• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMAN 2 SIJUNJUNG ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMAN 2 SIJUNJUNG ABSTRACT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI

SISWA KELAS X SMAN 2 SIJUNJUNG

Utari Noer Z1, Ade Dewi Maharani2, Abizar2

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

noerzutari@gmail.com

ABSTRACT

The learning process that has not activated the students and the lack of students' understanding of the subject matter has resulted in the biology result of the students of class X of MIPA in SMAN 2 Sijunjung still under Minimum Exhaustiveness Criteria (KKM). This study aims to determine the implementation of Problem Based Learning model of learning toward the biology of students in grade X of MIPA SMAN 2 Sijunjung on ecological material. The type of this research is experimental research with student population of class X MIPA SMAN 2 Sijunjung in academic year 2016/2017. Experimental class X MIPA 1 and control class X MIPA 2 were taken using purposive sampling technique. The design of this research is Randomized Control Group Postest Only Design. The research instrument used in the field of attitude in the form of self-assessment sheet and inter-friend attitude of students during the learning process. In the realm of knowledge in the form of a final test given after the learning process. Skill competence is seen from the result of student food webs. Data analysis of final sample test result of class sample is t test. The result of the research that has been done in the sample class is found that the percentage of experimental class exhaustiveness is higher than the control class with the completeness in the experimental class 54,72%, while the control class is 31,43%. From the results of research that has been done can be concluded that the application of learning model Problem Based Learning can improve biology learning outcomes in the sphere of attitude (self-assessment and among friends), the realm of knowledge and skill aspects of students of class X MIPA in SMAN 2 Sijunjung.

Keywords : Learning result of biology, ecosystem, problem based learning (PBL).

PENDAHULUAN

Proses belajar di sekolah menentukan keberhasilan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran melalui pendekatan saintifik siswa dituntut untuk lebih

aktif, siswa di dorong untuk menemukan sendiri, mencari informasi baru dan melakukan pengembangan informasi yang didapatnya. Sedangkan guru berperan sebagai sumber belajar, fasilitator,

(2)

2 pengelolaan, motivator dan pembimbing.

Berdasarkan hasil observasi penulis yang dilakukan di SMAN 2 Sijunjung pada bulan Januari 2017, dalam proses pembelajaran guru telah menggunakan metode pembelajaran, seperti diskusi dan tanya jawab. Kurang variasinya guru biologi dalam penggunaan strategi, metode dan belum menggunakan model pembelajaran, sehingga berdampak terhadap pemahaman materi biologi dan keaktifan siswa. Selain itu siswa juga menganggap pelajaran biologi adalah pelajaran yang banyak teori dan hafalan, sehingga saat belajar biologi kemampuan analisis dan bernalar siswa menjadi kurang.

Mengatasi permasalahan di atas perlu dilakukan perubahan dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya memilih strategi, metode, pendekatan, dan model pembelajaran yang sesuai, sehingga mampu meningkatkan pemahaman konsep biologi siswa dan aktivitas siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan aktivitas siswa adalah model pembelajaran Problem Based

Learning. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Martala (2012: 212) bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan rata-rata 76,46, meningkatkan aktivitas siswa dan guru dalam belajar.

Hasil wawancara penulis dengan dua orang guru biologi di SMAN 2 Sijunjung, didapatkan informasi bahwa materi ekologi merupakan materi yang cukup sulit dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Namun kenyataannya dalam proses pembelajaran siswa masih belum mampu memecahkan masalah dalam pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan sehari-harinya. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil belajar biologi siswa SMAN 2 Sijunjung dengan persentase siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 33%, di mana KKM yang ditetapkan di sekolah adalah 75. Sementara pada penilaian ranah sikap siswa selama proses pembelajaran terdapat 72% siswa yang tuntas, sedangkan pada ranah

(3)

3 keterampilan siswa terdapat 40% siswa yang tuntas.

