ANALISIS YURIDIS TERHADAP YAYASAN YANG TIDAK MENGIKUTI KETENTUAN UNDANG- UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN SETELAH KELUARNYA PERATURAN
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan FakultasHukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
ErvinaYulia 157011230 / M.Kn
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
Telah diuji pada Tanggal
PANITIA PENGUJI TESIS
KETUA : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum ANGGOTA : 1. Prof. Dr. Sunarmi, SH, MHum
2. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum 3. Prof. Dr. Hasim Purba, SH, MHum
4. Dr. Dedi Harianto, SH, MHum
ABSTRAK
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.Perubahan Undang-Undang Yayasan sesuai dengan konsideranUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 disebabkan karena Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 dalam perkembangannya belum menampung seluruh kebutuhan dan perkembangan hukum dalam masyarakat, serta terdapat beberapa substansi yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran.Yayasan harus menyesuaikan anggaran dasarnya dengan terlebih dahulu dan mengajukan pengesahan badan hukum Yayasan kepada Menteri.proses pengesahan Yayasan yang baru didirikan maupun yayasan lama yang akan melakukan penyesuaian anggaran dasar. Adapun masalah yang dibahas mengenai kedudukan Yayasan yang belum menyesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.Peran notaris dalam mengatasi keadaan dimana Yayasan belum menyesuaikan anggaran dasarnya dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.Kendala yang dihadapi notaris dalam menjalankanPeraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yuridis normatif yang bersifat deskritif analitis, yang diambil dari bahan hukum primer yaitu Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan Undang–Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.Teknik pengumpulan data yang digunakan kepustakaan dan wawancara.Analisis data yang sifatnya kualitatif .
Berdasarkan hasil penelitian dipahami bahwa kedudukan Yayasan yang belum menyesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2004 Yayasan tersebut tidak dapat menggunakan kata Yayasan di depan namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan putusan Pengadilan Negeri. Peran Notaris dalam mengatasi keadaan Yayasan belum menyesuaikan anggaran dasarnya dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasannotaris berperan dalam membuat akta penyesuaiaan anggaran dasar tersebut kemudian memberitahukannya kepada Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan menggunakan Sistem Administrasi Badan Hukum, Kendala yang dihadapi notaris dalam menjalankan
Peraturan Menteri HukumDan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016,secara yuridis bahwa undang-undang belum mengatur secara rinci mengenai permohonan pengajuan pendirian Yayasan berdasarkan sistem administrasi badan hukum dan kurangnya sosialisasi dari pemerintah terhadap peraturan baru dalam pendirian Yayasan, secara sosiologis masyarakat tidak faham dan tidak terbuka dengan penjelasan yang diberikan oleh notaris.
Kata Kunci: Yayasan, Notaris, Badan Hukum.
ABSTRACT
A foundation is a legal entity consisting of the property that is not separated and is addressed to achieve a certain goal in social, religious and humanity fields that does not have any member. The amendment of the Foundation Act in line with the preamble of Law No. 28/2004 is made because Law No. 16/2001 (Foundation Act) is not able yet to accommodate all legal needs and development in society and it has also some substance that raises various interpretations. The foundation has to adjust its articles of association and file an application for the validity of the foundation to the Minister. The validity process is applied to either newly established or old foundation that makes adjustment of its articles of association. The research discusses the position of the foundation which has not been in line with Law No.28/2004 on Foundation, the role of the Notary to overcome the situation in which the foundation has not adjusted its articles of association pursuant to Law No. 28/2004 on Foundation, and the obstacles encountered by the notary in the application of the Regulations of the Minister of Law and Human Rights of the Republic of Indonesia No. 2/2016.
This is a normative juridical research with descriptive analysis. It takes primary legal materials such as Law No. 28/2004 on the Amendment to Law No.
16/2001 on Foundation, secondary, and tertiary legal materials. The data collecting techniques are library study and interview. They are analyzed by employing qualitative method.
Based on the research results, it found out that the Foundation which has not adjusted its articles of association with Law No. 28/2004 on Foundation cannot put the word “Yayasan” before the name of the foundation and it can be liquidated based on the ruling of the District Court. The role of the notary to settle the situation of the Foundation which has not adjusted its articles of association with Law No. 28/2004 on Foundation is to make the association adjustments deed and to send notification to the Ministry of Law and Human Rights of the Republic of Indonesia by using the Administration System of Legal Entity. The obstacle encountered by the notary in the application of the Regulation of the Ministry of Law and Human Rights of the Republic of Indonesia No. 2/2016 is that in juridical view, the law has not regulated the details of the application of the foundation establishment based on the administration system of legal entity and the government has not adequately socialized the new regulations concerning foundation establishment; and in sociological view, the society do not understand and are not open minded to the explanation provided by the notary.
Keywords: Foundation, Notary, Legal Entity.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Ervina Yulia
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta / 01 Juli 1991
Alamat : Jl. Bahagia, Gg. Pelita No. 22, Kel. Titi Rantai, Kec. Medan Baru, Kota Medan Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Umur : 26 Tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
II. KELUARGA
Nama Ayah : Djanuir St. Mangkuto
Nama Ibu : Fiddiawati
Nama Adik : 1. Maulidia Purwitasari, AMd, Keb 2. Ramadanil Ilham
3. Haikal Hamdi III. PENDIDIKAN
1996-1997 : TK Alhasanah Jakarta Barat
1997-2003 : SD Negeri 17 Pakan Kurai Bukittinggi 2003-2006 : MTs Negeri 2 Bukittinggi
2006-2009 : MA Negeri 1 Bukittinggi
2009-2013 : Fakultas Hukum Universitas Muslim
Nusantara Al-Washliyah Medan.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillāhi Rabbil ‘alamīn. Segala puji bagi Allah yang telah mengajarkan manusia dengan pena. Shalawat dan salam kepada Rasul akhir zaman Nabi Muhammad Shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesisinidenganjudulANALISIS YURIDIS TERHADAP YAYASAN YANG TIDAK MENYESUAIKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN SETELAH KELUARNYA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016.
Penulisantesisinibertujuanuntukmemenuhisebagiansyaratuntukmemperole
hgelarMagister KenotariatanpadaFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara.Penulismenyadaribahwatesisinimasihjauhdarikesempurnaan,
olehsebabitupenulismengharapkankritikdan saran yang bersifatmembangundarisemuapihak demi kesempurnaan tesisini.
