• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI EVALUATIF MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS RENDAH :Studi Kasus di SD Negeri Cadasari 3 Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI EVALUATIF MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS RENDAH :Studi Kasus di SD Negeri Cadasari 3 Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ………. C. Pertanyaan Penelitian……… 1. Pengertian Pembelajaran Tematik ……… 2. Landasan Pembelajaran Tematik..………. 3. Pentingnya Pembelajaran Tematik……… 4. Karakteristik Model Pembelajaran Tematik………….. 5. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik………... 6. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik……….

(2)

7. Implementasi Pembelajaran Tematik……… 8. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Tematik………. 9. Pengelolaan Kelas………. E. Konsep Evaluasi Kurikulum ..……... ………

1. Pengertian Evaluasi……….. C. Tehnik dan Prosedur Pengumpulan Data……… D. Analisis Data……… E. Tahap Pelaksanaan Penelitian……….. F. Uji Keabsahan Temuan Penelitian……… BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. A. Deskripsi Hasil Penelitian……….

1. Profil SD Negeri Cadasari 3………. 2. Persepsi Guru tentang Pembelajaran Tematik……….. 3. Tingkat Keterlaksanaan Implementasi Pembelajaran

Tematik……….. 4. Dampak Implementasi Pembelajaran Tematik……….. B. Analisis Data dan Pembahasan Hasil Penelitian………. 1. Pemahaman Guru tentang Pembelajaran Tematik……. 2. Perencanaan Pembelajaran Tematik……… 3. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik………. 4. Penilaian Hasil Belajar……… 5. Dampak Implemenasi Pembelajaran Tematik…………

(3)

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI………..

A. SIMPULAN ………..

B. REKOMENDASI……….

DAFTAR PUSTAKA…….……….. LAMPIRAN-LAMPIRAN………..

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1: Data Siswa SD Negeri Cadasari 3 Dalam 3 Tahun Terakhir... 77

Tabel 4.2: Jadwal Pelajaran Kelas 3A SD Negeri Cadasari 3... 78

Tabel 4.3: Jadwal Pelajaran Kelas 3B SD Negeri Cadasari 3... 79

Tabel 4.4: Pemahaman Guru tentang Pembelajaran Tematik... 93

Tabel 4.5: Perencanaan Pembelajaran Tematik... 96

Tabel 4.6: Pelaksanaan Pembelajaran Tematik... 98

Tabel 4.7: Penilaian Hasil Belajar... 102

(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1: Kerangka Fokus Penelitian... 11

Bagan 2.1: Tentang Tugas Guru... 27

Bagan 2.2: Ruang Lingkup Tema... 41

Bagan 2.3: Pengembangan Tema... 42

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

(7)

Memasuki abad 21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan seyogyanya berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah menyelenggarkan perbaikan-perbaikan untuk peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Menurut pandangan Makagiansar dalam Trianto (2010: 3), terdapat tujuh macam pergeseran paradigma di masyarakat, yaitu: pertama, dari pola belajar secara terminal bergeser ke pola belajar sepanjang hayat (life long education);

kedua, dari belajar berfokus pada penguasaan pengetahuan saja menjadi berfokus

pada sistem belajar secara holistik; ketiga, dari hubungan antara guru dengan pelajar yang senantiasa konfrontatif bergeser menjadi sebuah hubungan bersifat kemitraan; keempat, penekanan skolastik bergeser menjadi penekanan berfokus pada nilai; kelima, dari hanya buta aksara, maka di era globalisasi bertambah dengan adanya buta teknologi, budaya dan komputer; keenam, dari sistem kerja terisolasi (sendiri-sendiri), bergeser menjadi sistem kerja tim (team work); dan

ketujuh, dari konsentrasi kompetitif menjadi sistem kerjasama.

Sementara itu komisi tentang Pendidikan Abad 21 (Commission on

Education For the “21” Century), merekomendasikan empat strategi dalam

(8)

bagaimana pelajar mampu menggali informasi yang ada disekitarnya dari ledakan informasi itu sendiri; kedua, learning to be, yaitu pelajar diharapkan mampu untuk mengenali dirinya sendiri, serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya;

ketiga, learning to do yaitu berupa tindakan atau aksi untuk memunculkan ide

yang berkaitan dengan sainstek; dan keempat, learning to live together, yaitu memuat bagaimana hidup dalam masyarakat yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lain, sehingga mampu bersaing secara sehat dan bekerjasama serta mampu untuk menghargai orang lain (Trianto, 2004).

(9)

dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu perlu menerapkan pada suatu strategi belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan aplikasi serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukan informasi/konsep pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada subyek didik melalui satu arah seperti menuang air ke dalam sebuah gelas. Tidak dapat disangkal lagi, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami oleh subyek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi belajar yang bermakna dan tidak hanya seperti menuang air dalam gelas pada subjek didik. Dalam kondisi demikian faktor kompetensi guru dituntut, dalam arti guru harus mampu meramu wawasan pembelajaran yang lebih menarik dan disukai oleh peserta didik.

