• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS RESTRUKTURISASI KREDIT BERMASALAH UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS KREDIT PADA PT. BANK SULSEL MAKASSAR SYARTIKA SYARIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS RESTRUKTURISASI KREDIT BERMASALAH UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS KREDIT PADA PT. BANK SULSEL MAKASSAR SYARTIKA SYARIF"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

MAKASSAR

SYARTIKA SYARIF 10573 02120 10

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2014

(2)
(3)
(4)

Alhamdulilahi rabbil alamin, segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala Rahmat dan hidayahnya yang senatiasa tercurah kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat rampung dan selesai. Dimana skripsi ini berjudul ”Analisis Restrukturisasi Kredit Bermasalah Untuk Memperbaiki Kualitas Kredit Pada PT. Bank Sul- Sel Makassar” . Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari, skripsi ini bukan merupakan suatu yang instant. Ini adalah buah dari suatu proses yang relatif panjang, yang menyita begitu banyak tenaga dan pikiran. Suatu hal yang pasti, tanpa segenap motivasi, kesabaran, kerja keras dan do’a serta dukungan dari orang-orang yang luar biasa disekitar penulis, mustahil penulis sanggup melalui tahap penyelesaian akademik di Fakultas Ekonomi dan Bisni Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dengan segala kerendahan hati, haturan terimah kasih yang tak terhingga wajib penulis persembahkan kepada :

1. Kepada ibuku tercinta sebagai orang tua penulis. Penulis mutlak harus berterima kasih

dan memohon maaf sebesar-besarnya kepada beliau karena hanya dengan dukungan

dan doa beliau penulis dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana. Terimah kasih

untuk semua kakak-kakakku, Syahrial, Radiansyah dan Syarfiah.

(5)

Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak H. Muhammad Rusydi,SE,. M.Si selaku dosen Pembimbing I dan Ibu Muttiarni, SE., M.Si selaku Pembimbing II yang telah banyak memberi pengarahan dan bimbingan serta petunjuk yang berguna kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

5. Bapak dan ibu dosen yang telah mengajar dan membimbing penulis yang telah berjasa membagi ilmunya.

6. Semua teman-teman yang selama ini mendukung penulis dalam pelkasanaannya yakni Semua teman-teman kampus.

7. Serta semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan namanya.

Serangkaian rasa syukur dan ucapan terimah kasih di atas rasanya akan lebih sempurna bila penulis kembali menyadarkan diri bahwa hanya dengan perencanaan, kerja keras, dan do’a yang sungguh-sungguhla, sehingga apa yang kita harapkan dapat terwujud secara nyata.

Semoga skripsi yang amat sederhana ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama tentang kajian natura dan kenikmatan dalam konteks kajian perpajakan. Semoga karya yang sedrhana ini menjadi awal dari produktivitas pribadi penulis dan menjadi acuan di masa yang akan datang.

Demikianlah skripsi ini disusun dan semoga apa yang penulis sajikan dapat berguna dan

bermanfaat bagi pembaca untuk menambah bekal ilmu pengetahuan. Akhirnya dengan segala

kerendahan hati penulis mengucapkan “Jazakimullah Khaeran Katziran”

(6)

H.Muhammad Rusydi SE., M.Si dan Muttiarni SE., M.Si

Penelitian dilakukan dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Metode ini dilakukan dengan wawancara dan observasi langsung pada PT. Bank SulSelBar Makassar untuk mengetahui tingkat efektifitas dalam memperbaiki kualitas kredit dengan strategi restrukturisasi kredit bermasalah pada PT. Bank SulSelBar Makassar.

Data diperoleh berupa gambaran umum PT. Bank SulSelBar Makassar dan data rekapitulasi kredit

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan adanya restrukturisasi kredit maka terjadi penurunan kasus kredit bermasalah sehingga meminimalisir jumlah kredit bermasalah dari tahun sebelumnya.

Kata Kunci: Restrukturisasi, Kualitas kredit, Kredit Bermasalah

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……… i

HALAMAN JUDUL……… ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………... iv

KATA PENGANTAR……… vi

DAFTAR ISI……….. ... viii

DAFTAR TABEL………... xi

DAFTAR GAMBAR……… xii

BAB I : PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang……… 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... 5

A. Pengertiam Bank………... ... 5

B. Sejarah Bank ………. ... 6

C. Pengertian Kredit………... ... 7

D. Unsur-unsur Kredit………... 8

E. Jenis-jenis Kredit………... 9

F. Prinsip-prisip Pemberian Kredit... 9

G. Kolektibilitas Kredit………... 14

(8)

H. Kredit Bermasalah………... 15

I. Penyelamatan Kredit Bermasalah……….. ... 22

J. Pengertian Efektifitas………. ... 26

K. Kerangka Pikir ... 27

BAB III : METODE PENELITIAN ... 28

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

B. Jenis dan Sumber Data... 28

C. Teknik Pengumpulan Data... 29

D. Defenisi Operasional Penelitian... 30

E. Analisis Data ... 30

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 31

A. Profil Perusahaan ... 31

B. Susunan Pengurus... 35

C. Struktur Organisasi... 38

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 39

1. Data Kolektibilitas Kredit ... 39

2. Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah... 40

3. Tata Cara Pengolahan Kredit Bermasalah ... 41

4. Jenis-Jenis Restrukturisasi ... 43

5. Pedoman Penetapan Pemberian Restrukturisasi Kredit ... 47

(9)

6. Proses Restrukturisasi Kredit ... 49

7. Data Kredit Bermasalah yang Direstrukturisasi... 54

B. Pembahasan... 55

BAB V : PENUTUP... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kolektibilitas ... 2

Tabel 5.1 Kolektibilitas Kredit Bank Sulsel tahun 2009... 39

Tabel 5.2 Ketentuan Pengaturan Restrukturisasi Kredit ... 48

Tabel 5.3 Data Kredit Bermasalah yang direstrukturisasi tahun 2010... 54

Tabel 5.4 Data Pinjaman posisi terakhir sampai dengan tanggal 31 Desember 2009………... 55

Tabel 5.5 Perhitungan Pembayaran Pokok dan Bunga ... 57

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Pikir... 27

Gambar 4.1. Struktur Organisasi... 38

(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Peranan bank sebagai lembaga kredit tidak pernah lepas dari masalah kredit. Bahkan kegiatan bank sebagai lembaga keuangan, pemberian kredit merupakan kegiatan utamanya. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak maka bank tersebut akan rugi. Pengelolaan kredit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya mulai perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian kredit bermasalah.

Kemampuan bank mengelola kredit yang mereka salurkan mempunyai pengaruh besar terhadap stabilitas dan keberhasilan usaha mereka secara keseluruhan. Dalam jangka waktu yang pendek, kredit dapat mendatangkan kerugian besar. Usaha bank menekan resiko kerugian yang timbul karena penyaluran kredit adalah dengan menjaga mutu kredit yang mereka berikan.

Kredit yang merosot mutunya akan berkembang menjadi kredit bermasalah.

Dalam kasus kredit bermasalah, debitur mengingkari janji mereka membayar bunga dan pokok kredit.

Oleh karena kredit adalah bagian terbesar dari aktiva produktif setiap bank

umum, maka sebuah bank yang dirongrong oleh kredit bermasalah pasti akan

mengalami berbagai macam kesulitan operasional. Kredit bermasalah juga

(13)

menghambat dampak ganda positif investasi dana (multiplier effects), karena dana yang dikreditkan kepada debitur bermasalah terlambat kembali atau tidak kembali lagi kepada bank kreditur. Dengan demikian, dana tersebut tidak dapat dikreditkan kembali kepada debitur lain yang membutuhkan untuk mengembangkan operasi bisnisnya.

