Ahmad Hafidz,2012
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... ii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv A. Latar belakang masalah ... 1
B. Identifikasi masalah ... 12
C. Rumusan masalah ... 13
D. Tujuan Penelitian ... 14
E. Kegunaan penelitia ... 14
F. Asumsi penelitian... 15
G. Definisi Operasional ... 16
BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Pedagogis Guru ... 17
B. Media Pembelajaran... 20
C. Efektivitas pembelajaran ... 24
D. Penelitian terdahulu ... 28
E. Kerangka pemikiran ... 28
F. Hipotesis ... 29
G. Pengaruh kompetensi pedagogis terhadap efektivitas pembelajaran . 30 H. Pengaruh pemanfaatan media terhadap efektivitas pembelajaran ... 32
Ahmad Hafidz,2012
A. Metode Penelitian ... 37
B. Populasi dan sampel penelitian 1. Populasi penelitian ... 37
2. Sampel penelitian ... 38
C. Variabel dan operasional varieabel ... 39
D. Teknik pengumpulan data ... 40
E. Pengujian instrument penelitian ... 42
F. Uji validitas ... 44
1. Validitas kiisoner ... 44
2. Tahap validitas kisoner ... 44
G. Uji reliabilitas ... 46
H. Pengujian instrument penelitian ... 47
I. Metode analisis ... 51
1. Statistik deskriptif ... 51
2. Uji asumsi klasik ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 60
1. Deskripsi objek penelitian ... 60
2. Analisis data ... 61
B. Pembahasan ... 79
1. Pembahasan kompetensi pedagogis berpengaruh terhadap efektifitas pembelajaran ... 79
2. Pembahasan pemanfaatan media berpengaruh terhadap efektifitas pembelajaran ... 80
3. Pembahasan kompetensi pedagogis berpengaruh terhadap pemanfaatan media ... 81
4. Pembahasan kompetensi pedagogis dan pemanfaatan media berpengaruh secara simultan terhadap efektifitas pembelajaran .... 82
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 85
B. Rekomendasi ... 86
C. Implikasi ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88
Ahmad Hafidz,2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Dinamika pendidikan dewasa ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat baik dari sisi siswa, pendidik maupun dari sisi sarana dan prasarana.
Pendidikan tidak hanya dilaksanakan disekolah secara formal saja, namun lebih dikembangkan dengan bantuan teknologi, terutama teknologi informasi. Selain itu
metode pembelajaran yang berfariasi juga turut mendukung terciptanya efektifitas pembelajaran dikelas. Dengan berfariasinya metode pembelajaran ini, dibutuhkan kemampuan seorang guru untuk dapat memilih metode yang paling tepat untk
diterapkan pada proses kegiatan belajar mengajar dikelas.
Guru merupakan sosok yang selalu diagungkan oleh sebagian besar orang,
dianggap memiliki tingkat pengetahuan yang lebih. Sebagai figur sentral dalam dunia pendidikan, guru harus memiliki karakteristik kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan psikologik-pedagogik. Karena itu, guru harus memiliki
berbagai kompetensi, di antaranya kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, sosial dan profesional. Untuk dapat teracapai tujuan dari pembelajaran
maka diperlukan ilmu mendidik yang disebut dengan kompetensi pedagogik atau suatu ilmu yang bukan saja menelaah obyeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki obyek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya harus
bertindak. Menurut Kusnandar (2009:76)
Ahmad Hafidz,2012
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Diantara kompetensi yang dipersaratkan pada kompetensi pedagogis yang harus dikuasai oleh guru adalah kemampuan guru dalam merencanakan program
pembelajaran. Sebelum mengajar guru harus sudah melakukan perencanaan program pembelajaran agar sesuai dengan tujuan yaitu mencapai efektifitas
pembelajaran. Selain itu manfaat pembelajaran juga sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat didalamnya. Manfaat lainnya adalah sebagai alat ukur efektif tidak nya suatu pekerjaan.
Perencanaan program mengajar dituangkan dalam RPP (Rencana pelaksanaan pembelajaran). RPP tersebut disusun selengkap mungkin dan
sistematis sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru lain. Terutama ketika guru yang bersangkutan tidak hadir, guru lain dari mata pelajaran serumpun dapat menggantikan langsung, tanpa harus merasa kebingungan ketika hendak
melaksanakannya. Namun pada kenyataanya umumnya hanya berisi langkah-langkah yang cenderung tidak operasional dan langkah-langkah tersebut cenderung bersifat
kegiatan rutin. Belum tampak adanya spesifikasi langkah-langkah pembelajaran sesuai karakter mata pelajaran dan perkembangan peserta didik.
Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah
bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Sehingga hasil belajar anak dapat meningkat dan target
Ahmad Hafidz,2012
pedagogik senantiasa dapat ditingkatkan melalui pengembangan kajian masalah dan alternatif solusi.
Kompetensi Guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru, dinyatakan bahwasanya
kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi Guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung.
Kompetensi pedagogik yang dimaksud dalam tulisan ini yakni antara lain kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik
meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak. Sedangkan Pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelajaran,
mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.
Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah
bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
Ahmad Hafidz,2012
meningkat dan target perencanaan guru dapat tercapai. Pada prinsipnya, Kesemua aspek kompetensi paedagogik di atas senantiasa dapat ditingkatkan melalui
pengembangan kajian masalah dan alternatife solusi.
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini
dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran”. Kompetensi ini dapat dilihat
dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan
melakukan penilaian. Pada realisasinya sebagian besar guru di SMK Negeri 1 Indramayu telah membuat program belajar mengajar dengan baik. Interaksi antara
siswa dan guru pun berjalan dengan baik. Namun pengelolaan proses belajar mengajar terkadang masih kurang teratur. Proses belajar mengajar terkadang selesai pada saat sebelum waktu nya.
