• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKTEK PENGELOLAAN WAKAF DI NEGARA MUSLIM (STUDI PADA NEGARA BRUNEI DARUSSALAM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PRAKTEK PENGELOLAAN WAKAF DI NEGARA MUSLIM (STUDI PADA NEGARA BRUNEI DARUSSALAM)"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)PRAKTEK PENGELOLAAN WAKAF DI NEGARA MUSLIM (STUDI PADA NEGARA BRUNEI DARUSSALAM). SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.). Oleh:. ULFAH SISI YATININGRUM 1113046000111. PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H /2017 M.

(2) PRAKTEK PENGELOLAAN WAKAF DI NEGARA MUSLIM (STUDI PADA NEGARA BRUNEI DARUSSALAM). SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.). Oleh:. ULFAH SISI YATININGRUM NIM: 1113046000111. Pembimbing:. Dr. HENDRA KHOLID, M.A.. PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H /2017 M. ii.

(3) LEMBAR PENGESAHAN. Hari ini Kamis, 28 September 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswi: 1. Nama. : Ulfah Sisi Yatiningrum. 2. NIM. : 1113046000111. 3. Jurusan. : Ekonomi Syariah. 4. Judul Skripsi. : Praktek Pengelolaan Wakaf di Negara Muslim (Studi pada Negara Brunei Darussalam). Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi tersebut dinyatakan lulus dan skripi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.. Jakarta, 28 September 2017. PANITIA UJIAN SKRIPSI 1. Ketua. 2. Sekretaris. 3. Pembimbing. : AM. Hasan Ali, M.A. NIP. 19751201 100501 1 005. (.................................). : Dr. Abdurrauf, M.A. NIP. 19731215 200501 1 002. (.................................). : Dr. Hendra Kholid, M.A. (.................................). 4. Penguji I. 5. Penguji II. : H. M. Qosim Arsyadani, M.A. NIP. 196906292008011016. (.................................). : Nurul Handayani, S. Pd, M. Pd NIP. 19710113 199903 2 001. (.................................). iii.

(4) LEMBAR PERNYATAAN. Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S-1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.. Jakarta, 28 September 2017. Ulfah Sisi Yatiningrum. iv.

(5) ABSTRAK Ulfah Sisi Yatiningrum, NIM: 1113046000111, Praktek Pengelolaan Wakaf Di Negara Muslim (Studi: Negara Brunei Darussalam). Konsentrasi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1437 H/2017 M. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme praktek pengelolaan wakaf di Negara Brunei Darussalam. Mulai dari peran Majlis Ugama Islam Brunei terhadap pengelolaan wakaf. Sistem penghimpunan dan pengelolaan serta Pemanfaatan hasil wakaf bagi masyarakat Brunei Darusssalam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi ketempat penelitian, wawancara langsung kepada narasumber terkait, serta pengumpulan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan, Pertama, Majlis Ugama Islam Brunei berperan sebagai pemegang kekuasaan penuh terhadap pengelolaan wakaf yang ada di Negara Brunei Darussalam baik wakaf khas dan wakaf ‘am. Kedua,Pengelolaan wakaf di Negara Brunei Darussalam memiliki dua model pengelolaan: 1) Model pengelolaan wakaf tradisional dimana kebanyakan bendabenda wakaf diperuntukkan untuk kepentingan pembangunan fisik seperti masjid, mushalla, kuburan dan sebagainya. 2) Model pengelolaan wakaf semi-profesional yaitu pengelolaan wakaf yang secara umum masih seperti pengelolaan wakaf secara tradisional namun dalam model pengelolaan ini sudah mulai dikembangkan pola pemberdayaan wakaf produktif meskipun belum maksimal. Ketiga, Pengelolaan wakaf di Negara Brunei Darussalam telah memberi dampak terhadap kesejahteraan sosial bagi masyarakat Brunei Darussalam hanya saja belum memberi dampak dari segi aspek ekonomi. Faktanya hampir 70% harta wakaf dimanfaatkan untuk kepentingan ibadah seperti pembangunan masjid, mushalla, tanah kuburan dan lain sebagainya. Key word: Wakaf, Praktek Pengelolaan, Negara Muslim, Brunei Darussalam. v.

(6) KATA PENGANTAR. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Program Studi Ekonomi Syariah Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada: 1.. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.. 2.. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.. 3.. Bapak AM. Hasan Ali, M.A, dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A selaku Tim Task Force Passing Out Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.. 4.. Bapak Yoghi Citra Pratama, M. Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Syariah dan Ibu Endra Kasni Laila, M. Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.. 5.. Bapak Dr. Hendra Kholid, M.A., selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.. 6.. Bapak Arip Purkon, M.A., selaku penasehat akademik penulis yang telah membimbing selama perkuliahan.. 7.. Seluruh dosen yang selama ini telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini dengan baik, dan tak lupa kepada staf akademik, karyawan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.. vi.

(7) 8.. Bapak Adly Kasyfullah selaku pengelola tunggal Bahagian Wakaf Majlis Ugama Islam Brunei yang dalam kesibukannya secara ikhlas bersedia menjadi interviewer dalam penelitian ini.. 9.. Kepada Akhi Jupri yang telah banyak membantu saya selama di Brunei Darussalam.. 10. Bapak dan Bunda, kupersembahkan skripsi ini untuk kedua orang tuaku yang selalu memberikan motivasi untuk terus belajar. Untuk saudaraku, Iqbal dan Hakim yang juga selalu memotivasiku. 11. Teman-teman di Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Lingkar Studi Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016/2017 terimakasih atas dukungan, diskusi, ilmu dan nasihatnya. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hal itu tidak akan mngurangi rasa terimakasih atas do’a dan dukungannya. Semoga semua kebaikan yang diberikan Allah SWT dibalas dengan berlipat ganda.. vii.

(8) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv ABSTRAK ..............................................................................................................v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ..................................................................................................x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................1 A. Latar Belakang ...............................................................................1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................6 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................6 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................7 E. Metode Penelitian...........................................................................8 F. Sistematika Penulisan ..................................................................11. BAB II. WAKAF DAN PENGELOLAAN WAKAF .....................................13 A. Kerangka Teori dan Konsep.........................................................13 B. Kajian Pustaka (Riview Studi Terdahulu)...................................14 C. Wakaf ...........................................................................................16 1. Pengertian Wakaf .............................................................16 2. Dasar Hukum Wakaf ........................................................19 3. Rukun dan Syarat Wakaf .................................................22 4. Macam-Macam Wakaf .....................................................26 5. Manfaat Wakaf .................................................................31 B. Pengelolaan Wakaf.......................................................................28 1. Pengertian Pengelolaan Wakaf ........................................28 2. Manfaat Pengelolaan Wakaf ............................................31 3. Dasar Hukum Pengelolaan Wakaf ...................................32 4. Strategi Pengelolaan Wakaf .............................................33. viii.

(9) BAB III. PENGELOLAAN WAKAF DI BRUNEI DARUSSALAM ..........38 A. Sejarah dan Perkembangan Pengelola Wakaf Di Negara Brunei Darussalam ...................................................38 B. Kedudukan dan Peran Majlis Ugama Islam Brunei Dalam Pengelolaan Wakaf .....................................................................39 C. Struktur Organisasi dan Misi Majlis Ugama Islam Brunei.........41 D. Jenis dan Penghimpunan Wakaf Di Brunei Darussalam ............45 E. Pengelolaan Wakaf Di Brunei Darussalam ................................49. BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN WAKAF DI NEGARA BRUNEI DARUSSALAM.................................................................................52 A. MUIB dan Pengelolaan Wakaf Di Brunei Darussalam .............52 B. Mekanisme Pengelolaan Wakaf Di Brunei Darussalam ............53 C. Wakaf dan Kesejahteraan Masyarakat Brunei Darussalam .......61 BAB V. PENUTUP ...........................................................................................64 A. Kesimpulan ..................................................................................64 B. Saran .............................................................................................64. DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................67 LAMPIRAN ..........................................................................................................70. ix.

(10) DAFTAR TABEL. Tabel 1.1 Asset Wakaf Khas ................................................................................4 Tabel 1.2 Asset Wakaf A’m ..................................................................................5 Tabel 1.3 Asset Wakaf Uang .................................................................................5 Tabel 4.1 Tanah Wakaf Yang Berhasil Dibangun ..............................................56. x.

(11) DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Kerangka Teori dan Konsep .............................................................13 Gambar 3.1 Struktur Organisasi Majlis Ugama Islam Brunei .............................42 Gambar 4.1 Mekanisme Pengelolaan Wakaf Di Negara Brunei Darussalam ......55 Gambar 4.2 Presentase Hasil Pengelolaan Wakaf ................................................62. xi.

(12) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wakaf merupakan ajaran Islam yang berdimensi sosial, yaitu menekankan kesejahteraan umat dan pembangunan peradaban yang maju. Kemajuan peradaban Islam pada masa lalu, tentu tak bisa dilepaskan dari peran wakaf. Bahkan, wakaf diakui sebagai jenis filantropi dalam Islam yang berhasil mendanai proyek mercusuar peradaban Islam dari masa ke masa. Di. tengah. problem. sosial. masyarakat. Indonesia. dan. tuntutan. akan kesejahteraan ekonomi akhir-akhir ini, keberadaan lembaga wakaf menjadi sangat strategis. Disamping sebagai salah satu aspek ajaran Islam yang berdimensial spiritual, wakaf juga merupakan ajaran yang menekankan pentingnya kesejahteraan ekonomi (dimensi sosial). Karena itu, pendefinisian ulang terhadap wakaf agar memiliki makna yang lebih relevan dengan kondisi riil persoalan kesejahteraan menjadi sangat penting.1 Sistem manajemen pengelolaan wakaf merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan wakaf. Kalau dalam paradigma lama wakaf selama ini lebih menekankan pentingnya pelestarian dan keabadian benda wakaf, maka dalam pengembangan paradigma baru wakaf lebih menitik beratkan pada aspek pemanfaatan yang lebih nyata tanpa kehilangan eksistensi benda wakaf. itu. sendiri.. kemanfaatannya,. Untuk. tentu. meningkatkan. yang. sangat. dan mengembangkan. berperan. aspek. sentral adalah sistem. manajemen pengelolaan yang diterapkan. Melalui institusi wakaf diharapkan akan terjadi proses distribusi manfaat bagi masyarakat secara lebih luas, dari manfaat pribadi (private benefit) menuju manfaat yang besar bagi perkembangan Islam dan kaum muslimin (social benefit). Hal ini akan terjadi bila wakaf dikelola dengan baik dan. 1. Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004), h. 1.. 1.

