• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

Dwi Fuji Listiarti NIM 11150130000074

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Dwi Fuji Listiarti. NIM: 11150130000074. Skripsi. “Pengaruh Media Boneka Tangan Siswa Terhadap Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fabel Siswa Kelas VII SMPN 2 Solear Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2018/2019.” Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd. Tahun 2019.

Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Media Boneka Tangan Terhadap Keterampilan Menceritakan Kembali Siswa Kelas VII SMPN 2 Solear Kabupaten Tangerang, pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media boneka tangan terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita fabel siswa kelas VII SMPN 2 Solear Kabupaten Tangerang.

Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif. Jenis penelitian adalah eksperimen, dengan desain quasi experimental and special design (two-group post-test-only design). Populasi penelitian ini siswa kelas VII dan sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII-G (kelas kontrol) dan VII-H (kelas eksperimen. Penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu media boneka tangan dan variabel terikat yaitu keterampilan menceritakan kembali cerita fabel. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi berupa foto dan video.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan media boneka tangan terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita fabel siswa menunjukan hasil yang baik. Media boneka tangan berpengaruh terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita fabel siswa kelas VII-G SMPN 2 Solear Kabupaten Tangerang. Hal tersebut terlihat dari hasil uji menggunakan SPSS versi 23. Hasil data yang bersifat tidak sama (heterogen) dan memiliki perbedaan ditunjukkan dengan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata sebesar 68 lebih besar dari nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 54. Artinya terdapat pengaruh antara media boneka tangan terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita fabel siswa kelas VII di SMPN 2 Solear kabupaten Tangerang tahun pelajaran 2018/2019.

Kata kunci: media boneka tangan, keterampilan menceriatakan kembali, cerita fabel

(6)

ii

SMPN 2 Solear, Tangerang Regency in 2018/2019 Academic Year. Indonesian Language and Literature Education Department. Faculty of Tarbiyah and Teacher Training. Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

Supervisor: Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd. 2019.

This research discusses the effect of hand puppet media on the retelling skills of seventh grade students of SMPN 2 Solear, Tangerang district, in the even semester of the 2018/2019 academic year. The purpose of this study was to determine the effect of hand puppet media on the ability to retell fable stories of seventh grade students of SMPN 2 Solear Tangerang Regency.

This research method is a quantitative method. This type of research is experimental, with a quasi experimental design and special design (two-group post-test-only design). The study population was grade VII students and the sample of this study were students of class VII-G (control class) and VII-H (experimental class. This study consisted of independent variables, namely hand puppet media and the dependent variable, namely the ability to retell fable stories.

data using observation, interview, and documentation in the form of photos and videos.

The results of this study prove that the use of hand puppet media on students' fable story retelling skills shows good results. The hand puppet media has an effect on the ability to retell the fable story of the VII-G grade students of SMPN 2 Solear Tangerang Regency. This can be seen from the test results using SPSS version 23. The results of data that are not the same (heterogeneous) and have differences are shown by the control class obtaining an average value of 68 greater than the experimental class average value of 54. This means that there is an influence between hand puppet media on the skills of retelling fable stories of class VII students at SMPN 2 Solear Tangerang district in the 2018/2019 academic year.

Key word: hand puppet media, retelling skills, fable stories

(7)

iii

berjudul “Pengaruh Media Boneka Tangan terhadap Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fabel Siswa Kelas VII SMPN 2 Solear Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2018/2019”. Selawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., kepada keluarga, sahabat, serta kita selaku hambanya.

Penulis ucapkan terima kasih atas kerja sama, serta dukungan dari pihak- pihak terkait, yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih diantaranya kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Novi Diah Haryanti, M.Hum., selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen pembimbing akademik.

4. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd., selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini.

5. Nur Syamsiah, M.Pd. dan Dr.Elvi Susanti, M.Pd. selaku dosen penguji satu dan penguji dua sidang skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Tubagus Achmad, selaku Kepala SMP Negeri 2 Solear Kabupaten Tangerang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Desy Anggryani, S.Pd., selaku guru pamong pengajaran mata pelajaran Bahasa Indoensia SMP Negeri 2 Solear Kabupaten Tangerang.

(8)

iv

Asyraf Rasyid terima kasih selalu memberikan dukungan dan semangat.

10. Teruntuk agen neptunus tercinta Awanda, Adung, dan Mawar terima kasih untuk selalu memberikan radar dukungan dan kekuatan sampai sekarang.

11. Teruntuk sabahat tercinta, otongsquad Amel, Ari, Iis, Ila, Dhilla, Rahmi yang selalu memberikan warna indah pada masa perkuliahan.

12. Teruntuk my best patner dalam proses terselesaikannya skirpsi ini Rizki Amalia terima kasih selalu memberikan segala sesuatu yang penulis butuhkan.

13. Teman-teman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angakatan 2015 yang telah melewatkan kebersamaan dan memberikan dukungan kepada peneliti.

Terkhusus kelas B 2015 semoga kita semua bisa meraih kesuksesan dengan lancar dan dapat menghadapi segala tantangan. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan medukung peneliti sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Ciputat, 11 Desember 2019

Dwi Fuji Listiarti

(9)

v LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PEGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 7