Selesainyatesisinitidaklepasdaribantuanberbagaipihak,
sehinggapadakesempataninipenulisdengansegalakerendahanhatidanpenuh rasa hormatmengucapkanterimakasih yang sebesar-besarnyakepadasemua pihak yang
memberikanbantuanbaikmorilmaupun material secaralangsungmaupuntidaklangsungkepadapenulisdalampenyusunantesisinihingg
aselesai.
Melaluikesempataninipenulismengucapkanterimakasihkepada:
1. Bapak Prof. Dr. RuntungSitepu, S.H.,M.Hum, selakuRektorUniversitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. BudimanGinting, S.H.,M.Hum, selakuDekanFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara dan
selakuDosenPembimbing I yang
telahbanyakmemberikanmasukandanarahanbagipenulisdalammenyelesaika ntesisini.
3. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak memberikan masukan dan arahan bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., CN, M.Hum, selakuKetua Program Studi Magister KenotariatanUniversitas Sumatera Utara
danselakuDosenPembimbing III yang telahbanyakmemberikanmasukandanarahanbagipenulisdalammenyelesaika
ntesisini.
5. Bapak Prof. Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum dan Bapak Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum selaku Dosen Penguji yang juga telah memberikan masukan dan arahan bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Teristimewakepada Orang Tuapenulis, BapakDjanuir St. MangkutodanIbu
Fiddiawati, yang selalumendoakan, memberikanmotivasidandukunganbaikdarisegimorildanmaterilkepadapenu
lissehinggapenulisdapatmenyelesaikantesisini.
7. Terimakasihkepada adik-adik penulis Maulidia Purwitasari, AMd, Ramadanil Ilham dan Haikal Hamdi yang
selalumemberikanmotivasidandukungansertadoa demi terselesainyatesisini.
8. Terimakasihkepadatante penulis Almarhumah Ratna Emilia, SH dulu Notaris di Kabupaten Serdang Bedagai yang telah memberikan ilmu-ilmu dibidang kenotariatan dan seluruh stafnya yang telah memberikan dukungan dan motivasinya kepada penulis.
9. Terimakasih kepada Robbi Kurniawan yang telah memberikan dukungan dan motivasinya dalam penyelesaian tesis ini.
10. Terimakasih kepada Keluarga Penulis Bapak Prof. Dr. Edi Warman SH, M.Hum, Ibu Jasmi Rivai, SH, SpN, notaris di Kota Medan, om Dr. Adi Mansar Lubis, SH, MH dan tante Elmaliza, SH, MKn notaris di
Kabupaten Labuhanbatu yang telah memberikandukungandanmotivasinyadalampenyelesaiantesisini.
11. Terimakasih kepada Ibu Hj Adawiyah, SH, MKn, Dosen Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan dan sekaligus Notaris yang telah memberikan dukungan dan motivasinya kepada penulis
12. Terimakasih kepada Notaris Rosniaty Siregar, SH, MKn, Notaris Bertha
Sianipar, SH, SpN, Notaris Ruth Ivo Maria Tobing, SH, MKn, dan Notaris
Marsella, SH, MKn beserta staff yang telah meluangkan waktunya untuk
penulis wawancarai mengenai tesis penulis.
13. Terimakasih kepada keluarga penulis etek Ernawati, alm. Pak dang, tante Erlinawati, alm. Om edi, tante Lisa, uncu Muslim, tante Hajir, adang dan semua adek-adek Hasbi, Zahari, Zahara, Adelio, Vania, Adi, Zaki dan Sukri yang telah memberikan doa agar selesainya tesis penulis.
14. Terimakasih kepada pengurus Yayasan yang telah meluangkan waktunya untuk penulis wawancarai.
15. Terimakasih kepada seluruh teman-teman penulis Sri Wahyuni Daulay, SH, MKn, Winda Imoyati Manik, SH, Nurul Tajawaliyah, SH, Ririn Rismauli, SH, Melani Handayani, SH, MKn, Nur Apifah Asri Lubis, SH, MKn, Yolanda Evans Simorangkir, SH, MKn, Winda Theresia Girsang, SH, MKn, Crhris Anggi Natalia Berutu, SH, MKn, Rahman Thahir Harahap, SH, MKn, Faisal Dasyah, SH, MKn, dan seluruh teman-teman Magister Kenotariatan 2015 Group C yang telahmemberikandukungandanmotivasinyadalampenyelesaiantesisini.
Medan, 23 Mei 2018
ERVINA YULIA
DAFTAR ISTILAH
Artificial Person = BadanHukum
Assorance = Kepastian
Autoriatif = MempunyaiOtoritas
Conceptus = Konsep
Copy Collationee = FotokopisesuaiAsli Developmental = FungsiPengembangan
Emphaty = Empati
Field research = PenelitianLapangan
Foundation = Yayasan
Library research = Penelitiankepustakaan
Online = Elektronik
Person = Orang Perorangan
Presevatif = Pemeliharaan
Preventif = Pencegahan
Privatenotary = PejabatUmum Reliability = Keandalan Responsineness = DayaTangkap
Stukken = Dokumen
Tangible = Penampilan
Waarmerking = MelakukanPendaftaran
DAFTAR SINGKATAN
NPWP = NomorPokokWajibPajak
PERMENKUMHAMRI = Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
PNBP = Penerimaan Negara BukanPajak
PP = PeraturanPemerintah
SABH = SistemAdministrasiBadanHukum
SK = Surat Keputusan
TBN = TambahanBerita Negara
TLNRI = Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
UUJN = Undang-Undang Jabatan Notaris
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISTILAH ... viii
DAFTAR SINGKATAN ... ix
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 15
C. Tujuan Penelitian ... 15
D. Manfaat Penelitian ... 16
E. Keaslian Penelitian ... 17
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 18
1. Kerangka Teori ... 18
2. Landasan Konsepsi ... 22
G. Metode Penelitian ... 24
1. Jenis Penelitian ... 25
2. Sifat Penelitian ... 26
3. Sumber Data ... 27
4. Teknik Pengumpulan Data ... 28
5. Analisis Data ... 29
BAB II KEDUDUKAN YAYASAN YANG BELUM MENYESUAIKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN A. Tinjauan Umum Tentang Yayasan ... 32
1. Pengertian Yayasan ... 32
2. Dasar Hukum Yayasan ... 35
3. Jenis-Jenis Yayasan ... 36
4. Organ Yayasan ... 40
B. Yayasan Menurut Ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan.... ... 43 1. Pendirian Yayasan berdasarkan Undang-Undang Nomor
28Tahun 2004 ... 43 2. Anggaran Dasar dan Perubahan Anggaran Dasar Yayasan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 ... 47 3. Matriks Perbedaan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001
Tentang Yayaan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan ... 51 C. Kedudukan Yayasan Yang Belum Menyesuaikan Dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004. ... 67
BAB III PERANAN NOTARIS DALAM MENGATASI YAYASAN YANG BELUM MENYESUAIKAN ANGGARAN DASARNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN
A. Kedudukan Notaris Terhadap Pembuatan Akta Yayasan ... 73 B. Notaris Sebagai Pejabat Publik Dalam Memberikan Penyuluhan
Hukum Pada Masyarakat ... 82 C. Perubahan Akta Yayasan Lama (Tahun 1978) dengan Akta
Yayasan Baru ... 90 D. Peranan Notaris Terhadap Yayasan Yang Belum Menyesuaikan
Anggaran Dasarnya Sesuai Dengan Ketentuan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2004 ... 92
BAB IV KENDALA YANG DIHADAPI NOTARIS DALAM
MENJALANKAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016
A. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pengajuan
Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan
Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan
Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Yayasan ... 98
B. Proses Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 ... 103
C. Kendala Notaris Dalam Menjalankan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Yayasan ... 116
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 120
B. Saran ... 121
DAFTAR PUSTAKA ... ... 123
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaaan Yayasan sebelum Negara Indonesiamemiliki Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan tidak diatur dengan jelas karena belum ada aturan yang secara tertulis menyatakan tentang Yayasan.Yayasan yang didirikan pada waktu itu hanya menggunakan hukum kebiasaan yang ada dalam praktiknya.Demikian pula dalam menjalankan kegiatannya hanya mendasarkan pada hukum kebiasaan.Meskipundemikian selama itu Yayasan dikehendaki berstatus badan hukum.
