• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kampanye Public relations Online Melalui Media Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kampanye Public relations Online Melalui Media Sosial"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Diterima: Oktober 2020. Disetujui: November 2020. Dipublikasikan: Desember 2020 349 DOI: 10.15575/reputation.v3i4.2137 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/humas

Kampanye Public relations Online Melalui Media Sosial Instagram @ lesswasteshift

R. Elma Tri Budiarti

1*

, Imron Rosyidi 1

1

, Dyah Rahmi Astuti 2

2

1

Jurusan Ilmu Komunikasi Humas, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung

*Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang tahap identifikasi, perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi dalam kampanye Public relations.

Penelitian ini menggunakan model kampanye Ostergaard, paradigma yang digunakan yakni konstruktivisme dengan metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data dengan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kampanye Public relations online melalui media sosial Instagram dilalui oleh 4 tahapan, yaitu (1) Identifikasi masalah, yakni dengan melakukan pengamatan dari jumlah jamaah yang hadir dan jenis sampah yang mendominasi pada saat kajian berlangsung. (2) perancangan, yakni dengan berdiskusi bersama KangPisMan, mengadakan kelas less waste, menjadikan Instagram sebagai media publikasi aktif dan melakukan brainstorming terkait konten. (3) pelaksanaan, menjadikan Instagram media publikasi untuk sosialisasi dan media publikasi terkait konten dari program. (4) Evaluasi, yakni dengan melakukan monitoring terkait sosialisasi dan keberlangsungan konten, memposting laporan hasil sedekah sampah di Instagram dan melakukan perencanaan ulang terkait hasil evaluasi dari pelaksanaan program.

Kata Kunci : Kampanye Public relations; Instagram; less waste ABSTRACT

This research aims to find out an overview of the stages of identification, planning,

implementation to evaluation in Public relations campaigns. The study used Ostergaard's

campaign model, a paradigm used by constructivism with qualitative descriptive methods and

data collection techniques with interviews. The results showed that the online Public relations

campaign through social media Instagram was passed by 4 stages, namely (1) Identify the

problem, namely by making observations of the number of worshippers present and the type of

garbage that dominated at the time of the study. (2) planning, namely by discussing with

KangPisMan, holding less waste classes, making Instagram an active publication medium and

brainstorming related content. (3) implementation, make Instagram media publications for

socialization and media publications related to the content of the program. (4) Evaluation, i.e.

(2)

350 Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368

by monitoring the socialization and continuity of content, posting reports of waste charity results on Instagram and planning the evaluation of the implementation of the program.

Keywords: Public relations Campaign; Instagram; less waste PENDAHULUAN

Kampanye Public relations ialah suatu kegiatan manajemen komunikasi yang dilakukan oleh seorang PRO atau praktisi humas yang telah direncanakan sebelumnya, tujuan dari kegiatan kampanye ini biasanya untuk merubah sikap serta mempengaruhi masyarakat sebagai publik secara persuasif agar mengikuti program yang dijalankan oleh perusahaan atau organisasi sehingga nantinya hal itu akan menumbuhkan kepercayaan publik terhadap perusahaan/organisasi tersebut. Era digital saat ini pelaksanaan kampanye Public relations bisa dilakukan melalui media mana saja, salah satunya media online.

Sugianto dan Sembiring dalam Jurnal Lensa Mutiara Komunikasi (Hal.

52), menjelaskan bahwa kampanye Public relations dapat diartikan sebagai sebuah penerangan terus menerus untuk memotivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan teknik komunikasi yang sifatnya berkesinambungan dan sudah terencana sebelumnya.

Ruslan (2005:66) menambahkan bahwa suatu kampanye Public relations juga dilakukan dengan tujuan agar terciptanya suatu kepercayaan dari masyarakat melalui penyampaian pesan secara intensif dengan proses komunikasi dan jangka waktu yang panjang atau berkelanjutan.

Media sosial merupakan sebuah platform media yang memfasilitasi masing-masing individu untuk berkomunikasi dan saling bertukar informasi secara online. Banyak varian media sosial yang berkembang di masyarakat, salah satunya yakni Instagram. Kepopuleran Instagram menjadi platform digital ini karena dinilai menyebarkan informasi yang cepat sehingga Instagram juga bisa dijadikan media kampanye seperti halnya yang dilakukan Shift Pemuda Hijrah Bandung dalam programnya less waste (lebih sedikit sampah).

Program less waste shift yang diluncurkan oleh Shift Pemuda Hijrah Bandung merupakan suatu program yang dimana mengusung tema “less waste, Let.s care” dalam programnya mereka bertujuan mengajak para masyarakat untuk mengurangi sampah khususnya sampah plastik demi menyelamatkan lingkungan dari bahaya sampah. Bentuk programnya yakni mereka membuka stand bank sampah yang dibuka setiap hari rabu dan sabtu dan mengadakan agenda less waste kids lalu menginformasikannya melalui media sosial.

Berdasarkan dara pra penelitian, media sosial Instagram @lesswasteshift sudah mencapai 3.290 pengikut per oktober 2019 dan saat ini mencapai 3.545.

Selain itu juga dalam media sosial Instagramnya mereka membuat sebuah konten

video edukatif dengan tema cara memilah sampah yang baik dan benar dalam

(3)

Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368 351

postingan pertamanya yang tercatat menginjak angka 5.156 penonton, yang dimana itu lebih dari followers Instagramnya. Sejak saat itu mulailah banyak masyarakat yang tahu tentang less waste shift dan mulai mengikuti Instagramnya.

Data hasil pra penelitian yang peneliti dapatkan melalui teknik pra wawancara dengan salah satu pihak pengelola program less waste yakni Kak Faldi, memaparkan bahwa pihak pengelola less waste shift tidak sembarang meluncurkan program ini, namun timnya dan seluruh anggota Shift Pemuda Hijrah sudah melakukan riset terlebih dahulu sampai akhirnya melaksanakan program ini, bahkan seluruh anggota Shift melakukan training terlebih dahulu khusus untuk membahas tentang sampah dan bagaimana cara pengelolaannya pada bulan november 2019. Tim pengelola berharap bahwa program ini harus bersifat lanjut, tidak lupa tim pengelola juga melakukan evaluasi atas setiap kegiatan, bertujuan agar program ini akan terus menjadi lebih baik kedepannya, dan cara perdana tim Shift Pemuda Hijrah dalam menginformasikan kepada masyarakat itu melalui media sosial karena Shift Pemuda Hijrah percaya bahwa menggunakan media sosial, segala bentuk informasi akan mudah dan cepat diterima oleh masyarakat.

