• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA KREDIT USAHA RAKYAT DI PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK. MICRO BANKING UNIT GUNUNG PUTRI BOGOR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA KREDIT USAHA RAKYAT DI PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK. MICRO BANKING UNIT GUNUNG PUTRI BOGOR SKRIPSI"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA KREDIT USAHA RAKYAT DI PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK. MICRO BANKING

UNIT GUNUNG PUTRI BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

QHAIRUL FADLY MANURUNG 150200227

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA KREDIT USAHA RAKYAT DI PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK. MICRO BANKING

UNIT GUNUNG PUTRI BOGOR Qhairul Fadly Manurung*

Sunarmi**

Tri Murti Lubis***

Untuk mewujudkan fungsi dan mengembangkan potensinya, UMKM perlu didukung oleh pembiayaan, khususnya kredit perbankan. Program pemerintah pada saat ini yang sedang berlangsung dalam rangka pengembangan UMKM dikenal dengan nama Kredit Usaha Rakyat. Namun, pada praktiknya, sebaik apapun proses penyalurannya, bank tidak akan terlepas dari risiko kredit bermasalah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara studi kepustakaan dan wawancara. Data-data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisa secara kualitatif untuk mendapatkan hasil penulisan yang bersifat deskriptif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyelesaian kredit bermasalah pada Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor hanya dapat dilakukan melalui restrukturisasi kredit yang berpedoman pada Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 8 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat dan Peraturan Peraturan Penyalur KUR terkait restrukturisasi.dan penyelesaian Kredit Usaha Rakyat bermasalah.

Kata Kunci : Penyelesaian Kredit Bermasalah, Kredit Usaha Rakyat, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

*** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(4)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, ridha dan karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor” dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi tugas akhir untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan program kekhususan Huum Ekonomi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal tersebut tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif demi kebaikan skripsi ini sangat diharapkan.

Skripsi ini tentunya tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan, semangat, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. OK Saidin, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati, S.H.,M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H.,M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H.,M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberi arahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Tri Murti Lubis, S.H.,M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberi arahan dalam penulisan skripsi ini. Terlebih atas waktu dan tenaga yang rela dikorbankan untuk membantu BPH IMAHMI dalam merealisasikan Program Kerjanya.

8. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum selaku Dosen Penasihat Akademik penulis selama mengikuti perkuliahan.

9. Ibu Dr. Detania Sukarja S.H.,LL.M., selaku Dosen Departemen Hukum Ekonomi yang sangat membantu BPH IMAHMI dalam menjalankan roda kepengurusannya.

10. Papa Mangaraja Manurung, S.H.,M.H dan Mama Rita Rahmawaty R, serta Abang Rizky Ashri Fraza Manurung S.T.P yang tak pernah berhenti mendoakan, memotivasi dan mendukung penulis secara materiel maupun imateriel.

11. Bapak Rizky Ashri Fraza Manurung S.T.P., selaku Manajer Unit Mikro PT.

Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor atas kesediannya menjadi narasumber dalam penyusunan skripsi ini.

12. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala ilmu yang diberikan selama ini.

(6)

yang telah banyak membantu menyukseskan Program Kerja BPH IMAHMI 2018/2019 dan Kak Amel yang telah membantu dan memberi semangat hingga penulis mendapatkan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA).

14. Wiwien Swarlina, adik sepupu yang tidak sempurna namun selalu ada dan memberi warna.

15. Badan Pengurus Harian Ikatan Mahasiswa Hukum Ekonomi (IMAHMI), yaitu: Irwin Djono, Ola Fatimah Namora, Nasfiahtul Istani Daely, Putri Zhafirah Lubis dan Dinda Matondang yang telah bersama-sama melalui lelah yang membahagiakan dalam setiap Program Kerja IMAHMI 2018/2019.

16. Meriam Debating Club yang selalu menjadi sarana dan wadah untuk memecah pemikiran restriktif melalui kesempatan-kesempatan yang diberikan sehingga penulis mampu mewakili Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dalam berbagai Lomba Debat Konstitusi.

17. Endah Sundari, S.H., Mulana Bona Manik S.H., Franklin Ignatius Silalahi S.H., Fandi Andremon Situngkir S.H., Arif Sanjaya S.H., Anterofadil Lase, Chairil Gibran Saragi Turnip, Nadira Dwiyanti Sitepu, Boy Kresendo Situmorang, dan Atika Sri Wahyuni selaku rekan delegasi Debat Konstitusi maupun Debat Bahasa Inggris Tingkat Nasional maupun Regional.

18. Generasi Baru Indonesia (GenBI) Wilayah Sumatera Utara terkhusus GenBI Komisariat USU yang selalu mengajarkan untuk tetap berjuang melewati batas kemampuan.

(7)

memberi warna dalam setiap perkuliahan dan kegiatan IMAHMI.

20. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Fakultas Hukum (IMFAKUM) 2015 terhusus Grup A dan Grup G yang bertahun-tahun menjadi kawan berfikir dan tertawa.

