• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan dan Grit pada Siswa Kelas XII IPS SMAK 'X" di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan dan Grit pada Siswa Kelas XII IPS SMAK 'X" di Kota Bandung."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

i

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Peneltian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara orientasi masa depan

bidang pendidikan dan grit pada siswa kelas XII IPS SMA ‘X’ Bandung. Subjek dalam peneitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPS SMA ‘X’ yang berjumlah 73 orang. Rancangan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian korelational

Teori yang digunakan adalah teori Adolescents Orientation to the Future dari Jari Eri Nurmi (1989) dan teori Grit dari Angela Lee Duckworth (2007). Alat ukur yang digunakan, didasarkan dari teori Adolescents Orientation to the Future (1989) dan terdiri dari 45 item dengan reliabilitas sebesar 0.858 Sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur Grit adalah alat ukur Grit Scale dari Angela Lee Duckworth (2007) yang diterjemahkan oleh peneliti yang terdiri dari 12 item dengan reliabilitas sebesar 0.728. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji korelasi pearson dengan bantuan SPSS 23.0 for windows.

Berdasarkan pengolahan data secara statistic, maka didapat koefisien korelasi untuk orientasi masa depan bidang pendidikan dan Grit adalah 0.181

(2)

ii

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

The research was conducted to determine the relationship between Future Orientation of Education and Grit in high school students grade XII social in SMA ‘X’ Bandung. Subjects in this research were all high school studentsin social class grade XII which amounted 73 people. The design of this research is correlational design research.

The theory used is the theory Adolescents Orientation to the Future of Eri Jari Nurmi (1989) and the theory of Angela Lee Duckworth Grit (2007). Measuring instrumets used, based on the theory of Adolescent Orientation to the Future (1989) and consisted 45 items with the reliability 0.858. Meanwhile measuring instrument used to Grit are translation of researchers with language expert from measuring instrument Grit Scale by Angela Lee Duckworth (2007) which consists of 12 items with the reliability 0.728. The data obtained were processed using Pearson’s correlation test with SPSS 16.0 for windows.

Based on the statistical data processing, the correlation coefficient obtained for Future Orientation of Education and Grit is 0.181

(3)

iii

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ...7

(4)

iv

Universitas Kristen Maranatha

2.1.1. Pengertian Orientasi Masa Depan ……...…………...19

2.1.2. Ciri-ciri Orientasi Masa Depan...………...20

2.1.3. Proses Pembentukan Orientasi Masa Depan...…...21

2.1.4. Orientasi Masa Depan Sebagai Suatu Sistem...26

2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan...26

2.2. Grit...28

2.2.1. Character Strength dan Virtue..………...…28

2.2.2. Definisi Grit………...29

2.2.3. Dimensi dari Grit...30

2.2.4. Grit Berkaitan dengan Aspek Kepribadian lainnya...30

2.2.5. Pengembangan Alat Ukur Grit (Grit Scale)...33

2.2.6. Grit Berdasarkan Usia dan Tingkat Pendidikan...34

2.2.7. Mengukur Perbedaan Individu dalam Grit...34

2.2.8. Grit dan Orientasi Masa Depan...34

2.3. Tahap Perkembangan Remaja…………...……..………...35

2.3.1. Pengambilan Keputusan Pada Remaja………...35

2.3.2. Sekolah Bagi Remaja...36

2.3.3. Prestasi Bagi Remaja...38

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian...39

3.2. Skema Prosedur Penelitian ...39

3.3. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ...39

3.3.1. Variabel Penelitian ...39

(5)

v

Universitas Kristen Maranatha

3.3.3 Definisi Operasional...40

3.4. Alat Ukur ...52

3.4.1. Kuesioner Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan...41

3.4.2. Alat Ukur Grit………...45

3.4.3. Data Pribadi dan Data Penunjang...48

3.4.3.1. Data Pribadi...48

3.4.3.1 Data Penunjang...48

3.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur…...48

3.5.1 Validitas Alat Ukur...48

3.5.2. Reabilitas Alat Ukur...49

3.6. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel...51

3.6.1. Populasi sasaran...51

3.6.2. Karakteristik Populasi...51

3.6.3. Teknik Penarikan Sample...51

3.6.4. Teknik Analisis Data...51

3.7. Hipotesa Statistik...52

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Responden...53

4.1.1 Gambaran Mengenai Usia Responden………53 4.1.2 Gambaran Mengenai Jenis Kelamin Responden……….54

4.2. Hasil Penelitian ...54

4.2.1 Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan dan Grit…………54

(6)

vi

Universitas Kristen Maranatha

Aspek-aspek Orientasi Masa Depan……….…56

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian………..59

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...64

5.2. Saran ...64

5.2.1 Saran Teoritis………..64

5.2.2 Saran Praktis………65

DAFTAR PUSTAKA ...66

DAFTAR RUJUKAN...67

(7)

vii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(8)

viii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi – Kisi Alat Ukur Orientasi Masa Depan...42