Pemaparan diatas memnunjukkan bahwa media sosial menjadi salah satu media yang efektif dalam menumbuhkan kesadaran untuk menjaga lingkungan dan juga dalam kegiatan kampanyenya pihak less waste menjalankannya dengan diikuti mulai dari pra kampanye dan pasca kampanye.

Penelitian mengenai Kampanye Public relations sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Jessica Annette Lalamentik yakni meneliti mengenai Kampanye Gerakan Pungut Sampah melalui Media Sosial oleh Bandung Clean Action (Studi Deskriptif Kampanye melalui Akun Twitter @GPSbdg). Perbedaan signifikan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan terletak pada objek yang diteliti. Peneliti terdahulu meneliti objek media kampanye melalui twitter, sedangkan peneliti meneliti objek media kampanye melalui Instagram.

Penelitian ini dilakukan di Shift Pemuda Hijrah yang bersekretariat di Masjid Al-Lathiif Jl. Saninten No. 2 Kota Bandung. Kampanye Public Relations Online melalui media sosial Instagram @lesswasteshift dilakukan melalui beberapa tahapan, mulai dari pra kampanye sampai dengan pasca kampanye. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengetahui dan mengkaji lebih dalam mengenai tahapan-tahapan Kampanye Public relations Online Tentang Pengelolaan Sampah Melalui Media Sosial Instagram @lesswasteshift

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui tahapan dari Kampanye Public relations Online

Tentang Pengelolaan Sampah Melalui Media Sosial Instagram @lesswasteshift

dengan fokus penelitian yakni pertama, tahap identifikasi masalah dalam

(4)

352 Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368

kegiatan Kampanye Public relations Online Melalui Media Sosial Instagram

@lesswasteshift. Kedua, tahap perancangan program dalam kegiatan Kampanye Public relations Online Melalui Media Sosial Instagram @lesswasteshift. Ketiga, tahap pelaksanaan dalam kegiatan Kampanye Public relations Online Melalui Media Sosial Instagram @lesswasteshift. Keempat, tahap evaluasi dalam kegiatan Kampanye Public relations Online Melalui Media Sosial Instagram @lesswasteshift.

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dengan pendekatan interpretatif bertujuan agar dapat memahami fenomena serta dapat menginterpretasikannya sesuai dengan pengalaman yang didapatkan peneliti di lapangan. Metode yang digunakan yakni deskriptif kualitatif yang dimana penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan objek yang diteliti dengan apa adanya sesuai dengan keadaan ketika peneliti melakukan penelitian tersebut. Aktivitas atau fenomena yang ingin dideskripsikan dalam penelitian ini adalah mengenai kampanye Public relations Instagram dalam menjalani program kerjanya melalui media sosial Instagram @lesswasteshift. Sifat data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif yang diungkapkan dalam bentuk kalimat yang menjelaskan tentang bagaimana kampanye menggunakan media sosial dalam program tersebut.

LANDASAN TEORITIS

Model kampanye yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah model kampanye Ostergaard yang dikemukakan oleh Ostergaard. Ostergaard telah terlibat dalam puluhan program kampanye bertemakan perubahan sosial di negaranya. Sehingga, model yang diciptakannya muncul dari pengalamannya praktik di lapangan.

Ostergaard menjelaskan bahwa dalam kampanye didasari rancangan program untuk perubahan sosial namun tidak didukung dengan temuan-temuan ilmiah tidak layak untuk dilaksanakan, karena program semacam itu tidak akan menimbulkan efek apapun dalam menanggulangi masalah sosial yang dihadapi, maka dari itu Ostergaard berpendapat bahwa sebuah program kampanye hendaknya diurutkan sesuai tahapan yang paling dasar yakni identifikasi masalah yaitu mengidentifikasi masalah faktual yang dirasakan, bisa berupa melakukan proses pencarian fakta tentang suatu permasalahan sosial apa yang dialami masyarakat saat ini dan karakteristik seperti apa yang dimilki oleh masyakat dalam menghadapi permasalahan tersebut (Venus 2018:250).

Identifikasi masalah adalah pengenalan masalah yang terjadi di lapangan untuk ditindak lanjuti dengan cara membuat suatu rancangan program atau kegiatan. Hasil temuan masalah dapat diinventarisir sebagai data yang nantinya diputuskan solusi yang tepat untuk menanggulangi masalah yang ditemukan (Riski, dkk., 2018:27).

Kedua, ada tahap pengelolaan yang didalamnya ada perencanaan dan

(5)

Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368 353

pelaksanaan, langkah ini yaitu melakukan tahap riset yakni mengidentifikasi karakteristik khalayak sasaran agar dapat dirumuskan masalah apa yang sebenarnya terjadi, menyusun tujuan, segmentasi sasaran, menetukan pesan, membentuk tim pelaksana, saluran komunikasi apa yang akan dipakai, serta bagaimana cara untuk mengkomunikasikan pesannya agar maksud dari apa yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik.

Sedangkan dalam tahap pelaksanaan yang dimana termasuk kedalam tahap ketiga, pelaksanaan kampanye menjadi inti sekaligus penerapan dari rancangan program yang telah didiskusikan dan ditetapkan sebelumnya, dalam proses pelaksanaan para pihak pelaksana harus konsisten berpedoman pada rancangan yang ada tanpa mengabaikan penyesuaian dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Proses dalam berkampanye biasanya dilakukan melalui kerja tim, dalam kata lain memerlukan banyak sumber daya manusia yang akan terlibat didalamnya.

Keempat, tahap evaluasi yang diartikan sebagai proses yang berkelanjutan jika berbicara tentang program berjangka panjang, pada akhir sebuah kampanye pastinya pihak pengelola akan menilai berbagai aspek yang berkaitan dengan proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan, yang nantinya data tersebut bisa jadi bahan tinjauan ulang tujuan program dan menganalisis strategi jika program itu kedepannya akan lanjut atau tidak.

Cyber Public relations atau E-PR yakni sebuah inisiatif Public relations yang menggunakan media internet sebagai sarana publisitas. Onggo (2004:7) memaparkan bahwa Cyber Public relations atau E-PR mempunyai tujuan seperti halnya dengan tujuan dari Public relations, yaitu membidik media online dan membuat produk atau bisnis perusahaan terpublikasi.

