• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SENAM TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL: Studi Eksperimen Pada Siswa SMK Budi Bakti Utama Padalarang Kabupaten Bandung Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SENAM TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL: Studi Eksperimen Pada Siswa SMK Budi Bakti Utama Padalarang Kabupaten Bandung Barat."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SENAM

TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL

(Studi Eksperimen Pada Siswa SMK Budi Bakti Utama Padalarang

Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Olahraga

Oleh :

DEVI SITI RAHMAWATI 0807704

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

PENGARUH MODEL KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SENAM

TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL

(Studi Eksperimen Pada Siswa SMK Budi Bakti Utama Padalarang

Kabupaten Bandung Barat)

LEMBAR HAK CIPTA

Oleh :

Devi Siti Rahmawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Devi Siti Rahmawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH MODEL KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SENAM TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL

Oleh :

Devi Siti Rahmawati 0807704

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I

Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd. NIP: 196509091991021001

Pembimbing II

Helmy Firmansyah M.pd NIP: 197912282005011002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SENAM

TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL

(Studi Eksperimen Pada Siswa SMK Budi Bakti Utama Padalarang Kabupaten

Bandung Barat)

Oleh :

Devi Siti Rahmawati (0807704)

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pembelajaran penjas dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kepedulian sosial siswa. Tujuan belajar gerak baik dalam bentuk permainan atau olahraga secara kontektual diarahkan untuk membentuk mengembangkan kepedulian sosial siswa. Untuk melakukan hal itu, dua kelompok siswa telah dijadikan sampel, satu kelompok diberi perlakuan kooperatif, satu kelompok tidak diberi perlakuan.

Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan desain penelitian menggunakan Pretest-Posttest Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Budi Bakti Utama, adapun teknik pengambilan sampel ini menggunakan teknik Purposive Sampling dengan jumlah 20 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan menggunakan skala likert. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan uji kesamaan rata-rata dengan uji t. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data diperoleh thitung 1,879 dan t table sebesar 1,73. Dikarenakan thitung > ttabel (1,879>1,73), maka Ho ditolak yang artinya bahwa model pembelajaran kooperatif pada pembelajaran senam memberikan terhadap kepedulian sosial. Kesimpulannya kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan model kooperatif memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan terhadap kepedulian sosial siswa SMK Budi Bakti Utama kelas X Teknik Komputer Jaringan.

(5)

Halaman

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ………...

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 2.1.1 Pengertian Pendidikan Jasmani ……… 2.2 Hakekat Pendidikan Jasmani………

2.2.1 Perbedaan Makna Penjas dan Pendidikan Olahraga 2.2.2 Dasar Falsafah Pendidikan Jasmani

2.3 Model Kooperatif………..

2.3.1 Pengertian Model Kooperatif 2.3.2 Tujuan Model Kooperatif 2.3.3 Manfaat Model Kooperatif

(6)

Kooperatif Tipe STAD

2.4.3 Keuntungan Dan Kekurangan Model Kooperatif Tipe STAD

2.5 Pengertian Senam Kependidikan………. 2.5.1 Manfaat Senam Kependidikan

2.6 Kepedulian Sosial……….. 2.7 Kerangka Pemikiran……….. 2.8 Keterkaitan Model Kooperatif Pada Pembelajaran Senam Terhadap Kepedulian Sosial……….. 2.9 Hipotesis………

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ………...

3.1 Metode Penelitian ……….

3.2 Populasi dan Sampel………..………

3.3 Desain Penelitian ………..

3.4 Instrumen Penelitian ……….

3.5 Pelaksanaan Penelitian …….………... 3.6 Teknik Pengolahan Data ..……….

(7)
(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. UU No. 20 Tahun 2003 dalam

http://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_20_Tahun_2003#Pasal_2\ menyatakan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab ”. Untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat tersebut dapat dikembangkan melalui pembelajaran yang efektif pada tingkat satuan pendidikan, mulai dari tingkat dasar, tingkat menengah sampai perguruan tinggi.

(9)

Penafsiran semacam ini dalam penilaian tentunya sangat terkait dengan kebijakan dan kurikulum pendidikan kita belum memberikan ruang dan waktu yang cukup berarti untuk memberikan penilaian pada sikap pelajar yang memiliki kepedulian atau kepekaan sosial.

