PENGGUNAAN ALAT PERAGA KUBUS SATUAN UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
VOLUME BALOK
(PenelitianTindakanKelasdi Sekolah Dasar Negeri Simpen V Kecamatan Balubur
Limbangan Kabupaten Garut)
SKRIPSI
DiajukanUntukMemenuhiSebagian Dari SyaratMemperolehGelar
SarjanaPendidikanJurusanPendidikan Guru SekolahDasar
Oleh Imas Masrini
1008373
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
PENGGUNAAN ALAT PERAGA KUBUS SATUAN UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
VOLUME BALOK
(PenelitianTindakanKelasdi Sekolah Dasar Negeri Simpen V Kecamatan Balubur
Limbangan Kabupaten Garut)
Oleh Imas Masrini
DiajukanUntukMemenuhiSebagian Dari SyaratMemperolehGelar
SarjanaPendidikanJurusanPendidikan Guru SekolahDasar
©Imas Masrini 2013 Universitas pendidikan indonesia
Januari 2013
Hak cipta dilindungi Undang-Undang.
I ABSTRAK
PENGGUNAAN ALAT PERAGA KUBUS SATUAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP VOLUME BALOK
Oleh Imas Masrini
1008614
Penelitian ini mengkaji tentang judul “Penggunaan Alat Peraga Kubus Satuan untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Volume Balok”. Salah satu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana perencanaan pembelajaran siswa kelas V SDN Simpen V kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten Garut dalam pemahaman konsep volume kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga kubus satuan?. (2) Bagaimana pelaksanaan belajar siswa kelas V SDN Simpen V kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten Garut dalam pemahaman konsep volume kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga kubus satuan ?. (3) berapa besar peningkatan hasil belajar siswa kelas v dalam pemahaman volume kubus dan balok dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat peraga ?. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Memperoleh gambaran perencanaan siswa kelas V SDN Simpen V kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten Garut dalam pemahaman volume kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga kubus satuan. (2) Untuk mengungkap pelaksanaan belajar siswa kelas V SDN Simpen V kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten Garut dalam pemahaman konsep volume kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga kubus satuan. (3) Untuk mengungkap besaran peningkatan hasil belajar kelas v dalam pemahaman konsep volume kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan media kubus satuan melalui kerja kelompok dapat meningkatkan pemahaman konsep, dapat dilihat dari nilai rata-rata pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 63,2 siklus II menjadi 69,6 pada siklus III menjadi 74,5. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kubus satuan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa di kelas V SDN simpen V.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR GRAFIK ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Hasil Penelitian ... 6
E. Definisi Operasional ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pembelajaran Matematika Tentang Volume Balok di Kelas V SD ... 8
1. Pengertian Belajar ... 8
2. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 9
3. Hakikat Matematika ... 10
4. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika di SD ... 10
5. Menentukan Volume Kubus dan Balok ... 11
B. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika ... 15
1. Pengertian Alat Peraga ... 15
2. Macam-macam Alat Peraga ... 15
3. Manfaat Alat Peraga ... 16
Vi
5. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran
Matematika ... 17
6. Alat Peraga Kubus Satuan ... 18
7. Peran Guru dalam Menggunakan Alat Peraga ... 19
8. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat Peraga ... 19
C. Pemahaman Konsep ... 20
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 22
B. Model PTK yang Dikembangkan ... 23
C. Lokasi Penelitian... 25
D. Subjek Penelitian ... 25
E. Prosedur Penelitian ... 25
F. Instrumen Penelitian ... 32
G. Pengolahan dan Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42
B. Pembahasan ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seolah ada pertanyaan bayangan mengapa matematika merupakan
salah satu pelajaran yang sulit di pahami dan siswa kurang memahami apa
yang di anjurkan ? apakah mungkin berkaitan dengan :
Pertama, guru masih mendominasi kelas sedangkan hanya beberapa
siswa yang aktif yaitu siswa yang pintar saja. Dalam proses pembelajaran,
guru lebih banyak aktif menjelaskan materi sedangkan siswa pasif dan
berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Sehingga saat di berikan latihan
soal masih banyak anak yang menjawab salah soal tersebut.
Kedua, guru dalam menyampaikan materi masih bersifat abstrak,
kurang menggunakan benda-benda manipulatif dalam mengkongkonkritkan
materi yang bersifat abstrak, dan mengajarkan materi hanya berfokus pada isi
buku paket saja, sehingga ada sebagian siswa yang mengerti dan siswa yang
lainnya duduk diam tidak mengerti dengan apa yang di jelaskan oleh guru.
Jarangnya guru menggunakan di sebabkan oleh beberapa faktor di antaranya :
(a) Kurang tersedianya alat-alat peraga di sekolah, (b) Guru kurang paham
tentang cara penggunaan alat peraga.