1Setelah sekian lama Yayasan hanya diaturoleh kebiasaan dalam masyarakat dan yurisprudensi Mahkamah Agung,Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 6 Agustus 2001mengundangkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001tentang Yayasan.
21Gatot Supramono, Hukum Yayasan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm. 2.
2Habib Adjie & Muhammad Hafidh, Yayasan Memahami Pendirian-Perubahan- Pembubaran Yayasan Sebelum dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2016, hlm. 5.
Dalam perkembangannya
kemudian telah dirubah denganUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2004 tentangPerubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Walaupun Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2001 telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Yayasan namun Undang-Undang tersebut saling berkaitan dan merupakan
satukesatuan yang tidak terpisahkan. Hal ini dikarenakan aturan yang tidak diubah masihlah berlaku sebagai ketentuan yang mengikat.
3Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 mengatur secara tegas tentang Yayasan sebagai badan hukum. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Yayasan, disebutkan bahwa “Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota”.
4Perubahan Undang-Undang Yayasan sesuai dengan konsideranUndang- Undang Nomor 28 Tahun 2004 disebabkan karena Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 dalam perkembangannya belum menampung seluruh kebutuhan dan perkembangan hukum dalam masyarakat, serta terdapat beberapa substansi yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran.
5Tujuan dirubahnya atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan dimaksudkan untuk lebih menjamin kepastian dan ketertiban hukum, serta memberikan pemahaman yang benar pada masyarakat mengenai Yayasan sehingga dapat mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.
6Bagi Yayasan yang didirikan sebelum berlakunya Undang-Undang Yayasan, yang diakui sebagai badan hukum diberi kesempatan sampai dengan 6
3 Adib Bahari, Prosedur Pendirian Yayasan, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2010, hlm.
20.
4 Suyud Margono, Badan Hukum Yayasan Dinamika Praktek, Efektivitas & Regulasi Di Indonesia, Pustaka Reka Cipta, Bandung, 2015, hlm. 38.
5 Gatot Suparmono, op.cit., hlm. 9.
6Habib Adjie & Muhammad Hafidh,op.cit., hlm,. 5-6.
Oktober 2008 untuk menyesuaikan anggaran dasarnya dengan Undang-Undang Yayasan dan melaporkan penyesuaian tersebut kepada Menteri paling lambat 1 (satu) tahun setelah penyesuaian.
7Yayasan yang demikian tetap eksis dan absah dalam arti memperoleh status badan hukum Yayasan atau diakui sebagai Yayasan yang berbadan hukum walaupun tanpa Surat Keputusan Pengesahan dari Menteri, hanya menerima surat keterangan bahwa Pemberitahuan penyesuaiannya/ laporannya telah diterima oleh Menteri, yang dengan demikian Yayasan yang bersangkutan telah tercatat dalam daftar Yayasan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
8Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan, Yayasan telah diterima sebagai badan hukum yang dapat melakukan kegiatan bisnis. Pendirian suatu Yayasan di dalam hukum perdata diisyaratkan dalam 2 (dua) aspek, yaitu:
91. Aspek materiil:
a. harus ada suatu pemisahan kekayaan;
b. suatu tujuan yang jelas
c. ada organisani (nama, susunan dan badan pengurus).
2. Aspek formil – pendirian Yayasan dalam wujud akta otentik.
7 Mulyoto, Yayasan Periodisasi Dalam Pembuatan Akta, Mal Praktek Dalam Pembuatan Akta, Cakrawala Media, Yogyakarta, 2015, hlm. 7-8.
8 Pasal 71 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
9Budi Untung, Reformasi Yayasan Perspektif Hukum dan Manajemen, Andi, Yogyakarta, 2002, hlm. 17
Sebelum berlakunya Undang–Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan, dalam praktiknya pendirian suatu Yayasan tidak diwajibkan untuk mendaftarkan dan mengumumkan akta pendiriannya. Pengurus dapat bertindak atas nama Yayasan mewakili Yayasan di depan pengadilan. Dalam hal pengurus melakukan perbuatan yang bertentangan dengan anggaran dasar atau melakukan suatu kesalahan dapat dipecat melalui rapat dewan pengurus atau melalui proses pengadilan.
10Sesudah berlakunya Undang-Undang segala perbuatan dan tindakan Yayasan menjadi tanggung jawab Yayasan sebagai badan hukum, tidak lagi menjadi tanggung jawab para pengurus secara pribadi.Sesudah berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 kemudian dirubah dengan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan Pendirian Yayasan harus dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia. Dalam akta notaris tersebut harus dinyatakan dengan jelas pihak-pihak pendiri Yayasan serta berapa besar harta kekayaan dari para pendirinya yang akan dijadikan harta kekayaan awal Yayasan.
11Pendirian Yayasan dilakukan dengan akta notaris dan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
1210Ibid.,hlm,. 18.
