KDMDNTERIAN?ENDIDTRAN DANKEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
UDAYANA
relp, (0351) 701771 rrx, (036 I ) 701765
UPT
PERPUSTAKAAN
Em,il :
pr@iuLlllra@Laid
SURAT
KETERANGAN
NO r 0008/UN.1,1,1.2.1/Perpns.00.0920r5
Ydg
he mda langan dibaNal ini KepalalPT
Perpustak@ UniveBnss Udayma menednskanNIP,
:
KanikaS{i,
S.Si., M Sc :197007112001122001Menang benar relah mentemhkm 2 eksemple Laponn ?enelitian dm 1 keping CD di UPT ?e+u$alam Univenita Udarea, dengan Judul:
Pengembrngan Modi, Pembelejlr,n Audio
Vhull
Be.blsisIT
Brgi Curu-Curu Sekol.hLu!r
Bi.s!B!giu
E KrbuD.ten T.bnnanPENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL BERBASIS IT BAGI GURU-GURU SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B
KABUPATEN TABANAN
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Oleh:
Desak Putu Eka Nilakusmawati, S.Si., M.Si./NIP. 19710611 199702 2 001 Komang Dharmawan, M.Math., Ph.D./NIP.19620218 198803 1 001
Drs. Ketut Jayanegara, M.Si./NIP.19650302 199203 1 001 Ni Made Asih, S.Pd., M.Si. / NIP.19770314 200604 2 001
Kartika Sari, S.Si., M.Sc./NIP.19700711 200312 2 001 Ir. I Putu Eka N. Kencana, MT./NIP.19650614 199203 1 004
Dibiayai dari DANA DIPA BLU Universitas Udayana Tahun Anggaran 2014, dengan Kontrak
Nomor: 219.37/UN.14.2/PKM.01.03.00/2014, Tanggal 5 Mei 2014
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS UDAYANA
ABSTRAK
Beberapa tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, adalah: (1) Mengenalkan cara-cara pembuatan dan pengembangan media pembelajaran audiovisual dengan menggunakan software Microsoft Power Point, Macromedia Flash, software lainnya bagi Guru-guru di SLB/B Tabanan untuk Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); (2) Meningkatkan kompetensi guru-guru dalam pengembangan media pembelajaran yang inovatif bagi siswa tuna rungu di SLB/B Tabanan; (3) Menghasilkan media pembelajaran yang lebih inovatif untuk mata pelajaran matematika dan IPA untuk siswa tuna rungu; dan (4) Menghasilkan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menyerap materi ajar secara lebih optimal.
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah berupa pelatihan pengembangan media pembelajaran audiovisual untuk pengajaran matematika dan IPA siswa tuna rungu dengan metode presentasi dan demonstrasi, dan praktik pembuatan media pembelajaran audio visual oleh peserta pelatihan secara mandiri maupun berkelompok. Dalam pelatihan, guru-guru akan dibantu mulai dari merancang media pembelajaran audiovisual, membuat media audio visual, dan pengembangan media audiovisual tesebut. Evaluasi dari kegiatan pengabdian ini meliputi pemberian pre test dan post test. Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah adanya peningkatan pengetahuan guru peserta pelatihan tentang pengembangan media pembelajaran audiovisual. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil analisis data skor pengetahuan peserta pada pre test dan post test, serta dari hasil observasi selama praktik oleh peserta pelatihan.
Hasil pelaksanaan kegiatan diperoleh bahwa pemberian pelatihan memberikan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan guru-guru di SLB.B Tabanan tentang cara-cara mengembangkan media pembelajaran audiovisual berbasis IT untuk pengajaran matematika dan IPA siswa tuna rungu di Sekolah Luar Biasa Bagian B Tabanan. Rata-rata nilai pre test adalah 60, Rata-rata-Rata-rata hasil post test adalah 83,33, dan Rata-rata-Rata-rata persentase peningkatan sebesar 42,21%, Media audiovisual dapat digunakan untuk pembelajaran di SLB.B untuk siswa tuna rungu yang masih memiliki sisa pendengaran (Hard of Hearing), sedangkan untuk kasus dimana siswa hilang total pendengarannya (deaf) lebih optimal menggunakan media visual saja.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan, karena atas
perkenan-Nya kegiatan “Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual Berbasis IT bagi Guru-Guru Sekolah Luar Biasa Bagian B Kabupaten Tabanan” dengan melalui upaya pelatihan, dapat dilaksanakan dengan baik dan laporan hasil kegiatan ini dapat
selesai tepat pada waktunya.
Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng. sebagai Ketua Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana, atas
dukungannya dalam kegiatan pengabdian ini.
2. Bapak Prof. Dr. Drs. A.A.Ngurah Anom Kumbara, MA, yang bertindak untuk
dan atas nama LPPM Universitas Udayana selaku penangung jawab kegiatan
Pengabdian kepada Masyarakat, atas dukungan dalam kegiatan pengabdian ini.
3. Ir. A.A.G. Raka Dalem, M.Sc. (Hons), selaku dekan FMIPA, atas dukungannya.
4. Bapak Kepala Sekolah SLB.B Tabanan serta guru-guru peserta pelatihan, yang
telah mengikuti pelatihan dengan tekun dan serius.
5. Teman-teman sejawat di FMIPA Unud atas sumbang sarannya, serta semua
pihak yang turut membantu demi kelancaran kegiatan pengabdian ini.
Laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari berbagai
pihak diterima dengan senang hati, demi perbaikan dimasa mendatang.
Denpasar, 25 November 2014
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Analisis Situasi... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
II. TUJUAN DAN MANFAAT ... 6
A. Tujuan ... 6
B. Manfaat ... 6
III. PELAKSANAAN KEGIATAN ... 8
A. Realisasi Pemecahan Masalah ... 8
B. Khalayak Sasaran ... 9
C. Metode Kegiatan ... 9
IV. HASIL KEGIATAN ... 11
A. Persiapan Kegiatan ... 11
B. Pelaksanaan Kegiatan ... 12
C. Hasil Pelaksanaan Kegiatan ... 16
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 19
A. Simpulan ... 19
B. Saran ... 20
DAFTAR PUSTAKA ... 21
I. PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Hak penyandang cacat dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 Pasal 11, yang berbunyi setiap penyandang
cacat mempunyai kesamaan untuk mendapat pendidikan pada satuan, jalur, dan jenjang
pendidikan sesuai jenis dan derajat kecacatan, dan Pasal 12 menekankan bahwa setiap
lembaga pendidikan memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada
penyandang cacat sebagai peserta didik pada satuan, jalur, dan jenis pendidikan sesuai
dengan jenis dan derajat kecacatan serta kemampuannya. Sehingga hak para
penyandang cacat memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan, dimana hal
ini dijamin oleh undang-undang.
Menurut Hansen (1980), Sekolah Luar Biasa adalah salah satu jenis sekolah
yang bertanggung jawab melasanakan pendidikan untuk anak-anak yang berkebutuhan
khusus. Sekolah luar biasa menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991
merupakan sekolah khusus yang diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang
kelainan fisik dan atau mental cacat.
Anak tuna rungu pada umumnya memerlukan fasilitas pendidikan yang relatif
sama dengan anak normal. Namun, karena anak tuna rungu mempunyai hambatan
dalam mendengar dan berbicara maka mereka memerlukan alat bantu khusus seperti
audiometer, hearing aids, audiovisual (berupa film, video tape, dan televisi), tape
recorder, spatel, cermin, dan gambar-gambar. Penggunaan media audio visual sangat
bermanfaat bagi siswa tuna rungu, karena melalui media audio visual siswa tuna rungu
dapat memperhatikan sesuatu yang ditampilkan, walaupun dalam kemampuan
mendengar yang terbatas.
Kesulitan guru dalam penyampaian materi pelajaran disebabkan karena siswa
tuna rungu mengalami masalah dalam pendengaran, disamping itu keterbatasan siswa
dalam kosa kata turut menjadi kendala dalam penyampaian materi pelajaran. Hal ini
berlaku bagi seluruh mata pelajaran termasuk matematika dan IPA. Seorang guru luar
biasa dalam penyampaian materi ajarnya harus jelas dan konsisten dalam menggunakan
kosa kata, karena latar belakang anak tuna rungu yang sangat kekurangan kosakata
dalam berkomunikasi. Menurut Khaer (2008), pengajaran akan lebih efektif apabila
sebenarnya. Melalui visualisasi, materi/isi ajar akan lebih mudah dipahami sehingga
akan meningkatkan kuantitas perolehan belajar siswa.