(10)

siswa terhadap materi ajar. Walaupun demikian disadari bahwa ada siswa yang mampu memiliki tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, namun kenyataannya mereka sering kurang memahami dan mengerti secara mendalam pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut. Pemahaman yang dimaksud disini adalah pemahaman siswa terhadap dasar kualitatif dimana fakta-fakta saling berkaitan dengan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi baru. Sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru.

Menurut Trianto (2010: 6) perubahan paradigma pembelajaran di antaranya yaitu orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher

centered) beralih berpusat pada murid (student centered); metodologi yang

semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih bersifat tekstual berubah menjadi konstektual. Semua perubahan itu dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan.

(11)

maupun produk pada semua aspek pembelajaran yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Model-model pembelajaran inovatif-progresif merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Untuk membantu siswa memahami konsep-konsep dan memudahkan guru dalam mengajarkan konsep-konsep tersebut diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang langsung mengaitkan materi konteks pelajaran dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.(Trianto 2010: 10)

(12)

Berdasarkan alasan tersebut maka sangatlah urgen bagi para pendidik khususnya guru memahami karakteristik materi, peserta didik dan metodologi pembelajaran dalam proses pembelajaran terutama berkaitan dengan pemilihan terhadap model-model pembelajaran modern. Dengan demikian proses pembelajaran akan lebih variatif, inovatif dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan dan kreativitas peserta didik.

Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antar konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung. Pembelajaran yang dilakukan dengan mata pelajaran terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik mengaitkan konsep dengan kehidupan nyata mereka sehari-hari. Akibatnya, para siswa tidak mengerti manfaat dari materi yang dipelajarinya untuk kehidupan nyata. Sistem pendidikan seperti ini membuat manusia berpikir secara parsial, dan terkotak-kotak. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran siswa sekolah dasar terutama pada kelas rendah, seyogyanya memperhatikan prinsip keterpaduan.

(13)

Konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan, direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa berbagai aktivitas belajar dalam pembelajaran terpadu dihubungkan oleh satu tema. Tema merupakan payung keretpaduan dari berbagai kegiatan belajar sehingga satu sama lain memiliki keterkaitan yang erat. Penggunaan tema yang sangat menonjol dalam pendekatan terpadu ini mengakibatkan pendekatan ini kerap disebut juga pendekatan tematik. Penetapan pendekatan tematik dalam proses pembelajaran juga diharapkan dapat menjembatani pendidikan yang telah dialami anak di Taman Kanak-Kanak (TK), sehingga dapat menekan angka mengulang kelas yang masih tinggi terutama pada kelas rendah. Menurut Balai Penelitian dan Pengembangan Depertemen Pendidikan Nasional angka mengulang SD/MI tahun 2004, menunjukan bahwa rata-rata angka mengulang dari kelas satu sampai enam sebesar 3,82%, dengan perincian dari kelas satu sampai dengan enam berturut-turut 7,92%, 4,68%, 4,07%, 2,96%, 1,93%, 0,26%. Makin tinggi tingkat kelas, angka mengulang makin rendah.

(14)

artinya kegiatan pembelajaran harus bermakna, yaitu pengetahuan atau informasi yang dipelajari siswa disajikan dalam sebuah konteks, tidak isolatif. Ketiga, efisien artinya pembelajaran menawarkan daya cakup kurikulum yang lebih luas.

Strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik (selanjutnya di sebut pembelajaran tematik) sebenarnya telah diisyaratkan sejak kurikulum KBK, akan tetapi karena keterbatasan kemampuan guru, baik yang disebabkan oleh proses pendidikan yang dilaluinya maupun kurangnya pelatihan tentang pembelajaran tematik mengakibatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik tidak dapat diwujudkan dengan baik. Terlebih lagi disadasri, bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan ini memerlukan persiapan yang tinggi dari guru, dalam hal waktu, sumber, bahan ajar, serta perangkat pendukung lainnya. Apalagi dengan pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang memberikan kewenangan bagi sekolah untuk melakukan pengembangan kurikulum, membutuhkan kesiapan dari semua pihak, terutama guru kelas rendah untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam implementasi kurikulum dan pembelajaran tematik.

(15)

Persoalannya kemudian, sejauh mana model pembelajaran yang ada dalam dokumen kurikulum dapat dipahami dan diimplementasikan kedalam proses pembelajaran di sekolah dasar, serta bagaimana dampaknya terhadap hasil belajar siswa. Apakah guru sudah benar-benar memahami perannya sebagai pengembang kurikulum, atau masih hanya sebatas mengajarkan ilmu yang ada di buku teks. Atas dasar temuan-temuan yang dikemukakan di atas, penulis terdorong untuk mengkaji dalam sebuah penelitian ilmiah (tesis) yang berjudul “Studi Evaluatif

Model Pembelajaran Tematik di Kelas Rendah (Studi Kasus di SD Negeri

Cadasari 3 Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang)”.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah 1. Perumusan Masalah

(16)

Bagan 1.1

Kerangka Fokus Penelitian

Dalam implementasi kurikulum KTSP tematik ini tidak terlepas dari desain kurikulum itu sendiri, karena desain kurikulum merupakan pedoman atau garis besar program pengajaran yang dijadikan acuan guru dalam mengembangkan materi atau isi. Dalam desain kurikulum ini juga terdapat tujuan, bahan, proses, dan penilaian dalam melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran yang digunakan oleh sekolah untuk dapat dikembangkan lagi oleh guru pada pembelajaran di kelas.