11Gunawan Widjaja, Yayasan Di Indonesia Suatu Panduan Komprehensif, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002, hlm. 11.
12 Rudi Prasetya, Yayasan Dalam Teori dan Praktik, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm.
40.
Ketentuan tersebut dimaksudkan
agar penataan administrasi pengesahan suatu Yayasan sebagai badan hukum dapat
dilakukan dengan baik guna mencegah berdirinya Yayasan tanpa melalui prosedur
yang ditentukan dalam Undang-Undang ini.Disamping pengesahan itu Yayasan yang telah memperoleh pengesahan harus diumumkan dalam Berita Negera Republik Indonesia.Ketentuan ini dimaksudkan pula agar registrasi Yayasan dengan pola penerapan administrasi hukum yang baik dapat mencegah praktek perbuatan hukum yang dilakukan Yayasan yang dapat merugikan masyarakat.
Pendirian suatu Yayasan selalu diwajibkan untuk mendaftarkan dan mengumumkan akta pendiriannya. Pengurus dapat bertindak atas nama Yayasan dan mewakili Yayasan di depan pengadilan. Dalam hal pengurus melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar atau karena melakukan kesalahan dapat dipecat melalui rapat dewan pengurus atau melalui proses pengadilan.
13Dalam proses pengesahan baik itu untuk Yayasan yang baru didirikan maupun Yayasan lama yang akan melakukan penyesuaian anggaran dasar pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pengesahan Badan Hukum Yayasan dan diganti dengan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran
Bagi Yayasan yang telah ada sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan harus menyesuaikan anggaran dasarnya dengan terlebih dahulu dan mengajukan pengesahan badan hukum Yayasan kepada Menteri.
13 H.P Panggabean,Penegakan Hukum Menangani Aset Yayasan, Cet.IV, Permata Aksara, Jakarta, 2017, hlm. 1.
Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Yayasan.
Adapun pemerintah mengeluarkan kedua Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia ini untuk mempermudah Yayasan lama maupun Yayasan yang baru didirikan untuk memproses pengesahan badan hukum Yayasan tersebut, dengan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesiamempercepat kinerja notaris untuk pengajuan pengesahan badan hukum Yayasan dan dengan keluarnya Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesiapemerintah berharap tidak ada lagi alasan bagi Yayasan lama untuk menunda-nunda melaksanakan penyesuaian anggaran dasarnya.
Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain yang dianggap perlu yang sekurang-kurangnya memuat:
1) Nama dan tempat kedudukan;
2) Maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut;
3) Jangka waktu pendirian;
4) Jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi, pendiri dalam bentuk uang atau benda;
5) Cara memperoleh dan penggunaan kekayaan;
6) Tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota pembina, pengurus, dan pengawas;
7) Hak dan kewajiban anggota pembina, pengurus, dan pengawas;
8) Tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan;
9) Ketentuan mengenai pengubahan anggaran dasar;
10) Penggabungan dan pembubaran Yayasan; dan
11) Penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan setelah pembubaran.
1414Anwar Borahima,Kedudukan Yayasan di Indonesia: Eksistensi, Tujuan Dan Tanggung Jawab Yayasan, Cet.I, Kencana, Jakarta, 2010, hlm. 43-44.
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Yayasan, ditetapkan pada tanggal 07 Januari 2016 oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan di Undangkan pada tanggal 25 Januari 2016 oleh Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, yang berhak mendaftarkannya adalah
“Pemohon” yaitu notaris yang diberikan kuasa untuk mengajukan permohonan pengesahan badan hukum Yayasan melalui Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH)
15(1) Pengisian Format Pendirian sebagaimana dimaksuddalam Pasal 11 ayat (3) juga dilengkapi dengan dokumenpendukung yang disampaikan secara elektronik.
dimana pendirian Yayasan harus meliputi, Pasal 13 :
(2) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat berupa surat pernyataan secara elektronik daripemohon tentang dokumen untuk pendirian Yayasanyang telah lengkap.
(3) Selain menyampaikan dokumen sebagaimana dimaksudpada ayat (2), pemohon juga harus mengunggah aktapendirian Yayasan.
(4) Dokumen untuk pendirian Yayasan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) disimpan Notaris, yang meliputi
a. salinan akta pendirian Yayasan;
b. surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang ditandatangani oleh PengurusYayasan dan diketahui oleh lurah/kepala desasetempat atau dengan nama lainnya;
c. bukti penyetoran atau keterangan bank atas namaYayasan atau pernyataan tertulis dari pendiri yangmemuat keterangan nilai kekayaan yang dipisahkansebagai kekayaan awal untuk mendirikan Yayasan;
15 Pasal 1 ayat (3) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2016 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Yayasan.
d. surat pernyataan pendiri mengenai keabsahankekayaan awal tersebut;
e. bukti penyetoran biaya persetujuan pemakaian nama, pengesahan, dan pengumuman Yayasan;
f. surat pernyataan tidak sedang dalam sengketakepengurusan atau dalam perkara di pengadilan;dan
g. surat pernyataan kesanggupan dari pendiri untukmemperoleh kartu nomor pokok wajib pajak danlaporan penerimaan surat pemberitahuan tahunanpajak.
(5) Selain melengkapi dokumen pendukung sebagaimanadimaksud pada ayat (2) bagi Yayasan yang Pendirinyaorang asing, orang asing bersama-sama dengan orangIndonesia, atau badan hukum asing harus melampirkansurat rekomendasi yang diterbitkan oleh Kementerianyang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangluar negeri atau instansi terkait.
(6) Bagi Yayasan yang didirikan berdasarkan surat wasiat,selain melampirkan dokumen pendukung sebagaimanadimaksud pada ayat (2), Pemohon juga harusmelampirkan dokumen pendukung berupa akta wasiatyang terdaftar pada Pusat Daftar Wasiat.
(7) Dalam hal permohonan pengesahan akta pendirianYayasan yang kekayaan awalnya berasal dari Yayasanyang sudah tidak dapat menggunakan kata ”Yayasan” didepan namanya, permohonan pengesahan selainmelampirkan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat(1) juga harus melampirkan:
a. salinan akta pendirian Yayasan yang dalam premise aktanya menyebutkan asal usul pendirian Yayasan termasuk kekayaan Yayasan yang bersangkutan;
b. laporan kegiatan Yayasan paling singkat 5 (lima) tahun terakhir secara berturut-turut yang ditandatangani oleh pengurus Yayasan dan diketahui oleh instansi terkait;
c. surat pernyataan pengurus Yayasan bahwa Yayasan tidak pernah dibubarkan secara sukarela atau berdasarkan putusan pengadilan;
d. fotokopi nomor pokok wajib pajak Yayasan yang telah dilegalisir oleh notaris;
e. surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh lurah/kepala desa setempat atau dengan nama lainnya;
f. pernyataan tertulis dari Pengurus Yayasan yang memuat keterangan nilai kekayaan pada saat penyesuaian anggaran dasar;
g. pernyataan Pengurus mengenai keabsahankekayaan Yayasan; dan h. bukti penyetoran biaya pengesahan dan pengumuman Yayasan.