Upaya dalam menghadapi permasalahan di atas yaitu dibutuhkan suatu inovasi model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa, sehingga dapat memenuhi KKM. Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hasil penelitian Kono (2015) menunjukkan bahwa model Problem Based Learning

berbasis Scientific Approach secara signifikan meningkatkan hasil belajar biologi pada ranah kognitif siswa, ranah afektif siswa ranah psikomotor siswa.

Problem Based Learning

(PBL) adalah model pembelajaran yang dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpatisipasi dalam tim. PBL meliputi masalah-masalah yang dipilih dan dirancang dengan cermat yang menuntut upaya kritis siswa untuk memperoleh pengetahuan, menyelesaikan masalah, belajar secara

mandiri, dan memiliki skill partisipasi yang baik (Anonimus, 2014: 45).

Model pembelajaran, problem based learning mempunyai berbagai potensi manfaat sebagaimana yang dikemukakan oleh Amir (2009: 26-29), diantaranya: (1) Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar, (2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, (3) Mendorong untuk berpikir, (4) Membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial, (5) Membangun kecakapan belajar ( life-long learning skills), (6) Memotivasi pemelajar.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMAN 2 Sijunjung”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini telah dilakukan pada siswa kelas X Semester II di SMA N 2 Sijunjung pada Tahun Pelajaran 2016/2017.

(4)

4 Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 2 Sijunjung yang terdaftar pada Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling sehingga diperoleh sampel kelas X MIPA1 sebagai kelas

eksperimen dan kelas X MIPA2

sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk ranah ranah sikap adalah lembaran penilaian diri dan penilaian antar teman. Ranah pengetahuan adalah tes tertulis dalam bentuk soal objektif, dan untuk ranah keterampilan adalah penilaian produk. Teknik analisis data menggunakan uji t

dengan taraf 0,05. Rancangan penelitian yang digunakan adalah

Randomised Control Group posttest Only Design. Teknik analisis data terdiri atas uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMAN 2 Sijunjung Kabupaten Sijunjung pada kedua kelas sampel, diperoleh data hasil belajar siswa untuk ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ketuntasan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Dan Ketuntasan Ranah Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan Ranah Penilaian Sikap Pengetahuan Keterampilan Penilaian Diri Penilaian Antar Teman Eksperimen Nilai 86,76 83,80 78,71 84,72

Predi-kat Sangat Baik (A) Baik (B) Baik (B) Baik (B)

Ketun-tasan 86% 72% 67% 92%

Kontrol

Nilai 81,15 73,81 72,09 78,57

Predi-kat Baik (B) Baik (B) Baik (B) Baik(B)

Ketun-tasan 80% 43% 43% 83%

Uji t thitung > ttabel 1,73 > 1,66 thitung > ttabel 2,51 > 1,66 thitung > ttabel 2,55 > 1,66 thitung > ttabel 1,71 > 1,66

(5)

5 Beradasarkan Tabel 1 terlihat bahwa hasil persentase ketuntasan siswa pada ranah sikap (penilaian diri dan antar teman), pengetahuan dan

keterampilan kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas didapatkan bahwa data berdistribusi normal dan memiliki

varians yang homogen sehingga dilakukan uji t. Uji hipotesis pada ranah sikap (penilaian diri dan antar teman), pengetahuan dan keterampilan didapatkan bahwa thitung

> ttabel maka hipotesis untuk ketiga

ranah diterima.

Model Problem Based Learning yang diterapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal itu terlihat dari rata-rata nilai siswa kelas eksperimen dengan model Problem Based Learning yang mendapat nilai tuntas pada ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan sebanyak 52,78%. Sedangkan kelas kontrol dengan metode diskusi dan tanya jawab yang mendapat nilai tuntas pada ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan adalah sebayak 31,43%. Persentase ketuntasan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Nilai Ketuntasan Ranah Sikap,Pengetahuan dan Keterampilan Kelas Sampel

Penilaian sikap dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh berupa data primer yang didapat dari hasil lembar penilaian diri dan penilaian antar teman siswa. Lembar penilaian yang digunakan terdiri dari 10 item yang berisi pernyataan-pernyataan positif dengan alternatif jawaban Ya atau Tidak.