Pemanfaatan media pembelajaran untuk mengajaran siswa tuna rungu
merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk menunjang proses belajar di sekolah luar
biasa. Penelitian Effendi, et. al (2006) mengenai ”Penggunaan Media Cerita Bergambar Berbasis Pendekatan Komunikasi Total untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa
Anak Tuna Rungu Kelas Rendah di SLB Bagian B YPTB Malang” menjelaskan
penggunaan media cerita bergambar melalui komunikasi total dalam meningkatkan
kemampuan bahasa anak tuna rungu. Dalam memahami informasi dari lingkungannya,
anak tuna rungu sebagian besar mengandalkan kemampuan indera penglihatannya,
sehingga hal ini membuat para peneliti menggunakan media cerita bergambar dalam
neningkatkan kemampuan bahasa anak tuna rungu. Penggunaan media gambar yang
dikombinasikan dengan komunikasi total dalam pelajaran bahasa anak tuna rungu,
berpeluang memberikan hasil yang baik. Pemberian materi pembelajaran yang
menggunakan ilustrasi gambar yang relevan sangat membantu anak tuna rungu dalam
meningkatkan kemampuan bahasa, terutama memahami kosa kata yang terdapat dalam
materi ajarnya.
Khaer (2008) dalam penelitiannya mengenai ”Video Pembelajaran untuk Siswa Berkebutuhan Khusus Upaya Menemukan Suaru Model”. Visualisasai hasil video pembelajaran tersebut berisi tentang materi ajar, berupa visualisasai teks, drama yang
menggunakan bahasa isyarat, animasi dan teks, sehingga lebih mudah dipahami siswa.
Selama proses pemutaran, guru yang mengendalikan video tersebut berperan serta
menjelaskan isi dari video dengan menggunakan bahasa isyarat.
Penelitian mengenai ”Metode Pembelajaran Matematika di Sekolah Luar Biasa Tuna Rungu Melalui Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa” yang dilakukan oleh Nugroho (2009), menjelaskan hasil hasil belajar siswa setelah
menggunakan alat peraga pada pelajaran matematika. Pada saat kegiatan belajar
mengajar matematika, alat peraga digunakan agar dapat menghasilkan gambaran atau
bentuk yang mendekati nyata, sehingga para siswa dapat memahami dengan jelas
tentang materi yang dijelaskan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pembelajaran, media pembelajaran yang mendukung proses belajar sangat berperan
SLB/B Tabanan terletak di Jalan Pulau Batam No. 40, Kecamatan Tabanan,
Kabupaten Tabanan. Sekolah Luar Biasa SLB/B ini terdiri dari satuan pendidikan
SDLB, SMPLB dan SMALB. Karakteristik Sekolah Luar Biasa ini berbeda dengan
sekolah-sekolah pada umumnya, yaitu guru-guru pengampu mata pelajaran mempunyai
tugas mengajar untuk semua satuan pendidikan SDLB, SMPLB dan SMALB.
Siswa-siswa yang bersekolah di SLB/B ini merupakan Siswa-siswa-Siswa-siswa tuna rungu yang memiliki
kemampuan akademik yang bervariasi serta berasal dari beragam latar belakang
keluarga.
Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan dengan beberapa orang guru dan
Kepala Sekolah SLB/B Tabanan, diperoleh bahwa sebagian besar guru-guru di sekolah
ini kurang memanfaatkan media audio visual dalam proses pembelajaran, yang
disebabkan oleh minimnya pengetahuan dan ketrampilan guru-guru dalam pembuatan
media pembelajaran audio visual tersebut. Metode pembelajaran yang digunakan
selama ini adalah metode ora-aural, dimana anak-anak dibimbing untuk sedapat
mungkin berkomunikasi dengan cara berbicara dan menangkap pembicaraan orang lain,
tidak dengan isyarat/memakai keduanya (Komtal). Selain itu, guru-guru mengalami
kesulitan dalam menjelaskan materi dari buku pelajaran yang digunakan dari bahasa
verbal ke dalam bentuk visual. Kurangnya alat peraga visual, membuat guru-guru
mengambil inisiatif lain dengan menunjuk pada benda-benda yang ada di kelas secara
apa adanya, sehingga pembelajaran menjadi tidak optimal.
Mengingat kondisi terbatasnya penguasaan inovasi pembelajaran berbasis IT
yaitu media pembelajaran audio visual di satu sisi dan pentingnya penguasaan media
audio visual tersebut di sisi lain, maka perlu dikembangkan inovasi metode
pembelajaran matematika dan IPA dengan media audio visual yang dapat mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut, agar pembelajaran menjadi optimal. Berdasarkan
latar belakang di atas, maka pengabdian masyarakat ini bermaksud untuk mengatasi
permasalahan mengenai kurangnya penguasaan guru-guru dalam pengembangan media
pembelajaran audio visual, khususnya untuk pengajaran matematika dan IPA di SLB/B
B. Rumusan Masalah
Permasalahan dari para guru adalah masalah terbatasnya media alat bantu yang
tepat untuk mengajar anak tuna rungu. Standar kurikulum yang disetarakan dengan
siswa normal, tetapi tidak menyesuaikan dengan kebutuhan khusus anak tuna rungu
dalam memahami materi suatu pelajaran, turut menjadi kendala dalam penyampaian
materi ajar. Menjelaskan suatu materi pelajaran pada anak tuna rungu membutuhkan
metode dan media penyampaian yang berbeda dengan anak normal, karena jika
dibandingkan dengan anak normal maka siswa tuna rungu membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk menyerap dan memahami materi yang diajarkan.
Disamping itu, keterbatasan alat peraga dan tidak adanya penjelasan
gambar-gambar yang memadai sangat menyulitkan guru-guru untuk menjelaskan materi-materi
yang ada pada pelajaran tersebut. Bagi guru yang dapat menggambar hal tersebut tidak
menjadi masalah, namun tidak bagi guru-guru yang tidak dapat menggambar, sehingga
penjelasan materi hanya dijelaskan dalam bentuk tulisan dan dalam bentuk verbal
(oral). Visualisasai kata-kata sangat dibutuhkan pada mata pelajaran yang
membutuhkan banyak penjelasan materi berupa gambar, terutama pada mata pelajaran
Matematika dan IPA yang sangat membutuhkan alat yang lebih kearah visual.
Kurangnya alat peraga dan adanya kesulitan guru-guru di SLB/B Tabanan
dalam menjelaskan materi dari buku pelajaran yang digunakan dari bahasa verbal ke
dalam bentuk visual, serta terbatasnya penguasaan guru dalam inovasi media
pembelajaran berbasis IT merupakan kendala bagi guru-guru dalam pengajaran
Matematika dan IPA pada siswa tuna rungu di SLB/B Tabanan.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka kegiatan pengabdian masyarakat
”Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual Berbasis IT bagi Guru-Guru Sekolah Luar Biasa Bagian B Kabupaten Tabanan”, sangat penting untuk dilakukan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk: (1) menunjang guru-guru dalam rangka
memperlancar proses belajar mengajar; (2) meningkatkan kemampuan guru dalam
pengembangan media pembelajaran berbasis IT, dalam hal ini media audio visual; (3)
mengembangkan kemampuan profesionalisme guru khususnya SLB/B Tabanan; (4)
menyajikan media pembelajaran yang lebih inovatif untuk anak tuna rungu; dan (5)
menghasilkan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menyerap materi
Berdasarkan hal tersebut di atas maka permasalahan yang sangat memerlukan
penanganan adalah: Bagaimana mengenalkan cara-cara mengembangkan media
pembelajaran audio visual berbasis IT bagi guru-guru di SLB/B Tabanan untuk
pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa tuna rungu di Sekolah
Luar Biasa Bagian B Tabanan yang menjadi sasaran kegiatan pengabdian masyarakat
II. TUJUAN DAN MANFAAT
A. Tujuan Kegiatan
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, adalah:
1. Mengenalkan cara-cara pembuatan dan pengembangan media pembelajaran audio
visual dengan menggunakan software Microsoft Power Point, Macromedia Flash,
software lainnya bagi Guru-guru di SLB/B Tabanan untuk Pengajaran Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA);
2. Meningkatkan kompetensi guru-guru dalam pengembangan media pembelajaran
yang inovatif bagi siswa tuna rungu di SLB/B Tabanan;
3. Menghasilkan media pembelajaran yang lebih inovatif untuk mata pelajaran
Matematika dan IPA untuk siswa tuna rungu; dan
4. Menghasilkan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menyerap
materi ajar secara lebih optimal.