Tabel 3.2. Kisi – Kisi Alat Ukur Grit...………...…...46

Tabel 3.3. Kriteria Validitas...49

Tabel 4.1 Usia Responden………....53

Tabel 4.2 Jenis Kelamin………...54

Tabel 4.3 Analisis Korelasi Antara Variabel Orientasi Masa Depan bidang Pendidikan dan Variabel Grit…………55

Tabel 4.4 Tabulasi silang Antara Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan dan Grit………55 Tabel 4.5 Tabulasi Silang Grit, Orientasi Masa Depan, dan Motivasi……….56

(9)

ix

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Kuesioner Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan dan Grit

Lampiran II : Kisi – Kisi Alat Ukur Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan dan Grit

Lampiran III : Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan

Lampiran IV: Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Grit

Lampiran V : Hasil Data Utama Variabel Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Lampiran VI : Hasil Data Utama Variabel Grit

Lampiran VII : Hasil Data Pendukung

Lampiran VIII : Hasil Analisis Tabulasi Silang

(10)

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

SMA (Sekolah Menengah Atas) merupakan lanjutan dari SMP (Sekolah Menengah Pertama) dimana siswa memperoleh ilmu pengetahuan secara umum. SMAK di Indonesia mengadakan program pemilihan jurusan bagi kelas X, untuk menganalisa jurusan yang tepat bagi siswanya di kelas XI kemudian diteruskan pada kelas XII nanti. Pemilihan jurusan biasanya didahului dengan tes minat dan tes psikologi. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai potensi yang dimiliki siswa, agar dapat di maksimalkan oleh siswa yang bersangkutan. Biasanya ada tiga pilihan dalam pemilihan minat jurusan, yaitu IPA, IPS, dan Bahasa.Implementasi Kurikulum 2013 terus dievaluasi. Diantaranya adalah sistem peminatan untuk siswa SMAK. Kepala Unit Implementasi Kurikulum (UIK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Tjipto Sumadi menerima laporan, 90 persen siswa SMAK meminati jurusan IPA. (diunduh dari http://www.jpnn.com/read/2014/03/15/222110/90-Persen-Siswa-Meminati-IPA-)

Seiring waktu berjalan, masyarakat dan pelajar mulai mengkotak-kotakkan jurusan-jurusan tersebut. Masyarakat dan pelajar mulai menganalogikan kalau jurusan-jurusan IPA merupakan jurusan yang memiliki peluang untuk bekerja tinggi sedangkan IPS tidak. Lalu ada anggapan kalau jurusan IPS cuma jurusan untuk “buangan” siswa-siswa yang tidak diterima di jurusan

IPA. Dengan munculnya sugesti seperti itu, masyarakat awam mulai terpengaruh, sehingga jurusan IPS semakin dihindari dan dianggap tidak prospektif. Sedangkan jurusan IPA dijadikan suatu terget “wajib” bagi siswa SMAK.

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha Diunduh dari http://justice-for-education.blogspot.co.id/2011/03/argumentasi-dilema-jurusan-ipa-dan-ips.html)

Siswa kelas XII SMAKK berusia antara 16-18 tahun dan menurut Santrock (2007) memasuki tahap perkembangan remaja late adolescence. Santrock (2007) mengungkapkan bahwa eksplorasi minat dalam memilih jurusan dan karir pada remaja akan lebih nyata pada tahap ini. Piaget (dalam Santrock, 2007) juga mengungkapkan bahwa masa remaja memasuki tahap perkembangan kognitif formal operational dengan ciri-ciri mampu berpikir fantasy fight untuk melihat kemungkinan ke masa depan.

Melihat kemungkinan ke masa depan berarti siswa memiliki orientasi masa depan. Dengan adanya orientasi masa depan berarti siswa telah melakukan antisipasi terhadap kejadian-kejadian yang mungkin timbul di masa depan (Nurmi, 1989). Kegiatan setelah lulus SMAK yang dapat dilakukan oleh siswa kelas XII salah satunya adalah menentukan apakah dirinya akan masuk ke perguruan tinggi setelah lulus, perguruan tinggi apa yang akan dipilih, jurusan apa yang akan dijalani. Hal ini disebut dengan orientasi masa depan bidang pendidikan. Orientasi masa depan adalah cara pandang seseorang terhadap masa depannya. Jelas atau tidak jelasnya individu memandang masa depannya, akan tergambar melalui harapan-harapan, tujuan standar, perencanaan dan strategi (Nurmi, 1989). Orientasi masa depandalam pendidikan merupakan suatu proses yang akan mencakup tiga tahapan, yaitu motivasi, perencanaan, dan evaluasi.

(12)

Universitas Kristen Maranatha menilai sejauh mana tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan rencana yang telah disusun dapat direalisasikan.