(13) 2. profesional.2 Wakaf juga merupakan “economic corporation” yaitu wakaf memiliki modal untuk dikembangkan yang keuntungannya bagi kepentingan umat, sehingga wakaf merupakan kegiatan yang mengandung unsur investasi masa depan dan pengembangan harta produktif untuk generasi yang akan datang. Hal ini sesuai dengan tujuan wakaf, baik berupa pelayanan maupun pemanfaatan hasilnya secara langsung.3 Wakaf juga berperan sebagai salah satu mata rantai potensi ekonomi umat yang menghasilkan dana kesejahteraan umum. Berdasarkan pengalaman negara yang lembaga wakaf nya sudah maju, seperti Mesir, Yordania, Saudi Arabia, Bangladesh dan lain-lain, wakaf dapat dijadikan salah satu pilar ekonomi. Pada umumnya di negara-negara tersebut, wakaf dikelola secara produktif. Kini hampir semua negara yang dihuni umat Islam, wakaf pasti dipraktikkan di sana, tak terkecuali di negara-negara kawasan Asia Tenggara. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Jumlahnya mencapai 87.2 persen dari seluruh penduduk Indonesia yang berkisar sekitar 207.2 juta jiwa.4 Jumlah penduduk muslim ini memiliki potensi besar dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. dan pengembangan. perekonomian nasional. Kelahiran Badan Wakaf Indonesia amanat tentang. (BWI) merupakan perwujudan. yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Wakaf.. Kehadiran. BWI,. adalah. untuk. memajukan. dan. mengembangkan perwakafan di Indonesia. Untuk pertama kali, keanggotaan BWI. diangkat. oleh. Presiden. Republik. Indonesia,. sesuai. dengan. Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 75/M Tahun 2007, yang ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 13 Juli 2007. Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga independen untuk mengembangkan perwakafan di Indonesia yang dalam 2. Ach. Bakhrul Muchtasib, Wakaf; Instrumen Kesejahteraan Ekonomi yang Terabaikan, http://Www.Muamalat-Institute.Com/58-Wakaf-Instrumen-Kesejahteraan-Ekonomi-Yang terabaikan.html, diakses pada tanggal 24 November 2016 3 Monzer Kahf, Manajemen Wakaf Wakaf Produktif, terj. Muhyiddin Mas Rida, (Jakarta: Khalmifa, 2005), hlm. 59. 4 Indonesia-Investment, Penduduk Indonesia, http://www.indonesiainvestments.com/id/budaya/penduduk/item67 diakses pada tanggal 8 Februari 2017.

(14) 3. melaksanakan tugasnya bersifat bebas dari pengaruh kekuasaan manapun serta bertanggung jawab kepada masyarakat. Begitu juga dengan negara tetangga Indonesia seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Thailand. Aset wakaf di sana cukup banyak juga, begitu pula dengan manajemen pengelolaannya yang sudah cukup maju. Malaysia misalanya, memiliki Johor Corporation yang mengelola harta wakaf untuk diinvestasikan di berbagai sektor ekonomi. Selain itu, tentu masih banyak lembaga wakaf lain yang pengelolaannya sudah berjalan dengan baik begitu pula dengan Singapura, Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) mempercayakan Waqaf Real Estate Singapore untuk mengelola aset wakaf secara produktif untuk kepentingan pemberdayaan masyarakat. Hal ini serupa dengan negara Brunei Darussalam yang mana pengelolaan wakaf ditangani langsung oleh Majlis Ugama Islam Brunei (MUIB) yang di kenal sebagai Dewan Agama Islam Brunei Darussalam. Salah satu negara terkaya di dunia ini terkenal dalam penerapan syariat Islam di dalam kehidupan sehari-harinya. Kerajaan mengawal ketat apa-apa yang berlaku bagi kehidupan beragama rakyat Brunei. Di Negara Brunei Darussalam, segala urusan mengenai wakaf adalah dikendalikan dan ditadbir oleh Majlis Ugama Islam Brunei (MUIB) yaitu berdasarkan peruntukan undang-undang yang termaktub dalam Undang-Undang Negara Brunei Darussalam yaitu Akta Majlis Ugama Islam dan Mahkamah - Mahkamah Kadi Penggal 77 dalam bab 100. Akta tersebut telah memperuntukkan bahwa Majlis hendaklah menjadi pemegang amanah tunggal bagi semua wakaf, Brunei juga membedakan wakaf am atau wakaf khas. Berikut asset wakaf yang terdaftar di Brunei Darussalam:.

(15) 4. Tabel 1.1 Asset Wakaf Khas. Aset Wakaf. Berkaitan Dengan Masjid W A. Jenis Masjid. 7. Tanah. 22. Jalan Raya. 2. Peralatan. 19. AC. 28. Lahan Parkir. 2. Lain-lain. K A. Kendaraan. F. K. Berkaitan Dengan Perkuburan. H. Tanah. Jalan Raya. A S Berkaitan Dengan Sekolah Ugama. Tanah. Peralatan Lain-lain. Jumlah. Jumlah. 4. 19. 2. 2. 1 1 4. 113.

(16) 5. Tabel 1.2 Aset Wakaf ‘Am. W. Jenis. Jumlah. A. Rumah Kediaman. 2. K. Bangunan. A. Aset Wakaf. Komersial. Tanah. F. 1. Masjid. 1. Lain-lain. 3. A Jumlah. M. 7. Tabel 1.3: Aset Wakaf Uang. W. Aset Wakaf. A K. Wakaf Khas. Jenis Berkaitan Dengan Masjid. Jumlah. $ 1,836,781,00. A F. Wakaf ‘Am. Lain-lain. $ 400.00. U A Jumlah. N. $ 1,837,181.00. G Sumber: Jurnal Pemahaman Zakat Harta dan Jenis Awqaf Di Brunei Darussalam, Awangku Dr. Haji Md. Hasnol Alwe Pengiran M. Salleh, 2016.. Berdasarkan data diatas asset wakaf Brunei Darussalam jika dibandingkan dengan asset wakaf Indonesia memang jauh lebih banyak asset wakaf Indonesia. Namun Brunei memiliki satu keunikan praktek wakaf yakni Majlis Ugama Islam Brunei. (MUIB) membolehkan wakaf terdaftar atau tidak. terdaftar. Jika terdaftar, para wakif mendaftarkan secara langsung harta mereka kepada Majlis Ugama Islam Brunei (MUIB) dan mereka memiliki sertifikat.

(17) 6. wakafnya, jika tidak terdaftar pewakif hanya memberikan pernyataan secara lisan seperti uang atau benda. Hal ini lah yang menurut saya harus kita kaji lebih dalam karena jika kita lihat di Indonesia yang mana Badan Wakaf Indonesia sudah mengharuskan seluruh harta wakaf harus didaftarkan secara resmi namun masih saja terjadi persengketaan harta wakaf. Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang manajemen pengelolaan wakaf yang ada di negara Brunei Darussalam. Dengan latar belakang seperti yang telah diuraikan, penulis menuangkan permasalahan dalam skripsi yang berjudul “Praktek Pengelolaan Wakaf Di Negara Muslim (Studi Pada Negara Brunei Darussalam)”.. B. Identifikasi Masalah Tema yang menjadi fokus bahasan penulis terkait dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Terdapat beberapa masalah yang mempengaruhi pembahasan tersebut: 1. Setiap negara muslim memiliki mekanisme berbeda dalam pengelolaan wakaf. 2. Peningkatan asset wakaf di berbagai negara muslim setiap tahunnya. 3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang mekanisme pengelolaan wakaf di berbagai negara muslim.. C. Pembatasan dan Permusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini terarah dan permasalahan yang dibahas tidak meluas, maka penulis membatasi permasalahannya pada pelaksanaan wakaf di negara muslim yang dalam hal ini studi kasus pada Negara Brunei Darussalam. Masalah utama yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah bagaimana Brunei Darussalam sebagai salah satu Negara Muslim mengelola wakaf di negaranya..

(18) 7. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apa peran Majlis Ugama Islam Brunei (MUIB) di dalam pengelolaan wakaf di Negara Brunei Darussalam? 2. Bagaimana model pengelolaan wakaf di Negara Brunei Darussalam? 3. Apa dampak dari pengelolaan wakaf di Brunei Darussalam terhadap kesejahteraan masyarakat Brunei Darussalam.. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Setelah memperhatikan judul dan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengkaji apa peran yang dilakukan Majlis Ugama Islam Brunei (MUIB) di dalam pengelolaan wakaf 2. Mengkaji bagaimana praktek pengelolaan wakaf di Negara Brunei Darussalam 3. Menjelaskan dampak dari pengelolaan wakaf di Brunei Darussalam terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Brunei Adapun tujuan akhir dan manfaat dari penelitian ini diharapkan akan berguna: 1. Bagi Akademisi Bagi akademisi, membuka wawasan keilmuan yang dapat menstimulus penulis dan peneliti lainnya untuk terus menggali pengetahuan terutama dalam hal model pengelolaan wakaf yang ada di berbagai negara muslim. 2. Bagi Praktisi Bagi praktisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan positif dan informatif bagi semua pihak. Khususnya bagi pemerintah maupun badan dan lembaga pengelola wakaf di Indonesia tetang bagaimana negara muslim dapat mengelola wakaf dengan baik..