Meike dan Young (2013) yang mengartikan bahwa media sosial sebagai wujud konvergensi antara komunikasi personal yang dimana memunculkan rasa saling berbagi antar individu (to be shared one-to-one) dan media publik untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada keistimewaan individu. Penggunaan media sosial menjadikan orang-orang dapat dengan mudahnya mecari sebuah informasi atau berpendapat dan bisa secara langsung bertukar informasi dengan kerabat dekat melalui sambungan internet. Salah satu media yang saat ini diminati oleh banyak khalayak yakni Instagram Nasrulloh (2017:11).

Instagram menjadi sebuah media sosial yang begitu popular pada era ini, bahkan para pengguna yang sudah men-download Instagram mencapai lebih dari 1 miliar. Berdasarkan data NapoleonCat (2020) pengguna Instagram di Indonesia mencapai 65 juta jiwa dengan usia pengguna tertinggi pada rentang 18-24 tahun.

Usia tersebut merupakan usia aktif seseorang sebagai mahasiswa. Melihat hal

tersebut tentunya menjadi kesempatan besar bagi sebuah perusahaan atau

organisasi untuk menggunakan Instagram sebagai media dalam

(6)

354 Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368

mengkomunikasikan setiap agenda dan kegiatan yang hendak dilakukannya.

Perbedaan yang mendasar antara kampanye melalui media internet websitedengan media massa terlihat pada jenis media dan gaya bahasa yang digunakan. Pada media sosial, bahasa yang digunakan sebagai kalimat pelengkap baik itu headline maupun caption terlihat lebih ringan dan santai sesuai dengan segmentasi media sosial tersebut. (Khoerunnisa dkk., 2018:93) HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Shift Pemuda Hijrah yang bersekretariat di Masjid Al- Lathiif Jl. Saninten No. 2 Kota Bandung. Pemuda hijrah adalah salah satu gerakan dakwah yang terdapat di Kota Bandung yang diigagas oleh Ustadz Hanan Attaki.

Shift Pemuda Hijrah merupakan sebuah yayasan yang dimana bentuk kegiatannya mempunyai tujuan untuk lebih berfokus pada sharing dalam bentuk motivasi dan juga semangat untuk terus berkegiatan yang berpangku sesuai ajaran islam. Shift menjadikan kegiatannya sendiri sebagai wujud memberikan spirit hijrah yang lebih meningkat terus menerus kepada para jamaahnya.

Awal mula nama gerakan ini adalah Shift saja, karena saat itu istilah hijrah dianggap belum trend seperti saat ini. Shift adalah kata lain dari pergerakan, perpindahan, pergeseran, atau perubahan yang artinya sama dengan hijrah.

Namun, saat mendaftarkan domain media sosial nama Shift sudah digunakan akhirnya ditambah dengan Pemuda Hijrah yang sampai saat ini lebih dikenal dengan Gerakan/komunitas Pemuda Hijrah.

Dalam mengajak anak muda untuk ikut kajian, pemuda hijrah menggunakan konten-konten kreatif, misalnya saja undangan kajian dengan menggunakan poster yang didesain dengan gaya anak muda sehingga dapat menarik antusias khalayak.

Selain poster-poster juga, untuk menarik anak muda agar mau ikut menghadiri kajian gerakan ini pun memodifikasi tema yang akan disampaikan dengan kegemaran anak muda, tetapi dengan tidak merubah isi dakwahnya.

Misalnya “jangan baper”, “ketika cinta bertepuk sebelah tangan”, “no hard feeling”, “nekat or fatih”, “berakit-rakit dahulu ke jannah kemudian”, dan masih banyak lagi. poster dengan tema-tema menarik ini disebarkan melalui media sosial, sebab media sosial dekat dengan kehidupan anak muda saat ini. Berikut beberapa media sosial yang dimiliki oleh Shift Pemuda Hijrah, yakni: Instagram (@Shiftmedia.id), Channel Youtube ( Shift Media), Website (pemudahijrah.id).

Shift saat ini juga mulai menggerakan rangkaian aktifitasnya ke dalam

bidang-bidang bisnis ataupun program-program yang sifatnya timbal balik

namun tetap kembali lagi ke tujuan awal yang tentunya tidak menyusahkan para

(7)

Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368 355

jamaah dan juga diharapkan dapat memberikan suatu hal yang bermanfaat bagi satu sama lain maupun masyarakat banyak.

Program less waste shift yang dibuat oleh Shift sejak tahun 2019 ini merupakan salah satu bentuk kegiatan shift untuk mengajak para jamaah lebih sadar akan pentingnya mengelola sampah dengan cara yang bijak dan juga bertujuan untuk lebih mengurangi sampah plastik, dalam merealisasikan programnya shift menggunakan media publikasi Instagram untuk menjalankan program kampanye mengelola sampahnya.

Tahap Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan tahap pertama yang Shift lakukan dalam kegiatan programnya. Aspek pertama yang pihak Shift lakukan dalam usaha mengidentifikasi masalah atau pencarian fakta yakni dengan memperhatikan kuantitas dari jumlah jamaah yang hadir pada saat kajian yang diadakan oleh Shift Pemuda Hijrah. dalam tahap ini pihak Shift harus terlebih dahulu melakukan riset baik mengamati langsung di lapangan atau mencari tahu melalui media online tentang permasalahan sosial apa yang saat ini sedang terjadi.

Tahap riset yang dilakukan di lapangan maupun mengamati melalui media online mempunyai maksud agar tema yang diambil dalam program ini sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya sedang terjadi di masyarakat sehingga nantinya pesan ajakan yang hendak disampaikan dapat diterima, dipahami dan juga dilaksanakan oleh khalayak, selain itu juga tahapan pencarian fakta atau identifikasi masalah ini diperlukan agar pihak Shift dapat mengetahui latar belakang dari data-data yang telah diperoleh, sehingga nantinya bisa dirumuskan bagaiamana solusi yang perlu diciptakan untuk permasalahan tersebut.

Pelaksanaan identifikasi masalah atau riset membantu dalam usaha melaksanakan program Public relations secara lebih efektif karena kemampuan dalam mengidentifikasi suatu masalah merupakan salah satu faktor kunci untuk kesuksesan suatu program Gregory (2017:57).

Shift pemuda hijrah mempunyai kegiatan regular yang dimana agendanya rutin dilaksanakan setiap seminggu 2 kali, kegiatannya yakni berbentuk sebuah kajian yang dimana pengisinya yaitu para ustadz yang memberikan sebuah pemahaman atau ilmu-ilmu terkait ajaran agama islam atau akrab dengan sebutan Sharing Night. Kegiatannya bertempat di Masjid Al Lathiif setiap hari sabtu dan juga di Masjid Agung Trans Studio Bandung setiap hari rabu. Setiap kegiatan yang berlangsung terbukti kajian ini mendatangkan khalayak yang banyak dan didominasi oleh para anak muda.