Proses belajar mengajar masih terkendala ketika guru tidak masuk atau sedang ada keperluan sehingga meninggalkan kelas. Secara umum para guru telah
memahami kompetensi pedagogik yang termasuk kedalam bagian dari kompetensi guru ini namun belum melaksanaaknnya secara maksimal sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. jika proses belajar mengajar tersebut berjalan seperti
yang telah direncanakan dalam program belajar, maka tuuan pembelajaran dapat tercipta. Proses belajar mengajar akan menghasilkan efektivitas belajar, sehingga
Ahmad Hafidz,2012
Faktor lain yang dipesyaratkan pada kompetensi pedagogis adalah proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama
antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk terinternalisasi dalam diri peserta pembelajaran dan
menjadi landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Maka kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri.
Sebuah proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3 aspek, yaitu : aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek
Psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya praktikum-praktikum dengan tujuan terbentuknya ketrampilan eksperimental. Aspek kognitif difasilitas lewat berbagai
aktifitas penalaran dengan tujuan adalah terbentuknya penguasaan intelektual. Sedangkan aspek afektif dilakukan lewat aktifitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional. Ketiga aspek
tersebut bila dapat dijalankan dengan baik akan membentuk kemampuan berfikir kritis dan munculnya kreatifitas. Dua kemampuan inilah yang mendasari skill
problem solving yang diharapkan wujud pada diri siswa.
Jadi proses pembelajaran merupakan proses belajar yang berkelanjutan tidak hanya dikelas tapi merupakan kelanjutan belajar dirumah dan diluar jam
pelajaran. Proses belajar yang berlangsung di lingkungan Sekolah kejuruan secara umum telah berlangsung secara baik. Namun harus terus ditingkatkan dengan cara
Ahmad Hafidz,2012
kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru namun juga didukung oleh faktor lain diantaranya adalah media pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan suatu perantara seperti apa yang dimaksud pada pernyataan di atas. Dalam kondisi ini, media yang digunakan
memiliki posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar bagi guru (teaching aids). Misalnya alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi
visual atau verbal. Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap
dan retensi belajar siswa. Sehingga alat bantu yang banyak dan sering digunakan adalah alat bantu visual, seperti gambar, model, objek tertentu, dan alat-alat visual
lainnya.
Oleh karena dianggap sebagai alat bantu, guru atau orang yang membuat media tersebut kurang memperhatikan aspek disainnya, pengembangan
pembelajarannya, dan evaluasinya. “ Terdapat beberapa faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap proses pembelajaran, yaitu pengajar, mahasiswa, sumber belajar, alat belajar, dan kurikulum”, (Once Kurniawan, 2005 :38). Suatu media dikatakan sebagai alat bantu pembelajaran ketika pesan yang ingin
disampaikan dari media tersebut tidak langsung ada dalam media itu, melainkan memerlukan penjelasan lebih jauh oleh narasumber (penyaji). Artinya, pesan yang
Ahmad Hafidz,2012
disampaikan masih memerlukan penjelasan dari orang yang akan menyajikan (presenter). Pesan yang ada dalam slide presentasi, masih bersipat point-point
informasi (pointer) saja.
Keberhasilan tujuan komunikasi yang ingin disampaikan melalui media
tersebut masih sangat tergantung pada penyajinya. Itulah sebabnya, kita katakan sebagai alat bantu pembelajaran. Begitu pula halnya dengan OHP, Poster, Peta, dan lain-lain. Buku, CD-pembelajaran, atau video pembelajaran terkandug pesan
yang terinteegrasi dengan media tersebut untuk dikomunikasikan kepada penggunanya, sehingga pengguna tersebut dapat memahaminya dengan baik telah
ada langsung (embeded) dalam media itu. Sehingga, walaupun tanpa penjelasan lebih jauh dari si pembuat (katakanlah penulis untuk buku), pengguna relatif akan
memahaminya dengan baik. Itulah sebabnya, kita katakan sebagai media pembelajaran. Begitu pula dengan audio-cassette, dan lain-lainnya.
Penjelasan di atas menunjukkan kepada kita bahwa, secara konsep media itu
terbagi dalam dua kategori. Pertama media dapat dikatakan sebagai alat bantu pembelajaran dan kedua sebagai media pembelajaran. Ketika media berperan
sebagai alat bantu pembelajaran, efektifitasnya sangat tergantung dari penyaji (narasumber) yang mengkomunikasikan pesan yang ada didalamnya. Sementara efektifitas media pembelajaran akan sangat tergantung pada ketepatan pemilihan
media yang sesuai dengan tujuan serta karakteristik pengguna, dan ketepatan penggunaannya.
Ahmad Hafidz,2012
Selain itu juga media pembelajaran dikelompokkan kedalam kategori display (seperti papan tulis), media audio (mp3, akset audio), media audio-vsiual (video,
film gerak), media visual yang diproyeksikan (OHP, slide presentasi, dll), media yang didistribusikan secara elektronik (radio, televisi, dll), media berbasis
komputer (CD interaktif) dan lain-lain.
SMK yang merupakan sekolah kejuruan mensaratkan para guru untuk memanfaatka media pembelajaran pada proses belajar mengajar. Idealnya pada
tiap kelas teori maupun praktek harus disediakan media porjektor untuk menyampaikan materi pelajaran. Hal ini bertujuan agar pelajaran dapat
disampaikan kepada siswa secara lebih baik. Informasi yang ditampilkan melalui media infocus dapat berfariasi, baik informasi berupa tekstual, gambar maupun
audio video. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat guru yang belum memanfaatkan media pembelajaran secara maksimal. Persyaratan sertifikasi guru agar setiap guru harus menggunakan media pembelajaran pun belum terlaksana
secara maksimal. Masih banyak media infocus yang belum dimanfaatkan oleh guru. Masih banyak pula guru yang menggunakan metode ceramah dalam
pelaksanaan belajar mengajar di kelas.
Hal ini akan sangat berpengaruh pada efektivitas pembelajaran di kelas. Pentingnya pemanfaatan media pembelajaran menjadikan factor yang dapat
berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar siswa. Jika guru belum memanfaatkan media internet, maka informasi yang bias didapat oleh guru yang
Ahmad Hafidz,2012
memperkaya materi pelajaran. pemanfaatan media pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan
dan isi pelajaran) pada saat itu.