B. Manfaat Kegiatan
Hasil kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Peserta Didik
Peningkatan kemampuan guru-guru dalam pengembangan media pembelajaran
yang lebih inovatif akan memperlancar guru dalam penyampaian materi yang
diajarkan kepada siswa, yang berdampak positif pada peningkatan kualitas
mengajarnya dan akhirnya bermuara pada peningkatan pemahaman siswa terhadap
materi yang diajarkan.
2. Guru-guru
Menunjang guru-guru dalam rangka memperlancar proses belajar mengajar,
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesionalismenya, dan guru
dapat menyajikan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kemampuan
anak tuna rungu dalam menyerap informasi yang ada dalam media pembelajaran
3. Sekolah
Peningkatan kemampuan guru-guru didalam pengembangan media pembelajaran
yang lebih inovatif untuk siswa tuna rungu, serta peningkatan penguasaan ilmu
yang diajarkan akan berdampak secara langsung kepada peningkatan mutu institusi
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Realisasi Pemecahan Masalah
Tahapan pemecahan masalah di atas adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan draft materi pelatihan yang merupakan ringkasan atau rangkuman
dari isi materi pada buku-buku yang menjadi buku pegangan guru dalam pengajaran
matematika dan IPA di SLB/B Tabanan.
2. Dari ringkasan/rangkuman materi ajar tersebut kemudian menjadi bahan dalam
pembuatan media pembelajaran audio visual. Dalam ringkasan yang merupakan
materi ajar ini diberikan catatan-catatan khusus hal-hal/materi-materi mana yang
seringkali menjadi kendala siswa dalam memahami sehingga perlu mendapatkan
perhatian khusus ketika menuangkannya ke dalam media audio visual (merupakan
hasil kesepakatan antara pelaksana kegiatan dengan guru-guru sasaran kegiatan).
3. Tahap selanjutnya adalah tahap menuangkan konsep verbal yang ada dalam
ringkasan materi pelajaran tersebut ke dalam bentuk media pembelajaran audio
visual, dengan memanfaatkan sofware Microsoft Power Point, Macromedia Flash,
software lainnya.
4. Mempersiapkan beberapa media audio visual untuk pembelajaran matematika dan
IPA sebagai contoh-contoh yang akan dijadikan bahan dalam pemberian pelatihan
bagi guru-guru di SLB/B Tabanan.
5. Memperkenalkan cara-cara pembuatan media pembelajaran audio visual dengan
memanfaatkan beberapa sofware yang telah disebutkan di atas, menggunakan
metode ceramah dan demonstrasi untuk mendemonstrasikan tahapan-tahapan dari
pembuatan media pembelajaran tersebut.
6. Melakukan evaluasi peningkatan pemahaman guru-guru SLB/B Tabanan tentang
cara-cara pembuatan media pembelajaran audio visual untuk mata pelajaran
Matematika dan IPA, dengan praktik secara mandiri maupun berkelompok oleh
peserta pelatihan, sampai pada tingkat tuntas.
7. Jika masih terdapat kekurangan dalam kemampuan guru dalam pengembangan
media pembelajaran audio visual ini, maka semaksimal mungkin pelaksana
kegiatan akan mengupayakan untuk memberikan supervisi klinis bagi guru-guru
B. Khalayak Sasaran Strategis
Khalayak sasaran kegiatan ini adalah guru-guru pengampu mata pelajaran
Matematika dan IPA di Sekolah Luar Biasa Bagian B yang terpilih sebagai sasaran
kegiatan, serta sangat membutuhkan pelatihan ini dan sesuai dengan tujuan dari
kegiatan pengabdian masyarakat ini, yaitu guru-guru SLB/B Kabupaten Tabanan.
C. Metode Kegiatan
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah berupa pelatihan
pengembangan media pembelajaran audio visual dengan memanfaatkan beberapa
software seperti Microsoft Power Point, Macromedia Flash, software lainnya, untuk
pengajaran matematika dan IPA siswa tuna rungu dengan metode presentasi dan
demonstrasi, dan praktik pembuatan media pembelajaran audio visual oleh peserta
pelatihan secara mandiri maupun berkelompok. Dalam pelatihan, guru-guru akan
dibantu mulai dari merancang media pembelajaran audiovisual, membuat media audio
visual, dan pengembagan media audiovisual tesebut. Supervisi klinis akan diberikan
untuk guru-guru yang memerlukan penangan lebih, sehingga diharapkan materi
pelatihan dapat dipahami oleh semua guru sasaran kegiatan sampai pada tingkat tuntas.
Evaluasi dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, meliputi:
- Pemberian pre test tentang pengetahuan awal peserta pelatihan mengenai media
pembelajaran audio visual berbasis IT serta pengembangannya, pemanfaatan
software untuk pembuatan media pembelajaran audio visual, media yang biasa
dipergunakan sebelumnya dalam pengajaran matematika dan IPA siswa tuna rungu.
- Setelah diberikan pelatihan, akan diberikan evaluasi berupa post test mengenai
kemampuan guru dalam pengembangan media pembelajaran audio visual tersebut.
- Sebagai indikator keberhasilan kegiatan ini adalah adanya peningkatan kemampuan
guru dalam merancang media pembelajaran audiovisual, membuat media audio
visual, dan pengembagan media audiovisual untuk pengajaran siswa tuna rungu.
Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil analisis data skor pengetahuan peserta pada
pre test dan post test, serta dari hasil observasi selama praktik oleh peserta
pelatihan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah deskritif kualitatif terhadap data
menggunakan analisis statistika, yaitu statistif deskriptif dan inferensial. Statistik
deskriptif dipergunakan untuk melihat sebaran data semua variable penelitian,
sedangkan statistik inferensial dipergunakan untuk melihat keterkaitan antar satu
variabel dengan variabel lainnya. Hipotesis tindakan diuji dengan uji t (t test), dengan
ditetapkan taraf signifikansi sebesar 5%. Hipotesis yang diajukan adalah: Pemberian
pelatihan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan guru-guru dalam
pengembangan media pembelajaran audio visual berbasis IT untuk pengajaran siswa
IV. HASIL KEGIATAN
A. Persiapan Kegiatan
Persiapan kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi: Pembuatan materi pelatihan
yang merupakan ringkasan atau rangkuman dari isi materi pada buku-buku yang
menjadi buku pegangan guru dalam pengajaran matematika dan IPA di SLB/B
Tabanan. Sebagai program rintisan, materi yang diambil adalah Mata Pelajaran
matematika dan IPA untuk SD kelas 4.
Pemilihan materi khusus yang seringkali menjadi kendala siswa dalam
memahami, atau menjadi kendala guru dalam menjelaskan, sehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam menuangkannya ke dalam media audio visual.
Dalam hal ini, materi yang dipilih adalah Pecahan Senilai untuk mata pelajaran
matematika, dan untuk pelajaran IPA dipilih materi Daur Hidup Hewan.
Pada tahapan persiapan ini dilakukan penyusunan panduan cara-cara pembuatan
media pembelajaran audio visual dengan bantuan Microsoft Power Point dan
pembuatan materi pelatihan tentang teori-teori dan konsep dasar perancangan media
audio visual. Sedangkan penggunaan software Macromedia Flash, dan software
lainnya tidak diberikan pada pelatihan, karena disesuaikan dengan kondisi guru-guru di
lokasi kegiatan. Sebagian besar guru menyatakan bahwa penguasaan terhadap satu
software saja sudah cukup, asal bisa dimanfaatkan secara optimal.
Menuangkan konsep verbal yang ada dalam ringkasan materi pelajaran tersebut
kedalam bentuk media pembelajaran audio visual. Pada kegiatan ini, telah dibuat
beberapa media audio visual untuk pembelajaran matematika dan IPA sebagai
contoh-contoh yang akan dijadikan materi dalam pemberian pelatihan bagi guru-guru di SLB/B
Tabanan. Contoh-contoh media audio visual untuk materi pelatihan mengambil materi
pecahan senilai untuk mata pelajaran matematika dan materi daur hidup hewan untuk
mata pelajaran IPA.