Siswa kelas XII SMAK perlu memiliki orientasi masa depan dalam bidang pendidikan yang jelas karena siswa akan lebih termotivasi untuk belajar agar memperoleh nilai yang baik dan berusaha mewujudkan tujuan-tujuan yang realistik di masa depan. Setelah lulus, siswa dapat langsung mendaftarkan diri pada perguruan tinggi tertentu sesuai dengan jurusan yang diinginkan. Siswa diharapkan dapat mencapai tujuan mereka dan sukses di masa depan serta dapat bertahan menjalani kulian di jurusan yang diinginkan ketika menghadapi kesulitan-kesulitan selama kuliah. Sedangkan, bagi siswa yang memiliki orientasi masa depan dalam bidang pendidikan yang tidak jelas menjadi kurang termotivasi untuk belajar dan mewujudkan tujuan di masa depan. Siswa juga akan mengalami kebingungan untuk menentukan apa yang akan mereka lakukan setelah lulus. Siswa akan menyerah dalam menghadapi kesulitan di perguruan tinggi sehingga membuat siswa tidak bertahan lama dalam menjalani kuliah di jurusan yang dipilih.

SMAK ‘X’ merupakan salah satu SMAK swasta yang ada di Bandung dan berakreditasi A. Dari hasil wawancara dengan guru Bimbingan Konseling, beliau mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa kelas XII IPS SMAK ‘X’ Bandung belum menentukan perguruan tinggi dan jurusan yang diinginkan. Berdasarkan hal tersebut, SMAK ‘X’ bandung berusaha untuk membantu siswa yang ingin melanjutkan pendidikan dengan terbuka perguruan-perguruan tinggi datang ke sekolah dan mempromosikan diri kepada siswa dengan cara melakukan kegiatan presentasi di kelas-kelas atau membagikan brosur perguruan tinggi.

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha internet. Siswa tersebut juga telah menyusun langkah-langkah yang akan mereka tempuh agar dapat diterima di jurusan perkuliahan dan Perguruan Tinggi yang mereka inginkan, misalnya dengan menentukan jurusan perkuliahan lain untuk dijadikan cadangan. Sedangkan 7 orang siswa (70%)yang masih belum menentukan jurusan perguruan tinggi yang diinginkannya, 5 siswa diantaranya belum memiliki rencana terarah pada tujuannya masuk ke perguruan tinggi, mereka ingin mendaftarkan dirinya ke beberapa jurusan di Perguruan Tinggi negeri maupun swasta di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, dsb. Sedangkan 2 orang siswa lebih menyerahkan urusan perkuliahannya kepada orangtua sehingga siswa tersebut menjadi pasif dalam dalam hal eksplorasi. Sebanyak 2 dari 10 siswa (20%) telah melakukan penilaian terhadap kemampuan diri mereka melalui prestasinya di sekolah. Sedangkan 8 dari 10 siswa (80%) merasa tidak yakin akan minat, bakat, dan kemampuan dirinya, mereka memiliki harapan yang rendah dalam mencapai Perguruan Tinggi yang diinginkannya.

(14)

Universitas Kristen Maranatha Siswa yang memiliki orientasi masa depan yang jelas akan gigih dalam usaha dan konsisten dalam kepentingan cenderung lebih mengevaluasi kinerja akademik jangka pendek dalam kaitannya dengan pencapaian jangka panjang (Barber et al, 2009). Dengan orientasi yang jelas maka siswa akan lebih tekun dan semangat dalam mencapai tujuannya. Ketekunan dibutuhkan agar siswa dapat menghadapi hambatan dan rintangan yang dapat menghalangi siswa kepada tujuannya. Beberapa hambatan yang dihadapi adalah tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepada siswa dimana siswa dituntut untuk dapat menyerap materi lebih cepat, lebih aktif mencari materi, aktif bertanya dan berdiskusi. Selain ketekunan, siswa juga diharapkan untuk dapat tetep konsisten dan fokus pada tujuan dan pilihan mereka yaitu lulus dari sekolah menengah atas serta bersemangat dalam menjalani apapun kesulitan yang mereka hadapi serta dapat membuahkan hasil yang terbaik yang dapat terlihat dari hasil kelulusan. Ketekunan dan konsistensi dalam minat mereka, diistilahkan oleh Duckworth sebagai Grit.

Grit adalah ketekunan (perseverance) dan semangat (passion) untuk tujuan jangka

panjang. Grit melibatkan bekerja dengan keras menghadapi tantangan, mempertahankan usaha dan minat bertahun-tahun meskipun ada kegagalan, kesulitan, dan keadaan tanpa kemajuan (plateaus) dalam proses pencapaian tujuan jangka panjang tersebut (Duckworth, 2007).