A. Keterampilan Berbicara ... 7

B. Media Pembelajaran ... 12

C. Media Boneka Tangan ... 17

D. Cerita Fabel ... 20

E. Penelitian yang Relevan ... 21

BAB III Metodelogi Penelitian ... 24

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

B. Metode dan Desain Penelitian ... 24

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

D. Variabel Penelitian ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

(10)

vi

A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 34

B. Deskripsi Penelitian ... 39

C. Deskripsi Data ... 48

D. Hasil Analisis Data ... 54

E. Pembahasan Data Penelitian ... 57

BAB V Simpulan dan Saran ... 60

A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT PENULIS

(11)

ii

Tabel 3.3 Pertanyaan Wawancara Siswa ... 28

Tabel 3.4 Instrumen Penilaian Keterampilan Menceritakan Kembali ... 29

Tabel 3.5 Kategori Penilaian Kemampuan Berbicara ... 30

Tabel 4.1 Guru dan Tenaga Kependidikan ... 36

Tabel 4.2 Data Siswa... 38

Tabel 4.3 Instrumen Penilaian KMK Eni ... 41

Tabel 4.4 Instrumen Penilaian KMK Alif ... 43

Tabel 4.5 Instrumen Penilaian KMK Indah ... 44

Tabel 4.6 Instrumen Penilaian KMK Fahmi ... 45

Tabel 4.7 Instrumen Penilaian KMK Ami ... 47

Tabel 4.8 Instrumen Penilaian KMK Hendry ... 48

Tabel 4.9 Data Hasil Posttest KMK Kelas Kontrol ... 49

Tabel 4.10 Nilai Posttest Terendah-Tertinggi Siswa Kelas Kontrol... 50

Tabel 4.11 Data Hasil Posttest KMK Kelas Eksperimen ... 51

Tabel 4.12 Nilai Posttest Terendah-Tertinggi Siswa Kelas Kontrol... 52

Tabel 4.13 Hasil Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kontrol . ... 53

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 55

Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Data Penelitian ... 56

(12)

iii

(13)

ii

Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 4 : Surat Pernyataan Penelitian dari Sekolah Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 6 : Hasil Wawancara Guru dan Siswa

Lampiran 7 : Nilai Siswa

Lampiran 8 : Tabel Nilai Kualifikasi

Lampiran 9 : Transkip Menceritakan Kembali Melalui Media Boneka Tangan Lampiran 10 : Teks Fabel

Lampiran 11 : Dokumentasi

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki empat keterampilan dasar dalam berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Keempat keterampilan tersebut sangat penting dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia. Dari keempat keterampilan tersebut berbicara merupakan faktor penting yang dibutuhkan untuk berkomunikasi. Komunikasi yang baik ialah saat pendengar memahami isi pesan yang hendak disampikan pembicara. Jika komunikasi tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan terjadi hambatan dalam berkomunikasi.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia diajarkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara lisan maupun tulis.

Berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan salah satu tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.

Kelemahan komunikasi yang terjadi di sekolah yaitu faktor kebiasaan menggunakan bahasa daerah. Bahkan tidak sedikit yang menggunakan bahasa gaul dalam berkomunikasi. Seharusnya dalam ruang lingkup yang formal seperti di sekolah seluruh siswa bahkan guru dan staf harus menggunakan bahasa Indonesia agar terbiasa dengan bahasa Indonesia.

Siswa bisa melatih diri agar dapat berbicara dengan baik dan benar.

Bahasa memiliki peran besar dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat membantu siswa mengenal diri, budaya, dan mengemukakan ide atau gagasan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

(15)

Pembelajaran ini diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi dan minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan di sekolah. Salah satu bentuk pelestarian bahasa persatuan republik Indonesia.

Sebuah penelitian juga menyatakan bahwa nilai Ujian Nasioal (UN) pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yaitu di bawah rata-rata.

Seperti yang dikatakan Wakil Mendiknas bahwa nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) bahasa Indonesia tingkat SMP dan SMA beberapa tahun belakangan menunjukkan keprihatinan. Salah satunya diakibatkan semakin hilangnya budaya membaca di kalangan siswa serta anggapan remeh siswa terhadap pentingnya mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dapat dikatakan bahwa nilai mata pelajaran bahasa asing menempati peringkat di atas nilai bahasa Indonesia. Membuat siswa kurang berminat dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Media yang digunakan pun monoton atau tidak menarik perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung.

Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas tentunya diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat membantu guru agar suasana di kelas menjadi lebih aktif, nyaman, serta menyenangkan. Untuk menarik minat siswa agar termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar.

Guru dituntut harus lebih kreatif dalam memilih berbagai media yang bisa dimanfaatkan pada kegiatan belajar mengajar. Banyak sekali media pembelajaran yang sangat bagus yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Guru tentu harus selektif dalam memilih media pembelajaran yang tepat agar sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Metode bercerita merupakan salah satu bentuk pemberian pengalaman belajar bagi siswa dengan cara membawakan cerita secara lisan ataupun dengan membaca secara langsung dari buku. Cara penyampaian atau

(16)

penyajian cerita dapat dilakukan secara lisan ataupun membaca dengan alat atau tanpa alat. Penggunaan alat bercerita dapat memberikan dukungan kuat dalam menyampaikan isi cerita yang ingin disampaikan.

Kegiatan bercerita dapat memberikan hiburan dan merangsang imajinasi siswa dan dapat mengembangkan nilai-nilai moral siswa. Siswa akan dapat lebih memahami saat pembelajaran berlangsung dengan media pendukung pembelajaran.

Media yang terdapat dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia memiliki beragam jenisnya, tergantung pada media mana yang dapat digunakan dan pada setiap materi apa yang ingin disampaikan. Setiap media memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Guru harus cerdas memilih media apa yang dapat membuat siswa memahami apa yang hendak disampaikan oleh gurunya. Media dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat berupa media visual yang tidak dapat diproyeksikan dan media yang diproyeksikan. Media yang digunakan pada setiap materi dalam bahasa Indonesia dapat melengkapi dan membantu guru dalam menyampaikan informasi.

Guru dapat menumbuhkan minat belajar siswa dan memotivasi siswa agar bisa lebih mencintai dan menyukai pembelajaran bahasa Indonesia.

Jadi, pembelajaran bahasa Indonesia tidak membosankan lagi untuk dipelajari jika guru dapat menarik perhatian siswa dengan media yang beragam dan kreatif. Guru dapat mengembangkan keterampilan berbicara dengan menggunakan media boneka tangan pada materi cerita fabel pada siswa kelas VII. Keterampilan berbahasa yang digunakan dalam materi cerita fabel melalui media boneka tangan yaitu membaca dan berbicara.

Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mendukung keterampilan berbicara siswa agar lebih berkembang. Pada materi cerita fabel diharapkan dapat membuka wawasan siswa dan lebih aktif dalam pembelajaran. Fungsi boneka tangan sebagai media pembelajaran, dan sebagai perantara alat komuniasi, menangkap daya pikir siswa, mengembangkan daya visualnya serta siswa dapat berimajinasi dengan

(17)

mudah. Keaktifan siswa dalam berbicara tak terlepas dari keterampilan berbicara yang dimilikinya. Setiap siswa tentu memiliki keterampilan berbicara yang berbeda. Sudah menjadi tugas seorang guru untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan tersebut.

Hal ini menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut lagi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media boneka tangan untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Melalui keterampilan menceritakan kembali cerita fabel diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pada pembelajaran ini siswa dapat berekspresi sesuai dengan tokoh yang diperankannya. Bahkan siswa bisa lebih baik mengembangkan ide yang terdapat dalam pikirannya.

Fokus pada penelitian ini ialah keterampilan menceritakan kembali cerita fabel melalui media boneka tangan. Diharapkan dengan adanya penelitian ini membantu siswa untuk dapat meningkatkan keterampilan berbicara. Serta membuat guru lebih bervariasi dalam memilih media pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dalam judul

“Pengaruh Media Boneka Tangan Terhadap Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fabel Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Solear Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2018/2019.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan yang muncul dan dapat diidentifikasikan sebagai berikut, 1. Kurangnya motivasi dalam mengembangkan dan menyampaikan ide,

pikiran, gagasan, dan perasaan dalam komunikasi secara lisan.

2. Kemampuan siswa yang pasif dan malu untuk berbicara di kelas.

3. Media pembelajaran yang digunakan kurang menarik minat siswa.

4. Guru kurang inovatif dalam memanfaatkan media pembelajaran yang beragam seperti boneka tangan.

(18)

C. Pembatasan Masalah

Setelah melihat permasalahan yang ada, peneliti membatasi masalah untuk diteliti yaitu Pengaruh Media Boneka Tangan pada Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fabel pada Siswa Kelas VII-G dan VII-H SMP Negeri 2 Solear.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengaruh Media Boneka Tangan Pada Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fabel terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Solear Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2018/2019”.

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh media boneka tangan terhadap keterampilan menceritakan kembali cerita fabel pada siswa kelas VII-G dan VII-H SMP Negeri 2 Solear Tangerang Tahun Pelajaran 2018/2019.

F. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian ini diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi beberapa pihak. Manfaat yang dapat diuraikan dalam penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi wawasan dalam pembelajaran fabel.

b. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengubah strategi pembelajaran agar suasana belajar menjadi lebih menyenangkan.

2. Manfaat Praktis a. Untuk Siswa

(19)

Dapat mempermudah siswa dalam belajar mengapresiasikan karakter tokoh dalam kegiatan menceritakan kembali, memudahkan siswa memperoleh materi yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran, bertambahnya kepercayaan diri siswa dikarenakan termotivasi oleh guru maupun teman.

b. Untuk guru

Diharapkan memberikan alternatif guru dalam pemilihan media pembelajaran dan meningkatkan proses belajar mengajar yang menyenangkan dengan menggunakan media yang menarik minat siswa.

c. Untuk peneliti:

Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pembelajaran fabel dan menjadi inspirasi serta motivasi bagi pembelajaran menceritakan kembali.

(20)

7 BAB II

KAJIAN TEORETIS A. Keterampilan Berbicara

1. Hakikat Keterampilan Berbicara

Asep Supriyatna dalam bukunya menyakan bahwa “berbicara merupakan salah satu komponen berbahasa, yaitu komponen penggunaan. Oleh karena iu, berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat praktis. Kemahiran berbicara seseorang ditentukan oleh tingkat pemahamannya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kebahasan.”1

“Berbicara adalah bagian dari bahasa dan komunikasi yang memiliki batasannya sendiri.”2 Burhan juga mengatakan hal sama dalam bukunya

“Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan. Berdasarkan bunyi- bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara. Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosakata yang bersangkutan.”3

Adapun pendapat lain dalam buku Tarigan tentang berbicara dikemukakan oleh Linguis berkata bahwa Speaking is languange. “Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.”4

Setelah keterampilan menyimak, keterampilan berbahasa kedua yang harus dipelajari oleh seorang manusia adalah keterampilan berbicara, dalam bukunya Tarigan menyatakan

1 Asep Supriyatna, dkk, Berbicara I, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h.1.1.

2 Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara, (Depok: PT Raja Grafindo, 2018), h. 1.

3 Burhan Nugiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta:

BPFE,2010), h. 441.

4 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung : CV Angkasa, 2015), h.3.

(21)

“Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.” 5

Speaking is defined as an interactibe process of constructing meaning that involves producing, receiving and prosesing information. Its form and meaning are dependent on the context in which it occurs, the participants, and the purposes of speaking.6

Pendapat di atas menyatakan bahwa berbicara adalah proses interaktif dalam membangun makna yang akan disampaikan dan didengar baik oleh penyampainya atau pendengarnya, semua tergantung tujuan dari berbicara itu.

Abdul Chaer dalam buku Elvi Susanti berjudul Keterampilan Berbicara mengatakan bahwa

“Berbicara adalah salah satu kegiatan berbahasa yang bertujuan untuk komunikasi. Tujuan berkomunikasi tersebut juga dapat dilihat dari pengertian bahasa menurut Kridalaksana, bahasa adalah sistem lambang bunyi untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.

Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistik.

Semakin banyak berlatih, semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam berbicara. Tidak ada orang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui proses latihan.”7

Dari beberapa pendapat di atas, dalam buku Keterampilan Berbicara karangan Elvi Susanti terdapat hal-hal yang menjadi batasan dalam berbicara, yaitu8:

a. Berbicara merupakan ekspresi diri. Ton Kaparti mengatakan, dengan berbicara seseorang dapat menyatakan kepribadian dan pikirannya, berbicara dengan dunia luar, atau hanya sekedar pelampiasan uneg-uneg.

