• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA LULUSAN PESERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN STRUKTURAL SPAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI JAWA BARAT : Studi Kasus Lulusan Diklat SPAMA Di Lingkungan Dinas/Instansi Pemerintah Propinsi Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KINERJA LULUSAN PESERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN STRUKTURAL SPAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI JAWA BARAT : Studi Kasus Lulusan Diklat SPAMA Di Lingkungan Dinas/Instansi Pemerintah Propinsi Jawa Barat."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA LULUSAN PESERTA PENDIDIKAN

DAN PELATIHAN JABATAN STRUKTURAL SPAMA

DILINGKUNGAN PEMERINTAH

PROPINSIJAWA BARAT

( Studi Kasus Lulusan Diklat SPAMA Di Lingkungan

Dinas/Instansi Pemerintah Propinsi Jawa Barat)

TESTS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleb

H.A. RAHMAN

YAIWA-NUM. 98 96 04

**?.">/

PROGRAM PASCA SARJANA

UNiVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG
(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul" Kinerja Lulusan

Peserta Pendidikan Dan Pelatihan Jabatan Struktural SPAMA Di Lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat" ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya

ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Maret 2001. Yang membuat pernyataan,

(3)

DISETUJIJI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING TESIS

PEMBIMBING 1,

PROF.DR. H. ABDUL AZIS WAHAB, MA.

PEMBIMBING II,

PROF.DR. H. DJAM'AN SATORI, MA.

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG
(4)

DISETUJU1.0LEH:

KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PROF.DR.H.TB. ABIN SY DDIN MAKMUN.MA.

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(5)

ABSTRAK

Kinerja Lulusan Peserta Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Struktural SPAMA

Di Lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat

(Studi Kasus Lulusan Diklat SPAMA Di Lingkungan

Dinas/Instansi Pemerintah Propinsi Jawa Barat)

Tesis ini berjudul " Kinerja Lulusan Peserta Pendidikan dan Pelatihan

Jabatan Struktural SPAMA Di Lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat

Penelitian mi bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis kmerja lulusan peserta

pendidikan dan pelatihan Jabatan Struktural SPAMA yang diselenggarakan oleh

Pendidikan dan Latihan (DIKLAT) Propmsi Jawa Barat, khusus bagi mereka yang

berasal dan lingkungan kantor Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil

deskripsi dan analisis tersebut akan diketahui apakah program pendidikan dan pelatihan

Jabatan Struktural SPAMA telah sesuai dengan kriteria akademis dan tuntutan jabatan

eselon III

Hal ini penting karena para pejabat eselon III menempati posisi yang strategis

untuk membantu meningkatkan kinerja organisasi (instansi) di mana mereka bekeg*

Karena itu untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam terhadap

masalah tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan metode naturahstik kuahtohf,

karena itu teknik samplingnya adalah purposive sampling dan snowball sampling^

Untuk mendapatkan hasil data yang obyektif digunakan pendekatan triangulardan

sebagai sumber informasinya adalah (1) lulusan peserta pendidikan dan pelatihan

Jabatan Struktural SPAMA, (2) Pimpinan/atasan langsung lulusan peserta, dan (3) mrtra

kerja lulusan peserta baik eselon III maupun eselon IV. Jumlah selunj responden

sebanvak 118 orang yang terdiri dan 50 orang lulusan peserta pendidikan dan pelatihan

SSm£ 33 orang pimpinan/atasan alumni dan 35 orang mitra kerja alumni pendidikan

d"PeUn^ukSm^sanakan penelitian ini dilandasi dengan teon-teon tentang

pendidikan dan pelatihan, proses n*"*^.^^^

nelatihan pengertian produktivitas kerja, pengertian kmerja dan faktor-faktor yang

SrnTngarSiikinerja Berlandaskan teon-teori tersebut, maka pembahasan penelitian

SSS1 dalam (1) gambaran umum penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan

SPAMA temiasuk landasan hukum, struktur kunkulum, koordmasi instansi terkait

unsur penyelenggara, widyaiswara serta prasarana dan sarana penunjang (2)

TnmgS pengShuan, keterampilan, motivasi, sikap/penlaku dan wawasan alumni

Pp ndS dL latihan SPAMA (3) hubungan sosial alumm pendidi an dan pelatihan

SPAMA dalam pengertian pelayanan internal dan eksternal (4) pemngkatan

pfo^vi^ kerja^luLi dan (5) standar pengguna (user) terhadap kntena lulusan

^ ^ ^ I T * ^ - analisis penelitian tersebut dapat

(6)

dan struktur kurikulum serta didukung dengan aparat , widyaiswara dan prasarana/sarana penunjang kegiatan pendidikan dan pelatihan tersebut.

2. Pendidikan dan pelatihan SPAMA telah memberikan dampak positif terhadap lulusan pesertanya baik dari segi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan

sikap/perilaku. Penilaian ini diperoleh dari alumninya sendiri dan juga dari pimpinan/atasan dan mitra kerjanya. Angka-angkanya (skor) secara kualitatif dan

kumulatif menunjukkan masing-masing 3,66, 3,65 dan 3,58. Skor ini menunjukkan nilai di atas sedang (skor 3) dan di bawah tinggi (skor 4). Dan ini artinya baik atau

berdampak positif.

3. Menyangkut hubungan sosial, dalam pengertian hubungan alumni kepada atasan dan mitra kerja serta pelayanan masyarakat, pengaruh pendidikan dan pelatihan SPAMA juga menunjukkan penilaian positif, baik dari alumni sendiri, pimpinan/atasan dan mitra kerjanya. Skornya secara kualitatif dan kumulatif adalah masing-masing 3,63, 3,68 dan 3,57. Pemahaman skor tersebut sama dengan butir2. 4. Terhadap peningkatan produktivitas, pendidikan dan pelatihan SPAMA juga

mempunyai pengaruh positif, yaitu skor dari alumni 3,59 skor dari pimpinan/atasan 3,70 dan skor dari mitra kerja adalah 3,54. Angka-angka ini juga menunjukkan

penilaian di atas sedang dan di bawah tinggi, artinya terjadi peningkatan

produktivitas dalam pekerjaan.

5. Berdasarkan paradigma penelitian bahwa tuntutan pengguna terhadap lulusan

peserta pendidikan dan pelatihan SPAMA menunjukkan indikator peningkatan pada pengetahuan, keterampilan, wawasan dan peningkatan hubungan sosial serta peningkatan produktivitas, semuanya terbukti dari jawaban para responden yaitu dengan skor kumulatif 3,67. Skor ini menunjukkan posisi di atas sedang dan di

bawah tinggi, bahkan cenderung kepada skor tinggi. Artinya tuntutan pengguna

sudah terpenuhi.

Sesuai dengan pokok-pokok temuan di atas, maka direkomendasikan bahwa sistem pengembangan karier di kalangan Pegawai Negeri Sipil, khususnya yang

dikaitkan dengan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan jabatan struktural perlu lebih

ditertibkan. Maksudnya agar para lulusan peserta pendidikan dan pelatihan SPAMA lebih mendapatkan kepastian dalam pengembangan karier jabatannya. Dengan

demikian kinerjanya akan lebih meningkat (mendekati skor 4), dan kalau kinerja

mereka meningkat artinya kinerja organisasi juga ikut meningkat.

Untuk itu juga direkomendasikan agar calon peserta pendidikan dan pelatihan SPAMA betul-betul selektif dengan mempertimbangkan rasio antara formasi jabatan

eselon III yang tersedia dengan jumlah peserta pendidikan dan pelatihan SPAMA. Ini

dimaksudkan agar setiap lulusan peserta pendidikan dan pelatihan memiliki kesempatan

untuk mendapatkan giliran memperoleh jabatan yang lebih tinggi, yang sesuai dengan

pendidikan dan pelatihan yang telahdiikutinya.

Agar hasil-hasil pendidikan dan pelatihan mendapatkan perhatian yang memadai, maka Pendidikan dan Latihan (DIKLAT) Propinsi hendaknya disertakan

(7)

DAFTARISI

Halaman

ABSTRAK l

KATA PENGANTAR ul

DAFTAR ISI 1X

DAFTAR TABEL xl

DAFTAR BAGAN/GAMBAR xul

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

l

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

8

2. Batasan Masalah 9

3 Rumusan Masalah

C.Tujuan Penelitian

10

l.TujuanUmum

10

2.Tujuan Khusus

l0

D.Kegunaan Penelitian

JJ

E. Pertanyaan Penelitian

u

F. Paradigma Penelitian

12

BAB II

"LANDASAN TEORI TENTANG PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN SERTA KINERJA LULUSAN

A. Pentingnya Pendidikan dan Pelatihan

15

B. Proses Administrasi Penyelenggaraan Pendidikan dan

Pelatihan

;?2

C. Pengertian Produktivitas Kerja

39

D Produktivitas Lulusan Diklat

44

F. Ekspektasi Kinerja Lulusan Diklat

46

G. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

55

H. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

59

BAB III : PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

^0

B Populasi dan Sampel

65

C. Instrumen Penelitian °°

D. Teknik Pengumpulan Data

7U

E. Tahap-tahap Penelitian

?1

F. Prosedur Analisis Data

G. Cara-cara Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil

Penelitian

(8)

BAB IV

: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penyelenggaraan Diklat SPAMA 77

1. Landasan Hukum 78

2. Struktur Kurikulum 82

3. Koordinasi Antara Instansi Terkait 85

4. Unsur Penyelenggara

90

5. Widyaiswara

97

6. Prasarana dan Sarana 100

B. Tingkat Pengetahuan, Keterampilan, Motivasi,

Sikap/Perilaku dan Wawasan Alumni Diklat SPAMA...