Kredit bermasalah menuntut upaya penanganan yang serius dan cepat.

Upaya penyelamatan kredit dilakukan oleh bank apabila mereka melihat masih ada kemungkinan memperbaiki kondisi operasi usaha dan keuangan debitur.

Upaya penyelamatan kredit dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu:

1. Rescheduling, penjadwalan kembali pelunasan kredit 2. Reconditioning, Penataan kembali persyaratan kredit.

3. Restrukturisasi, Restrukturisasi adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit. Pembiayaan suatu proyek atau bisnis tidak seluruhnya berasal dari modal (dana) sendiri, tetapi sebagian besar dibiayai dengan kredit yang diperoleh dari bank.

Dengan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai upaya penyelamatan kredit bermasalah melalui restrukturisasi dengan

judul “Analisis Restrukturisasi Kredit Bermasalah untuk Memperbaiki Kualitas

Kredit pada PT. Bank Sulsel Makassar Ditinjau dari Aspek Akuntansi”.

(14)

B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

“Apakah restrukturisasi kredit bermasalah pada PT. Bank Sulsel Makassar sudah dilaksanakan secara efektif untuk memperbaiki kualitas kredit“?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui efektifitas restrukturisasi kredit bermasalah untuk memperbaiki kualitas kredit yang dilaksanakan oleh PT. Bank Sulsel Makassar.

Manfaat yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi civitas akademik tentang Bank Sulsel Makassar dalam penerapan kebijakan dalam penyelamatan kredit bermasalah.

2. Untuk menambah wawasan dan pola pikir penulis dalam menerapkan ilmu atau teori-teori yang telah didapatkan di bangku kuliah dengan praktek yang sesungguhnya dilapangan.

3. Sebagai referensi bagi mahasiswa/mahasiswi yang akan melakukan penelitian

lebih mendalam terhadap obyek penelitian yang sama.

(15)

4

A. Pengertian Bank

Booklet Perbankan Indonesia (2011:3) mengemukakan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa jasa bank lainnya. (Kasmir 2005:8)

Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa Bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan di atas.

Fungsi Bank pada umumnya adalah sebagai penerima kredit dan pemberi kredit. Dengan demikian maka manajemen bank ditujukan untuk mencari dana dan menyalurkan kredit secara efisien dan efektif.

B. Sejarah Perbankan

Kasmir (2008:15) Sejarah dikenalnya asal mula kegiatan perbankan

dimulai dari jasa penukaran uang. Oleh karena itu, bank dikenal sebagai tempat

menukar uang atau sebagai meja tempat menukarkan uang. Dalam sejarah para

pedagang dari berbagai kerajaan melakukan transaksi dengan menukarkan uang,

(16)

dimana penukaran uang dilakukan antar mata uang kerajaan yang satu dengan mata uang kerajaan lain. Kegiatan penukaran uang ini sekarang dikenal dengan pedagang valuta asing.

Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan bertambah lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan. Kemudian kegiatan perbankan berkembang dengan kegiatan peminjaman uang, yaitu dengan cara uang yang semula disimpan masyarakat, oleh perbankan dipinjam kembali kemasyarakat yang membutuhkannya.

C. Pengertian Kredit

Perkataan kredit sebenarnya sudah sangat umum diketahui masyarakat luas, tidak terbatas hanya masyarakat perbankan saja, karena kebutuhan kredit dalam kondisi perekonomian yang berkembang dengan pesat akan semakin besar jumlahnya baik dari segi volume maupun jumlah debiturnya. Kata kredit sebenarnya berasal dari bahasa yunani “credere” yang berarti kepercayaan dari keyakinan bahwa debitur akan dapat melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan atau tepat waktu.

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau

pembagian hasil keuntungan (Hasibun 2002: 87)

(17)

Dalam memberikan kredit bank dituntut agar mendapat keuntungan yang besar sehingga cukup untuk menutup seluruh biaya dana, baik dana yang ditempatkan pada sektor yang menghasilkan maupun dana yang tidak menghasilkan, biaya overhead dan biaya operasional lain, serta target margin keuntungan yang hendak dicapai.

(Firdaus dan Aryanti dalam Yohanes P 2011:6 ) menyatakan bahwa kredit yang disalurkan oleh bank (konvensional) merupakan bagian terbesar dari aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Dalam kondisi perekonomian yang normal kredit dapat mencapai 70% sampai 90% dari asset bank. Oleh karena itu aktivitas perkreditan merupakan tulang punggung atau kegiatan utama bank.

Untuk lebih mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan kredit, berikut akan dikemukakan definisi atau pengertian kredit dirumuskan dalam pasal 1 angka 12 undang-undang No.7 Tahun 2008 tentang perbankan yang menyatakan

“Kredit ialah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan pesetujuan atatu kesepakatan pinjaman meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunnga, imbalan atatu pembagian hasil keuntungan”.

D. Unsur-unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit, menurut

(Kasmir dalam yohanes 2011) adalah sebagai berikut:

(18)

1. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu di masa datang.

2. Kesepakatan, disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.

Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak bank dan nasabah.

3. Jangka waktu, jangka waktu mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

4. Resiko, faktor risiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam.

5. Balas Jasa, akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu.

E. Jenis-jenis Kredit

Penanaman dalam kredit merupakan tulang punggung kegiatan bank.

Apabila diperhatikan pada neraca bank sisi aktiva terlihat bahwa sebagian besar

adalah merupakan pinjaman/kredit. Demikian juga bila diperhatikan pada laporan

laba-rugi bank, akan terlihat sebagian besar pendapatan bank berasal dari

pendapatan bunga dan provisi kredit.

(19)

Jenis – jenis kredit dapat dilihat dari berbagai aspek tinjauannya sangatlah banyak dan bervariasi. Firdaus dan Aryanti (2008:10) mengemukakan kredit menurut tujuan penggunaannya terdiri dari:

1. Kredit konsumtif yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang atau jasa-jasa yang dapat memberi kepuasan langsung terhadap kebutuhan manusia

2. Kredit produktif yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan-tujuan produktif dalam arti dapat menimbulkan atau meningkatkan utility (faedah/kegunaan), baik faedah karena bentuk (utility of form), faedah karena tempat (utility of place), faedah karena waktu (utility of time) maupun karena pemilikan (owner/possession utility).

Kredit produktif ini terdiri dari:

a. Kredit investasi yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang modal tetap dan tahan lama, seperti mesin-mesin bangunan pabrik, tanah, kendaraan dan sebagainya.

b. Kredit modal kerja (kredit exploitasi/modal lancer/working capital) yaitu kredit yang ditujukan untuk membiayai keperluan modal lancar yang biasanya habis dalam satu atau beberapa kali proses produksi atau siklus usaha.

3. Kredit likuiditas yaitu kredit yang tidak mempunyai tujuan konsumtif tapi

secara langsung tidak pula bertujuan produktif melainkan mempunyai tujuan

untuk membantu perusahaan yang sedang ada dalam kesulitan likuiditas dalam

rangka pemeliharaan dan kebutuhan minimalnya.

(20)

Sedangkan menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:229) kredit berdasarkan ciri dan tujuan penggunaannya terdiri dari :

1. Kredit modal kerja 2. Kredit tranksaksi khusus 3. Kredit tidak langsung 4. Kredit investasi 5. Kredit konsumtif.

F. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Setiap tahapan dalam proses pemberian kredit harus selalu dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian. Oleh karena itu dalam pemberian kreditnya bank harus memperhatikan prinsip-prinsip pemberian kredit yang benar.