Grit termasuk ke dalam kelompok trait personality. Grit menurut Angela Lee Duckworth

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha Dalam menjalani proses belajar, siswa kelas XII IPS memiliki tujuan agar dapat lulus dari jenjang pendidikan menengah atas. Sebelum siswa kelas XII IPS memutuskan untuk masuk jurusan IPS mereka memiliki minat yang berbeda-beda. Namun ketika mereka memutuskan untuk jurusan IPS, minat mereka terfokus pada bidang/jurusan perkuliahan yang berkaitan dengan IPS. Grit pada penelitian ini menyoroti apakah terjadi perubahan minat pada siswa kelas XII IPS setelah menjalani proses belajar dan bagaimana usaha yang dikerahkan dalam menjalaninya. Salah satu wujud dari Grit yang dapat terlihat pada siswa kelas XII IPS adalah rasa ingin tahu yang tak kunjung habis. Hal ini sejalan dengen metode belajar yang menuntut mahasiswa untuk aktif dalam mencari materi (Student Centered Learning).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang berorientasi masa depan lebih Grittier daripada rekan-rekan mereka yang tidak berorientasi masa depan. Siswa yang gigih

dalam usaha dan konsisten dalam kepentingan cenderung lebih baik mengevaluasi kinerja akademik jangka pendek dalam kaitannya dengan pencapaian jangka panjang (Barber et al., 2009). Siswa kelas XII IPS yang mempunyai orientasi masa depan diharapkan mempunyai Grit yang tinggi daripada siswa yang tidak mempunyai orientasi masa depan.

Dari data yang didapat dari guru BP pada tahun ajaran 2014-2015 sebanyak 90% siswa kelas XII IPS langsung melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, 15% siswa mengambil cuti 1tahun untuk mengambil program bahasa atau menyalurkan minatnya yang lain seperti mengambil kursus modelling, memasak, tatarias, dan lainnya. Sebanyak 5% siswa masih belum mengetahui minatnya sehingga memerlukan waktu untuk mencari tahu minat mereka.

(16)

Universitas Kristen Maranatha Dari hasil survey awal kepada 10 orang siswa kelas XII IPS juga didapati 5 orang siswa (50%) yang akan melanjutkan jurusan di bidang IPS seperti akuntansi, manajemen, bisnis, dan lainnya tetapi mereka belum menentukan perguruan tinggi yang akan diambil. 5 orang siswa ini berusaha mencari tahu dan membandingkan perguruan tinggi dengan jurusan yang mereka inginkan, serta mereka lebih mendalami pelajaran IPS dan berusaha untuk menaikkan nilai-nilai mereka. Sementara 3 orang siswa kelas XII IPS mengaku tidak begitu berminat dengan jurusan IPS tetapi mereka mengikuti perintah orangtua untuk mengembil jurusan IPS sehingga mereka kurang berusaha untuk mencari tahu dan belajar lebih giat serta tidak berusaha untuk menaikkan nilainya. 2 orang siswa kelas XII IPS masih belum memutuskan.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, hal tersebut menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara orientasi masa depan dan Grit bidang pendidikan pada siswa kelas XII SMAK ‘X’ Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana hubungan antara Orientasi Masa Depan dan Grit dalam bidang pendidikan pada siswa kelas XII IPS SMAK ‘X’ Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambarantentang hubungan mengenai Orientasi Masa Depan bidang pendidikan dan Grit pada siswa kelas XII IPS SMAK ‘X’ Bandung.

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuibagaimana hubungan antara Orientasi Masa Depan dan Grit dalam bidang pendidikan pada siswa kelas XII IPS SMAK ‘X’ Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memberikan informasi mengenai hubungan orientasi masa depan bidang pendidikan dan Grit ke dalam ilmu psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan dan Psikologi Pendidikan

2. Sebagai masukan bagi penelitian lain yang ingin meneliti orientasi masa depan, terutama orientasi masa depan dalam bidang pendidikan

3. Memberi masukan bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai Grit

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada para siswa kelas XII IPS SMAK ‘X’ Bandung mengenai hubungan orientasi masa depan dan Grit dalam bidang pendidikan sehingga membantu siswa dalam menentukan arah terkait masa depan dalam bidang pendidikan di Perguruan Tinggi.

2. Memberikan informasi kepada guru BP atau kepala sekolah mengenai orientasi masa depan dan Grit dalam bidang pendidikan para siswa sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membimbing para siswa untukmenentukan masa depan dalam bidang pendidikan di perguruan tinggi dan untuk mengembangkan dan meningkatkan Grit.

(18)

Universitas Kristen Maranatha berdiskusi dan membimbing siswa dalam merencanakan masa depan, terutama dalam bidang pendidikan di perguruan tinggi.