Kehadiran media dalam pembelajaran juga dikatakan dapat membantu
peningkatan pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan
belajar mengajar. Hal ini seperti diungkapkan oleh Brown (2003:18) yang mengungkapkan bahwa „media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran‟.
Pada kenyataannya guru-guru di SMK Negeri 1 Indramayu masih belum
memanfaatkan media pembelajaran dalam proses mengajar di kelas. Metode ceramah masih menjadi andalan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Walaupun demikian sekolah tetap menediakan sarana media pembelajaran seperti
ketuntasan materi pelajaran menunjukkan efektifitas dari suatu proses pembelajaran yang baik. Sesuai dengan tujuannya maka penyampian materi
pelajaran yang efektif adalah ketika suatu materi pelajaran dapat tercapai secara tuntas sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya oleh para guru dan terdapat pengaruh yang baik pada prestasi hasil belajar siswa.
Presentase keberhasilan pembelajaran pada mata pelajaran produktif multimedia tidak cukup hanya dengan menggunakan metode konvensional. Namun tentu saja
Ahmad Hafidz,2012
Pentingnya efektifitas pembelajaran karena menyangkut masalah kuantitas dan kualitas pembelajaran pada tiap mata pelajaran. Efektifitas merupakan tolak
ukur yang menyatakan sebarapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dengan bantuan teknologi informasi terutama dengan menggunakan
multimedia hiperaktif diharapkan dapat tercapai tujuan seperti yang dimaksud dalam efektifitas pembelajaran. Pada kenyataanya di SMK Negeri 1 Indramayu menetapkan standar nilai yang cukup ideal untuk tiap siswa. Namun demikian
tidak serta merta sebanding dengan kemampuan siswa pada tiap kompetensi yang telah dipelajari di kelas.
Tujuan efektifitas pembelajaran secara khusus di SMK Negeri 1 Indramayu yakni meningkatnya prestasi belajar siswa dalam hal menguasai
kompetensi keahlian yang telah diajarkan di kelas. Selain itu pun diharapkan pula tercapai efektivitas belajar dengan memanfaatkan fasilitas daran dan prasarana yang telas tersedia di kelas. Jika hal ini dapat direalisasikan di kelas maka akan
tercipta efektifitas dan peningkatan prestasi belajar siswa. Selain itu efektif atau tidak nya suatu pembelajaran dapat dievaluasi dari program perencaraan
pembelajaran yang telah dibuat oleh guru. Jika semua program belajar tersebut telah terealisasi dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa proses belajar telah efektif. Hali ini sesuai dengan yang di nyatakana oleh Purwadarminta ( 1994:32)
bahwa “di dalam pengajaran efektivitas berkenaan dengan pencapaian tujuan, dengan demikian analisis tujuan merupakan kegiatan pertama dalam perencanaan
Ahmad Hafidz,2012
Jadi seorang guru wajib mengetahui kompetensi guru dan menguasai indikator yang ada didalamnya. Selain itu guru harus melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah yang dituangkan dalam kompetensi guru. Diantara yang diharuskan
dalam proses pembelajaran adalah memanfaatkan media pembelajaran sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran mauun sebagai alat bantu pembelajaran.
Seorang guru yang mengetahui tentang kompetensi guru namun belum tentu juga melaksanakan apa yang diketahuinya tentang komeptensi tersebut. pada
saat mengajar guru harus melaksanakan metode pembelajaran, penguasaan kelas begitu pula jika tersedia media pembelajaran maka guru harus memanfaatkannya.
Jika seorang guru yang memahami akan kompetensi guru namun tidak memanfaatkan media pembelajaran, maka efektifitas pembelajaran tidak akan tercapai, namun sebaliknya jika dimanfaatkan maka akan tercapai efektifitas
pembelajaran.
SMK Negeri 1 Indramayu merupakan salah satu sekolah RSBI (rintisan
sekolah bertaraf Internasional) yang tentunya harus lebih baik dari sekolah lain, baik dari sisi proses kegiatan belajarnya maupun dukungan sarana dan prasarananya. Oleh karena nya dari pembahasana diatas tentang kompetensi guru
khususnya kompetensi pedagogis dan pemanfaatan media pembelajaran menjadi sangat penting untuk mendukung efektifitas belajar di SMK negeri 1 Indramayu.
Ahmad Hafidz,2012
tidak semudah dengan pelaksanaan di lapangan. Sekolah juga berusaha terus untuk memperbaiki sarana dan pendukung kegiatan belajar disekolah, diantarnya
dengan memfasilitasi media pembelajaran seperti media infokus, internet hotspot, computer dan netbook serta fasilitas lab yang cukup memadai. Dengan
tersedianya begitu lengkapnya media pembelajaran, namun belum semua guru memanfaatnya secara maksimal.
Masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah yang bersifat
monolog dan pemberian materi pelajaran satu arah. Sedangkan efektifitas belajar dapat tercipta jika guru memanfaatkan media pembelajaran secara maksimal. Jadi
walapun hampir tiap guru telah mendapatkan pelatihan untuk tiap kompetensi nya namun belum tentu juga mampu memanfaatkan media pembelajaran. Dalam
penelitian ini penulis mencoba untuk meneliti pengaruh kompetensi pedagogic yang telah dipahami oleh guru dengan pemanfaatan media pembelajaran terhadap efektifitas pembelajaran di kelas. Dengan latar belakang tersebut maka penulis
mencoba untuk melakukan penelitian yang akan diberi judul : “Pengaruh kompetensi pedagogis dan pemanfaatan media pembelajaran terhadap
efektivitas pembelajaran”.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai beikut:
Ahmad Hafidz,2012
2. Masih belum tercipta situasi pembelajaran yang kondusif.
3. Masih terdapat guru guru yang belum memanfaatkan media pembelajaran
dikelas.