Artinya sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali.

Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penelitian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan.

Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat telah dikenal adanya prinsip 5C dan juga 7P.

Prinsip 5C meliputi:

1. Character

Dasar dari pemberian suatu kredit adalah atas dasar kepercayaan, jadi yang

mendasari kepercayaan yaitu adanya keyakinan dari pihak Bank bahwa si

peminjam mempunyai moral, watak ataupun sifat pribadi positif dan kooperatif

(21)

dan juga mempunyai rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupannya sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Manfaat dari penilaian soal karakter ini untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dari calon debitur

2. Capacity

Yang dimaksud capacity di sini yaitu suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau yang akan dilakukannya yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Penilaian terhadap capacity ini untuk menilai sampai di mana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut akan mampu untuk melunasinya tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya.

3. Capital

Yaitu jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur.

Kemampuan modal sendiri ini akan merupakan benteng yang kuat agar tidak mudah terkena goncangan dari luar, misalnya dalam situasi pasar modal dengan suku bunga tinggi maka sebaiknya komposisi modal sendiri ini harus semakin besar. Besar kecilnya capital ini dapat dilihat dari neraca perusahaan yaitu pada komponen modal sendiri (owner equity), laba ditahan dan lain lain.

4. Collateral

Yang dimaksud collateral ini yaitu barang-barang jaminan yang diserahkan

oleh peminjam/debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Manfaat

(22)

collateral yaitu sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain di mana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil usahanya yang normal. Jaminan ini sifatnya juga dapat sebagai alat pengaman dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada saatnya kredit tersebut harus dilunasi.

Penilaian terhadap collateral ini harus ditinjau dari dua sudut pandang yaitu sudut ekonomisnya yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan dijaminkan, serta nilai yurdisnya yaitu apakah barang-barang jaminan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai barang jaminan.

Sedangkan untuk penilaian jaminan yang tidak berwujud kebendaan tentu pertama-tama harus dilihat bonafiditas dari si pemberi jaminan. Kemudian reputasi bisnisnya dan juga perlu diperhatikan intensitas dari keterikatan si pemberi jaminan bila kredit tersebut benar-benar mengalami kegagalan.

5. Condition of economy

Yang dimaksud dengan condition of economy yaitu situasi dan kondsi politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit.

Penilaian terhadap condition of economy dimaksudkan pula untuk mengetahui

sampai sejauh mana kondisi-kondisi yang mempengaruhi perekonimian suatu

negara/suatu daerah yang akan memberikan dampak bersifat positif maupun

(23)

dampak yang bersifat negatif terhadap perusahaan yang memperoleh kredit tersebut.

Selanjutnya penilaian kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 7 P kredit dengan unsur penilaian sebagai berikut :

1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari- hari maupun kepribadiannya masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan- golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Nasabah yang digolongkan ke dalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3. Purpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif dan lain-lain.

4. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan

atau tidak mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika

(24)

suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

Profitability diukur dari periode ke periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang diperolehnnya.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlundungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman.

Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

G. Kolektibilitas Kredit

Kolektibilitas kredit berdasarkan pembayaran angsuran kredit di bagi

menjadi 5 kategori yaitu:

(25)

1. Kredit lancar (L)

Kredit dikatakan lancar apabila tidak terdapat tunggakan bunga tapi belum melampui 3 bulan dan pihak bank wajib membentuk cadangan sebesar 1% dari aktiva setelah dikurangi nilai agunan.

2. Kredit dengan perhatian khusus (DPK)

Kredit dalam perhatian khusus terjadi apabila debitur tidak mampu menunaikan kewajibannya dan/atau terjadi tunggakan dari 3 bulan baik itu pokok maupun bunganya dari pihak bank wajib membentuk cadangan sebesar 5% dari aktiva setelah dikurangi nilai agunan.

3. Kredit kurang lancar (KL)

Kredit kurang lancar merupakan kredit yang pengembalian pokok dan/atau bunganya mengalami tunggakan yang melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari dan pihak bank wajib membentuk cadangan sebesar 15% dari aktiva setelah dikurangi agunan.

4. Kredit diragukan (D)

Kredit diragukan merupakan kredit yang pengembalian pokok dan/atau bunganya mengalami tunggakan melampui 180 hari sampai dengan 270 hari dan pihak wajib membentuk cadangan sebesar 50% dari aktiva setelah agunan.

5. Kredit macet (M)

Kredit macet merupakan kredit yang pengembalian pokok dan/atau bunganya

mengalami tunggakan yang telah melampui 270 hari.

(26)

H. Kredit Bermasalah.

(Sutojo dalam yohanes p 2011:13) menyatakan kredit bermasalah merupakan suatu keadaan dimana debitur mengingkari janji mereka membayar bunga dan atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran. Dengan demikian mutu kredit merosot. Dalam kasus kredit bermasalah, ada kemungkinan kreditur terpaksa melakukan tindakan hukum, atau menderita kerugian dalam jumlah jauh lebih besar dari jumlah yang diperkirakan (pada saat pemberian kredit) dapat ditolerir. Oleh karena itu, bank yang bersangkutan harus mengalokasikan perhatian, tenaga, dana, waktu dan usaha secukupnya guna menyelesaikan kasus.

Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data- data fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan.

Akibatnya jika salah dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit ditagih alias macet. Namun faktor analisis ini bukanlah merupakan penyebab utama kredit macet walaupun sebagian terbesar kredit macet diakibatkan salah dalam mengadakan analisis. Penyebab lainnya mungkin disebabkan oleh musibah seperti bencana alam yang memang tidak dapat dihindari oleh nasabah. Seperti misalnya kebanjiran atau gempa bumi atau dapat pula kesalahan dalam pengelolahan.

Kredit bermasalah timbul tidak secara tiba-tiba atau mendadak, tetapi

secara perlahan-lahan, didahului oleh tanda - tanda penyimpangan menurunnya

(27)

kualitas beberapa variable dari aspek penentu mutu kredit. Tanda-tanda penyimpangan dimaksud hanya dapat dilihat bilamana bank selalu melakukan monitoring (on desk monitoring) yang mempunyai landasan peringatan dini (early warning system).

1. Faktor-faktor penyebab kredit bermasalah.

(Tjoekam dalam yohanes p 2011:15) menyatakan bahwa sumber dari tanda-tanda penyimpangan dimaksud berasal antara lain dari sejumlah variabel:

a. Kondisi keuangan debitur

Dalam rangka mengetahui variable-variabel yang bersumber dari kondisi keuangan perusahaan nasabah, beberapa variable terlihat sebagai berikut

1) Laporan keuangan nasabah terlambat, sering melakukan overdraft, pembayaran kewajiban-kewajiban terlambat, bukti nasabah kesulitan cashflow.

2) Penjualan meningkat dalam bentuk kredit, tetapi proses penagihan piutang lamban, terbukti dari collection rate period-nya lama.

3) Stok barang menumpuk dan inventory turn over melemah/ rendah, bukti perusahaan nasabah dalam pemasaran lemah/persaingan kuat/adanya barang subtitusi.

4) Tendensi debt to equity ratio meningkat, tetapi ROA dan ROE rasionya menurun.

5) Sering terjadi cash crsisis, berarti cash flow mengalami kesulitan,

sehingga terjadi cash in lebih kecil dari cash out (kesulitan likuiditas).