Kegiatan Sharing Night merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai

konsep mendatangkan jamaah yang banyak dan juga mempunyai alur kegiatan

(8)

356 Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368

yang rutin dilaksanakan oleh Shift, menjadikan kajian ini tentu menjadi salah satu kegiatan yang ikonik untuk Shift sendiri, tidak heran Shift menjadikan kegiatan kajian ini sebagai hal penunjang untuk mengidentifikasi khalayak yang datang setiap kegiatan kajian ini berlangsung.

“Sebenernya problemnya ya yang aku dapet kan sebelumnya ada kajian, nah setiap kajian itu sampahnya banyak terus kebayang gak sih, jadi setiap ada kajian nih kan banyak tuh, nah si jamaah ini buang macam-macam sampah, kaya sampah ini sampah itu, nah terus kita langsung mikir kan wah masa sih kajian islami tapi sampahnya banyak,, malu dong ya. Jadi awalnya dari situ kita lihat.

Apalagi jamaah yang dateng itu kan bukan jumlah yang sedikit loh, selalu banyak kan, bisa lihat sendiri di media sosial kita kalo di TSM tuh bisa sampe keluar kan, duduk di halaman masjid. Nah gitu, jadi kebayang kan sampahnya akan sebanyak apa kalo misalnya si jamaah ini gak segera kita ajak, kita rangkul untuk ayo lah mulai kurangi sampah yuk”

Berdasarkan pemaparan diatas, kak Faldi mengutarakan bahwa Shift pemuda hijrah melihat masih kurangnya pemahaman dan edukasi dari para jamaah tentang permasalahan sampah karena masih banyaknya yang membuang sampah sembarangan. Dampak dari sampah-sampah yang berserakan bebas tersebut dirasa sangat berpengaruh pada citra dari Shift sendiri.

Langkah pertama yang memang sudah seharusnya dilakukan dalam melakukan suatu kampanye yakni mengidentifikasi masalah faktual yang dirasakan, hal tersebut bertujuan agar bisa memastikan terlebih dahulu bahwa analisis dari sebab dan akibat permasalahan itu benar adanya dan tidak ada unsur buatan atau mengada-ngada Venus (2018:30).

Shift dikategorikan sebagai media untuk berdakwah dan seperti yang kita tahu bahwa menjaga kebersihan merupakan salah satu ajaran yang harus ditanamkan terus menerus salah satunya melalui dakwah, maka memang salah satu gerakan dalam mengedukasi para jamaah ialah dengan cara memberi pemahaman terlebih dahulu yang sifatnya umum sehingga hal tersebut akan membantu dalam proses mengkampanyekan program mengurangi sampah dalam program less waste Shift.

Identifikasi kedua yang pihak Shift lakukan yaitu dengan melihat langsung

jenis sampah apa yang mendominasi saat kajian sedang berlangsung. Sampah

yang mendominasi ternyata sampah plastik yang jenisnya seperti botol minuman

ataupun kantong yang tempatnya berbahan plastik, dalam hal ini pihak Shift

melihat bahwa harus adanya solusi atas permasalahan tersebut salah satunya

dengan menyediakan dan mengajak para jamaah untuk tidak membawa barang

yang berbahan dasar plastik.

(9)

Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368 357

“Jadi selain aspek yang awal tadi, kita juga liat nih di setiap kajian jenis sampah apa sih yang sering dibawa jamaah kalo kajian, eh ternyata plastik. Nah kita juga tau dong kalo plastik itu kan susah diurai ya pokoknya jenis sampah yang ribet deh kalo gak dimanfaatin untuk diolah kembali. Apalagi kan orang- orang biasanya kalo habis minum dari bahan yang plastik gitu, si tempatnya langsung rusak kan? Terus beli lagi, nanti rusak lagi, bakal gitu aja terus. Makanya kita Shift di setiap kajian gitu liat oh ternyata sampah yang mendominasi itu plastik, baik minuman atau makanan ya, jadi kalo itu terus dibiarkan lama kelamaan diliatnya juga gak enak gitu berantakan”

Berdasarkan pemaparan diatas, kak Faldi mengutarakan bahwa Shift pemuda hijrah dalam mengidentifikasi hal tersebut tentu dapat menarik kesimpulan bahwa dengan adanya permasalahan sampah plastik di setiap kajian yang berlangsung dampaknya bisa membuat siapapun dan pihak manapun merasa tidak nyaman sehingga bisa membuat citra dari Shift ini lambat laun akan terancam, walaupun sebenarnya Shift sendiri tidak memfokuskan tujuan agar organisasinya harus besar, namun lebih kepada membuat semangat hijrah anak muda yang meningkat tetapi dengan adanya perhatian dari pihak Shift akan hal tersebut, mereka secara tidak langsung juga memikirkan bahwa opini masyarakat terhadap Shift itu sangatlah penting.

Hal tersebut didukung oleh Klingemann dkk (2002) menjelaskan bahwa segala upaya identifikatif ada yang disebut dengan analisis situasi yang dimana ditujukkan untuk membuktikkan bahwa adanya suatu masalah yang perlu ditangani lewat aktivitas kampanye dan memastikan bahwa kegiatan kampanye tersebut betul-betul bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat Venus (2018:252).

Berdasarkan hasil temuan saat di lapangan peneliti mengetahui bahwa pihak Shift maupun pihak less waste melihat ada 2 indikator yang menjadi fokus indentifikasi mereka terhadap permasalahan sampah. Pertama dari hasil pengamatan jumlah jamaah yang hadir pada saat kajian Shift Pemuda Hijrah dan yang kedua hasil pengamata jenis sampah yang mendominasi di lokasi kajian Shift Pemuda Hijrah dan didapatkan dua temuan yakni sampah botol plastik dan kantong plastik yang selalu mendominasi di lokasi kajian.

Tahap Perancangan Kampanye

Perancangan program merupakan tahap kedua yang hendaknya dilakukan setelah proses pencarian fakta mengenai fokus permasalahan. Ada beberapa tahap perancangan yang Shift lakukan dalam proses perancangan program ini.