21. Dan semua pihak yang telah membantu, menyemangati, serta menghibur penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirul kalam, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca. Semoga ilmu yang selama ini diterima di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dapat berguna bagi pribadi penulis, masyarakat, bangsa dan negara.

Medan, 4 Maret 2019

Penulis,

Qhairul Fadly Manurung

NIM. 150200227

(8)

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 9

D. Keaslian Penulisan…... 10

E. Tinjauan Pustaka... ... 11

F. Metode Penelitian ... 30

G. Sitematika Penulisan ... 36

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG KREDIT USAHA RAKYAT DI INDONESIA A. Sejarah Kredit Usaha Rakyat di Indonesia... 38

B. Landasan Hukum Kredit Usaha Rakyat di Indonesia ... 41

C. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat di Indonesia ... 51

BAB III PROSES PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT DI PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK. MICRO BANKING UNIT GUNUNG PUTRI BOGOR A. Kredit Usaha Rakyat Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor ... 59

B. Syarat Pengajuan Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor ... 61

C. Pembebanan Agunan Dalam Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor ... 64

D. Proses Penyaluran Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor ... 68

(9)

BAB IV PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA KREDIT USAHA RAKYAT DI PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK.

MICRO BANKING UNIT GUNUNG PUTRI BOGOR

A. Penggolongan Kredit Bermasalah ... 79 B. Faktor-Faktor Penyebab Kredit Bermasalah pada Kredit Usaha

Rakyat di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking

Unit Gunung Putri Bogor ... 82 C. Upaya yang Dilakukan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro

Banking Unit Gunung Putri Bogor dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah pada Kredit Usaha Rakyat ...……... 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……. ... 98 B. Saran... 101

DAFTAR PUSTAKA………...……. 103 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

Halaman Tabel 1 Karakteristik UMKM………. 24

(11)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari dasar falsafah yang melandasi kegiatan bernegara dan berbangsa, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Dasar pembangunan ekonomi di Indonesia diterjemahkan dalam Pasal 33 UUD 1945 Amandemen IV yang menjadi landasan penyelenggaraan ekonomi nasional yang menyatakan, bahwa perekonomian disusun dan dikembangkan sebagai usaha bersama seluruh rakyat secara berkelanjutan berdasar asas keadilan, efisiensi, dan demokrasi ekonomi yang mewujudkan kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.1

Untuk mewujudkan hal tersebut, titik berat pembangunan ditekankan pada bidang ekonomi yang memberikan dampak terhadap perkembangan usaha-usaha di Indonesia baik usaha besar, usaha menengah, maupun usaha kecil bahkan usaha mikro. Pelaksanaan pembangunan ekonomi di samping bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional juga ditujukan untuk mempercepat pertumbuhan kerja dan pengurangan angka pengangguran. Oleh karena itu, seluruh potensi dan kemampuan modal yang dimiliki haruslah dimanfaatkan sedemikian rupa secara maksimal disertai langkah-langkah kebijaksanaan dari pemerintah agar dapat membimbing, membantu pertumbuhan, dan untuk

1 Etty Mulyati, Kredit Perbankan (Aspek Hukum dan Pengembangan Usaha Mikro Kecil dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia), (Bandung: Refika Aditama, 2016), hlm. 1.

(12)

menigkatkan kemampuan yang lebih besar lagi, terutama bagi pengusaha kecil agar dapat berpartisipasi secara aktif di dalam pembangunan.2

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. UMKM telah terbukti tidak terpengaruh terhadap krisis. Ketika krisis menerpa pada periode 1997-1998, hanya UMKM yang mampu tetap berdiri kokoh.3 UMKM merupakan wujud kehidupan ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia sehingga dapat dikatakan sebagai bagian integral dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya pembangunan ekonomi.4 Fungsi dan peran usaha kecil sangatlah besar dalam kegiatan ekonomi masyarakat, meliputi:5

1. penyediaan barang dan jasa;

2. penyerapan tenaga kerja;

3. pemerataan pendapatan nilai tambah bagi produk daerah; dan 4. peningkatan taraf hidup.

Selaras dengan teori, pada praktiknya, berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian RI, kontribusi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah terhadap produk domestik bruto meningkat dari 57,84 persen menjadi 60,34 persen dalam lima tahun terakhir. Serapan tenaga kerja pada sektor ini juga meningkat, dari 96,99 persen menjadi 97,22 persen pada periode yang sama.6 Dengan demikian,

2 Ibid., hlm. 1.

3 LPPI Bekerjasama dengan Bank Indonesia, “Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)”, https://www.bi.go.id/ (diakses pada 28 November 2018).

4 Etty Mulyati , Op.Cit., hlm. 2.

5 Suyastie Sumitro, Analisis Ekonomi Jawa Barat, (Bandung: Unpad Press, 2003), hlm.

270.

6 Kementerian Perindustrian, “Kontribusi UMKM Naik”, http://www.kemenperin.go.id/

(diakses pada 28 November 2018).

(13)

tidak dapat kita pungkiri bahwa UMKM merupakan sektor yang paling banyak berperan terhadap perkembangan perekonomian nasional dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat, serta berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional.