4. Fasilitas yang memadai disekolah belum mendukung terciptanya
pembelajaran yang efektif
5. Belum tercapainya efektifitas belajar seperti yang telah direncanakan pada program mengajar guru.
C. Rumusan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah diatas maka terdapat guru yang telah mengetahui dan memahami kompetensi pedagogis namun belum memanfaatkan
media pembelajaran sehingga belum dapat tercapai efektifitas pembelajaran. Namun sebaliknya jika ada guru yang telah memanfaatkan media pembelajaran
maka diharpakan dapat tercapai efektifitas pembelajaran..
Dalam peneltian ini efektivitas yang dimaksud adalah sejauh mana tingkat produktivitas manfaat media pembelajaran dalam mencapai tujuan dan sasaran
berupa efektifitas pembelajaran. Secara konsep kompetensi pedagogis adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Diantara kompetensi pedagogis yang
harus dimiliki oleh guru adalah penguasaan atau pemanfaatan media pemlejaran. Namun masih perlu dilakukan penelitian untuk dapat mengetahui apakah komptensi guru yang memanfaatkan media pembelejaran dapat tercapai efektifitas
Ahmad Hafidz,2012
Dari kajian tersebut diatas maka perlu disusun suatu rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogis terhadap efektivitas pembelajaran?
2. Bagaiamana pengaruh pemanfaatan media pembelajaran terhadap efektivitas pembelajaran ?
3. Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogis terhadap pemanaatan media
pembelajaran?
4. Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogis dan pemanfaatan media
pembelajaran terhadap efektifitas pembelajaran?
D. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik terhadap efektifitas pembelajaran.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan media pembelajaran terhadap efektifitas pembelajaran
3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogic terhadap pemanfaatan media pembelajaran
4. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik dan pemanfaaan media
pembelajaran terhadap efektifitas pembelajaran.
Ahmad Hafidz,2012
Hasil penelitian ini berguna untuk :
1. Memberikan motivasi kepada guru agar program belajar yang telah dirancang
dapat tercapai.
2. Memberikan masukan untuk pihak sekolah agar memberikan pelatihan bagi
guru guru yang belum menguasai media pembelajaran
3. Membantu menciptakan pembelajaran yang efektif di sekolah.
4. Dapat digunakan sebagi bahan kajian dan informasi bagi para peneliti untuk
mengkaji secara lebih mendalam pada penelitian selanjutnya.
F. Asumsi penelitian
Asumsi dalam penelitian diperlukan karena asumsi merupakan dasar berpijak dan landasan pemikiran yang menetukan batas batas dalam keseluruhan
proses penelitian. Asumsi atau anggapan dasar adalah segala kebenaran, teori, atau pendapat yang dijadikan landasan dalam suatu penelitian. Segala kebenaran,teori dan pendapat yang dijadikan pegangan itu tidak dipersoalkan lagi
benar salahnya. Pada prinsipnya segala sesuatu itu dapat diterima oleh semua pihak tanpa harus diuji lagi kebenarannya (Suyatna, 2000:7). Sejalan dengan
pendapat Suyatna di atas, Surakhmad (1980:15) mengemukakan bahwa asumsi,
anggapan dasar, atau postulat adalah ”sebuah titik tolak pemikiran yang
Ahmad Hafidz,2012
1. Masih terdapat beberapa guru yang tidak mempersiapkan diri baik secara admiminstrasi maupun perencanaan untuk mengajar pada tiap semester
sehingga proses pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar menjadi tidak efektif.
2. Salah satu tuntutan dari program sertifikasi guru adalah memanfaatkan media atau teknologi dalam proses pembelajaran, namun masih banyak guru yang belum melaksanakaannya karena kendala ketidakmampuan menguasai media
tersebut.
3. Sekolah belum menyelenggarakan pelatihan pemanfaatan teknologi kepada
para guru untuk untuk menunjang pemanfaatan media dalam proses pembelajaran
4. Efektivitas pembelajaran dapat dipengaruhi oleh kopmpetensi pedagogis dan pemanfaatan media
G. Definisi Operasional
Beberapa pengertian dalam definisi operasional dapat membantu
memahami pengertian yang digunakan pada judul penelitin ini yaitu : 1. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik dalam penelitian ini adalah kompetensi guru dalam mengelola proses belajar mengajar
2. Media pembelajaran
Ahmad Hafidz,2012
3. Efektivitas pembelajaran
Efekrivitas dalam penelitian ini adalah tercapainya tujuan pembelajaran
Ahmad Hafidz,2012
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini membahas pengaruh antar variabel yang hasilnya disajikan
dalam bentuk deskripsi dengan bantuan angka statistik. Dengan demikian peelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode korelasi antar variable.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki ( Nazir M : 1983:54). „ Penelitian ini menggunakan
metode korelasional yaitu metode untuk mengetahui pengaruh antar suatu variabel dengan variabel yang lainnya serta melihat tingkat derajat hubungan yang ada
diantara variabel.‟.
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328).
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan data penelitian. Margono (2004 : 118) mengemukakan bahwa :
Ahmad Hafidz,2012
Sesuai dengan pendapat tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Guru SMKN 1 Indramayu Tahun Pelajaran 2011/2012, yaitu
sebanyak 58 orang guru di SMKN 1 Indramayu. 2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi untuk dilakukan penelitian secara langsung, dan bagian tersebut dianggap dapat mewakili sifat-sifat/karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto
(2002 : 109) menjelaskan, bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti”.
Sampel adalah bagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu. Suharsismi Arikunto (2002 : 112) menyatakan bahwa „ Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil
semua, sehingga penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih.‟
Penentuan jumlah sampel guru dilakukan melalui perhitungan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane (Riduwan, 2008: 44).
Dimana : n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d2 = Presisi yang ditetapkan
Dengan menggunakan rumus tersebut, didapat sampel siswa sebagai berikut:
1
2
Nd
Ahmad Hafidz,2012
Dari perhitungan tersebut, maka ukuran sampel minimal dalam penelitian
ini adalah 52 orang. Dengan beberapa pertimbangan peneliti mengambil sampel sebanyak 52 orang.
C. Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 96) menjelaskan, bahwa “variabel
adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.
Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable)
dan variabel terikat (dependent variable). Sugiyono (2002 : 33) menyatakan, bahwa:
Variabel independen atau variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel bebas (X1) dalam penelitian ini adalah kompetensi pedagogis guru
Variabel bebas (X2) dalam penelitian ini adalah. pemanfaatan media
pembelajaran.
Ahmad Hafidz,2012
Hubungan antara variabel X1, X2 dan variabel Y digambarkan seperti pada
Gambar. 3.1.
Gambar. 3.1 Hubungan Variabel Penelitian
Varibel bebas ( independent variable ) Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecendent. Dalam bahasa indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Pada penelitian ini terdapat dua variable bebas yakni Kompetensi
Pedagogis (X1) dan Pemanfaatan media pembelajaran (X2). Variabel Terikat
(dependent variable). Variabel terikat pada penelitian ini adalah efektifitas
pembelajaran (y) yang diurai menjadi sub variabel dan indikator seperti yang terlampir pada lampiran 1 pada halaman 85.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk dianalisis,
maka dari itu diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang relevan dengan tujuan penelitian. Banyak teknik untuk mengumpulkan data yang diperlukan,
Variabel X1
Variabel Y
Ahmad Hafidz,2012
masing-masing cara mempunyai tujuan-tujuan tertentu serta kelebihan dan keterbatasan masing-masing. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Kuesioner atau teknik wawancara. Teknik kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai pemanfaatan media pembelajaran,
kompetensi pedagogis guru :
Menetapkan variabel-variabel yang akan diteliti, kemudian mendefinisikan
variabel tersebut dan selanjutnya menjabarkannya dalam bentuk indikator-
indikator. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel X1 adalah
kompetensi pedagogis, variabel X2 adalah pemanfaatan media pembelajaran
dan variabel Y adalah efektivitas pembelajaran.
Membuat kisi-kisi angket dari setiap variabel penelitian.
Menyusun pernyataan-pernyataan disertai alternatif jawabannya dan petunjuk
cara menjawabnya agar responden tidak keliru dalam menjawab. Pernyataan-pernyataan tersebut dibuat dalam bentuk angket yang bersifat tertutup.
Dengan menggunakan angket tertutup, responden diberi sejumlah pernyataan yang menggambarkan hal-hal yang ingin diungkapkan dari variabel disertai
alternatif jawabannya. Kemudian responden diminta untuk menjawab setiap pernyataan sesuai dengan keadaan dirinya dengan cara membubuhkan tanda ceklis (√) pada alternatif jawaban yang tersedia. Instrument penelitian.
Menetapkan kriteria penskoran untuk setiap item pernyataan. Penetapan skor
didasarkan pada jenis skala yang digunakan. Dalam penelitian ini jenis skala
Ahmad Hafidz,2012
pengamat untuk menetapkan subjek kepada kategori atau kontinum dengan memberikan nomor atau angka pada kategori tersebut” (Nazir, M 1983:185).
Menurut Sudjana, N (2009:77-79) bahwa “ skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku seseorang melalui pernyataan perilaku individu
pada suatu titik kontinum atau suatu kategori yang bermakna nilai.” Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang tertinggi sampai yang
Agar lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 2 pada halaman 80
E. Pengujian Instrumen Penelitian
Pengujian ini dilakukan agar alat ukur penelitian atau angket yang
Ahmad Hafidz,2012
dapat mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sedangkan instrumen yang kurang berarti memiliki validitas
yang rendah. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang
dimaksud.
Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini disusun menurut Skala Likert, Sugiyono (2002 : 86) mengatakan bahwa :
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan sikap seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
Pertimbangan penulis menggunakan Skala Likert adalah sebagai berikut :
Menentukan skornya mudah karena tiap jawaban diberi bobot berupa angka
yang mudah dijumlahkan.
Skala Likert mempunyai reliabilitas tinggi dalam mengurutkan peserta diklat
berdasarkan intensitas sikap tertentu.
Skala Likert ini sangat luwes dan fleksibel, lebih fleksibel dari teknik
pengukuran lainnya.
Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, instrumen
tersebut harus memiliki tingkat kesahihan (validitas) serta keterandalan
(reliabilitas). Suharsimi Arikunto (2002 : 144) menyatakan, bahwa “ instrumen
Ahmad Hafidz,2012 F. Uji Validitas
1. Validitas kuisioner
Untuk menguji validitas instrumen penelitian yang berupa angket skala
sikap, peneliti melakukan validitas konstruksi (construct validity) instrumen, dengan mengkonsultasikan instrumen yang telah disusun kepada pembimbing
untuk diminta pendapatnya tentang konstruksi instrumen tersebut. Setelah didapat data dari sampel uji coba, selanjutnya pada angket skala sikap yang menggunakan Skala Likert dengan 4 skala, peneliti menganggap perlu untuk melakukan
validitas skala (uji normalitas sebaran).