(28)

6) Sumber dan penggunaan dana tidak tertib, sehingga terjadi bentrokan soal jangka waktu sumber dana pendek dari jangka waktu penggunaan dana.

b. Sikap debitur

Ada kondisi atau situasi yang berubah-ubah, baik kondisi politik maupun kondisi ekonomi dan moneter. Perubahan kondisi atau situasi tersebut dapat pula mengubah sikap serta tingkah laku nasabah debitur, dan perubahan sikap tersebut terlihat sebagai tanda-tanda sebagai berikut:

1) Tidak transparan dan non-kooperatif, tidak terbuka dan tidak jujur, sehingga bank sukar mendapat informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan usaha nasabah. Nasabah sukar membicarakan solusi pemecahan masalah.

2) Integritas, konsistensi, dan keterbukaan tidak terlihat dalam sikap positifnya.

3) Manajerial skill masih lemah, sehingga tidak mampu mengkoordinasikan resources (man, money, market, machine, method) dengan demikian efisiensi sulit dicapai dan tidak ada usaha up grading diri.

4) Hubungan dengan bank seakan-akan mempunyai jarak, sehingga sulit menyampaikan informasi.

5) Tanpa konsultasi dengan bank, nasabah melakukan diversifikasi di luar

core business-nya dan tidak yakin kepada tenaga profesional.

(29)

c. Sikap Bankir

Tanda-tanda kredit bermasalah dapat pula terlihat dari sumber bankir sendiri, seperti:

1) Kelemahan dan kekurangan bankir, yakni tidak menguasai bidang usaha debitur, sehingga review analisisnya kurang tajam.

2) Kerja sama dengan debitur namun membawa kerugian kepada bank, seakan-akan bankir menjadi pegawai nasabah, terjadi kolusi, hanya berperan sebagai bankir.

3) Kurang bersemangat mengembangkan diri sebagia bankir profesional, kurang usaha dalam up dating pengetahuan dan practical bankingnya, cepat puas diri.

4) Analisis kreditnya dangkal dan kurang lengkap, data kurang akurat dan kurang relevan.

5) Percaya begitu saja pada data yang disodorkan debitur tanpa studi dan penelitian yang komperhensif.

d. Banking environment

Lingkungan perbankan tidak sedikit pula pengaruh dan informasinya sebagai sumber tanda-tanda penyimpangan, baik langsung maupun tidak langsung bagi bank, seperti berikut:

1) Sinyal-sinyal yang timbul dari perubahan kondisi ekonomi, moneter dan perbankan sendiri sangat mempengaruhi kondisi kredit nasabah.

2) Dampak diregulasi dan regulasi sektor financial maupun sektor riil.

(30)

3) Sinyal-sinyal dari business cycle terhadap bidang usaha nasabah yang dampaknya dapat negatif dan merugikan bilamana tidak antisipatif.

4) Kondisi ekonomi dan moneter, baik nasional maupun internasional, kurang mampu diantisipasi oleh nasabah sehingga dapat membawa pengaruh negatif.

5) Fluktuasi tingkat suku bunga dan foreign exchange rate kurang antispatif terhadap produk bidang usaha nasabah.

Bila semua sinyal tersebut tidak terantisipasi oleh para pejabat bank terkait dengan proses kegiatan perkreditan, tentu saja semua sinyal tersebut akan berubah menjadi trouble signals, dan selanjutunya berubah menjadi penyebab penyebab timbulnya kredit bermasalah.

Dendawijaya (2005 : 82) mengatakan implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah tersebut dapat berupa :

1) Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank.

2) Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dilkenal dengan BDR (bad debt ratio) menjadi semakin besar yang mengambarkan terjadinya situasi yang memburuk.

3) Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif

yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada

akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat

berpengaruh terhadap CAR (capital adequacy ratio).

(31)

4) Return on assets (ROA) mengalami penurunan.

5) Sebagai akibat dari komplikasi dua,tiga,dan empat tersebut di atas adalah menurunnya nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan menurut metode CAMEL.

e. Penggolongan kredit bermasalah

Dalam praktik perbankan sehari-hari, pengertian kredit bermasalah adalah kredit-kredit yang kategori kolektibiltasnya masuk dalam kriteria sebagai berikut:

1) Kredit kurang lancar

Kredit kurang lancar adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan dari waktu yang diperjanjikan.

2) Kredit diragukan

Kredit diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama enam bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan.

3). Kredit macet

Kredit macet adalah kredit yang pengembahan pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan.

I. Penyelamatan kredit bermasalah.

Menurut Dendawijaya (2005:83), strategi penyelamatan kredit

bermasalah dapat dilakukan dengan beberapa kebijakan, yaitu:

(32)

1. Rescheduling (Penjadwalan kembali)

Rescheduling (Penjadwalan kembali) adalah penjadwalan kembali sebagian atau seluruh kewajiban debitur. Misalnya angsuran pokok pinjaman (pokok kredit) yang semula dijadwalkan akan selesai dalam jangka waktu 4 tahun diubah jadwalnya sedemikian rupa sehingga pelunasan kredit akan memakan waktu 5 tahun. Hal tersebut disesuaikan dengan proyeksi arus kas (projected cashflow) yang bersumber dari kemampuan usaha debitur yang sedang mengalami kesulitan.

Dalam Jadwal baru yang disepakati bersama bisa berbentuk:

a. Jadwal angsuran per triwulan diubah menjadi per semester atau jadwal angsuran bulanan diubah menjadi angsuran triwulan sehingga seluruh pelunasan pokok pinjaman menjadi lebih panjang waktunya.

b. Besarnya angsuran pokok pinjaman diperkecil dengan jangka waktu angsuran yang sama sehingga pelunasan pokok pinjaman secara keseluruhan menjadi lebih lama.

c. Kombinasi dari perubahan jangka waktu beserta besarnya tiap angsuran pokok yang pada akhirnya akan menyebabkan perpanjangan waktu pelunasan pokok kredit.

2. Reconditioning

Reconditioning merupakan usaha pihak bank untuk menyelamatkan kredit

yang diberikannya dengan cara mengubah sebagian atau seluruh kondisi

(persyaratan) yang semula disepakati bersama pihak debitur dan dituangkan

(33)

dalam perjanjian kredit. Perubahan kondisi kredit dibuat dengan memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi oleh debitur dalam pelaksanaan proyek atau bisnisnya.

Persyaratan yang diubah tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Tingkat bunga kredit, misalnya dari sebesar 24% p.a diturunkan menjadi 21% p.a.

b. Persyaratan untuk pencairan kredit, misalnya ditetapkan sebelum dilakukan pencairan kredit, misalnya ditetapkan sebelum dilakukan kredit (loan disbursement), antara lain harus direkrut beberapa tenaga ahli asing yang akan melaksanakan proyek serta pembiayaan tidak memungkinkan, persyaratan tersebut diperlunak atau bahkan ditiadakan sama sekali.

c. Jaminan kredit (agunan), beberapa jaminan yang semula harus diberikan/diserahkan debitur kepada bank terpaksa tidak bisa terlaksana karena beberapa alasan, misalnya tanah yang akan dijaminkan ternyata bermasalah dalam hal keabsahan sertifikat ataupun berupa tanah yang masih dipersengketakan dengan pihak ketiga.

d. Jenis serta besarnya beberapa fee yang harus dibayar debitur kepada

bank, misalnya dalam kasus yang terjadi pada kredit sindikasi (kredit

yang diberikan kepada satu debitur oleh beberapa bank secara

bersama-sama dalam satu perjanjian kredit).