Ketiga, matematika merupakan mata pelajaran yang kurang di senangi
karena di anggap pelajaran sulit, kaku dan menegangkan. Di kalangan siswa
Sekolah Dasar telah berkembang kesan yang kuat bahwa pelajaran matematika
merupakan pelajaran yang sulit untuk di pahami dan kurang menarik. Hasil
evaluasi belajar menunjukkan bahwa nilai rata-rata matematika lebih rendah
jika di bandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
Melihat kenyataan tersebut, peneliti mengambil alternatif yang dapat di
gunakan dalam mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan penggunaan
alat peraga. Guru di tuntut memiliki kreativitas dalam merancang alat peraga
yang dapat menarik perhatian siswa serta mempermudah siswa dalam
Alat peraga adalah alat (benda) yang di gunakan untuk memperagakan
fakta, konsep atau prinsip-prinsip tertentu agar tampak lebih nyata atau
konkret. Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang di gunakan
oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar pada siswa Sekolah
Dasar, alat peraga sangat di butuhkan, karena siswa Sekolah Dasar masih
berpikir real dan karena sifat matematika yang abstrak. Cara penyajian materi
merupakan faktor yang harus di perhatikan oleh guru agar siswa tertarik dan
senang belajar matematika.
Pendidikan di sekolah dasar sangat penting diselenggarakan untuk
meningkatkan pengetahuan, mengembangkan segala potensi yang ada dalam
diri siswa dan mengembangkan keterampilan dasarnya sesuai dengan
karakteristik perkembangan yang akan membentuk mereka menjadi manusia
yang bermartabat serta dapat berperan aktif di masyarakat. Di dalam
Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003 BAB II Pasal 3 menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dari pernyataan di atas disebutkan bahwa salah satu fungsi dari
pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan, termasuk
didalamnya kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Di sekolah dasar,
kemampuan menulis dan membaca dipelajari dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia sedangkan kemampuan berhitung dipelajari dalam mata pelajaran
Matematika. Matematika merupakan cabang utama ilmu filsafat.Ilmu filsafat
merupakan ilmu yang menjadi ibu dari segala ilmu.Dengan demikian
pengajaran matematika menjadi salah satu hal yang sangat pokok dalam
menanamkan nilai-nilai dasar ilmu pengetahuan pada siswa.
DEPDIKNAS (2006:417) menyebutkan bahwa Tujuan pembelajaran
matamatika di Sekolah Dasar adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai
(1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep logaritma, secara luas, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) penggunaan penalaran pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menysun bukti atau menjelaskan gagasan dan peryataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah, (5) memilki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Matematika sebagai suatu mata pelajaran di sekolah dasar dinilai
cukup memegang peranan penting, karena matematika merupakan suatu
sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis, analitis, kritis, kreatif,
dan sistematis. Oleh sebab itu, akan sangat penting jika matematika dapat
dikuasai sedini mungkin oleh para siswa untuk bertahan hidup pada keadaan
yang selalu berubah-ubah.
Namun pada kenyataan dilapangan, diperoleh gambaran bahwa
banyak siswa yang tidak menguasai matematika.Sebagaimana yang terjadi di
kelas V SDN Simpen V. Aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini dibuktikan
dengan hasil pengamatan dan hasil tes belajar siswa kelas V SDN Simpen V
Kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten Garutpada tahun sebelumnya
yang menunjukkan bahwa hasil pembelajaran Matematika mengenai materi
tentang volume kubus dan balok diketahui hanya mencapai rata-rata 55.00
sementara Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sebesar
60.00.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
diantaranya ada yang dating dari diri siswa itu sendiri maupaun yang berasal
dari luar siswa.Faktor dari siswa misalnya motivasi belajar, minat belajar, dan
menganggap bahwa bahwa matematika sulit dipelajari. Sedangkangkan faktor
pembelajaran matematika cenderung pada ketercapaian target materi menurut
kurikulum atau buku ajar yang dipakai sebagai buku wajib, bukan pada
pemahaman materi yang dipelajari, kurangnya pengetahuan guru dalam
memilih dan memilah serta menggunakan pendekatan pembelajaran dan
sumber belajar yang sesuai dengan karakteristik perkembangan siswa. Hal ini
didasarkan pada teori perkembangan Piaget ( Windayana et al. 2006:16 )
yang menyatakan bahwa:
Perkembangan stuktur kognitif anak meliputi tahap (1) sensori motorik usia 0-2 tahun, (2) praoperasional usia 2-6 tahun, (3) operasional konkret 6-12 tahun, (4) tahap formal usia 12 tafun keatas. Pada tahap operasional konkret, pada tahap ini anak sudah mulai berpikir logis, berpikir logis ini terjadi sebagai akibat adanya kegiatan anak memanipulasi benda-benda konkret.
William Brownel (Abied, http://www.masbied.com) menyatakan
bahwa „salah satu cara bagi anak-anak untuk mengembangkan pemahaman tentang matematika adalah dengan menggunakan dengan benda-benda tentu
ketika mereka mempelajari konsep matematika‟.
Dari peryataan-peryataan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika di sekolah dasar harus menggunakan alat peraga
seperti benda-benda yang dekat dengan kegiatan sehari-harinya, karena siswa
sekolah dasar masih berada pada tahap berfikir konkret, sehingga konsep
matematika yang diajarkan oleh guru dapat dipahami dengan baik. Selain itu,
proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga akan memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
Untuk mengembangkan potensi siswa dalam pembelajaran
matematika dengan materi volume kubus dan balok, maka guru sebagai
penentu keberhasilan proses pembelajaran harus memberikan fasilitas,
motivasi dan bimbingan yang tepat untuk membantu siswa dalam belajar
serta dapat menggunakan berbagai alat peraga pembelajaran yang tepat. Salah
satu alat peraga pembelajaran yang dapat di pilih oleh guru dalam
pembelajaran tersebut adalah alat peraga kubus satuan untuk meningkatkan
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk
melakukan penelitian, yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa pada materi pembelajaran volume kubus dan balok.Oleh karena
itu berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti menggambil judul
“Penggunaan Alat Peraga kubus satuan untuk Meningkatkan Hasil
Pemahaman konsep volume balok”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan diatas, maka dapat dikemukakan rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran siswa kelas V SDN Simpen V
kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten Garut dalam pemahaman
konsep volume kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga kubus
satuan?
