BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bank merupakan suatu lembaga keuangan atau badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Bank juga dikenal dengan sebutan lembaga intermediasi. Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No.
9/7/PBI/2007 adalah “bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.” Adapun kegiatan bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 meliputi: kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposit, sertifikat deposito,
dan tabungan; memberikan kredit;menerbitkan surat pengakuan utang; memindahkan uang, baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk kepentingan
bank itu sendiri; menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan atau dengan pihak ketiga; menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; dan melakukan penempatan dana dari
nasabah ke nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
Kecukupan dan efektivitas daripada struktur pengendalian intern
karena itu, maka diperlukan jasa auditor yang mampu dan handal memproses informasi yang akan digunakan dalam menentukan pertimbangan (judgement)
sebelum akhirnya mempengaruhi pembuatan laporan hasil audit. Dalam prosesnya, auditor memberi laporan hasil audit yang didasarkan pertimbangan (judgement) yang didasarkan kejadian masa lalu, sekarang, dan yang akan datang.
Bukti daripada pertimbangan audit tersebut dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik atau dokumen, konfirmasi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, perhitungan
dan pengujian analisis. Baik buruknya suatu pertimbangan dari auditor akan mempengaruhi kualitas daripada hasil audit.
Definisi auditing menurut Mulyadi (2002) menyatakan bahwa auditing
adalah “suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Proses pengauditan harus sesuai dengan
Standar Audit yang berlaku.
The Institute of Internal Auditor (IIA) melakukan redefinisi tentang
internal auditor. Definsi internal auditor menurut IIA :
Paradigma masyarakat selama ini beranggapan bahwa auditor internal tidak independen dalam melakukan tugas audit karena masih dalam satu
manajemen. Namun berdasarkan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), auditor internal mengatur tentang kebijakan umum dan
profesionalisme, maka auditor internal sebenarnya dituntut untuk melakukan penugasan audit secara independen. Auditor internal harus mempunyai basis kompetensi berstandar internasional. Sangatlah penting peran audit internal dalam
memberikan suatu laporan akhir hasil audit. Sama halnya dengan auditor eksternal, audit internal daripada suatu bank juga sangat memerlukan beberapa
pertimbangan – pertimbangan sebelum akhirnya menentukan suatu hasil audit. Laporan hasil audit akhir harus direview oleh lembaga eksternal, minimal sekali dalam 3 tahun. Review ini memuat tentang hasil kerja Satuan Kerja Audit Internal
(SKAI) dan kepatuhannya terhadap Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB). Hasil review ini juga wajib disampaikan ke Bank Indonesia
(Otoritas Jasa Keuangan). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengubah paradigma masyarakat, yakni bahwa sebenarnya hasil akhir audit daripada auditor internal sangat vital diperlukan baik bagi intern maupun ekstern
perusahaan. Oleh karena itu, independensi dan profesionalisme auditor internal merupakan syarat mutlak, sesuai dengan yang tertera dalam SPFAIB.
Dalam membuat judgement, ada hal-hal harus diperhatikan menjadi faktor
yang berdampak mempengaruhi Auditor dalam membuat keputusan. Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi yaitu antara lain: perbedaan gender,
Hasil penelitian Sanusi dan Iskandar (2007) menyatakan bahwa effort dan perfomance incentives akan meningkatkan performa auditor dalam proses judging
auditor, namun dikarenakan adanya task complexity atau tugas – tugas yang lebih
kompleks, effort yang tinggi disertai performance incentives akan mengurangi
kinerja penilaian audit dalam mengambil keputusan. Di dalam kompleksitas tugas yang rendah, effort yang tinggi disertai dengan performance incentives tinggi akan meningkatkan kinerja pertimbangan audit dalam membuat keputusan. Namun
dikarenakan tingginya kompleksitas tugas, effort dan incentive yang tinggi tidak berpengaruh signifikan dan akan menyebabkan degressing dan perlambatan dalam
kinerja judging auditor.
Hal - hal pemecahan masalah – masalah yang kompleks tersebut tidak serta merta membuat performance incentives juga berpengaruh signifikan. Akan
tetapi jika adanya effort, walaupun perfomance incentives yang tinggi tetap akan membuat auditor bekerja asal-asalan dan penuh tekanan. Ini akan membuat hasil keputusan (judgement) tidak sepenuhnya valid dan dapat membuat kerugian bagi
pihak lain.