(34)

e. Manajemen proyek atau bisnis yang dibiayai bank berdasarkan analisis yang dilakukan bank maupun atas nasihat dari konsultan yang ditunjuk bank. Hal ini terpaksa dilakukan untuk mengamankan jalannya proyek dan merupakan persyaratan baru atau persyaratan tambahan yang diminta oleh bank yang harus dipenuhi debitur dalam rangka penyelematan proyek.

f. Kombinasi dari beberapa perubahan tersebut di atas 3. Restructuring (Restruturisasi)

Dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah, pihak bank dapat melakukan beberapa tindakan penyelamatan diantaranya melalui restrukturisasi.

Restruturisasi adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit. Pembiayaan suatu proyek atau bisnis tidak seluruhnya berasal dari modal (dana) sendiri, tetapi sebagian besar dibiayai dengan kredit yang diperoleh dari bank.

Sebagai contoh, suatu proyek dibiayai dengan struktur pembiayaan, yakni

pinjaman bank (debt) 60% dan modal nasabah (equity) sebesar 40% sehingga debt

to equity ratio adalah melaksanakan proyek atau bisnisnya, nasabah tidak mampu

membayar angsuran pokok pinjaman maupun bunga kredit, misalnya bunga yang

dibebankan dirasakan terlalu berat sehingga harga pokok produksinya tinggi dan

produknya tidak dapat dipasarkan karena menghadapi persaingan yang berat di

pasar.

(35)

Salah satu cara menanggulangi kesulitan nasabah tersebut adalah dengan mengubah struktur pembiayaan bagi proyeknya. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa alternatif sebagai berikut:

a. Bank memberikan tambahan kredit sehingga debt to equity (DIE ratio) berubah menjadi 65% : 35%. Penambahan kredit ini tentunya akan menambah beban bagi debitur.

b. Nasabah menambah porsi equity-nya sehingga DIE ratio menjadi 55% : 45%. Akan tetapi, masih dipertanyakan apakah nasabah memiliki daya yang cukup untuk melaksanakan penambahan equity tersebut.

c. Equity ditambah sehingga DIE ratio berubah menjadi 55% : 45%.

Penambahan equity tersebut bukan berasal dari modal nasabah, melainkan dari fresh capital yang diberikan oleh bank. Dalam kasus ini, bank diperkenankan ikut menjadi pemegang saham dari perusahaan milik debitur karena dalam rangka rescue program.

J. Pengertian Efektivitas

Robbins dan Coulter (2007 : 8) efektivitas adalah menyelesaikan kegiatan-

kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai. Efektivitas difokuskan

dengan “hasil akhir” atau pencapaian sasaran organisasi.

(36)

Tabel 4.1: Tingkat Efektivitas Kredit Bank

Skala Keterangan

81% - 100%

66% - < 81%

51% - < 66%

0% - < 51%

Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif

Tidak Efektif Sumber: Bank Indonesia

Dari Tabel 4.1 di atas menunjukkan tingkat efektivitas kredit bank dengan skala 81% - 100% dikategorikan efektif, 66% - < 81% cukup efektif, 51% - <

66% kurang efektif dan 0% - < 51% tidak efektif.

K. Kerangka Pikir

Pemberian kredit merupakan kegiatan utama setiap bank, tak terkecuali Bank Sulsel Makassar. Namun dalam perkembangannya kegiatan pemberian kredit memiliki banyak resiko sehingga berpotensi untuk menimbulkan kredit bermasalah yang dapat berpengaruh pada kelangsungan hidup bank.

Dalam penanganannya Bank Sulsel telah menetapkan kebijakan terkait

kredit bermasalah tersebut diantaranya dengan Rescheduling, Reconditioning, dan

Restrukturisasi kredit yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas kredit

bermasalah tersebut sehingga dapat menjaga kelangsungan hidup dan kinerja

bank.

(37)

PT. BANK SULSEL

KREDIT BERMASALAH

PENYELAMATAN KREDIT BERMASALAH

KREDIT TIDAK BERMASALAH

PEMBERIAN KREDIT

Rescheduling Reconditioning Restructuring

PERBAIKAN KUALITAS KREDIT

(38)

26

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan penelitian ini, maka penulis melakukan penelitian pada PT. Bank Sulsel Makassar. Yang dilaksanakan selama 2 bulan, lebih tepatnya dari bulan April sampai dengan bulan Mei 2014

B. Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis data digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah : a. Data kuantitatif

Yaitu data-data kredit bermasalah yang diperoleh pada Bank Sulsel Makassar

b. Data kualitatif

Yaitu data berupa kebijakan pemberian kredit, kebijakan penyelamatan kredit dan literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.

2. Sumber data a. Data primer

Yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung

dengan pimpinan dan karyawan Bank Sulsel Makassar tentang masalah-

masalah yang akan diteliti, seperti data-data perkreditan dan restrukturisasi

kredit serta studi kasus pemberian fasilitas restrukturisasi.

(39)

b. Data sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen atau laporan dari Bank Sulsel Makassar, antara lain berupa laporan-laporan perkreditan dan berbagai sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memudahkan penulis dalam mengumpulkan data dan untuk menyusun penulisan skripsi ini, maka penulis memerlukan data selama 1 periode.

Adapun metode yang akan digunakan penulis untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung oleh penulis di Bank Sulsel Makassar meliputi:

a. Wawancara

Mengumpulkan data dalam bentuk tanya jawab dengan karyawan yang ada relevansinya dengan masalah penelitian.

b. Observasi

Teknik ini dimaksudkan untuk melengkapi data primer dengan cara melakukan pengamatan langsung.

c. Studi kasus

Penerapan restrukturisasi pada kredit bermasalah.

(40)

2. Penelitian kepustakaan yaitu informasi yang diperoleh dengan mempelajari referensi, membaca buku-buku literatur dan karya ilmiah yang berhubungan dengan topik penelitian ini

D. Definisi Operasional

1. Kredit bermasalah adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah jatuh tempo dan mengalami penundaan pembayaran yang terdiri dari kredit dengan kolektibiltas kurang lancar, diragukan dan macet.

2. Restrukturisasi adalah usaha penyelamatan kredit yang harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit.

E. Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam melakukan pembahasan ini adalah

analisis deskriptif kualitatif yaitu, penulis akan memberikan gambaran yang

sesungguhnya tentang efektivitas restrukturisasi kredit bermasalah pada Bank

Sulsel Makassar. Data berupa angka-angka dituangkan dalam tabel dan akan

disajikan studi kasus pelaksanaan restruturisasi kredit.

(41)

29 A. Profil Perusahaan

1. Sejarah Singkat Perusahaan

Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan didirikan di Makassar pada tanggal 13 Januari 1961 dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara sesuai dengan Akta Notaris Raden Kadiman di Jakarta No. 95 tanggal 23 Januari 1961. Kemudian berdasarkan Akta Notaris Raden Kadiman No. 67 tanggal 13 Juli 1961 nama PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara.

Berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara No.

002 tahun 1964 tanggal 12 Februari 1964, nama Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara dengan modal dasar Rp250.000.000. Dengan pemisahan antara Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dengan Propinsi Tingkat I Sulawesi Tenggara, maka pada akhirnya Bank berganti nama menjadi Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan.

Dengan lahirnya Peraturan Daerah No. 01 tahun 1993 dan penetapan modal

dasar menjadi Rp25 milyar, Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dengan

sebutan Bank BPD Sulsel dan berstatus Perusahaan Daerah (PD). Selanjutnya

dalam rangka perubahan status dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan

(42)

Terbatas (PT) diatur dalam Peraturan Daerah No. 13 tahun 2003 tentang Perubahan Status Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dari PD menjadi PT dengan Modal Dasar Rp. 650 milyar

Akta Pendirian PT telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI berdasarkan Surat Keputusan No. C-31541.HT.01.01 tanggal 29 Desember 2004 tentang Pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan disingkat Bank Sulsel, dan telah diumumkan pada Berita Negara Republik Indonesia No. 13 tanggal 15 Februari 2005, Tambahan No. 1655/2005.

