(Unlimited). Dengan demikian Negara Indonesia harus tetap memiliki
kekuasaan penuh dalam suatu aturan yang dibuat untuk mengatur seluruh
bagian di Indonesia tanpa ada perubahan yang disebabkan negara lain.
Peran advokat Indonesia khususnya organisasi advokat Indonesia
khususnya PERADI dalam turut serta atas implementasi masyarakat
ekonomI ASEAN 2015 yaitu dengan bersama-sama membuka peluang
terhadap advokat asing yang hendak berpraktik di Indonesia.
10
F. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode yuridis
normatif yakni penelitian untuk mengetahui bagaimana hukum positif
mengenai suatu hal, peristiwa atau masalah tertentu.11 Berkaitan dengan metode tersebut, dilakukan pengajian secara logis terhadap prinsip dan
ketentuan hukum yang berkaitan dengan penerapan profesi advokat di
Indonesiaatas Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Penyusunan
skripsi ini menggunakan sifat, pendekatan, jenis data, teknik pengumpulan
data dan analisis sebagai berikut:
1. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu
analisis yang menggambarkan peristiwa yang sedang diteliti dan kemudian
melakukan analisa berdasarkan fakta-fakta berupa data sekunder dan
bahan hukum tersier. Penulisan ini menggambarkan bagaimana akibat
hukum atas implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 terhadap
profesi advokat dan peran serta advokat dalam menyukseskannya,
kemudian dianalisis permasalahan hukumnya dan kesiapannya
2. Pendekatan Penelitian
Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
perundang-undangan (statue approach)12 dan pendekatan konseptual
11 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta:Intermasa, 2008, hlm 1
12 Jhony Ibrahim, Pendekatan Ekonomi Terhadap Hukum, Surabaya: Putra Media Nusantara dan
(conceptual approach)13 dengan tujuan mendekatkan kepada gambaran
masalah serta mempermudah dalam menganalisis penyelesaian masalah
menjadi komprehensif dan akurat. Pendekatan Undang-Undang berkenan
dengan peraturan hukum yang mengatur mengenai advokat di Indonesia.
Pendekatan konseptual digunakan berkenaan dengan konsep-konsep
yuridis yang berkaitan dengan prinsip keadilan yang harus diperhatikan
oleh Advokat.
3. Bahan Hukum
a. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang
bersumber dari Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 Hasil Amandemen Keempat, Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003 tentang Advokat.
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, pendapat para
sarjana, jurnal-jurnal hukum yang terkait dengan pembahasan
mengenai perlindungan konsumen.
c. Bahan tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
seperti kamus hukum.
4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
a. Teknik Pengumpulan Data
Data sekunder diperoleh dengan cara sebagai berikut:
13
1) Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari konsepsi-konsepsi,
teori-teori, pendapatan-pendapatan yang berkenaan dengan
permasalahan yang diteliti. Berkenanan dengan metode
normatif atau yuridis yang digunakan dalam skripsi ini maka
penulis melakukan penelitian dengan memakai studi
kepustakaan yang merupakan data sekunder yang berasal dari
literatur, dengan bahan-bahan hukum sebagai berikut:
2) Data sekunder bahan hukum primer, yaitu bahan yang sifatnya
mengikat masalah-masalah yang akan diteliti, berupa peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan penerapan dan
kesiapan jasa advokat di Indonesia ditinjau berdasarkan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
3) Data sekunder bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yang
terutama adalah buku teks, karena buku teks berisi mengenai
prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan
klasik para sarjana yang mempunyai klasifikasi tinggi. Penulis
akan menggunakan bahan hukum sekunder berupa buku-buku
hukum, literatur tentang hukum, artikel, serta hasil-hasil
penelitian berupa skripsi dibidang hukum, jurnal hukum, serta
kalangan lainnya yang memiliki keterkaitan dengan
permasalahan yang akan diteliti, khususnya mengenai
berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat.