5Ibid., h.16.

6 Shiamaa Abd EL Fattah Torky, The Effectiveness of a Task-Based Instruction program in Deveoping the English Languange Speaking Skills of Secondary Stage Students, (Kairo: Ain Shams University, 2006), h.30.

7Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara, (Depok: PT Raja Grafindo, 2018), h. 3.

8 Ibid., h. 2-3.

(22)

b. Berbicara merupakan kemampuan mental dan motorik. Berbicara bukan semata-mata kemampuan menggunakan alat ucap, namun juga kecerdasan mental dalam menyusun gagasan yang harmonis dengan keterampilan berbahasa yang dimiliki.

c. Berbicara merupakan proses simbolik. Bahasa adalah simbol dari objek sesungguhnya. Jadi, ketika seorang pembicara mengucapkan kata-kata, pada saat itu dia sedang melakukan simbolisasi terhadap gagasan-gagasan yang ada dalam benaknya.

d. Berbicara terjadi dalam konteks ruag dan waktu. Berbicara hanya terjadi jika pembicara menyediakan waktu untuk berbicara, dan memiliki ruang karena suara disampaikan dan diterima oleh alat pendengar melalui udara.

e. Berbicara merupakan kemampuan baerbahasa yang produktif.

Kundharu berpendapat bahwa “seseorang yang memiliki kemampuan dalam berbicara akan lebih mudah dalam menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain, keberhasilan menggunakan ide itu sehingga dapat diterima oleh orang yang mendengarkan atau yang diajak bicara.”9Didin juga berpendapat yang sama tentang berbicara,

“Pada hakikatnya berbicara merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. proses komunikasi itu dapat digambarkan pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. dalam proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar). Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain.”10

Pendapat lain juga disampaikan oleh Agus Darmuki, bahwa pembelajaran bahasa Indonesia setiap siswa harus memiliki keterampilan berbahasa yang baik,

“Setiap kegiatan atau usaha tidak akan lepas dan tujuan artinya setiap kegiatan atau usaha tersebut pasti ingin mencapai suatu tujuan tertentu.

Begitu juga dengan mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang

9 Kundharu Saddhono, Teori dan Aplikasi: Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Surakarta: Cakrabooks Solo, 2015), h.61.

10 Dindin Ridwan, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN Press, 2015), h.158-159.

(23)

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi sacara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.”11

Peneliti dapat menyimpulan bahwa berbicara adalah keterampilan berbahasa kedua manusia setelah keterampilan menyimak. Suatu kegiatan di mana di dalamnya manusia saling berkomunikasi satu sama lain. Ada yang menjadi pembicara dan pendengar. Berbicara merupakan proses bagiamana manusia mengapresiakan ide melalui tutur kata.

Kegiatan menceritakan kembali merupakan salah satu jenis dalam berbicara. Jenis bercerita ini dianjurkan siswa dapat menyampaikan apa yang sudah disimak dalam sebuah teks dengan baik. Teks yang digunakan dalam pembelajaran menceritakan kembali di sini adalah cerita fabel.

Menceritakan kembali sebuah teks bisa dilakukan dalam dua hal yaitu secara lisan ataupun tulisan. Menceritakan kembali sebuah teks baik yang dibaca atau yang didengar dapat dilakukan dengan benar asalkan siswa tersebut dapat menyimak dengan baik. Dalam hal ini, menceritakan kembali lebih memfokuskan pada apa yang dibaca siswa. siswa dapat memberikan informasi apa yang didapat dengan bercerita sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

2. Faktor Pendukung Kerampilan Berbicara

Terdapat enam faktor pendukung keterampilan berbicara, yaitu:

a. Pengetahuan

Seorang pembicara penting untuk memiliki pengetahuan, baik yang berkaitan dengan kebahasaan maupun materi berbicara. Pengetahuan dan wawasan pembicara sangat diperlukan dalam berbicara.

b. Kesiapan mental

Persiapan mental dalam berbicara perlu dilakukan, terutama oleh orang-orang yang belum terbiasa berbicara di depan umum.

11 Agus Darmuki, dkk, Pembelajaran Berbicara dengan Pendekatan Kooperatif, (Yogyakarta:

Deepublish, 2017), h.9.

(24)

Ketangguhan mental tentunya tidak datang dengan sendirinya. Perlu pelatihan dan pembiasaan agar menjadi pembicara yang selalu siap tampil kapan dan dalam situasi apapun dengan mental yang tentunya selalu prima

c. Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku

Dalam menjaga sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku dalam berbicara perlu dilatih dengan beberapa cara yaitu membangun kepercayaan diri dan menghilangkan pikiran negatif.

d. Bahasa tubuh

Bahasa tubuh yang tak alami atau gerakan tubuh yang dibuat-buat mengimplikasikan ketidaktulusan hati dengan mengganggu jalannya presentasi atau pidato. Gerakan fisik yang alami secara nyata akan memperjelas nilai penyampaian pidato karena memberikan tekanan pada poin-poin (pokok pidato) yang diuatarakan. Biasnaya bahasa tubuh terlihat dari tatapan mata dan gerakan isyarat.

e. Pengelolaan suara

Berikut ini istilah yang bisa kita temui dalam cara kita berbicara sehari-hari atau dalam presentasi publik.

(1) Animasi (Animation) (2) Artikulasi (Articulation)

(3) Audibility (Kemampuan mengerluarkan suara untuk didengar) (4) Diksi

(5) Kejernihan suara

(6) Kelancaraan kefasihan (Fluency) (7) Kecepatan

(8) Penekanan f. Penguasaan topik

Berhasil tidaknya seseorang berbicara di depan publik berpengaruh pada sedalam apa pembicara menguasai materi yang akan disampaikannya. Berlatih dengan berbicara di depan cermin karena

(25)

itu akan membantu Anda menilai sejauh mana Anda menguasai materi yang akan Anda sampaikan.12

Peneliti menyimpulkan bahwa faktor pendukung dalam berbicara adalah adanya kesiapan pada diri sendiri serta pengalaman yang dibutuhkan. Seperti yang disebutkan di atas terdapat enam faktor pendukung.