1.5 Kerangka pemikiran

Siswa kelas XII IPS SMAK ‘X’ Bandung adalah siswa yang berusia 16 sampai 17 tahun. Berdasarkan usia tersebut,menurut Santrock (2007) siswa telah memasuki masa perkembangan remaja akhir. Pada masa remaja akhir minat terhadap pendidikan dan eksplorasi identitas lebih nyata dibandingkan pada masa remaja awal. Sejalan dengan perkembangannya, berkembang pula kematangan kognitifnya, pada tahap ini remaja telah memasuki tahap berpikir formal operational (piaget, 1971 dalam Mussen, 1984). Pada tahap ini remaja dapat menggunakan variasi yang lebih luas untuk strategi pemecahan masalah, fleksibilitas dalam berpikir dan bernalar serata dapat melihat segala sesuatu dari sejumlah sudut pandang. Selain itu, pada tahap ini memungkinkan remaja untuk melakukan antisipasi terhadap kejadian atau peristiwa di masa depan dan untuk berpikir tentang konsekuensi di masa mendatang. Tahap ini pula membuat remaja memiliki orientasi masa depan. Artinya, remaja telagh mampu membuat skema kognitif guna mengarahkannya dalam konteks aktifitas masa depan serta hasil-hasil yang akan datang (Nurmi, 1989)

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha Pada tahap pertama, yaitu motivasi adalah seberapa besar dorongan untuk menetapkan tujuan. Motivasi meliputi motif, minat dan harapan pada jenjang pendidikan yang berkaitan dengan masa depan. Siswa diharapkan memiliki minat dan harapan yang berkaitan dengan masa depannya. Hal ini akan mengarahkan siswa dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Siswa kelas XII SMAK yang memiliki motivasi kuat berarti telah memutuskan akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, siswa telah menentukan akan melanjutkan pendidikan S1 atau D3, serta telah membuat pilihan mengenai fakultas/jurusan perguruan tinggi yang dipilih sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki siswa serta siswa juga memiliki harapan dapat berhasil masuk dan menjalani kuliah di fakultas atau jurusan yang telah dipilih. Sedangkan siswa kelas XII SMAK yang memiliki motivasi yang lemah merupakan siswa yang belum memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau siswa telah memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi namun masih mengalami kebingungan dalam memilih fakultas atau jurusan atau siswa memilih fakultas atau jurusan berdasarkan keinginan orang lain.

Setelah siswa memiliki tujuan yang akan dicapainya, maka pada tahap kedua siswa perlu untuk membuat perencanaan. Perencanaan yang dimaksud adalah untuk memikirkan cara untuk merealisasikan motivasi mengenai pendidikan. Penetapan rencana ini terdiri dari penentuan sub tujuan, penyusunan rencana dan perwujudan rencana. Siswa memiliki gagasan tentang tujuan masa depan yang diharapkan dapat diwujudkan lalu menyusun strategi pelaksanaan kemudian mewujudkan strategi untuk mencapai tujuan. Contohnya, siswa merencanakan untuk mengikuti kursus bimbingan belajar untuk mempersiapkan mengikuti ujian saringan masuk perguruan tinggi negeri sehingga ia dapat dierima masuk ke jurusan perguruan tinggi yang diinginkannya.

(20)

Universitas Kristen Maranatha mengetahui langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukannya untuk masuk ke jurusan tersebut. Misalnya setelah memutuskan untuk masuk ke jurusan dan perguruan tinggi yang sesuai dengan minatnya dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan jurusan perguruan tinggi yang diinginkan. Selain itu siswa juga berencana mengikuti kursus dan bimbingan belajar untuk meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan untuk masuk ke jurusan yang diinginkan atau latihan soal-soal ujian saringan masuk perguruan tinggi, mendaftarkan diri di perguruan tinggi yang diinginkannya, dan berencana mengikuti ujian saringan masuk. Sedangkan siswa kelas XII SMAK yang memiliki rencana yang tidak terarah merupakan siswa yang tidak memiliki rencana untuk mengumpulkan informasi mengenai jurusan di perguruan tinggi dan siswa juga tidak mengetahui langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukannya untuk dapat masuk ke perguruan tinggi yang diinginkannya.

Pada tahap akhir, siswa diharapkan dapat mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan rencana-rencana yang telah dibuat. Siswa menentukan faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mendukung dan menghambat pencapaian tujuan pendidikan dan pelaksanaan rencana yang telah dibuat. Dalam tahap ini, siswa juga akan menghayati emosi yang berpengaruh terhadap kemungkinan pencapaian tujuan dan pelaksanaan rencana.

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha ketika memikirkan pendidikan di Perguruan Tinggi dan merasa optimis dapat berhasil mencapai tujuannya masuk ke jurusan yang diinginkannya. Sedangkan siswa kelas XII IPS SMAK yang memiliki evaluasi yang tidak akurat akan terhambat dalam mencapai tujuan dan pelaksanaan rencana yang telah dibuatnya. Siswa tidak dapat mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mendukung dan menghambatnya dalam pelaksanaan rencana dan pencapaian tujuan. Siswa akan merasa cemas, takut, dan terbeban ketika memikirkan pendidikan di perguruan tinggi sehingga siswa akan merasa pesimis dan merasa gagal dalam mencapai tujuan pendidikannya dan melakukan rencana yang telah dibuat.