103

1. Aspek Sikap/Perilaku

104

2. Aspek Penguasaan Materi

l05

3. Peningkatan Sikap/Perilaku dan Penguasaan Materi

Menurut Alumni 1°6

4. Peningkatan Sikap/Perilaku dan Penguasaan Materi

Menurut Atasan 110

5. Peningkatan Sikap/Perilaku dan Penguasaan Materi

Menurut Mitra Kerja

J11

C. Hubungan Sosial Alumni Diklat SPAMA

113

D. Peningkatan Produktivitas Alumni Diklat SPAMA

118

E. Evaluasi Pengguna Terhadap Kriteria Lulusan Diklat

SPAMA

123

BABV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Umum

J29

2. Khusus 131

B. Rekomendasi

1. Pihak Intern

133

2. Pihak Ekstern

135

DAFTAR PUSTAKA v^

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Nomor 1 : Aspek-aspek Standar Pekerjaan

53

Nomor 2 : Responden Penelitian Kinerja

67

Nomor 9 : Landasan Hukum Penylenggaraan diklat SPAMA

81

Nomor 12 : Data Jawaban Alumni diklat SPAMA terhadap Kurikulum

84

Nomor 14 : Jawaban Alumni diklat SPAMA terhadap Penyelenggara

94

Nomor 15 : Jawaban responden Atasan dan Mitra Kerja Alumni diklat

SPAMA terhadapa kinerja Diklat Propinsi Jawa Barat 96

Nomor 17 : Jawaban Alumni diklat SPAMA terhadap Widyaiswara

98

Nomor 18 : Rincian bangunan kampus Diklat Propinsi Jawa Barat

100

Nomor 19 . Jumlah dan Jenis buku-buku Perpustakaan Diklat Propinsi

Jawa Barat 102

Nomor 20 : Jawaban responden Alumni tentang pengaruh diklat SPAMA

terhadap peningkatan Pengetahuan, Keterampilan, Motivasi,

Sikap/Perilaku dan Wawasan

1°7

Nomor 21 : Jawaban responden Atasan Alumni diklat SPAMA terhadap

peniiigkatan Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap/Perilaku

110

Nomor 22 : Jawaban responden Mitra Kerja Alumni diklat SPAMA

terhadap peningkatan Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap/

Perilaku 112

Nomor 23 : Jawaban responden Alumni terhadap Faktor-faktor yang

mempengaruhi Kinerja

I*4

Nomor 24 : Jawaban responden Atasan Alumni diklat SPAMA terhadap

kinerja Pelayanan

H"

Nomor 25 : Jawaban responden Mitra Kerja Alumni diklat SPAMA

terhadap kinerja Pelayanan

I*7

Nomor 26 : Jawaban responden Alumni diklat SPAMA terhadap

peningkatan Produktivitas

119

Nomor 27 : Jawaban responden Atasan Alumni diklat SPAMA terhadap

peningkatan Produktivitas

12°

Nomor 28 : Jawaban responden Mitra Kerja Alumni diklat SPAMA

terhadap peningkatan Produktivitas

I20

Nomor 29 : Data kumulatif Jawabanm responden Atasan Alumni

(10)

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR

Halaman

Bagan

Nomor 1 : Efisinsi, Efektivitas, Kualitas dan Produktivitas 40 Nomor 2 : Produktivitas = Efektivitas, Efisiensi dan Kualitas 41

Gambar

Nomor 1 : Paradigma Penelitian

12

Nomor 2 : Hubungan antara Pelatihan dengan Promosi

21

Nomor 3 : Diagram Penelitian

30

Nomor 4 : Administrasi sebagai Total Sistem 34 Nomor 5: Proses Administrasi Penyelenggaraan Diklat 36 Nomor 6: Struktur Organisasi Diklat Prop. Jawa Barat 37 Nomor 7: Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja 57

Nomor 8: Koordinasi Instansi yang terkait dalam penyelenggaraan

diklat SPAMA 90

Nomor 9: Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan

Produktivitas Kerja 122

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pegawai Negeri Sipil merupakan aparatur pemerintah yang melaksanakan

tugas-tugas umum pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan secara

menyeluruh. Untuk menjamin terselenggaranya tugas-tugas tersebut di atas secara

berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan

nasional yaitu masyarakat adil dan makmur materiil maupun spirituil, diperiukan aparat

pemerintah yaitu Pegawai Negeri Sipil yang bersih dan berwibawa,berhasil guna,

berdaya guna, berkualitas tinggi, serta penuh dengan rasa tanggung jawab.

Dalam hubungan dengan hal tersebut Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian ( sebagai pengganti UU No.8 tahun 1974 ) telah

meletakkan landasan kokoh untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil seperti dimaksud

di atas dengan cara mengatur kedudukan , kewajiban, hak dan pembinaan Pegawai

Negeri Sipil sebagai salah satu kebijaksanaan dan langkah usaha penyempurnaan

aparatur negara. Pembinaan pegawai diarahkan pada makin terwujudnya Pegawai

Negeri Sipil yang mantap dengan pengembangan karier berdasarkan prestasi kerja ,

keterampilan, keahlian dan profesionalisme.

Salah satu bentuk pembinaan yang dirasakan efektif adalah melalui pendidikan

dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil mengikuti

pendidikan dan pelatihan itu adalah suatu kewajiban, bukan hak. Sebelum ada

penegasan ini banyak pegawai yang beranggapan bahwa mengikuti pendidikan dan

pelatihan itu sukarela, artinya boleh ikut boleh juga tidak. Dan mereka sebagian

(12)

memilih tidak ikut, karena dengan alasan ikut atau tidak ikut sama saja, tidak

memberikan efek bagi pengembangan kariemya. Namun pemikiran demikian sekarang

sudah berubah, setelah dikaitkannya pendidikan dan pelatihan dengan pengembangan

karier pegawai ( PP No. 14 dan 15 Tahun 1994 ).

Dalam konsideran PP No. 14/1994, butir c menyatakan :

" bahwa untuk meningkatkan mutu profesionalisme, pengabdian, kesetiaan dan

pengembangan wawasan serta pembinaan kaner Pegawai Negeri Sipil diperiukan

pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil."

Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan Undang-undang

Nomor 8Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian Pasal 1ayat (1) berbunyi :

" Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya di adakan

pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Jabatan Pegawai

Negeri Sipil yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu,

keahlian, kemampuan , dan keterampilan."

Hal ini juga sejalan dengan pendapat Randall S. Schuler ( 1987 : 393 ) yang

mengatakan : " A major purpose of training and development is to remove

performance deficiences, wether current or anticipated , that cause employees to

perform at less than the desired level. Training and development thereby enables

employees to be much more productive. "

Jadi menurut Randall S. Schuler pelatihan dan pengembangan ( pendidikan dan

pelatihan ) bertujuan untuk menghilangkan ketidak efisienan kinerja ,baik saat ini atau

yang akan datang, yang menyebabkan para pekerja berpenampilan di bawah standar

yang diharapkan. Karena itu pendidikan dan pelatihan dapat membuat para pekerja

lebih produktif.

Jenis - jenis pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil yaitu mulai dan pre

(13)

ini harus diikuti oleh para Calon Pegawai Negeri Sipil sebelum mereka diangkat penuh

menjadi Pegawai Negeri Sipil. Sesuai dengan penggolongan dalam pengangkatan Calon

Pegawai Negeri Sipil, maka diklat Pra Jabatan ini dibagi tiga tingkatan yaitu diklat Pra

Jabatan untuk Golongan I, Golongan II dan Golongan III. Setelah mereka lulus dari

diklat Pra Jabatan dan setelah melalui prosedur administrasi lainnya, mereka dapat

diangkat penuh sebagai Pegawai negeri Sipil. Maka dalam perjalanan kariemya mereka

akan mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam jabatan ( in service training ), yaitu

pendidikan dan pelatihan Jabatan Struktural, pendidikan dan pelatihan Fungsional dan

pendidikan dan pelatihan Teknis

Pendidikan dan pelatihan Jabatan Struktural adalah pendidikan dan pelatihan

yang diperuntukkan bagi mereka yang menduduki jabatan struktural atau dianggap

potensial untuk menduduki jabatan tersebut. Jabatan Struktural adalah jabatan yang

berdasarkan eselonering, dari yang terendah jabatan eselon V/b, V/a, IV/b, IV/a, Ill/b,

Ill/a, Il/b, Il/a, I/b sampai yang tertinggi eselon I/a. Jabatan Struktural ini merupakan

jabatan karier, artinya untuk mendapatkan jabatan tersebut seorang Pegawai negeri

Sipil harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, seperti kepangkatan, masa

kerja, pendidikan, keahlian dan penilaian dari atasan.