b. Bagaimana pelaksanaan belajar siswa kelas V SDN Simpen V kecamatan
Balubur Limbangan Kabupaten Garut dalam pemahaman konsep volume
kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga kubus satuan ?
c. berapa besar peningkatan hasil belajar siswa kelas v dalam pemahaman
volume kubus dan balok dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat
peraga ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini
adalah:
a. Memperoleh gambaran perencanaan siswa kelas V SDN Simpen V
kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten Garut dalam pemahaman
volume kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga kubus satuan.
b. Untuk mengungkap pelaksanaan belajar siswa kelas V SDN Simpen V
kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten Garut dalam pemahaman
konsep volume kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga kubus
c. Untuk mengungkap besaran peningkatan hasil belajar kelas v dalam
pemahaman konsep volume kubus dan balok dengan menggunakan alat
peraga dapat meningkatkan hasil belajar.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat bagi
semua pihak, terutama bagi Siswa, Guru, peneliti dan Sekolah.Adapun
mamfaat yang dapat diambil sebagai berikut.
a. Manfaat bagi siswa
(1) Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan
alat peraga kubus satuan dan Manfaat bagi siswa disamping dapat
meningkatkan hasil diharapkan belajar, PTK yang dilaksanakan guru
juga dapat menjadi model bagi siswa. Guru yang terampil
melaksanakan PTK akan selalu kritis terhadap hasil belajar siswa,
sehingga siswa merasa mendapat perhatian khusus dari guru. Sikap
kritis ini menjadi model bagi siswa untuk selalu menyikapi kinerjanya
dengan melakukan analisis dan berdampak positif bagi hasil belajar
siswa
(2) Siswa merasa senang dan tidak merasa jenuh karena belajar sambil
bermain
(3) Siswa tidak mudah lupa rumus karena sudah menguasai konsep
dasarnya
(4) Siswa dapat mengerjakan dengan benar.
b. Manfaat bagi guru
(1) Menambah pengetahuan, wawasan dan mengembangkan kompetensi
guru dalam merancang pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
bangun ruang
(2) Guru mudah menyampaikan materi secara kongkret
(3) Guru termotivasi untuk mengembangkan metode pembelajaran yang
c. Manfaat bagi sekolah
(1) Meningkatkan kualitas sekolah dan meningkan pembinaan guru-guru
dalam pembelajaran.
(2) Dapat meningkatkan prestasi sekolah terutama pada mata
pembelajaran matematika, dan dapat meningkatkan kinerja sekolah
melalui kompetensi mengajar guru.
d. Manfaat bagi peneliti
(1) Untuk menambah ilmu, wawasan dan pengalaman dalam
menggunakan alat peraga bangun ruang.
(2) Dapat mendapatkan gambaran mengenai pengaruh penggunaan alat
peraga terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika.
E. Definisi Operasional
1. Alat peragaadalah seperangkat alat yang digunakan dalam pembelajaran,
dan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan
membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi.
2. Dalam penelitian ini hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah
mengarahkan penelitian kemampuan ini diakhir tes setelah pembelajaran
yang meliputi kemampuan memahami konsep dan menerapkan konsep.
3. Pemahaman Konsep volume balok adalah kemampuan siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan penulis untuk melaksanakan penelitian ini
adalah dengan metode classroom action research atau lebih dikenal
dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu pada
tindakan guru ketika melaksanakan pembelajaran sebagai upaya untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini
senada dengan peryataan Hopkins (Muslich, 2009: 8) yang menyebutkan
bahwa:
PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku pendidikan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tidakan-tidakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.
Selanjutnya untuk menguatkan penjelasan Hopkins mengenai PTK, maka (Aqib, 2006: 13) yang mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas”.
Dengan demikian sesuai dengan pendapat di atas maka PTK
merupakan suatu upaya yang dilakukan pendidik dalam rangka
memperbaiki praktek pembelajaran di kelas. Pada dasarnya PTK berbeda
dengan penelitian lain, karena PTK mempunyai karakteristik yang
berbeda. Wardani (2008: 1-5) menyebutkan beberapa karakteristik PTK
diantaranya:
1. Penelitian berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya;
2. Metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian;
3. Penelitian tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi;
Berdasarkan karakteristik yang yang diungkapkan oleh Wardani
diatas dapat disimpulkan bahwa PTK harus dilaksanakan oleh guru untuk
mengatasi masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang
memuaskan.