Siswa yang memiliki orientasi masa depan di bidang pendidikan yang jelas akan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan menentukan fakultas atau jurusan perguruan tinggi yang sesuai dengan minatnya. Siswa juga memiliki perencanaan dan strategi yang terarah untuk mencapai tujuannya tersebut serta dapat mengevaluasi secara akurat tujuan dan rencana-rencana yang telah dibuat dengan melihat faktor-faktor yang menghambat dan menunjang pencapaian tujuan.

Siswa yang memiliki orientasi masa depan di bidang pendidikan yang tidak jelas masih mengalami kebingungan dalam memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi yang akan dijalaninya. Siswa memiliki perencanaan dan strategi yang tidak terarah untuk mencapai tujuannya serta tidak akurat dalam mengevaluasi kemungkinan pencapaian tujuan dan rencana-rencana yang telah dibuatnya.

(22)

Universitas Kristen Maranatha memiliki minat yang kuat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, siswa diharapkan untuk dapat menghadapi hambatan dan rintangan yang dapat menghalangi siswa kepada tujuannya. Beberapa hambatan yang dihadapi adalah tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepada siswa dimana siswa dituntut untuk dapat menyerap materi lebih cepat, lebih aktif mencari materi, aktif bertanya dan berdiskusi. Oleh karena itu, dibutuhkan ketekunan agar siswa tidak mudah bosan dan menyerah saat menghadapi hambatan dan rintangan. Selain ketekunan, siswa juga diharapkan untuk dapat tetep konsisten dan fokus pada tujuan dan pilihan mereka yaitu lulus dari sekolah menengah atas serta bersemangat dalam menjalani apapun kesulitan yang mereka hadapi serta dapat membuahkan hasil yang terbaik yang dapat terlihat dari hasil kelulusan. Ketekunan dan konsistensi dalam minat mereka, diistilahkan oleh Duckworth sebagai Grit.

Gritadalah kecenderungan untuk bertindak, berpikir, dan merasa yang relatif stabil

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha Aspek yang kedua adalah ketekunan usaha yang diartikan sebagai seberapa keras seseorang untuk mencapai tujuan serta berapa lama seseorang dapat membertahankan usaha. Ketekunan usaha dapat terlihat dari perilaku seseorang yang rajin/ pekerja keas, bertahan dalam menghadapai tantanfan dan rintangan serta bertahan terhadap pilihannya. Siswa kelas XII IPS yang memiliki ketekunan usaha akan memperlihatkan perilaku yang rajin dan mau berusaha dengan keras mencari berbagai sumber referensi dalam mengerjakan tugas, dan mengerjakan tugas melebihi standar yang diberikan, berusaha bertanya jika dan mencari tahu jika ada hal-hal yang tidak dimengerti. Lalu siswa kelas XII IPS dapat bertahan dalam menghadapi tantangan dan rintangan, yaitu bertahan dalam menghadapi tuntutan standar kelulusan sekolah menengah dan tuntutan atau syarat untuk masuk dalam perguruan tinggi.

Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh Costa & McCrae (McCrae, 2016) diperoleh bahwa bagaimana teori trait dapat dengan baik memprediksi tingkah laku. Trait berlangsung untuk jangka waktu yang lama.

Siswa kelas XII IPS yang memiliki Grit tinggi, apabila orang lain mengubah haluan mereka saat jemu/ bosan dalam menghadapi kesulitan, siswa tersebut akan terus menjalaninya apapun yang terjadi. Sebaliknya apabila siswa kelas XII IPS yang memiliki Grit rendah akan lebih mudah patah semangat dan menyerah ketika mengalami hambatan atau kesulitan dan mengubah haluan mereka kepada minat yang baru. Individu yang Gritty cenderung bekerja lebih keras daripada rekan-rekan mereka dengan tingkat kemampuan yang sama dan mereka tetap berkomitmen untuk memilih mengejar tujuan mereka lebih lama (Duckworth, 2007).

Siswa yang berorientasi masa depan yang jelas akan menunjukkan bahwa siswa tersebut Grittier (Grit tinggi). Siswa akan lebih tekun dalam mengeksplore minatnya, siswa akan lebih

(24)

Universitas Kristen Maranatha Nurmi (1991) mengungkapkan bahwa perbedaan peran gender lebih terlibat pada remanja yang tinggal di lingkungan masyarakat tradisional. Pada remaja yang tinggal di kota dan memiliki gaya hidup yang modern, remaja laki-laki dan perempuan dapat sama-sama memiliki ketertarikan pada bidang pendidikan dan pekerjaan di masa depan. Sebagian besar perempuan yang tinggal di kota memiliki keinginan untuk bekerja di luar rumah dan memperoleh pendidikan yang tinggi sehingga siswa perempuan juga dapat memiliki motivasi yang kuat dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. Siswa juga dapat menyusun rencana yang terarah pada tujuannya di perguruan tinggi dan dapat melakukan evaluasi yang akurat. Dengan demikian siswa perempuan juga dapat memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas.