Penyesuaian anggaran dan pengajuan pengesahan kepada Menteri wajib
dilakukan oleh Yayasan lama yang berdiri sebelum lahirnya Undang-Undang
Yayasan, apabila hal ini tidak dilakukan maka sesuai dengan ketentuan peralihan
Pasal 71 Undang-Undang nomor 28 Tahun 2004 perubahan atas Undang-Undang nomor 16 Tahun 2001 dan Pasal 39 Peraturan Pemerintah 63 Tahun 2008 maka Yayasan lama tersebut bukan badan hukum dan tidak dapat mengunakan kata
“Yayasan” di depan namanya serta harus di likuidasi dimana hasil likuidasi kekayaannya akan di serahkan kepada Yayasan lain yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama dengan Yayasan tersebut atau jika tidak demikian akan diserahkan kepada negara dan sisa kekayaan tersebut akan dipergunakan untuk maksud dan tujuan yang sama.
Bunyi Pasal 71 Undang-Undang 28 Tahun 2004 sebagai berikut:
1) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Yayasan yang ;
a. Telah didaftarkan ke pengadilan negeri dan diumumkan dalam dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia (TBNRI);atau b. Telah didaftarkan di pengadilan negeri dan mempunyai izin
melakukan kegiatan dari instansi terakit, tetap diakui sebagai badan hukum dengan dalam jangka waktu paling lambat 3(tiga) tahun terhitung sejak tanggal Undang-Undang ini mulai berlaku, yayasan tersebut wajib menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan Undang-Undang ini.
2) Yayasan yang telah didirikan dan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat memperoleh status badan hukum dengan cara menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan Undang-Undang ini, dan mengajukan permohonan kepada menteri dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) tahun terhitung undang-undang ini mulai berlaku.
3) Yayasan yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib diberitahukan kepada Menteri paling lambat 1(satu) tahun setelah pelaksanaan penyesuaian.
4) Yayasan yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Yayasan sebagaimana dimaksud ayat (2), tidak dapat menggunakan kata “Yayasan” di depan namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan putusan pengadilan atas permohonan kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.
16Yayasan yang belum memberitahukan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3) Undang-Undang Bunyi Pasal 39 Peraturan Pemerintah 63 Tahun 2008 sebagai berikut:
16Pasal 71 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.
tidak dapat menggunakan kata “ Yayasan” didepan namanya sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (4) Undang-Undang dan harus melikuidasi kekayaannya serta menyerahkan sisa hasil likuidasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 Undang-Undang.
Kenyataannya dilapangan masih terdapat Yayasan lama yang belum menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan Undang-Undang Yayasan.Salah satu Yayasan yang didirikan sebelum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001Tentang Yayasan adalah “YayasanX”yang didirikan pada tahun 1991 kemudian membuat akta pendirian Yayasan tersebut pada tanggal 23 Agustus 1994, Nomor: 11, dibuat dihadapan notaris K, Yayasan tersebut telah didaftar di Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, Yayasan X tersebut bergerak dalam bidang Pendidikan kemudian pada tahun 2013 Yayasan Xmembuat akta “Penegasan Risalah Acara Rapat Yayasan X”, tanggal 04 April 2013, Nomor 03, dibuat dihadapan Notaris M dan mendaftarkan akta tersebut ke Pengadilan Negeri Lubuk Pakam pada tanggal 16 April 2013.
17Pengurus “Yayasan X” keberatan untuk memberitahukan perubahan akta pendirian Yayasan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan alasan masalah biaya dan Siswa/Siswi Yayasan tersebut masih sedikit karena untuk membangun gedung Yayasan tersebut berasal dari sumbangan dari para pendiri tanpa ada bantuan dari pemerintah, pemerintah hanya memberikan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
1817Wawancara Bapak Samsudin, Bendahara Yayasan X, Kabupaten Serdang Bedagai, tanggal 07 Maret 2018.
18 Wawancara Bapak Samsudin, Bendahara Yayasan X, Kabupaten Serdang Bedagai, tanggal 07 Maret 2018.
Para pengurus hanya setuju membuat akta notaris dan tidak melakukan pengesahan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia karena alasan biaya atau dana dan pola pikir penghadap bahwa dengan akta seperti itu sudah dapat berjalan Yayasan X dan sudah berbadan hukum.
19Terkait dengan jangka waktu yang diberikan oleh Undang-Undang untuk melakukan penyesuaian anggaran dasar maka YayasanX tersebut sudah kehabisan waktu untuk melaksanakan penyesuaian anggaran dasarnya yaitu sampai batas waktu tanggal 6 Oktober 2008. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Yayasan tersebut harus segera di likuidasi dan tidak boleh memakai kata “Yayasan” di
Yayasan yang tidak melaksanakan penyesuaiaan anggaran dasar maka Yayasan ini didalam setiap kegiatan dan tindakannya bukanlah sebagai kegiatan dan tindakan suatu badan hukum Yayasan menurut undang-undang. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Pasal 71 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Yayasan tersebut tidak dapat menggunakan kata “Yayasan” didepan namanya dan harus melikuidasi kekayaannya dan berdasarkan Pasal 36 ayat (3) Peraturan Pemerintah63 tahun 2008, terhadap perbuatan hukum yang dilakukan Yayasan akan menjadi tanggung jawab pribadi anggota organ Yayasan secara tanggung renteng.Dengan tidak melakukan penyesuaiaan maka Yayasan Xtersebut tidak dapat disebut Yayasan yang berbadan hukum maka bidang Pendidikan yang dikelola oleh Yayasan akan menghasilkan ijazah yang tidak dapat dipertanggung jawabkan sebagai ijazah yang legal. Sebab ijazah tersebut dikeluarkan oleh Yayasan Pendidikan yang tidak berbadan hukum.