Data penilaian diri dan antar teman kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh hasil belajar siswa berdistribusi normal dan kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogeny sehingga pada penilaian diri dan antar teman dilakukan uji t.

52.78 % 31.43 % Kelas Ekperimen Kelas Kontrol KelasSampel 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -Per sen tase K etu n tasan

(6)

6 Gambar 2. Diagram Nilai

Perindikator Ranah Sikap Kelas Eksperimen

Berdasarkan Gambar 2 diatas rata-rata penilaian diri lebih tinggi dibandingkan penilaian antar teman. Dimana rata-rata tertinggi adalah indikator saling menghargai dengan rata-rata 89,58 dan yang terendah adalah indikator kerja sama dengan rata-rata 81,17.

Gambar 3.Diagram Nilai Perindikator Ranah Sikap Kelas Kontrol Berdasarkan Gambar 3 diatas rata-rata penilaian diri lebih tinggi dibandingkan penilaian antar teman. Dimana rata-rata tertinggi adalah indikator saling menghargai dengan rata-rata 84,05 dan yang terendah adalah indikator kerja sama dengan rata-rata 67,30.

Pada ranah keterampilan yang dinilai adalah prodak berupa bagan dari jaring-jaring makanan. Adapun indikator penilaian keterampilan kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu isi dan kerapian dari bagan tersebut. 87.65 82.10 89.58 82.72 81.17 86.57 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Penilaian Diri

Penilaian Antar Teman Indikator Penilaian 83.17 75.24 84.05 78.73 67.30 73.57 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Penilaian Diri

Penilaian Antar Teman Indikator Penilaian P erse ntase K etunt asa n P erse ntase K etunt asa n

(7)

7 Hasil nilai perindikator ranah keterampilan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4.Diagram Nilai Perindikator Ranah keterampilan Kelas Sampel

Berdasarkan Gambar 5 nila rata-rata indikator isi dan kerapian kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, dimana indikator yang memperoleh nilai rata-rata tertinggi adalah indikator isi dengan rata-rata 93,06, sedangkan indikator terendah adalah indikator kerapian dengan rata-rata 73,57. 1. Ranah Sikap

Penilaian ranah sikap terdiri dari 2 kriteria yaitu penilaian diri oleh siswa dan penilaian antar teman. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan didapatkan hasil

bahwa hipotesis diterima, artinya penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada ranah sikap siswa kelas X SMAN 2 Sijunjung.

Meningkatnya hasil belajar siswa pada ranah sikap kelas eksperimen karena dengan menerapkan model problem based learning membuat siswa aktif dalam kelompoknya, sehingga nilai dari tiap indikator sikap siswa menjadi tinggi. Ini terbukti dari sikap aktif siswa yang mengerjakan tugas sesuai dengan penugasan, mengeluarkan idenya dalam diskusi, menanggapi pendapat teman dan mengerjakan tugas kelompok secara bersama. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noviar (2015: 47) yang menyatakan bahwa Model

Problem Based Learning berbasis

Scientific Approach secara signifikan meningkatkan hasil belajar biologi pada ranah afektif (sikap) siswa. Hal tersebut disebabkan model Problem Based Learning (PBL) menjadikan siswa sebagai produsen pengetahuan yang membuat siswa memperoleh pengetahuannya berdasarkan 93.06 76.39 83.57 73.57 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 isi Kerapian

Kelas Ekperimen Kelas Kontrol IndikatorPenilaian P erse ntase K etunt asa n

(8)

8 penemuan sendiri bersama kelompoknya.