Persiapan untuk evaluasi kegiatan, dibuat kuesioner untuk pre test dan post test.
Pre test tentang pengetahuan awal peserta pelatihan mengenai media pembelajaran
audio visual berbasis IT serta pengembangannya, pemanfaatan software untuk
pembuatan media pembelajaran audio visual, media yang biasa dipergunakan
mengenai kemampuan guru dalam pengembangan media pembelajaran audio visual
tersebut.
B. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pelatihan dilaksanakan pada tanggal 27 September 2014, bertempat di
SLB.B Tabanan. Pelatihan diikuti oleh 15 orang guru. Pelaksanaan kegiatan pelatihan
dengan metode presentasi dan demonstrasi, dan praktik pembuatan media pembelajaran
audiovisual oleh peserta pelatihan secara mandiri maupun berkelompok, serta
pemberian pre test dan post test untuk evaluasi kegiatan. Rangkaian kegiatan selama
pelatihan berlangsung didokumentasikan pada gambar-gambar berikut:
Gambar 1. Peserta pelatihan sedang mengerjakan pre test
Gambar 3. Peserta pelatihan sedang mendengarkan pemaparan materi
Gambar 5. Penyajian contoh media audiovisual mata pelajaran biologi
Gambar 7. Pembukaan Pelatihan oleh Wakil Kepala Sekolah SLB.B Tabanan
Gambar 8. Guru-guru Sedang Mengerjakan Post Test
Materi pelatihan yang diberikan tentang teori-teori dan konsep dasar
perancangan media audiovisual serta contoh media untuk mata pelajaran matematika,
dengan mengambil materi pecahan senilai. Contoh media untuk mata pelajaran IPA
C. Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Pengetahuan awal peserta pelatihan tentang media audiovisual dilihat dari
jawaban peserta pelatihan terhadap pre test yang diberikan. Pengetahuan awal peserta
pelatihan mengenai perlunya dikembangkan inovasi metode pembelajaran untuk
mengoptimalkan pembelajaran di kelas khususnya SLB.B. Seluruh peserta pelatihan
menjawab “perlu” dengan alasan-alasan antara lain: (1) karena siswa mengalami kekurangan audionya sehingga perlu inovasi metode pembelajaran; (2) karena hasil
belajar siswa akan lebih baik dan lebih optimal jika dilakukan inovasi metode
pembelajaran; (3) karena anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus lebih cepat
menyerap dengan metode pembelajaran yang inovatif; (4) inovasi metode pembelajaran
perlu untuk meningkatkan pemahaman siswa yang mengalami keterbatasan; (5) agar
siswa tidak bosan dengan metode pembelajaran yang diberikan oleh guru dan karena
ilmu pengetahuan itu berkembang seiring kemajuan teknologi; (6) perlu karena inovasi
metode pembelajaran memudahkan siswa maupun guru dalam kegiatan belajar
mengajar; (7) karena siswa akan lebih semangat belajar jika metodenya inovatif, dan
juga anak tidak akan cepat bosan; (8) dengan inovasi metode pembelajaran akan
mempermudah pencapaian pembelajaran sesuai karakteristik kekhususan siswa.
Jawaban peserta pelatihan pada pre test mengenai pertanyaan “apakah inovasi metode pembelajaran dengan memanfaatkan media audiovisual dapat mengatasi
permasalahan pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar menjadi optimal?”. Seluruh
peserta pelatihan menjawab “ya”, dengan alasan-alasan yang dikemukakan sebagai berikut: (1) sebab dengan melihat, siswa dapat mengingat sebagian pengetahuan yang
diberikan; (2) karena dengan audiovisual model pembelajaran bisa dibuat lebih menarik
sehingga siswa bisa berkonsentrasi dan lebih memahami maksud dari materi
pembelajaran yang disampaikan; (3) audiovisual sangat membantu anak memahami
konsep-konsep pembelajaran; (4) karena siswa SLB tidak bisa memahami materi secara
abstrak; (5) dengan dengan media audiovisual anak akan lebih cepat mengerti materi
yang disampaikan oleh guru; (6) siswa, khususnya yang bagian B tidak mampu
berimajinasi, jadi sangat diperlukan media audiovisual disamping melatih pendengaran
dan melihat materi; (7) media audiovisual membantu siswa menerima informasi
melalui indera yang masih berfungsi normal; dan (8) untuk kasus dimana siswa total
Soal pre test untuk pertanyaan apakah pernah memanfaatkan media audiovisual
untuk proses pembelajaran di kelas dan pada pembelajaran apa diberikan, sebagain
besar peserta pelatihan menyatakan tidak dan sebagian kecil saja menjawab “ya”.
Diantara peserta pelatihan yang menjawab tidak pernah memanfaatkan media
audiovisual, mereka menggunakan media kartu gambar untuk pembelajaran Bahasa
Indonesia dan matematika, media gambar, dan software paint dalam pembelajaran .
Sedangkan untuk sebagian kecil peserta yang menyatakan pernah menggunakan media
audiovisual, mereka memanfaatkan Microsoft powerpoint untuk: (1) penjelasan materi
mengenal huruf, benda, dan angka; (2) menjelaskan tentang bagian-bagian tubuh hewan
& manusia;
Post test diberikan pada akhir kegiatan, setelah pemberian materi pelatihan
selesai diberikan. Beberapa pertanyaan yang diberikan hampir sama dengan pretest, dan
ditambah dengan pertanyaan baru mengenai minat para guru kedepannya untuk
menggunakan media audiovisual dalam pembelajaran siswa di SLB.B. Skor jawaban
peserta pada pre test dan post test disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Skor Peserta Pelatihan pada Pre Test dan Post Test
No. Peserta Pelatihan Skor Pre Test
Skor Post Test
Persentase Peningkatan (%)
1 Ni Wayan Yuliani, S.Pd 50 75 50
2 Sri Purwanti 50 75 50
3 Ni Nyoman Sukri Priani, S.Pd. 50 75 50
4 Ni Luh Kadek Sri Ernayani, SE 50 75 50
5 Ni Ketut Asrini, S.Kom. 100 100 0
6 Ni Kadek Kurniani, S.Pd.B 50 75 50
7 I Made Yoga Astawa, S.Pd. 75 100 33,3
8 Sri Minarti, S.Pd., M.Si. 75 100 33,3
9 I Komang Agus Sugiarthawan, S.Pd. 50 75 50
10 I Made Widyantara, S.Sn. 50 75 50
11 I Nyoman Gede Adhi Dharmawan, S.Pd. 50 75 50
12 I Made Adhi Yuniarta, S.S 75 100 33,3
13 I Wayan Wijana 50 75 50
14 I Wayan Ceger, S.Pd. 50 75 50
15 Gede Sukaca, S.Pd 75 100 33,3 Rata-rata 60 83,33 42,21
Hasil analisa skor pre test dan post test diperoleh nilai rata-rata pre test adalah
Persentase peningkatan tersebut menunjukkan bahwa pelatihan yang diberikan
memberikan manfaat bagi peningkatan pengetahuan guru-guru di SLB.B Tabanan
tentang cara-cara mengembangkan media pembelajaran audiovisual berbasis IT untuk
pengajaran Matematika dan IPA siswa tuna rungu di Sekolah Luar Biasa Bagian B
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini, maka
beberapa hal dapat disimpulkan, sebagai berikut:
1. Rata-rata nilai pre test adalah 60, rata hasil post test adalah 83,33, dan
rata-rata persentase peningkatan sebesar 42,21%, menunjukkan bahwa pemberian
pelatihan memberikan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan guru-guru di
SLB.B Tabanan tentang cara-cara mengembangkan media pembelajaran
audiovisual berbasis IT untuk pengajaran Matematika dan IPA siswa tuna rungu
di Sekolah Luar Biasa Bagian B Tabanan.
2. Berdasarkan hasil jawaban peserta pelatihan pada soal pre test maupun post test,
sebagian besar peserta pelatihan berpendapat bahwa perlu dikembangkan
inovasi metode pembelajaran untuk mengoptimalkan pembelajaran di kelas
khususnya SLB.B. Beberapa alasan yang mendasari adalah: karena siswa
SLB.B mengalami kekurangan dalam audionya; karena siswa yang
berkebutuhan khusus lebih cepat menyerap dengan metode pembelajaran yang
inovatif; inovasi metode pembelajaran perlu untuk meningkatkan pemahaman
siswa yang mengalami keterbatasan serta mengoptimalkan hasil belajar siswa;
agar siswa tidak cepat bosan dan dapat meningkatkan semangat belajar siswa;
serta memudahkan siswa maupun guru dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga memudahkan dalam pencapaian pembelajaran sesuai karakteristik
kekhususan siswa.