2. Tahap validitas kuisioner
Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Menghitung frekuensi setiap katagori jawaban untuk setiap pernyataan (SS.S.TS dan STS )
b. Menghitung proporsi frekuensi jawaban untuk setiap katagori dengan rumus :
Px = fx
n
c. Menghitung proporsi k1 kumulatif dan menentukan titik tengah proporsi
kumulatif Md dengan rumus : k1 = x1
k2 = k1 + x2
k3 = k2 + x3
Ahmad Hafidz,2012
Titik tengah dari setiap proporsi ditentukan dengan rumus :
Md1 =
bilangan baku Z ( dengan pertolongan daftar sebaran normal) dan menetapkan nilai skala sikap dengan rumus :
NS = | Zx – (± Zx) max |
“Sedangkan untuk uji validitas butir pada angket dilakukan dengan
menggunakan persamaan korelasi product moment dari Karl Pearson”
(Riduwan,2007:217), yang berfungsi untuk mengetahui korelasi antara skor pada setiap butir angket atau soal dengan skor total, dengan persamaan sebagai berikut
rhitung = . � � − � . �
Ahmad Hafidz,2012
butir instrumen adalah dengan melihat besarnya nilai ”r” antara skor butir
dengan skor total, dengan ketentuan, apabial rhitung bernilai positip dan lebih besar
dari rtabel (rhitung > rtabel) maka butir tersebut dinyatakan valid. Apabila rhitung
bernilai negatif atau lebih kecil dari rtabel (rhitung < rtabel) maka butir tersebut
dinyatakan tidak valid (gugur) dan tidak bisa digunakan untuk instrumen. Selanjutnya dihitung dengan Uji-t untuk mengetahui signifikansinya dengan
rumus uji signifikansi korelasi
t = � −2
1−�2
Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t Tabel. Untuk kesalahan 5% uji dua pihak dan dk = n – 2. Kaidah keputusannya: Jika
thitung > ttabel berarti item valid, sebaliknya jika thitung < ttabel berarti item tidak valid
Hasil uji validitas instrument dapat dilihat pada lampiran 3 pada halaman 95
G. Uji Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 154) menyatakan, bahwa
“ reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagi alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik”. Untuk itu, maka perlu dilakukan pengukuran tingkat reliabilitas
angket. Pengukuran tingkat reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan
rumus Alpha.
1. Data item hasil uji coba instrumen yang sudah dinyatakan valid dibelah menjadi dua kelompok yaitu kelompok item instrumen ganjil (X) dan
Ahmad Hafidz,2012
masing-masing kelompok.
2. Kemudian skor total antara kedua kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya, dengan rumus :
rb = .( � �)− � .( � )
. 12− � 2 . .
�2− � 2
3. Setelah didapat nilai atau harga koefisien korelasi kemudian dimasukkan
dalam rumus Spearman Brown (Riduwan,2007:221)
r11 =
2 �
1+ �
r11 = koefisien reliabilitas internal
rb = koefisien korelasi Product Moment antara belahan ganjil dan genap
4. Menetapkan nilai rtabel dengan menggunakan koefisien Alpha (α) dari
Cronbach. pada taraf signifikansi α = 0,005 dan derajat kebebasan dk = N – 2
5. Membandingkan nilai r11 dengan rtabel dengan cara memutuskan, yaitu
jika r11 ≥ rtabel berarti reliabel dan jika r11 ≤ rtabel berarti tidak reliabel.
Untuk lebih jelas nya dapat dilihat pada lampiran 3 pada halaman 95
H. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Hasil pengujian instrument variabel kompetensi pedagogis
Dari 50 item pernyataan dalam angket terdapat 25 item dinyatakan tidak valid atau tidak reliable, yaitu item no : 2, 3, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
Ahmad Hafidz,2012
item-item instrumen penelitian variable kompetensi pedagogis.
Setelah disusun ulang item-item pernyataan di atas, maka kisi-kisi
instrumen penelitian menjadi :
Tabel 3.2 Instrumen kompetensi pedagogis
Variabel Indikator
Nomor Butir
pernyataan Jumlah butir pernyataan
Pernya
positif negatif total
Kompe
Agar lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 4 pada halaman 107
2. Hasil pengujian instrument variabel Pemanfaatan media pembelajaran
Ahmad Hafidz,2012
valid atau tidak reliabel, yaitu item no 2, 3, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 24, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 37, 41, 42, 43 serta 50. Butir
item lainnya dinyatakan valid dan reliabel dan memenuhi syarat untuk menjadi item-item instrumen penelitian variable kompetensi pedagogis. Setelah disusun
ulang item-item pernyataan di atas, maka kisi-kisi instrumen penelitian menjadi : Tabel 3.3 Instrumen Pemanfaatan media
Variabel Indikator
Nomor Butir
pernyataan Jumlah butir pernyataan
Pernya
positif negatif Total
Ahmad Hafidz,2012
3. Hasil pengujian instrument variabel efektivitas pembelajaran
Dari 50 item pernyataan dalam angket terdapat 25 item dinyatakan tidak valid atau tidak reliabel, yaitu item no 2, 3, 6, 8, 10,12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 24, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 37, 41, 42, 43 serta 50. Butir item lainnya dinyatakan valid dan reliabel dan memenuhi syarat untuk menjadi item-item instrumen penelitian variable kompetensi pedagogis.
Tabel 3.4 Instrumen Efektivitas pembelajaran
Variabel Indikator
Nomor Butir
pernyataan Jumlah butir pernyataan
Pernya
positif negatif total
Ahmad Hafidz,2012
Setelah diperolah instrumen yang valid dan reliabel maka langkah selanjutnya dari peneliti adalah pengambilan data untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan sebagai hasil dari penelitian. Instrument yang telah valid pada masing
masing variable dapat dilihat pada lampiran 4 pada halaman 109
I. Metode analisis 1. Statistik Deskriptif.
Statistik deskriptif didefinisikan merupakan suatu metode dalam
mengorganisis dan menganalisis data kuantitatif, sehingga diperoleh gambaran yang teratur mengenai suatu kegiatan. Ukuran yang digunakan dalam deskripsi
antara lain: frekuensi, tendensi sentral (mean, median dan modus), dispersi (standar deviasi dan varian) dan koefisien korelasi antara variabel penelitian. Ukuran yang digunakan dalam statistik deskriptif tergantung pada tipe skala
pengukuran construct yang digunakan dalam penelitian (Ghozali, 2005:43) 2. Uji asumsi Klasik
Ahmad Hafidz,2012
regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator) yakni tidak terdapat
heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi” ( Sudrajat 1988 : 164). Jika terdapat heteroskedastisitas, maka
varian tidak konstan sehingga dapat menyebabkan biasnya standar error. Model regresi yang baik harus memiliki distribusi data normal atau mendekati normal dan bebas dari asumsi klasik yang terdiri dari uji autokorelasi, uji
multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas. Setelah data berhasil dikumpulkan, sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap
penyimpangan asumsi klasik, dengan tahapan sebagai berikut : a. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui dan menentukan apakah
sebaran data yang akan dianalisis mempunyai tingkat sebaran data yang normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka peneliti dalam pengolahan data
selanjutnya dapat menggunakan teknik analisis statistik parametrik dan sebaliknya jika sebaran data tidak berdistribusi normal maka peneliti bisa
menggunakan teknik statistik non parametrik.