Pada indikator tanggung jawab kelas eksperimen dengan menerapkan model problem based learning terlihat tinggi. Hal ini terlihat saat diskusi siswa bertanggung jawab mengerjakan tugas sesuai dengan yang ditugaskan guru dan ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompoknya secara bersama, sehingga setiap siswa mengumpulkan tugas yang diberikan guru setelah diskusi berakhir. Hal ini sesuai dengan ciri yang dimiliki model PBL menurut Komala (2017: 66) yang menyatakan PBL memiliki ciri dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan sehingga dapat mengembangkan kemampuan bernalar siswa.

Pada indikator kerja sama kelas eksperimen dengan menerapkan model problem based learning juga terlihat tinggi. Hal ini disebabkan karena saat diskusi kelompok umumnya siswa mengusulkan ide dan mengeluarkan pendapatnya untuk

memecahkan permasalahan yang diberikan melalui wacana bergambar yang diberikan. Mereka saling bertukar pendapat dan saling bekerja sama untuk mengerjakan tugas diskusinya, sehingga terjadi komunikasi antar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Kusumaningtias (2013: 35) yang menyatakan bahwa PBL memiliki ciri siswa bekerja sama antara satu dengan lainnya dalam bentuk berpasangan atau berkelompok untuk bersama-sama memecahkan masalah yang dihadapi. Sementara menurut Kono (2016: 36) pengaruh model pembelajaran PBL mengharuskan siswa melakukan kerja sama untuk mencari penyelesaian masalah antar sesama anggota kelompoknya.

Sementara itu, pada indikator saling menghargai kelas eksperimen dengan menerapkan model problem based learning juga terlihat tinggi. Hal ini terjadi karena kelas eksperimen saat diskusi kelompok siswa saling mendengarkan pendapat temannya, menghargai temannya berbicara, tidak memaksakan pendapatnya untuk mencapai kesepakatan bersama, sehingga bisa

(9)

9 memecahkan permasalahan dan memberikan solusi yang tepat atas masalah yang diberikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kunandar (2013:130) menyatakan bahwa penggunaan teknik penilaian diri dapat memberi perkembangan positif terhadap dampak perkembangan kepribadian seseorang.

Hasil penilaian diri kelas kontrol dengan menerapkan metode diskusi dan tanya jawab sedikit lebih rendah dari kelas eksperimen, terutama pada indikator kerja sama. Hal ini terlihat dari siswa yang kurang mengusulkan idenya dalam diskusi, menanggapi pendapat temannya dalam kelompok dan tidak semua siswa yang ikut mengerjakan tugas kelompok. Sementara pada indikator tanggung jawab dan saling mengahargai hampir sama dengan kelas eksperimen. Sebagaimana yang dikatakan oleh Latisma (2011:192) ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasi yang tinggi untuk tahu lebih banyak materi

pelajaran, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap pendidik dan sebagainya. Sedangkan menurut Sanjaya (2011: 246-247) menyatakan bahwa keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.

Hasil penilaian diri yang dilakukan di kedua kelas sampel diisi secara jujur oleh siswa hal ini didukung dengan hasil lembaran penilaian antar teman yang didapat tidak jauh berbeda dengan hasil penilaian diri siswa itu sendiri. Penilaian diri yang dilakukan ini untuk memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian peserta didik. Penilaian diri yang dilakukan ini untuk memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian peserta didik. Hal ini sesuai dengan keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain : (1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri, (2) peserta

(10)

10 didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, (3) dapat mendorong dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian (Kunandar, 2013: 130). Hal ini juga sejalan dengan pendapat Anonimus (2015:11) yang menyatakan bahwa hasil penilaian diri siswa dapat digunakan sebagai data konfirmasi perkembangan sikap siswa. Selain itu penilaian diri siswa juga dapat digunakan untuk menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan meningkatkan kemampuan refleksi.