3. Jenis-Jenis Keterampilan Berbicara

Dalam pembelajaran berbicara ini, supaya dapat dikuasai dengan baik, maka beberapa cara untuk mempraktikannya yaitu dengan:

a. Bercerita, dapat diartikan sesuatu hal misalnya terjadi sesuatu, perbuatan,, dan kejadian baik yang sesungguhnya maupun yang rekaan.

b. Berdialog, ialah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik antara dua atau lebih pembicara.

c. Pidato atau ceramah, penyampaian uraian secara lisan tentang suatu hal dihadapkan massa.

d. Berdiskusi, merupakan salah satu bentuk berbicara dalam kelompok yang banyak digunakan dalam masyarakat.13

Selain keempat jenis cara mempraktikan keterampilan berbicara terdapat pula beberapa cara lainnya seperti wawancara, puisi, monolog, drama, dongeng. Dari semua jenis keterampilan berbicara tersebut, pada penelitian keterampilan menceritakan kembali masuk kedalam jenis keterampilan berbicara yaitu bercerita.

B. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa arab, media

12 Elvi Susanti, Op.Cit., h. 14-20.

13 Dindin Ridwan, Op.Cit., h.158-159.

(26)

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.14

Didin Ridwan memberikan penjelasan lebih detail tentang definisi media pembelajaran dalam bukunya berkata

“Media pembelajaran bahasa Indonesia adalah alat yang digunakan oleh siswa maupun guru untuk memperlancar proses belajar mengajar bahasa Indonesia yang akan disampaikan kepada peserta didik. Guru harus pandai menghidupkan suasana pembelajaran dengan memilih dan menggunakan media dalam pembelajaran sehingga siswa memiliki minat belajar tinggi.”15

Azhar Arsyad juga mengemukakan pendapat yang sama mengenai definisi media, “Media pembelajaran adalah segala sesautu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau infromasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar. Media pembelajaran juga dikenal dengan alat peraga dalam proses mengajar.”16

Seorang ahli komunikasi, Mc.Luhan berpendapat bahwa “media tidak lain ialah perpanjangan dari manusia.” Maksudnya bahwa pada hakikatya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan sesuatu (mendengar, mencium, melihat, dan sebagainya). 17

Peneliti menyimpulkan mengenai media pembelajaran bahwa segala sesuatu alat yang bisa menjadi pengantar dan penyampaian sebuah pesan atau informasi dalam pembelajaran. Alat tersebut dapat memberikan kemudahan bagi pengantar pesan untuk menyampaikan maksud kepada si penerima pesan.

14 Santrianawati, Media dan Sumber Belajar, (Yogyakarta: Deepublish,2017), h. 5.

15 Didin Ridwan, Op.Cit., h.134.

16 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Pustaka, 2014), h.10.

17 Budinuryanta Y, dkk. Pengajarkan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2014), h.4.3.

(27)

2. Fungsi Media Pembelajaran

Media yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran disebut dengan media pembelajaran. Media berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua.

1) media dalam arti luas merupakan segala bentuk benda yang digunakan oleh seseorang untuk melakukan perubahan dengan harapan perubahan tersebut bertahan lama yag terjadi melalui pengalaman langsung maupun tak langsung.

2) media pembelajaran dalam arti sempit misalkan alat dan bahan yan digunakan guru dalam proses belajar mengajar yang terjadi di kelas untuk menyelesaikan masalah ataupun untuk mencapai tujuan pembelajaran.18

Daryanto juga berpendapat hal yang sama mengenai fungsi sebuah media,

Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa infromasi dari sumber (guru/pendidik) menuju penerima (siswa/peserta didik). Dalam kegiatan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran.19

Azhar juga membagi fungsi media dalam pembelajaran berbicara ada empat20, yaitu:

a. memotivasi siswa untuk berani berbicara b. mengembangkan dalam wicaranya

c. memberi informasi dalam wicara yang menyangkuta objek, tindakan, peristiwa, dan keterkaitannya

d. memberi isyarat-isyarat non-verbal dengan aman.

Fungsi media pembelajaran dapat disimpulkan sebagai alat pendukung pada proses pembelajaran. Setiap media memiliki fungsi masing-masing, ada yang untuk menyampaikan pesan, memberikan motivasi, dan masih banyak lagi fungsi media.

18 Santrianawati, Op.Cit., h. 6.

19 Daryanto, Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2016), h. 8-9.

20 Azhar Arsyad, Op.Cit., h. 135-136.

(28)

3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Menurut Satrinawati jenis-jenis media secara umum dapat dibagi menjadi21:

a. Media visual: media visual adalah media yang bisa dlihat. Media ini mengandalkan indra penglihatan. Contoh: media foto, gambar, komik, gambar tempel, poster, majalah, buku, miniatur, alat peraga dan sebaginya.

b. Media audio: media audio adalah media yang bisa didengar. Media ini mengandalkan indra telinga sebagai salurannya. Contohnya: suara, musik dan lagu, alat musik, siaran radio, dan kaset suara, atau CD dan sebagainya.

c. Media audio visual: media audio visual adalah media yang bisa didengar dan dilihat secara bersamaan. Media ini menggerakkan indra pengdengaran dan penglihatan secara bersamaan. Contohnya: media drama, pementasan, film, televisi, dan mesia yang sekarang menjamur, yaitu VCD.

d. Multimedia: multimedia adalah semua jenis media yang terangkum menjadi satu. Contohnya: internet, belajar dengan menggunakan media internet artinya mengaplikasikan semua media yang ada, termasuk pembelajaran jarak jauh.