Pada penelitian ini pengujian normalitas data akan menggunakan Metode
Chi Square atau �2 (Uji Goodness of fit Distribusi normal), metode ini menggunakan pendekatan penjumlahan penyimpangan data observasi tiap kelas
Ahmad Hafidz,2012
�2 = ( − )
2
�
�=1
�2 = ℎ�� �
fo = Frekuensi hasil pengamatan
Ahmad Hafidz,2012
Dengan membandingkan �2 hitung dengan �2tabel untuk α = 0.05 dan
derajat kebebasan (dk) = k – 2, dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika �2hitung ≥ �2 tabel artinya data berdistribusi tidak normal
Jika �2hitung < �2 tabel artinya data berdistribusi normal
Data yang perlu diuji normalitas distribusi frekuensi dalam penelitian ini
adalah galat (∈ = � − � ) dari data perolahan skor. Perhitungan uji
normalitas distribusi dapat dilihat pada.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas terjadi jika ada hubungan linear yang sempurna atau
hampir sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi.Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (Ghozali, 2007). Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan
menganalisis korelasi antar variabel dan perhitungan nilai tolerance serta variance
inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance lebih kecil dari
0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih
dari 95% . Dan nilai VIF lebih besar dari 10, apabila VIF kurang dari 10 dapat dikatakan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model adalah dapat
Ahmad Hafidz,2012
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005:34), “uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual 1 pengamat ke pengamat yang lain.” Jika variance dari residual 1 pengamat ke
pengamat lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas karena data ini
menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot
antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapatdilakukan dengan melihat ada tidaknya pole tertentu pada grafik scetterplot antara SRESID dengan
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana
variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan diri sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai variabel sebelumnya atau nilai periode
sesudahnya (Santosa&Ashari, 2005:240).
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif
Ahmad Hafidz,2012
3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negative.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi. Pertama, Uji Durbin-Watson (DW Test). Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan
adanya intercept dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel penjelas.
Hipotesis yang diuji adalah:
Ho: p = 0 (hipotesis nolnya adalah tidak ada autokorelasi)
Ha: p ≠ 0 (Hipotesis alternatifnya adalah ada autokorelasi)
Keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:
Bila nilai DW berada di antara dU sampai dengan 4 - dU maka koefisien
autokorelasi sama dengan nol. Artinya, tidak ada autokorelasi.
Bila nilai DW lebih kecil daripada dL, koefisien autokorelasi lebih besar
daripada nol. Artinya ada autokorelasi positif.
Bila nilai DW terletak di antara dL dan dU, maka tidak dapat disimpulkan.
Bila nilai DW lebih besar daripada 4 - dL, koefisien autokorelasi lebih
besar daripada nol. Artinya ada autokorelasi negatif.
Bila nilai DW terletak di antara 4 – dU dan 4- dL, maka tidak dapat
Ahmad Hafidz,2012
e. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau
lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah x1 dan X2 Sedangkan variabel independennya adalah Y.
Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. pengaruh variabel bebas (independen variable) yaitu kompetensi pedagogis (X1), pemanfaatan media (X2)
terhadap variabel terikat (dependen variable) yaitu efektivitas pembelajaran (Y). Dan persamaan regresinya dapat dirumuskan sebagai berikut (Suharyadi dan
Purwanto, 2004:509):
Dimana:
Y = Beta (β)
a = Konstanta
b1,b2,b3,b4 = Koefisien determinasi
X1 = Leverage X2 = CR
X3 = Return On Asset (ROA)
X4 = Return On Equity (ROE) e = Error
Ahmad Hafidz,2012
Pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Uji t (Uji Parsial)
Menurut Ghozali (2005) uji stastistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
significance level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan
dengan kriteria sebagai berikut :
a) Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
b) Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependens
1) Uji F (Uji Simultan)
Menurut Ghozali (2005) “ uji stastistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai
pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen”. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Ketentuan peneriman atau penolakan hipotesis adalah sebagi berikut :
Ahmad Hafidz,2012
tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
b) Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara simultan keempat variabel independen tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
g. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada di antara 0 dan 1.Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel–variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-varibel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali, 2005).
Menurut Ghozali (2005) “ uji stastistik F pada dasarnya menunjukkan
apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen”. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Ketentuan peneriman atau
penolakan hipotesis adalah sebagi berikut :
Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi tidak
Ahmad Hafidz,2012
Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi
signifikan). Ini berarti secara simultan keempat variabel independen tersebut
Ahmad Hafidz,2012
BAB V
KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah terdapat pengaruh antar
variabel penelitian. Dari hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut ::
1. Kompetensi pedagogis berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran. Besarnya pengaruh variabel kompetensi pedagogis terhadap efektivitas
pembelajaran di SMK tergolong kuat yakni 0,92 atau sekitar 92% dari skor
ideal. Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa penguasaan kompetensi
pedagogis oleh para guru masih sangat baik sehingga diharapkan dapat
mewujudkan efektivitas pembelajaran yang optimal.
2. Pemanfaatan media pembelajaran berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran. Besarnya pengaruh variabel pemanfaatan media terhadap
efektivitas pembelajaran di SMK tergolong cukup kuat yakni 0,34 atau sekitar
34% dari skor ideal. Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa penguasaan
pemanfaatan media oleh para guru masih cukup baik sehingga diharapkan
dapat mewujudkan efektivitas pembelajaran yang optimal.
3. Kompetensi pedagogis berpengaruh terhadap Pemanfaatan media. Besarnya pengaruh variabel kompetensi pedagogis terhadap Pemanfaatan media di
SMK tergolong cukup signifikan berdasarkan uji variabel secara parsial
Ahmad Hafidz,2012
menginformasikan bahwa penguasaan kompetensi pedagogis masih cukup
baik sehingga diharapkan dapat pemanfaatan media oleh para dalam
menunjang proses belajar menjadi semakin baik.