4) Data sekunder bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang
memberikan informasi mengenai bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder, misalnya kamus bahasa, kamus hukum,
majalah, serta media sosial.
b. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yaitu pengolahan, analisis dan
kontruksi data yang diperoleh dari studi literatur atau dokumen.
Teknik analisis terhadap data yang ada menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu dengan melakukan penemuan konsep-konsep yang
terkandung di dalam bahan-bahan hukum dengan cara memberikan
interpretasi terhadap bahan-bahan hukum tersebut,
mengelompokkan konsep-konsep atau peraturan-peraturan yang
berkaitan, menemukan hubungan diantara berbagai kategori atau
peraturan, serta menjelaskan dan menguraikan hubungan diantara
berbagai kategori atau peraturan perundang-undangan, kemudian
dianalisis secara deskriptif kualitatif, sehingga memberikan hasil
yang diharapkan dan kesimpulan atas permasalahan.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, secara
garis besar metode penelitian dalam karya ilmiah ini menggunakan
kombinasi di antara metode pendekatan perundang-undangan dan
studi kepustakaan, dan teknik analisis data yang digunakan adalah
teknik analisis data kualitatif.
5. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, adapun sistematika penulisannya adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab I akan membahas mengenai Latar Belakang, Identifikasi Masalah,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode
Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II EKSISTENSI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DI
WILAYAH ASEAN
Dalam bab ini berisi uraian mengenai dasar hukum pemberlakuan dan
perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN, responsibilitas hukum nasional
konsekuensi hukum, perubahan pasal 11 Undang-Undang 1945 atas
pengaturan perjanjian internasional dalam system hukum Indonesia,
konsekuensi hukum Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan sebelum berlaku
Masyarakat Ekonomi ASEAN dan free flow of service and skilled labour.
BAB III PROFESI ADVOKAT DAN PERKEMBANGANNYA
Dalam Bab ini berisi uraian mengenai sejarah advokat secara
internasional, umum, pembidangan advokat dan perkembangan advokat
pada masa kini dan lampau.
BAB IV AKIBAT HUKUM IMPLEMENTASI MASYARAKAT
INDONESIA DAN PERAN SERTA ADVOKAT DALAM
MENYUKSESKAN IMPLEMENTASI MASYARAKAT EKONOMI
ASEAN 2015
Dalam bab ini akan menjawab pertanyaan dari identifikasi masalah yang
ada di dalam penelitian hukum ini mengenai akibat hukum atas
implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 terhadap profesi
advokat dan peran serta advokat dalam menyukseskannya, kemudian
dianalisis permasalahan hukumnya dan kesiapannya.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan
keseluruhan materi atau pembahasan serta saran-saran yang bisa penulis
rumuskan sebagai masukan bagi para pembuat kebijakan dan juga bagi
setiap pihak yang hendak melaksanakan kegiatan yang berhubungan
dengan jasa advokat dikaitkan dengan prinsip dalam kerangka Masyarakat
BABBV
PENUVUP
A.BKesimpulan
1. Bahwa secara yuridis, terhadap advokat Indonesia atas implementasi
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 tidak terdapat pengaruh besar melainkan
banyaknya wacana persiapan ratifikasi Undang-Undang saja. Namun secara
non yuridis atas implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, menuntut
advokat Indonesia untuk mengembangkan potensi kemampuan dalam
menegakan hukum karena akan menghadapi pekerja asing yang berdatangan
dari berbagai negara di dunia khususnya wilayah ASEAN, sehingga advokat
Indonesia harus meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan tenaga
kerja asing selain itu menguasai proses penyelesaian baik secara litigasi
maupun non litigasi karena permasalahan yang dihadapi jauh lebih rumit
ketimbang sebelum pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Hal
ini merupakan sebuah konsekuensi logis dari pemberlakuan sebuah kerjasama
regional.