3. Sebagian besar jabawan peserta pelatihan pada pre test dan post test
berpendapat bahwa inovasi metode pembelajaran dengan memanfaatkan media
audiovisual dapat mengatasi permasalahan pembelajaran di kelas. Beberapa
alasan yang mendasari karena dengan visualisasi materi ajar, siswa akan dapat
mengingat sebagian pengetahuan yang diberikan. Dengan audiovisual model
pembelajaran bisa dibuat lebih menarik sehingga siswa bisa berkonsentrasi dan
lebih memahami maksud dari materi pembelajaran yang disampaikan, dan dapat
membantu siswa memahami konsep-konsep dari materi ajar. Disamping itu
karakteristik siswa khususnya bagian B tidak mampu berimajinasi dan
kelemahan dalam pemahaman materi secara abstrak, sehingga sangat diperlukan
pembelajaran. Media audiovisual membantu siswa menerima informasi melalui
indera yang masih berfungsi normal.
4. Media audiovisual dapat digunakan untuk pembelajaran di SLB.B untuk siswa
tuna rungu yang masih memiliki sisa pendengaran (Hard of Hearing),
sedangkan untuk kasus dimana siswa hilang total pendengarannya (deaf) lebih
optimal menggunakan media visual saja.
B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, disarankan bagi pihak sekolah untuk
melaksanakan pelatihan serupa secara rutin dan terprogram kedalam program sekolah,
sehingga perkembangan media pembelajaran berbasis IT yang berkembang sangat
pesat dapat selalu diikuti oleh guru-guru, untuk menunjang peningkatan kompetensi
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Mohammad, Esni Triaswati, Hariyanto & Pujiati. 2006. Penggunaan Media Ceritera Bergambar Berbasis Pendekatan Komunikasi Total untuk
Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Tunarungu Kelas Rendah di SLB Bagian B YPTB Malang, (Diunduh dari
http://www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/sari_penelitian_ppkp_pips.pdf, tgl 2 Desember 2012).
Hansen, B. 1980. Aspects of Deafness and Total Communication in Denmark. Copenhagen: The Center for Total Communication.
Khaer, Abu. 2008. Video Pembelajaran untuk Siswa Berkebutuhan Khusus Upaya Menemukan Suatu Model, (Diunduh dari
http://ssmkn2.dispendik.surabaya.go.id/download.php?id=35, tgl 12 Januari 2013)
Nugroho, Topiq. 2009. Metode Pembelajaran Matematika di Sekolah Luar Biasa Tunarungu Melalui Komputer untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa, (Diunduh dari http://etd.eprints.ums.ac.id/3437/2/A410050094.pdf, tgl 25 Desember 2012)
Lampiran-lampiran
Lampiran 1. Keterangan Pelaksana Kegiatan
KETERANGAN PELAKSANA KEGIATAN
1. Ketua Pelaksana
1.1. Nama Lengkap dan Gelar : Desak Putu Eka Nilakusmawati, S.Si., M.Si.
1.2. Pangkat/Gol./NIP : Pembina/IV/a /19710611 199702 2 001
1.3. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
1.4. Bidang Keahlian : Matematika Terapan
1.5. Tempat Kegiatan : SLB/B Kabupaten Tabanan
1.6. Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini : 10 jam/minggu
2. Anggota Pelaksana I
2.1. Nama Lengkap dan Gelar : Ir Komang Dharmawan, M.Math., Ph.D
2.2. Pangkat/Gol./ NIP : Penata Tk.I/III/d /19620218 198803 1 001
2.3. Jabatan Fungsional : Lektor
2.4. Bidang Keahlian : Matematika
2.5. Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini: 10 jam/minggu
3. Anggota Pelaksana II
3.1. Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Ketut Jayanegara, M.Si.
3.2. Pangkat/Gol./ NIP : Penata Tk. I/IIId /19650302 199203 1 001
3.3. Jabatan Fungsional : Lektor
3.4. Bidang Keahlian : Matematika Terapan
3.5. Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini : 10 jam/minggu
4. Anggota Pelaksana III
4.1. Nama Lengkap dan gelar : Ni Made Asih, S.Pd., M.Si
4.2. Pangkat/Gol./ NIP : Penata Tk.I/III/d /19770314 200604 2 001
4.3. Jabatan Fungsional : Lektor
4.4. Bidang Keahlian : Matematika
5. Anggota Pelaksana IV
5.1. Nama Lengkap dan gelar : Kartika Sari, S.Si., M.Sc.
5.2. Pangkat/Gol./ NIP : Penata Tk.I/III/d /19700711 200312 2 001
5.3. Jabatan Fungsional : Lektor
5.4. Bidang Keahlian : Matematika Terapan
5.5. Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini: 10 jam/minggu
6. Anggota Pelaksana V
6.1. Nama Lengkap dan gelar : Ir. I Putu Eka N. Kencana, MT.
6.2. Pangkat/Gol./ NIP : Penata Tk.I/III/d / 19650614 199203 1 004
6.3. Jabatan Fungsional : Lektor
6.4. Bidang Keahlian : Matematika Terapan
6.5. Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini: 10 jam/minggu
7. Tenaga Pembantu : -
Lampiran 2. Realisasi Penggunaan Biaya Pengabdian
PENGGUNAAN BIAYA PENGABDIAN
a. Biaya pembuatan proporsal : Rp. 188.500,-
b. Modul Materi Pelatihan: Modul Matematika SD Kelas 4
(40 eks @ Rp.30.000) : Rp. 1.200.000,-
c. Materi Perancangan Media Audio Visual &
Contoh (40 eks @ Rp. 10.000) : Rp. 400.000,-
d. Bahan untuk media pelatihan: CD 40bh @ Rp.5.000,
map 40 bh @ 3.000, dan Kertas HVS 3 rim @ 35.000 : Rp. 385.000,-
e. Print buku referensi tentang media audio visual : Rp. 179.000,-
f. Fotocopy materi pelatihan, pre-test, post test, : Rp. 132.000,-
g. Transportasi : Rp. 900.000,-
h. Penggandaan Laporan Kemajuan : Rp. 115.500,-
i. Konsumsi peserta pelatihan (2 x 25 kotak snack @ 5.000
Dan 25 box nasi kotak @ 12.000,-) : Rp. 550.000,-
j. Potongan pajak 15% : Rp. 750.000,-
k. Biaya cetak piagam 20 lbr @ 5.000,- : Rp. 100.000,-
l. Penggandaan Laporan Akhir 10 eks @ 10.000,- : Rp. 100.000,-
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIOVISUAL BERBASIS IT BAGI GURU-GURU SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B
KABUPATEN TABANAN
DESAK PUTU EKA NILAKUSMAWATI
Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Udayana Email: nilakusmawati_desak@yahoo.com
ABSTRAK
Beberapa tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, adalah: (1) Mengenalkan cara-cara pembuatan dan pengembangan media pembelajaran audiovisual dengan menggunakan software Microsoft Power Point, Macromedia Flash, software lainnya bagi Guru-guru di SLB/B Tabanan untuk Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); (2) Meningkatkan kompetensi guru-guru dalam pengembangan media pembelajaran yang inovatif bagi siswa tuna rungu di SLB/B Tabanan; (3) Menghasilkan media pembelajaran yang lebih inovatif untuk mata pelajaran matematika dan IPA untuk siswa tuna rungu; dan (4) Menghasilkan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menyerap materi ajar secara lebih optimal.
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah berupa pelatihan pengembangan media pembelajaran audiovisual untuk pengajaran matematika dan IPA siswa tuna rungu dengan metode presentasi dan demonstrasi, dan praktik pembuatan media pembelajaran audio visual oleh peserta pelatihan secara mandiri maupun berkelompok. Evaluasi dari kegiatan pengabdian ini meliputi pemberian pre test dan post test. Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah adanya peningkatan pengetahuan guru peserta pelatihan tentang pengembangan media pembelajaran audiovisual. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil analisis data skor pengetahuan peserta pada pre test dan post test, serta dari hasil observasi selama praktik oleh peserta pelatihan.