(19) 8. 3. Bagi Masyarakat Menambah pengetahuan masyarakat serta memberikan informasi yang beramanfaat. dalam. bidang ZISWAF. khususnya tentang. pengelolaan wakaf yang ada di negara muslim.. E. Metode Penelitian Di dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Majelis Ugama Islam Brunei (MUIB) Direktorat Haji dan Wakaf . Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Mardalis: “Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku, didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat analisis dan menginterprestasikan kodisi-kondisi yang ada sekarang ini terjadi atau ada”. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan. melihat kaitan antara. variabel-variabel yang diteliti. Variabel ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.5 Sedangkan menurut Bogdan dan Tailor penelitian kualitatif seperti yang dikutip Lexy J Maleong yaitu sebagai “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan prilaku yang damai.6 1. Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data yang bersifat kualitatif dengan menggunakan dua sumber data, yaitu: a. Data primer Merupakan data yang langsung diperoleh dari hasil wawancara. Wawancara dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data sepihak yang dikerjakan secara sistematis. 5. Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),. h. 25. 6. Lexy J Maleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000). Cet ke-3, h.3..

(20) 9. berlandaskan tujuan penelitian.7 Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dengan tanya jawab yang dikerjakan berlandaskan pada tujuan penelitian dengan menggunakan panduan wawancara.8Data primer yang penulis peroleh adalah data langsung dari pihak Majelis Ugama Islam Brunei. Penelitian menggunakan wawancara dengan pengelola divisi Haji dan Wakaf di Majelis Ugama Islam Brunei. b. Data Sekunder : Yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, dan sudah dikumpulkan.9Dalam hal ini penulis memperoleh data yang memiliki relevansi dengan masalah sebagai bahan penunjang penelitian.. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: a. Wawancara Interview (Wawancara) dalam hal ini adalah teknik tanya jawab secara lisan yang diarahkan kepada masalah tertentu untuk mendapatkan informasi yang selengkaplengkapnya tanpa unsur paksaan kepada para informan yang mengetahui dan berkecimpung langsung pada pihak yang bersangkutan. Untuk pengumpulan data primer, digunakan teknik wawancara yang dilakukan terhadap divisi haji dan wakaf Majelis Ugama Islam Brunei. b. Observasi Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan. pengamatan. secara. langsung. mengenai. objek. penelitian. Metode ini penulis gunakan sebagai langkah 7. Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, (Yogyakarta: Andi, 2004), Cet, 1, h.193. Moh Nadzir, Metode Penelitian, Cet.1, (Bandung: Ghalia Indonesia, 2003), h.193 9 Muhammad, Metedologi Penelitian Ekonomi Islam, h. 5. 8.

(21) 10. awal untuk mengetahui kondisi objektif mengenai objek penelitian. Observasi dilakukan dengan secara langsung mengamati pengelolaan wakaf yang diawasi langsung oleh Majelis Ugama Islam Brunei. c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu dokumen yang merupakan catatan dari peristiwa yang sudah berlalu.10 Peneliti meminta datadata yang sesuai dengan kebutuhan penelitian terkait lembaga yang diteliti, dalam hal ini Majelis Ugama Islam Brunei. d. Studi Kepustakaan Stusi kepustakaan yaitu dengan membaca buku-buku serta menelusuri berbagai literatur yang relevan dengan topik masalah dalam penelitian ini yang dapat dijadikan sumber rujukan untuk menyusun karya ilmiah ini.. 3. Teknik Analisis Data Data penelitian yang telah diperoleh dapat dianalisa dengan metode deskriptif, yaitu menggambarkan dan menjelaskan data yang di dapat dari teori maupun hasil penelitian di lapangan sehingga mampu menjawab permasalahan yang ada, dan mendeskripsikan masalah ini. Teknik untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian yang menerangkan hubungan, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.11. 4. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) yang diterbitkan. 10. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), Cetakan Ke-8, h.240. 11 Moh Nadzir, Metode Penelitian, ( Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), h. 55.

(22) 11. oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.. F. Sistematika Penulisan Di dalam pembuatan penelitian penulis akan memberikan gambaran mengenai hal apa saja yang akan dilakukan, maka secara garis besar gambaran tersebut dapat dilihat dalam sistematika skripsi dibawah ini: BAB I. PENDAHULUAN Dalam bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, teknik penulisan dan sistematika penulisan.. BAB II. LANDASAN TEORITIS Landasan teoritis, bab ini diawali dengan kerangka teori dan konsep, kajian pustaka/riview studi terdahulu. Selanjutnya membahas tentang kajian teori, yang meliputi; Pengertian Wakaf, dasar hukum, sistem perwakafan dan manajemen pengelolaan.. BAB III. PENGELOLAAN. WAKAF. DI. BRUNEI. DARUSSALAM Berisi kedudukan dan peran Majelis Ugama Islam Brunei (MUIB), struktur organisasi MUIB dan pengelola wakaf, sejarah berdirinya badan wakaf Brunei Darussalam.. BAB IV. HASIL PENELITIAN Bab. ini. merupakan. pembahasan. tentang. Temuan. Lapangan, yang meliputi analisa pembahasan tentang bagaimana praktek wakaf di negara Brunei Darussalam.

(23) 12. BAB V. PENUTUP Bab penutup ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi..

(24) BAB II WAKAF DAN PENGELOLAAN WAKAF. A. Kerangka Teori dan Konsep Kerangka teori dan konsep dari masalah yang ada serta pemecahannya digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Teori dan Konsep. Peran MUIB Di Dalam Pengelolaan Wakaf Negara Brunei Darussalam Mekanisme Pengelolaan Wakaf Negara Brunei Darussalam. Praktek Pengelolaan Wakaf Di Negara Muslim (Studi Negara Brunei Darussalam). Analisis Pengelolaan Wakaf Negara Brunei Darussalam. Dampak Pengelolaan Wakaf Negara Brunei Darussalam. Data yang dikumpulkan berasal dari hasil hasil wawancara, dokumnetasi serta laporan laporan terkait pengelolaan wakaf, serta informasi-informasi dari pihak-pihak terkait. Menganalisis pengelolaan wakaf yang diterapkan di Negara Brunei Darussalam. Apabila mekanisme yang baik dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas maka mekanisme tersebut perlu dipertahankan dan dijadikan salah satu acuan bagi lembaga pengelola wakaf lainnya. Jika dalam pengelolaannya belum menghasilkan manfaat bagi masyarakat luas maka Majlis ugama Islam Brunei (MUIB) perlu mengadakan beberapa usaha di dalalm peningkatan dan perkembangan pengelolaan wakaf.. 13.

(25) 14. B. Kajian Pustaka (Riview Studi Terdahulu) Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan kajian terdahulu. Sebelum membuat skipsi ini penulis melakukan kajian pustaka yang berupa judul-judul skripsi yang telah ada sebagai pembanding dengan skripsi ini. Antara lain sebagai berikut: No 1. Nama penulis/Judul skripsi, Jurnal/Tahun. Substansi. Febrianti/ Praktek Pengelolaan Skripsi. Perbedaan dengan Penulis ini Febrianti. Zakat di Negara Muslim (Studi membahas. membahas. pada. tentang. Negara. Brunei bagaimana. Darussalam)/ Fakultas Syariah pengelolaan zakat pengelolaan zakat dan Hukum UIN Jakarta 2011. yang ada di Brunei yang Darussalam. ada. di. Brunei Darussalam, sedangkan perbedaan. yang. ada. dalam. penelitian. ini. ialah penulis ingin mengkaji dalam. lebih tentang. pengelolaan wakaf yang ada di Brunei Darussalam. 2. Dono Model Uang. Satrio/. Perbandingan Skripsi. Pengelolaan di. ini Bangladesh. Wakaf membahas tentang merupakan negara. Bangladesh. dan bagaimana sistem yang pertama kali. Indonesia/ Fakultas Syariah dan pengelolaan wakaf menerapkan Hukum UIN Jakarta 2015. uang yang ada di wakaf uang, oleh.

(26) 15. Indonesia Bangladesh. dan karena itu Dono melakukan penelitian tentang pengelolaan wakaf uang yang ada. di. Bangladesh. Sedangkan penulis. ingin. mengkaji. lebih. dalam. tentang. pengelolaan wakaf yang ada di negara. muslim. Brunei Darussalam. 3. Hajah Mas Nooraini binti Haji Jurnal. ini Perbedaannya. Mohidin/ Jurnal Status Wakaf membahas tentang dengan penelitian Tunai di Brunei Darussalam/ status wakaf tunai yang penulis tulis Jurnal ICCW 2015. yang berkembang ialah di Darussalam. jurnal. Brunei lebih. ini. terkhusus. membahas wakaf tunai, sedangkan penulis membahas wakaf secara keseluruhan yang ada. di. Brunei. Darussalam. 4. Datin Dr Hajah Mariah binti Jurnal. ini Persamaan.

(27) 16. Pehin Dato Haji Abdul Rahim/ membahas tentang dengan penelitian Kesadaran Terhadap Brunei. Wakaf. Masyarakat kesadaran. warga yang penulis tulis. Tunai. Brunei ialah. Darussalam/. Di negara. Jurnal Darussalam. ICCW 2105. terhadap. tentang. wakaf yang ada di wakaf Brunei. tunai. yang Darussalam. berkembang negara tersebut.. di namun jurnal ini membahas tentang pengetahuan warga. negara. Brunei Darussalam akan wakaf tunai.. C. Wakaf 1. Pengertian Wakaf Secara Umum Secara bahasa wakaf berasal dari kata “waqafa”atau “habasa” yang bisa diartikan dengan menahan. Ia merupakan kata yang berbentuk masdar yang. pada dasarnya berarti menahan,. berhenti,. atau. diam.. Apabila kata tersebut dihubungkan dengan harta seperti tanah, binatang dan yang lain, ia berarti pembekuan hak milik untuk faedah tertentu. 12 Wakaf menurut syara` berarti penahanan hak milik atas materi benda (al-‘ain) untuk tujuan menyedekahkan manfaat atau faedahnya (almanfa’ah) di jalan Allah. Adapun yang dimaksud dengan menahan dzat (asal) benda adalah menahan barang yang diwakafkan agar tidak diwariskan, digunakan dalam bentuk. dijual,. dihibahkan, digadaikan,. disewakan, dipinjamkan, dan sejenisnya.13. 12. Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah jilid XIV. (Bandung:PT Alma‟arif, 1987), h. 153 Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqh Lima Mazhab: Edisi Lengkap. (Jakarta : PT Lentera Basritama 1996). h. 383 13.