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha Siswa yang memiliki self-esteem tinggi akan memiliki orientasi masa depan yang lebih jelas dibandingkan siswa yang memiliki self-esteem rendah. Siswa yang merasa yakin bahwa dirinya akan melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi akan percaya diri dan merasa optimis dalam merencanakan dan menjalani masa depannya. Siswa merasa akan berhasil di masa depan sehingga siswa dapat memiliki motivasi yang kuat dalam menentuakan tujuan jurusan di Perguruan Tinggi. Selain itu siswa juga dapat menyusun rencana yang terarah pada tujuannya di perguruan tinggi dan melakukan evaluasi secara akurat seusai tujuan dan rencana yang telah disusun. Sedangkan, siswa yang merasa tdak yakin akan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi akan merasa pesismis dalam merencanakan masa depan. Siswa merasa akan gagal di masa depan dan memiliki motivasi yang lemah dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. Siswa juga memiliki rencana yang tidak terarah pada tujuannya serta siswa tidak dapat melakukan evaluasi secara akurat.

(26)
(27)

18

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

 Siswa kelas XII IPS SMAK ‘X’ yang memiliki Grit yang rendah lebih cepat

menyerah ketika menghadapi kesulitan dan memiliki minat/tujuan yang berubah-ubah.

 Siswa kelas XII IPS SMAK ‘X’ yang memiliki Grit yang tinggi akan belajar dengan

tekun dan terus berusaha ketika menghadapi kesulitan dan konsisten terhadap pilihan/minat mereka.

 Orientasi masa depan siswa kelas XII IPS SMAK ‘X’ terbentuk melalui tiga tahap

yaitu tahap motivasi, perencanaan dan evaluasi.

 Orientasi masa depan siswa kelas XII IPS SMAK ‘X’ pada proses pembentukannya

dipengaruhi empat factor yaitu jenis kelamin, status sosial ekonomi, hubungan dengan orangtua, Self-esteem.

 Siswa kelas XII IPS SMAK ‘X’ yang memiliki Grit yang tinggi akan memiliki

orientasi masa depan yang jelas.

 Siswa kelas XII IPS SMAK ‘X’ yang memiliki Grit yang rendah akan memiliki

orientasi masa depan yang tidak jelas.

1.7 Hipotesis

(28)

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai mengenai korelasi Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan dan Grit terhadap 73 siswa kelas XII IPS

SMA ‘X’ di Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Orientasi masa depan bidang pendidikan memiliki korelasi yang tergolong rendah

terhadap Grit siswa. Artinya meskipu siswa kelas XII IPS SMA ‘X’ yang memiliki

orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas belum tentu mempunyai Grit yang tinggi.

2. Faktor-faktor yang menunjukkan kecenderungan berkaitan dengan orientasi masa

depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII IPS SMA ‘X’ adalah self-esteem dan

hubungan dengan orangtua

3. Faktor-faktor yang tidak menunjukkan kecenderungan berkaitan dengan orientasi

masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII IPS SMA ‘X’ adalah jenis

kelamin dan status social ekonomi.

5.2Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi peneliti yang ingin meneliti mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan dan Grit pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengambil fenomena yang lebih kompleks pada sampel yang memiliki tuntutan lebih tinggi sehingga peneliti dapat dengan jelas melihat perbedaan.

(29)

66

Universitas Kristen Maranatha 2. Mengingat dalam penelitian ini hasil korelasi yang didapatkan tergolong lemah, yang mungkin disebabkan kriteria sample yang bervariasi . Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutkan dapat melakukan penelitian mengenai Hubungan antara Orientasi Masa Depan bidang pendidikan dan Grit pada mahasiswa. 3. Untuk lebih mengembangkan alat ukur Grit agar disesuaikan dengan sample. 5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi siswa kelas XII IPS SMA ‘X’ Bandung agar lebih aktif akan mencari

informasi dan berdiskusi dengan guru mengenai pendidikan di perguruan tinggi.

2. Diharapkan guru BK mengadakan bimbingan konseling secara rutin setiap

minggu dengan siswa kelas XII IPS SMA ‘X’ Bandung mengenai kesulitan

dalam memilih jurusan perkuliahan yang sesuai dengan kemampuan dan minat serta membantu siswa menyusun langkah-langkah untuk dapat mencapai jurusan perkuliahan yang diinginkannya.

3. Sebagai masukan untuk pihak sekolah untuk membuat seminar bagi orangtua siswa agar meluangan waktu lebih sering untuk berdiskusi dengan siswa mengenai pendikan di perguruan tinggi dan memberikan informasi tentang pemilihan jurusan di perguruan tinggi.