19 Wawancara Marsella, Notaris, Kabupaten Serdang Bedagai, tanggal 11 Desember 2017.
depan namanya. Akan tetapi Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2013 memberikan kesempatan lagi bagi Yayasan tersebut untuk melaksanakan penyesuaian anggaran dasarnya. Dimana diatur untuk Yayasan lama yang belum berbadan hukum, penyesuaiaan anggaran dasar dengan tata cara yang diatur oleh Pasal 15 A Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2013. Sedangkan bagi Yayasan lama yang masih dianggap berbadan hukum penyusaiaan anggaran dasarnya mengikuti tata cara yang diatur oleh Pasal 37A Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2013 yang berbunyi :
1. Dalam hal perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dilakukan untuk Yayasan yang sudah tidak dapat menggunakan kata “Yayasan” di depan namanya maka Yayasan tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. paling sedikit selama 5 (lima) tahun berturut-turut sebelum penyesuaian Anggaran Dasar masih melakukan kegiatan sesuai Anggaran Dasarnya; dan
b. belum pernah dibubarkan.
2. Perubahan Anggaran Dasar Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara mengubah seluruh Anggaran Dasar Yayasan dan mencantumkan:
a. seluruh kekayaan Yayasan yang dimiliki pada saat penyesuaian, yang dibuktikan dengan:
1) laporan keuangan yang dibuat dan ditandatangani oleh Pengurus Yayasan tersebut; atau
2) laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik bagi Yayasan yang laporan keuangannya wajib diaudit sesuai dengan ketentuan Undang-Undang;
b. data mengenai nama dari anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas yang diangkat pada saat perubahan dalam rangka penyesuaian Anggaran Dasar tersebut.
3. Pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang telah disesuaikan dengan Undang-Undang disampaikan kepada Menteri oleh Pengurus Yayasan atau kuasanya melalui notaris yang membuat akta perubahan Anggaran Dasar Yayasan.
4. Pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri:
a. salinan akta perubahan seluruh Anggaran Dasar yang dilakukan
dalam rangka penyesuaian dengan ketentuan Undang-Undang;
b. Tambahan Berita Negara Republik Indonesia yang memuat akta pendirian Yayasan atau bukti pendaftaran akta pendirian di pengadilan negeri dan izin melakukan kegiatan dari instansi terkait;
c. laporan kegiatan Yayasan selama 5 (lima) tahun berturut-turut sebelum penyesuaian Anggaran Dasar yang ditandatangani oleh Pengurus dan diketahui oleh instansi terkait;
d. surat pernyataan Pengurus Yayasan bahwa Yayasan tidak pernah dibubarkan secara sukarela atau berdasarkan putusan pengadilan;
e. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Yayasan yang telah dilegalisir oleh notaris;
f. surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh lurah atau kepala desa setempat;
g. neraca Yayasan yang ditandatangani oleh semua anggota organ Yayasan atau laporan akuntan publik mengenai kekayaan Yayasan pada saat penyesuaian;
h. pengumuman surat kabar mengenai ikhtisar laporan tahunan bagi Yayasan yang sebagian kekayaannya berasal dari bantuan negara, bantuan luar negeri, dan/atau sumbangan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 Undang-Undang; dan
i. bukti penyetoran biaya pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar Yayasan dan pengumumannya.
20Sampai pada saat keluarnyaPeraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pengesahan Badan Hukum Yayasan pada tanggal 25 Maret 2014 Yayasan “X” belum juga melakukan penyesuaiaan anggaran dasarnya dan sampai dengan keluarnyaPeraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tanggal 07 Januari 2016 Yayasan “X” tidak melaksanakan penyesuaiaan anggaran dasarnya.
Dalam kondisi seperti ini,notaris sebagai pihak yang ditunjuk oleh pemerintah untuk melakukan proses permohonan pengesahan penyesuaiaan anggaran dasar ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia tidak dapat
20 Pasal 37 A, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Tentang Yayasan.
berbuat banyak untuk menghimbau Yayasan lama untuk segera melakukan penyesuaiannya.
Notaris hanya dapat memberikan penyuluhan hukum tentang Undang- Undang Yayasan dan peraturan-peraturan terbaru mengenai pendirian dan perubahan anggaran dasar, apabila pihak pengurus atau pengelola Yayasan datang kehadapan Notaris. Dengan demikian pula peneliti ingin mengkaji sebenarnya bagaimana terhadap implikasi hukum Yayasan yang belum mengikuti ketentuan Undang-undang dan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia (PERMENKUMHAM) Republik Indonesia yang terbaru sehingga pada akhirnya terdapat kesimpulan terhadap Yayasan yang belum mengikuti ketentuan Undang- Undang yang berlaku dan bagaimana pula kedudukan seorang Notaris dalam hal jabatannya sebagai pejabat publik untuk memberikan penyuluhan hukum atau memberikan Legal Advice atau pendapat hukumterhadap pemilik Yayasan yang belum juga melakukan perubahan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, maka penting untuk dilakukan
penelitian terhadap judul tesis “Analisis Yuridis Terhadap Yayasan Yang Tidak
Mengikuti Ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan
Setelah Dikeluarkannya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016”.
B. Perumusan Masalah.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan pokok permasalahan yang akan diteliti dan dibahas secara lebih mendalam pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kedudukan Yayasan yang belum menyesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan?
2. Bagaimana peran notaris dalam mengatasi Yayasan yang belum menyesuaikan anggaran dasarnya dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan?
3. Bagaimana kendala yang dihadapi notaris dalam menjalankan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untukmengetahui dan menganalisis kedudukan Yayasan yang belum menyesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.
2. Untukmengetahui dan menganalisis peran notaris dalam mengatasi
keadaan dimana Yayasan belum menyesuaikan anggaran dasarnya
dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala yang dihadapi notaris dalam menjalankanPeraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian.
Penelitian tesis ini memiliki manfaat teoritis dan praktis yang didasarkan pada tujuan penelitian. Adapun kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan masukan untuk penambahan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang hukum pada umumnya dan ilmu hukum dibidang kenotariatan pada khususnya yaitu memberikan gambaran yang jelas Yayasan yang tidak mengikuti ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan setelah keluarnya Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016.
2. Secara Praktis
Secara praktis, pembahasan terhadap masalah-masalah dalam penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi para pembaca,
masyarakat khususnya kepada kalangan profesi notaris, pendiri Yayasan dan atau
orang yang berkepentingan juga sebagai bahan kajian bagi para akademisi dalam
menambah wawasan pengetahuan tentang Yayasan yang tidak mengikuti
ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan setelah
keluarnya Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2016.