Idealnya, pendidikan harus mampu memberikan proses pencerahan dan kepedulian sosial kepada peserta didik. Kepedulian sosial yang dimaksud adalah memiliki apresiasi tinggi terhadap masalah kemanusiaan, kejujuran, keadilan, tolong menolong, demokratisasi, toleransi, dan kedamaian hidup, sehingga mereka mampu bersikap responsif terhadap segala persoalan yang tengah dihadapi masyarakat dan bangsanya. Melalui pencerahan yang berhasil ditimbanya, mereka diharapkan dapat menjadi sosok yang memiliki kepedulian sosial yang menciptakan damai di tengah berkecamuknya kebencian, yang menawarkan pengampunan bila terjadi penghinaan atau setidaknya dapat melahirkan manusia yang merasa malu ketika melakukan kesalahan atau keburukan seperti korupsi yang kita ketahui bersama mewabah di negeri ini.

Siswa yang memiliki kepedulian sosial dalam hal ini apresiasi yang tinggi terhadap nilai-nilai kemanusiaan mewujudkan diri dalam peri kehidupan yang diliputi dengan kesadaran penuh, perilaku yang berpedomankan hati nurani, penampilan yang penuh tanpa kepalsuan, kepedulian besar akan tegaknya etika sosial.

(10)

Mata pelajaran yang terkait dengan pembangunan kepedulian sosial anak, selain ditambah alokasi waktunya, hendaknya juga tidak sekadar mencekoki siswa dengan setumpuk teori dan hafalan, tetapi harus benar-benar menyentuh kedalaman dan hakikat ranah afektif yang membuka ruang kesadaran nurani di tengah konteks kehidupan sosial-budaya yang majemuk. Hal itu harus didukung oleh semua guru lintas mata pelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai kemanusiaan ke dalam materi ajar.

Kepedulian sosial tidak banyak saat ini dilakukan oleh banyak orang. Banyak yang merasakan makin sedikit orang yang peduli pada sesama dan cenderung menjadi seorang individualistis yang mementingkan diri sendiri. Berjiwa kepedulian sosial dan senang membantu merupakan sebuah ajaran yang universal dan dianjurkan oleh semua agama. Meski begitu, kepekaan untuk melakukan semua itu tidak bisa tumbuh begitu saja pada diri setiap orang karena membutuhkan proses melatih dan mendidik. Di sini pola pengasuhan berperan sangat penting, terutama yang dilakukan oleh pendidik saat melakukan kepedulian sosial terhadap sesama di lingkungan sekitar dan sudah tentu siswa akan mencontoh hal tersebut yang sering guru lakukan. Memiliki jiwa kepedulian sosial sangat penting bagi setiap orang karena kita tidak bisa hidup sendirian di dunia ini, begitu juga pentingnya bagi anak karena kelak mereka pun akan hidup mandiri tanpa orang tuanya lagi.

Dengan jiwa kepedulian sosial yang tinggi, mereka akan lebih mudah bersosialisasi serta akan lebih dihargai. Bayangkan bila setiap orang telah luntur jiwa kepedulian sosialnya. Kehidupan akan kacau, berlaku hukum rimba, kaum tertindas makin tertindas, semua orang mengedepankan ego masing-masing dan keadilan pun akan menjadi hal yang sangat mahal.

(11)

praktek dari pada hanya berteori, sehingga siswa-siswi kita akan mencontoh perbuatan-perbuatan nyata yang kita lakukan.

Banyak hal yang dapat dipraktekkan untuk menanamkan kepedulian sosial pada siswa. Proses pembelajaran yang terjadi di tingkat sekolah merupakan implementasi dari dokumen kurikulum yang tertulis dalam kurikulum yang berlaku di setiap tingkatan sekolah. Pada tingkat pendidikan dasar, mata pelajaran yang tertuang sebagai dokumen dalam kurikulum adalah : Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, serta muatan lokal. Semua bahan ajar yang tersaji pada setiap mata pelajaran tersebut akan mencapai tujuan pembelajaran dengan baik apabila guru mampu memilih dan menentukan model pembelajaran yang tepat. Pemilihan model pembelajaran yang tepat juga dapat meningkatkan berbagai potensi sebagaimana diharapkan.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketidakmampuan siswa dalam penyesuaian diri dengan lingkungan adalah melalui pendidikan yang salah satunya adalah pendidikan jasmani. Dalam pendidikan jasmani tidak hanya domain psikomotor yang dibina, tetapi juga mencakup domain afektif dan kognitif. Pendidikan jasmani dapat memberikan dampak positif pada siswa untuk mengembangkan kemampuan secara keseluruhan baik afektif, kognitif dan psikomotorik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lutan (2000:2)

sebagai berikut:

Pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya yang berkaitan dengan aktifitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.