(28) 17. Sedangkan wakaf menurut istilah syara’ dikemukakan oleh beberapa pendapat dari para ulama sebagai berikut:14 a. Menurut Sayyid Sabiq, menahan asal (pokok) harta dan mendermakan hasilnya serta memanfaatkannya pada jalan Allah. Makna menahan disini adalah karena wakaf ditahan dari kerusakan, penjualan dan semua tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan wakaf. Dikatakan menahan juga karena manfaat dan hasilnya ditahan dan dilarang bagi siapa pun selain dari orang-orang yang berhak atas wakaf tersebut. b. Menurut Jawad Mughniyah menyebutkan bahwa wakaf ialah suatu bentuk pemberian yang menghendaki penahanan asal harta dan mendermakan hasilnya pada jalan yang bermanfaat. Para ahli fiqih pun dalam tataran pengertian wakaf yang lebih rinci saling bersilang pendapat. Sehingga mereka berbeda pendapat pula dalam memandang hakikat wakaf itu sendiri, baik ditinjau dari aspek kontinyuitas waktu (ikrar), dzat yang di wakafkan (benda wakaf), pola pemberdayaan dan pemanfaatan harta wakaf. Untuk itu, pandangan para ulama yang terkait dengan wacana-wacana tersebut akan diuraikan sebagai berikut:15 a. Menurut Imam Abu Hanifah Wakaf adalah menahan harta dari otoritas kepemilikan orang yang mewakafkan dan menyedekahkan kemanfaatan barang wakaf tersebut untuk tujuan kebaikan. Berdasarkan penngertian tersebut, wakaf tidak memberikan konsekuensi hilangnya barang yang diwakafkan dari kepemilikan orang yang mewakafkan. Pewakif boleh saja mencabut wakaf tersebut, boleh juga menjualnya. Sebab, pendapat yang paling shahih menurut Abu Hanifah adalah bahwa wakaf hukumnya ja’iz (boleh), bukan lazim (wajib, mengandung hukum yang mengikat). 14. Drs. H. Abdul Halim, M.A., Hukukm Perwakafan Indonesia,(Ciputat: Ciputat Press, 2005), h. 8-9 15 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhui, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 269272.

(29) 18. b. Menurut Imam Malik Madzhab Maliki berpendapat bahwa wakaf adalah si pemilik harta menjadikan hasil dari harta yang dia miliki, meskipun kepemilikan itu dengan cara menyewa atau menjadikan pengahasilan dari harta tersebut, misalhnya dirham, kepada orang yang berhak dengan suatu sighat (akad, pernyataan) untuk suatu tempo yang dipertimbangkan oleh orang yang mewakafkan. Artinya si pemilik harta menahan hartanya itu dari semua bentuk pengelolaan kepemilikan, menyedekahkan hasil dari harta tersebut untuk tujuan kebaikan, sementara harta tersebut masih utuh menjadi milik orang yang mewakafkan, untuk suatu tempo tertentu. Wakaf disini tidak diiyaratkan selamanya. Wakaf menurut Malikiyyah tidak memutus (menghilangkan) hak kepemilikan barang yang diwakafkan, namun hanya memutus hak pengelolaannya. c. Menurut Imam Syafi’i dan Ahmad bin Hambal Syafi’i dan Ahmad berpendapat bahwa wakaf ialah menahan harta yang bisa dimanfaatkan sementara barang tersebut masih utuh, dengan menghentikan sama sekali pengawasan terhadap barang tersebut dari orang yang mewakafkan dan lainnya, untuk pengelolaan wakaf yang lainnya dan riil atau pengelolaan wakaf revenue (penghasilan) barang tersebut untuk tujuan kebaikan dan kebajikan demi mendekatkan dirikepada Allah. Atas dasar ini, harta tersebut lepas dari kepemilikan orang yang mewakafkan dan menjadi tertahan dengan dihukumi menjadi milik Allah, orang yang mewakafkan terhalang untuk mengelolanya, penghasilan dari barang tersebut harus disedekahkan sesuai dengan tujuan pewakafan tersebut ”. Adapun menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Bab I pasal I huruf a, menyebutkan sebagai berikut: “ Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/ atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu.

(30) 19. sesuai. dengan. kepentingannya. guna. kesejahteraan umum menurut syari’ah.. keperluan. ibadah. dan/atau. 16. Menurut pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia, wakaf ialah memperuntukkan sesuatu bagi kepentingan umum, sebagai derma atau kepentingan yang berhubungan dengan agama.17 Dari beberapa defenisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa wakaf adalah suatu perbuatan hukum dari seorang muslim dengan kesadaran diri memberikan harta benda yang dimilikinya untuk diambil manfaatnya bagi kepentingan di jalan Allah. Selain itu, harta wakaf harus memenuhi kriteria, diantaranya: benda yang diwakafkan kekal zatnya, terlepas dari kekuasaan pemilik (yang berwakaf), tidak dapat dipindah tangankan kepada pihak lain, dan diwakafkan untuk keperluan kebaikan sesuai ajaran Islam.. 2. Dasar Hukum Wakaf Para ulama mengemukakan beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits sebagai dasar hukum adanya praktik wakaf, kendati ayat-ayat dan hadits tersebut masih mengandung pengertian umum, yaitu antara lain: a. Dasar Hukum dari Al-Qur’an Q.S Ali-Imran: 3: 92. َ‫اَمنََشَئََفََِإنََاللَََبَِِهَعََلِيَم‬ َِ ‫اَتبَ َونَ جَ َومَاَتَنَ َِفقََو‬ َِ ‫اَمر‬ َِ ‫ّتَتَنَ َِفقََو‬ َ‫لَنََتَنَالَواَالَِرَبَحَ ر‬ Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan dari hal kebajikan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”. Ayat ini menganjurkan infak secara umum, namun para ulama ahli fikih dari beberapa madzhab menjadikannya sebagai landasan hukum wakaf, karena secara historis setelah ayat ini turun banyak sahabat Nabi yang terdorong untuk melaksanakan wakaf. 16. Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaannya, h.2 17 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 1006.

(31) 20. Selain surat Ali Imran yang telah dijelaskan di atas terdapat surat Al-Qur’an lain yang menganjurkan untuk berwakaf.. Q.S Al-Baqoroh:2:261. ََ‫ف َكَل‬ َ ِ َ َ‫اللََِكَمَثَ َِلَحََبرةَ َأَنَبَتَتَ َسَبَعَ َسَنَاَبِل‬ َ َ ‫ف َسََبِيَ َِل‬ َ ِ َ َ‫مَثَلَ َاَلر َِذيَنَ َيَنَ َِفقَ َونَ َأَمََواَلَم‬ َ‫اَسعََعََلِيَم‬ َِ ‫سَنَبَلَةَ َِمائَةَحََبرةَقلىََواللََيَضَا َِعفَََلِمَنَََيرشَآءَقلىََواللَََو‬ Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. Buya Hamka, pada kitab Tafsir Al-Azhar berpendapat “Perumpaan orang-orang yang membelanjakan harta benda mereka pada jalan Allah adalah laksana satu biji menumbuhkan tujuh arai”. Ingatlah arai pinang atau arai kelapa, dan kalau pada padi disebut tangkai. Pada setiap satu arai ada seratus biji. Dengan demikian diberikanlah targhib bahwasanya satu kebajikan ditanamkan akan bergandalah hasilnya sampai tujuh kali seratus. Dengan demikian dijelaskanlah bahwasanya pengorbanan hartamenegakkan jalan Allah bukanlah merugikan, tetapi memberikan untung.18 Demikian diantara beberapa nash Al-Qur’an yang dapat dijadikan landasan utama disyariatkannya wakaf dalam Islam. Hanya saja dari beberapa nash yang telah dituliskan masih tidak dijelaskan secara jelas dan tegas mengenai disyariatkannya ajaran wakaf. Al-Qur’an hanya menyebutkan dalam artian umum, bukan khusus dalam menggunakan kata wakaf.. 18. Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar juz’u 4 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h.41.

(32) 21. b. Dasar Hukum dari As-Sunnah Adapun dalil dari hadits yang secara khusus membahas tentang wakaf sangat banyak. Sebagian ada yang membicarakan shadaqah secara umum seperti hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:. ِ ‫إِذاَمات‬ ََ‫َصدقةَجا ِريةَأَوََ ِعلمَي نت فعَبِِهَأَو‬:َ‫َاالنسانَإِن قطعَعملهَاِالرِمنَثالث‬ َ19.)‫ولدَصالِحَيدَعولهَ(رواهَمسلم‬ Artinya: “Apabila manusia mati, maka amalnya akan terputus kecuali tiga perkara, shadaqah jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak saleh yang mendoakannya”. (HR. Muslim). Para ulama juga menafsirkan sabda Rasulullah SAW sedekah jariyah dengan wakaf, dalam sebuah hadits:. ِ ُّ ‫ضاََلَأ ِصبَماالًَق‬ َ‫طَأَنَفس‬ ً ‫رِبَف قالَأصبتَاَر‬ ً ‫أصابَعمرَِبيَبََأر‬ ‫ضاَفأتىَالنِ ر‬ َ‫َشئَتَحبرستَأصلهاَوتص رَدقت َِِباَف تَصدرقَعمر‬ َِ ‫ِمنهَفكيفََتَأَمرِِنَبِِهَقالَإِن‬ ِ ‫أنرهَالَي بَاعَأَصلهاَوالَيوهبَوالَي وَرثَ ََِِفَالفقر ِاءَوالقرَبَوالرق‬ َ‫ابَوِِفَسبِي ِل‬ ِ ‫ف َواب ِن َال رسبِي ِل َال َجناح َعلىَمن َولِي هَا َأن َيأكل َِمن هاَبِالَعر‬ ِ ‫اللِ َوالضري‬ َ‫وف َأو‬ 20. )‫َ(رواهَالبخاري‬.‫يطعِمََص ِدي ًقاَغي رَمَتم َوِلَفِي َِه‬. Artinya: Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, r.a bahwa Umar bin Khathab mendapat sebidang tanah di Khaibar. Lalu ia menghadap Rasulullah SAW untuk memohon petunjuknya, apa yang sepatutnya dilakukan untuk tanah tersebut. Umar berkata kepada Rasulullah SAW: “ Ya Rasulullah, saya 19. Imam Abi al-Husain Muslim al-hujjaj bin Mulim, Al-Jami’ al-Shahih al Musamma Shahih Muslim, (Semaang; Toha Putera, juz 3 t.th) h. 73 20. Abi Abdillah Muhammad bin Ismail albukhari, Shahih Bukhari, (Semarang: Toha Putera, Juz 3, t.th) h. 185.