Pembelajaran di kelas merupakan perwujudan dari implementasi kurikulum yang nyata. Ada juga faktor yang paling menentukan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas yaitu adanya aspek guru, siswa dan lingkungan. Guru dalam melaksanakan program pengajaran akan membuat suatu rencana pengajaran, mengembangkan kegiatan pembelajaran dalam kelas, serta memberikan penilaian hasil belajar siswa di kelas. Guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan kegiatan belajar di kelas merupakan faktor dominan, karena

(17)

dalam kelas terjadi proses interaksi belajar mengajar antara siswa dan guru, di samping adanya komponen-komponen pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan belajar mengajar meliputi tahap perencanaan (menetapkan tujuan, mengumpulkan bahan pembelajaran, strategi belajar mengajar), tahap pelaksanaan (dalam hal ini guru menggunakan metode sumber belajar, pendekatan dalam proses belajar mengajar yang merupakan bagian dari peran sebagai seorang guru), tahap penilaian yang terdiri atas aspek kognitif, efektif dan psikomotor.

Faktor lain yang menentukan dalam kegiatan belajar mengajar adalah diri siswa itu sendiri. Kemampuan dan kemandirian siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu hal yang sangat penting. Adanya motivasi dan kemauan siswa dalam menerima dan mamahami materi dalam pembelajaran merupakan faktor pendukung dalam keberhasilan implementasi kurikulum. Faktor siswa dapat diketahui dari kemampuan, sikap, minat dan motivasinya dalam mengikuti pelajaran. Lingkungan merupakan salah satu aspek yang mendukung dalam suksesnya kegiatan pembelajaran. Adanya lingkungan yang kondusif khususnya dalam kelas, juga sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar. Lingkungan ini meliputi adanya dukungan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar.

2. Pembatasan Masalah

Penelitian yang akan dilaksanakan akan dibatasi pada :

(18)

2) Evaluasi implementasi kurikulum KTSP Tematik ini juga dibatasi pada pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru dalam kelas pada level kelas rendah.

3) Implementasi yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran di kelas pada kelas rendah akan dibatasi hanya di kelas 3 saja.

4) Penilaian dalam implementasi kurikulum KTSP Tematik ini terbatas hanya pada aspek penilaian yang dilakukan oleh guru dengan melihat hasil pembelajaran di kelas dan penilaian yang lain dalam hal tugas dan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

C. Pertanyaan Penelitian.

Berdasarkan pada rumusan dan pembatasan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya adalah:

1) Bagaimana proses implementasi kurikulum KTSP Tematik dalam pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru?

2) Apakah terdapat kesesuaian antara dokumen kurikulum KTSP Tematik dengan implementasi pembelajaran di kelas?

3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keterlaksanaan implementasi kurikulum KTSP Tematik tersebut?

4) Bagaimana dampak pembelajaran tematik terhadap hasil belajar siswa?

D. Definisi Istilah

(19)

1) Pengertian Model Pembelajaran Tematik

Arends (1997: 7) menyatakan “ the term teaching model refers to a particular

approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and

management system.” Istilah model pengajaran mengarah pada suatu

pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.

Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.

Dengan demikian model pembelajaaran tematik dalam penelitian ini didefinisikan sebagai pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan dan sistem pengelolaannya yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.

2) Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

(20)

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup dengan menggunakan model pembelajaran tematik.

3) Kemampuan guru dalam implementasi kurikulum KTSP Tematik

Kemampuan guru dalam inplementasi KTSP Tematik adalah kemampuan dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar siswa dari proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan pembelajaran model tematik. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh ke dalam empat kompetensi yaitu: (1) kompetensi pedagogik; (2) kompetensi kepribadian; (3) kompetensi sosial; dan (4) kompetensi professional. Dengan demikian kemampuan guru di sekolah dasar adalah mampu melaksanakan kurikulum KTSP dengan menggunakan model pembelajaran tematik.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis tentang:

1) Pelaksanaan/implementasi KTSP Tematik tingkat pendidikan Sekolah Dasar kelas rendah.

2) Kesesuaian antara dokumen dengan implementasi kurikulum KTSP Tematik di Sekolah Dasar pada kelas rendah.

(21)

4) Mengetahui dampak dari implementasi pembelajaran tematik terhadap hasil belajar siswa.

Keempat aspek yang dideskripsikan ini akan memberi gambaran sejauh mana kesesuaian antara dokumen dengan implementasi kurikulum KTSP Tematik tingkat Sekolah Dasar pada kelas rendah. Hasil akhir ini dapat dijadikan dasar untuk memberi pertimbangan dan saran terhadap kualitas pengajaran pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar di kelas rendah.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan pada tingkat sekolah dasar khususnya kelas rendah.