E. Keaslian Penelitian.
Berdasarkan informasi sepanjang kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Fakultas Hukum Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan, belum ada penelitian sebelumnya yang berjudul “Analisis Yuridis Terhadap Yayasan Yang Tidak Mengikuti Ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan Setelah Keluarnya Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016”. Sehingga dengan demikian penelitian ini adalah asli adanya dan secara akademis dapat dipertanggungjawabkan oleh peneliti.
Berdasarkan penelusuran kepustakaan sementara di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Pasca Sarjana Unversitas Sumatera Utara menunujukkan bahwa penelitian dengan beberapa judul tesis yang berhubungan dengan topik ini, antara lain:
1. Judul tesis “Analisis Yuridis Terhadap Yayasan Yang Tidak Didaftarkan Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004” yang ditulis oleh Tengku Marwiati Oktaviani Hamid, NIM:087011123.
Adapun dengan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana kedudukan hukum yayasan yang tidak didaftarkan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku?
b. Bagaimanakah tanggung jawab hukum dari pengurus yayasan
terhadap kegiatan yayasan yang belum didaftarkan?
2. Judul Tesis “Perubahan akta pendirian yayasan setelah keluarnya Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan” yang ditulis oleh Ade Surya Meliya, NIM:087005108.
Adapun dengan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah perubahan akta terhadap pendirian Yayasan setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 joUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan?
b. Bagaimanakah akibat hukum terhadap perubahan akta pendirian yayasan setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 joUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan ?
c. Bagaimanakah sanksi hukum terhadap Yayasan apabila tidak melakukan perubahan akta pendirian setelah keluarnya Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2001 joUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan?
F. Kerangka Teori Dan Landasan Konsepsi 1. Kerangka Teori.
Kerangka teori merupakan pendukung dalam membangun dan penjelasan
permasalahan yang dianalisis.Kerangka teori yang digunakan sebagai pisau
analisis terhadap pemecahan permasalahan hukum yang diteliti.Pendapat para
Sarjana Hukum yang digunakan untuk mengkaji permasalahan hukum yang
dihadapi.Dengan demikian kerangka teori memuat uraian sistematis tentang teori
dasar yang relevan terhadap fakta hukum dan hasil penelitian sebelumnya yang
berasal dari pustaka mutakhir yang memuat Teori, Konsep atau Pendekatan Terbaru yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
21Teori oleh banyak orang sering dianggap sebagai lawan praktik. Teori bukan lawan daripada praktik, keduanya saling membutuhkan.
22Teori dapat juga digunakan untuk suatu gambaran masa depan. Setiap teori sebagai produk ilmu tujuannya adalah untuk memecahkan masalah dan membentuk sistem. Demikian pula ilmu hukum sebagai teori tujuannya adalah untuk menyelesaikan masalah- masalah hukum.
23Menurut Mukti Fajar teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori juga merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan yang sifatnya umum.
24Teori hukum hendak mengejar terus sampai kepada persoalan-persoalan yang bersifat hakiki dari hukum itu, seperti dikatankan oleh Radbruch tugas teori hukum adalah membuat jelas nilai-nilai serta postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofinya yang tertinggi.
25Teori yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah teori kepastian hukum.Teori kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum.Sifat umum dari aturan-
21 Johnny Ibrahim, Teori Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia, Malang, 2006, hlm. 293.
22 A’an Efendi, Freddy Poernomo, IG. NG. Indra S. Ranuh, Teori Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm. 86-87.
23 Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 5
24Mukti Fajar et al., Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, PT. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm. 134.
25 Lili Rasjidi dan Liza Sonia Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2016, hlm. 36.
aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian.
26Teori kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian, yaitu pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui pembuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan; dan kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.
27Teori kepastian hukum dikemukakan oleh Roscoe Pound.
28Teori kepastian hukum berarti bahwa dengan adanya hukum setiap orang mengetahui yang mana dan seberapa besar hak dan kewajibannya.Kepastian bukan hanya berupa pasal- pasal dalam Undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan.
29Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan
26Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (suatu kajian filosofis dan sosiologis), Toko Gunung Agung, Jakarta, 2002, hlm. 82-83.
27Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hlm 137.
28Ibid.,hlm. 158
29Ibid.,hlm. 159
yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.
30Menurut Sudikno Mertokusomo: kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum dijalankan, bahwa yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan putusan dapat dilaksanakan walau kepastian hukum erat kaitannya dengan keadilan namun hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum bersifat umum, mengikat setiap orang sedangkan keadilan bersifat subyektif, individualistis dan tidak menyamaratakan.
31Menurut M. Solly Lubis: kepastian hukum ialah kejelasan peraturan hukum mengenai hak, kewajiban dan status seseorang atau suatu badan hukum.
Kepastian hak, kewajiban dan kepastian status ini mendatangkan ketertiban, keteraturan, ketenangan bagi yang bersangkutan karena dengan adanya kejelasan seperti diatur oleh hukum, maka seseorang tahu benar bagaimana status atau kedudukannya, seberapa jauh hak maupun kewajibannya dalam kedudukan tersebut.
32Berdasarkan uraian teori kepastian hukum diatas maka dapat diketahui bahwa teori tersebut dinilai tepat untuk dijadikan pedoman untukmenganalisis dan meneliti secara mendalam permasalahan dalam penelitian yang akan dilakukan ini. Permasalahannya terletak pada Yayasan yang belum menyesuaikan anggaran dasarnya dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.Yayasan yang tidak melaksanakan penyesuaiaan anggaran dasar maka
30 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm. 24.
31 Soedikno Mertokusomo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2002, hlm. 160.
32 M. Solly Lubis, Serba-serbi Politik dan Hukum, PT. Sofmedia, Jakarta, 2011, hlm. 54.
Yayasan ini didalam setiap kegiatan dan tindakannya bukanlah sebagai kegiatan dan tindakan suatu badan hukum Yayasan menurut undang-undang.Hal ini tentu saja dapat merugikan masyarakat karena setiap kegiatan dan tindakan yang dilakukan oleh Yayasan tidak memiliki kepastian hukum. Selain itu terdapat juga peranan notaris dalam mengatasi Yayasan yang belum menyesuaikan anggaran dasarnya dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004Tentang Yayasan dan kendala dihadapi notaris dalam menjalankan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampain Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Yayasan.
2. Landasan Konsepsi.
Konsep berasal dari bahasa latin, conceptus yang memiliki arti sebagai suatu kegiatan atau proses berfikir, daya fikir khusunya penalaran dan pertimbangan
33sedangkan kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antar konsep-konsep khusus, yang ingin atau akan diteliti. Suatu konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri biasanya dinakan fakta sedangkan konsep merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut,
3433Komaruddin dan Yoke Tjuparmah, Kamus Istilah karya Tulis Ilmiah, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, hlm.122.
34 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2005, hlm.132.
Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini haruslah didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara
operasional diperoleh hasil dalam penelitian ini yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Melaksanakan penelitian ini, perlu disusun serangkaian operasional dan beberapa konsep yang akan dipergunakan dalam penulisan ini, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya salah pengertian dan sebagainya.
a. Analisis Yuridis adalah kegiatan untuk mencari dan memecah komponen- komponen dari suatu permasalahan untuk dikaji lebih dalam serta kemudian menghubungkannya dengan hukum, kaidah hukum serta norma hukum yang berlaku sebagai pemecahan permasalahannya.
35b. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.
36c. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia adalah Kementerian dalam pemerintah Indonesia yang membidangi urusan hukum dan Hak Asasi Manusia. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dipimpin oleh seorang Menteri yang sejak tanggal 27 Oktober 2014 dijabat oleh Yasonna Laoly.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia beberapa kali mengali pergantian nama yakni: Depatemen Kehakiman pada tahun 1945-1999, Depatemen Hukum dan Perundang-undangan pada tahun 1999-2001, Depatemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia pada tahun 2001-2004,
35 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm. 83-88.
36Pasal 1 Angka 1 Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tahun 2004-2009 dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tahun 2009 sampai sekarang.
37d. Sistem Administrasi Badan Hukum atau disingkat dengan SABH adalah Sistem pelayanan administrasi badan hukum secara elektronik yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum.
38G. Metode Penelitian.
Metodologi penelitian hukum artinya ilmu tentang cara melakukan penelitian hukum dengan teratur atau sistematis.
39Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang timbul. Hasil yang tercapai adalah untuk memberikan solusi atau jalan keluar mengenai apa yang seyogianya atas isu yang diajukan.
40Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam upaya mencapai tujuan tertentu di dalam penulisan tesis ini. Hal ini agar terhindar dari suatu penilaian bahwa penulisan tesis dibuat dengan cara sembarangan dan tanpa didukung dengan data yang lengkap. Penilisan sebagai salah satu jenis karya tulis ilmiah yang membutuhkan data-data yang mempunyai nilai kebenaran yang dapat dipercaya.Untuk memperoleh data-data sebagaimana yang dimaksud maka
37Wikipedia Ensiklopedia bebas, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Hukum_dan_Hak_Asasi_Manusia_Republik _ Indonesia, diakses pada tanggal 10 Desember 2017.
38 Pasal 1 Angka 2, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016, tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar serta Penyampaiaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Yayasan.
39 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 57.
40 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi 2005, Kencana, Jakarta, 2014, hlm. 83.
dilakukan suatu metode tertentu, karena setiap cabang ilmu pengetahuan mempunyai metode penilisan tersendiri.
Sebagai suatu penelitian yang ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian diawali dengan pengumpulan data sehingga analisis data yang dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian tesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan dipandang dari sisi normatifnya (asas-asas, prinsip-prinsip, doktrin-doktrin, kaidah-kaidah) yang terdapat di dalam Perundang-Undangan dan putusan pengadilan.
41Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum normatif atau yuridis normatifyaitu penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.
42Sedangkan Peter Mahmud Marzukimendefinisikan penelitian hukum normatif adalah suatu prosesuntuk menemukansuatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum maupun doktrin- doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.
43Berdasarkan kegunaannya, jenis metode penelitian yuridis normatif berguna untuk mengetahui apakah dan bagaimanakah hukum positifnya
41 Johny Ibrahim, op.cit., hlm. 46.
42Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cet. 5, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 13.
43Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm. 35.
mengenai suatu masalah tertentu dan juga dapat menjelaskan atau menerangkan kepada orang lain hukumnya mengenai peristiwa atau masalah tertentu.
442. Sifat Penelitian
Padapenelitian ini menekankan kepada sumber-sumber bahan sekunder, baik berupa peraturan-peraturan maupun teori-teori hukum, yang memfokuskan pengumpulan semua perundang-undangan yang terkait di dalam buku, melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan pengaturan hukum dan implikasi pelaksanaannya di Indonesia maupun hukum yang diputuskan melalui proses penelitian.
Keterkaitan antara metode penelitian yuridis normatif dengan judul penelitian tesis Analisis Yuridis Terhadap Yayasan Yang Tidak Mengikuti Ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan Setelah Dikeluarkannya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 adalah karena penelitian ini dilakukan dengan mengkaji berbagai macam peraturan perundang-undangan, literatur yang bersifat konsep teoritis yang kemudian dihubungkan dengan permasalahan yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini.
Penelitian ini difokuskan dengan menerapkan kaidah-kaidah atau norma- norma yang diatur dalam hukum positif.
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan tesis ini adalah bersifat deskriptif analitis, yang mengungkapkan peraturan perundang-
44 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, Penerbit Alumni, Bandung, 1994, hlm.140.
undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian.Demikian juga hukum dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat yang berkenaan dengan objek penelitian.
45Dikatakandeskriptif analitis karena penelitian ini bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku ditempat tertentu atau mengenai gejala yuridis yang ada atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.Adapunpada penelitian peristiwa hukum yang dimaksud terkait dengan Analisis Yuridis Terhadap Yayasan Yang Tidak Mengikuti Ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan Setelah Keluarnya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016.
463. Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui data sekunder yaitu data yangdikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan.
Di dalam penelitian hukum, data sekunder mencakup : a) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat autoriatif artinya mempunyai otoritas.Bahan hukum primer mempunyai kekuatan yang mengikat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, berupa peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan.
4745 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 105-106.
46 Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, op.cit., hlm. 16
47 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Penerbit Kencana, Jakarta, 2006, hlm. 141.
Yaitu Undang–Undang
Nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan Undang–Undang Nomor 16
Tahun 2001 Tentang Yayasan, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 dan peraturan-peraturan maupun perundang- undangan yang peneliti anggap perlu dikemudian hari.
b) Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti, rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karyadari kalangan hukum tentangYayasan.
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang relevan untuk melengkapi data dalam penelitian ini, yaitu seperti kamus umum, kamus hukum, majalah-majalah, dan internet.
484. Teknik Pengumpulan Data
serta bahan- bahan di luar bidang hukum yang berkaitan guna melengkapi data.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal dan laporan-laporan penelitian yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti.
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya dalam penelitian ini, maka alat pengumpulan data yang digunakan yaitu :
48 Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia, Jakarta, 2005, hlm. 340.