Media sosial tepatnya Instagram menjadi salah satu platform yang dipakai Shift di

beberapa proses perancangan dalam program less waste ini. Venus (2018:246)

(10)

358 Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368

menyebutkan bahwa dalam sebuah kampanye tentunya perlu adanya rancangan mengenai tujuan program, lalu merumuskan pesan kampanye akan dibuat seperti apa, sasaran kampanye itu untuk siapa saja serta strategi dan taktik yang dibuat untuk pelaksanaan kampanye akan bagaimana.

Proses perancangan programnya, pihak less waste selalu berupaya untuk mejalankan program ini secara beriringan dan juga dalam bentuk karena kegiatan kampanye merupakan kerja tim yang dimana personil kampanye harus benar- benar diseleksi lalu kemudian diberikan pelatihan yang bersifat teknis dan non teknis. Penguasaan keterampilan juga penting ditanamkan kepada para personil kampanye seperti kemampuan wawancara, persuasi, presentation skills dan sebagainya Venus (2018:292).

Suatu organisasi yang akan atau sudah membuat suatu program pastinya membutuhkan pihak-pihak yang sudah lebih ahli dalam bidang tersebut, untuk sekedar berbagi ilmu maupun berbagi tahapan-tahapan yang perlu dilakukan sebelum program tersebut berjalan. Shift Pemuda Hijrah dalam melanjutkan langkah dari proses pencarian fakta menuju pelaksanaan program, pihak Shift terlebih dahulu merancang program ini dengan berkomunikasi bersama Pemerintah Kota Bandung melalui programnya yaitu KangPisMan (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan).

Agenda berdiskusi bersama KangPisMan hal itu memberikan pihak Shift khususnya tim pengelola less waste suatu pemahaman yang jelas mengenai permasalahan sampah, tidak hanya mengedukasi langsung mengenai pengelolaan sampahnya saja, dalam diskusinya tersebut KangPisMan justru menjelaskan terlebih dahulu permasalahan sampah serta memaparkan juga apa sebab dan akibat dari adanya permasalahan sampah ini. Setelah menjelaskan secara umum tentang permasalahan sampah yang terjadi, KangPisMan pun memaparkan tentang teknis dari program yang mereka jalankan, dengan itu diharapkan pihak Shift mendapatkan gambaran terkait program less waste yang akan mereka jalani.

Agenda pembekalan materi terkait pengelolaan sampah juga dilakukan oleh pihak Shift setelah melakukan diskusi bersama KangPisMan, dalam melaksanakan rancangan ini pihak Shift khususnya tim less waste bekerja sama dengan pihak ketiga yakni plastavfall dalam mengedukasi anggota-anggotanya tentang pengelolaan sampah.

Serupa halnya dengan KangPisMan, Plastavfall pun mempunyai misi yang

sama dengan less waste, dibuatnya kelas less waste bertujuan untuk memberikan

pemahaman yang mendalam terkait sampah, khususnya mengenai bagaimana

cara tim pengelola memilah sampah tersebut,. Kelas less waste sendiri seperti yang

disebutkan oleh informan sebenarnya hanya ditujukan untuk diikuti oleh orang-

orang yang akan ikut terjun langsung saja di program less waste agar anggota-

(11)

Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368 359

anggota Shift yang lain pun dapat mengetahui dan memahami terkait pengelolaan sampah, sehingga diharapkan ketika masyarakat luar bertanya perihal less waste baik melalui media sosial maupun bertatap muka secara langsung, pihak Shift bisa menjelaskannya secara lugas, disini pihak Shift khususnya tim pengelola less waste terlihat cukup matang dalam mempersiapkan bekal materi untuk mereka sampaikan kembali ke masyarakat luar.

Instagram dinilai menjadi salah satu media publikasi yang saat ini digemari oleh masyarakat luas, Shift melihat peluang tersebut dengan membuat sebuah official acoount dari less waste shift sebagai media publikasi aktif yang dimana menjadi penghubung komunikasi antara tim pengelola less waste dengan masyarakat luar.

“Instagram doang sih karena kan jaman sekarang Instagram banyak banget penggunanya ya, Instagram yang official sama yang Ustad Hanan, jadi yang paling ngaruh tuh yang Ustadz Hanan kalo udah posting, marketnya kan disana, marketnya ustadz juga kan disana di Instagram. Terus shiftmedia juga followersnya 2 juta jadi lumayan juga kan”

Berdasarkan pemaparan diatas, Kak Faldi menjelaskan bahwa selain official account dari less waste, tim dari Shift juga memanfaatkan akun Instagram pribadi milik Ustadz Hanan Attaki karena dinilai dalam menyebarkan segala macam informasi melalui Instagram Ustadz Hanan Attaki, hal tersebut menciptakan pengaruh yang cukup besar yakni dapat dengan mudah mecuri perhatian banyak publik dan juga pesan-pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh banyak orang. Selaras dengan yang dipaparkan oleh Rice dan Atkin (2009) menyatakan bahwa kampanye saat ini mulai bermigrasi dari media massa ke media sosial yang lebih interaktif, karena mampu membangun keterlibatan dan rasa kebersamaan di antara penggunanya Venus (2018:153).

Proses merancang kontennya pun pihak Shift tidak sembarang dalam menentukan siapa yang membuat konten tersebut karena tetap harus diperhatikan bahwa nilai atau warna yang tercantum dalam konten tersebut harus sesuai dengan Shift. Setiap konten yang diposting agar sesuai dengan kriteria dari tim inti Shift, maka dilakukan tahap diskusi antar tim pengelola khususnya tim multimedia.

“Jadi awalnya kita emang brainstorming dulu konten yang mau di up

kemudian kalo misalnya itu berbentuknya materi, kita cari dulu materinya

kemudian nanti dibikin story boardnya. Kalo misalnya itu video nanti kita siapa

yang nge take terus nanti dimana loaksinya, siapa narasumbernya kalo butuh VO

nya, kita cari VOnya, scriptnya gimana udah kaya gitu nanti baru eksekusinya

nanti kemudian diedit”

(12)

360 Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368

Berdasarkan pemaparan diatas, kak Ratu menjelaskan bahwa sebelum merumuskan sebuah kontem, tim pengelola program khususnya tim multimedia sebelumnya melakukan brainstrorming terlebih dahulu dengan sesama anggota, lalu pihak pengelola membuat sebuah story board dari hasil brainstorming yang berisi alur dari konten yang akan dibuat seperti menetukkan narasumber, membuat script dan juga penentuan videographer dan editor untuk konten video.