Hasil pelaksanaan kegiatan diperoleh bahwa pemberian pelatihan memberikan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan guru-guru di SLB.B Tabanan tentang cara-cara mengembangkan media pembelajaran audiovisual berbasis IT untuk pengajaran matematika dan IPA siswa tuna rungu di Sekolah Luar Biasa Bagian B Tabanan. Rata-rata nilai pre test adalah 60, Rata-rata-Rata-rata hasil post test adalah 83,33, dan Rata-rata-Rata-rata persentase peningkatan sebesar 42,21%, Media audiovisual dapat digunakan untuk pembelajaran di SLB.B untuk siswa tuna rungu yang masih memiliki sisa pendengaran (Hard of Hearing), sedangkan untuk kasus dimana siswa hilang total pendengarannya (deaf) lebih optimal menggunakan media visual saja.
Kata kunci: Media pembelajaran, media audiovisual, pembelajaran siswa tuna rungu, SLB/B
PENDAHULUAN
Hak penyandang cacat dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 Pasal 11, yang berbunyi setiap penyandang
cacat mempunyai kesamaan untuk mendapat pendidikan pada satuan, jalur, dan jenjang
lembaga pendidikan memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada
penyandang cacat sebagai peserta didik pada satuan, jalur, dan jenis pendidikan sesuai
dengan jenis dan derajat kecacatan serta kemampuannya. Sehingga hak para penyandang
cacat memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan, dimana hal ini dijamin oleh
undang-undang.
Menurut Hansen (1980), Sekolah Luar Biasa adalah salah satu jenis sekolah yang
bertanggung jawab melasanakan pendidikan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus.
Sekolah luar biasa menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991 merupakan
sekolah khusus yang diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik
dan atau mental cacat.
Anak tuna rungu pada umumnya memerlukan fasilitas pendidikan yang relatif
sama dengan anak normal. Namun, karena anak tuna rungu mempunyai hambatan dalam
mendengar dan berbicara maka mereka memerlukan alat bantu khusus seperti
audiometer, hearing aids, audiovisual (berupa film, video tape, dan televisi), tape
recorder, spatel, cermin, dan gambar-gambar. Penggunaan media audio visual sangat
bermanfaat bagi siswa tuna rungu, karena melalui media audio visual siswa tuna rungu
dapat memperhatikan sesuatu yang ditampilkan, walaupun dalam kemampuan mendengar
yang terbatas.
Kesulitan guru dalam penyampaian materi pelajaran disebabkan karena siswa tuna
rungu mengalami masalah dalam pendengaran, disamping itu keterbatasan siswa dalam
kosa kata turut menjadi kendala dalam penyampaian materi pelajaran. Hal ini berlaku
bagi seluruh mata pelajaran termasuk matematika dan IPA. Seorang guru luar biasa dalam
penyampaian materi ajarnya harus jelas dan konsisten dalam menggunakan kosa kata,
karena latar belakang anak tuna rungu yang sangat kekurangan kosakata dalam
berkomunikasi. Menurut Khaer (2008), pengajaran akan lebih efektif apabila objek
pengajaran dapat divisualisasikan secara realistis menyerupai keadaan sebenarnya.
Melalui visualisasi, materi/isi ajar akan lebih mudah dipahami sehingga akan
meningkatkan kuantitas perolehan belajar siswa.
Pemanfaatan media pembelajaran untuk mengajaran siswa tuna rungu merupakan
hal yang sangat bermanfaat untuk menunjang proses belajar di sekolah luar biasa.
Penelitian Effendi, et. al (2006) mengenai ”Penggunaan Media Cerita Bergambar Berbasis Pendekatan Komunikasi Total untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak
Tuna Rungu Kelas Rendah di SLB Bagian B YPTB Malang” menjelaskan penggunaan
bahasa anak tuna rungu. Dalam memahami informasi dari lingkungannya, anak tuna
rungu sebagian besar mengandalkan kemampuan indera penglihatannya, sehingga hal
ini membuat para peneliti menggunakan media cerita bergambar dalam neningkatkan
kemampuan bahasa anak tuna rungu. Penggunaan media gambar yang dikombinasikan
dengan komunikasi total dalam pelajaran bahasa anak tuna rungu, berpeluang
memberikan hasil yang baik. Pemberian materi pembelajaran yang menggunakan ilustrasi
gambar yang relevan sangat membantu anak tuna rungu dalam meningkatkan kemampuan
bahasa, terutama memahami kosa kata yang terdapat dalam materi ajarnya.
Khaer (2008) dalam penelitiannya mengenai ”Video Pembelajaran untuk Siswa
Berkebutuhan Khusus Upaya Menemukan Suaru Model”. Visualisasai hasil video
pembelajaran tersebut berisi tentang materi ajar, berupa visualisasai teks, drama yang
menggunakan bahasa isyarat, animasi dan teks, sehingga lebih mudah dipahami siswa.
Selama proses pemutaran, guru yang mengendalikan video tersebut berperan serta
menjelaskan isi dari video dengan menggunakan bahasa isyarat.
Penelitian mengenai ”Metode Pembelajaran Matematika di Sekolah Luar Biasa Tuna Rungu Melalui Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa” yang dilakukan oleh Nugroho (2009), menjelaskan hasil hasil belajar siswa setelah
menggunakan alat peraga pada pelajaran matematika. Pada saat kegiatan belajar mengajar
matematika, alat peraga digunakan agar dapat menghasilkan gambaran atau bentuk yang
mendekati nyata, sehingga para siswa dapat memahami dengan jelas tentang materi yang
dijelaskan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pembelajaran, media pembelajaran yang mendukung proses belajar sangat berperan
penting dalam pencapaian standar minimal proses pembelajaran.
Permasalahan dari para guru adalah masalah terbatasnya media alat bantu yang
tepat untuk mengajar anak tuna rungu. Standar kurikulum yang disetarakan dengan siswa
normal, tetapi tidak menyesuaikan dengan kebutuhan khusus anak tuna rungu dalam
memahami materi suatu pelajaran, turut menjadi kendala dalam penyampaian materi ajar.
Menjelaskan suatu materi pelajaran pada anak tuna rungu membutuhkan metode dan
media penyampaian yang berbeda dengan anak normal, karena jika dibandingkan dengan
anak normal maka siswa tuna rungu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
menyerap dan memahami materi yang diajarkan.
Disamping itu, keterbatasan alat peraga dan tidak adanya penjelasan
menjadi masalah, namun tidak bagi guru-guru yang tidak dapat menggambar, sehingga
penjelasan materi hanya dijelaskan dalam bentuk tulisan dan dalam bentuk verbal (oral).
Visualisasai kata-kata sangat dibutuhkan pada mata pelajaran yang membutuhkan banyak
penjelasan materi berupa gambar, terutama pada mata pelajaran Matematika dan IPA
yang sangat membutuhkan alat yang lebih kearah visual.
Kurangnya alat peraga dan adanya kesulitan guru-guru di SLB/B Tabanan dalam
menjelaskan materi dari buku pelajaran yang digunakan dari bahasa verbal ke dalam
bentuk visual, serta terbatasnya penguasaan guru dalam inovasi media pembelajaran
berbasis IT merupakan kendala bagi guru-guru dalam pengajaran Matematika dan IPA
pada siswa tuna rungu di SLB/B Tabanan.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka kegiatan pengabdian masyarakat
”Pengembangan Media Pembelajaran Audio Visual Berbasis IT bagi Guru-Guru Sekolah Luar Biasa Bagian B Kabupaten Tabanan”, sangat penting untuk dilakukan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk: (1) menunjang guru-guru dalam rangka memperlancar proses belajar
mengajar; (2) meningkatkan kemampuan guru dalam pengembangan media pembelajaran
berbasis IT, dalam hal ini media audio visual; (3) mengembangkan kemampuan
profesionalisme guru khususnya SLB/B Tabanan; (4) menyajikan media pembelajaran
yang lebih inovatif untuk anak tuna rungu; dan (5) menghasilkan media pembelajaran
yang dapat membantu siswa dalam menyerap materi ajar secara lebih optimal.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka permasalahan yang sangat memerlukan
penanganan adalah: Bagaimana mengenalkan cara-cara mengembangkan media
pembelajaran audio visual berbasis IT bagi guru-guru di SLB/B Tabanan untuk
pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa tuna rungu di Sekolah
Luar Biasa Bagian B Tabanan yang menjadi sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini.