Secara rinci hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi : 1) Bagi Guru

Dari hasil penelitian ini diharapkan guru mendapatkan pengetahuan dan wawasan tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran tematik, serta selalu berupaya meningkatkan kualitasnya dan melakukan introspeksi baik yang menyangkut kualitas teknis maupun kualitas sosial sehingga guru mampu tampil sesuai dengan tuntutan profesinya.

2) Bagi Kepala Sekolah

(22)

3) Dinas Pendidikan

Bagi dinas pendidikan hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan-masukan yang kemudian dipertimbangkan dalam setiap pengambilan kebijakan pendidikan khususnya yang berkaitan dengan kualitas guru dalam mengembangkan kurikulum di sekolah.

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini disajikan uraian mengenai metode penelitian yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan penelitian. Hal ini sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam studi evaluatif kurikulum tematik. Kajian ini mencakup: (A). Pendekatan dan Metode Penelitian, (B). Sumber Data, (C). Tehnik dan Prosedur Pengumpulan Data, (D). Analisis Data, dan (E). Tahap Pelaksanaan Penelitian, (F). Uji Keabsahan Temuan Penelitian.

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Ditelaah dari aspek metodologi, penelitian yang dilaksanakan menggunakan pendekatan kualitatif yang dalam pandangan Bogdan dan Biklen (1982: 3) lebih dikenal dengan sebutan “naturalistik fenomologis”. Sesuai dengan karakteristik masalah yang dikaji, kegiatan penelitian ini didasarkan pada kajian deskriptif evaluatif. Karakteristik dari penelitian kualitatif ditandai oleh kegiatan untuk mengamati orang dalam situasi nyata, baik dalam lingkungan berinteraksi, maupun untuk memahami perilaku orang yang diamati tersebut. Secara operasional, Bogdan dan Biklen (1982: 27) mengemukakan lima karakteristik utama dari penelitian kualitatf yaitu :

1. Peneliti sendiri sebagai instrumen utama untuk mendatangi secara langsung sumber data.

2. Mengimplikasikan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung dalam bentuk kata-kata daripada angka-angka.

(24)

4. Melalui analisis induktif peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati.

5. Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan kualitatif.

Berdasarkan situasi permasalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka peneliti akan menggunkan pendekatan kualitatif-naturalistik, di mana peneliti mencatat permasalahan yang akan timbul secara seksama. Masalah-masalah yang timbul terkait dengan obyek yang diteliti, kemudian masalah tersebut dideskripsikan secara apa adanya. Pendekatan naturalistik-kualitatif dipandang sesuai dengan masalah penelitian ini dengan alasan :

1) Ingin mengungkapkan perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru, berupa program semester, silabus dan persiapan mengajar (RPP) pada pembelajaran tematik kelas 3 Sekolah Dasar.

2) Ingin memfokuskan penelitian pada proses implementasi pembelajaran tematik KTSP SD yang mencakup proses pembelajaran serta penilaiannya. 3) Ingin mengungkap dampak dari implementasi pembelajaran tematik pada

KTSP SD terhadap hasil belajar siswa.

(25)

naturalistik-kualitatif pada model studi kasus ini bertujuan untuk mengungkapkan data atau informasi sebanyak mungkin mengenai implementasi pembelajaran tematik pada KTSP di Sekolah Dasar.

B. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah dari Sekolah Dasar Negeri Cadasari 3 Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang. Fokus penelitian ini adalah melihat pada bagaimana implementasi kurikulum tematik dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Lebih lanjut sumber data dalam penelitian ini adalah:

1) Dokumen kurikulum yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan implementasi kurikulum tematik pada saat proses pembelajaran di kelas. 2) Kepala sekolah selaku pengembang kurikulum di lapangan dalam membina

dan memberikan arahan kepada guru sebagai implementator kurikulum. 3) Guru adalah ujung tombak dalam roda proses pembelajaran. Guru disini

adalah guru kelas 3 di SD Negeri Cadasari 3 Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang.

4) Siswa kelas 3 adalah sebagai sumber data penunjang. Hal ini dilaksanakan berkenaan dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikan kurikulum tematik dan peneliti melaksanakan observasi di kelas.

(26)

C. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Dalam hal ini peneliti langsung terjun ke lapangan agar dapat memahami dan dapat melihat secara langsung kejadian-kejadian yang sesuai dengan konteksnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan analisis dokumentasi.

1. Observasi

Penelitian ini menggunkan teknik pengamatan tak berstuktur yakni tidak sepenuhnya melaporkan peristiwa, sebab prinsip observasi ialah merangkum, mensistematiskan dan menyederhanakan representasi peristiwa. Penelitian ini menggunakan bentuk catatan lapangan, karena dalam pelaksanaannya akan lebih mudah sebab peneliti terlibat langsung artinya peneliti menyatu dengan obyek dan tetap membiarkan lingkungan dalam keadaan alamiah. Hal ini dilakukan untuk dapat mendeskripsikan suatu gejala tertentu dalam lingkungan penelitian tersebut.

(27)

1) Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi.

2) Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan

induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan

sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

3) Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

4) Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

5) Peneliti dapat menemukan hal-hal diluar persepsi responden sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

6) Dalam lapangan penelitian tidak hanya dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi.