(12)

Kemudian Supandi (1991:2) menjelaskan bahwa:

Kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani mendorong siswa mengalami hal-hal sebagai berikut: 1) perkembangan keterampilan gerak, 2) perkembangan aspek-aspek kepribadian, dan 3) pemantapan nilai sosial.” Berdasarkan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa melalui kegiatan pendidikan jasmani diharapkan sikap sosial siswa dapat dibentuk ke arah yang positif dan lebih baik dari sebelumnya.

Hal ini dikarenakan pendidikan jasmani selain dapat mengembangkan kemampuan fisik juga dapat mengembangkan keterampilan sosial yaitu salah satunya tentang kepedulian sosial. Menurut Eggen & Kauchak (1996:279) dalam Juliantine dkk (2011:52) “Model kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan tertentu”. Menurut Johnson & Johnson (1993) dalam Juliantine dkk (2011:53) sebagai berikut

Model kooperatif adalah sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur, yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

(13)

Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya, tanpa bantuan orang lain. Secara alamiah, manusia melakukan interaksi dengan lingkungannya, baik sesama manusia maupun dengan makhluk hidup lainnya. Begitupun pada saat pembelajaran penjas, dalam aktivitas penjas setiap siswa selalu membutuhkan kehadiran dan peran siswa lainnya. Guru pendidikan jasmani sekarang ini banyak menekankan aspek keterampilan gerak tanpa memperhatikan perkembangan kepedulian sosial siswa, akibatnya nilai-nilai sosial siswa menurun.

SMK Budi Bakti Utama merupakan sekolah swasta yang berada di Jl. Babakan Pasir Angin RT 01 RW 02 Desa Ciburuy Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Hasil observasi awal di SMK Budi bakti Utama menunjukkan kecenderungan siswa di sekolah berdasarkan gejala-gejala sosial pada saat melakukan aktivitas pembelajaran senam berlangsung sangat beragam diantaranya ada siswa yang mudah berinteraksi dengan siswa lainnya dan guru, ada pula yang tertutup. Ada siswa yang aktif mengikuti berbagai kegiatan di sekolah dan ada pula siswa yang kurang berpartisipasi aktif dengan kegiatan yang ada di sekolah, Beberapa gejala muncul tentang kepedulian sosial di SMK Budi Bakti Utama.

(14)

memilih dan mau memberi bantuan terhadap anak yang mempunyai kemampuan lebih.

Tidak hanya itu persoalan yang terjadi anak yang mempunyai penyakit cenderung di kucilkan, dan enggan berbaur sehingga siswa tersebut tidak mau melakukan aktivitas olahraga karena takut di ejek oleh teman-temannya. Beberapa persoalan pokok ini akan mempengaruhi pada iklim pembelajaran secara keseluruhan dan juga mengganggu kenyamanan siswa-siswa lainnya dalam mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran senam di sekolah model kooperatif bisa dipraktekkan sebagai upaya dalam mengembangkan bentuk-bentuk kepedulian di antara siswa, pembelajaran penjas di sekolah merupakan sebuah arena yang dibangun oleh kemampuan bertemu dan bekerjasama. Saling membantu di antara siswa yang lainnya, untuk saling mengembangkan aspek sosial. Dalam pembelajaran senam di sekolah di arena bermain dan di manapun, kecenderungan untuk merasa bersama SMK Budi Bakti Utama sudah jarang ditemukan sehingga kepedulian di antara siswa pun cenderung sudah jarang dilakukan, dengan model kooperatif diharap kan dapat melibatkan siswa dalam tindakan, siswa saling membantu itulah pembelajaran senam akan menjadi arena sosial yang berguna bagi pengembangan keterampilan kepedulian sosialnya.