4. Kompetensi pedagogis dan pemanfaatan media berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran. Besarnya pengaruh secara simultan antara
kompetensi pedagogis dan pemanfaatan media terhadap efektivitas pembelajaran
tergolong kuat yakni 0,95. Hasil penelitian ini menerangkan bahwa kompetensi
pedagogis dan pemanfaatan media yang dilakukan secara bersama sama
pencapaian yang sangat tinggi sehingga dapat menunjang optimalitas
pelaksanaan efektivitas pembelajaran bagi peserta didik/peserta didik.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan maka perlu
disarankan beberapa hal yang dianggap relevan dengkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Rekomendasi untuk Guru
Begitu pentingnya metode dan strategi yang diisyaratkan dalam kompetensi
pedagogis maka guru direkomendasikan untuk melanjutkan study ke jenjang
yang lebih tinggi atau mengikuti kegiatan pelatihan kompetensi guru.
Agar lebih teruji dalam penguasaan materi pelajaran maka direkomendasikan
kepada guru untuk mengikuti uji kompetensi guru baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh swasta.
Ahmad Hafidz,2012
a. Untuk meningkatkan kualitas kompetensi professional guru maka sekolah direkomendasikan untuk menjadi media antara guru dengan siswa dengan
menyediakan dan melaksanakan pelatihan khususnya pelatihan kompetensi guru
b. Menyediakan pelatihan khusus pemanfaatan media terutama media yang telah dimiliki oleh sekolah
c. Menyediakan media pembelajaran yang diperlukan untuk kompetensi yang
diajarkan jika memang belum dimiliki oleh sekolah.
d. Dalam melaksanakan penguasaan terhadap strategi dan metode pembelajaran
yang diisyaratkan dalam kompetensi pedagogis guru maka direkomendasikan untuk sekolah agar membantu guru yang akan melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi
C. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dan rekomendasi yang telah dipaparkan sebelumnya makan implikasi yang dianggap relevan dengan penellitian ini adalah
1. Sekolah perlu menyediakan anggaran pada RKAS (Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah ) untuk membantu guru agar dapat melanjutkan studi nya
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
2. Sekolah memberikan usulan atau proposal anggaran pendidikan untuk para guru kepada pihak stakeholder bagi para guru yang akan melanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R (1997). Pengelolaan Pengajaran.jakarta: PT Rineka cipta
Anderson, Ronald H. (1976). Selecting and Developing Media for Instruction,.
Westcounsin: ASTD.
Aqib Z, Rohmanto, E (2007) Membangun profesionalisme guru dan pengawas
sekolah. Bandung : CV Irama Widya
Arief, S.S, dkk. (1990). Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya). Jakarta: CV. Rajawali
Arikunto, S (1997) Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka cipta
Azar, A. (1997). Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Basuki, W, Farida Mukti. (1992/1993). Media Pengajaran. Jakarta: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Dikti Dipdikbud.
Brown, James W, Lewis Robert B, and Harcleroad, Fred F. (1983). AV
Instructional: Technology, Media, and Method. New York: Mc. Graw-Hill
Book Company.
Daryanto (2010) Media pembelajaran. Yogyakarta:Gaya media
Degeng, I Nyoman Sudana. (1993) Media Pendidikan. Malang: FIP IKIP Malang. Direktorat Dikmenjur Pada Rakor Dikmenjur, Di PPPG Kesenian, Yogyakarta
Djamarah (1995). Strategi belajar mengajar. Jakarta:PT Rineka cipta
Hamalik, O ( 1999) Kurikulum dan Pembelajaran . Jakarta : Bumi aksara Hamalik, O (1997) Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Sinar baru Hamdani (2005). Strategi belajar mengajar.jakarta : pustaka setia
Iman, Muis, S. (2004). Pendidikan Partisipatif. Yogyakarta: Safira Insania Press. Iskandar, S. (2006). Pembelajaran Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan
Kuncoro, M (2000), Metode Kuantitatif, Edisi Pertama, Yogyakarta: Penerbit AMP YKPN.
Santoso, S (2000). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Widarjono, Agus (2005), Ekonometrika: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Ekonisia
Mulyasa E (2008) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya
Mulyasa, E ( 2004) Manajemen Berbasis Sekolah . Bandung. PT Rosdakarya Peraturan Pemerintah No 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru
Riyanto, Y. (2007). Metodologi penelitian pendidikan kualitatif dan kuantitatif. Surabaya: Unesa University Press.
Rohani, Ahmad H.M (1997) Media Instruksional Edukatif . Jakarta : PT Rineka Cipta
Rusman (2009) Manajemen kurikulum. Jakarta : Raja Grafindo
Sadiman, A ( 2004) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar , Jakarta : PT. Rajagrafindo persada
Sadiman, A (1990) Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan
Pemanfaatan. Jakarta : Rajawali Press
Sagala, S (2007) Manajemen Startegik dalam Pengikatan Mutu Pendidikan. Bandung : Alfabetha
Samani, Muchlas. (2000). Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan. Makalah
pada Diskusi di Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang Depdiknas, Jakarta,
23 Oktober 2000.
Sanjaya , Wina (2008) Strategi Pembelajaran . Jakarta : Prenada media group
Sardiman (2002). Media Pendidikan.Jakarta : Raja grafindo
Sudjana N (2002) Penelitian dan Penilaian Pendidikan . Bandung : sinar baru Sugiyono (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif R&D. Bandung
Sukmadinata, Nana. S. (2002). Pengendalian Mutu Sekolah Menengah: Konsep, Prinsip, dan Instrumen. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Suparlan ( 2006) Guru sebagai profesi . Yogyakarta : PT. Hikayat Sutikno ,M.S (2005) Pembelajaran efektif . Mataram : PT. NTP Press
Syaodih, N (2006) Metode Penelitian Pendidikan . Bandung : REmaja rosda karya
Trisler, D. (1988). The creative curriculum for earlychildhood. Washington DC:NAEYC.