Dalam melaksanakan observasi ini peneliti dapat menempuh berbagai kemungkinan, diantaranya peneliti dapat mengadakan pengamatan bebas di mana ia tidak terikat oleh waktu, dapat pula ia membatasi diri dalam waktu tertentu. Di samping itu peneliti mungkin juga mengadakan observasi untuk mengetahui frekuensi suatu fenomena yang terjadi dalam sebuah skala nilai.

(28)

mengajarkan materi, sarana atau media pengajaran yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pengajaran, cara guru menilai proses dan hasil belajar siswa, dan observasi terhadap aktivitas siswa merespon pengajaran yang diberikan oleh guru. Kegiatan observasi ini dilakukan berulang kali sampai diperoleh semua data yang diperlukan. Pelaksanaan yang berulang ini memiliki keuntungan di mana responden yang diamati akan terbiasa dengan kehadiran peneliti sehingga responden berperilaku apa adanya (peneliti dalam posisi unobstrusive).

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dengan tujuan tertentu. Wawancara dilakukan antara lain untuk membuat suatu konstruksi “sekarang dan di sini” mengenai orang, peristiwa, aktivitas, motivasi, perasaan, dan lain sebagainya ; merekonstruksi hal-hal yang telah berlalu ; memproyeksi suatu kemungkinan yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Kamarga dalam Lincoln & Guba, 1985: 268).

Dalam hal bentuk wawancara, Lincoln & Guba dalam Kamarga (1985:268), selanjutnya mengelompokkan wawancara ke dalam tiga kategori yakni (1) kategori berdasarkan stuktur, (2) kategori berdasarkan keterbukaan, dan (3) kategori berdasarkan kualitas hubungan antara wawancara dengan responden.

(29)

ditempuh dengan pertimbangan bahwa data-data yang diperlukan bersifat data eksplorasi mengenai pemahaman guru mengenai pembelajaran tematik. Setelah wawancara dilakukan, informasi yang diperoleh diolah dan dikonfirmasi melalui tahapan triangulasi dan member-chek data observasi dan wawancara serta dokumentasi kemudian peneliti mengolah, menafsirkan, menganalisisnya menurut metode, teori, teknik dan pandangannya sendiri.

3. Analisis Dokumentasi

Dokumen dan catatan (document & record) merupakan sumber informasi yang sangat berguna. Menurut Lincoln & Guba dalam Kamarga (1985: 276-277), ada beberapa alasan menggunakan dokumen dan catatan antara lain (1) dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena mudah diperoleh dan relatif murah, (2) merupakan sumber informasi yang mantap, baik dalam pengertian merefleksi situasi secara akurat maupun dapat dianalisis/menganalisi ulang tanpa melalui perubahan di dalamnya, (3) dokumen dan catatan merupakan sumber informasi yang kaya, (4) keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal, yang menggambarkan pernyataan formal, dan (5) tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan nonreactive, tidak memberi reaksi /respon atas perlakuan peneliti.

(30)

dominan. Data dokumentasi juga perlu diperhatikan untuk membantu melengkapi data hasil observasi dan wawancara serta untuk mengecek kebenaran data.

Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber informasi adalah dokumen, berupa dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang terdiri dari silabus pembelajaran tematik kelas 3 Sekolah Dasar, dokumen program semester, dokumen RPP, dan dokumen hasil belajar siswa. Agar dokumen tersebut lebih berarti, maka peneliti berusaha menanyakan dengan jelas kemudian dianalisa kebenarannya melalui metode observasi dan wawancara sehingga didapatkan data penelitian yang saling mendukung dan menunjang kelancaran penganalisa selanjutnya.

D. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif telah dilaksanakan manakala penulis masih di lapangan. Bahkan analisis ini telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah. Hal ini dilakukan sebelum peneliti terjun ke lapangan dan berlangsung sampai penulisan hasil penelitian ini. Menurut Nasution (1996: 128) bahwa tidak ada satu cara tertentu yang dapat dijadikan pegangan bagi semua penelitian. Salah satu cara yang dapat dianjurkan adalah mengikuti langkah-langkah berikut yakni (1) reduksi data, (2) display data, (3) mengambil kesimpulan.

(31)

three concurent flows of activity is data reduction, data display, and conclusion

drawing/verification”.

1. Reduksi Data

Sebagai langkah pertama dalam menganalisis data adalah melakukan reduksi data. Dengan data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang rinci. Laporan ini akan terus menurus bertambah dan akan menambah kesulitan bila tidak segera dianalisis sejak awal. Kegiatan reduksi data ini dilakukan dengan cara membuat rangkuman terhadap aspek-aspek permasalahan yang diteliti sehingga akan memudahkan peneliti untuk melakukan langkah-langkah analisis berikutnya. Permasalahan yang akan direduksi adalah bagaimana implementasi kurikulum tematik dilaksanakan dalam proses pembelajaran di kelas. Aspek lainnya yaitu guru sebagai pelaksana kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar dalam hal menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas serta pengelolaan kelas yang baik dengan menggunakan metode serta strategi pembelajaran dengan benar serta memberikan penilaian hasil belajar siswa.