B. Model PTK yang dikembangkan
Berdasarkan tujuan penelitian, maka metode penelitian yang
digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model proses yang
digunakan dalam PTK ini adalah Model Proses Siklus (Putaran/Spiral)
yang mengacu pada model PTK Kemmis dan Mc. Taggart. Adapun
rancangan siklus penelitian memiliki empat tahapan kegiatan pada setiap
siklusnya, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan
(action), (3) observasi (observation), (4) refleksi (reflection). Setiap
tindakan yang dilaksanakan merupakan hasil refleksi dari tindakan
sebelumnya, dalam rangka mengadakan perubahan ke arah yang baik
sesuai faktor yang diteliti dalam perencanaan. Untuk lebih jelasnya, dapat
Gambar 3.1
Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK Model Spiral
Pada gambar diatas terlihat bahwa dalam pelaksanaan PTK,
dimulai tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi merupakan
suatu sistem yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang
lainnya. Setiap tindakan dimulai dengan tahap rencana, dimana peneliti
menyusun rencana pembelajaran, menyediakan lembar kerja siswa (LKS),
dan menyusun instrument penelitian. Perencanaan
Siklus 1
Refleksi
Tindakan/
Observasi Perbaikan
Rencana
Siklus 2
Tindakan/
Observasi Refleksi
Perbaikan
Rencana
Refleksi Siklus 3
Tindakan/
Kemudian rencana yang telah disusun tersebut dilaksanakan pada
tahap pelaksanaan. Selama pelaksanaan tindakan, dilakukan observasi
pada guru dan siswa yang terekam dalam lembar instrument. Selanjutnya
pada tahap refleksi, peneliti dan observer menganalisis proses
pembelajaran dan perilaku siswa maupun guru. Hasil refleksi tersebut
dijadikan rujukan untuk rencana perbaikan selanjutnya.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN Simpen V Desa Simpen Kidul
Kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten Garut.
D. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas
V Sekolah Dasar yang berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 6 siswa
laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas ini
diselenggarakan di SDN Simpen V, semester 1 tahun ajaran 2012/2013 dengan materi ”menentukan volume kubus dan balok” pada mata pelajaran matematika.
Salah satu alasan pemilihan siswa kelas V sebagai subjek
penelitian ini karena peneliti merupakan guru kelas V sdn Simpen V
sehingga memudahkan bagi peneliti dalam memperoleh data yang
diperlukan.
E. Prosedur Penelitian
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti melakukan
pembelajaran melalui pola Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam
penelitian ini terdapat dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari
beberapa tahap yaitu : perencanaan dan pelaksanaan.
Pada penelitian ini peneliti melakukan pola kegiatan sebagai
berikut :
1. Perencanaan
Tahap perencanaan adalah tahap dimana guru merencanakan
tindakan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku
Perencanaan yaitu tidakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap
sebagai solusi.
Pada tahapan perencanaan penelitian merencanakan sebagai
berikut :
a) Permintaan izin kepada kepala sekolah selaku pemimpin Sekolah
Dasar Negeri Simpen V kemudian melakukan observasi dan
wawancara, kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran
awal tentang SD Negeri Simpen V secara keseluruhan dan keadaan
kegiatan pembelajaran matematika pada siswa kelas V khususnya.
b) Identifikasi masalah dalam pelaksaan pembelajaran matematika
kurikulum 2006 di kelas V, yang meliputi standar kelulusan (SKL),
Standar Isi (SI), buku sumber dan bahan-bahan/alat-alat yang
digunakan dalam menerapan pada pembelajaran matematika.
c) Menyusun rencana rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan
dalam siklus.
d) Merancang alat peraga yang sesuai dengan materi pelajaran.
e) Menyusun instrumen observasi.
f) Menyusun teknik wawancara.
g) Menyusun lembar kerja siswa, lembar observasi, serta
mempersiapkan alat peraga.
2. Pelaksanaan tindakan
a) Skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedurnya
Tahap tindakan merupakan tahap dimana guru
melaksanakan tindakan yang harus dilakukan oleh penulis sebagai
upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
Penelitian mengupayakan suatu tindakan yang dilaksanakan
agar dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
volume kubus dan balok dilaksanakan dalam 3 (tiga) siklus yang
Secara lebih rinci pelaksanaan tindakan untuk setiap siklus
dapat diuraikan sebagai berikut :
Siklus I
a. Perencanaan
1) Peneliti melakukan analisis standar isi pada kurikulum
pembelajaran untuk mengetahui kompetensi dasar yang
akan disampaikan kepada siswa di kelas dengan
menggunakan alat peraga kubus satuan dalam
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V.
2) Membuat rencana pembelajaran dengan materi menentukan
volume kubus dan balok.
3) Membuat alat peraga kubus satuan.
4) Menyiapakan dan membuat lembar kerja siswa.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
6) Memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar.
7) Membimbing siswa untuk aktif bertanya.
8) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
sehingga siswa tidak merasa tegang.
9) Siswa dlibatkan dalam penggunaan alat peraga.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
serta menyampaikan informasi tentang langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilakukan.
2) Menyajikan materi dengan menggunakan alat peraga kubus
satuan.
3) Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, peneliti
memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi
memulai tanya jawab tentang volume kubus.
4) Siswa melakukan kegiatan yang ada dalam LKS mengenai
5) Guru memantau sambil membimbing siswa selama proses
pembelajaran.
6) Siswa melaporkan hasil diskusi.
7) Melakukan evaluasi pembelajaran.
8) Mengadakan refleksi.
9) Menutup pembelajaran dengan penguatan materi.
Media :
1) Kubus satuan.
2) Dus berbentuk kubus
Evaluasi : Dilaksanakan dengan proses pembelajaran dengan
menggunakan LKS dan tes soal.