(15)

atas adalah guru pendidikan jasmani. Harapan guru yang tinggi agar siswa- siswi SMK Budi Bakti Utama mampu mengembangkan bentuk-bentuk kepedulian sosial, menjadi dasar dari pemilihan model pembelajarn kooperatif. Dampak positif memiliki kepedulian sosial Triatmini (2011) dalamhttp:// kepedulian-sosial.html:

1. Terwujudnya sikap hidup gotong royong 2. Terjalinya hubungan batin yang akrab 3. Menumbuhkan kerukunan dan kebersamaan 4. Terjadinya pemerataan kesejahteraan

5. Menghilangkan jurang pemisah antara si miskin dan sikaya 6. Terwujudnya persatuan dan kesatuan

7. Menciptakan kondisi masyarakat yang kuat dan harmonis 8. Menghilangkan rasa dengki dan dendam

Dengan harapan itu pula penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang kepedulian sosial melalui model kooperatif dalam pembelajaran senam siswa SMKN Budi Bakti Utama dapat memberikan dampak yang signifikan serta siswa mampu menerapkan dalam kehidupan nyata dalam bermasyarakat. Karena dalam beragamapun kepedulian sosial itu sangat erat, kepedulian sosial dalam ajaran Islam pada dasarnya ditujukan untuk kesejahteraan manusia, termasuk dalam bidang sosial islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawaan, egaliter (kesamaan drajat), tentang rasa dan kebersamaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, ada tiga variabel pokok yang melibatkan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Apakah terdapat pengaruh kepedulian sosial signifikan pada kelompok eksperimen?

2. Apakah terdapat pengaruh kepedulian sosial signifikan pada kelompok kontrol? 3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh kepedulian sosial yang signifikan antara

(16)

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam setiap penelitian harus memiliki tujuan-tujuan yang akan dicapai, sehingga dapat menghasilkan informasi dan hasil-hasil penelitian yang benar. Berdasarkan masalah dalam penelitian, maka tujuan yang penulis rumuskan adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh kepedulian sosial kelompok eksperimen.

2. Untuk mengetahui pengaruh kepedulian sosial siswa kelompok kontrol.

3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh kepedulian sosial siswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang serta tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis dapat digunakan sebagai masukan (bahan pemikiran) keilmuan dan informasi bagi lembaga pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolah maupun bagi perorangan, seperti guru pendidikan jasmani, mahasiswa, para pembaca dan pemerhati olahraga mengenai pengaruh model kooperatif terhadap kepedulian sosial siswa.

2. Secara praktis dapat dijadikan acuan dan pedoman bagi guru pendidikan jasmani dalam upaya mengembangkan kepedulian siswa melalui model kooperatif.

1.5 Batasan Masalah Penelitian

Agar kesimpulan akhir dari penelitian ini masih berada dalam kajian permasalahan penelitian serta tidak terjadi kesimpang siuran permasalahan, maka penulis memberikan batasan penelitian masalah sebagai berikut :

(17)

2. Metode dalam model pembelajaran kooperatif akan memfokuskan terhadap Student Team Achievment Division (STAD) atau Pembagian Pencapaian Tim Siswa

3. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Budi Bakti Utama, dan yang dijadikan samplenya siswa kelas X TKJ SMK Budi Bakti Utama Sebanyak 20 orang, yang terdiri dari 10 orang kelompok eksperimen dan 10 orang kelompok kontrol.

1.6 Definisi Istilah

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul penelitian, maka penulis menjelaskan istilah-istilah penting dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pengaruh adalah daya yang berkuasa atau berkekuatan (Poerwadarminta 1985:731).

2. Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi pembelajaran yang berfungsi untuk menggali potensi dan membagi-bagi ide pada anak, strategi pembelajaran ini mendorong siswa untuk melakukan kegiatan dalam bentuk kerjasama dan sikap tanggung jawab kepada teman dalam kelompoknya dan juga sikap bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri (Yuda, 2007) dalam Juliantine dkk (2011:58).

3. Senam kependidikan adalah istilah yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran senam yang sasaran utamanya diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan kependidikan. Hal ini mengisyaratkan bahwa yang paling penting dari kegiatan tersebut adalah anaknya sendiri, bukan kegiatan atau keterampilan geraknya. Senam hanyalah alat, sedangkan yang menjadi tujuannya adalah perkembangan anak melalui kegiatan-kegiatan yang bertema senam (Mahendra 2008:16). 4. Kata peduli berarti memerhatikan atau menghiraukan sesuatu. Kepedulian

berarti sikap memerhatikan sesuatu. Dengan demikian kepedulian sosial berarti

sikap memerhatikan atau menghiraukan urusan orang lain (sesama anggota

(18)

urusan orang lain, tetapi lebih pada membantu menyelesaikan permasalahan

yang di hadapi orang lain dengan tujuan kebaikan dan perdamaian.

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya, sesara umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Metode penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan masalah dengan menggunakan prosedur-prosedur dan alat-alat tertentu, sehingga apa yang diharapkan dalam penelitian itu bisa tercapai.

Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment), Dengan demikian metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono 2004:72).

Dalam penelitian ini sampel dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok sampel ini di tes awal menggunakan angket tentang kepedulian sosial untuk diketahui kondisi kepedulian sosialnya sebelum diberikan perlakuan. Setelah data awal kepedulian sosial sampel dikumpulkan maka selanjutnya kelompok eksperimen diberikan perlakuan melalui pembelajaran kooperatif selama beberapa pertemuan. Setelah pertemuan terakhir maka kedua kelompok sampel di tes akhir menggunakan angket tentang kepedulian sosial. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh pembelajaran kooperatif terhadap kepedulian sosial sampel.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment.

(20)

SMK Budi Bakti Utama. Kepedulian sosial yang dimaksud adalah reaksi yang dinyatakan dalam tindakan tolong menolong, kerja sama, empati, disiplin, toleransi, peduli. Dengan menggunakan uji parametrik dengan skor 1-5.

Dalam penelitian ini sampel dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen 10 orang dan kelompok kontrol 10 orang. Pertimbangan penetapan kelas X TKJ, karena pada awal observasi kelas sepuluh menunjukan gejala-gejala kepedulian sosial yang menurun pada saat pembelajaran berlangsung, dan ditetapkan kelompok eksperimen sebanyak 10 dan kelompok kontrol 10 orang siswa, karena menurunnya gejala-gejala kepedulian sosial adalah ke 10 siswa kelompok eksperimen. Kedua kelompok sampel ini di tes awal menggunakan angket tentang kepedulian sosial untuk diketahui kondisi perilaku kepedulian sosialnya sebelum diberikan perlakuan. Setelah data awal perilaku sosial sampel dikumpulkan maka selanjutnya kelompok eksperimen diberikan perlakuan melalui pembelajaran berupa model kooperatif selama beberapa 12 pertemuan. Alasan 12 kali pertemuan karena kelas X dalam persiapan menghadapi Ujian Akhir Sekolah. Setelah pertemuan terakhir maka kedua kelompok sampel di tes akhir menggunakan angket tentang perilaku kepedulian sosial. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh model kooperatif terhadap perubahan perilaku kepedulian sosial sampel. Kelompok kontrol berfungsi sebagai pembanding dari adanya suatu perlakuan terhadap kelompok eksperimen.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

(21)

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi (Sugiyono2004:81). Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan Purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan sample dengan

pertimbangan tertentu, sampel yang ditetapkan penulis sebanyak 20 orang siswa kelas X teknik komputer jaringan.

Adapun karakteristik sampel siswa-siswi SMK Budi Bakti Utama kelas X Teknik komputer jaringan terdiri dari 10 orang perempuan, dan 10 orang laki-laki, yang rata-rata berusia 15-16 tahun.

3.3.3 Desain Penelitian

Menurut Nazir (2005:84) dalam S_JKR_0705079_chapter3.pdf Desain penelitian adalah: “semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”. Dalam pengertian lebih sempit, desain penelitian hanya pengumpulan dan analis data saja.

(22)

R O1 X O2

R O3 O4

Gambar 3.1 Desain Penelitian

R = Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol O1 dan O2 = Adalah tes awal atau observasi awal

O3 dan O4 = Adalah tes akhir atau observasi akhir

X = Treatment yang diberikan yaitu variabel independen model kooperati

Sedangkan secara operasional, desain penelitian yang disusun adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2

Desain Penelitian Secara Operasional

Keterangan:

A : kelompok eksperimen B : kelompok kontrol T1 : tes awal

T2 : tes akhir

Siswa Kelas X TKJ

A: T1 B: T1

A: T2 B: T2

(23)

X : perlakuan (treatment) model kooperatif

Adapun langkah-langkah penelitiannya penulis deskripsikan dalam bentuk Gambar 3.3 di bawah ini.