Pendidikan dan pelatihan Jabatan Struktural terdiri dari pendidikan dan

pelatihan Administrasi Umum ( diklat ADUM ), pendidikan dan pelatihan Staf

Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama ( diklat SPAMA ), pendidikan dan pelatihan

Staf Pimpinan Administrasi Tingkat Menengah ( diklat SPAMEN ), pendidikan dan

pelatihan diklat Staf Administrasi Tingkat Tinggi ( diklat SPATI ). Di lingkungan

Departemen Dalam Negeri diklat ADUM dibagi dua tingkat yaitu diklat ADUM dan

diklat ADUMLA

(Administrasi Umum Tingkat Lanjutan ). Diklat ADUM

(14)

diperuntukkan bagi mereka yang telah menduduki jabatan eselon V( a/b )atau mereka

yang dianggap potensial untuk menduduki jabatan tersebut. Jabatan eselon Vmisalnya

Sekretaris / Kepala Urusan di Kecamatan, Lurah di Kota atau Kepala Sub Bagian di

Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota. Sedangkan diklat ADUMLA diperuntukkan bagi

mereka yang telah menduduki jabatan eselon IV ( a/b ) atau pejabat eselon V yang

dianggap potensial untuk menduduki jabatan tersebut. Contoh jabatan eselon IV

misalnya Camat, Kepala Seksi pada Dinas Tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota, Kepala

Bagian pada Sekretariat Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Cabang Dinas.

Diklat SPAMA diperuntukkan bagi pejabat eselon III atau pejabat eselon IV

yang dianggap potensial untuk menduduki jabatan tersebut. Contoh jabatan eselon III

misalnya kepala Biro di Sekretariat Daerah Propinsi, Kepala Sub Dinas, Kepala Bidang

pada Dinas /Lembaga tingkat Propinsi, Assisten Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota.

Diklat SPAMEN diperuntukkan bagi pejabat eselon III yang dianggap potensial untuk

dipromosikan menjadi pejabat eselon II, seperti Kepala Dinas/Lembaga tingkat Propinsi

Assisten Sekertaris Daerah propinsi dan Sekertaris Daerah Kabupaten/Kota, sedangkan

diklat SPATI diperuntukkan bagi pejabat eselon II yang dianggap potensial untuk

dipromosikan menjadi pejabat eselon I.

Pendidikan dan pelatihan Fungsional adalah pendidikan dan pelatihan yang

memberikan tambahan pengetahuan dan keterampilan bagi pelaksana tugas fungsional

seperti diklat Bendaharawan Daerah , diklat Manajemen Proyek, diklat Camat selaku

PPAT ( Pejabat Pembuat Akta Tanah ), diklat Re Inventing Government, diklat

Managing Motivating Training (M.M.T.), diklat Training of Trainers ( T.O.T.), diklat

Training Official Course ( T.O.C ), diklat Kearsipan, diklat Pustakawan, diklat

Peningkatan Kemampuan Kepemimpinan Aparatur, diklat KPPD ( Kursus Perencanaan

(15)

Pembangunan Daerah ), dan setemsnya. Pendidikan dan pelatihan Fungsional ini

jenisnya banyak sekali.

Sedangkan pendidikan dan pelatihan Tekms adalah jems pendidikan dan

pelatihan yang memberikan tambahan pengetahuan dan keterampilan untuk

peningkatan pelaksanaan tugas-tugas substantif seperti diklat Aparat Pengawas

Fungsional, diklat Pendapatan Daerah, diklat Ke-Cipta Karyaan, diklat ke-Bina

Margaan, diklat Pengairan, diklat Penndustnan, diklat Ketenagakerjaan, diklat Aparat

Pertanian, diklat Analisis Jabatan, diklat Budaya Kerja, dan setemsnya. Jenis

pendidikan dan pelatihan jenis impun juga cukup banyak, dan terns berkembang sesuai

dengan kebutuhan.

Untuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Jabatan Struktural,

Pemerintah Propinsi diberi kewenangan untuk menyelenggarakan pendidikan dan

pelatihan ADUM,ADUMLA dan SPAMA. Sedangkan pendidikan dan pelatihan

SPAMEN dan SPATI

penyelenggaraannya merupakan kewenangan

Lembaga

Administrasi Negara Republik Indonesia (L.A.N.R.I). Sehubungan dengan kewenangan

tersebut, penulis akan memfokuskan penelitian ini pada diklat SPAMA.

Untuk pendidikan dan pelatihan Fungsional dan Teknik Pemerintah Propinsi

diberi kewenangan penuh untuk penyelenggaraannya sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan anggaran masing - masing.

Pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil mempakan bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari pembinaan Pegawai Negen Sipil secara keselumhan. Pada

dasamya pendidikan dan pelatihan mempakan proses yang berlangsung seumur hidup..

Pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil juga tidak dapat dipisahkan dari proses

pendidikan bagi seluruh bangsa Indonesia, dalam rangka usaha mencerdaskan

(16)

kehidupan bangsa sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu sistem pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil tersebut juga mempakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional

Tujuan pendidikan nasional seperti tertuang dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional Bab II, pasal 4 ( 1994 : 4 ) adalah sebagai berikut:

" Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rokhani,.kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan."

Dalam Keppres Nomor 34 Tahun 1972 telah ditetapkan ruang lingkup tugas dan

tanggung jawab pembinaan pendidikan dan pelatihan adalah sebagai berikut:

1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bertugas dan bertanggung jawab atas

pembinaan pendidikan dan pelatihan secara menyelumh, khususnya pendidikan

umum dan kejuruan.

2. Menteri Tenaga Kerja bertugas dan bertanggung jawab atas pembinaan dan

pelatihan keahlian dan kejuruan tenaga kerja bukan pegawai negeri.

3. Ketua Lembaga Administrasi Negara bertugas dan bertanggung jawab atas pembinaan pendidikan dan pelatihan khusus untuk pegawai negeri.

Sehubungan dengan pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil, telah

dikeluarkan Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor 14 Tahun 1994. Dalam peraturan

tersebut dinyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil

mempakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara

menyeluruh. Tujuannya untuk meningkatkan profesiona'isme, pengabdian, kesetiaan

(17)

Tujuan dan sasaran dari pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil tersebut

khususnya pendidikan dan pelatihan Jabatan Struktural SPAMA sesuai dengan judul

tulisan ini, adalah agar tersedia Pegawai Negeri Sipil yang memiliki kualitas tertentu

guna memenuhi salah satu persyaratan untuk diangkat dalam jabatan tertentu.

Pendidikan dan pelatihan Jabatan Struktural SPAMA mempunyai peran yang

sangat pentmg dan srrategis dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia

aparatur yang diperiukan bagi tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan di segala bidang kehidupan masyarakat. Sasaran khususnya adalah

menyediakan tenaga-tenaga handal di jajaran birokrasi Pegawai Negeri Sipil. Di

samping itu juga untuk melaksanakan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat,

sejalan dengan tugas-tugas kemasyarakatan yang diemban oleh Pegawai Negeri Sipil,

terutama dikaitkan dengan akan dilaksanakannya

secara penuh pada tahun 2001

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah sebagai pengganti

Undang-undang No. 5 Tahun 1974. Karena itu

penyiapan tenaga yang berkualitas

untuk sasaran tersebut hams disesuaikan dengan kualifikasi yang melekat pada tugas

dan fungsinya sebagai pejabat eselon III. Hal ini penting agar hasil pendidikan dan

pelatihan dapat diterapkan dan dapat meningkatkan efektifitas pekerjaan yang menjadi

tugasnya.

Pejabat eselon III adalah mempakan pejabat eselon menengah yang langsung

menangani dan mempertanggung jawabkan pekerjaan yang berkaitan langsung dengan

pelayanan masyarakat, dan sekaligus juga sebagai penentu keberhasilan kebijakan dari

lembaga / instansinya di bidang pemerintahan dan pembangunan. Tuntutan tersebut

diharapkan dapat dipenuhi dari lulusan pendidikan dan pelatihan Jabatan Struktural

SPAMA yang telah menunjukkan peningkatan kinerja.

(18)

Di lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat , unit kerja / lembaga yang

diberi tugas dan kewenangan untuk melaksanakan kegiatan penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan pegawai adalah Pendidikan dan Latihan (DIKLAT )Propinsi

Jawa Barat. Adapun pendidikan dan pelatihan Jabatan Struktural yang menjadi tugas

dan kewenangannya sebagaimana telah penulis singgung di atas pemntukkannya

adalah sebagai berikut:

• Diklat ADUM, diperuntukkan bagi mereka yang telah menduduki jabatan eselon V,

atau yang dianggap potensial untuk menduduki jabatan tersebut.