2. Peran advokat dalam menyukseskan implementasi MEA 2015 yaitu dengan
membantu pemerintah dalam menegakan hukum sesuai aturan yang berlaku di
Indonesia berdasarkan kode etik sebagai pedoman beracara sebagai penegak
hukum. Dengan di tunjuk sebagai kuasa hukum atas suatu sengketa yang
dimiliki tenaga kerja asing maka advokat tersebut dapat dikatakan sukses,
memberikan konsultasi hukum terhadap sengketa tenaga kerja asing
khususnya ke-8 bidang dalam Mutual Recognition Agreement (MRA) yaitu
khususnya Framework on Accountancy Services, MRA on Medical
Practitioner and MRA on Dental Practitioners. MRA Framework on
Accountancy Services. Hal ini merupakan salah satu pilar visi ASEAN 2020
yang ditargetkan sukses sejak tahun 2015 untuk mewujudkan MEA, dan
secara umum dengan melakukan liberalisasi perdagangan barang, jasa,
investasi, dan tenaga kerja.
B.B Saran
1. Peningkatan kompetensi dari profesi advokat dengan merancang sistem
seleksi calon advokat baru dengan standarisasi yag tinggi sehingga dapat
bersaing tidak saja di tingkat lokal tetapi di tingkat internasional. Hal ini juga
terkait dengan semakin diperlukan pelatihan atau seminar baik yang
diselenggarakan oleh Organisasi advokat maupun oleh lembaga Perguruan
Tinggi Hukum dan melakukan kerjasama dengan kantor hukum advokat asing.
Selain itu para advokat juga harus meningkatkan kemampuan dan
pengetahuannya secara global mengingat tantangan yang semakin besar.
2. Dalam menyukseskan imlementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
diperlukan harmonisasi hukum atau Judicial Review UU Nomor 18 Tahun
2003 tentang Advokat dengan Blueprints 2015 yang berdampak terhadap
advokat oleh Dewan Perwakilan Rakyat maupun KEMENHUMHAM karena
Undang-Undang tersebut banyak menimbulkan multitafsir sehingga menjadi
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adnan Buyung Nasution,1995, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di endonesia:
Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1959. Jakarta Pustaka Utama
Grafiti: 1995.
Adolf, Huala, Aspek-aspek Negara dalam Hukum enternasional, Edisi Revisi, Jakarta : P.T Raja Grafindo Persada, 2002.
Andreas, Pramudianto, Peran Asean Dalam Mengembangkan Hukum Lingkungan
enternasional Regional, Surakarta: Prosiding Seminar Nasional Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah, 2015.
Anthony Csabafi, The Concept of State Jurisdiction in enternational Space Law, The Hague, 1971.
Ari, Yusuf, Amir, Strategi Bisnis Jasa Advokat, Yogyakarta: cet ke-3 Navila Idea, 2010.
Arifin Syamsul (et.al) Masyarakat Ekonomi Asean 2015, Jakarta, Bank Indonesia, Alex Media Komputindo, 2008.
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). 2015. ASEAN Economic Community
Blueprints. Jakarta: ASEAN Secretariat, 2008.
Bambang, Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.
Boer Mauna, Hukum enternasional Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era
Dinamika Global, Bandung: Alumni, 2005.
Budiyanto, Sistem Hukum dan Peradilan, Jakarta: Erlangga, 2007.
C.P.F Luhulima, Dinamika Asia Tenggara menuju 2015, Jakarta: Pustaka Pelajar (P2P) LIPI, 2010.
Direktorat Jendral Kerja Sama ASEAN, Blue Prints of ASEAN Economy Community,
Kementrian Luar Negeri RI, 2011.
F. Sugeng Istanto, Studi Kasus Hukum enternasional, Penerbit PT Tatannusa, Jakarta, 1998.
Ghalib, Rusli, Ekonomi Regional, Bandung: Pustaka Ramadhan, 2005. H. Bachtiar Hamzah, Hukum enternasional ee, Medan : USU Press, 1997. Ishaq, Pendidikan Keadvokatan, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
J. Laski, Harold, The state in Theory and Prectice, New York: The Viking Press, 1947. Jawahir ( et al), Hukum enternasional Kontemporer, Bandung: Refika Aditama,
2006.
Jimly Asshiddiqie. Gagasan Kedaulatan Lingkungan: Demokrasi Versus Ekorasi
Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing 2005.