Gambar 3.3

Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: setelah masalah penelitian, hipotesis dan instrument penelitian ditetapkan, selanjutnya adalah menetapkan populasi sebagai sumber data. Dalam hal ini tidak semua anggota populasi dijadikan sumber data yaitu hanya menggunakan sebagian atau wakil dari populasi yang disebut sampel. Setelah sampel penelitian ditetapkan, selanjutnya

POPULASI

SAMPEL

PENGOLAHAN DAN ANALISIS

KESIMPULAN

TES AKHIR: MENGGUNAKAN ANGKET KELOMPOK EKSPERIMEN (A):

Model Kooperatif

KELOMPOK KONTROL (B)

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol (B)

(24)

adalah melaksanakan tes awal untuk mengetahui data awal. Data hasil tes awal disusun menjadi dua kelompok yang seimbang, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran melalui model kooperatif, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apapun. Setelah masa perlakuan atau treatment berakhir, selanjutnya diadakan tes akhir untuk mengetahui data hasil perlakuan dari kelompok eksperimen. Setelah data tes awal dan tes akhir terkumpul selanjutnya diadakan pengolahan dan analisis data yang hasilnya digunakan sebagai dasar atau landasan dalam menetapkan kesimpulan penelitian.

3.4 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paking rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory: 1985) dalam Sugiyono (2004:102).

(25)

Tabel 3.1

Kisi-kisi angket tentang kepedulian sosial

Definisi dan Konsep Kepedulian

Sosial

Sub Variabel Indikator No Soal

Kepedulian

(26)

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah instrumen yang menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Sugiyono 2004:93).

Mengenai alternatif jawaban dalam angket, penulis menetapkan kategori penyekoran sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Positif Negatif

Tabel 3.2 menjelaskan bahwa jika pernyataan dalam angket merupakan pernyataan yang positif maka skor untuk jawaban responden yang menyatakan 5 = Sangat sering dilakukan, 4 = Sering dilakukan, 3 = Dilakukan, 2 = Pernah dilakukan, 1 = Tidak pernah dilakukan, jika pernyataan angket merupakan pernyataan negatif, maka skor untuk jawaban repsonden yang menyatakan sangat sering dilakukan = 1, sering dilakukan = 2, dilakukan = 3, Pernah dilakukan = 4 dan Tidak pernah dilakukan = 5.

Perlu penulis jelaskan bahwa dalam menyusun pernyataan-pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban tersebut, maka pernyataan-pernyataan itu disusun dengan berpedoman pada penjelasan Surakhmad (1998:184) sebagai berikut:

(27)

2. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif

3. Sifat pernyataan harus netral dan obyektif

4. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain

5. Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri-ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalaupun wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.

Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2004:145) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses responden yang diamati tidak terlalu besar.

Observasi dilakukan penulis dalam mengamati pembelajaran senam dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono 2004:137).

(28)

sebagai pedoman untuk mewawancara penulis mnenggunakan alat bantu tape recorder, serta mencatat hasil wawancara.

c. Kuesioner (Angket)

Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono 2004:142).

Sehubungan dengan angket atau kuesioner dijelaskan oleh Arikunto (2002:124) sebagai berikut: “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.”

Angket dalam penelitian ini terdiri dari komponen atau variabel yang dijabarkan melalui sub komponen, indikator-indikator dan pertanyaan. Butir-butir pertanyaan atau pernyataan itu merupakan gambaran tentang kepedulian sosial siswa. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup.

Untuk memudahkan dalam penyusunan butir-butir pertanyaan atau pernyataan angket serta alternatif jawaban yang tersedia, maka responden hanya diperkenankan untuk menjawab salah satu alternatif jawaban. Jawaban yang dikemukakan oleh responden didasarkan pada pendapatnya sendiri atau suatu hal yang dialaminya.

1. Uji Coba Angket

Angket yang telah disusun harus diuji cobakan untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari setiap butir pertanyaan-pernyataan. Dari uji coba angket akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini.

(29)

Langkah-langkah dalam mengolah data untuk menentukan validitas instrumen tersebut adalah:

1. Data yang diperoleh dari hasil uji coba dikumpulkan dan dipisahkan antara skor tertinggi dan terendah

2. Menentukan 27% responden yang memperoleh skor tinggi dan 27% yang memperoleh skor rendah.

3. Kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor tinggi disebut kelompok atas. Sedangkan kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor rendah disebut kelompok bawah.