• Diklat ADUMLA , diperuntukkan bagi mereka yang telah menduduki jabatan

eselon IV, atau pejabat eselon V yang dianggap potensial untuk dipromosikan

menjadi eselon IV.

• Diklat SPAMA, diperuntukkan bagi mereka yang telah menduduki jabatan eselon

III, atau pejabat eselon IV yang dianggap potensial untuk dipromosikan menjadi

eselon III.

B. Permasalahan

/. Identifikasi Masalah

Penulis memfokuskan penelitian ini pada masalah yang berkaitan dengan

kinerja ( performance ) alumm pendidikan dan pelatihan Jabatan Struktural SPAMA

bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Dengan

penelitian ini penulis akan mencoba mengungkapkan ha! - hal yang berkaitan dengan

kinerja lulusan pendidikan dan pelatihan Jabatan Struktural SPAMA

Dengan semakin meningkatnya tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan, maka lulusan diklat Jabatan Struktural SPAMA, dituntut pula untuk

(19)

Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti sampai sejauh mana para alumni diklat Jabatan Stmktural SPAMA telah dapat memanfaatkan hasil-hasil diklatnya sesuai dengan tuntutan job description bagi pejabat eselon III.

Dilain pihak peningkatan kualitas dalam tugas-tugas pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan khususnya dalam pelayanan masyarakat menuntut

perlunya peningkatan dalam pengetahuan dan keterampilan pejabat yang bersangkutan.

Dengan melalui pendidikan dan pelatihan Jabatan Struktural SPAMA diharapkan

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat diaplikasikan hingga dapat

mengakomodasikan harapan-harapan tersebut, yang telah diprogram oleh Pemerintah

Propinsi Jawa Barat melalui penugasan kepada Pendidikan dan Latihan (DIKLAT )

Propinsi Jawa Barat.

2. Batasan Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan dibahas pada kinerja

lulusan pendidikan dan pelatihan Jabatan Stmktural SPAMA di lingkungan Pemerintah

Propinsi Jawa Barat, khususnya mereka yang berasal dari dinas/instansi tingkat

Propinsi Jawa Barat.

3. Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah tersebut di atas, serta sesuai pula dengan latar

belakang permasalahan yang telah penulis uraikan di atas ,maka penulis membuat

rumusan masalahnya sebagai berikut:

" Bagaimana kinerja lulusan peserta pendidikan dan pelatihan Jabatan

Struktural Pegawai Negeri Sipil SPAMA di Lingkungan Pemerintah
(20)

C. Tujuan Penelitian

/. Tujuan Umum

Sesuai dengan rumusan masalah, maka secara umum tujuan penelitian adalah : a. Untuk memperoleh gambaran empirik mengenai kinerja ( performance ) lulusan

peserta pendidikan dan pelatihan Jabatan Struktural SPAMA.

Sasaran utamanya adalah mengenali kekurangan kekurangan atau hambatan

-hambatan peningkatan kinerja, terutama dalam hal pemanfaatan hasil pendidikan dan pelatihan, agar dapat dilakukan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan guna

peningkatan aplikasi yang lebih efektif disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

b. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis altematif langkah pengelolaan

pendidikan dan pelatihan yang dapat mengatasi hambatan dan kekurangan dalam

pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang diselenggarakan melalui pendidikan dan

pelatihan Jabatan Stmktural SPAMA, dalam rangka meningkatkan kemampuan

kerja eselon III

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui gambaran umum proses pendidikan dan pelatihan Jabatan Stmktural

SPAMA Pemerintah Propinsi Jawa Barat yang dilaksanakan di Pendidikan dan

Latihan (DIKLAT ).Propinsi JawaBaratdi Bandung.

b. Mengetahui pengamh pendidikan dan pelatihan Jabatan Struktural SPAMA

terhadap kinerja ( performance ) Pegawai Negeri Sipil dalam pelaksanaan

tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di lingkungan Pemerintah

Propinsi Jawa Barat

(21)

D. Kegunaan Penelitian

Untuk mempersiapkan pejabat eselon III, agar mereka memiliki pengetahuan,

keterampilan serta sikap/perilaku yang sesuai dengan tugas jabatan tersebut , maka

perlu adanya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.

Penelitian ini dirasa sangat penting untuk mengetahui kinerja ( performance )

lulusan pendidikan dan pelatihan Jabatan Stmktural SPAMA Karena itu penelitian im

akan mempunyai manfaat teoritis maupun praktis. Secara teoritis penelitian mempunyai

kegunaan dalam mengembangkan ilmu administrasi , temtama dalam penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia

aparatur, yaitu calon pejabat eselon III. Secara praktis penelitian ini untuk mengetahui

pemanfaatan lulusan pendidikan dan pelatihan Jabatan Stmktural SPAMA ( untuk

selanjutnya penulis sebut diklat SPAMA ) di lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa

Barat.

Penulis berpendapat bahwa hasil penelitian ini akan bermanfaat dan dapat

digunakan sebagai referensi untuk maksud penelitian sejenis.

E. Pertanyaan Penelitian

Penulis berpendapat bahwa pertanyaan

penelitian dapat

berguna

untuk

memfokuskan masalah, mengidentifikasikan data-data yang relevan untuk

dikumpulkan dan menunjukkan bentuk desain penelitian, termasuk teknis analisis yang

akan digunakan

Dari rumusan masalah tersebut di atas, maka dapat disusun pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

(22)

1 Bagaimana gambaran umum penyelenggaraan diklat SPAMA menyangkut landasan

hukum, struktur kurikulum, koordinasi antar instansi terkait, unsur penyelenggara,

widyaiswara serta prasarana/sarana penyelenggaraannya ?

2. Bagaimana tingkat kemampuan pengetahuan, keterampilan , motivasi,

sikap/perilaku dan wawasan dari lulusan diklat SPAMA ?

3. Bagaimana hubungan sosial lulusan diklat SPAMA , baik dengan atasan , mitra

kerja dan pihak ke-3 ?

4. Apakah lulusan diklat SPAMA telah menunjukkan peningkatan produktivitas ? 5. Apakah kriteria lulusan diklat SPAMA sudah sesuai dengan tuntutan Pengguna ?

F. Paradigma Penelitian

Pokok-pokok pikiran yang menjadi landasan dalam penelitian ini seperti diuraikan sebelumnya memberikan suatu gambaran bahwa performance lulusan diklat SPAMA akan tinggi, apabila outputnya memenuhi kriteria tertentu serta sesuai dengan

standar yang dibutuhkan oleh Instansi ( Pengguna) yang mengirimnya.

Pengguna mempunyai tuntutan agar lulusan diklat SPAMA menunjukkan

peningkatan kinerja. Seorang yang mengikuti pendidikan dan pelatihan secara normatif

akan menunjukkan peningkatan pengetahuan, keterampilan, motivasi, sikap/perilaku

dan wawasan. Dan kalau meningkat pengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku

kemudian diaplikasikan dalam pekerjaan, maka akan terjadi peningkatan produktivitas

kerja dan peningkatan pelayanan intern dan ekstern. Peningkatan pengetahuan,

keterampilan, sikap/perilaku dan peningkatan produktivitas kerja dan pelayanan intern

dan ekstern menunjukkan indikator dari kinerja lulusan diklat SPAMA.

(23)

Hal tersebut dapat digambarkan dalam paradigma sebagai berikut:

DIKLAT

I P o

LULUSAN 3L Fenomena: - Pengetahuan - Keterampilan - Motivasi - Sikap/Perilaku - Wawasan IfT UMPAN BALIK PENGGUNA V Indikator Peningkatan: 1. Pengetahuan Keterampilan Pengalaman 2. Hub. Sosial

dengan atasan, mitra kerja dan pihak ke-3 3. Produktivitas

Gambar 1. Paradigma Penelitian

Penyelenggaraaan pendidikan dan pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama ( SPAMA ), berdasarkan pada Surat Keputusan Ketua Lembaga Administrasi Negara ( L.A.N.) Nomor 384 A/LX/6/4/1995 tanggal 28 Maret 1995. Di dalamnya memuat persyaratan bagi calon peserta, antara lain mengenai kepangkatan terendah (III/c) dan sudah menduduki jabatan eselon IV, serta lulus dari ujian saringan.

Hal ini agar dapat memenuhi persyaratan akademik calon peserta pendidikan dan

pelatihan.. Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, di samping unsur peserta,

juga perangkat kurikulum, widyaiswara ( tenaga pengajar ) dan unsur penyelenggaraan

(sumber daya) hams diperhatikan dan dimantapkan.

Ini semua sebagai masukan ( input ) , agar dalam proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar. Dalam proses pembelajaran sendiri, perlu diperhatikan agar

widyaiswara

yang

ditugaskan

mengajar,

betul-betul

yang

memiliki

kemampuan/kompetensi .Di samping itu pelayanan kelas dan administrasi dalam

(24)

menunjang proses pembelajaran hams memuaskan. Dari masukan tersebut di atas,

maka diharapkan akan menghasilkan output (lulusan ) yang memenuhi kriteria sebagai

calon pejabat eselon III. Dari diklat SPAMA ini mereka diharapkan akan memperoleh

tambahan pengetahuan, keahlian/keterampilan, wawasan serta meningkatnya motivasi

kerja.