2. Display Data

(32)

3. Mengambil Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian mula-mula sangat tentatif , kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu lebih grounded. Jadi kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.

E. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : tahap persiapan (pra-lapangan), tahap pelaksanaan, dan tahap analisis. Untuk jelasnya selama penelitian, maka akan dijelaskan lebih rinci.

1. Tahap Persiapan

Kegiatan tahapan ini meliputi (1) survey awal lapangan dan studi literatur, (2) menyusun rancangan penelitian, (3) memilih lokasi penelitian, (4) mengurus perizinan, (5) tahap pelaksanaan dan pengujian penelitian.

1). Survey awal lapangan dan studi literatur

(33)

Berdasarkan hasil survey pendahuluan, diperoleh gambaran bahwa mayoritas sekolah dasar melakukan kegiatan belajar mengajar hanya berdasarkan tuntutan buku teks yang telah ditentukan oleh pihak berwenang. Kinerja guru juga hanya mengajar terget materi saja, terkadang kurang melihat aspek yang lainnya. Tehnik guru juga hanya menggunakan metode yang konvensional malah terkadang membosankan. Adapun mengenai evaluasi belajar yang dilaksanakan guru hanya sebatas formalitas dan kurang memperhatikan aspek lain dari siswa. 2). Menyusun rancangan penelitian

Berdasarkan hasil survey pendahuluan, selanjutnya disusun rancangan penelitian untuk diajukan dalam seminar proposal. Setelah melalui beberapa diskusi, maka ada perbaikan meskipun pada dasarnya permasalahan yang diajukan dapat disetujui. Kemudian mendapatkan pembimbing, maka diajukanlah permasalahan penelitian ini. Ada juga beberapa masukan yang dapat membantu dalam penelitian ini.

1) Memilih lokasi penelitian

Penetapan lokasi penelitian disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti. Dengan kata lain, lokasi penelitian yang dipilih harus dapat memberi data yang diperlukan guna menjawab masalah penelitian.

(34)

1) Implementasi kurikulum dilaksanakan dalam kegiatan yang sesuai dengan tujuan KTSP

2) Kondisi lingkungan sekolah cukup memadai dan menunjang keberhasilan proses implementasi

3) Latar belakang sosial siswa sekolah tersebut heterogin

4) Guru memiliki motivasi untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Kriteria tersebut menjadi dasar penentuan lokasi penelitian.berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti, maka kemudian peneliti menetapkan lokasi penelitian di SD Negeri Cadasari 3 Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kondisi sekolah memadai sesuai dengan tuntutan penelitian, komposisi siswa heterogin dan para guru memiliki motivasi yang tinggi untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

2) Mengurus perizinan

Pelaksanaan penelitian ini berdasarkan surat permohonan untuk mengadakan penelitian yang dikeluarkan oleh Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung yang ditujukan kepada kepala sekolah SD Negeri Cadasari 3 Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang.

3) Tahap pelaksanaan dan pengujian

(35)

peneltian ini tidak dicantumkan nama sebanarnya, tetapi diberi kode sebagai

(36)

1). Tahap Orientasi

Pada tahap ini peneliti mengadakan wawancara pendahuluan dengan kepala sekolah. Kegiatan ini bertujuan agar dalam melaksanakan penelitian dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan yang diajukan. Di samping itu, peneliti mencoba mengadakan pendekatan personal dengan beberapa guru yang akan dijadikan responden.

Pada tahap ini pula peneliti mencoba untuk menerima masukan mengenai permasalahan yang ada di sekolah. Masalah yang disampaikan baik oleh kepala sekolah dan guru-guru ini akan dapat membantu peneliti lebih mengetahui lebih awal tentang kondisi yang ada. Peneliti melakukan hal ini sekitar bulan Desember 2010-Maret 2011. Maka manakala memasuki masa eksplorasi, peneliti akan merasa seperti bagian dari sistem yang ada terutama bagi responden.

2) Tahap Eksplorasi

Dalam tahap ini fokus penelitian akan lebih jelas sehingga dapat dikumpulkan data yang lebih terarah dan lebih spesifik. Tahap eksplorasi ini dilaksanakan dengan observasi di kelas, wawancara, dan studi dokumentasi dengan responden yang ditunjuk yaitu:

(37)

2. Wawancara dilaksanakan dengan guru sebagai responden. Berkaitan dengan fokusnya yaitu bagaimana guru menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, menyusun RPP, melaksanakan administrasi kelas serta melaksanakan kegiatan pembelajaran.

3. Melaksanakan observasi kelas dalam rangka untuk mengetahui lebih mendalam guru mengimplementasikan kurikulum. Dalam kegiatan ini yang menjadi fokusnya adalah kegiatan guru dalam merencanakan pengajaran, pendekatan guru, membuka dan menutup kegiatan belajar mengajar, serta pelaksanaan hasil evaluasi.

4. Melakukan kajian dokumen melalui arsip-arsip hasil evaluasi siswa. Disamping itu juga meliputi arsip mengenai kurikulum sekolah.