Siklus II
a. Perencanaan
1) Peneliti melakukan analisis standar isi pada kurikulum
pembelajaran untuk mengetahui kompetensi dasar yang
akan disampaikan kepada siswa di kelas dengan
menggunakan alat peraga kubus satuan dalam
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V.
2) Membuat rencana pembelajaran dengan materi menentukan
volume kubus dan balok.
3) Membuat alat peraga kubus satuan.
4) Menyiapakan dan membuat lembar kerja siswa.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
6) Memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar.
7) Membimbing siswa untuk aktif bertanya.
8) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
sehingga siswa tidak merasa tegang.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
serta menyampaikan informasi tentang langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilakukan.
2) Menyajikan materi dengan menggunakan alat peraga kubus
satuan.
3) Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, peneliti
memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi
memulai tanya jawab tentang volume balok.
4) Siswa melakukan kegiatan yang ada dalam LKS mengenai
cara menentukan volume balok.
5) Guru memantau sambil membimbing siswa selama proses
pembelajaran.
6) Siswa melaporkan hasil diskusi.
7) Melakukan evaluasi pembelajaran.
8) Mengadakan refleksi.
9) Menutup pembelajaran dengan penguatan materi.
Media :
1) Kubus satuan.
2) Dus berbentuk balok.
Evaluasi : Dilaksanakan dengan proses pembelajaran dengan
menggunakan LKS dan tes soal.
Siklus III
a. Perencanaan
1) Peneliti melakukan analisis standar isi pada kurikulum
pembelajaran untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan
disampaikan kepada siswa di kelas dengan menggunakan alat
peraga kubus satuan dalam meningkatkan hasil belajar siswa di
kelas V.
2) Membuat rencana pembelajaran dengan materi menentukan
3) Membuat alat peraga kubus satuan.
4) Menyiapakan dan membuat lembar kerja siswa.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
6) Memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar.
7) Membimbing siswa untuk aktif bertanya.
8) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga
siswa tidak merasa tegang.
9) Siswa dlibatkan dalam penggunaan alat peraga.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
serta menyampaikan informasi tentang langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilakukan.
2) Menyajikan materi dengan menggunakan alat peraga kubus
satuan.
3) Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, peneliti memulai
pembelajaran dengan melakukan apersepsi memulai tanya
jawab tentang volume kubus dan balok.
4) Siswa melakukan kegiatan yang ada dalam LKS mengenai cara
menentukan volume kubus dan balok.
5) Guru memantau sambil membimbing siswa selama proses
pembelajaran.
6) Siswa melaporkan hasil diskusi.
7) Melakukan evaluasi pembelajaran.
8) Mengadakan refleksi.
9) Menutup pembelajaran dengan penguatan materi.
Media :
1) Kubus satuan.
2) Dus berbentuk kubus dan balok.
Evaluasi : Dilaksanakan dengan proses pembelajaran dengan
3. Observasi
Tahap observasi adalah tahap dimana guru sebagai penulis
mengamati hasil yang diperoleh atau dampak dari tindakan-tindakan
yang telah dilaksanakan oleh siswa dalam pembelajaran.
Kegiatan observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung
terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam tindakan
penelitian tindakan kelas (PTK). Tujuan pokok observasi adalah untuk
mengetahui sesuai atau tindaknya tindakan dan untuk mengetahui ada
tidaknya perubahan yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Pelaksanaan tindakan diharapkan dapat memperbaiki mutu
pendidikan dan prestasi anak di sekolah.
a. Selama proses pembelajaran berlangsung observer mengawasi
jalanya pembelajaran dengan cermat.
b. Penggunaan alat peraga sesui dengan materi pembelajaran.
c. Mengamati respon siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga.
d. Mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran.
e. Pemberian evalusi dan penguatan materi.
f. Siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran.
g. Seluruh siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
4. Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap untuk mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan atas hasil dan proses dari setiap tindakan. Dari
hasil refleksi ini dilakukan perbaikan terhadap rencana awal.
Tahap ini dilakukan setelah stu tidakan dilaksanakan. Hasil dari
tindakan tersebut dikaji, dilihat, dipertimbangkandari aspek berbagai
aspek. Pada setiap akhir tindakan penelitian bersama observer
mendeskripsikan hasil pelaksanaan tidakan dan membuat rencana
pembelajaran baru untuk dilaksanakan pada tindakan selanjutnya. Dan
pelaksanaan refleksi guru memerlukan metode variasi agar
F. Instrumen penelitian
Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
(1) Instrumen Tes
Tes adalah kegiatan atau proses sistematis mengukur
kemampuan/kondisi seseorang. Kegiatan tes (testing) selalu
menggunakan alat yang juga disebut tes (test). Dalam tulisan ini pengertian tes lebih mengacu kepada ”alat” dari pada ”kegiatan”. Oleh sebab itu tes diartikan sejumlah pertanyaan yang oleh subjek dijawab
benar atau salah, atu sejumlah tugas yang oleh subjek dilaksanakan
dengan berhasil atu gagal, sehingga kemampuan subjek dapat
dinyatakan dengan skor atau dinilai berdasarkan skala tertentu.
Alat evaluasi yang digunakan dalam penskoran menggunakan
Analisis Tes (Anates), langkah-langkah analisis sebagai berikut :
(a) Membuat tabel hasil penyekoran
(b) Menghitung reliabilitas
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi)
suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk
menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-rubah).