Berdasarkan hasil temuan saat di lapangan peneliti mengetahui bahwa bahwa pihak Shift khususnya tim pengelola terlihat sangat berhati-hati jika berkaitan dengan konten yang akan dimuat, karena tentu pihak Shift sendiri paham segala sesuatu yang tercantum di media sosial atas nama organisasi tentunya secara otomatis itu akan menunjukkan gambaran dari organisasi tersebut, dengan kata lain pihak Shift sangat berhati-hati dalam menentukan aspek-aspek pesan yang ingin dibagikan yang terbentuk dalam sebuah konten.

Pada prinsipnya desain dari pesan kampanye harus sejalan dengan karakteristik khalayak sasaran, saluran yang digunakan dan juga efek kampanye yang diharapkan. Pesan kampanye pun memiliki berbagai dimensi yang meliputi pesan verbal, nonverbal dan visual namun tetap sebuah pesan kampanye harus didasarkan pada pertimbangan aspek kesederhanaan, bertujuan agar pesan yang disampaikan mudah dipahami Venus (2018: 293).

Tahap Pelaksanaan Program

Pelaksanaan program merupakan tahap ketiga yang hendaknya dilakukan setelah proses perancangan program. Ada beberapa tahapan pelaksanaan yang Shift dan tim pengelola less waste jalani setelah sebelumnya sudah membuat rancangan- rancangan yang mendukung dalam keberlangsungan pelaksanaan program.

Tahap pelaksaan yang dimulai dari sosialisasi hingga pelaksaan dilapangan.

Broom memaparkan bahwa sosialisasi dapat dilihat berdasarkan dua sudut pandang yaitu dari sudut masyarakat dan dari sudut individu Soekanto (2005).

Pelaksanaan program kampanye mengurangi sampahnya, disini pihak pengelola less waste lebih mengupayakan di media sosial Instagram, hal itu dikarenakan karena proses penyampaian pesan yang disampaikan melalui media sosial sangatlah cepat dan juga berpengaruh dengan cepat. Hal tersebut serupa dengan yang dipaparkan oleh Ramadhansyah (2012) memaparkan bahwa cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena yang cukup besar terhadap arus informasi, tidak hanya di negara-negara maju, melainkan juga di Indonesia Setyani (2015:8).

Informasi kegiatan yang tertera di media sosial Instagram tentu dinilai

merupakan hal yang sangat penting karena dalam pengemasan informasinya

(13)

Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368 361

pihak Shift atau pun pihak pengelola dari less waste harus memastikan betul apakah pesan yang disampaikan jelas atau tidak.

Jelas tidaknya informasi yang dimuat tentu akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan program. Namun, pihak Shift maupun tim pengelola less waste mengemas informasi yang cukup apik yakni dengan menyatukan informasinya dengan info kajian sehingga para jamaah yang datang ke kajian pun secara tidak langsung teredukasi secara mandiri hanya dengan membaca postingan yang ada di media sosial. Berikut gambar yang didapat oleh peneliti dari Instagram Shiftmedia

Sumber: Instagram @shiftmedia.id

Gambar 1. Screenshot postingan video edukatif

Gambar 1 menunjukkan bahwa pihak Shift menyisipkan informasi mengenai less waste dibagian bawah caption secara jelas dari mulai tempat serta waktu pelaksanaannya. Selain itu, pihak Shift juga menyisipkan Hashtag

#KajianStarterKit yang dimana Kajian Starter Kit itu merupakan salah satu ajakan dari pihak Shift kepada para jamaah yang salah satunya yakni untuk membawa botol minum pribadi yang mereka bawa dari rumah, sehingga secara tidak langsung hal tersebut membantu pihak Shift dalam melakukan pengurangan sampah bersama para jamaah kajian.

Beberapa konten yang dibuat dengan tujuan mengambil perhatian khalayak sudah dibuat oleh pihak Shift, kontennya sendiri tidak hanya berbentuk informasi-informasi saja, melainkan foto, video edukatif dan juga postingan foto yang memperlihatkan berlangsungnya kegiatan less waste yang ada di tempat kajian. Konten video dan fotonya sendiri yakni berupa video edukatif, video kegiatan sedekah sampah, video kegiatan less waste kids, postingan foto

#infolesswaste, postingan foto less waste daily.

(14)

362 Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368 Sumber: Instagram @lesswasteshift

Gambar 2. Screenshot postingan video edukatif

Gambar 2 menunjukkan bahwa postingan video edukatif yang dibuat oleh tim pengelola less waste tentang bagaimana pengelolaan sampah botol plastik, yang dimana video ini merupakan postingan pertama dari akun Instagram less waste. Postingan ini mendapatkan banyak sekali penayangan yakni menginjak angka 5.426 penayangan, bahkan jumlah tayangan tersebut lebih banyak dari followers Instagram less waste itu sendiri. Selain postingan pertama yakni video edukatif cara mengelola sampah, tim pengelola pun memposting beberapa konten yang dimana menginformasikan beberapa pengetahuan mengenai sampah yang diberi nama #INFOLESSWASTE.

Sumber: Instagram @lesswasteshift

Gambar 3. Postingan Infografis data jumlah dan jenis sampah

Gambar 3 menunjukkan bahwa tim pengelola dari Instagram less waste

membuat suatu infografis yang dimana isinya tentang data jumlah dan jenis

sampah yang ada di sekeliling masyarakat. Terlihat bahwa pihak Shift maupun

pihak pengelola less waste mencoba menunjukkan kepada masyarakat bahwa

(15)

Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368 363

dengan masyarakat melakukan usaha pengelolaan sampah atau meminimalisir sampah, hal tersebut bukan hal yang sulit, melainkan suatu hal yang menyenangkan, maka dari itu di setiap postingannya pihak Shift maupun pihak pengelola dari less waste selalu memposting kegiatan dengan apa adanya, sesuai keadaan di lapangan.