Kusnardi (et.al.), Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata
MacIver, M. Robert, The Modern State, London: Oxford University Press, 1955
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar elmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka utama, 1997 Munir, Fuady, Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum bagi Hakim,Jaksa, Advokat, Notaris,
Kurator, dan Pengurus), Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2005.
Peter, Mahmud, Marzuki, Penelitian Hukum: Edisi Revisi, Jakarta: Kencara Prenada Media Group, 2010.
Prodjodikoro Wirjono, Azas-azas Hukum Tata Negara di endonesia, Jakarta: Dian Rakyat, 1983.
Rampau Rampe, Teknik Praktek Advokat, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001
Ronny, Hanitij, Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimentri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.
Santa Marelda Sargih. 2011. Responsibility To Protect Suatu Tanggung Jawab dalam
Kedaulatan Negara. Vol 2. Pustakahpi. Kemlu
Soerjono, Soekanto, dan Sri, Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta: Rajawali, 1985.
Soerjono, Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2006. Soltau Roger F, An entroduction to Politics, London : Longmans, 1961.
Sumaryo Suryokusumo. 2012. Studi Kasus Hukum Organisasi enternasional. PT Alumni: Bandung
Catatan Pribadi penulis Hasil Pelatihan Hukum “Aspek Penyelesaian Sengketa Bisnis
endustrial dalam berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015”, Bandung,
2016,
Jurnal Seminar Nasional AAI, Mempersiapkan Sistem Hukum Yang berorientasi pada nilai-nilai Pancasila di dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN
Asean.org. An entroduction to the ASEAN Economic Community (MEA) 2015, Thinking
Globally, Prospering Regionally, 2015,
(http://www.asean.org/images/2015/October/outreachdocument/Introduction %20to%20MEA-2.pdf) 1 November 2015.
Asean.Org. Building the ASEAN Community. An entroduction to the ASEAN Economic
Community (MEA) 2015 Thinking Globally, Prospering Regionally.
(http://www.asean.org/images/2015/October/outreachdocument/Introduction
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). 2015. ASEAN Economic Community
Blueprints. Jakarta: ASEAN Secretariat, 2008
Bob Widyahartono, Dari AFTA Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN
(http://www2.kompas.com/kompas cetak/0711/23/opini/4017526.htm) 7 November 2015
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Menuju ASEAN Economic Community
2015, 2009(ditjenkpi.depdag.go.id), 5 juli 2015.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Menuju ASEAN Economic
Community 2015, hlm.4,
(http://ditjenkpi.depdag.go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/BukuMenuju ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015.pdf) , 27Juli 2012.
Jamirun, Notulen Seminar Nasional Asosiasi Advokat Indonesia “Mempersiapkan Advokat Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi Asean Di Tahun 2015( http://www.aai.or.id ) 20 Januari 2016
Joseph Zarri, Aristotle’s Definition of Citizen, State, Constitution, & Government. Phylosophy 107, 2012 (http://www.scholardarity.com/?page_id=2564#_ftn1 ) 5 November 2015
Mohamad Faisol Keling. 2011. The Development of ASEAN from Historical Approach.
Vol 7 no 7. Asian Social Science. Universiti Utara Malaysia.
(http://ccsenet.org/journal/index.php/ass/article/viewFile/6426/7999) 29
Oktober 2015.
Staffing Industry Analysis. ASEAN – Free flow of skilled labour in MEA gets positive
response, 2015 (
http://www.staffingindustry.com/row/Research- Publications/Daily-News/ASEAN-Free-flow-of-skilled-labour-in-MEA-gets-positive-response-35063), 9 November 2015
Article VI Paragraph 2 Constitution of The United States of America menyatakan:“This Constitution, and the Laws of the United States which shall be made in Pursuance thereof; and all Treaties made, or which shall be made, under the Authority of the United States, shall be the supreme Law of the Land; and the Judges in every state shall be bound thereby, anything in the Constitution or
Laws of any State to the Contrary not with