Pada tanggal 10 Februari 2011, telah dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) yang dilakukan secara circular resolution dan Keputusan RUPS LB tersebut telah disetujui secara bulat oleh para pemegang saham. Keputusan RUPS LB tersebut telah dibuatkan aktanya oleh Notaris Rakhmawati Laica Marzuki, SH dengan Akta Pernyataan Tentang Keputusan Para Pemegang Saham sebagai Pengganti Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan Terbatas PT. Bank Sulsel, Nomor 16 Tanggal 10 Februari 2011. Dimana dalam Akta tersebut para pemegang saham memutuskan untuk merubah nama PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan disingkat PT. Bank Sulsel menjadi PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat disingkat PT. Bank Sulselbar.

Perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia dengan nomor AHU-11765.AH.01.02. Tahun 2011

Tentang Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan. Disamping itu,

(43)

perubahan nama ini juga telah memperoleh Persetujuan Bank Indonesia berdasarkan kepada Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor:

13/32/KEP. GBI/2011 Tentang Perubahan Penggunaan Izin Usaha Atas nama PT.

Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Disingkat PT. Bank Sulsel Menjadi Izin Usaha Atas Nama PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Disingkat PT. Bank Sulselbar.

2. Visi dan Misi

a. Visi : Menjadi Bank Kebanggaan dan Pilihan Utama Membangun Kawasan Timur Indonesia.

b. M I S I : Memberikan Pelayanan Prima yang berkualitas dan terpercaya,Mitra Strategis PEMDA dalam menggerakkan sektor riil,Memberikan nilai tambah optimum bagi stakeholder.

3. Tujuan dan Ruang lingkup a. Tujuan

Sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi, penggunaan dana sebagian besar diutamakan dalam bentuk penyaluran kredit. Sementara sisa dana yang belum digunakan akan dioptimalkan melalui penempatan pada bank lain.

Sejalan dengan program pemerintah untuk meningkatkan ekonomi

kerakyatan, Bank Sulsel berkomitmen untuk meningkatkan upaya penyaluran

dananya pada sektor produktif, khususnya sektor usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM). Hal ini tertuang dalam rencana strategis Bank dimana

(44)

sampai dengan tahun 2011 diproyeksikan bahwa porsi kredit sektor produktif minimal sebesar 40% dari total kredit yang diberikan.

Bank Sulsel merupakan lembaga yang kegiatan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak yang bertanggung jawab kepada kantor wilayah yang bersangkutan, disamping itu bertujuan untuk memperoleh laba dan dapat diukur kinerjanya. Adapun tujuan dari Bank Sulsel :

1. Sebagai sentral bisnis wilayah kota Makassar.

2. Memperkuat posisi perseroan dalam menghadapi persaingan, memaksimalkan nilai, serta meningkatkan efektifitas sera efisiensi perseroan dalam mengelolah sumber dayadan risiko yang dihadapinya.

3. Menumbuhkan kepercayaan para pemangku kepentingan dalam hal ini stakeholder, sehingga untuk jangka panjang perseroan dapat beroperasi dan bertumbuh secara berkelanjutan.

4. Meningkatkan jumlah modal saham, jumlah aktiva produktif dan peningkatan rentabilitas perusahaan.

5. Meningkatkan kinerja bisnis dengan memperkuat kondisi internal

dalam rangka mewujudkan bank yang sehat dan memiliki daya saing

yang tinggi.

(45)

b. Ruang lingkup kegiatan Bank Sulsel :

1. Penghimpunan dana yang berasaldari simpanan masyarakat seperti giro, deposito dan tabungan.

2. Penggunaan dana yang disalurkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat dengan berbagai jenis dan sektor ekonomi.

3. Melayani invible, usaha devisa (ekspor dan impor) dan surat kredit berdokumen dalam negeri.

4. Melayani permohonan dan memutus pinjaman sesuai wewenang (pendelegasian wewenang untuk memutus kredit yang diberikan).

5. Melakukan pembinaan bisnis mikro.

6. Melayani jenis layanan perbankan lainnya seperti: kiriman uang, Inkasso, Tranfer BI-RTGS, Bank garansi, Surat keterangan bank, penerimaan pembayaran telepon, listrik , air minum dan telepon seluler, penerimaan setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH), Electronic banking, serta pembayaran gaji pension.

7. Secara aktif melakukan promosi above maupun below the line promotion, termasuk dengan membuka cabang di Jakarta, untuk menepis image sebagai masyarakat yang masih mempersepsikan Bank Sulsel sebagai bank khusus untuk PNS.

4. Identitas Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan &

Sulawesi BaratNama Panggilan : PT Bank SulselbarKantor Pusat : Jl. Dr. Sam

Ratulangi No. 16 Makassar 90125Telepon : (0411) 859 171 (Hunting)

(46)

Faksimili : (0411) 859 178Didirikan : 13 Januari 1961Modal Dasar : Rp1,6 TriliunPemilik:

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 43,06%

Pemerintah Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan sebesar 52,31%

Pemerintah Kabupaten/Kota se-Sulawesi Barat sebesar 4,63%

Jumlah Aset : Rp 7,3 Triliun Jumlah Kantor :

1 (satu) Kantor Pusat

3 (tiga) Kantor Cabang Utama

26 (dua puluh enam) Kantor Cabang

3 (tiga) Kantor Cabang Syariah

2 (dua) Kantor Cabang Pembantu

38 (tiga puluh delapan) Kantor Kas

64 (enam puluh empat) ATM yang tergabung dengan 34.010 terminal ATM jaringan ATM Bersama

5 (lima) Payment Point

10 (sepuluh) Office Channeling Syariah

3 (tiga) Kantor Kas Keliling

B. Susunan Pengurusan

Berdasarkan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Bank

yang diaktakan dengan akta No. 2 tanggal 1 Mei 2009, akta No. 03 tanggal 6

Oktober 2009, dan akta No. 61 tanggal 30 April 2010 oleh Rakhmawati Laica

(47)

Marzuki, SH., notaries dan Makassar, susunan pengurus Bank untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut Komisaris

Komisaris Utama : H. Andi Mualim, S.H, M.S

Komisaris : Drs. H. A. Tjoneng Mallombasang Komisaris Independen : Drs. H. Ibrahim Bazergan, M.Si Komisaris Independen : Drs. Natali Ikawidjaja, M.M Direksi

Direksi Uma : Drs. Ellong Tjandra

Direksi Umum : H. Yanuar Fachrudin, S.E, M.M

Direksi Pemasaran : Ir. Drs. Andi Muhammad Rahmat, M.M Direksi Kepatuhan : Drs. H. Harris Saleng

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi SK/014/DIR /2009 tanggal 15 Juli 2009, bank telah menetapkan Komite Audit, Komite Pemantau Resiko dan Komite Renumerasi dan Nominasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal- tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut :

Komite Audit

Ketua : Drs. H. Ibrahim Bazergan Anggota : Drs. As’ad Makarau Anggota : Dra. Hj. Sulaeha Achmad Komite Pemantau Resiko

Ketua : Drs. Natali Ikhawidjaja, M.M

Anggota : Drs. H. Muslimin Abbas

(48)

Anggota : Drs. As’ad Makarau Komite Renumerasi dan Nominasi

Ketua : Drs. H. Ibrahim Bazergan

Anggota : Drs. H. A. Tjoneng Mallombasang Anggota : Pemimpin Sumber Daya Manusia Corporate Secretary