Berdasarkan hasil temuan saat di lapangan peneliti mengetahui bahwa dalam pelaksanaannya tim pengelola menjadikan Instagram sebagai media publikasi untuk sosialisasi mengenai program less waste terkait pelaksanaan sedekah sampah dan less waste kids sebelum kegiatannya berlangsung,

Hal tersebut bertujuan sebagai upaya mengajak para masyarakat untuk mengikuti program tersebut. Kedua, tim pengelola program less waste juga membuat beberapa konten di Instagram dengan tujuan untuk mengajak secara persuasif para pengikut dari akun Instagram karena media sosial merupakan media alternatif yang dipandang mampu mendatangkan inovasi-inovasi baru dalam kehidupan sosial masyarakat (Mardiana., 2018:115)

Tahap Evaluasi Program

Tahap evaluasi ini. Shift mengkaji serta melihat ulang kekurangan dari program yang sudah terlaksana, sehingga nantinya pihak Shift khususnya tim pengelola dari program less waste dapat memperbaiki kesalan-kesalahan tersebut untuk kedepannya. Selain itu juga tahap evaluasi dibuat dengan tujuan untuk melihat perubahan apa yang terjadi pada khalayak yang sudah mengikuti program less waste pasca pelaksanaan programnya

Merujuk dari model kampanye Ostergaard memaparkan bahwa tahap evaluasi ini disebut tahap pascakampanye yang dimana evaluasi diarahkan pada keefektifan kampanye dalam keberhasilan suatu upaya mengurangi masalah sebagaimana yang telah terlaksana pada tahap prakampanye Venus (2018:32).

Kategori pertama yang menjadi hasil dari evaluasi yang dilakukan oleh pihak pengelola less waste yakni memonitoring terkait sosialisasi dan keberlangsungan konten di akun media sosial Instagram @lesswasteshift. Hal yang dilihat oleh pihak pengelola less waste terkait sosialisasi dalam evaluasi ini yaitu melihat apakah sosialisasi yang dijalankan sesuai dengan strategi dari perencanaan yang sudah dirumuskan atau tidak.

“Evaluasi dulu tuh biasanya kita tiap minggu cuman mungkin aktifitas temen-temen juga yang pada kerja ya, ada yang sekolah, ada yang belajar juga nah ajdi kita perdua minggu akhirnya untuk evaluasi. Apa kang hasil evaluasinya?

Biasanya evaluasi tentang sosialisasi yang pertama, yang kedua keberlangsungan

konten, yang ketiga raihan, dapet berapa nih kita raihannya. Mungkin teteh juga

(16)

364 Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368

pernah liat ada grafik gitu kan, nah tiap minggu grafiknya kaya gimana, nah abis itu biasanya kita update, update hasil.”

Berdasarkan pemaparan diatas yang dijelaskan oleh Kang Piki, dapat diketahui bahwa tahap evaluasi yang dilakukan oleh tim pengelola program bersama tim ini dulu dilakukan setiap minggu. Namun, karena perbedaan jadwal dari masing-masing anggota akhirnya tahap evaluasi dilakukan perdua minggu.

Hasil evaluasinya sendiri yakni berkaitan dengan sosialisasi dalam pelaksanaan program, baik sosialisasi di lapangan atau melalui media sosial.

Kedua, mengenai keberlangsungan konten di media sosial apakah berjalan efektif atau tidak dan yang terakhir yakni perhitungan raihan dari hasil pendapatan dari sedekah sampah,

Pembahasan mengenai evaluasi terkait sosialisasi programpun tidak dilakukan hanya sekali, melainkan dibahas setiap adanya agenda evaluasi karena melihat kegiatan program less waste ini dilaksanakan setiap dua kali seminggu untuk kegiatan sedekah sampah dan dua minggu sekali untuk kegiatan less waste kids.

Kegiatan sedekah sampah dari program less waste tentunya berbeda dengan kegiatan dari less waste kids, yang dimana sedekah sampah mempunyai keuntungan atau hasil yang didapat dari penjualan sampah yang sudah disedekahkan oleh para jamaah dan masyarakat.

Shift Pemuda Hijrah mengadakan program less waste ini dari awal memang

sudah mempunyai tujuan, bahwa hasil akhir pendapatan yang didapat dari

sedekah sampah sepenuhnya akan dipakai untuk berdakwah kembali, sehingga

pihak Shift khususnya tim pengelola less waste selalu rutin memposting hasil

sedekah sampah melalui instastorynya karena keberadaan media baru sebagai

media untuk berdakwah, melalui jaringan internet ini memberikan banyak

manfaat bagi siapapun yang dapat menggunakannya dengan bijak (Herman.,

2017:174)

(17)

Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368 365 Sumber: Instagram @lesswasteshift

Gambar 4. Postingan Laporan Hasil Sedekah Sampah

Gambar 4 diatas menunjukkan bahwa tim pengelola membuat sebuah infomasi terkait hasil dari pelaksanaan sedekah sampah, dalam gambar terlihat adanya daftar dari maisng-masing material sampah beserta jumlah yang terkumpul perhari itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa pihak Shift maupun tim pengelola less waste selalu berusaha memberikan transparansi data untuk mendapat kepercayaan dari para khalayak terkait program yang mereka jalankan.

Agenda evaluasi yang dijalankan oleh Shift maupun tim pengelola pasca pelaksanaan program menjadi tahapan yang penting karena sebagai bentuk pemantauan terhadap jalannya program less waste. Evaluasi juga dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan program sesuai dengan apa yang sudah dirancang sebelumnya, mengenai tahap evaluasi.

“Kalo konten sebenernya, pasti selalu banyak evaluasi. Karena kita pasti yang pertama akan ngevaluasi misalnya peningkatan video ini gimana, video ini bikin interest orang atau engga”

Berdasarkan pemaparan diatas yang dijelaskan oleh Kak Ratu, dapat diketahui bahwa dalam setiap evaluasi selalu adanya pembahasan mengenai persoalan konten yang salah satunya yakni peningkatan video, dilihat dari banyaknya komentar atau likes di Instagram. Pemantauan hasil video yang dibuat tersebut dinilai sebagai salah satu indikator yang secara akurat dapat melihat bahwa masyarakat luar timbul rasa ketertarikan atas konten yang dibuat atau tidak, maka keberlangsungan konten memang salah satu hal utama yang menjadi poin hasil evaluasi.

“kita tuh pemain baru jadi kita gamau kaya sok tau gitu buat ngejelas- jelasin, ngecampign-campaign untuk minim sampah kan. Karena kan yang lain pasti udah pada pro gitu kan, kita cuman memulai dari awal untuk kita juga pengen nih ada program yang berbasis program less waste yang berbasis dari masjid.”

Berdasarkan pemaparan diatas yang dijelaskan oleh Kak Ratu, dapat

diketahui bahwa , tim pengelola melakukan perencanaan ulang terkait hasil

evaluasi tersebut yang diantaranya mengenai bentuk konten seperti apa yang

akan dibuat kedepannya, dalam hal materi untuk konten pun mereka

merumuskannya ulang karena baik tim pengelola maupun tim inti dari Shift

sendiri menilai bahwa mereka tetap harus berhati-hati dalam mengemas suatu

konten di media sosial, karena mereka menilai bahwa Shift ini masih tergolong

cukup baru dalam pembuatan program berbasis lingkungan ini, maka dari itu

(18)

366 Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368

mereka tidak sembarangan dalam upaya mengkampanyekan pengelolaan sampah dalam hal meminimalisir sampah di lingkungan sekitar yang dimulai dari masjid.