Taksonomi leshin menambahkan beberapa jenis media pembelajaran yaitu media berbasis manusia, media berbasais cetakan, media berbasis visual dan audio-visual yang mempunyai pengertian yang sama seperti di atas, dan yang terkahir media komputer.

a. Media berbasis manusia, manusia sebagai sumber belajar dapat digunakan sebagai media yang disebut dengan media yang berbasis manusia. Salah satu faktor penting dalam pembelajaran dengan media berbasis manusia adalah rancangan pelajaran yang interaktif, dengan adanya manusia sebagai pemeran utama dalam proses belajar, kesempatan interaksi semakin terbuka lebar.

21 Satrianawati, Op.Cit., h. 10.

(29)

b. Media berbasis cetakan, materi pemebelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas.

c. Media berbasis komputer, komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama computer-managed intruction ada pula komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar, pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan atau keduanya.22

Jenis-jenis media pada zaman sekarang sangat beragam apabila guru dapat memanfaatkan media apapun itu untuk pembelajaran. Selama media yang digunakan itu memiliki manfaat bagi keberlangsungan pembelajaran dan sesuai dengan materi yang diajarkan.

4. Manfaat Media Pembelajaran

Manfaat media pembelajaran dalam buku yang ditulis oleh Rudi Susilana dan Cepi Riyana bahwa

Perolehan pengetahuan siswa seperti yang digambarkan oleh Kerucut Pengalaman Edgar Dale bahwa pengetahuan akan semakin abstrak apabila pesan hanya disampiakan melalui kata verbal. Siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung di dalamnya. Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh sebab itu, sebaikanya siswa memiliki pengalaman yang lebih konkrit, pesan yang ingin disampaikan benar- benar dapat mencapai sasaran dan tujuan. 23

Secara umum media mempunyai kegunaan:

a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.

c. Menimbulkan gairah belanja, interaksi lebih langsung antara muris dengan sumber belajar.

22 Dindin Ridwan, Op.Cit., h.141-142.

23 Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2017), h.9.

(30)

d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.

e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.24

Peneliti mengambil kesimpulan dari manfaat media pembelajaran bahwa manfaat yang dapat diambil oleh siswa maupun guru dalam pembelajaran yaitu memudahkan siswa dan guru untuk melakukan pembelajaran. Pesan yang disampaikan lebih dengan mudah ditangkap oleh siswa.

C. Media Boneka Tangan

Azhar Arsyad dalam bukunya menyatakan bahwa “Alat peraga ialah media alat bantu pembelajaran, dan segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran. Alat-alat yang digunakan guru yang berfungsi membantu guru dalam proses mengajarnya dan membantu peserta didik dalam proses belajar.”25

Nana Sudjana dan Rivai dalam buku Media Pengajaran menyatakan tentang media

“Media tiga dimensi yang sering digunakan dalam pengajaran adalah model dan boneka. Model adalah tiruan tiga dimensi dari beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau terlalu ruwet untuk dibawa ke dalam kelas dan dipelajari siswa dalam wujud aslinya. Boneka merupakan jenis model yang dipergunakan untuk memperlihatkan permainan.26

Selain pendapat di atas, Daryanto juga berpendapat tentang media boneka yaitu

“Media boneka tangan merupakan salah satu media tiruan. Media tiruan sering disebut sebagai model. Belajar melalui model dilakukan untuk pokok bahasan tertentu yang tidak mungkin dapat dilakukan melalui pengalaman langsung atau melalui sebenarnya. Ditinjau dari cara membuat, bentuk dan tujuan pengggunaan model dapat dibedakan atas:

model perbandingan (misalnya globe), model yang disederhanakan,

24 Ibid., h.9.

25 Azhar Arsyad, Op.Cit., h.9.

26 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: SBAIgesindo, 2019), h.156.

(31)

model irisan, model susuanan, model terbuka, model utuh, boneka, dan topeng.27

Bachtiar S. Bachri juga memberikan pendapat mengenai media boneka tangan dan sejarah penggunaan media boneka sebagai berikut “Boneka yang merupakan salah satu model perbandingan adalah benda tiruan dari bentuk manusia dan atau binatang. Sebagai media pendidikan, dalam penggunaannya boneka dimainkan dalam bentuk sandiwara boneka.”28

Selain itu Bachtiar S. Bachri berpendapat, “boneka merupakan representatif wujud dari banyak objek yang disukai peserta didik. Boneka dapat mewakili langsung berbagai objek yang akan dilibatkan dalam cerita.

Di samping itu boneka juga memiliki daya tarik yang sangat kuat pada peserta didik.”29

Nurbiana Dhieni, dkk., mengatakan “boneka tangan banyak digunakan di sandiwara-sandiwara, untuk mengisahkan sebuah kisah kehidupan atau berimajinasi. Peserta didik menggunakan boneka tangan untuk mengungkapkan apa yang ada dipikiran mereka. Boneka tangan mendorong peserta didik untuk menggunakan bahasa.”30

Pandangan lain dikemukakan oleh Tadkiroatun Musfiroh tentang definisi boneka tangan, Tadkiroatun menyatakan bahwa

“Boneka tangan adalah boneka yang terbuat dari kain yang dibentuk menyerupai wajah dan bentuk tubuh dari berbagai bentuk dengan berbagai macam jenis sifat yang dimainkan dengan menggunakan tangan dan digerakkan menggunakan jari-jari tangan. Boneka tangan juga merupakan media yang dapat membuat peserta didik berimajinasi. peraga yang paling sederhana salah satunya adalah boneka.”31

27 Daryanto, Op.Cit., h. 30-31.

28 Ibid., h. 33.

29 Bachtiar S. Bachri, Pengembangan Kegiatan Bercerita Di Taman Kanak-kanak : Teknik dan Prosedurnya, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005), h. 138.

30 Nurbiana Dhieni, dkk., Metode Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2014), h. 9.38.

31 Tadkiroatun Musfiroh, Berceita Untuk Peserta didik Usia Dini, (Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional, 2005), h. 115.