Tes yang reliabel atau dapat dipercaya adalah tes yang
menghasilkan skor secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun
diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda.
(c) Menghitung daya pembeda butir soal
Daya pembeda menunjukkan sejauh mana tiap butir
soal mampu membedakan siswa yang menguasai bahan dan
siswa tidak menguasai bahan. Butir soal yang daya
pembedanya rendah, tidak ada mamfaatnya, malahan dapat
merugikan siswa yang belajar sungguh-sungguh.
Tingkat kesukaran menunjukkan apakah butir soal
tergolong sukar, sedang atau mudah. Tes yang baik memuat
kira-kira 25% soal mudah, 50% sedang dan 25% sukar. Butir
sooal yang terlalu sukar atau terlalu mudah sehingga dapat
dijawab oleh semua hampir siswa, sebaiknya dibuang karena
tidak bermamfaat.
(e) Mengetahui homogenitas butir soal
Tingkat homogenitas (tingkat konsistensi) soal
menunjukkan apakah tiap butir soal mengukur aspek atau
kompetensi yang sama, atau sejauh mana tiap butir soal
menyumbang skor total tiap siswa. Butir soal yang homogen
adalah yang menunjang skor total. Sebaliknya, butir soal yang
tidak seiring dengan skor total dikatakan tidak homogen, dan
lebih baik dibuang atau direvisi.
Setelah dilakukan uji soal, maka rekapitulasi analisis
butir untuk tes siklus I, tes siklus II dan siklus III sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Rekapitulasi Analisis Item Soal Tes Siklus I
No No. Butir Asli
T DP
(%) T.
Kesukaran
Korelasi Sign. Kolerasi
keputusan
1 1 2,13 44,00 Sukar 0,714 Sangat
Signifikan
Digunakan
2 2 1,00 70,00 Sedang 0,857 Sangat
Signifikan
Digunakan
3 3 1,00 78,00 Sedang 0,868 Sangat
Signifikan
Digunakan
4 4 8,54 54,00 Sedang 0,711 Sangat
Signifikan
Digunakan
Tabel 3.2
Rekapitulasi Analisis Item Soal Tes Siklus II
No No.
Butir
Asli
T DP
(%) T.
Kesukaran
Korelasi Sign. Kolersi keputusan
1 1 5,16 74.00 Sedang 0.778 Sangat Signifikan Digunakan
2 2 2,90 54.00 Mudah 0.750 Sangat Signifikan Digunakan
3 3 1,63 28.00 Sukar 0.590 Signifikan Digunakan
4 4 3,63 50.00 Mudah 0.616 Signifikan Digunakan
5 5 4,80 56.00 Mudah 0.754 Sangat Signifikan Digunakan
Tabel 3.3
Rekapitulasi Analisis Item Soal Tes Siklus III
No No.
Butir
Asli
T DP
(%)
T.
Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi Keputusan
1 1 4.47 884.00 Sedang 0.628 Signifikan Digunakan
2 2 2.90 810.00 Mudah 0.667 Signifikan Digunakan
3 3 2.99 784.00 Sedang 0.585 Signifikan Digunakan
4 4 3.94 790.00 Sedang 0.598 Signifikan Digunakan
5 5 6.50 862.00 Sukar 0.644 Signifikan Digunakan
[image:27.595.116.562.225.730.2]a. Lembar Observasi
Lembar observasi ditujukan untuk mengetahui aktivitas
siswa dan guru selama kegiatan belajar berlangsung. Lembar
observasi di isi oleh observer pada setiap siklus. Data yang
diperoleh dari lembar observer dijadikan masukan bagi peneliti
untuk melakukan refleksi pada kegiatan berikutnya. Berikut
adalah contoh lembar observasi kegiatan guru dan siswa.
Tabel 3.4
Contoh Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
No Langkah-langkah kegiatan Aktivitas
Guru
Aktivitas
Siswa
1 Pendahuluan
- Mempersiapkan proses
pembelajaran
- Berdoa
- Mengabsen siswa
- Memotivasi siswa
2 Kegiatan Inti
- Mengkondisikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
- Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
3 Penutup
Balubur Limbangan, November 2012
Observer
Asep Rahmat. S.Pd
NIP.19660405196101002
b. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan salah satu alat
pengumpulan data yang dipergunakan untuk memperoleh data
secara objektik yang tidak terekam melalui lembar observasi
selama pelaksanaan tindakan penelitian. Catatan lapangan
berfungsi untuk mencatat informasi mengenai temuan-temuan
atau kejadian-kejadian penting selama proses penelitian yang
dapat dipakai sebagai bahan untuk analisis dan refleksi. Berikut
contoh tabel catatan lapangan.
Tabel 3.5
Contoh Lembar Catatan Lapangan
Lembar Catatan Lapangan
Siklus :
Waktu :
Tahap Kegiatan Temuan
Apa yang diketahui siswa selama
pembelajaran berlangsung
Apa yang telah dipelajari oleh siswa
selama pembelajaran berlangsung
Balubur Limbangan, November 2012
Peneliti
Imas Masrini
NIM. 1008373
(3) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah berupa panduan yang disajikan melalui
permasalahan yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas
pembelajaran di kelas. Dimana LKS ini merupakan alat untuk
menuntun siswa dalam melakukan proses pembelajaran supaya
siswa dapat memahami materi yang sedang diajarkan. Berikut
[image:30.595.106.517.105.690.2]contoh LKS.