Sementara itu Instansi/atasan ( Pengguna ) yang mengirim siswa tersebut

mengharapkan agar lulusan diklat SPAMA dapat memenuhi harapan-harapan yang

sesuai dengan tuntutan standar yang diinginkan. Di samping hal-hal tersebut di atas,

juga perlu peningkatan hubungan sosial yaitu kerjasama dengan pimpinan/atasan,

mitra kerja ( rekan sejawat) dan pihak ke-3 serta peningkatan produktivitas kerjanya.

Pihak ke-3 di sini maksudnya adalah rekan kerja di luar instansi atau masyarakat yang

memerlukan pelayanan.

Dengan cara membandingkan fenomena lulusan dengan tuntutan indikator

standar kerja yang diinginkan Pengguna , maka dapat diharapkan adanya umpan balik

(feed back) bagi penyelenggaraan diklat SPAMA selanjutnya.

(25)

- i ni

j-in"fill INhil..

r l h i J ib

(26)

BABHI

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja lulusan peserta pendidikan

dan pelatihan Jabatan Struktural SPAMA di lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa

Barat, yaitu mereka yang bekerja di Dinas, Instansi, Lembaga di tingkat Propinsi Jawa

Barat. Secara khusus kepada lulusan peserta diklat SPAMA ini belum pernah diteliti

kinerjanya, karena itu penulis merasa terdorong untuk melakukannya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan metoda kualitatif, jadi tidak menguji

suatu hipotesis, namun akan mendeskripsikan data yang diperoleh, sehingga ditemukan

sesuatu yangdapat dijadikan bahan kajianselanjutnya.

Menumt Moleong ( 2000 : 4 - 8 ) penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri.

Ciri ke-1 : Latar Alamiah

Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari

suatu keutuhan (entity).

Ciri ke-2 : Manusia sebagai Alat (Instrumen)

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain mempakan

alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena , jika memanfaatkan alat yang

bukan manusia dan mempersiapkannya terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan

dalam penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian

terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan.

Ciri ke -3 : Metode Kualitatif

Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif digunakan

karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah

(27)

apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara

langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden, dan ketiga, metode ini

lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh

bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Cirike -4 : Analisis Data Secara Induktif

Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif. Analisis data induktif

digunakan karena beberapa alasan, yaitu pertama, lebih dapat menemukan

kenyataan-kenyataan ganda; kedua, membuat hubungan peneliti - responden menjadi eksplisit dan

akontabel; ketiga, lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat

keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya;

keempat, lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam

hubungan-hubungan ; dan terakhir, dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai

bagian dari struktur analitik.

Ciri ke -5 : Teori dari Dasar (Grounded Theory)

Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantif

yang berasal dari data.

Ciri ke - 6: Deskriptif

Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran

penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara ,

catatan lapangan, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada penulisan

laporan demikian , peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh

mungkin dalam bentuk aslinya. Hal ini hendaknya dilakukan seperti orang merajut , sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata tanya

"mengapa", "alasan apa", dan "bagaimana terjadinya" akan senantiasa dimanfaatkan

(28)

oleh peneliti. Dengan demikian peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu

sudah memang demikian keadaannya.

Ciri ke-7 : Lebih mementingkan Proses daripada Hasil

Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi "proses" daripada " hasil". Hal

ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akanjauh lebihjelas

apabila diamati dalam proses.

Ciri ke-8 : Adanya Batas yang ditentukan oleh Fokus

Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam penelitiannya atas dasar

fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian.

Ciri ke-9 : Adanya Kriteria Khusus untuk Keabsahan Data

Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, reliabilitas, dan obyektivitas dalam versi

lain dibandingkan dengan lazim digunakan dalam penelitian klasik.

Ciri ke -10 : Desainyang bersifatSementara

Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terns meneras disesuaikan dengan

kenyataan lapangan. Jadi tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat dan

kaku sehingga tidak dapat diubah lagi.

Ciri ke- 11 : Hasil Penelitian dirundingkan dan disepakati bersama

Penelitian kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang

diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber

data.

Seorang peneliti yang mengadakan penelitian kualitatif biasanya berorientasi pada

orientasi teoritis. Pada penelitian kualitatif , teori dibatasi pada suatu pernyataan

sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data yang

diuji kembali secaraempiris.

(29)

Dari ciri-ciri yang dikemukakan oleh Moleong di atas , jelas bahwa peneliti

mempakan instrumen utamanya, dan datanya dianalisis secara kualitatif dan juga

dengan pendekatan kualitatif. Ini berarti peneliti langsung melakukan penelitian

terhadap para lulusan diklat SPAMA yang berada di lingkungan Dinas, Instansi dan Lembaga Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Di samping alumni diklat SPAMA ,

responden penelitian juga diarahkan pada pimpinan / atasan dan mitra kerja alumni

diklat SPAMA tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan untuk memahami dan menafsirkan makna suatu

interaksi kerja dan perilaku pegawai dalam situasi tertentu menumt pengamatan

peneliti.

Nasution ( 1996 : 8-9) menyebut penelitian kualitatif dengan penelitian naturalistik kualitatif, yang juga menyebutkan ada 14 ( empatbelas ) kriteria, yang

antara lain adalah:

a. Data langsung diambil dari setting alami

b. Penentuan sampel ditentukan secara purposive c. Peneliti sebagai instrumen pokok

d. Lebih menekankan pada proses daripada hasil, sehingga bersifat deskriptif analitik

e. Analisa data secara induktif atau interpretasi bersifat idiografik f. Mengutamakan makna dibalik data.

Dari pendapat Moleong dan Nasution tersebut , maka penelitian kualitatif

memiliki ciri atau karakteristik pokok sebagai berikut:

Pertama, mengandung arti bahwa seorang peneliti mencari informasi atau menggali

data langsung dari sumber data yang representatif tanpa membenky^i^^^atment

(30)

memperoleh suatu gambaran ( tentang fenomena kinerja lulusan diklat SPAMA )

seperti adanya tanpa suatu rekayasa.

Kedua, mengandung arti bahwa dalam menentukan sampel harus disesuaikan dengan

tujuan penelitian, oleh karena jumlahnya sangat terganttmg pada pertimbangan

kelengkapan informasi yang dibutuhkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Nasution

(1996 : 32 - 33 ) " untuk memperoleh informasi sampling dapat ditemskan sampai

dicapai tingkat redundancy , ketuntasan atau kejenuhan". Artinya bahwa sampel telah

dianggap memadai apabila telah ditemukan pola tertentu dari data / informasi yang

dikumpulkan.

Ketiga, yaitu menempatkan peneliti sebagai instrumen rasional dari karakteristik ini,

karena manusia ( peneliti ) mempunyai adaptabilitas yang tinggi. Dengan demikian

senantiasa dapat terus menerus menyesuaikan diri terhadap situasi yang berubah

-ubah, serta senantiasa dapat memperhalus pertanyaan - pertanyaan untuk memperoleh

data secara rinci dan mendalam sesuai dengan tujuan yang akan dicapai (Nasution : 54

- 55 ). Di samping itu manusia sebagai instrumen dapat memlai apakah kehadirannya

menjadi faktor pengganggu sehingga apabila terjadi hal yang demikian ia pasti dapat

menyadarinya serta dapatmengatasinya. Dengan demikian manusia ( peneliti) sebagai instrumen pokok memiliki senjata untuk dapat memutuskan secara luwes dan dapat

digunakan serta dapat menilai keadaan dan dapat mengambil keputusan ( Moleong ,

2000 : 19 ).

Keempat, mengandung makna terhadap penekanan proses daripada produk, sehingga bersifat deskriptif analitik, berimplikasi pada data yang dikumpulkan dalam penelitian

ini lebih cenderung dalam bentuk kata-kata ( Miles dan Huberman, 1984 : 15 ).

Laporan penelitian kualitatif kaya dengan deskripsi tentang aspek - aspek masalah

(31)

yang menjadi fokus penelitian. Walaupun demikian bukan berarti bahwa dalam

penelitian kualitatif bebas dari laporan yang berbentuk angka - angka.

B. Populasi dan Sampel

Suatu penelitian tentu memeriukan data dan informasi dari pihak yang terkait

dengan masalah yang perlu diungkapkan melalui suatu teknik dan alat pengumpul data

yang tepat. Populasi atau sampel mempakan sumber data yang dapat memberikan

informasi pada suatu penelitian.

Goetz dan Le Compte ( 1984 : 67 ) menyatakan bahwa populasi adalah :

"Determining relevant population and choosing selection and sampel

procedure are related to how reseacher defines data and how units ofdata are

conceptualized. Although the term population commonly is used refer to

potential respondent or participants in a study , non human phenomena and

imanimate objects also are potential population. Groups ofpeople conduct

their activities within finite and circumtances each of the factors comprises a

boundedpopulationfrom which ethnographus select andsampel".

Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh Goetz dan Le Compte tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi itu pada umumnya adalah para responden atau orang yang

sedang diteliti atau sekelompok orang yang sedang melakukan aktivitas dalam suatu

kondisi. Selain itu populasi dapat pula yang bukan manusia seperti obyek, waktu dan

lingkungan tertentu. Peneliti seringkali tidak berhadapan dengan populasi , akan tetapi

dipilihsampel dengan teknik sampling.

Menumt Nasution ( 1982 : 64 ) teknik sampling dapat dibagi dua, yaitu probability dan non probability sampling. Probability sampling adalah random

sampling proportionate, stratified random sampling , disproportionate stratified random

sampling , dan area sampling. Sedangkan yang termasuk non probability sampling

(32)

adalah sampling sistematis, samplingkuota, sampling aksidental, purposive sampling,

sampling jenuh dan snowball sampling.

Penelitian kualitatif menggunakan teknik " purposive sampling " dan "snowball sampling", yakni meminta responden dan menunjuk orang lain yang dapat

memberikan informasi . Dalam "purposive sampling " anggota sampel yang dipilih

secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya, dan ini diharapkan bergulir kepada

responden lain yang sejenis dengan tujuan penelitian ( snowball sampling). Menumt

Lincoln dan Guba ( 1985 : 202 ) tujuan penggunaan purposive sampling adalah untuk

mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Penelitian kinerja lulusan diklat SPAMA di lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat menggunakan dua macam sumber data, yaitu sumber data manusia dan

sumber data dokumentasi. Sumber data manusia terdiri dari alumni diklat SPAMA, pimpinan/atasan alumni diklat SPAMA dan mitra kerja sesama eselon TV atau III.

Mereka ini akan sekaligus menjadi sampel . Sedangkan sumber dokumentasi akan meneliti data-data atau dokumen yang erat relevansinya dengan kinerja lulusan diklat struktural SPAMA , temtama kaitannya dengan pembinaan sumber daya manusia

aparatur melalui pendidikan dan pelatihan.

Jumlah populasi lulusan diklat SPAMA di seluruh Jawa Barat ( baik di

lingkungan Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota ) dari mulai April 1995 sampai

dengan Maret 2000 adalah 1178 orang . Sedangkan jumlah populasi lulusan di

lingkungan Pemerintah Propinsi JawaBarat saja dari April 1996 sampai dengan Maret

2000 ada sebanyak 117orang. Dengan prinsip purposive dan snowball sampling, maka

penulis akan memilih sampel responden yang diperkirakan dapat mewakili populasi

(33)

tersebut. Disamping itu responden lainnya adalah para atasan alumni dan mitra kerja mereka. Sumber data responden tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2 : Responden Penelitian Kinerja

ft** DINAS/INSTANSI RESPONDEN JUMLAH

1 Sekretariat Daerah Jawa Barat 1 Alumni 4 orang

2 Kepala Biro 3 orang

3 Mitra Kerja Alumni 3 orang

2. Dinas Peternakan Jabar 1 Alumni 3 orang

2 KaSubDinas 2 orang

3 Mitra Kerja Alumni 2 orang

3. Dinas Pertanian Jabar 1 Alumni 3 orang

2 KaSubDinas 2 orang

3 Mitra Kerja Alumni 2 orang

4. Bappeda Jabar 1 Alumni 3 orang

2 Ka Bidang 2 orang

3 Mitra Kerja Alumni 2 orang

5. BKPMD Jabar 1 Alumni 1 orang

2 Sekretaris BKPMD 1 orang

3 Mita Kerja Alumni 1 orang

6. Dinas Perindustrian Jabar 1 Alumni 3 orang

2 Ka Dinas 1 orang

3 Mitra Kerja Alumni 1 orang

7. Dinas Perkebunan Jabar 1 Alumni 2 orang

2 KaSubDinas 2 orang

3 Mitra Kerja 2 orang

8. Dinas Pertambangan Jabar 1 Alumni 2 orang

2 KaSubDinas 3 orang

3 KaDinas 1 orang

4 Mitra Kerja Alumni 1 orang

9 PMD Jabar 1 Alumni 2 orang

2 KabagTU/Ka Bidang 3 orang 3 Mitra Kerja Alumni 2 orang 10. Inspektorat Daerah Prop. Jabar 1 Alumni 2 orang

2 Inspektur Pembantu 2 orang 3 Mitra Kerja Alumni 2 orang

11. Dinas Tenaga Kerja Jabar 1 Alumni 2 orang

2 Kabag. TU 1 orang

3 Mitra Kerja Alumni 1 orang

12. Diklat Prop. Jabar 1 Alumni 3 orang

2 Kabag TU./Ka Bidang 2 orang 3 Mitra Kerja Alumni 2 orang

13. Dinas Kesehatan Jabar 1 Alumni 2 orang

2 Kabag.TU 1 orang

3 Mitra Kerja Alumni 1 orang

14. Dinas P dan K 1 Alumni 2 orang

2 KaSubDinas 1 orang

3 Mitra Kerja Alumni 1 orang

15. KORPRI Jabar 1 Alumni 2 orang

2 Sekretaris KORPRI Jabar 1 orang

3 Mitra Kerja Alumni 1 orang

16. DLLAJ Jabar 1 Alumni 2 orang

2 KaDinas 1 orang

(34)

No. DINAS /INSTANSI RESPONDEN JUMLAH

17 Dinas Pendapatan Jabar 1. Alumni 2 orang

2. KaSubDinas 1 orang

3. Mitra Kerja Alumni 1 orang

18 Dinas Perikanan Jabar 1. Alumni 1 orang

2. KaSubDinas 1 orang

3. Mitra Kerja Alumni 1 orang

19 Dinas PU Cipta Karya Jabar 1. Alumni 1 orang

2. KaBag TU. 1 orang

3. Mitra Kerja Alumni 1 orang

20. Dinas PU Pengairan Jabar 1. Alumni 1 orang

2. Ka SubDin. 1 orang

3. Mitra Kerja Alumni 2 orang

21. Dinas Sosial Jabar 1. Alumni 1 orang

2. Ka Sub Din. 1 orang

3. Mitra Kerja Alumni 2 orang

22. Dinas Pariwisata Jabar 1. Alumni 2 orang

2. KaSubDinas/Kabag TU 2 orang

3. Mitra Kerja Alumni 1 orang

23. BAPEDALDA Jabar 1. Alumni 1 orang

2. Ka Sub Din. 1 orang

3. Mitra Kerja Alumni 1 orang

J u m l a h 118 orang

C. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian kualitatif dapat berubah, disesuaikan dengan

kenyataan yang dihadapi di lapangan. Dalam hal demikian , instrumen lebih bersifat

lentur, tidak kaku atau ketat. Hal tersebut diakibatkan antara adanya realitas ganda di

lapangan yang secara tepat belum diketahui dan tidak dapat diramalkan sebelumnya,

apa yang bembah sebagai akibat interaksi antara peneliti, realitas dan bermacam sistem

nilai yang terkait dengan cara yang tidak dapat diramalkan ( Moleong, 2000 : 8 ).

Dalam uraian karakteristik tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode

penelitian kualitatif menekankan bahwa peneliti sebagai instrumen utama, di mana

peneliti mengadakan penelitian yang terjun langsung ke lapangan untuk mengadakan

wawancara. Peneliti dapat langsung menarik kesimpulan dari " natural setting"

sebagaimana adanya tanpa ada yang mempengaruhi secara sengaja.

(35)

Rancangan dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan terns

berkembang sesuai dengan situasi di lapangan untuk mendapatkan data bersifat

"emic" ( segi pandangan responden ). Sesuatu yang akan dicari dari objek penelitian

belum jelas dan pasti dari sumber datanya yang diharapkan.

Penelitian kualitatif memandang realitas itu bersifat holistik ( menyeluruh ) tidak dapat dipisah - pisahkan dalam variabel penelitian. Instmmen yang utama adalah

peneliti sendiri sesuai dengan fokus penelitian.

Instrumen dalam bentuk wawancara yang sudah ada dapat berkembang terns,

yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkannya dengan yang telah

ditemukan melalui penjajakan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif peneliti

sebagai instrumen penelitian dipandang sangat tepat dengan alasan (1) Peneliti dapat

bereaksi dengan peka terhadap segala stimulus dari lingkungan yang hams diperkirakan

bermakna atau tidak bagi penelitian, (2) Peneliti dapat menyesuaikan diri terhadap

semua aspek keadaan , dan dapat secara sekaligus mengumpulkan beraneka ragam

data, (3) Interaksi yang melibatkan responden dari pimpinan/mitra kerja dapat

dipahami dan dirasakan berdasarkan penalaran, (4) Peneliti dapat segera menganalisis

dan menafsirkan data yang diperoleh, sehingga dapat melahirkan hipotesis dan

sekaligus mengetesnya sebagai temuan penelitian dan selanjutnya dapat merumuskan

suatu kesimpulan.