(32)

Macam-macam boneka dibedakan atas: boneka jari (dimainkan dengan jari tangan), boneka tangan (satu tangan memainkan satu boneka), boneka tongkat seperti wayang-wayangan, boneka tali disebut marionet (cara menggerakan melalui tali menghubungkan kepala, tangan, dan kaki), boneka bayangan-bayang (shadow puppet) dimainkan dengan cara mempertontonkan gerak bayang-bayangnya.

Tadkiroatun Musfiroh mengemukakan bahwa boneka menjadi alat peraga yang dianggap mendekati naturalitas bercerita. Ada beberapa jenis boneka yang dapat digunakan sebagai alat peraga untuk bercerita32, yaitu:

a. Boneka tangan adalah boneka tangan mengandalkan keterampilan dalam menggerakkan ibu jari dan telunjuk yang berfungsi sebagai tulang tangan.

Boneka tangan biasanya kecil dan dapat digunakan tanpa alat bantu yang lain.

b. Boneka gagang adalah boneka gagang mengandalkan keterampilan mensinkronkan gerak gagang dengan tangan kanan dan kiri. Satu tangan dituntut untuk dapat mengatasi tiga gerakan sekaligus sehingga dalam satu adegan guru dapat memainkan dua tokoh sekaligus.

c. Boneka gantung adalah boneka gantung mengandalkan keterampilan menggerakan boneka dan benang yang diikatkan pada materi tertentu seperti kayu, lidi, atau panggung boneka. Boneka tempel adalah boneka tempel mengandalkan keterampilan memainkan gerakan tangan. Boneka tempel tidak leluasa bergerak karena ditempelkan pada panggung dua dimensi.

Peneliti menyimpulkan dari beberapa pendapat mengenai definisi media boneka tangan ialah media yang digunakan dalam pembelajaran untuk mentrasfer pesan yang ingin disampaikan oleh pencerita kepada pendengarnya. Media boneka tangan yang digunakan dalam penelitian ini tidak khusus boneka tangan jari. Akan tetapi, media boneka yang dapat

32 Ibid, h. 128.

(33)

digerakan atau dipegang oleh tangan. Jadi pada penelitian ini peneliti menggunakan media boneka yang mudah ditemukan oleh siswa.

D. Cerita Fabel

Prakoso Bhrawira menyatakan dalam buku berjudul Mengenal dan Memahami Ragam Karya Prosa Lama mengatakan bahwa cerita fabel adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita fabel.33

Eko Sugiarto dalam bukunya menyatakan bahwa “Cerita fabel adalah dongeng yang pelaku-pelakunya terdiri dari binatang yang disifatkan seperti manusia. Dalam fabel, binatang-binatang digambarkan memiliki sifat-sifat persis seperti manusia, misal bisa bercakap-cakap, tertawa, menangis, dan sebagainya.”34

Pendapat lain mengenai cerita fabel dinyatakan oleh Burhan Nurgiantoro bahwa

“Cerita fabel adalah salah satu bentuk cerita (tradisional) yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita. Binatang-binatang tersebut menampilkan binatang sebagai tokoh cerita. Binatang-binatang tersebut dapat berpikir dan berinteraksi layaknya manusia. Mereka dapat berpikir, berlogika, berperasaan, berbicara, bersikap, bertingkah laku, dan lain-lain sebagaimana halnya manusia dengan bahasa manusia.” 35

Dongeng dapat dilihat jenisnya dari beberapa segi, salah satunya berdasarkan isi cerita. Cerita Fabel termasuk ke dalam jenis dongeng berdasarkan isi cerita. Suharma dalam buku Keterampilan Bebicara karangan Elvi Susanti berpendapat bahwa “dongeng merupakan salah satu bentuk karya sastra yang isinya cerita khayalan. Dongeng biasanya mengandung pesan moral yang tinggi dan terungkap melalui karakter atau watak tokoh.”

33 Prakoso Bhrawira Putera, Mengenal dan Memahami Ragam karya Prosa Lama (Hikayat, Dongeng, Tambo, dan Cerita Berbingkai), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015). h. 38

34 Eko Sugiarto, Mengenal Sastra Lama – Jenis, Definisi, Ciri, Sejarah, dan Contoh. (Yogyakarta:

CV Andi Offset, 2015). H.167.

35 Burhan Nugiantoro, Sastra Anak, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013), h.190.

(34)

Selain itu, Dian Yasmin dkk berpendapat hal yang lebih spesifik mengenai dongeng

“Dongeng sebagai salah satu genre cerita anak tampaknya dapat dikategorikan sebagai salah satu cerita fantasi dan dilihat dari segi panjang ceritanya biasanya reatif pendek. Dilihat dari segi penokohan, tokoh-tokoh dongeng pada umumnya terbelah menjadi dua macam, yaitu tokoh berkarakter baik dan buruk. Hal itu adalah lumrah untuk cerita lama yang mempunyai misi untuk memberikan pelajaran moral.”36

Fabel yang merupakan bagian dari jenis dongeng. Pertama kali fabel muncul ialah di India. Sebagaimana pendapat Eko Sugiarto menyatakan

“Fabel adalah cerita yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral. Perlakuan tokoh dari binatang bersifat seperti manusia, seperti bercakap-cakap, tertawa, menangis, dan sebagainya. Fabel pada awalnya muncul di India. Pengarang fabel menggunakan tokoh binatang sebagai pengganti manusia atas dasar kepercayaan bahwa binatang bersaudara dengan manusia.”37

Teknik bercerita fabel menggunakan media boneka tangan ini termasuk jenis dongeng berdasarkan isi cerita. Sebagaimana pengertian di atas, cerita fabel yang digunakan dalam keterampilan menceritakan kembali melalui media boneka tangan ada dua judul. Pertama adalah Kisah Persahabatan Seekor Sapi, Domba, Katak, dan Tikus dan yang kedua adalah Domba Cerdik

& Harimau Bodoh.

E. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relavan yang pertama ialah jurnal milik Ni Komang Juliandari, I Nyoman Wirya, dan Nice Maylani Asril yang berjudul

“Penerapan Metode Bercerita dengan Media Boneka Tangan untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak pada Peserta didik” tahun 2015. 38

Pada penelitian ini yang diteliti adalah terjadi peningkatan kemampuan menyimak peserta didik setelah penerapan metode bercerita anak. Kegiatan

36 Elvi Susanti, Op.cit., hlm. 89-91.

37 Ibid., h. 98-99.

38 Ni Komang Juliandari, dkk., Penerapan Metode Bercerita dengan Media Boneka Tangan untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak pada Peserta didik, (Bali : e-Journal PG PAUD

Universitas Pendidikan Ganesha, 2015), Vol. 3 No. 1.

(35)

bercerita yang guru gunakan sangat membantu peserta didiknya. Suara yang keras dan jelas, serta pedalaman karakter yang guru lakukan saat bercerita dapat membuat peserta didik menangkap isi dan informasi yang ada dalam cerita. Media boneka tangan membuat peserta didik menjadi tertarik untuk maju ke depan kelas untuk melanjutkan cerita yang didengarnya. Persamaan penelitian yang ditulis dengan penelitian di Ni Komang dkk. ialah terdapat pada media pembelajaran yang digunakan yaitu media boneka tangan.

Perbedaannya ialah pada penelitian Ni Komang dkk. ini keterampilan yang ingin ditingkatkan adalah keterampilan menyimak, sedangkan penelitian yang akan diteliti ini adalah keterampilan berbicara.

Selanjutnya penelitian relavan yang kedua ialah skripsi tahun 2017 milik Indah Putri Saiguam yang berjudul “Efektivitas Pemanfaatan Media Boneka Tangan terhadap Keterampilan Berbicara Peserta didik Kelas III MIN Liku Boddong Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa”39

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan berbicara peserta didik setelah diajar dengan media boneka tangan. Persamaan dengan penelitian yang ditulis ialah penggunaan model pembelajaran melalui boneka tangan. Perbedaan dengan penelitian ini ialah terdapat pada objek penelitian.

Penelitian yang ketiga yaitu skripsi tahun 2016 dari salah satu mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, Diah Ayu Widowati. Berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Boneka Tangan Terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas II B SD Negeri Margoyasan Yogyakarta”.40

Pada penelitian ini menjelaskan bahwa media boneka tangan dapat meningkatkan keterampilan menyimak. Terbukti dari hasil penelitian yang menunjukan ada pengaruh penggunaan media boneka tangan terhadap keterampilan menyimak cerita siswa kelas II B SD Negeri Margoyasan

39 Indah Putri Sariguam, Efektivitas Pemanfaatan Media Boneka Tangan terhadap Keterampilan Berbicara Peserta Didik Kelas III MIN LikuBoddong Keccamatan Bontonompo Kabupaten Gowa”, (Makassar: UIN Alauddin Makassar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kejuruan, 2017).

40 Diah Ayu Widowati, Pengaruh Penggunaan Media Boneka Tangan terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas II B SD Negeri Margoyasan Yogyakarta, (Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta, 2016).

(36)

Yogyakarta. Persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah pengaruh media boneka tangan. Perbedaanya terdapat pada keterampilan yang digunakan, penelitian Diah ini menggunakan keterampilan menyimak sedangkan penelitian ini menggunakan keterampilan berbicara menceritakan kembali.

Penelitian relevan yang terakhir dari Indah Dwi Cahyani, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakart pada tahun 2018. Berjudul “Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fabel Melalui Teknik Paired Storytelling Berbantuan Media Boneka Tangan pada Siswa Kelas II A SD Negeri Panggang Sedayu”.41

Hasil dari penelitian yang ditulis oleh Indah ini ialah terdapat peningkayan keterampilan menceritakan kembali cerita fabel. Penerapan teknik paired storytelling berbantuan media boneka tangan dapat meningkatkan keterampilan menceritakan kembali. Persamaan penelitian ini yaitu keterampilan yang digunakan adalah keterampilan menceritakan kembali. Perbedaan penelitian Indah ini ialah media boneka tangan digunakan untuk bantuan penerapan teknik paired storytelling sedangakan penelitian yang ditulis ini hanya media boneka tangan tanpa menggunakan teknik.

41 Indah Dwi Cahaya, Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fabel Melalui Teknik Paired Storytelling Berbantuan Media Boneka Tangan pada Siswa Kelas II A SD Negeri Panggang Sedayu, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Fakultas Ilmu Pendidikan, 2018).

Referensi

Dokumen terkait

2) pengujian aksi objek pesawat berdasarkan kemungkinan yang dihasilkan. Prosedur pengujian pertama selengkapnya dijelaskan pada Tabel 5. Pengujian dilakukan untuk

PARAMETER PERHITUNGAN Hasil perhitungan yang akan dilakukan adalah melakukan perhitungan link budget komunikasi radio pada navigasi udara Non Direction Beacon

Skripsi dengan judul “ upaya guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran fiqh siswa mts darul hikmah tahun ajaran 2015/2016 ” yang ditulis oleh

Bahwa Pemohon adalah dokter warga negara Indonesia sebagai perorangan dan Tokoh Masyarakat Pulau Buru yang menganggap hak konstitusionalnya dirugikan oleh ketentuan Pasal

Bidang muamalah yang terkait dengan pemberian upah pada pekerja tergambar dalam sequence satu saat Ali membayar kepada tukang sol sepatu.. ....Tak seberapa lama

Dengan arah tersebut pendidikan (baca pengajaran) bahasa Indonesia dirumuskan menjadi enam butir tujuan, yaitu (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai

4.3.2 Tata cara Pengemasan Limbah B3 Pelumas Bekas (waste packaging) Berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal Nomor 01/09/1995 Tentang Tata Cara Persyaratan Teknis Penyimpanan dan

Yang hadir adalah yang menandatangani surat penawaran atau dapat diwakilkan kepada yang namanya tercantum dalam akte perusahaan dengan membawa surat kuasa. Membawa