(33) 22. memperoleh sebidang tanah di Khaibar dan saya belum pernah mendapat harta lebih baik dari tanah di Khaibar itu, karena itu saya mohon petunjukmu tentang apa yang sepatutnya saya lakukan pada tanah itu”. Rasulullah bersabda; “Jika engkau mau, tahanlah zat (asal) bendanya dan sedekahkanlah hasilnya”. Umar menyedekahkannya dan mewasiatkan bahwa tanah tersebut tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan tidak boleh diwarisi. Umar menyalurkan hasil tanah itu bagi orang-orang fakir, keluarganya, membebaskan budak, orangorang yang berjuang di jalan Allah, orang-orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan dan tamu. Tidak pula berdosa bagi orang yang mengurusi harta wakaf tersebut makan dari hasil wakaf tersebut dalam batas-batas kewajaran atau memberi makan orang lain dari hasil wakaf tersebut. Dengan demikian wakaf merupakan salah satu konsep fiqih sebagai hasil ijtihad yang lahir dari pemahaman ulama terhadap nash-nash yang menjelaskan tentang pembelajaran harta, terutama dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar tentang pernyataan Umar bin Khattab mengenai pemanfaatan tanahnya di Khaibar (H.R Bukhari). Jadi dapat disimpulkan bahwa melalui nash-nash haditslah ibadah wakaf dapat dijelaskan dengan baik. Tentunya melalui ijtihad yang lahir dari pemahaman para ulama terhadap nash-nash tersebut. Dari hadits di atas, menjadi acuan ajaran berwakaf khususnya dengan tanah dan bangunan.. 3. Rukun dan Syarat Wakaf Kendati para Imam Mujtahid berbeda pendapat dalam memberikan pandangan terhadap institusi wakaf, namun semuanya sependapat bahwa untuk melakukan perbuatan wakaf diperlukan rukun dan syarat-syarat wakaf. Rukun artinya sudut, tiang penyangga yang merupakan sendi utama atau unsur pokok dalam pembentukan suatu hal. Tanpa rukun sesuatu itu tidak akan tegak berdiri. Begitu pula syarat-syarat yang menentukan sah atau tidaknya suatu wakaf. Menurut jumhur ulama, rukun wakaf ada empat, yaitu:21 1) Wakif (orang yang melakukan wakaf) 21. 312. Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhui, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 275-.

(34) 23. Persyaratan seorang calon wakif agar sah adalah harus memiliki kecakapan hukum atau kamalul ahliyah (legal competent) dalam membelanjakan atau memanfaatkan hartanya, kecakapan disini meliputi empat kriteria, yaitu: a. Merdeka b. Berakal sehat c. Dewasa (Baligh) d. Tidak berada di bawah pengampunan (boros/lalai).22 Adanya kriteria tersebut menandakan bahwa tidak sembarangan wakif yang bisa mewakafkan hartanya. Tujuan adanya pesyaratan tersebut adalah untuk memastikan bahwa harta yang diwakafkan dilakukan secara rela sama rela dan mampu dilakukan pewakif. 2) Mauquf’alaih (orang yang menerima wakaf) Mauquf ‘Alaih diisyaratkan harus hadir sewaktu penyerahan wakaf, harus ahli untuk memiliki harta yang diwakafkan, tidak orang yang durhaka terhadap Allah SWT dan orang yang menerima wakaf itu harus jelas tidak diragui kebenarannya.23 Dengan adanya kejelasan tersebut akan lebih memudahkan pewakif untuk memantau perkembangan wakaf yang telah diserahkan. 3) Mauquf Bih (harta yang diwakafkan) Benda yang diwakafkan atau Mauquf Bih merupakan hal yang sangat penting dalam perwakafan. Namun ada beberapa persyaratan agar sangat penting dalam perwakafan. Namun ada beberapa persyaratan agar benda tersebut dapat diwakafkan, yaitu: a. Benda harus memiliki nilai guna b. Benda yang diwakafkan harus tertentu (diketahui) ketika terjadi akad wakaf.. 22. Proyek Pengembangan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan haji, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h.32 23. Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia (Jakarta: Ciputat Press, 2005) h. 18.

(35) 24. c. Benda tetap atau bergerak yang dibenarkan untuk diwakafkan. d. Benda yang diwakafkan benar-benar telah menjadi milik sempurna (Al-milk At-Tamm) si wakif ketika terjadi akad wakaf.24 4) Sighat. (pernyataan. wakif. sebagai. suatu. kehendak. untuk. mewakafkan harta bendanya) Pernyataan wakif yang merupakan tanda penyerahan barang atau benda yang diwakafkan itu, dengan lisan atau tulisan. Dengan pernyataan itu, terlepaslah hak wakif atas benda yang diwakafkan. Benda itu kembali menjadi hak milik mutlak Allah yang dimanfaatkan oleh orang atau orang-orang yang tersebut dalam ikrar wakaf tersebut. Karena tindakan mewakafkan sesuatu itu dipandang sebagai perbuatan hukum sepihak. Maka dengan persyaratan wakif yang merupakan ijab, perwakafan telah terjadi. Pernyataan dari mauquf ‘alaih yakni orang atau orang-orang yang berhak menikmati hasil wakaf itu tidak diperlukan. Dalam wakaf itu hanya ada ijab tanpa qabul.25 Berdasarkan penjelasan di atas maka terdapat empat rukun wakaf, yaitu wakif (orang yang berwakaf), mauquf bih (benda yang diwakafkan), mauquf a’laih (penerima wakaf) dan shigat wakaf (ijab qabul wakaf).. 4. Macam-Macam Wakaf Perkembangan wakaf hingga saat ini sudah sangat pesat. Perkembangan tersebut didukung oleh pengelolaan yang baik sehingga menghasilkan aset wakaf yang terus bertambah. Aset wakaf tersebut berasal dari berbagai jenis wakaf, berbagai macam bentuk, tujuan dan targetnya. Berikut macammacam wakaf tersebut:26. 24. Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf (Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf Departemen Agama Ri, 2003), h. 44 25 M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI Press, 1998), h. 18 26 Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, ( Jakarta: Khalifa, 2004) h. 161-162.

(36) 25. a. Wakaf Berdasarkan Tujuan Berdasarkan tujuannya, wakaf terbagi menjadi tiga macam, yaitu: 1. Wakaf sosial untuk kebaikan masyarakat (khairi atau ‘am), yaitu apabila tujuan wakafnya untuk kepentingan umum; 2. Wakaf keluarga (dzurri/khas), yaitu apabila tujuan wakaf untuk memberi manfaat kepada wakif, keluarganya, keturunannya dan orang-orang tertentu tanpa melihat kaya atau miskin, sakit atau sehat, serta tua atau muda; 3. Wakaf gabungan (musytarak), yaitu apabila tujuan wakafnya untuk umum dan keluarga secara bersamaan. b. Wakaf Berdasarkan Batasan Waktu Berdasarkan batasan waktunya, wakaf terbagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Wakaf Abadi, yaitu wakaf yang barangnya bersifat abadi, seperti tanah dan bangunan atau barang bergerak yang ditentukan oleh wakif sebagai wakaf abadi dan produktif, yang sebagian hasilnya untuk disalurkan sesuai tujuan wakaf, sedangkan sisanya untuk biaya perawatan wakaf dan mengganti kerusakannya. 2. Wakaf sementara, yaitu wakaf yang barangnya berupa barangbarang yang mudah rusak ketika dipergunakan tanpa memberi syarat untuk mengganti bagian yang rusak. Wakaf sementara juga bisa dikarenakan oleh keinginan wakif yang memberi batasan waktu ketika mewakafkan barangnya. c. Wakaf Berdasarkan Penggunaan Berdasarkan penggunaannya, wakaf terbagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Wakaf langsung yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk mencapai tujuannya, seperti masjid untuk shalat, sekolah untuk kegiatan belajar mengajar, rumah sakir dan lain sebagainya. 2. Wakaf produktif yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuuk kegiatan produksi dan hasilnya diperuntukkan sesuai dengan tujuan wakaf..

(37) 26. d. Wakaf Berdasarkan Jenis Barangnya Berdasarkan jenis barangnya, wakaf terbagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Wakaf benda tidak bergerak. Diantara benda wakaf tersebut adalah wakaf pokok tetap berupa tanah pertanian dan bukan pertanian. Seperti masjid, sekolah, rumah sakit dan perpustakaan. 2. Wakaf benda bergerak. Wakaf benda bergerak yang dijadikan pokok tetap menurut pengertian ekonomi modern, juga banyak dilakukan kaum muslimin, seperti alat-alat pertanian, mushaf AlQur’an, sajadah untuk masjid, buku perpustakaan umum dan perpustakaan masjid.27 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wakaf memiliki arti yang sangat luas. Wakaf pada masa kini tidak sebatas tanah dan masjid saja, tetapi sudah berkembang hingga berbagai macam wakaf baik bergerak ataupun tidak begerak. Hal tersebut lah yang menjadi tantangan sekaligus peluang bagi lembaga wakaf dalam berinovasi mengembangkan wakafnya.. 5. Manfaat Wakaf Asas kemanfaatan benda wakaf menjadi landasan yang paling relevan dengan keberadaan benda itu sendiri. Lebih-lebih ibadah wakaf oleh para ulama dikategorikan sebagai amal ibadah shadaqah jariyah yang memiliki nilai pahala yang terus mengalir walaupun yang melakukannya telah meninggal dunia. Tentu saja, dalam pandangan yang paling sederhana sekalipun, bahwa kontinyuitas pahala yang dimaksud itu karena terkait dengan aspek kemanfaatan yang bisa diambil secara berkesinambungan oleh pihak kebajikan (kepentingan masyarakat banyak). Manfaat wakaf dalam kehidupan dapat dilihat dari segi hikmahnya, setiap peraturan yang disyariatkan Allah kepada makhluknya baik berupa perintah atau larangan, pasti mempunyai hikmah dan manfaat yang begitu besar bagi kehidupan manusia khususnya bagi umat Islam. Diantara hikmah 27. H. Ahmad Shonhaji, Bahagiamu Lengkap Dengan Wakaf, (Ciputat: DD Publishing, 2016) h. 55-56.