Untuk memudahkan penafsiran terhadap jawaban-jawaban responden dalam

instrumen penelitian, penulis menggunakan angka-angka ( skore ) relatif yaitu angka 1

menunjukkan sangat rendah, angka 2 menunjukkan rendah, angka 3 menunjukkar

(36)

D. Teknik Pengumpulan Data

Bogdan dan Biklen ( 1982 : 72 - 74 ) menjelaskan " keberhasilan suatu

penelitian sangat tergantung kepada ketelitian kelengkapan catatan lapangan yang

disusun peneliti ". Penelitian ini disusun melalui teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Kuisioner ( Angket)

Kuisioner ( angket ) yaitu dengan menyiapkan daftar pertanyaan sebelumnya. Penyampaiannya dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung ( dengan melalui kurir atau pos ). Dalam penelitian ini penulis akan mengajukannya secara langsung kepada alumm diklat SPAMA , untuk menjaring data dengan pertanyaan - pertanyaan yang menyangkut pemanfaatan pengetahuan , keterampilan, sikap perilaku, kompetensi widyaiswara, profesionalisme penyelenggara, serta faktor -faktor yang mempengaruhi kinerja lulusan diklat SPAMA.

2. Wawancara

Husaini dan Purnomo ( 1996 : 57 - 58 ) menyatakan bahwa wawancara ialah tanya

jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung di mana pewawancara disebut interviewerdan yang diwawancara disebut interviewee , dan berguna untuk (1) mendapatkan data di tangan pertama (primer), (2) pelengkap teknik

pengumpulan lainnya, (3) menguji hasil pengumpulan data lainnya.

Wawancara dilakukan kepada subyek penelitian yaitu para lulusan diklat struktural

SPAMA , pimpinan / atasan , serta mitra kerja alumm sesama eselon IV dan III

pada Kantor Dinas / Instansi di lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat serta

Diklat Propinsi Jawa Barat.

(37)

3. Studi Dokumentasi

Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk

menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Berdasarkan pendapat Lincoln

dan Guba yang dipetik oleh Moleong ( 2000 : 161 ) penggunaan dokumen antara

lain dengan alasan - alasan (1) dokumen mempakan sumber ynag stabil, kaya dan

mendorong , (2) berguna sebagai 'bukti' untuk suatu pengujian, (3) sesuai dengan

penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, (4) tidak

reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi, dan (5) hasil

pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh

pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

Studi dokumentasi dilakukan untuk menjaring data tentang kriteria akademik

peserta atau penyelenggara diklat SPAMA Job description pejabat eselon IV dan

III, serta kebijaksanaan baik yang berkaitan dengan peningkatan dan pembinaan

Pegawai Negeri Sipil melalui diklat SPAMA , maupun dengan kebijaksanaan intern di lingkungan Departemen Dalam Negeri umumnya dan Pemerintah Propinsi

Jawa Barat khususnya.

£. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, tahapan - tahapan penelitian belum memiliki batas - batas yang tegas, namun meskipun demikian Lincoln dan Guba ( 1985 : 235 - 236 ) dan Nasution ( 1988 : 33 ) mengemukakan adanya tahapan penelitian sebagai berikut:

1. Tahap Orierttasi

Tahapan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap dan jelas

tentang masalah yang akan diteliti, juga berguna untuk lebih memantapkan desain serta

(38)

menentukan fokus penelitian beserta narasumbemya . Pada tahapan ini peneliti telah

menjajagi kunjungan secara informal ke beberapa kantor Dinas / Instansi di lingkungan

Pemerintah Propinsi Jawa Barat khususnya di Diklat Propinsi Jawa Barat. Peneliti

mencoba mencari informasi awal guna menentukan permasalahan apa yang akan diteliti

atau fokus penelitian. Setelah itu dimatangkan dalam suatu seminar desain sesuai dengan program Pasca Sarjana dengan pembimbing yang telah ditentukan.

2. Tahap Eksplorasi

Pada tahapan ini mempakan tahap penelitian yang sebenarnya , yakni dengan mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

Tahap ini dapat dilaksanakan setelah mendapatkan ijin / rekomendasi dari Lembaga /

Dinas / Instansi yang bersangkutan.

Untuk mengumpulkan data atau informasi yang diperiukan , maka dilakukan

wawancara dengan subyek penelitian / narasumber yang dipandang representatif

dengan menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya, agar pembicaraan tidak keluar dari fokus penelitian.

Untuk lebih melengkapi data yang diperiukan , peneliti juga mengadakan studi

dokumentasi yang berfungsi mengecek atau sebagai triangulasi, serta digunakan sebagai acuan penilaian hasil penelitian. Dan untuk menjaring data atau informasi secara lengkap digunakan buku catatan dan alat perekam (tape recorder).

Untuk mengetahui data yang masuk, maka pada tahap ini juga dilakukan

analisis dengan cara mereduksi catatan lapangan yang terkumpul serta merangkum

masalah - masalah yang dianggap penting secara lebih sistematis.

(39)

3. Tahap Member Check

Pada tahapan ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran data dan informasi

yang telah terkumpul , agar hasilnya dapat lebih akurat dan dapat dipercaya dan

dipertanggung jawabkan. Pengecekan dilakukan dengan cara mengkonfirmasikan

dengan narasumber yang ada.

Selanjutnya untuk lebih memantapkan dan meyakinkan kebenaran data dan informasi , dilakukan pula observasi dan dokumentasi serta triangulasi kepada responden ataupun narasumber lain yang dapat memberikan gambaran tentang data

dan informasi yang diperiukan. Pelaksanaan waktu member check juga bersamaan

dengan tahap eksplorasi, sehingga baik waktu maupun data dan informasi akan didapat

secara bersamaan.

Tahap member check dilakukan terhadap pimpinan/atasan dan mitra kerja

alumni SPAMA, dan ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana data dan

informasi yang sudah terkumpul dapat dipercaya / absah.

F. Prosedur Analisis Data

Mengingat penelitian ini dilaksanakan melalui pendekatan kualitatif, maka analisis dilakukan semenjak data pertama dikumpulkan sampai penelitian berakhir

secara terns menerus. Dan untuk memberikan makna terhadap data yang telah dikumpulkan , maka dilakukan analisis dan interpretasi dengan menggunakan

komparasi teoritik.

Unit - unit analisis data yang menjadi responden di lapangan adalah :

1. Alumni Diklat SPAMA.

Alumni diklat SPAMA sebagai responden obyek penelitian melalui kuisioner

dan wawancara tersebar di 23 (duapuluh tiga) Dinas / Instansi di tingkat Propinsi Jawa

(40)

Barat. Adapun nama - nama alumni yang akan dijadikan responden dan Dinas /

Instansi tempat mereka bekerja dapat dilihat dalam lampiran (tabel 3 ).

2. Pimpinan /Atasan

Responden lainnya yang menjadi obyek penelitian adalah para pimpinan /

atasan alumni diklat SPAMA yang berada di Dinas / Instansi di lingkungan

Pemerintah Propinsi Jawa Barat, baik pejabat eselon III dan II. Secara terperinci nama

- nama para pejabat tersebut dapat dilihat dalam lampiran (tabel 4 ).

3. Mitra Kerja

Untuk memperkuat data yang diperiukan dalam menunjang hasil penelitian ini, di samping data yang diperoleh dari alumni SPAMA dan pimpinan / atasannya , juga

responden yang dapat memberikan data adalah para mitra kerja alumni SPAMA, yaitu

sesama eselon IV atau III di lingkungan kerja masing - masing. Hal ini agar data yang diperoleh menjadi sahih ( valid ). Para responden mitra kerja tersebut dapat dilihat dalam lampiran (tabel 5 ).

Analisis data dilakukan dengan berpedoman pada prosedur yang disarankan

oleh Nasution ( 1988 : 129 - 130 ) dan Huberman ( 1984 : 21 ) yaitu :

1. Reduksidata

2. Display data

3. Mengambil kesimpulan dan verifikasi data.

• Reduksi data ialah kegiatan merangkum dan meringkas catatan - catatan dari

lapangan dengan memilih dan memilah data dan informasi yang penting dan

berhubungan dengan fokus penelitian tentang kinerja lulusan diklat SPAMA.

Untuk lebih memantapkan data dan informasi yang terkumpul dan agar lebih

grounded ( berdasar pada data ), maka verifikasi dilakukan selama penelitian

(41)

berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin tingkat kepercayaan hasil penelitian.

• Display data ialah suatu kegiatan merangkum hasil penelitian dalam susunan yang sistematis untuk mengetahui tingkat kinerja dari lulusan diklat SPAMA, yaitu :

1) membuat rangkuman secara deskriptif dan sistematis, sehingga dengan mudah

diketahui tema sentral.

2) memberi makna sesuai dengan fokus penelitian.

• Verifikasi adalah suatu kegiatan pengujian tentang kesimpulan yang telah diambil

dengan data pembanding yang bersumber dari pra survey dan data lainnya, dan

dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga menghasilkan

kesimpulan yang akurat.