Tabel 3.6
Contoh Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa
Materi :
Kelas/Semester :
Hari/Tanggal :
Kelompok :...
Nama : 1...
2...
3...
4...
Langkah-langkah kegiatan
1. Lakukan kegiatan ini secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri atas
empat orang.
2. Setiap kubus-kubus satuan sebanyak yang dibutuhkan.
3. Buatlah susunan-susunan yang berbentuk balok dengan ukuran tertentu.
Misalnya : panjang = 4 kubus satuan
Lebar = 3 kubus satuan
Tinggi = 2 kubus satuan
4. Setelah terbentuk, hitunglah banyaknya kubus satuan yang menyesunnya.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 dengan ukuran yang berbeda,
(4) Dokumentasi
Dokumen digunakan sebagai alat penunjang yang dapat
yang digunakan adalah kamera foto. Hasil dari penggunaan kamera
foto ini berupa foto-foto yang dapat dilampirkan sebagai salah satu
data penunjang, sehingga dapat memberikan gambaran objektif
mengenai pelaksanaan penelitian.
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Menjelaskan bahwa teknik pengolahan data yang digunakan
adalah teknik kuantitatif dan kualitatif dengan kerangka analisis
sebagai berikut:
a. Seleksi data, pengelompokan data, dan interprestasi data;
b. Evaluasi dan refleksi terhadap hasil interpretasi data;
c. Tindak lanjut atau rekomendasi;
Kerangka pengolahan data dan analisis data tersebut di atas
akan diberlakukan pada setiap siklus tindakan sampai perbaikan
pembelajaran dianggap optimal. Target optimal dimaksudkan baik
untuk kinerja guru maupun hasil belajar siswa.
2. Analisis Data
Sebagai dasar pengajuan terhadap hipotesis tindakan yang telah
dirumuskan dan sebagai dasar untuk mengambil keputusan maka data
yang diperoleh peneliti selanjutnya akan dianalisis. Analisis data
dilakukan dengan cara membandingkan transkip setiap instrumen
kegiatan atau hasil kerja siswa pada setiap kegiatan. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis yang sifatnya kuantitatif
dan kualitatif.
a. Data kuantitatif
Data kuantitatif ini diperoleh dari tes siklus untuk hasil
diperoleh, maka selanjutnya dilakukan analisis data dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Penskoran
Sebelum melakukan tes pemahaman matematika kepada
siswa untuk setiap siklus, maka di tentukan aturan penskoran
untuk setiap item soal. Aturan penskoran yang diadaptasi dari
[image:33.595.118.539.222.615.2]Randall di tetapkan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7
Aturan Penskoran Setiap Item Tes
Skor Deskripsi
0 Siswa tidak merespon sama sekali
1 Siswa menulis secara penyelesaian benar, jawaban salah
3 Siswa tidak menulis cara penyelesaian, jawaban benar
5 Siswa menulis cara penyelesaian salah, jawaban benar
8 Siswa menulis cara penyelesaian benar, jawaban salah
10 Siswa menulis cara penyelesaian benar, jawaban benar
2) Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus ( Purwanto,
dalam Prabawanto : 2011
Setandar ketuntasan yang digunakan adalah mean. Adapun
Keterangan:
�: Mean/Nilai Rata-Rata ∑x : Jumlah Skor Keseluruhan n : Banyaknya sampel
b. Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari deskripsi kekurangan dan
kelebihan yang tergambar dalam lembar observasi guru dan lembar
observasi siswa. Dari deskripsi tersebut direfleksikan dan didiskusikan
dengan para pengamat kemudian direncanakan perbaikan – perbaikan
untuk siklus selanjutnya agar dapat memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran selanjutnya. Hal ini dilakukan
untuk memperbaiki pembelajaran yang lebih baik dan agar
pemahaman siswa meningkat.
Hasil wawancara siswa akan diolah dengan cara,
mengumpulkan seluruh hasil wawancara, kemudian menarik
kesimpulan dari hasil keseluruhan wawancara tersebut. Penarikan
jesimpulan ini akan silakukan oleh peneliti bersama dengan pengamat.
Pada wawancara ini, akan dipilih siswa beberapa orang untuk
diwawancarai. Siswa yang akan diwawancara tersebut akan dipilih
secara heterogen. Penarikan kesimpulan akan dilakukan dengan cara
memilih hasil wawancara yang paling mewakili keseluruhan
wawancara.
Selanjutnya, hal-hal yang perlu diperbaiki akan dilakukan
perbaikan pada siklus berikutnya. Data-dat tersebut akan disajikan
secara deskripsi dari setiap hasil penelitian yang diperoleh. Setelah itu,
akan didiskusikan secara berkesinambungan dengan para dosen
pembimbing dengan tujuan untuk memperoleh perbaikan-perbaikan
Dengan cara ini diharapkan setiap siklus mengalami
peningkatan perbaikan. Agar pembelajaran efektif, sehingga hasil
pembelajaran akan sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu lembar
wawancara juga digunakan untuk mengetahui penyebab-penyebab
siswa yang mengalami penurunan skor dari siklusI ke siklus II. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui penyebab dari penueunan skor yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, dan hasil yang diperoleh selama
penelitian tindakan kelas ini, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep menghitung volume kubus dan balok.Seperti yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebaga
iberikut :
1. Perencanaan pembelajaran pada dasarnya memiliki sistematika yang
sama yang terdiri dari Identitas, Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran,Materi Ajar,Metode
Pembelajaran, Langkah-langkah Pembelajaran yang berisi (awal, inti,
penutup), Alat/bahan dan sumberbelajar, Penilaian serta Evaluasi,
namun dalam perencanaan alat peraga kubus satuan memiliki cirri
khusus sebagai berikut:
a. Persiapan Alat Peraga, jumlah alat peraga di sesuaikan dengan
kebutuhan siswa, dan alat peraga kubus satuan lebih bervariasi agar
siswa lebih tertarik untuk belajar.