4. Mencari nilai rata (X) setiap butir pernyataan kelompok atas dan nilai rata-rata (X) setiap butir kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

X : nilai rata-rata yang dicari Xi : Jumlah skor

n : Jumlah responden

5. Mencari simpangan baku (S) setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S : simpangan baku yang dicari

(X – X)2 : jumlah hasil penguadratan nilai skor dikurangi rata-rata n - 1 : jumlah sampel dikurangi satu

Xi X =

n

(X– X)2 S =

(30)

6. Mencari variansi gabungan (S2) untuk setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S2 : varians gabungan

S1 : Simpangan baku kelompok satu

S2 : Simpangan baku kelompok dua

n : sample

7. Mencari nilai t-hitung untuk setiap butir pernyataan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

t : nilai t yang dicari

X : rata-rata suatu kelompok S : Simpangan baku gabungan n : Jumlah sampel

8. Selanjutnya membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel dalam taraf nyata 0.05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Instrumen penelitian ini memiliki tingkat kebebasan n1+ n2 – 2 = 5 + 5 – 2 = 8, nilai t-tabel menunjukkan harga

1.86.

(n1-1) Si2 + (n2 -1) S22

S2 =

n1 + n2 - 2

X1 – X2

t =

(31)

Dalam menentukan valid tidaknya sebuah butir pernyataan tes dilakukan pendekatan signifikansi, yaitu jika t-hitung lebih besar atau sama dengan t-tabel maka dinyatakan pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data, tetapi jika sebaliknya, jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka pernyataan tersebut tidak signifikan, dengan kata lain pernyataan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat pengumpul data.

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen, penulis melakukan pendekatan sebagai berikut:

1. Membagi butir pernyataan menjadi dua bagian pernyataan yang bernomor genap dan bernomor ganjil

2. Skor dari butir pernyataan yang bernomor genap dikelompokkan menjadi variabel x dan skor dari butir-butir pernyataan yang bernomor ganjil dijadikan variabel y. 3. Mengkorelasikan antara skor butir-butir pernyataan yang bernomor genap dengan

butir-butir pernyataan yang bernomor ganjil dengan menggunakan rumus korelasi Person Product Moment sebagai berikut:

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi yang dicari XY : jumlah perkalian skor x dan skor y

X : jumlah skor x Y : jumlah skor y

n : jumlah banyaknya soal

n XY – (X) (Y) rxy =

(32)

4. Mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

rii : koefisien yang dicari 2. r : dua kali koefisien korelasi 1 + r : satu tambah koefisien korelasi

3.5 Pelaksanaan Penelitian

Pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan sebagai berikut:

1. Tempat : SMK Budi Bakti Utama Kabupaten Bandung Barat 2. Waktu : Mulai 19 November – 8 Desember 2012

3. Lama Pembelajaran : 2 x 45 menit

Pembelajaran dalam penelitian dilaksanakan 4 kali dalam seminggu yaitu rabu, jumat, selasa, sabtu. Hari selasa dan rabu pukul 07.00-08.20, jumat dan sabtu pukul 15.00 WIB sampai dengan pukul 16.20 WIB.

Pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan, pengembangan, dan penerapan. Adapun uraian pembelajarannya adalah sebagai berikut pada halaman 63:

2. r xy

rii =

(33)

Tabel 3.4

Langkah-langkah proses pembelajaran model kooperatif

Tahap

pendahuluan

a) Guru memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan mereka pelajari, tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi agar siswa tertarik pada materi. b) Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah

direncanakan.

c) Mensosialiasakan kepada siswa tentang model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa mengenal dan memahamimya.

d) Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

Tahap pengembangan

a) Guru mendemonstrasikan konsep atau keterampilan secara aktif dengan menggunakan alat bantu atau manipulatif lain.

b) Guru membagikan lembar kerja sebagai bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.

c) Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan bersama kelompoknya.

d) Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

Tahap penerapan

a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tugasnya dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya.

b.

3.6 Teknik Pengolahan Data

a. Identifikasi Data

(34)

Peneliti melakukan pengidentifikasian data agar dalam pengolahannya tidak mengalami kesulitan. Data kualitatif untuk angket, peneliti menentukan penskoran berskala positif. Data tersebut dianalisis berdasarkan aspek-aspek yang dinilai. Penggunaan skala penilaian ini dilakukan untuk menghindari subjektivitas penilaian yang mungkin terjadi. Hasil analisis tersebut diberi komentar berdasarkan kriteria teoretik.

b. Analisis Data

Sebagaimana telah diuraikan di atas, analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan teknik statistik. Data yang diolah menghasilkan selisih antara skor prates dan pascates dengan langkah-langkah sebagai berikut:

c. Uji Normalitas

1. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Prosedur yang digunakan menurut Sudjana (2004) adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan

menggunakan rumus:

Xi – X Z1 =

S

(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).