Ketua : Andi Irmayanti, S.H, M.M Pemimpin Group

Grup SDM : H. Ambo Samsuddin, S.E, M.M

Grup Audit Intern : H. Beddu Side, S.E Grup Pengendalian Keuangan : Aristo A. Awusi, S.E

Grup Perencanaan dan Pengembangan: Hj. Nurhatayi Abdullah, S.E, M.M Grup Teknologi Informasi : Danny Gunawan, S.sos, M.M

Grup Treasury : Margaretha Rante Mangayun

Grup Sekretariat dan Umum : Roamala Arifin, S.E, M.M Grup Pemasaran : H. A. Zainal Abdi, S.H, M.M Grup Unit Usaha Syariah : H. Sukiman, S.H

Grup Manajemen Resiko : H. Yarmin Naafi, S.E, M.M Gruop Kepatuhan : H. Silahuddin, S.E

Pada Tahun 2007, Bank telah membentuk Unit Usaha Syariah. Berkaitan

dengan hal tersebut telah dibentuk Dewan Pengawas Syariah sesuai dengan Surat

Keputusan Direksi No. SK/029/DIR tanggal 26 April 2007 tentang pengangkatan

Dewan Pengawas Syariah Bank dan Surat Keputusan Direksi No. SK/034/DIR

(49)

tanggal 11 Mei 2007 tentang Personalia Dewan Pengawas Syariah Bank, telah ditunjuk personalia untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut :

Ketua : Prof. Dr. H, Halide

Anggota : KH. M. Sanusi Baco, Lc

Anggota : Dr. Mukhlis Sufri, S.E, M.Si

(50)

C.Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

Sumber: PT.Bank Sul-Sel Makassar

(51)
(52)
(53)

39 A. Hasil Penelitian

Kolektibilitas adalah keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanam lainnya.

Kolektibilitas kredit berdasarkan pembayaran angsuran kredit dibagi menjadi 5 kategori yaitu:

1. Kredit lancar (L)

Kredit dikatakan lancar apabila tidak terdapat tunggakan bunga tapi belum melampui 3 bulan dan pihak bank wajib membentuk cadangan sebesar 1% dari aktiva setelah dikurangi nilai agunan.

2. Kredit dengan perhatian khusus (DPK)

Kredit dalam perhatian khusus terjadi apabila debitur tidak mampu menunaikan kewajibannya dan/atau terjadi tunggakan dari 3 bulan baik itu pokok maupun bunganya dari pihak bank wajib membentuk cadangan sebesar 5% dari aktiva setelah dikurangi nilai agunan.

3. Kredit kurang lancar (KL)

Kredit kurang lancar merupakan kredit yang pengembalian pokok dan/atau

bunganya mengalami tunggakan yang melampaui 90 hari sampai dengan 180

hari dan pihak bank wajib membentuk cadangan sebesar 15% dari aktiva

setelah dikurangi agunan.

(54)

4. Kredit diragukan (D)

Kredit diragukan merupakan kredit yang pengembalian pokok dan/atau bunganya mengalami tunggakan melampui 180 hari sampai dengan 270 hari dan pihak wajib membentuk cadangan sebesar 50% dari aktiva setelah agunan.

5. Kredit macet (M)

Kredit macet merupakan kredit yang pengembalian pokok dan/atau bunganya mengalami tunggakan yang telah melampui 270 hari.

1. Data Kolektibilitas Kredit

Data kualitas kredit Bank Sulsel Makassar tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1: Kredit Investasi Untuk Tahun Berakhir 2013

Sumber : . Bank Sulsel (data diolah)

Angka rasio dalam bentuk persentase dari Tabel 5.1 diatas diperoleh dari rumus sebagai berikut:

Ket: Rasio =

Kolektibilitas kredit Jumlah kredit (Rp) Rasio (%)

Lancar 41.030.000.000,- 98,02%

Dalam Perhatian Khusus 170.000.000,- 0,41%

Macet 660.000.000,- 1,58%

Total 41.860.000.000,-

(55)

Dari tabel 5.1 di atas diketahui bahwa: kualitas kredit yamg digolongkan lancar adalah sebesar 98,02% sedangkan yang di golongkan dalam perhatian khusus sebesar 0,41% dan untuk kredit macet mencapai 1,58% dari total outstanding kredit sebesar Rp 41.860.000.000,-

Tabel 5.2:Kredit Modal Kerja

Sumber : . Bank Sulsel (data diolah)

Dari tabel 5.2 di atas diketahui bahwa: kualitas kredit yamg digolongkan lancar adalah sebesar 68,18% sedangkan yang di golongkan dalam perhatian khusus sebesar 15,94% dan untuk kredit macet mencapai 15,88% dari total outstanding kredit sebesar Rp 3.168.000.000,

Tabel 5.3: Kredit Kepemilikan Rumah

Sumber : . Bank Sulsel (data diolah)

Kolektibilitas kredit Jumlah kredit (Rp) Rasio (%)

Lancar 2.160.000.000,- 68,18%

Dalam Perhatian Khusus 505.000.000,- 15,94%

Macet 503.000.000,- 15,88%

Total 3.168.000.000,-

Kolektibilitas kredit Jumlah kredit (Rp) Rasio (%)

Lancar 591.000.000,- 97,52%

Macet 15.000.000,- 2,48%

Total 606.000.000,-

(56)

Dari tabel 5.3 di atas (tabel 5.3) diketahui bahwa: kualitas kredit yamg digolongkan lancar adalah sebesar 97,52% sedangkan yang di golongkan untuk kredit macet mencapai 2,48% dari total outstanding kredit sebesar Rp 606.000.000,-

Tabel 5.4: Kredit Komsumsi

Sumber : . Bank Sulsel (data diolah)

Dari tabel 5.4 di atas diketahui bahwa: kualitas kredit yamg digolongkan lancar adalah sebesar 98,94% sedangkan yang di golongkan dalam perhatian khusus sebesar 0,22% dan untuk kredit yang diragukan mencapai 0,03% dan kredit macet mencapai 0,72% dari total outstanding kredit sebesar Rp 513.262.500.000,

Tabel 5.5: Kredit Pemilikan Rumah + Komsumsi

Kolektibilitas kredit Jumlah kredit (Rp) Rasio (%)

Lancar 507.820.900.000,- 98,94%

Dalam Perhatian Khusus 1.119.000.000,- 0,22%

Diragukan 130.000.000,- 0,03%

Macet 4.192.600.000,- 0,72%

Total 513.262.500.000,-

Kolektibilitas kredit 1

Jumlah kredit (Rp) 2

Rasio (%) 3

Lancar

508.411.900.000

98,94%

(57)

Sumber : . Bank Sulsel (data diolah)

Dari tabel 5.5 di atas diketahui bahwa: kualitas kredit yamg digolongkan lancar adalah sebesar 98,94% sedangkan yang di golongkan dalam perhatian khusus sebesar 0,22% dan untuk kredit yang diragukan mencapai 0,02% dan kredit macet mencapai 0,82% dari total outstanding kredit sebesar Rp 513.868.500.000 –

Tabel 5.6: Kredit Usaha Kecil

Sumber: Bank Sul-Sel (Data diolah)

Dari semua tabel 5.6 diatas dengan berbagai macam jenis kredit outstanding pada Bank Sul-Sel memperlihatkan bahwa: Kredit yang digolongkan sebagai

1

2

3

Dalam Perhatian Khusus

1.119.000.000

0,22%

Kurang Lancar -

Diragukan

130.000.000

0,02%

Macet

4.207.600.000

0,82%

Total

513.868.500.000

Golongan Kredit Jumlah Kredit (Rp)