(38) 27. yang terkandung di dalam harta wakaf yang langsung dirasakan oleh manusia diantaranya: 1. Pahala dan keuntungan bagi si waqif akan tetap mengalir walaupun suatu ketika ia telah meninggal dunia, selagi benda wakaf itu masih ada dan dapat dimanfaatkan, sepanjang itu pula pahala akan mengalir terus dalam dirinya. 2. Wakaf merupakan salah satu sumber dana yang sangat besar manfaatnya dalam kehidupan agama dan umat.28 3. Membantu orang-orang yang sedang kesulitan bisa keluar dari masalah. Mengelola wakaf sesuai dengan manfaat yang sudah disepakati akan membuat golongan atau masyarakat tertentu memiliki beban yang lebih ringan. 4. Wakaf mempererat tali persaudaraan. Hubungan masyarakat antara orang kaya dan miskin biasanya akan mengalami kesenjangan karena perbedaan derajat yang masih dipandang oleh masyarakat. Ketika orang yang kaya memberikan wakaf untuk digunakan secara umum. Tindakan ini dapat membuat hubungan masyarakat yang lebih harmonis. Hal ini juga diajarkan ketika kita menunaikan zakat.29 Dengan demikian wakaf mempunyai peranan yang sangat penting untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi selain dari zakat, karena wakaf juga dapat membantu masyarakat yang miskin, baik miskin dalam artian ekonomi. maupun. tenaga,. di. lain. pihak. juga. bertujuan. untuk. meningkatkanpembangunan keagamaan, disamping itu wakaf juga dapat membentuk jiwa sosial ditengah-tengah masyarkat, dapat juga mendidik manusia agar manusia mempunyai tenggang rasa terhadap sesamanya. Hal ini sejalan dengan Ahmad Jarjawi yang mengatakan “apabila orang-orang kaya itu mewakafkan hartanya kepada orang-orang fakir, maka akan diberi atas mereka pahala sedekah yang dapat menggembirakan pihak 28. Drs. Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di Indonesia, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), h.. 40-42 29. Informasi Manfaat, 10 Manfaat Wakaf Bagi Masyarakat, Diri Sendiri dan Orang Lain, http://manfaat.co.id/manfaat-wakaf , diakses pada 8 Maret 2017 pukul 11.50 WIB.

(39) 28. fakir miskin karena telah mengeluarkan dari belenggu kesulitan dan melepaskan mereka dari malapetaka yang menimpa mereka selama ini. Bagi si waqif akan menerima kemuliaan dari Allah Azza Wa Jalla”.30. B. Pengelolaan Wakaf 1. Pengertian Pengelolaan Wakaf Untuk mengelola harta wakaf maka dibutuhkan pengelola atau dalam fiqh disebut dengan nadzir. Nadzir berasal dari kata kerja bahasa Arab nadzara-yandzuru nadzaran yang mempunyai arti, menjaga, memelihara, mengelola dan mengawasi. Adapun nadzir adalah isim fa'il dari kata nadzir yang kemudian dapat diartikan dalam bahasa Indonesia dengan pengawas (penjaga). Sedangkan nadzir wakaf atau biasa disebut nadzir adalah orang yang diberi tugas untuk mengelola wakaf. Nadzir wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan tujuan wakaf tersebut.31 Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta. benda. wakaf. sesuai. dengan. tujuan, fungsi dan peruntukkannya yang dilaksanakan sesuai prinsip syariah.32 Pada umumnya, para ulama telah bersepakat bahwa kekuasaan nadzir wakaf hanya terbatas pada pengelolaan wakaf untuk dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf yang dikehendaki wakif. Asaf A.A. Fyzee berpendapat, sebagaimana dikutip oleh Dr. Uswatun Hasanah, bahwa kewajiban nadzir adalah mengerjakan segala sesuatu yang layak untuk menjaga dan mengelola harta. Dengan demikian nadzir berarti orang yang berhak untuk bertindak atas harta wakaf, baik untuk mengurusnya, memelihara, dan mendistribusikan hasil wakaf kepada orang yang berhak menerimanya,. 30. Drs. Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di Indonesia, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), h.. 31. Suparman usman, Hukum perwakafan di Indonesia, (Serang: Darul Ulum Press, 1994). 43 h. 33 32. Drs. H. Abdul Halim, M.A., Hukum Perwakafan di Indonesia, (Ciputat, Ciputat Press, 2005), h. 139.

(40) 29. ataupun mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan harta itu tumbuh dengan baik dan kekal.33 Dahulu, pengelolaan dan praktek wakaf masih menggunakan kebiasaankebiasaan keagamaan, seperti kebiasaan melakukan perbuatan hukum perwakafan secara lisan atas dasar saling percaya kepada seseorang, kebiasaan memandang wakaf sebagai amal shaleh yang mempunyai nilai mulia, mereka menganggap wakaf merupakan harta milik Allah semata yang siapa saja tidak akan berani menggangu gugat tanpa seizin Allah, sehingga para pewakif mewakafkan hartanya tanpa harus melalui prosedur administratif. Namun saat ini seiring perkembangan zaman, banyak benda wakaf yang hilang atau bersengketa dengan pihak ketiga akibat tidak adanya bukti tertulis. Belajar dari hal tersebut para tokoh masyarakat, alim ulama mengusahakan kepada pemerintah untuk turut andil dalam pengelolaan harta wakaf, hal ini terbukti dengan dikeluarkannya Undang-Undang dan dibentuknya suatu badan atau divisi resmi yang dibentuk oleh pemerintah dalam mengatur pengelolaan praktek wakaf di negara tersebut. Setelah dikeluarkannya Undang-Undang yang mengatur perwakafan maka setiap masyarakat atau lembaga yang ingin turut andil dalam pengelolaan wakaf harus memetauhi dan memenuhi persyaratan sesuai Undang-Undang yang berlaku. Menurut Eri Sudewo, CEO Dompet Dhuafa Republika, dari persyaratan minimal seseorang atau lembaga nazhir dalam pandangan fikih tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut:34. 33. Tubagus Sukron Tamimmi, Pengelolaan Harta Wakaf dan Syarat Pengelolaannya, http://syirooz.blogspot.co.id/2012/11/pengelolaan-harta-wakaf-dan-syarat.html diakses pada 28 November 2016 34 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesia, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI Tahun 2005.

(41) 30. 1. Syarat Moral a. Paham tentang hukum wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan syari’ah maupun perundang-undangan RI b. Jujur, amanah, adil dan ihsan sehingga dapat dipercaya dalam proses pengelolaan dan pentasharufan kepada sasaran wakaf c. Tahan Godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha d. Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tantangan e. Punya kecerdasan, baik emosional mapun spiritual 2. Syarat Manajemen a. Mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam leadership b. Visioner c. Mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual, sosial dan pemberdayaan d. Profesional dalam bidang pengelolaan harta 3. Syarat Bisnis a. Mempunyai keinginan b. Mempunyai pengalaman dan atau siap untuk dimagangkan c. Punya ketajaman melihat peluang usaha sebagaimana layaknya entrepreneur Dari persyaratan yang telah dikemukakan diatas, menunjukkan bahwa nazhir menempati pada pos yang sangat sentral dalam pola pengelolaan harta wakaf.35 Pengelolaan dapat Sedang. dalam. pertanggungjawaban. diartikan sebagai. arti luas mengandung. arti. tata. pembukuan.. pengurusan. dan. suatu lembaga terhadap penyandang dana, baik. individual maupun lembaga.36 Dalam mengelola wakaf lebih baik dilakukan pengawasan yang layak, yaitu pengawasan administrasi dan keuangan, adapun selebihnya adalah. 35. Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesia, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI Tahun 2005 36 Drs. H. M. Sulthon Masyhud. M. Pd, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta, Diva Pustaka, 2003), h. 187..

(42) 31. memberikan pelayanan. dan support. kepada. pengurus. harta wakaf.. Diantara bentuk pelayanan terpenting dalam hal ini adalah ikut serta dalam membuat perencanaan dan investasi serta memberikan bantuan dana. Dari penjabaran di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pengelolaan menempati posisi paling urgent dalam dunia perwakafan. Karena yang paling menentukan benda wakaf itu terjaga dengan baik, lebih bermanfaat atau tidak bagi masyarakat tergantung pada pola pengelolaan.. 2. Manfaat Pengelolaan Wakaf Manfaat wakaf dapat dilihat dan bergantung sistem pengelolaannya. Pengelolaan secara tradisional dan modern memberikan manfaat yang berbeda. Sama-sama bermanfaat, namun dampak manfaat itu diyakini memiliki perbedaan mencolok. Pengelolaan tradisional yang menempatkan kekekalan benda berada pada posisi teratas kerap mengesampingkan inovasi pengelolaan. Adapun pengelolaan modern dinilai mengedepankan aspek kemanfaatan benda melalui pengelolaan produktif dengan tetap menjaga eksistensi bendanya yakni tetap ada dan tidak berkurang.37 Perintah wakaf dinilai menekankan pentingnya menahan eksistensi benda wakaf dengan cara mengelola secara profesional. Sementara hasilnya untuk kepentingan kebajikan umum. Jadi substansi ajaran wakaf itu tidak semata-mata terletak pada pemeliharaan bendanya, tapi jauh lebih penting adalah nilai manfaat dari benda tersebut. Problemnya adalah masih ada kalangan yang bersikukuh bahwa wakaf adalah menjaga keutuhan bendabendanya. Tidak mempertimbangkan apakah aset tersebut akan rusak atau hilang kemanfaatannya di masa mendatang. Manajemen pengelolaan menempati posisi paling urgent dalam dunia perwakafan. Karena yang paling menentukan benda wakaf itu lebih bermanfaat atau tidak tergantung pada pola pengelolaan, bagus atau buruk. Kalau pengelolaan benda-benda wakaf selama ini hanya dikelola “seada37. Ismail A. Sad, The Power of Wakaf, (Ciputat: Dompet Dhuafa, 2013) h. 136.