G. Cara - cara Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian

Banyak kriteria yang lazim yang digunakan untuk menetapkan validitas

(keabsahan / tingkat kesahihan ) hasil penelitian dari penelitian kualitatif. Lincoln dan

Guba ( 1985 : 301 - 304 ) menjelaskan bahwa tingkat kepercayaan suatu penelitian

naturalistik diukur oleh kriteria antara lain kredibilitas (validitas internal) dalam

penelitian. Kriteria ukuran tentang kebenaran data yang dikumpulkan dalam penelitian

kualitatif lazim disebut 'validitas internal', yang menggambarkan kecocokan konsep

peneliti dengan konsep yang ada pada responden maupun narasumber. Persoalan yang

menyatakan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya , ini berkaitan dengan kredibilitas ( validitas internal ). Oleh karena itu kredibilitas mengungkapkan

kenyataan -kenyataan hasil penelitian yang sesungguhnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan hal - hal

sebagai berikut:

(42)

a. Triangulasi, yaitu mengecek kebenaran data dengan cara membandingkan dengan data atau informasi yang didapat dari sumber lain, pada berbagai fase lapangan dengan menggunakan metode yang berlainan.

b. Peer Debriefing ( pembicaraan dengan kolega ).

Kegiatan ini dilakukan untuk membicarakan catatan-catatan lapangan , baik dengan kolega maupun sesama satu profesi , misalnya dengan sesama widyaiswara. Dari

kegiatan ini diharapkan ada masukan - masukan dan pandangan obyektif dan netral,

sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil penelitian.

c. Pengumpulan bahan referensi

Bahan referensi yang dimaksud adalah hasil rekaman untuk mendapatkan gambaran

lengkap tentang informasi yang diberikan oleh narasumber dan diupayakan untuk

memahami apa yang disampaikan, agar kemungkinan kesalahan sangat kecil.

d. Mengadakan Member Check

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan keyakinan terhadap data / informasi

yang diberikan oleh narasumber , perlu selalu dikonfirmasikan sehingga tidak

terjadi kekeliruan yang berarti. Dan data / informasi yang didapat apabila ada

kekurangan akan ditambah dan diperbaiki bersama dengan narasumber.

Demikianlah metodologi yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini, sesuai

dengan kondisi yangada di lapangan, dan relevansi antarapenelitian yang dilaksanakan

dengan tujuan penelitian yang akan dihasilkan.

(43)
(44)

BABV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari hasil temuan penelitian dan pembahasan yang disajikan dalam Bab IV,

maka dalam Bab V ini akan disampaikan kesimpulan dan saran sebagai kajian data

empirikdari kuisioner dan wawancara serta studi dokumentasi, sebagai berikut:

A. KESIMPULAN I. Umum

1. Proses penyelenggaraan diklat SPAMA sudah sejalan dengan PP. No. 14 tahun

1994 tentang pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil, yang dijabarkan

dengan SK. Ketua LAN RI No. 384 A/ IX / 6 / 4 / 1995 yang diperbahami dengan

SK. Ketua LAN RI No. 932 / IX / 6 / 4 / 1998 dan terakhir dengan SK. Ketua LAN

RI No. 358 / LX / 6 / 4 / 2000 tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat Spama.

Kurikulum tahun 1995 jumlah jam pelajarannya adalah 750 jam dengan waktu

penyelenggaraan selama 3 bulan 10 hari, sedang kurikulum tahun 1998 / 2000

jumlah jam pelajarannya 400 jam dengan waktu penyelenggaraan selama 56 hari.

Jadi ada perpendekan waktu penyelenggaraan diklat SPAMA.

2. Penyelenggaraan diklat SPAMA melibatkan beberapa instansi yaitu LAN RI

sebagai Pembina (pedoman dan kurikulum), Badan Diklat Departemen Dalam

Negeri sebagai Pembina Teknis (seleksi peserta dan monitoring), Biro Kepegawaian

(menyusun daftar nominatif peserta diklat) dan Diklat Propinsi Jawa Barat sebagai

instansi penyelenggaradiklat SPAMA.

3. Sebagai penyelenggara diklat SPAMA , Diklat Propinsi Jawa Barat dapat dinilai

sudah profesional. Hal ini dikarenakan Diklat Propinsi Jawa Barat sudah cukup

(45)

lama berpengalaman sebagai penyelenggara berbagai jenis diklat pegawai, baik

diklat Struktural, Teknis dan diklat Fungsional.

Untuk meningkatkan keterampilan aparat penyelenggara diklat, mereka diberi

pelatihan " Training Official Course " ( TOC ).

Panitia penyelenggara diklat SPAMA berintikan staf Bidang Penjenjangan dan

dibantu oleh para pengamat kelas yang sudah mendapat pelatihan TOC. Tugas

pengamat kelas antara lain mempersiapkan kelas sebelum proses pembelajaran

dimulai serta melayani kebutuhan tenaga pengajar / widyaiswara dan peserta diklat.

Jadi dalam hal ini kinerja Diklat Propinsi Jawa Barat secara kelembagaan dinilai

sudah baik.

4. Tenaga pengajar diklat SPAMA terdiri dari widyaiswara dan pejabat struktural

yang dianggap memiliki kemampuan dan kompetensi di bidang materi yang

diajarkan. Tenaga pengajar struktural ada yang berasal dari Diklat Propinsi Jawa

Barat dan ada yang berasal dari instansi lain. Demikian pula widyaiswara ada yang

berasal dari Diklat Propinsi Jawa Barat sendiri, dan ada yang berasal dari LAN RI

Perwakilan Jawa Barat.

Widyaiswara dalam menjalankan proses pembelajaran (dikjartih) pada umumnya

telah sesuai dengan kriteria akademik serta tugas dan fungsinya. Ini berdasarkan

penilaian peserta diklat SPAMA sesuai dengan format evaluasi berdasarkan Surat

Edaran Bersama Kepala BAKN (sekarang BKN) dan Ketua LAN RI Nomor 31 / SE

/1985 dan Nomor 240 / SEKLAN / 1985 tanggal 16 Desember 1985.

5. Prasarana dan sarana Diklat Propinsi Jawa Barat pada umumnya sudah memadai,

kecuali kamar-kamar tidur peserta diklat yang diisi dengan tempat tidur bertingkat

( susun ), dan tidak tersedianya meja belajar dan lemari pakaian. Hal ini karena

(46)

keadaan ruangan tidur yang tidak memungkinkan diisi peralatan tersebut. Sedangkan

sarana kegiatan belajar dan mengajar sudah memadai , bahkan tersedia cadangan

bila terjadi gangguan / kemsakan.

Perpustakaan Diklat Propinsi Jawa Barat juga memiliki buku-buku yang cukup

memadai untuk melayani kebutuhan peserta diklat, bahkan setiap tahun disediakan

anggaran untuk dapat tems menambah koleksinya.

II. Khusus

1. Lulusan diklat SPAMA yang tersebar di 23 dinas / instansi di lingkungan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat , telah menunjukkan peningkatan

pengetahuan, keterampilan dan sikap / perilaku yang cukup signifikan, dan telah

diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas pekerjaan sehari-hari. Mereka juga

telah menunjukkan peningkatan motivasi dan rasa percaya diri yang tinggi hingga

dapat mendorong kreativitas dan inovasi dalam pekerjaan. Karena itu hal ini cukup

dapat menimbulkan kepercayaan dari atasannya maupun mitra kerjanya.

2. Kinerja pelayanan alumni diklat SPAMA juga menunjukkan peningkatan yang

signifikan. Pelayanan ini bisa bersifat intern, dalam arti pelayanan di lingkungan

dinas / instansi yang bersangkutan, dan juga menyangkut pelayanan ekstern, yaitu

pelayanan keluar dinas / instansi atau juga pelayanan masyarakat. Ini terganttmg pada jabatan mereka masing-masing. Ada jabatan yang langsung berhubungan

dengan masyarakat yang memeriukan pelayanan / bimbingan, dan ada jabatan yang

memberikan pelayanan / koordinasi kepada dinas / instansi lain seperti Bappeda,

Inspektorat Daerahdan Diklat Propinsi Jawa Barat.

(47)

Referensi

Dokumen terkait

>oto abdomen dengan posisi pasien prone dapat dilakukan bila bahan kontras lambat mengisi ureter atau vesica urinaria..

Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi vena porta yang menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting dalam fisiologis hati, mengalirkan darah yang

Usaha-usaha yang dilakukan untuk melindungi hewan gajah dan tumbuhan langka di Sumatra ….. Taman Nasional

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir 1.Memahami system pembangkitan tenaga listrik 1.3 Mengklasifikasikan pembangkit tenaga listrik keilmuan yang mendukung mata

Segala puji bagi Allah SWT yang tidak melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Studi

Melalui SP2010 ini, kita ingin memperoleh data dasar kependudukan dan perumahan yang sangat penting dan strategis yang sangat diperlukan baik oleh pemerintah, dunia usaha,

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan, tingkat efektivitas beserta faktor-faktor saja yang dapat menentukan efektivitas, dan kontribusi pajak hotel

Pemeriksaan crankshaft pada engine Daihatsu Granmax 1.5 Pu (3sz-Ve).. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu