VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENGUKURAN ASIMETRI MANDIBULA DALAM ARAH VERTIKAL BERDASARKAN KAJIAN RADIOGRAFI PANORAMIK
DAN SEFALOMETRI POSTERIOR ANTERIOR PADA MAHASISWA FKG USU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
Kirubanandan Sathya Moorthy NIM : 140600203
Pembimbing : 1. Ervina Sofyanti, drg.,Sp.Ort (K)
2. Dr.Trelia Boel, drg.,M.Kes.,Sp.RKG(K)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonsia Tahun 2018
Kirubanandan Sathya Moorthy
Validitas Dan Reliabilitas Pengukuran Asimetri Mandibula Dalam Arah Vertikal Berdasarkan Kajian Radiografi Panoramik Dan Sefalometri Posterior Anterior Pada Mahasiswa Fkg Usu.
XI + 42
Pengukuran kuantifikasi asimetri kraniofasial termasuk jarak linier, sudut, rasio dan perbedaan sisi antara kanan dan kiri telah banyak diteliti pada radiografi panoramik dan sefalometri PA. Perkembangan metode pengukuran diperlukan dalam penegakan diagnosis asimetri mandibula yang tepat dalam praktek kedokteran gigi untuk merawat kasus maloklusi dengan asimetri mandibula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas pengukuran asimetri mandibula dalam arah vertikal berdasarkan kajian radiografi panoramik dan sefalometri posterior anterior pada mahasiswa FKG USU berdasarkan teknik Kjellberg. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional pada 43 mahasiswa FKG USU dengan asimetri mandibula dalam arah vertikal dengan teknik Kjellberg menggunakan radiogrtafi panoramik dan sefalometri PA. Hasil validitas dan reliabilitas penelitian menunjukkan radiografi panoramik dan sefalometri PA menunjukkan valid dan reliabel dalam pengukuran asimetri mandibula dalam arah vertikal berdasarkan teknik Kjellberg.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pengukuran asimetri mandibula dalam arah vertikal pada kedua radiografi dengan menggunakan teknik Kjellberg, nilai p (0.073 – 0.321 > 0.05). Dapat disimpulkan bahwa penilaian asimetri mandibula dalam arah vertikal dapat menggunakan radiografi panoramik dan sefalometri PA.
Daftar Rujukan : 36 (1994 -2017)
PERNYATAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 04 Juni 2018
Pembimbing Tanda Tangan
Ervina Sofyanti,drg., Sp.Ort (K) ………
NIP: 198003232008122002
Dr.Trelia Boel, drg.,M.Kes.,Sp.RKG(K) ………....
NIP: 196502141992032004
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 04 Juni 2018
TIM PENGUJI
KETUA : 1. Ervina Sofyanti, drg.,Sp.Ort.(K)
2. Dr. Trelia Boel,drg.,M.Kes.Sp.RKG.(K)
ANGGOTA : 1. Prof. Nazruddin.drg.,PhD.C Ort.Sp.Ort.(K)
2. Mimi Marina Lubis,drg.Sp.Ort.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Validitas Dan Reliabilitas Pengukuran Asimetri Mandibula Dalam Arah Vertikal Berdasarkan Kajian Radiografi Panoramik Dan Sefalometri Posterior Anterior Pada Mahasiswa Fkg Usu” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua tercinta, yaitu Sathya Moorthy dan Vijaya, yang selalu ada untuk mendukung dan mendoakan penulis dalam mengerjakan skripsi ini sehingga semakin termotivasi dalam pengerjaannya.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat banyak bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., Sp.RKG(K) sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan sebagai pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, motivasi dan kesabaran untuk membimbing, diskusi, dan memberi saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik
2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort.(K) sebagai Ketua Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
3. Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort., sebagai koordinator skripsi di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
4. Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort.(K) sebagai pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, motivasi dan kesabaran untuk membimbing, diskusi, dan memberi saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Prof. Nazruddin.drg.,PhD.C Ort.Sp.Ort.(K) sebagai penguji yang telah
memberikan saran dan masukan untuk penulis.
6. Mimi Marina Lubis,drg.Sp.Ort. sebagai penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk penulis
7. Prof. Slamat Tarigan.drg.,Ms.,Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani program akademik.
8. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ortodonsia dan Unit Radiologi FKG Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan motivasinya.
9. Teman-teman terkasih Lavannya, Pavitraa, Thivashini dan Baldeep yang selalu ada dalam membantu dan memberi semangat kepada penulis sehingga penulis termotivasi dalam menyusun skripsi ini.
10. Teman-teman di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara yang telah saling membantu dan memberikan semangat, terutama untuk Jesslyn dan Keishini.
11. Teman teman angkatan 2014 yang saling mendukung satu sama lain dalam pengerjaan skripsi, serta seluruh senior dan junior yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam skripsi ini. Namun dengan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, pengembangan ilmu, dan masyarakat dibidang asimetri mandibular.
Medan, 06 Juni 2018
Penulis,
Kirubanandan Sathya Moorthy
NIM: 140600203
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL………..………….. vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN……… ix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Hipotesis Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Asimetri Mandibula… ... 6
2.2 Klasifikasi Asimetri ... . 7
2.2.1Asimetri Dental ... 7
2.2.2 Asimetri Skeletal ... 7
2.2.3 Asimetri Fungsional ... 9
2.2.4 Asimetri Jaringan Lunak ... 9
2.3 Pemeriksaan Klinis…... 10
2.3.1 Evaluasi Midline Gigi……….………….. 10
2.3.2 Evaluasi Oklusi Vertikal………. ………... 10
2.3.3 Evaluasi Oklusi Dalam Arah Transversal dan Sagital….. 11
2.3.4 Evaluasi Skeletal dan Jaringan Lunak Secara Transversal. 11
2.4 Radiografi………. 11
2.4.1 Sejarah Perkembangan Radiografi Kedokteraan Gigi……. 11
2.4.2 Radiografi Panoramik……….………. 12
2.4.3 Radiografi Posterior Anterior……….………. 13
2.4.4 Cone Beam Computed Tomography……… . 15
2.4.5 Metode Pengukuran... 17
2.4.6 Validitas dan Reliabilitas Pengukuran... 18
2.4.7 Akurasi Diagnosis Antara Radiografi Digital dan Konventional ... 19
2.4.8 Analisis Gambar Dalam Radiografi Digital………...…. 19
2.5 Kerangka Teori ……….. 21
2.6 Kerangka Konsep ……….. 22
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 23
3.1 Jenis Penelitian... 23
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 24
3.5 Alat dan Bahan……… 26
3.6 Prosedur Penelitian ... 28
3.7 Pengolahan Data………. 30
3.8 Analisis Data ... 30
3.9 Etika Penelitian... 31
BAB 4 HASIL PENELTIAN ... 32
BAB 5 PEMBAHASAN ... 35
BAB 6 KESIMPULAN ... 38
DAFTAR PUSTAKA ………. 39
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional………... 25 2. Distribusi jumlah sampel berdasarkan jenis kelamin dan usia... 32 3. Hasil validitas dan reliabiltas pengukuran asimetri mandibula dalam arah
vertikal pada radiografi Panoramik dan Sefalometri PA menggunakan Uji
Pearson... 33
4. Hasil menunjukkan rerata hasil pengukuran radiografi Panoramik dan
Sefalometri PA pada mahasiswa FKG USU menggunakan Chi-Square... 34
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Mandibula... ... 6
2. Asimetri Berhubungan dengan Hiperplasia Hemimandibular ... 8
3. Pasien dengan Elongasi Hemimandibular pada sisi kiri wajah ... 9
4. Diskrepansi Midline Gigi ... 10
5. Radiografi Panoramik………. 13
6. Titik-titik Analisis pada Radiografi Panoramik………… ………….. 13
7. Radiografi Sefalometri Posterior Anterior dalam Kasus Asimetri……. 15
8. Titik-titik Analisis pada Sefalometri Posterior Anterior………. 15
9. Radiografi CBCT………. 16
10. Pengukuran Tinggi Kondilus dan Ramus Mengunakkan Metode Kjellberg 17
11. Rumus untuk menghitung simetri mandibula menurut Indeks Simetri (IS) dari Kjellberg... 18
12. Alat-alat digunakan...……….. 27
13. Softcopy radiografi panoramik dan sefalometri posterior anterior…….. 27
14. Pemeriksaan klinis... 28
15. Pengukuran tinggi kondilus pada radiografi panoramik dengan menggunakan Software Cliniview... 29
16. Pengukuran tinggi kondilus pada radiografi sefalometri PA dengan
menggunakan Software Cliniview... 30
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian
2. Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent) 3. Kuesioner penelitian
4. Lembar pemeriksaan 5. Lembar biaya penelitian 6. Lembar Hasil Data Pretest 7. Lembar Hasil Data 8. Lembar Output Spss 9. Tabel r
10. Lembar Ethical Clearance
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu dalam suatu populasi memiliki karakteristik atau perbedaan tertentu yang terlihat unik. Simetri tubuh kanan dan kiri yang sempurna merupakan konsep hipotetis yang jarang berlaku pada makhluk hidup.
1,2Kata simetri berasal dari bahasa Yunani yaitu Symmetria yang berarti sebagai ukuran. Simetri didefinisikan sebagai korespondensi dalam ukuran, bentuk dan posisi relatif bagian pada sisi berlawanan dari garis pemisah atau bidang median.
3Saat diterapkan pada wajah manusia, terlihat ketidakseimbangan antara sisi kanan dan kiri.
3,4Penyimpangan dari simetri sempurna pada organisme dikenal beberapa jenis asimetri, antara lain : asimetri berfluktuasi, directional asimetri dan anti asimetri.
5Mandibula adalah satu-satunya tulang yang bergerak di tengkorak. Asimetri mandibula adalah salah satu kelainan kraniofasial yang umum terjadi karena pergeseran lateral pada garis tengah mandibula berawal dari pertumbuhan asimetri mandibula atau penyakit tertentu yang mempengaruhi pertumbuhan wajah.
6,7Menurut penelitian Kula (1994) , menyatakan apabila selisih perbedaan dimensi lebih dari 2-3 mm antara kedua sisi mandibula, maka keadaan tersebut dapat dianggap sebagai kondisi asimetri ( Cit Ramirez dkk., 2010).
8,9Beberapa peneliti yang lain menyatakan selisih perbedaan dimensi harus sama dengan atau lebih besar dari 4 mm untuk dianggap sebagai asimetri mandibula.
10,11Garis tengah gigi rahang atas dan rahang bawah idealnya bertepatan dengan garis tengah wajah. Jika garis tengah gigi mandibula bertepatan dengan titik dagu maka asimetri bersifat skeletal Asimetri mandibula dapat disebabkan oleh kurang atau berlebihnya pertumbuhan mandibula dan ramus, atau pengeseran mandibula karena pertumbuhan asimetri struktur lainnya.
1,12,13Dalam kasus asimetri mandibula menurut Severt dan Proffit, penyimpangan
dalam arah lateral lebih sering terjadi pada bagian bawah dari satu per tiga wajah, dan
85% kelainan yang menunjukkan kecenderungan pergeseran lateral ke sisi kiri yang
2
diwariskan sehingga terlihat pertumbuhan yang berlebihan di bagian kanan atau pertumbuhan yang kurang di sisi kiri mandibula.
14Oklusi yang tidak seimbang pada pasien dengan asimetri mandibula dapat menyebabkan distribusi ketegangan abnormal pada permukaan artikular dan menganggu proses remodelling osseus pada kondilus dan fossa glenoidalis. Hal tersebut menyebabkan tekanan berlebihan dan penurunan fungsional sendi temporomandibula. Penyimpangan mandibula untuk jangka waktu lama dapat menyebabkan asimetri mandibula, terutama di daerah kondilus karena selama periode pertumbuhan perpindahan kondilus pada fossa glenoidalis menginduksi pertumbuhan kondilus secara berbeda.
6,14,15Asimetri wajah dapat terjadi secara unilateral atau bilateral serta terjadi dan dalam arah vertikal, sagital dan transversal.
1,2,3Asimetri kondilus dalam arah vertikal dianggap sebagai faktor risiko yang menyebabkan gangguan sendi temporomandibula. Asimetri kondilus dalam arah vetikal ditentukan dengan membandingkan tinggi kondilus secara vertikal antara kondilus kiri dan kanan.
16Menurut penelitian Derlin menyatakan bahwa kondilus memainkan peran penting sebagai pusat utama pertumbuhan mandibula dan berperan sebagai pivot ujung rahang yang berfungsi di tengkorak (Cit Lin dkk).
17Akibat asimetri, aktivitas rahang akan menunjukkan sisi kanan dan kiri mandibula tumbuh secara tidak seimbang.
16,17Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramirez-Yanez dkk, untuk menentukan prevalensi asimetri mandibula selama periode gigi bercampur pada anak- anak. Penelitian secara retrospektif pada 327 anak-anak (laki-laki: 169; perempuan:
158), berusia antara 8 hingga 12 tahun. Empat pengukuran linear yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinggi ramus mandibula, lebar ramus, tinggi korpus, panjang korpus, dua pengukuran angular yaitu gonial mandibula (Go) dan kondilus mandibula (Co). Hasil penelitian menunjukkan lebih dari 50% (n=163) sampel mempunyai asimetri mandibula yang sedang hingga berat. Hal ini berkaitan dengan perbedaan indeks simetri sudut gonial dan sudut kondilus mandibula antara sisi kanan dan kiri.
8Menurut penelitian Vig dan Hewitt (1979) untuk mengetahui simetri berbagai
bagian wajah, mengevaluasi 63 sefalogram postero-anterior pada anak-anak normal
yang berusia 9 sampai 18 tahun (Cit Annison dkk). Hasil penelitian Vig dan Hewitt
menjelaskan bahwa rerata asimetri ditemukan pada sebagian besar anak-anak dengan
3
sisi kiri yang lebih besar. Daerah tengkorak dan mandibula menunjukkan kelebihan pada sisi kiri, sedangkan daerah rahang maksila menunjukkan sisi kanan yang lebih besar. Vig dan Hewitt menjelaskan pertumbuhan kondilus lebih ke arah kiri disebabkan oleh berlakunya adaptasi kompensasi kondilus sewaktu pertumbuhan mandibula yang bersifat independen dalam pola pertumbuhan dan perkembangan mandibula yang ditentukan secara genetik.
1Asimetri mandibula dapat didiagnosis melalui pemeriksaan klinis, fotografi dan pemeriksaan radiografi yang meliputi pandangan frontal dan lateral, misalnya radiografi sefalometri lateral (SL), sefalometri Postero-Anterior (PA), radiografi panoramik , cone-beamed computed tomography (CBCT), submento-vertex dan single- positron emission computed tomography (SPECT). Radiografi panoramik memungkinkan pandangan bilateral dan informasi yang memadai mengenai pengukuran vertikal. Proyeksi yang berguna untuk memeriksa struktur dental serta tulang maksila dan mandibula. Bentuk ramus mandibula dan kondilus pada kedua sisi dapat dibandingkan secara jelas.
1,3,4Studi pada radiografi panoramik menunjukkan bahwa pengukuran horizontal cenderung tidak dapat diandalkan karena variasi pembesaran nonlinier pada kedalaman objek yang berbeda, sedangkan pengukuran vertikal dan sudut dapat diterima jika kepala pasien diposisikan dengan benar pada peralatan.
18,19Proyeksi pada sefalometri PA menunjukkan rongga tengkorak, terutama tulang dahi dan rahang. Posisi dan teknik pengambilan membutuhkan perhatian khusus mengingat kesulitan dan keterbatasan yang sering dijumpai pada pemeriksaan sefalometri PA, antara lain : kesulitan dalam reprodusibilitas postur kepala, identifikasi titik referensi dari struktur anatomi yang tumpang tindih atau tidak teridentifikasi oleh karena teknik radiograf yang kurang baik, paparan radiasi yang berlebihan, serta potensi informasi yang kurang, yang hanya memberi informasi tentang asimetri dan lebar rahang.
6,20Pengukuran adalah prosedur menentukan kualitas atau kuantitas dari
karakteristik subjek penelitian. Pengukuran variabel menghasilkan sekumpulan nilai
atau atribut dari individu-individu yang disebut data. Data dianalisis untuk
menghasilkan informasi. Informasi diinterpretasikan dan digunakan oleh pengguna
4
hasil penelitian. Kesalahan dalam pengukuran, disebut measurement bias, menghasilkan data yang tidak valid, mengakibatkan hasil-hasil penelitian tidak valid, tidak benar. Aspek validitas dan reliabilitas suatu pengukuran memainkan peranan dalam tingkat persisi pengukuran. Konsep validitas menjadi suatu hal yang penting ketika mempertanyakan kualitas hasil suatu penelitian kualitatif. Konsep reliabilitas sering menjadi pertimbangan lain dalam menilai keilmiahan suatu temuan penelitian kualitatif dan juga memperlihatkan konsistensi hasil temuan ketika dilakukan oleh peneliti yang berbeda dengan waktu yang bebeda.
21,22Beberapa penulis menyatakan bahwa struktur yang paling penting dalam menentukan asimetri mandibula adalah kondilus dan ramus. Kjellberg (1994), memodifikasikan metode Habets dengan mengukur tinggi kondilus dari permukaan yang paling superior pada kondilus mandibula ke insisura mandibula. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dari perbedaan hasil pengukuran yang dihasilkan dari setiap mesin radiografi, pembesaran hasil radiografi dan kesalahan dalam penempatan posisi kepala.
21Dengan demikian, penilaian metode pengukuran sesuai dengan aslinya memerlukan penilaian validitas dan reprodusibilitas untuk menilai asimetri wajah dan penting dalam praktik klinis ortodonti sehari-hari. Radiografi panoramik merupakan radiografi rutin pada pasien usia tumbuh kembang yang dibutuhkan untuk diagnosis dan perawatan kelainan dental karena efek radiasinya lebih kecil dibandingkan radiografi lainnya, misalnya: sefalometri. Identifikasi asimetri wajah sejak usia dini pada pasien yang sedang tumbuh dapat membantu mencegah deformitas wajah yang berkaitan dengan pertumbuhan pada individu yang sedang mengalami tumbuh kembang. yang seharusnya dikaitkan dengan pertumbuhan sebagai individu mendekati masa remaja. Oleh karena itu, peneliti tertarik membandingkan penilaian asimetri mandibula berdasarkan kajian radiografi panoramik dan sefalometri PA karena sama- sama dinilai dalam arah frontal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana validitas pengukuran asimetri mandibula dalam arah vertikal
5
berdasarkan kajian radiografi panoramik dan sefalometri posterior anterior pada mahasiswa FKG USU?
2. Bagaimana reliabilitas pengukuran asimetri mandibula dalam arah vertikal berdasarkan kajian radiografi panoramik dan sefalometri posterior anterior pada mahasiswa FKG USU?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui validitas foto panoramik dan sefalometri PA pada kasus asimetri mandibula pada mahasiswa FKG USU?
2. Untuk mengetahui reliabilitas foto panoramik dan sefalometri PA pada kasus asimetri mandibula pada mahasiswa FKG USU?
1.4 Hipotesis Penelitian
1. Radiografi panoramik dan sefalometri PA sama-sama valid dan reliabel dalam mengukur asimetri mandibula dalam arah vertikal.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat teoritis adalah:
1. Dapat digunakan untuk menambah informasi tentang metode yang tepat untuk menilai simetri mandibula dan perawatan asimetri mandibula di klinik ortodonsia RSGM FKG USU.
2. Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat menambah data penelitian dan bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
Manfaat praktis adalah:
1. Memberikan informasi bagi klinisi dalam menegakkan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat untuk kasus asimetri mandibula.
2. Perkembangan mandibula pada saat usia pubertas merupakan masa dimana terjadi peningkatan permintaan perawatan ortodonti sehingga deteksi dari asimetri mandibula diharapkan dapat membantu meramalkan prognosis perawatan ortodonsia.
3. Sebagai sumber untuk penelitian lanjutan.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Mandibula merupakan satu-satunya tulang yang ada di tengkorak yang dapat bergerak serta tulang muka yang paling besar dan kuat (Gambar 1).
7,24Bagian wajah mencakup maksila, mandibula, dan asimetri skeletal lebih sering terjadi pada mandibula.
1Selain itu mandibula merupakan organ yang bebas bergerak dan dapat beradaptasi secara fungsional, sedangkan maksila terhubung kaku pada struktur skeletal yang berdekatan dengan sutura dan sinkondrosis.
7,25Gambar 1. Mandibula
242.1 Asimetri Mandibula
Asimetris mandibula adalah salah satu kelainan kraniofasial yang umum terjadi
karena pergeseran lateral pada garis tengah mandibula, yang berawal dari pertumbuhan
asimetris mandibula atau penyakit tertentu yang mempengaruhi pertumbuhan wajah.
6,7Menurut Kula menyatakan apabila selisih perbedaan dimensi lebih dari 2-3 mm antara
kedua sisi mandibula, maka keadaan tersebut dapat dianggap sebagai kondisi asimetri
(Cit Ramirez 2010).
8,9Beberapa peneliti yang lain menyatakan selisih perbedaan
7
dimensi harus sama dengan atau lebih besar dari 4 mm untuk dianggap sebagai asimetri mandibula.
10,11Asimetris mandibula dapat disebabkan oleh pertumbuhan mandibula dan ramus yang berlebihan atau kurang, atau pengeseran mandibula karena pertumbuhan asimetris struktur lainnya.
3Pengukuran simetri dari individu diukur dengan selish nilai kanan dan kiri dari sifat pasangan bilateral. Dengan mempelajari distribusi asimetri ini pada tingkat populasi, kita dapat membedakan antara tiga jenis asimetri biologis: asimetri berfluktuasi, asimetri directional dan antisimetri. Asimetri berfluktuasi ditandai dengan penyimpangan kecil yang random dari simetri bilateral sempurna. Penyimpangan kecil yang random ini menghasilkan distribusi asimetri normal atau leptokurtik sekitar rata- rata nol. Directional asimetri ditandai dengan distribusi simetri yang tidak berpusat di sekitar nol namun bias secara signifikan, terhadap sifat yang lebih besar baik di sisi kiri maupun kanan. Anti simetri ditandai dengan berpusat di sekitar rata-rata nol; Namun, individu simetris lebih jarang daripada yang terlihat pada distribusi asimetri yang berfluktuasis sehingga distribusinya lebih datar atau, yang paling ekstrem, bimodal.
Simetri directional dan antisimetri dikendalikan secara progresif dan cenderung memiliki signifikansi beradaptif. Asimetri yang berfluktuasi, di sisi lain, tidak mungkin bersifat adaptif karena simetri diharapkan menjadi keadaan ideal.
5,112.2 Klasifikasi Asimetri
Asimetri dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kraniofasial yang terlibat, yaitu tipe dental, skeletal, jaringan lunak dan fungsional.
1,3,42.2.1 Asimetri dental
Asimetri dental dapat disebabkan oleh kehilangan gigi sulung secara dini, kehilangan gigi secara kongenital, kebiasaan jelek seperti mengisap ibu jari sehingga dapat mengakibatkan lengkung gigi yang asimetri.
1,3,42.2.2 Asimetri Skeletal
Asimetri skeletal disebabkan oleh kelainan pada maksila atau mandibula
ataupun kedua rahang yang melibatkan satu atau lebih tulang di daerah kraniofasial.
1,3,48
Hasil dari asimetri skeletal mandibula telah diklasifikasikan oleh Obwegeser dan Makek menjadi dua kategori yaitu hiperplasia hemimandibula dan elongasi hemimandibula.
3,42.2.2.1 Tipe Asimetri Skeletal
2.2.2.1.1 Hiperplasia Hemimandibula
Hemimandibula hiperplasia adalah pembesaran satu sisi mandibula yang melibatkan kondilus, leher kondilus, ramus, dan badan mandibula. Perbedaan vertikal yang jelas dari mandibula terlihat secara klinis karena pertumbuhan mandibula yang meningkat pada satu sisi dapat menyebabkan turunnya mandibula sisi lain (Gambar 2).
Bagian yang berlawanan dari mandibula dipengaruhi oleh hiperplasia unilateral karena batas inferior berputar secara lateral dan ke arah atas. Akibatnya penampilan wajah terlihat meninggi pada di sisi yang terkena disertai penurunan ketinggian di sisi normal.
3,4,24Gambar 2. Asimetri berhubungan dengan hiperplasia hemimandibula
122.2.2.1.2 Elongasi Hemimandibula
Elongasi hemimandibula dikaitkan dengan perpanjangan kondilus dan ramus
dalam arah vertikal, atau sebagai perpanjangan dari tubuh dalam arah horizontal
(Gambar 3). Sisi yang mempengaruhi mandibula lebih panjang dari sisi lainnya tetapi
9
belum tentu dapat dikategorikan sebagai prognatisme. Pembesaran kondilus tidak jelas dan meski terjadi pemanjangan pada kondilus, tinggi wajah pada sisi yang terkena dan yang tidak terkena sama. Perubahan progresif yang dihasilkan oleh pertumbuhan kondilus berlebihan menyebabkan deviasi dagu dan juga crossbite. Biasanya, perpanjangan stabil saat pasien berhenti bertumbuh.
3,4,24Gambar 3. Pasien dengan elongasi hemimandibula pada sisi kiri wajah.
42.2.3 Asimetri Fungsional
Asimetri karena fungsional biasanya disebabkan oleh adanya gangguan yang menghalangi terjadinya posisi relasi sentrik yang benar yang berupa konstriksi rahang atas posisi gigi yang salah. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan kontak prematur saat relasi sentrik yang mengakibatkan terjadinya pergeseran mandibula.
1,3,42.2.4 Asimetri Jaringan Lunak
Asimetri jaringan lunak merupakan ketidakseimbangan pembentukan otot pada
wajah.
13,17Asimetri jaringan lunak biasanya menyebabkan disproporsi wajah dan
diskrepansi garis tengah wajah. Asimetri jaringan lunak biasanya juga dapat disertai
10
dengan penyakit seperti hemifasial atrofi atau cerebral palsy. Selain itu, fungsi otot yang abnormal dapat menyebabkan deviasi dental dan skeletal.
1,42.3 Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis dimulai dari keluhan utama pasien dan dilanjutkan dengan pemeriksaan riwayat medis. Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan visual pada seluruh wajah, palpasi untuk menentukan defek jaringan lunak atau tulang, pemeriksaan midline dental dan midline wajah.
1,3,42.3.1 Evaluasi Midline Gigi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan klinis evaluasi midline dental adalah sebagai berikut relasi sentrik, kontak inisial, dan oklusi sentrik dan saat membuka mulut (Gambar 4). Asimetri yang disebabkan oleh struktur skeletal atau dental yang tidak disertai oleh faktor lain akan menunjukkan diskrepansi midline pada saat relasi sentrik dan oklusi sentrik.
13Asimetri yang disebabkan oleh gangguan oklusal dapat menyebabkan pengeseran mandibula di mana pergeseran boleh sama atau berlawanan dengan arah asimetri dental atau diskrepansi skeletal. Evaluasi kondisi TMJ juga perlu dilakukan untuk mencegah asimetri fungsional.
1-4Gambar 4. Diskrepansi midline dental
42.3.2 Evaluasi Oklusi Vertikal
Bidang oklusal yang miring menunjukkan adanya perbedaan tinggi kondilus
dan ramus pada sisi kanan dan kiri. Asimetri ini dapat diobservasi dengan menginstruksi
pasien mengigit sebuah tongue blade dan memeriksa relasi berdasarkan dataran
11
interpupil.
1,3,4Lundstorm menyatakan bahwa penggunaan median maksilary raphe sebagai garis referensi masih kurang reliabel untuk mengevaluasi asimetri dalam arah vertikal.