Rasio

KUK 15.200.000.000 0,28%

Non KUK 543.472.500.000 97,28%

Total 558.672.500.000

(58)

kredit yang produktif (performing loan) yang terdiri dari (Rasio kredit lancar + Rasio kredit dalam perhatian khusus) untuk kredit investasi sebesar 98,43%

sedangkan kredit yang digolongkan tidak produktif (nonperforming loan) terdiri dari (Rasio kredit macet) sebesar 1,58%. Untuk kredit modal kerja yang tergolong sebagai kredit yang produktif (Rasio kredit lancar + Rasio kredit dalam perhatian khusus) sebesar 84,12% dan kredit yang non produktif (kredit macet) sebesar 15,88%. Untuk kredit kepemilikan rumah yang digolongkan dalam kredit produktif (kredit lancar) sebesar 97,52% dan kredit non produktif (kredit macet) sebesar 2,48%. Untuk Kredit konsumsi yang digolongkan sebagai kredit produktif (Rasio kredit lancar + Rasio kredit dalam perhatian khusus) sebesar 99,16%, dan untuk kredit yang digolongkan sebagai kredit non produktif (Rasio kredit yang diragukan + Rasio kredit macet) sebesar 0,75%. Dan untuk kredit kepemilikan rumah + konsumsi yang digolongkan sebagai kredit produktif (Rasio kredit lancar + kredit dalam perhatian khusus) sebesar 99,16%, dan yang digolongkan sebagai kredit non produktif (Rasio kredit kurang lancar + Rasio kredit diragukan + Rasio Kredit macet) sebesar 0,84%.

1. Penyebab terjadinya Kredit bermasalah pada Bank Sulsel disebabkan dari:

a. Dari sisi Debitur

Kelemahan dari sisi debitur disebabkan dari :

1) Masalah Operasional usaha yang mengalami kemunduran karena ketatnya persaingan.

2) Situasi ekonomi yang sulit/krisis sehingga daya beli masyarakat

berkurang.

(59)

3) Ketidakjujuran debitur dalam mengelola kredit.

4) Keadaan diluar jangkuan/kemampuan debitur (force majeure).

b. Dari sisi Bank Sulsel Makassar

Kelemahan dari sisi intern Bank Sulsel Makassar disebabkan oleh kelemahan

pembinaan kredit

2. Tata cara Pengelolaan Kredit Bermasalah pada Bank Sulsel.

a. Penetapan strategi penaganan kredit bermasalah.

Dilakukan identifikasi masalah dan analisis diselesaikan dengan strategi penurunan hubungan (penyelamatan kredit) apabila kondisi debitur dapat diperbaiki atau strategi pemutus hubungan (penyelesaian kredit) apabila kondisi debitur tidak dapat diharapkan lagi.

Identifikasi masalah dan analisa strategi antara lain meliputi : 1) Dokumentasi.

Petugas administrasi kredit Bank Sulsel melakukan penelitian terhadap dokumen kredit debitur bermasalah untuk mengetahui kelengkapan dan keabsahan dokumen sehingga dapat dipastikan posisi Bank Sulsel apakah cukup kuat atau lemah dari aspek hukum.

2) Hubungan dengan debitur

Analisa dan evalusasi terhadap riwayat hubungan debitur dengan

Bank Sulsel antara lain dinilai dari :

(60)

a) Pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur bermasalah berupa pembayaran bunga dan pokok pinjaman serta kelancaran penyampaian laporan keuangan.

b) Ketaatan debitur dalam pemenuhan persyaratan kredit.

c) Respons yang diperlihatkan oleh debitur atas kredit nya yang sudah bermasalah.

Dari hasil Penelitian tersebut dapat disimpulkan itikad dan kemauan debitur untuk menyelesaikan kewajibannya pada Bank Sulsel.

3) Penetapan strategi penanganan kredit bermasalah.

Strategi penanganan kredit bermasalah pada Bank Sulsel selama ini adalah kebijakan restrukturisasi kredit dengan kombinasi strategi rescheduling dan reconditioning.

b. Rencana TIndak Lanjut (RTL)

Rencana Tindak Lanjut (RTL) penanganan kredit bermasalah pada .Bank Sulsel dilakukan sebagai berikut :

1) Pengawasan.

Yaitu, petugas kredit lapangan (Account Officer/AO) Bank Sulsel

memantau kondisi usaha debitur apakah masih berjalan baik dan

memiliki prospek untuk berkembang di masa yang akan datang

atau sudah macet.

(61)

2) Penerapan Restrukturisasi kredit.

Petugas Kredit lapangan (Account Officer/AO) Bank Sulsel melakukan Restruturisasi kredit sesuai dengan kondisi usaha dan tingkat kemampuan debitur.

c. Syarat Restrukturisasi Kredit 1) Beritikad Baik & Kooperatif

a) Ada keseriusan negosiasi dengan bank

b) Memberi data-data keadaan perusahaan dan group secara terbuka (full disclosure).

c) Membuat rencana restrukturisasi.

2) Usaha Masih Berjalan & Prospek Baik

a) Laba Operasional. dan Net Cash Flow Positif.

b) Prospek pasar produk atau jasa masih baik c) Peluang peningkatan efisiensi dan daya saing 3) Debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok

dan/atau bunga.

3. Jenis - jenis Restrukturisasi

Jenis – jenis restrukturisasi yang dilakukan berupa strategi kombinasi rescheduling reconditioning dan restructuring antara lain melalui :

a. Perubahan tingkat suku bunga kredit

Perubahan tingkat suku bunga kredit adalah untuk perubahan/penurunan

tingkat suku bunga menjadi lebih kecil dari suku bunga yang saat ini sedang

berlaku. Perubahan tingkat suku bunga tersebut adalah untuk perhitungan

Gambar

Tabel 4.1: Tingkat Efektivitas Kredit Bank Skala Keterangan 81% - 100% 66% - &lt; 81% 51% - &lt; 66% 0% - &lt; 51% Efektif Cukup Efektif Kurang EfektifTidak Efektif Sumber: Bank Indonesia
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
Tabel 5.1: Kredit Investasi Untuk Tahun Berakhir 2013
Tabel 5.2:Kredit Modal Kerja
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, disimpulkan bahwa PT Bank Sulut telah menerapkan cara restrukturisasi terhadap kredit bermasalah dengan benar dan mengacu

Sehingga penyaluran kredit harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian melalui analisa yang akurat dan mendalam, penyaluran yang tepat,pengawasan dan pemantauan yang

Bank Sumut Cab, Kabanjahe dalam penanganan upaya penyelematan kredit yang bermasalah dilakukan dengan mengutamakan pada upaya tercapaianya pembayaran kembali atas pinjaman

Bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang bergerak di bidang pelayanan jasa, harus dapat memberikan pelayanan yang terbaik (service excellent) untuk dapat

Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor hanya dapat dilakukan melalui restrukturisasi kredit yang berpedoman pada Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

d) Melunasi seluruh kewajiban yang terdiri dari pokok dan bunga pada saat jatuh tempo fasilitas kredit pensiun. Debitur memberikan kuasa dan wewenang kepada kreditur

Bank Mandiri (Persero), Tbk tetap senantiasa melakukan monitoring terhadap usaha yang dilakukan debitur baik secara langsung maupun tidak langsung agar kredit

Salah satu bentuk wanprestasi yang dilakukan penerima kredit adalah tidak melakukan pembayaran hutangnya atau membayar angsuran dengan alasan kualitas angsuran dari rumah