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, adalah: (1)
Mengenalkan cara-cara pembuatan dan pengembangan media pembelajaran audio visual
dengan menggunakan software Microsoft Power Point, Macromedia Flash, software
lainnya bagi Guru-guru di SLB/B Tabanan untuk Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA); (2) Meningkatkan kompetensi guru-guru dalam pengembangan
media pembelajaran yang inovatif bagi siswa tuna rungu di SLB/B Tabanan; (3)
Menghasilkan media pembelajaran yang lebih inovatif untuk mata pelajaran Matematika
dan IPA untuk siswa tuna rungu; dan (4) Menghasilkan media pembelajaran yang dapat
METODE PEMECAHAN MASALAH
Khalayak sasaran kegiatan ini adalah guru-guru pengampu mata pelajaran
Matematika dan IPA di Sekolah Luar Biasa Bagian B yang terpilih sebagai sasaran
kegiatan, serta sangat membutuhkan pelatihan ini dan sesuai dengan tujuan dari kegiatan
pengabdian masyarakat ini, yaitu guru-guru SLB/B Kabupaten Tabanan.
Tahapan pemecahan masalah yang dihadapi oleh mitra, adalah sebagai berikut: (1)
Mempersiapkan draft materi pelatihan yang merupakan ringkasan atau rangkuman dari isi
materi pada buku-buku yang menjadi buku pegangan guru dalam pengajaran matematika
dan IPA di SLB/B Tabanan; (2) Dari ringkasan/rangkuman materi ajar tersebut kemudian
menjadi bahan dalam pembuatan media pembelajaran audio visual. Dalam ringkasan
yang merupakan materi ajar ini diberikan catatan-catatan khusus hal-hal/materi-materi
mana yang seringkali menjadi kendala siswa dalam memahami sehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus ketika menuangkannya ke dalam media audio visual
(merupakan hasil kesepakatan antara pelaksana kegiatan dengan guru-guru sasaran
kegiatan); (3) Tahap selanjutnya adalah tahap menuangkan konsep verbal yang ada dalam
ringkasan materi pelajaran tersebut ke dalam bentuk media pembelajaran audio visual,
dengan memanfaatkan sofware Microsoft Power Point, Macromedia Flash, software
lainnya; (4) Mempersiapkan beberapa media audio visual untuk pembelajaran matematika
dan IPA sebagai contoh-contoh yang akan dijadikan bahan dalam pemberian pelatihan
bagi guru-guru di SLB/B Tabanan; (5) Memperkenalkan cara-cara pembuatan media
pembelajaran audio visual dengan memanfaatkan beberapa sofware yang telah disebutkan
di atas, menggunakan metode ceramah dan demonstrasi untuk mendemonstrasikan
tahapan-tahapan dari pembuatan media pembelajaran tersebut. (6) Melakukan evaluasi
peningkatan pemahaman guru-guru SLB/B Tabanan tentang cara-cara pembuatan media
pembelajaran audio visual untuk mata pelajaran Matematika dan IPA, dengan praktik
secara mandiri maupun berkelompok oleh peserta pelatihan, sampai pada tingkat tuntas.
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah berupa pelatihan
pengembangan media pembelajaran audio visual dengan memanfaatkan beberapa
software seperti Microsoft Power Point, Macromedia Flash, software lainnya, untuk
pengajaran matematika dan IPA siswa tuna rungu dengan metode presentasi dan
demonstrasi, dan praktik pembuatan media pembelajaran audio visual oleh peserta
mulai dari merancang media pembelajaran audiovisual, membuat media audio visual, dan
pengembagan media audiovisual tesebut.
Evaluasi dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, meliputi pemberian pre test
tentang pengetahuan awal peserta pelatihan mengenai media pembelajaran audio visual
berbasis IT serta pengembangannya, pemanfaatan software untuk pembuatan media
pembelajaran audio visual, media yang biasa dipergunakan sebelumnya dalam pengajaran
matematika dan IPA siswa tuna rungu. Setelah diberikan pelatihan, akan diberikan
evaluasi berupa post test mengenai kemampuan guru dalam pengembangan media
pembelajaran audio visual tersebut. Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah adanya
peningkatan pengetahuan guru peserta pelatihan tentang pengembangan media
pembelajaran audiovisual. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil analisis data skor
pengetahuan peserta pada pre test dan post test, serta dari hasil observasi selama praktik
oleh peserta pelatihan. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskritif kualitatif
terhadap data yang diperoleh dari hasil observasi, sedangkan analisis data kuantitatif
dilakukan terhadap data-data yang diperoleh dari hasil pre test dan post test.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pelatihan dilaksanakan pada tanggal 27 September 2014, bertempat di
SLB.B Tabanan. Pelatihan diikuti oleh 15 orang guru. Pelaksanaan kegiatan pelatihan
dengan metode presentasi dan demonstrasi, dan praktik pembuatan media pembelajaran
audiovisual oleh peserta pelatihan secara mandiri maupun berkelompok, serta pemberian
pre test dan post test untuk evaluasi kegiatan. Rangkaian kegiatan selama pelatihan
[image:36.595.88.307.584.732.2]berlangsung didokumentasikan pada gambar-gambar berikut:
[image:36.595.329.542.585.727.2]Gambar 1. Peserta pelatihan sedang mengerjakan pre test
Gambar 3. Peserta pelatihan sedang
Gambar 2. Presentasi materi pelatihan Gambar 4. Penyajian contoh media audiovisual mata pelajaran biologi
Materi pelatihan yang diberikan tentang teori-teori dan konsep dasar perancangan
media audiovisual serta contoh media untuk mata pelajaran matematika, dengan
mengambil materi pecahan senilai. Contoh media untuk mata pelajaran IPA mengambil
pokok bahasan dauh hidup hewan.
Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Pengetahuan awal peserta pelatihan tentang media audiovisual dilihat dari
jawaban peserta pelatihan terhadap pre test yang diberikan. Pengetahuan awal peserta
pelatihan mengenai perlunya dikembangkan inovasi metode pembelajaran untuk
mengoptimalkan pembelajaran di kelas khususnya SLB.B. Seluruh peserta pelatihan
menjawab “perlu” dengan alasan-alasan antara lain: (1) karena siswa mengalami kekurangan audionya sehingga perlu inovasi metode pembelajaran; (2) karena hasil
belajar siswa akan lebih baik dan lebih optimal jika dilakukan inovasi metode
pembelajaran; (3) karena anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus lebih cepat
menyerap dengan metode pembelajaran yang inovatif; (4) inovasi metode pembelajaran
perlu untuk meningkatkan pemahaman siswa yang mengalami keterbatasan; (5) agar
siswa tidak bosan dengan metode pembelajaran yang diberikan oleh guru dan karena ilmu
pengetahuan itu berkembang seiring kemajuan teknologi; (6) perlu karena inovasi metode
pembelajaran memudahkan siswa maupun guru dalam kegiatan belajar mengajar; (7)
karena siswa akan lebih semangat belajar jika metodenya inovatif, dan juga anak tidak
akan cepat bosan; (8) dengan inovasi metode pembelajaran akan mempermudah
[image:37.595.93.537.83.231.2]Jawaban peserta pelatihan pada pre test mengenai pertanyaan “apakah inovasi
metode pembelajaran dengan memanfaatkan media audiovisual dapat mengatasi
permasalahan pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar menjadi optimal?”. Seluruh peserta pelatihan menjawab “ya”, dengan alasan-alasan yang dikemukakan sebagai berikut: (1) sebab dengan melihat, siswa dapat mengingat sebagian pengetahuan yang
diberikan; (2) karena dengan audiovisual model pembelajaran bisa dibuat lebih menarik
sehingga siswa bisa berkonsentrasi dan lebih memahami maksud dari materi
pembelajaran yang disampaikan; (3) audiovisual sangat membantu anak memahami
konsep-konsep pembelajaran; (4) karena siswa SLB tidak bisa memahami materi secara
abstrak; (5) dengan dengan media audiovisual anak akan lebih cepat mengerti materi yang
disampaikan oleh guru; (6) siswa, khususnya yang bagian B tidak mampu berimajinasi,
jadi sangat diperlukan media audiovisual disamping melatih pendengaran dan melihat
materi; (7) media audiovisual membantu siswa menerima informasi melalui indera yang
masih berfungsi normal; dan (8) untuk kasus dimana siswa total hilang pendengarannya
lebih optimal menggunakan media visual saja.