(30)

HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG

PENDIDIKAN DAN GRIT PADA SISWA KELAS XII IPS

SMAK

‘X’ DI

KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh:

JANICE MARCELLINA 0730175

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(31)
(32)
(33)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan karunia-Nya yang begitu besar yang selalu dicurahkan kepada peneliti sehingga usulan penelitian ini dapat diselesaikan. Peneliti mengerjakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Bidang Pedidikan dan Grit Pada Siswa Kelas XII IPS SMA ‘X’ di Kota Bandung”.

Dalam mengerjakan usulan penelitian ini, peneliti telah mendapatkan banyak bantuan, masukan, serta dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Dra. O. Irene Prameswari Edwina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

2. Lie Fun Fun, M.Psi., Psikolog, selaku ketua program studi S1 Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

3. Dr. Jacqueline M. Tj., M.Si., Psikolog, selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan semangat serta membagikan informasi dan ilmu kepada peneliti selama menyelesaikan tugas usulan penelitian ini.

(34)

penelitian ini.

6. Papa dan Mama yang telah mendukung saya dalam doa, materi dan telah menyemangati saya untuk menyelesaikan Usulan Penelitian ini.

7. Para sahabatku yang selalu mendukung dalam penyelesaian Usulan Penelitian ini: Listya Paramitha, Cindy Florence, Elizabeth

8. Staff Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, terima kasih atas bantuannya dalam mengurus administrasi dan perijinan dalam penyusunan usulan penelitian ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu per satu namanya, namun sangat besar pengaruhnya bagi penyusunan usulan penelitian ini.

Akhir kata dengan semua keterbatasan yang dimiliki, peneliti memohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan mohon maaf apabila terdapat beberapa kesalahan atau kekurangan dalam penelitian ini.

Hormat Saya,

(35)

66

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Duckworth, A. L., Peterson, C., Matthews, M. D., & Kelly, D. R. (2007). Grit: Perseverance and passion for long-term goals. Journal of Personality and Social Psychology, 92(6), 1087-1101.

Duckworth, A. L, & Quinn, P.D. (2009) Develepment and validation of the short Grit scale (Grit-S). Journal of personality assessement. 91, 166-174.

(http://www.unud.ac.id/ind/wp-contebt/uploads/buku-panduan-kurikulum- kbk.pdf diakses pada tanggal 31 Agustus 2014)

Duckworth, A. L. (2013). True grit. The Observer, 26(4), 1-3.

Hurlock, E. 1997. Adolesence Development, Mc. Graw Hill, Tokyo, Book Company Kogakusta, Ltd.

Kumar, Ranjit. (1999). Research Methodology: A Step-by-step Guide for Beginners. London: Rage Publications.

Kumar, S. 1999. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Murphy, E. 1987. School Development. New York: Harcourt Brace Jovanovich,

Inc.

Nazir, Mohammad, Ph.D, 2003. Metode Penelitian. Bogor: Gahlia Indonesia.

Nazir, moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurmi, Jari-Erik. 1989. Adolescent’s Orientation to the future. Finland: Academic Bookstore.

(36)

67

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Afifah, Riana. 2013. Argumentasi Dilema Jurusan IPA dan IPA. (Online).

(http://justice-for-education.blogspot.co.id diakses pada tanggal 2 September 2015)

Fitriana, Annisa. 2014. 90 Persen Siswa Meminati IPA. (Online)

(http://www.jpnn.com/read/2014/03/15/222110/90-Persen-Siswa-Meminati-IPA- diakses

pada tanggal 31 September 2015)

Sumantri. 2014. Inilah 10 Jurusan yang paling diminati di perguruan tinggi. (Online)

Referensi

Dokumen terkait

• Gejala klinis: bintik-bintik putih pada bagian tubuh yang terinfeksi; ikan yang terinfeksi menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar / dinding wadah budidaya.. • Ikan terlihat

Hal ini dapat disimpulkan bahwa pelatihan senam otak yang dilakukan secara rutin dengan kombinasi gerakan tertentu dan didahului langkah PACE efektif untuk

Pengalaman trauma dalam keterlibatan dengan para pengungsi dan penyintas di Timor-Leste menjadi bagian dari ingatan kolektif para pekerja kemanusiaan JRS..

Inherent magnetic moment of α -FeOOH ferrofluid,  is smaller than 1, applied external magnetic field, magnetic interaction between nanoparticles in ZnFe 2 O 4 ferrofluid can’t

Because Scopus is one of database that should be used to screen articles for any systematic review or meta-analysis article, this will increase a probability of MJI’s article can

Skripsi yang berjudul “Albert Camus’ Absurdism and Ambivalent Views on French Orientalist Prejudice as Reflected in The Stranger ” ini adalah sebuah analisis terhadap novel

Untuk menghindari Ketidaktelitian dan ketidakcermatan penyusunan surat dakwaan yang dapat mengakibatkan surat dakwaan tersebut kabur (obscuur libel) dan batal demi hukum, maka

ion logam Cd, Cu dan Cr dapat disimpulkan bahwa serbuk gergaji setelah proses regenerasi dapat dimanfaatkan kembali sebagai penyerap ion logam