Berdasarkan hasil di atas nilai ranah sikap kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Setelah dilakukan uji hipotesis dilakukan terlihat bahwa hipotesis diterima, artinya Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X MIPA SMAN 2 Sijunjung pada ranah sikap (penilaian diri dan penilaian antar teman ).

2. Ranah Pengetahuan

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan didapatkan

bahwa hipotesis diterima, artinya model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada ranah pengetahuan siswa kelas X SMAN 2 Sijunjung. Hal ini terlihat dari persentase ketuntasan kelas eksperimen sebesar 67% sedangkan kelas kontrol 43%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat keberhasilan belajar ranah pengetahuan siswa berada pada tingkat keberhasilan kurang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2010: 107) yang mengatakan bahwa tingkatan keberhasilan dikatakan kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Hasil belajar siswa pada ranah pengetahuan kelas eksperimen meningkat karena model Problem Based Learning menuntut siswa untuk memecahkan permasalahan yang mereka temukan melalui wacana bergambar yang diberikan, sehingga siswa dapat mengeluarkan ide dan pendapatnya dalam kelompok. Akibatnya suasana belajar menjadi aktif, pemahaman materinya meningkat dan pengetahuan yang

(11)

11 diperolehnya lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan potensi manfaat yang dimiliki Problem Based Learning

menurut Amir (2009: 26-29) diantaranya: 1) menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar, 2) meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, 3) mendorong untuk berpikir, 4) membangun kerja sama tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial, 5) membangun kecakapan belajar, 6) memotivasi siswa.

Hasil belajar pada kelas kontrol dengan menerapkan metode diskusi dan tanya jawab lebih rendah dibanding kelas eksperimen. Rendahnya hasil belajar siswa pada kelas kontrol disebabkan pembelajaran pada kelas kontrol hanya didominasi oleh beberapa orang siswa yang aktif dalam diskusi, bertanya, dan dikuasai oleh siswa yang mempunyai kemampuan lebih, sedangkan siswa yang lain hanya menyalin tugas teman sekelompok pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sehingga tidak ada interaksi antara siswa, baik interaksi antara siswa yang kemampuan tinggi, sedang maupun rendah. Hal ini sesuai

dengan pendapat Lufri (2007: 36-38) bahwa salah satu kekurangan metode diskusi dan tanya jawab adalah membosankan bagi peserta didik bila terlalu lama dan kurang menarik bagi peserta didik yang kurang aktif berfikir. Selain itu menurut Hamdayama (2016: 103) bahwa metode diskusi memiliki beberapa kekurangan, diantaranya: 1) tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar, 2) peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas, 3) dapat dikuasai oleh peserta yang suka berbiacara, 4) biasanya peserta menghendaki pendekatan yang lebih formal.

3. Ranah Psikomotor

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan bahwa hipotesis diterima, artinya penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada ranah ketermapilan siswa kelas X SMAN 2 Sijunjung. Hal ini terlihat dari persentase ketuntasan kelas eksperimen sebesar 92%, sedangkan kelas kontrol 83%. Meningkatnya nilai keterampilan siswa kelas eksperimen karena hampir semua

(12)

12 siswa mampu membuat bagan jaring-jaring makanan yang diberikan guru. Melalui model Problem Based Learning siswa bisa mengembangkan kemampuannya dari pengetahuan yang diperolehnya. Kegiatan mengumpulkan data dalam memecahkan permasalahan dari wacana yang diberikan membuat siswa mampu membuat sebuah jaring-jaring makanan dengan komponen yang lengkap, tidak terbalik-balik antar komponen dan umumnya dibuat dengan benar. Melalui Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Priadi (2012: 221) yang menjelaskan bahwa model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan rerata prestasi psikomotor siswa. Hal tersebut disebabkan karena model

Problem Based Learning (PBL) menempatkan siswa sebagai active thinker dalam memperoleh pengetahuan melalui pemecahan masalah dari pengalaman nyata. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan

bahwa Penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa kelas X SMAN 2 Sijunjung.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Prenada Media Group.