(35)

Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn Zi

S (Zi) =

n

d. Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo

dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata  yang dipilih. Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol jika Lo yang diperoleh dari

data pengamatan melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.

d. Uji Homogenitas

Teknik pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:

 Hipotesis masing-masing

Uji signifikan pada hipotesis ini menggunakan uji kesamaan rata-rata dengan satu pihak atau uji t satu arah dengan dengan rumus:

(36)

Melihat perolehan hasil dari thitung, dengan menggunakan derajat kebebasan (dk)

= n-2; dan taraf signifikansi (α) = 0,05. Apabila thitung>ttabel maka H0 ditolak, dan

begitu pula sebaliknya.  Hipotesis Gabungan

Uji signifikan pada hipotesis ini menggunakan uji kesamaan rata-rata dengan dua pihak atau uji t dua arah dengan rumus:

2

n = banyaknya sampel kelompok 1

2

(37)

2 1

s = variansi kelompok 1 2

2

s = variansi kelompok 2

Kritera penerimaan dan penolakan hipotesis adalah:

Terima hipotesis jika; (Ho) jika

 

2 1 1 2

1

1   

t t t

H0 : μ1 = 0, model pembelajaran kooperatif dapat memberikan pengaruh yang

sama terhadap kepedulian sosial antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

H : μ1 ≠ 0, model pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh yang lebih

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh terhadap kepedulian sosial siswa kelompok eksperimen.

2. Model pembelajaran langsung memberikan pengaruh terhadap kepedulian sosial kelompok kontrol.

3. Model pembelajaran langsung memberikan pengaruh yang lebih signifikan terhadap kepedulian sosial pada kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol.

5.2 SARAN-SARAN

Saran-saran yang penulis kemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi para siswa-siswi diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam belajar untuk memahami, memaknai, dan bisa mengaplikasikannya khususnya dalam situasi kehidupan bemasyarakat yang sesungguhnya.

(39)
(40)

DAFTAR PUSTAKA

Dari Buku:

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Juliantine, Tite, dkk. (2011). Model – Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Lutan, Rusli. (2000). Manajemen Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas. Mahendra, Agus (2008). Senam Artistik, Bandung : Fpok Upi

Mahendra, Agus (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani.Bandung:Fpok Upi Poerwadarminta. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sudjana.(2004). Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung:Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Supandi. (1991). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dari Internet :

http://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003#Pasal 2\

http://repository.upi.edu/operator/upload/tips057112_chapter2.pdf.

(41)

Karli, & Yuliariatiningsih. (2002). Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif. http://kelebihan-dan-kelemahan-model.html.

Kibot, Mijitin. (2009). Kepedulian Sosial.kepedulian-sosial.html

Rulam. (2012). Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD di Yakini dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. http://www.infodiknas.com/metode- pembelajaran-kooperatif-model-stad-diyakini-dapat-meningkatkan-prestasi-belajar-siswa/

Surakhmad, Winarno. (1998). Pengantar Metodologi Ilmiah. Jakarta. Tarsito.

Triatmini. (2011). Bab III Kepedulian Sosial. http\teori sosial\bab-iii-kepedulian- sosial.html.

________.(2011).Microsoft Word_POST sidang_ PENGARUH PANGGUNG BONEKA SEBAGAI SALAH SATU SARANA PEMBELAJARAN TERHADAP PERILAKU P.doc.2011-1-00017-PI bab2. Pdf

Gambar

Gambar 3.2 Desain Penelitian Secara Operasional
Gambar 3.3 Langkah-langkah Penelitian
Tabel 3.1 Kisi-kisi angket tentang kepedulian sosial
Tabel 3.2 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
+2

Referensi

Dokumen terkait

(International Record Management Trust). Sedangkan dalam Managing Records in Records Centres dikatakan bagian arsip adalah sebuah bangunan atau bagian dari bangunan

Dengan terjaganya ibadah akan mendatangkan tujuh keuntungan hidup iaitu hidup selalu berada di jalan yang benar, memiliki kekuatan untuk menghadapi pancaroba kehidupan, Allah

Tanggung jawab manusia un tuk memelihara lingkungan hidup, berkali-kali larangan merusak lingkungan dinyatakan dengan jelas yang tidak kalah pentingnya adalah peringatan

Geopolitik Dan Wawasan Nusantara Materi PKn kelas XI SMK

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96.. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang

Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Budiono (2011) dengan menggunakan single cell water electrolyzer model spiral dimana didapatkan

Setelah dilakukan uji hipotesis dilakukan terlihat bahwa hipotesis diterima, artinya Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dapat Meningkatkan Hasil