5. Mengikuti evaluasi mingguan sebagai evaluasi dari kegiatan belajar mengajar dalam pelaksanaan kegiatan ini melihat pada pelaksanaan pengajaran, kesulitan dan hambatan yang dihadapi di lapangan oleh guru serta memecahkan masalah tersebut dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

3). Tahap member check

(38)

F. Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian, keabsahan data harus dapat dibuktikan kebenarannya, sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi: 1) Mendemontrasikan nilai yang benar

2) Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan

3) Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan netralnya dari temuan dan keputusan-keputusannya. (Moleong, 2006: 320)

Sama halnya dengan penelitian kuantitatif bahwa suatu studi tidak akan valid jika tidak reliabel, maka penelitian kualitatif juga perlu dilakukan uji keabsahan, kesahihan (validitas) dan keandalannya (realibitas).

(39)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan deskripsi, analisis dan pembahasan data hasil penelitian tentang studi evaluatif terhadap implementasi pembelajaran tematik di kelas rendah SD Negeri Cadasari 3 Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang yang dilakukan terhadap dua orang guru yaitu guru kelas 3A dan guru kelas 3B. Di peroleh Simpulan yang difokuskan pada jawaban atas pertanyaan penelitian di Bab I. Pada bab ini dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:

(40)

tertuang dalam dokumen kurikulum. Guru lebih cenderung menganggap bahwa yang terpenting dalam pembelajaran tematik adalah setiap pembelajaran menggunkaan tema.

Guru berpendapat bahwa penerapan pembelajaran tematik memberi makna baru pada proses pembelajaran di kelas. Kedua guru mengaku ada perbedaan terhadap kualitas hasil belajar siswa yang dinilainya labih meningkat setelah menggunakan pembelajaran tematik. Diungkapkan pula bahwa siswa terkesan lebih termotivasi dan senang belajar dengan pendekatan tematik.

Mengenai pemilihan tema yang digunakan dalam pembelajaran tematik, kedua guru hanya menggunkaan tema yang sudah tersedia di buku teks yang dibuat oelah penerbit. Keterbatasan guru tentang pemahaman pembelajaran tematik dilatar belakangi kurangnya informasi yang didapat mengenai pembelajaran tematik. Diakui oleh seorang guru, pengetahuan yang dimiliki tentang pembelajaran tematik masih perlu pembinaan lebih lanjut. Cara guru menyikapi sebuah kurikulum juga dipengaruhi oleh situasi-situasi yang berhubungan dengan tugas-tuganya. Pada kasus kelas 3 ini cara guru menyusun KTSP membuat guru kewalahan dalam mengatur jam belajar yang telah dialokasikan oleh pihak dinas pendidikan kabupaten dengan ketuntasan dalam menyelesaikan satu tema. Guru merasa fungsinya sebagai pengembang kurikulum sekolah belum bisa dijalankan secara maksimal dan guru belum dianggap ‘brainware’ yang sangat menentukan keberhasilan implementasi sebuah kurikulum.

Kedua, pada dasarnya kedua guru sudah membuat perencanaan

(41)

pembelajaran yang dibuat oleh guru berupa silabus, program semester, dan RPP. Meskipun ada beberpa hal dalam proses pembelajaran yang sedikit keluar dari rencana pelaksanaan pembelajaran.

Ketiga, faktor pendukung yang mempengaruhi keterlaksanaan

implementasi kurikulum KTSP tematik adalah 1). Kepala Sekolah terkait fungsinya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor dan sebagai penanggungjawab segala kegiatan yang dilakukan oleh seluruh komponen sekolah; 2). Rekan sejawat guru; 3). Lingkungan sosial yang mendukung dan kondusif; 4). Sarana dan prasarana yang mamadai. Faktor penghambat perancanaan dan implementasi adalah tidak adanya ahli kurikulum, kurangnya kemauan guru menggali informasi serta kejelasan mengenai pembelajaran tematik membuat guru masih kebingungan dalam penerapannya, sikap guru terhadap kurikulum khususnya kurikulum KTSP tematik belum memahami sepenuhnya dan kurangnya fasilitas dan sumber balajar. Dampak lainnya adalah tugas dan pekerjaan guru semakin bertambah berat karena harus selalu berusaha menciptkan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.

Keempat, penerapan pembelajaran tematik mampu meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya kualitas hasil belajar siswa.

B. REKOMENDASI

(42)

beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi terhadap pihak yang terkait diantaranya, adalah sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah

Untuk kepala sekolah sebaiknya lebih memberikan motivasi, arahan, anjuran dan bimbingan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, agar guru semakin paham mengenai pembelajaran tematik sehingga guru tidak kesulitan dalam mengimpementasikannya.

2. Bagi Guru

Secara individu guru hendaknya lebih meningkatkan kemampuan, pengetahuan, wawasan serta keterampilan dalam memahami kurikulum. Jika masih ada yang samar atau sukar untuk dipahami dapat bertanya atau berdiskusi dengan guru-guru teman sejawat yang mungkin lebih mamahami. Secara kelompok guru dapat memanfaatkan pertemuan KKG untuk melakukan pendalaman atau sharing dalam pemahaman dan penerapan implementasi kurikulum khususnya kurikulum KTSP tematik.