Faktor lain yang mempengaruhi seperti perbedaan gender. Wanita pada
umumnya lebih efisien dan efektif dalam memproses informasi saat ada kompleksitas tugas dalam pengambilan keputusan disbanding pria. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Chung dan Monroe (2001) yang menyatakan bahwa
perbedaan gender mempengaruhi penilaian – penilaian audit dalam audit judgement. Dari 159 responden yang terdiri dari 101 laki – laki dan 58
saji yang material dalam persediaan. Hasilnya adalah bahwa laki – laki dalam pengevaluasian lebih akurat dibandingkan perempuan. Akan tetapi, di tugas –
tugas yang lebih kompleks, keakuratan dimiliki oleh lebih banyak perempuan dibandingjkan laki – laki. Namun, penelitian lain menyatakan bahwa gender tidak
mempengaruhi audit judgment, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hartanto (1999) dalam Jamilah, dkk (2007) yang menyatakan bahwa perbedaan gender antara baik auditor pria maupun wanita dengan karakteristik dan sifat yang
berbeda yang melekat pada individu tidak berpengaruh terhadap judgment yang diambil.
Menurut penelitian Zoort dan Lord dalam Hartanto (1999) yang dikutip
oleh Jamilah, dkk (2007) melihat adanya pengaruh tekanan ketaatan pada konsekuensi yang memerlukan biaya, seperti halnya tuntutan hukum, hilangnya
profesionalisme, dan hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas sosial. Hal tersebut mengindikasikan adanya pengaruh dari tekanan atasan pada judgment yang diambil auditor. Teori ketaatan menjelaskan bahwa individu yang memiliki
kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain dengan perintah yang diberikannya.Hal ini disebabkan oleh keberadaan
kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk dari legitimate power. Penelitian yang telah dilakukan Praditaningrum (2012) dan Idris (2012) menjelaskan bahwa terdapat pengaruh negatif antara tekanan ketaatan dengan
judgment auditor. Tekanan yang diberikan atasan ataupun entitas yang diperiksa cenderung mengarahkan auditor untuk berperilaku menyimpang dari standar
Menurut Jamilah,dkk (2007) kompleksitas tugas lebih mengarah pada tugas yang sulit, tidak terstuktur dan membinggungkan. Hasil dari penelitian
Sugiarto (2009) dan Tielman (2011) menjelaskan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh secara negatif terhadap audit judgment. Tingginya kompleksitas
tugas akan berdampak pada menurunnya usaha dan motivasi kerja sehingga penurunan kinerja akan terjadi. Namun berbeda dengan hasil penelitian Jamilah (2007) yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan dari kompleksitas
tugas terhadap audit judgement. Hal ini serupa dengan penelitian Zulaikha (2006) yang menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan antara kompleksitas tugas
terhadap keakuratan audit judgement.
Faktor – faktor yang mempengaruhi audit judgement telah diteliti oleh peneliti sebelumnya dan dapat dijadikan bahan kajian bagi peneliti setelahnya.
Oleh karena itu, penulis dalam kesempatan ini membuat judul dalam penelitian ini yaitu “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement Dengan
Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Setelah memaparkan latar belakang masalah, maka penulis menyimpulkan rumusan masalah yang ada, yaitu :
1. Apakah ada pengaruh dari perbedaan gender, perfomance incentives,
2. Apakah ada pengaruh dari faktor – faktor tersebut dengan adanya Task Complexity sebagai variabel moderating terhadap Audit Judgement secara
parsial pada perbankan-perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah faktor – faktor seperti perbedaan gender, perfomance incentivess, obedience pressure berpengaruh secara
parsial terhadap audit judgement;
2. Untuk mengetahui task complexity berpengaruh dalam memoderasi perbedaan gender, perfomance incentivess, dan obedience pressure
secara parsial terhadap audit judgement.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini bagi :
a) Bagi peneliti, penelitian ini digunakan untuk menambah pengetahuan peneliti akan audit judgement dan faktor – faktor yang mempengaruhinya serta untuk memenuhi syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi.
b) Bagi perusahaan, penelitian ini seyogyanya digunakan oleh
konteks ini organisasi perusahaan dalam arti luas, sebagai penambah wawasan maupun tambahan informasi mengenai
audit judgement.
c) Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
akademisi untuk menambah pengetahuan para akademisi mengenai audit judgement dan faktor yang mempengaruhi. d) Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
pihak lain untuk menambah wawasan akan audit judgement, dan sebagai referensi bagi peneliti peneliti