132.3.3 Evaluasi Oklusi dalam Arah Transversal dan Sagital
Evaluasi dental dalam arah transversal perlu dilakukan untuk mengetahui apakah penyebab asimetri bersifat skeletal, dental dan atau fungsional. Contoh kelainan yang dapat dijumpai adalah crossbite posterior yang bersifat unilateral. Selain itu dapat ditemukan asimetri lengkung gigi yang disebabkan oleh faktor lokal, misalnya, kehilangan desidui prematur atau rotasi lengkung gigi dan pendukung basis tulang anteroposterior atau arah lateral. Oleh karena itu, lengkung gigi juga harus diperhatikan secara menyeluruh saat pemeriksaan klinis, dengan menggunakan model gigi untuk melihat simetris posisi molar dan kaninus kiri dan kanan.
1,3,42.3.4 Evaluasi Skeletal dan Jaringan Lunak Secara Transversal
Asimetri mandibula dapat diobservasi secara klinis dengan melihat dari arah frontal dan memperhatikan relasi titik yang terletak pada dagu dengan struktur wajah yang lain. Perbandingan struktur bilateral, deviasi di dorsum dan ujung hidung dapat dinilai dengan mengevaluasi jaringan lunak.
12.4 Radiografi
2.4.1 Sejarah perkembangan radiografi kedokteran gigi
Sinar-X pertama kali ditemukan oleh Wilhem C. Roentgen, seorang professor
fisika dari Jerman pada tahun 1895 saat melihat fluoresensi yang berasal dari kristal
barium platinosianida, sehingga dianugerahi hadiah Nobel pada tahun 1901. Pada akhir
Desember 1895 dan awal Januari 1896, Otto Walkhoff, seorang dokter gigi
berkebangsaan Jerman adalah orang pertama yang menggunakan sinar-X pada foto gigi
premolar rahang bawah. Beliau untuk membuat radiografi dental yang pertama
menggunakan teknik bitewing sederhana dan memasukkan lempeng kaca fotografi yang
dibungkus dengan kertas hitam ke dalam mulutnya sendiri dan kemudian diberi paparan
sinar radiografi selama 25 menit.
2712
Radiografi dibidang ilmu kedokteran gigi yaitu pengambilan gambar menggunakan alat radiografi dengan sejumlah radiasi untuk membentuk bayangan yang dapat dikaji pada film pemeriksaan radiografi.
1,2,9Pemeriksaan radiografi merupakan pemeriksaan yang sangat berguna dalam diagnosis perawatan ortodonti dan diperlukan sebagai pemeriksaan penunjang, terutama untuk melihat ada tidaknya asimetri skeletal dan jaringan lunak. Radiografi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, intra-oral dan ekstra-oral.
2Pemeriksaan radiografi ekstra-oral seperti sefalometri dan panoramik sering digunakan untuk mengevaluasi asimetri skeletal dan jaringan lunak pada wajah karena dengan foto radiografi tersebut kita dapat melihat perbedaan yang terdapat pada sisi kiri dan sisi kanan.
2,32.4.2 Radiografi Panoramik
Gambaran radiografi panoramik memberikan gambaran kondilus, ramus, dan badan mandibula dalam satu foto (Gambar 5).
1,3,4Gambaran ini biasanya penting untuk mengevaluasi kondilus yang mengalami erosi tulang yang luas, pertumbuhan atau patahan dari fraktur.
3Selain itu, di dalam foto panoramik terlihat regio prossessus kondilaris dan subkondilaris pada kedua sisi sehingga bisa langsung dilakukan perbandingan antara kondilus kanan dan kiri.
2Radiografi panoramik biasanya digunakan dalam rutinitas klinis. Radiografi ini memungkinkan pandangan bilateral dan informasi yang memadai mengenai pengukuran vertikal (Gambar 6).
2,3Penelitian pada radiografi panoramik menunjukkan bahwa pengukuran horizontal cenderung sangat tidak dapat diandalkan karena variasi pembesaran nonlinier pada kedalaman objek yang berbeda, sedangkan pengukuran sudut vertikal dan sudut dapat diterima jika kepala pasien diposisikan dengan benar.
2,3,18Cara proyeksi radiografi panoramik yang tepat, pasien berdiri atau duduk,
kedua tangannya memegang hand holder, atur posisi kepala, dengan dagu pada chin cup
mid sagital tepat di garis tengah. Pasien diminta menggigit bite plastic atau bite teb
secara edge to edge / tumpang tindih gigi anterior maksila dan mandibula. Kondisi sinar
x, kVp =70- 100, mA= 10-15. Sumber sinar x dan film berputar mengelilingi rahang
pasien yang akan diperiksa selama 10-15 detik.