b. Cara Penggunaan AlatPeraga, guru menerangkan lebih jelas dan
melibatkan siswa dengan meminta siswa untuk maju kedepan
dengan bimbingan guru siswa menerangkan alat peraga kubus
satuan.
2. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I,II dan siklus II pada
dasarnya memiliki sistematika yang sama yaitu meliputi proses:
1) Guru menjelaskan cara menghitung volume kubus dan balok
dengan menggunakan alat peraga kubus satuan dengan jelas,
kemudian siswa diminta menghitung jumlah kubus satuan yang
meminta siswa untuk bertanya. Guru membuat kelompok siswa
untuk berdiskusi dalam mengerjakan LKS, membuat
lembarpost-test untuk menilai penguasaan pemahaman siswa.
2) Siswa berinteraksi langsung dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga kubus satuan untuk menentukan
volume kubus danbalok. Dan siswa sudah bias membuat
sendiri alat peraga kubus satuan untuk menentukan volume
kubus dan balok.
b. Pelaksanaan penggunaan alat peraga kubus satuan memberika
dampak yang positif terhadap peningkatan pemahaman konsep
volume kubus dan balok, dapat meningkatkan pemahaman konsep
volume kubus dan balok, dan dapat meningkatkan aktifitas siswa
dalam pembelajaran baikaktifitas fisik maupun mental.
3. Hasil belajar siswa pada materi menentukan volume kubus dan balok
dengan menggunakan alat kubus satuan mengalami peningkatan pada
setiap siklus. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata siswa,
peningkatan rata-rata nilai siswa pada siklus I sebesar 63,2, siklus II
sebesar 69,6, dan pada siklus III sebesar 74,5. Maka siswa dikatakan
telah memahami konsep tentang menghitung volume kubus dan balok.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan hasil penelitian dan kajian teoritis
yang diperoleh, maka untuk menyempurnakan proses pembelajaran yang
akan dating dengan menggunakan alat peraga dapat dikemukakan saran
sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan pemahaman konsep volume kubus dan balok,
guru harus menciptakan kondisi pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan untuk anak dengan menyediakan alat peraga yang
bervariasi dan sesuai pada setiap kegiatan pembelajaran, memotivasi
siswa untuk belajar,memberikan kesempatan siswa untuk terlibat
langsung dalam proses pembelajaran dan menghargai setiap ide yang
2. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya
mempersiapkan dan merencanakan kegiatan pembelajaran sengan baik,
mempersiapkan berbagai bahan dan sumber yang dibutuhkan dalam
kegiatan pembelajaran, menyediakan alat peraga yang mudah
digunakan, dapat menarik minat siswa untuk belajar dan dapat
memberikan bimbingan bagi siswa terutama yang mengalami
kesulitan.
3. Kepala sekolah hendaknya menyediakan media pembelajaran
matematika.
86
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. (2011). Teori Belajar Matematika untuk Mengajar Matematika di SD. [Online]. Tersedia: http://www.masbied.com/searct/skripsi-matematika-sd. [13 November 2012].
Aqib, Z. (2006). Penelitian Tindakan Kelas.Bandung : Yrama Widia.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.
Bruner, Hudoyo. (1990). Teori Belajar [Online]. Tersedia:
http://www.8tunas8.wordpress.com/teori-belajar-mengajar. [31 Januari 2013].
B. Harahap. (1990). Ensiklopedia. PT Grasindo Jakarta.
Depdikbud. (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. (2000). Pedoman Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga/Praktik Sederhana Mata Pelajaran Matematika Untuk Sekolah Dasar. Jakarta: CV Tidar.
Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Jakarta:
Depdiknas.
Karno To. (2003). Analisis Tes (Pengantar ke program Komputer ANATES). Bandung.
Karso, dkk. (1988). Pendidikan Matematika 1. [Online]. Tersedia:
http://pamungka.wordpress.com/2011/04/11/ptk-matematika-kelas-iv-semester-ii. [6 januari 2013]
Kasijan, (1984). Dasar-dasar Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Krisna. (2009). Pengertian Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
http://kristnal.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-ciri-ciri-pembelajaran/.[13 November 2012].
Mulyono. (1999). Kesulitan Belajar Matematika. Jakarta: Gramedia.
Muslich, Mansur. (2009). Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta : Bumi Aksara.
Poerwadarminta, (1988). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Sudjana. (2002 ). Media Pengajaran. [Online]. Tersedia: www.sarjanaku.com › Pembelajaran - Translate this page. [15 November 2012]
86
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. (2003). Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Citra Umbara.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:Upi Press.
Wardhani, I. And Wihardit, K. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Windayana, et al. (2006). Modul Pendidikan Matematika I. Bandung : UPI.