Soal pre test untuk pertanyaan apakah pernah memanfaatkan media audiovisual
untuk proses pembelajaran di kelas dan pada pembelajaran apa diberikan, sebagain besar
peserta pelatihan menyatakan tidak dan sebagian kecil saja menjawab “ya”. Diantara peserta pelatihan yang menjawab tidak pernah memanfaatkan media audiovisual, mereka
menggunakan media kartu gambar untuk pembelajaran Bahasa Indonesia dan
matematika, media gambar, dan software paint dalam pembelajaran . Sedangkan untuk
sebagian kecil peserta yang menyatakan pernah menggunakan media audiovisual, mereka
memanfaatkan Microsoft powerpoint untuk: (1) penjelasan materi mengenal huruf, benda,
dan angka; (2) menjelaskan tentang bagian-bagian tubuh hewan & manusia;
Post test diberikan pada akhir kegiatan, setelah pemberian materi pelatihan selesai
diberikan. Beberapa pertanyaan yang diberikan hampir sama dengan pretest, dan
ditambah dengan pertanyaan baru mengenai minat para guru kedepannya untuk
menggunakan media audiovisual dalam pembelajaran siswa di SLB.B.
Hasil analisa skor pre test dan post test diperoleh nilai rata-rata pre test adalah 60
dan rata-rata hasil post test adalah 83,33. Persentase peningkatan sebesar 42,21%.
Persentase peningkatan tersebut menunjukkan bahwa pelatihan yang diberikan
memberikan manfaat bagi peningkatan pengetahuan guru-guru di SLB.B Tabanan tentang
cara-cara mengembangkan media pembelajaran audiovisual berbasis IT untuk pengajaran
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil jawaban peserta pelatihan pada soal pre test maupun post test,
sebagian besar peserta pelatihan berpendapat bahwa perlu dikembangkan inovasi metode
pembelajaran untuk mengoptimalkan pembelajaran di kelas khususnya SLB.B. Beberapa
alasan yang mendasari adalah: karena siswa SLB.B mengalami kekurangan dalam
audionya; karena siswa yang berkebutuhan khusus lebih cepat menyerap dengan metode
pembelajaran yang inovatif; inovasi metode pembelajaran perlu untuk meningkatkan
pemahaman siswa yang mengalami keterbatasan serta mengoptimalkan hasil belajar
siswa; agar siswa tidak cepat bosan dan dapat meningkatkan semangat belajar siswa;
serta memudahkan siswa maupun guru dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga
memudahkan dalam pencapaian pembelajaran sesuai karakteristik kekhususan siswa.
Sebagian besar jabawan peserta pelatihan pada pre test dan post test berpendapat
bahwa inovasi metode pembelajaran dengan memanfaatkan media audiovisual dapat
mengatasi permasalahan pembelajaran di kelas. Beberapa alasan yang mendasari karena
dengan visualisasi materi ajar, siswa akan dapat mengingat sebagian pengetahuan yang
diberikan. Dengan audiovisual model pembelajaran bisa dibuat lebih menarik sehingga
siswa bisa berkonsentrasi dan lebih memahami maksud dari materi pembelajaran yang
disampaikan, dan dapat membantu siswa memahami konsep-konsep dari materi ajar.
Disamping itu karakteristik siswa khususnya bagian B tidak mampu berimajinasi dan
kelemahan dalam pemahaman materi secara abstrak, sehingga sangat diperlukan media
audiovisual disamping melatih pendengaran dan melihat materi pembelajaran. Media
audiovisual membantu siswa menerima informasi melalui indera yang masih berfungsi
normal.
Rata-rata nilai pre test adalah 60, rata hasil post test adalah 83,33, dan
rata-rata persentase peningkatan sebesar 42,21%, menunjukkan bahwa pemberian pelatihan
memberikan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan guru-guru di SLB.B Tabanan
tentang cara-cara mengembangkan media pembelajaran audiovisual berbasis IT untuk
pengajaran Matematika dan IPA siswa tuna rungu di Sekolah Luar Biasa Bagian B
Tabanan.
Media audiovisual dapat digunakan untuk pembelajaran di SLB.B untuk siswa
kasus dimana siswa hilang total pendengarannya (deaf) lebih optimal menggunakan
media visual saja.
Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, disarankan bagi pihak sekolah untuk
melaksanakan pelatihan serupa secara rutin dan terprogram kedalam program sekolah,
sehingga perkembangan media pembelajaran berbasis IT yang berkembang sangat pesat
dapat selalu diikuti oleh guru-guru, untuk menunjang peningkatan kompetensi guru dan
mengoptimalkan pencapaian target pembelajaran.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof.
Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng. selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat Universitas Udayana, atas dukungannya dalam kegiatan pengabdian
ini. Prof. Dr. Drs. A.A.Ngurah Anom Kumbara, MA, yang bertindak untuk dan atas nama
LPPM Universitas Udayana selaku penangung jawab kegiatan Pengabdian kepada
Masyarakat, atas dukungan dalam kegiatan pengabdian ini. Kepala Sekolah SLB.B
Tabanan serta guru-guru peserta pelatihan, yang telah mengikuti pelatihan dengan tekun
dan serius. Terakhir, kepada Redaktur dan Staf Jurnal Udayana Mengabdi Universitas
Udayana yang telah memberikan kesempatan untuk mempublikasikan artikel hasil
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Mohammad, Esni Triaswati, Hariyanto & Pujiati. 2006. Penggunaan Media Ceritera Bergambar Berbasis Pendekatan Komunikasi Total untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Tunarungu Kelas Rendah di SLB Bagian B YPTB Malang, (Diunduh dari
http://www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/sari_penelitian_ppkp_pips.pdf, tgl 2 Desember 2012).
Hansen, B. 1980. Aspects of Deafness and Total Communication in Denmark. Copenhagen: The Center for Total Communication.
Khaer, Abu. 2008. Video Pembelajaran untuk Siswa Berkebutuhan Khusus Upaya Menemukan Suatu Model, (Diunduh dari
http://ssmkn2.dispendik.surabaya.go.id/download.php?id=35, tgl 12 Januari 2013)
Nugroho, Topiq. 2009. Metode Pembelajaran Matematika di Sekolah Luar Biasa
Tunarungu Melalui Komputer untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa, (Diunduh dari http://etd.eprints.ums.ac.id/3437/2/A410050094.pdf, tgl 25 Desember 2012)
PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN AUDIO
VISUAL BERBASIS IT BAGI
GURU-GURU SEKOLAH LUAR
BIASA BAGIAN B KABUPATEN
TABANAN
by Kartika Sari
FILE
TIME SUBMITTED 26-JAN-2016 12:26PM SUBMISSION ID 624102255
WORD COUNT 3764 CHARACTER COUNT 24917
BANGANMEDIAPEMBELAJARANAUDIOVISUAL-SLB-B_ABANAN_PERPUSTAKAAN.DOC (2.32M)
15
%
SIMILARITY INDEX
13
%
INTERNET SOURCES
0
%
PUBLICATIONS
4
%
STUDENT PAPERS
1
8
%
2
2
%
3
1
%
4
1
%
5
1
%
6
1
%
7
<
1
%
8
<
1
%
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL
BERBASIS IT BAGI GURU-GURU SEKOLAH LUAR BIASA
BAGIAN B KABUPATEN TABANAN
ORIGINALITY REPORT
PRIMARY SOURCES
majour.maranatha.edu
Internet SourceSubmitted to iGroup
Student Paperlemlit.um.ac.id
Internet Source
Submitted to Universitas Pendidikan
Indonesia
Student Paperetd.eprints.ums.ac.id
Internet Sourceericha-wardhani.blogspot.com
Internet Sourcewww.ditplb.or.id
Internet Sourcelibrary.um.ac.id
Internet Source<
1
%
10
<
1
%
11
<
1
%
12
<
1
%
13
<
1
%
14
<
1
%
EXCLUDE QUOTES OFF EXCLUDE
BIBLIOGRAPHY OFF
EXCLUDE MATCHES OFF Internet Source
sipil.ft.unand.ac.id
Internet Source
bbkpmska.com
Internet Sourcestaff.uny.ac.id
Internet Sourcewww.abdimadrasah.com
Internet Sourcewww.mitrariset.com
Internet Source