Berdasarkan hasil temuan saat di lapangan peneliti mengetahui bahwa tim pengelola berupaya untuk selalu menjadikan konten terkait program less waste yang mereka muat di Instagram @lesswasteshift lebih baik dari sebelumnya, dapat dilihat dari kegiatan mereka dalam merencanakan ulang materi konten yang akan dibuat secara matang.

Selaras dengan yang diungkapkan Gregory (2000) memaparkan bahwa evaluasi itu menunjukkan keefektifan pelaksana kampanye dalam merancang dan mengimplementasikan program, jika program kampanye tersebut berhasil, hal tersebut akan menaikkan kredibilitas sebagai pelaksana kampanye Venus (2018:306).

PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Shift Pemuda Hijrah Bandung telah melakukan kampanye Public relations online tentang pengelolaan sampah melalui media sosial Instagram less waste shift, dengan menggunakan tahapan Model Kampanye Ostergaard yang dimulai dari tahapan identifikasi masalah, perancangan program, pelaksanaan program sampai dengan evaluasi program.

Tahapan proses identifikasi masalah dengan cara riset langsung ke lapangan dalam bentuk pengamatan terhadap jumlah jamaah yang hadir pada saat kajian yang dilaksanakan Shift Pemuda Hijrah dan pengamatan dari jenis sampah yang mendominasi.

Tahapan perancangan dalam kampanye Public relations program less waste melalui media sosial Instagram yaitu pertama Melakukan Diskusi bersama Humas Pemerintah Kota Bandung. Kedua, Mengadakan kelas less waste bersama Plastavfall yang diikuti oleh setiap anggota dari Shift Pemuda Hijrah dan tim pengelola program. Ketiga, Merancang media sosial Instagram sebagai media publikasi aktif. Keempat, melakukan brainstorming bersama tim pengelola terkait konten.

Tahapan pelaksanaan dalam kampanye Public relations program less waste melalui media sosial Instagram, sebagai media sosialisasi dan publikasi terkait konten dari program less waste.

Tahapan akhir evaluasi dalam kampanye Public relations program less waste

melalui media sosial Instagram yaitu pertama, Monitoring. Kedua, memposting

laporan hasil sedekah sampah di akun media sosial Instagram @lesswasteshift dan

ketiga melakukan perencanaan ulang terkait konten yang mengacu pada hasil dari

evaluasi.

(19)

Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368 367

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan yang telah di paparkan sebelumnya, berikut ini terdapat beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan serta bahan pertimbangan bagi Shift Pemuda Hijrah Bandung, khususnya tim pengelola dari less waste. Adapun saran dari peneliti sebagai berikut: Pertama agar hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Shift Pemuda Hijrah sebagai acuan untuk lebih mengoptimalkan kegiatan kampanye Public relations mengenai less waste shift baik secara langsung maupun melalui media sosial Instagram.

Kedua, untuk lebih mengoptimalkan penggunaan media sosial Instagram

@lesswasteshift dengan konsisten membuat konten-konten terkait pengelolaan sampah dengan tujuan agar khalayak terus mendapatkan informasi dan edukasi mengenai pengelolaan sampah sehingga diharapkan jika konten-konten di Instagram sudah banyak dapat menciptakan empati para khalayak untuk menerapkan gerakan lebih sedikit sampah.

DAFTAR PUSTAKA

Gregory, Anne. 2017. Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public relations.

Jakarta: Erlangga

Herman. 2017. Strategi Komunikasi Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) Melalui Media Sosial. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(02)

Instagram @lesswasteshift, diakses pada 20 Desember 2019 pukul 23.07 WIB di https://www.Instagram.com/lesswasteshift/

Khoerunnisa, R, dkk. Aktivitas Kampanye Public relations dalam Mensosialisasikan Internet Sehat dan Aman. Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat, 3(04)

Mardiana. 2018. Pengaruh Media Sosial Terhadap Tingkat Pidana Narkotika di Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(02)

Nasrullah, Rulli. 2017. Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya dan Sosioteknologi.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Onggo, Bob Julius. 2004. Cyber Public relations. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Riski, L, dkk. 2018. Manajemen Kampanye Bahaya Merokok melalui Iklan Layanan Masyarakat Televisi. Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat, 3(04)

Ruslan, Rosady. (2005). Kiat dan Strategi Kampanye Public relations. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada.

Setyani, Novia. (2013) Penggunaan Media Sosial Sebagai Sarana Komunikasi Bagi Komunitas. Skripsi S1. Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sugianto, Sembiring. 2018. Kampanye Public relations dalam Membentuk Sikap Positif

(20)

368 Reputation: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 4 (2020) 349-368

Khalayak (Studi pada Kampanye Kawasan Bebas yang Diimplementasikan oleh Universitas Sari Mutiara Indonesia). Jurnal Lensa Mutiara Komunikasi. 2(01) Venus, Antar. (2018). Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam

mengefektifkan kampanye komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama.

Gambar

Gambar 2. Screenshot postingan video edukatif

Referensi

Dokumen terkait

Solusi terhadap polusi di dunia dan penipisan sumber daya alam ini adalah teknologi-teknologi yang lebih sedikit atau tidak sama sekali menggunakan bahan bakar

Materi dan tugas pembelajaran dikembangkan dengan prinsip-prinsip Pendekatan Komunikatif untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam keempat keterampilan berbahasa, yaitu

Isu mengenai anak berkebutuhan khusus dan anak jalanan menjadi sebuah topik yang menarik untuk diangkat dalam sebuah news features.. Bentuk news features dipilih karena

Modul IV ini adalah modul yang akan memberikan gambaran umum tentang kristalografi, pengetahuan tentang kristalografi sangat penting utnuk membantu mahasiswa dalam memahami dan

Saat ini Public relations sudah berkembang hingga dapat dicapai secara online yaitu dengan online Public relations Definisi dari online Public relations adalah

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi pada etnis Papua melalui tokoh Minus dalam komedi situasi “Keluarga Minus” telah menggambarkan kepercayaan, budaya, identitas

Selain itu Rosady Ruslan (2003) juga menjelaskan bahwa “Praktisi Public Relations dalam melakukan kampanye bertujuan untuk menggalang atau merekayasa opini publik (public