3. Dinas Pendidikan

(43)

kebingungan dalam memahami kurikulum KTSP tematik yang memerlukan kreativitas yang tinggi seorang guru.

4. Penelitian selanjutnya

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. (1982). Qualitative Research for Education : An

Introduction to Theory and Methods. Boston : Allyn and Bacon Inc.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP.

Depag RI. (2005). Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik. Jakarta : Dirjen Kelembagaan Agama Islam.

Depdikbud. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Diana, Nirva. (1999) Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Jaring

laba-laba di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas Pada Sekolah Dasar di Kotamadya Bandar Lampung). Tesis Magister Kependidikan IKIP

Bandung.

Dinas Pendidikan Provinsi Banten. (2009). Buku Tematik Terpadu Kelas 3 Buku

1. Tanggerang : PT Griya Widya Pustaka.

Djati, I. (2001). Menuju Masyarakat Belajar (mengagas paradigma baru

pendidikan). Jakarta : Paramadina Press.

Hamalik, O. (1993). Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Trigenda Karya. Hamalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Sinar Grafika.

Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Sinar Grafika.

Hamalik, O. (2008). Manajemen pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Hamid, A. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta : Depdikbud.

Kamarga, H. (1994). Konsep IPS dalam Kurikulum Sekolah Dasar dan

Implementasi di Sekolah. Tesis Magister pada PPS PK UPI Bandung:

(45)

Komalasari, Novi. (2008). Implementsi Pembelajaran Tematik Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan Sekolah Dasar pada Tiga Sekolah di Kabupaten Cirebon. Tesis Magister Pendidikan Program Studi Pengembangan

Kurikulum Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung.

Miles, M.B. & Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif, Alih bahasa

oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta : UI-Press.

Miller, J. & Seller, W. (1985). Curriculum Perspective and Practice. New York : Longman Inc.

Moleong, L. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis Kompetensi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Muslich, M. (2008). KTSP (kurikulum Tingkat Satuan Dasar

Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pemngembangan.

Jakarta : PT Bumi Aksara.

Nasution, B. (1999). “Sistem Pendidikan di Indonesia : Evaluasi dan Pencarian

Format Pendidikan Alternatif Yang Bisa di Kembangkan”. Makalah pada

diskusi panel pendidikan nasional. : Mutiara.

Nasution, S. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Olivia, Peter F. (Third Edition) 1992. Defeloving the curriculum.Harper Collins

Publishers (626 Halaman).

Rusman. (2010). Manajemen Kurikulum. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran “Teori dan

Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Pranada Media

Group.

Stake, R. (1968). The Countenance of Educational Evaluation in Short E.C. &

Marconnet, G.D., Contemporary Thought on Public School Curriculum.

(46)

Sudjana, N. & Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. CV Alfabeta. Sumantri, M. (1988). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : P2LPTK.

Supriatna, M. (2006). Pembelajaran Tematik untuk Kelas Rendah di Sekolah

Dasar. Makalah pada seminar dan TOT Implementasi KTSP di Sekolah

Dasar pada Juni 2006.

Syaichudin, M. (2003). Study Evaluatif Implementasi Kurikulum Full Day School

Dalam Proses Pembelajaran di Kelas (Studi Kasus di SD Islam Salman Al Farisi Kota Bandung). Tesis Magister Pendidikan Program Studi

Pengembangan Kurikulum Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung.

Syaodih, N.S. (1999). Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Trianto. (2010). Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Usman, U. (1999). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Wijaya, C. (1992). Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.

Bandung : PT Rosdakarya.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.

Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Standar Isi dan

Standar Kompetensi Lulusan.

Gambar

Tabel 4.1: Data Siswa SD Negeri Cadasari 3 Dalam 3 Tahun Terakhir..... 77

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, mahasiswa juga mendapat pengarahan yang berkaitan dengan kedisiplinan, baik untuk kepentingan mahasiswa PPL maupun yang menyangkut siswa sehingga semua diharapkan

Program Pengelolaan Pembelajaran (PPP) merupakan mata kuliah wajib yang harus di tempuh mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan sebagai upaya untuk melatih

Hasil yang didapat dari penelitian adalah dengan menggunakan metode penugasan, perusahaan dapat menempatkan karyawannya sesuai dengan keterampilan dan keahlian dalam melakukan

Tapi lambat laun dengan berjalannya waktu sampai 2016 ini permasalahan demi permasalahan diatasi hingga sampai tahap pengembangan usaha yang membutuhkan media informasi

Penjual ikan yang menggunakan kendaraan dalam memasarkan ikannya mulai dari tempat pelelangan ikan atau TPI hingga hampir keseluruhan Kota Kendari sedangkan penjual

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, besaran kegagalan pasar pengiriman komoditi gurita (oct. flower dan oct. Ball) dari PPS Kendari ke Pelabuhan Gresik

Biasanya pada sapi dan kuda yang terdapat luka atau lecet di daerah kulit yang kemudian tercemar oleh kuman anthraks, maka hewan tersebut akan terinfeksi