2813
Gambar 5. Radiografi Panoramik
4Gambar 6. Titik titik analisis pada radiografi panoramik
92.4.3 Radiografi Sefalometri Postero Anterior (PA)
Sejak diperkenalkannya sefalogram PA konvensional pada tahun 1930an, sefalogram PA telah digunakan dalam diagnosis ortodontik dan diagnosis ortognatik dan perencanaan pembedahan untuk pengobatan asimetri (Gambar 6).
13,20Sefalogram PA memberikan informasi mediolateral yang berharga yang tidak hanya berguna untuk
Points:
Or = Orbitale, the lower most point on the orbit outline Go = constructed point at the angle of the mandible Me = menton
Co = Condylion, superior most point on condylar outline Sn = deepest point in the sigmoid notch outline Measurements:
1 = Condylar height 2 = Coronoid height 3 = Ramal height 4 = Corpus length 5 = Co-Go length 6 = Maxillary length
14
evaluasi asimetris wajah tetapi sangat penting untuk evaluasi melintang skeletal kraniofasial dan struktur dentoalveolar (Gambar 8).
Ketepatan dalam mengidentifikasikan titik-titik analisis pada radiografi sefalometri PA ditentukan oleh berbagai faktor. Titik-titik analisis yang terletak di lekukan tajam atau di persimpangan dua kurva biasanya lebih mudah diidentifikasi daripada titik yang terletak pada kurva datar atau lebar (Gambar 8). Titik-titik yang terletak di daerah kontras tinggi lebih mudah diidentifikasi daripada titik-titik yang terletak di daerah kontras rendah. Arah sinar-X sefalometri PA dari frontal menyebabkan superimposisi struktur lain, termasuk jaringan lunak di atas titik-titik analisis yang bersangkutan, mengurangi kemudahan identifikasi. Definisi tertulis yang tepat menggambarkan titik-titik analisis mengurangi kemungkinan kesalahan interpretasi. Pengalaman operator merupakan faktor penting karena peningkatan pengetahuan anatomi dan kemahiran dengan penampilan radiografi subjek mengurangi kesalahan interpretasi.
33Cara proyeksi sefalometri PA, pasien dalam keadaan berdiri, duduk, atau tidur telungkup, dahi dan hidung menempel pada kaset. Garis dari sudut mata ke meatus akustikus eksternus orbito-meatal tegak lurus kaset. Posisi kepala simetris kiri dan kanan dengan bidang midsagital (MSP) tegak lurus di garis tengah film. Arah sinar X pusat tegak lurus kaset, melalui MSP dengan titik pusat tepat di dasar hidung. Kondisi sinar X : kV70-100, mA 10-15 waktu proyeksi selama 1-2 detik.
28Proyeksi sefalometri PA dan analisis yang relevan merupakan tambahan
penting untuk evaluasi kualitatif dan kuantitatif daerah dentofasial. Namun, sefalogram
PA adalah proyeksi objek tiga dimensi (3-D) ke permukaan dua dimensi (2-D) yang
mengakibatkan distorsi dan kesalahan proyeksi. Hal ini menghasilkan perbedaan antara
pengukuran linier aktual dan pengukuran yang berasal dari sefalometri PA, yang telah
terdokumentasi dengan baik dalam literatur.
20Selanjutnya, sefalogram PA dapat
digunakan untuk membandingkan struktur kanan dan kiri karena jaraknya relatif jauh
dari sumber film dan sinar-X
4. Akibatnya, efek pembesaran yang tidak sama dengan
sinar divergen diminimalkan dan distorsi berkurang. Prinsip ini memungkinkan
perbandingan yang valid antara dua sisi wajah untuk mengevaluasi asimetri.
1315
Gambar 7. Radiografi Sefalometri PA dalam kasus asimetri
4Gambar 8. Titik titik analisis Kjellberg sefalometri PA
92.4.4 Cone-beam Computed Tomography (CBCT)
Sejumlah pencitraan tiga dimensi telah diperkenalkan untuk mengatasi beberapa keterbatasan dari pencitraan dua dimensi.
1.30Salah satu teknik yang diperkenalkan adalah CBCT yang dapat digunakan untuk mendeteksi asimetri skeletal dengan tepat.
Pengambaran CBCT pada regio kepala biasanya menghasilkan dosis radiasi yang efektif dan lebih rendah dari semua pemeriksaan radiografi dalam menilai asimetri
Points:
Or = Orbitale, the lower most point on the orbit outline Go = constructed point at the angle of the mandible Me = menton
Co = Condylion, superior most point on condylar outline Sn = deepest point in the sigmoid notch outline Measurements:
1 = Condylar height 2 = Coronoid height 3 = Ramal height 4 = Corpus length 5 = Co-Go length 6 = Maxillary length