(43) 32. adanya” dengan menggunakan manajemen kepercayaan, maka dalam pengelolaan wakaf secara modern harus menonjolkan sistem pengelolaan yang lebih profesional. Asas profesionalitas ini harus dijadikan semangat pengelolaan benda wakaf dalam rangka mengambil kemanfaatan yang lebih luas dan lebih nyata untuk kepentingan masyarakat banyak.38 Dengan demikian manfaat pengelolaan wakaf akan dapat dirasakan bagi masyarakat banyak apabila dikelola secara profesional. Dimana selain menjaga eksistensi keberadaan benda wakaf tetapi juga dapat menghasilkan manfaat bagi kebajikan umum.. 3. Dasar Hukum Pengelolaan Wakaf Perwakafan di Indonesia telah melembaga di masyarakat semenjak awal masuknya Islam ke Nusantara akan tetapi belum diatur dalam peraturan perundang-undangan sehingga belum dilindungi oleh kekuasaan. Setelah Indonesia merdeka wakaf mulai diatur oleh pemerintah melalui UndangUndang. Adapun hukum positif Indonesia yang mengatur tentang wakaf dapat dilihat dari beberapa peraturan di bawah ini, yaitu: 1. Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria, dimana Negara secara resmi menyatakan perlindungan terhadap harta wakaf. Kemudian ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1961 tentang perwakafan tanah milik. 2. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1997 tentang Perwakafan Tanah Milik. Peraturan ini mengatur tentang proses terjadinya wakaf tanah milik dan Istibdal tanah wakaf. 3. Instruksi Presiden No.1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. Instruksi tentang pembaharuan dalam pengelolaan wakaf. 4. Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Undang-Undang wakaf ini merupakan penyempurnaan dari beberapa peraturan perundang-undangan wakaf yang sudah ada dengan menambahkan hal38. Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Tahun 2006, Paradigma Baru Wakaf Di Indonesia, ( Jakarta : Departemen Agama, 2006) h.81.

(44) 33. hal baru yang merupakan upaya memberdayakan wakaf secara produktif dan akuntabel. 5. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf yang meliputi ketentuan umum nadzir, jenis harta benda wakaf, akta ikrar wakaf dan pejabat pembuat akta wakaf. Seperti halnya Indonesia, Praktek wakaf sudah ada sejak masa penjajahan negara Inggris di Brunei Darussalam. Namun baru pada tahun 1955 pratek perwakafan yang ada diatur di dalam Undang-Undang Negara Brunei Darussalam dan Mahkamah-Mahkamah Kadi Penggal 77. pada. bahagian IV, Bab 98-111. Pada bab tersebut dijelaskan tentang segala sesuatu yang berkaitan tentang wakaf dipegang penuh oleh Majlis Ugama Islam.. 4. Strategi Pengelolan Wakaf Jika kita melihat sejarah pengelolaan wakaf, tentunya pengelolaan wakaf telah mengalami perkembangan pada setiap periodenya. Paling tidak ada tiga model pengeloaan wakaf diantaranya yang berkembang disetiap periodenya, diantaranya: 1. Pengelolaan Wakaf Tradisional Dalam periode ini, wakaf masih ditempakan sebagai ajaran yang murni dimasukkan dalam kategori Ibadah Mahdhah (pokok), yaitu kebanyakan benda-benda wakaf diperuntukkan untuk kepentingan pembangunan fisik seperti masjid, mushalla, pesantren, kuburan, yayasan. dan. sebagainya.. Sehingga. keberadaan. wakaf. belum. memberikan kontribusi sosial yang lebih luas karenanya banyak untuk kepentingan yang bersifat konsumtif.39 2. Pengelolaan Wakaf Semi-Profesional. 39. Achmad Djunaidi dan Thobieb al-Asyhar, Menuju Era wakaf Produktif, Cet. III ( Jakarta: Mitra Press, 2006), h.5.

(45) 34. Periode Semi-Profesional adalah dimana pengelolaan wakaf secara umum sama dengan periode tradisional, namun pada masa ini sudah mulai dikembangkan pola pemberdayaan wakaf secara produktif, meskipun belum maksimal. Sebagai contoh adalah pembangunan masjid-masjid yang letaknya strategi dengan menambah gedung-gedung untuk pertemuan, pernikahan, seminar dan acara lainnya seperti Masjid Sunda Kelapa, Masjid Pondok Indah, Masid At-Taqwa Pasar Minggu dan lain-lain. Selain itu juga sudah dimulai dikembangkannya pemberdayaan tanah-tanah wakaf untuk bidang pertanian, pendirian usaha-usaha kecil seperti toko-toko ritel, koperasi, penggilingan padi , usaha bengkel dan sebagainya yang hasilnya untuk kepentingan pengembangan dibidang pendidikan (pondok pesantren), meski pola pengelolaannya masih dikatakan tradisional. Pola pemberdayaan wakaf seperti ini sudah ada di Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo. Adapun secara khusus mengembangkan wakaf untuk kesehatan dan pendidikan seperti yang dilakukan oleh yayasan wakaf Sultan Agung, secara intensif terhadap pengembangan pemikiran Islam modern seperti dilakukan oleh yayasan wakaf Paramadina dan seterusnya.40 3. Pengelolaan Wakaf Profesional Periode pengelolaan wakaf secara profesional ditandai dengan pemberdayaan potensi masyarakat secara produktif. Keprofesionalan yang dilakukan meliputi aspek: Manajemen, SDM kenadziran, pola kemitrausahaan, bentuk benda seperti uang, saham dan surat berharga lainnya. Dalam mengelola wakaf secara profesional paling tidak ada tiga filosofi dasar yang ditentukan ketika hendak memberdayakan wakaf secara produktif. Pertama. Pola manajemennya harus dibingkai “Proyek Terintegrasi”, bukan bagian dari biaya yang terpisah-pisah. Dengan bingkai proyek, sesungguhnya dana wakaf akan dialokasikan untuk program-program pemberdayaan dengan segala macam biaya yang 40. Achmad Djunaidi dan Thobieb al-Asyhar, Menuju Era wakaf Produktif, Cet. III ( Jakarta: Mitra Press, 2006)., h. 5-6.

(46) 35. terangkum di dalamnya. Kedua, asas kesejahteraan Nadzir, sudah terlalu lama nadzir diposisikan kerja asal-asalan alias lillahita’ala, oleh karena itu saatnya nadzir sebagai profesi yang memberikan harapan kepada lulusan terbaik umat dan profesi yang memberikan kesejahteraan di akhirat, tetapi juga di dunia. Ketiga, asas Transparansi dan Acountabilitas dimana badan wakaf dan lembaga yang dibantu harus melaporkan tiap tahun akan proses pengelolaan dan kepada umat dalam bentuk autided financial report termasuk kewajaran dan masing-masing pos biayanya.41 Dewasa ini terbuka kesempatan untuk berwakaf dalam bentuk uang, tetapi persoalannya bagaimana manfaat dana wakaf yang terhimpun. Menurut Muhammad Abdullah Al Anshori “Uang wakaf akan bermanfaat jika ia digunakan, untuk itu kita meninvestasikan dana tersebut dan labanya kita sedekahkan”.42 Untuk menjembatani dalam hal pengelolaan asset wakaf, muncullah lembaga keuangan syariah dengan prinsip bagi hasil, prinsip jual beli dan prinsip sewa-menyewa. Maka semakin mempermudah nadzir selaku manajemen investasi untuk menginvestasikan dana-dana wakaf yang terhimpun sesuai dengan syariat Islam. Adapun diantara bentuk-bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh pengelola wakaf (Nadzir) ialah sebagai berikut: 1. Investasi Mudharabah Investasi Mudharabah merupakan salah satu alternatif yang ditawarkan oleh penduduk keuangan syariah guna mengembangkan harta wakaf. Salah satu contoh yang dapat dilakukan oleh pengelola wakaf dengan sistem ini adalah mengembangkan sektor usaha kecil dan. 41. Achmad Djunaidi dan Thobieb al-Asyhar, Menuju Era wakaf Produktif, Cet. III ( Jakarta: Mitra Press, 2006)., h. 7-8 42. Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Bunga Rampai Perwakafan, ( Jakarta: Departemen Agama, 2006), h. 85.

(47) 36. menengah dengan memberikan modal usaha kepada petani, nelayan, pedagang kecil dan menengah.43 2. Investasi Musyarakah Alternatif selanjutnya ialah investasi musyarakah. Investasi ini hampir sama dengan investasi mudharabah. Hanya saja pada investasi musyarakah ini resiko yang ditanggung oleh pengelola wakaf lebih sedikit, oleh karena modal ditanggung secara bersama oleh dua pemilik modal atau lebih.44 3. Investasi Ijarah Salah satu contoh yang dapat dilakukan dengan sistem investas Ijarah (sewa) adalah mendayagunakan tanah wakaf yang ada. Dalam hal ini pengelolaan wakaf menyediakan dana untuk mendirikan bangunan di atas tanah wakaf seperti pusat perbelanjaan (commercial center), rumah sakit, apartemen dll. Kemudian pengelola harta wakaf menyewakan gedung tersebut hingga dapat menutup modal pokok dan mengambil keuntungan yang dikendaki.45 4. Investasi Murobahah Dalam investasi murobahah, pengelola wakaf diharuskan berperan sebagai entrepreneur yang membeli peralatan dan material yang diperlukan melalui suatu kontrak murabahah. Adapun keuntungan dan investasi ini adalah pengelola wakaf dapat mengambil keuntungan dari selisih harga pembelian dan penjualan. Manfaat dari investasi ini adalah pengelolaan wakaf dapat membantu pengusaha kecil yang membutuhkan alat-alat produksi, misalnya tukang jahit yang membutuhkan mesin jahit. Dengan adanya bentuk-bentuk investasi yang dapat digunakan dalam pengembangan wakaf oleh para nadzir wakaf tersebut, diharapkan seluruh 43. Ibid, h. 86. 44. Achmad Djunaidi dan Thobieb al-Asyhar, Menuju Era wakaf Produktif, Cet. III ( Jakarta: Mitra Press, 2006), h. 87 45. Achmad Djunaidi dan Thobieb al-Asyhar, Menuju Era wakaf Produktif, Cet. III ( Jakarta: Mitra Press, 2006), h. 87.