Anonimus. 2014. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015.

Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

. 2015. Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Djamarah dan Zain. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamdayama, Jumanta. 2016.

Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Komala, Tita Riani. 2017.

Peningkatan Kemampuan Penalaran Siswa Melalui Model Problem Based Learning (Pbl) Ditinjau Dari Kemampuan Akademik Di Sma. (Nomor 1 Tahun 2017). Hlm 66. Kono, Rahmad. 2016. Pengaruh

Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Pemahaman Konsep Biologi dan

(13)

13 Siswa Tentang Ekosistem dan Lingkungan Di Kelas X SMA Negeri 1 Sigi. Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako. (Nomor 1 Tahun 2016). Hlm 36.

Kunandar. 2013. Penilaian Auntentik. Jakarata: Rajawali Pers.

Kusumaningtias, Anyta. 2013.

Pengaruh Problem Based Learning Dipadu Strategi Numbered Heads Together

Terhadap Kemampuan

Metakognitif, Berpikir Kritis, dan Kognitif Biologi. Jurnal Penelitian Pendidikan. (Nomor 1 Tahun 2013). Hlm 35.

Latisma. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Padang: UNP Press.

Lufri, M.S. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP Press.

Noviar, Dian. 2015. Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Berbasis Scientific Approach Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Di SMAN 2 Baguntapan T.A. 2014/2015. Jurnal Bioedukasi. (Nomor 2 Tahun 2015).

Priadi, M.A. 2012. Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Problem Based Learnig Melalui

Metode Eksperimen

Laboratorium dan Lapangan Ditinjau Dari Keberagaman Kemampuan Berpikir Analitis dan Sikap Peduli Lingkungan. Jurnal Inkuiri. (Nomor 3 Tahun 2012). Hlm. 221.

Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Sari, Martala. 2012. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk Pemahaman Konsep Ekosistem di SMA Budhi Luhur Pekanbaru. Jurnal FKIP.

(Nomor 2 Tahun 2012). Hlm. 206-213.

Gambar

Tabel 1. Nilai Dan Ketuntasan Ranah Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan   Ranah Penilaian  Sikap  Pengetahuan  Keterampilan  Penilaian Diri  Penilaian Antar  Teman  Eksperimen  Nilai  86,76  83,80  78,71  84,72
Gambar 3.Diagram Nilai Perindikator  Ranah Sikap Kelas Kontrol  Berdasarkan  Gambar  3  diatas  rata-rata  penilaian  diri  lebih  tinggi  dibandingkan  penilaian  antar  teman
Gambar 4.Diagram Nilai Perindikator  Ranah  keterampilan  Kelas  Sampel

Referensi

Dokumen terkait

Dan juga pada kesempatan ini penulis pun menggunakan program aplikasi tersebut untuk membuat sebuah iklan animasi sebuah produk minuman kaleng yang di kemas rapi dan di susun

Itu berarti skor ketuntasan siswa kelas IV hanya 34,5% dari batas minimal ketuntasan rata-rata kelas, yaitu 75% sedangkan sesudah diterapkan model Inkuiri Sosial menunjukkan

Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam

PS PICE dot-model statement for the ideal bipolar transistor: β = Bf, Early voltage Vaf, and scale current Is; as shown by curly braces {}, these values are set using variables

Pencitraan arsitektural pada proyek ini harus menunjukan fungsinya sebagai fungsi utama dari Galeri dan Butik Busana Muslim , Dimana fungsi utama dari bangunan

Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih strategi untuk menyelesaikan masalah, siswa dapat.. memilih satu strategi yang tepat

KI-4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,

Adanya pemuatan pada Berita Negara ditujukan sebagai sarana publikasi bagi warga negara dan pemerintah yang akan membuat peraturan perundang-undangan di bawah