(48) 37. pihak dapat membantu dan berperan dalam pengembangan aset wakaf, tak terkecuali peran lembaga keuangan syariah yang dapat memberikan fasilitas dalam penghimpunan wakaf uang dan akses dalam pembiayaan proyek pengembangan wakaf. Demikian teori-teori terkait yang dapat dijelaskan, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung mengenai pengelolaan wakaf. Adapun teori-teori tersebut dapat menjadi dasar dalam memahami pembahasan selanjutnya..

(49) BAB III Pengelolaan Wakaf Di Brunei Darussalam. A. Sejarah dan Perkembangan Pengelolaan Wakaf Di Brunei Darussalam Negara Brunei Darussalam merupakan salah satu negara yang memiliki mayoritas penduduk muslim walaupun bukan yang tertinggi di Asia Tenggara, namun dapat dikatakan mempunyai kedudukan Islam yang paling tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan penerapan sistem Beraja Islam yang sekarang telah dirubah menjadi Konsep Melayu Beraja Islam yang telah diterapkan sejak abad 14 M. Dimana sistem ini menjadikan syariat Islam sebagai dasar, sistem dan falsafah pembentukan Negara Brunei Darussalam.46 Kekuatan Negara Brunei Darussalam selain pada mayoritas penduduknya yang beragama Islam, kekuatanya juga terletak pada madzhab yang dianut oleh penduduk Islam Negara Brunei Darussalam yang tidak pernah berubah sejak awal kedatangan Islam. Mereka semua berpegang kepada Madzhab Syafi’i di dalam fiqih dan aqidah Ahli Sunnah waljama’ah di dalam akidah. Praktik wakaf di Negara Brunei Darussalam telah ada sejak awal kesultanan Brunei Darussalam. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peranan sultan-sultan terdahulu. Praktik pengelolaan wakaf pada awal kesultanan hingga masa penjajahan Negara Inggris dilakukan secara tradisional yaitu para pewakif menyerahkan wakaf mereka kepada ustadz atau guru agama, atau para tokoh masyarakat yang nantinya akan bertindak sebagai nazhir.47 Belum ada undangundang resmi yang mengatur tentang praktik wakaf di Negara Brunei Darussalam. Keberlanjutan praktik wakaf dan perkembangan pengelolaan wakaf di Negara Brunei Darussalam dimulai pada tahun 1955 saat dikeluarkannya Undang-Undang Negara Brunei Darussalam dan Mahkamah-Mahkamah Kadi Penggal 77 yang mengatur tetang wakaf.48 Sebelum ditetapkannya Undang-Undang Negara Brunei. 46. Dr. Kamaru salam bin Yusof dan Dr. Fadzliwati binti Mohiddin, JurnalPendapat Fuqoha dan Kesannya Dalam Pelaksanaan Inovasi Wakaf Di Brunei: Satu Tinjauan Awal. 47 Wawancara Pribadi dengan Adly Kasyfullah. Brunei Darussalam, 15 Maret 2017 48 ‘Aisyah Radiah Binti Haji Gani, Perkembangan Wakaf Di Negara Brunei Darussalam,Jurnal KUPUSB.. 38.

(50) 39. Darussalam dan Mahkamah-Mahkamah Kadi Penggal 77 sebagai hukum dalam pengelolaan wakaf, pihak kerajaan atau pihak tertentu tidak mempunyai hak dalam mengurus dan mengelola harta wakaf di Brunei Darussalam kecuali pihak yang ditunjuk langsung oleh para pewakif sebagai nadzir tanpa adanya administrasi yang jelas. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya catatan resmi tentang sejarah pengelolaan wakaf begitu pula dengan aset-aset wakaf terdahulu. Salah satu wakaf yang dikelola secara profesional setelah dikeluarkannya Undang-Undang Negara Brunei Darussalam dan Mahkamah-Mahkamah Kadi Penggal 77 yang mengatur tentang wakaf ialah wakaf Sultan Muhammad Tajudin ibni Almarhum Sultan Omar Ali Saifuddien, beliau ialah Sultan Brunei yang ke19. Wakaf tersebut berupa penginapan khusus yang ditujukan untuk para calon jemaah haji dan Haji Abdul Latif bin Haji Muhammad Taha sebagai nazir resmi yang ditunjuk langsung oleh sultan.49 Berdasarkan paparan tersebut pengelolaan wakaf mulai dikelola oleh pemerintah dibawah kendali Majlis Ugama Islam Brunei (MUIB) sejak tahun 1955 setelah di keluarkannya Undang-Undang yang mengatur tentang wakaf. Hal tersebut membawa dampak positif terhadap pengelolaan wakaf khususnya dalam pendataan aset wakaf.. B. Kedudukan dan Peran Majlis Ugama Islam Brunei Dalam Pengelolaan Wakaf Majlis Ugama Islam Brunei (MUIB) adalah sebuah badan di Negara Brunei. Darussalam yang memiliki kuasa dalam membuat ketentuan-ketentuan yang akan digunakan untuk menentukan arah tujuan pengelolaan agama Islam di Negara Brunei Darussalam. Sebelum diresmikan menjadi Majlis Ugama Islam Brunei (MUIB) pada tahun 1955 oleh Sultan Omar Ali Saifuddin, terdapat sebuah badan. yang dinamakan Majlis Penasihat Syariah yang didirikan pada tahun 1948 yang dikelola langsung oleh Sultan dan ahli-ahlinya.50 49. Ibid Majlis Ugama Negara Brunei Darussalam, Kuasa, Tugas dan Tanggung Jawab,(Berakas: Majlis Ugama Islam Brunei), h. 4 50.

(51) 40. Seluruh aktivitas keagamaan diatur dalam Akta Majlis Ugama Islam dan Mahkamah-Mahkamah Kadi Penggal 77. Semua urusan keagamaan masyarakat Brunei Darussalam, seperti administrasi zakat baik dari pengumpulan ataupun penyalurannya, sertifikasi halal, pengelolaan dan administrasi wakaf, pengelolaan haji dan masjid. Sebelum munculnya Undang-Undang Negara Brunei Darussalam dan Mahkamah-Mahkamah Kadi Penggal 77 yang mengatur tentang wakaf, administrasi pengelolaan tidak dikelola dengan baik dan hanya dikelola oleh para nadzir yang ditunjuk langsung oleh para pewakif. Setelah disahkannya UndangUndang Negara Brunei Darussalam dan Mahkamah-Mahkamah Kadi Penggal 77 pada tahun 1955, otoritas pengelolaan dan administrasi wakaf di Brunei Darussalam tentunya menjadi tanggung jawab di bawah kendali MUIB. Seperti yang termaktub di dalam Bab 100:51 “Dengan tidak menghiraukan mana-mana syarat yang bertentangan yang terkandung dalam mana-mana surat cara atau akuan yang menguasai dan menyentuh surat cara atau akuan tersebut, Majlis hendaklah menjadi pemegang amanah yang tunggal bagi semua wakaf, sama ada wakaf am atau wakaf khas, bagi semua nazar am dan semua amanah dan setiap jenis yang membuat mana-mana amanah khairat bagi menyokong dan mengembangkan ugama Islam menurut hukum syariat, seluruh harta benda yang terlibat dengannya dan terletak di Negara Brunei Darussalam dan jika penduduk atau orang lain yang membuat amanah, wakaf atau nazar am tersebut menetap di Negara Brunei Darussalam, setakat semua harta benda yang terlibat dengannya dimana sahaja letaknya.” Bab ini menjelaskan bahwa Majlis Ugama Islam Brunei (MUIB) merupakan pemegang amanah tunggal yang memegang tanggung jawab dalam mengurus dan mengelola semua wakaf, baik berupa wakaf am atau wakaf khas. Adapun tugasnya meliputi:52 1. Pemegang amanah yang tunggal bagi semua harta baitulmal, semua wakaf baik wakaf am atau wakaf khas, semua nazar am dan semua amanah dari. 51. Undang-Undang Negara Brunei Darusssalam dan Mahkamah-Mahkamah Kadi Penggal. 77 52. Aisyah Radiah Binti Haji Gani, Perkembangan Wakaf Di Negara Brunei Darussalam, Jurnal KUPUSB..

Referensi

Dokumen terkait

Melihat proses isolasi DNA pada praktikum kali ini, jelas bahwa prinsip-prinsip DNA telah diterapkan dimulai dari penghancuran dinding sel dengan cara menumbuk

Adapun target yang ingin dicapai pada pengabdian masyarakat di Kabupaten Lumajang ini adalah Luaran yang dihasilkan dari pengabdian ini adalah Master Plan Teknologi

Oleh sebab itu, sebelum menggunakan 3D Pageflip Professional guru harus mendesain tampilan modul elektronik dengan sangat menarik agar dalam proses pembelajaran siswa merasa

Dari hasil analisis data, diperoleh empat simpulan yaitu: (1) hasil sit and reach test diperoleh dengan rata-rata 59% (13 orang) termasuk kategori sangat baik, (2) hasil bridge

Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5

Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kramer dan Kakuma menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari peningkatan panjang badan bayi

3) Pasal 22 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, secara tegas mengatur bahwa advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan

Berdasarkan gambar di atas, dapat disimpulkan pada konsentrasi H 2 SO 4 10 N, waktu pengadukan 6 jam dan suhu sulfonasi 40 o C merupakan kondisi operasi dengan hasil katalis