Dewasa ini, UMKM yang diharapkan memberikan sumbangsih besar terhadap perekonomian nasional dianggap belum mampu mewujudkan peran, fungsi dan potensinya secara optimal dalam perekonomian nasional. Salah satu penyebab utamanya adalah karena kurangnya permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan.7 Oleh karena itu, untuk mewujudkan fungsi dan mengembangkan potensinya, UMKM perlu didukung oleh pembiayaan, khususnya kredit perbankan. Mengingat hambatan UMKM dalam kegiatan usaha adalah masalah kekurangan modal, pemerintah telah memberikan bantuan dan membuka kesempatan bagi UMKM melalui program-programnya yang ditujukan untuk mempercepat perkembangan UMKM melalui berbagai jenis kredit perbankan.

Program pemerintah pada saat ini yang sedang berlangsung dalam rangka pengembangan UMKM dikenal dengan nama Kredit Usaha Rakyat. Kredit Usaha Rakyat merupakan tindak lanjut Instruksi Presiden (Inpres) No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi. Kredit Usaha Rakyat yang selanjutnya disingkat KUR adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur individu/perseorangan, badan usaha dan/atau kelompok usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau

7 Bachtiar Rifa’i, Efektivitas Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Krupuk Ikan dalam Program Pengembangan Labsite Pemberdayaan Masyarakat Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, Vol. 1, No.

1, Januari 2013, hlm. 15.

(14)

agunan tambahan belum cukup.8 Secara filosofis, penyaluran KUR merupakan upaya pemerintah dan lembaga terkait untuk meningkatkan ekonomi berbasis kerakyatan yang berpihak kepada masyarakat dengan kemampuan ekonomi lemah untuk didorong agar mempunyai struktur ekonomi yang lebih kuat.9

Berdasarkan Data Realisasi KUR Tahun 2018, realisasi penyaluran KUR yang telah disalurkan oleh Penyalur KUR adalah sebesar Rp120,348 triliun dengan jumlah debitur sebanyak 4.440.028 debitur.10 Saat ini, terdapat 41 Penyalur KUR yang terdiri atas Lembaga Keuangan atau Koperasi sebagaimana amanat dari Pasal 4 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikrp, Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. yang selanjutnya disebut Bank Mandiri merupakan salah satu Bank Pelaksana penyaluran KUR di Indonesia. Hal tersebut merupakan implikasi dari Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan

8 Lihat Pasal 1 Angka 1 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

9 Etty Mulyati, Op.Cit., hlm. 106-107.

10 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, “Realisasi KUR”, http://kur.ekon.go.id/ (diakses pada 28 November 2018)

(15)

Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 170 Tahun 2015 Tentang Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat Dan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat yang mencantumkan Bank Mandiri sebagai salah satu Bank Pelaksana KUR .

Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.

Demi menjaga tekad untuk memberikan kontribusi dalam dunia perekonomian indonesia, bank mandiri fokus untuk menghadirkan kemudahan dengan berbagai layanan pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).11

Secara kumulatif dari 2008 hingga 2017, Bank Mandiri sudah menyalurkan KUR sebesar Rp48,3 triliun kepada 995.352 debitur yang tersebar di seluruh Indonesia.12 Untuk tahun 2018, berdasarkan Data Realisasi KUR, s.d 31 Desember 2018, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan Rp17,58 triliun kepada 259.030 debitur.13 Karena hal tersebut, Bank Mandiri menjadi satu satunya Bank Pelaksana yang berhasil memenuhi target penyaluran KUR yang

11 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, “Profil Perusahaan”, https://www.bankmandiri.co.id/

(diakses pada 28 November 2018).

12 Ilyas Istianur Praditya, “Bank Mandiri Sudah Salurkan Kredit Usaha Rakyat Rp 13,3 Triliun”, https://www.liputan6.com/bisnis/ (diakses pada 28 November 2018).

13 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, “Realisasi KUR”, http://kur.ekon.go.id/ (diakses pada 28 November 2018).

(16)

telah ditetapkan. Berdasarkan Data Realisasi KUR Tahun 2018, dari target penyaluran Rp2.010 miliar, bank mandiri merealisasikan penyaluran sebesar Rp2.019,59 miliar untuk KUR Mikro atau sebesar 100,5%. Sementara untuk KUR Kecil, dari target Rp15.534 miliar, Bank Mandiri berhasil merealisasikan Rp15.544,40 miliar atau 100,1%. Untuk KUR penempatan TKI, realisasi berada sedikit di atas target yakni Rp16,01 miliar dari target sebesar Rp16 miliar. Adapun total KUR yang direalisasikan Bank Mandiri adalah sebesar Rp17.580 miliar dari target realisasi yaitu sebesar Rp17.560 miliar.

Namun, keberhasilan Bank Mandiri dalam merealisasikan KUR tidak dapat menutupi fakta bahwa Bank Mandiri merupakan salah satu Bank Pelaksana dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan tertinggi. Di akhir kuartal ketiga 2018, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) Bank Mandiri adalah sebesar 3,01%.14 Tingkat kredit bermasalah Bank Mandiri yang tidak dapat dikatakan rendah tersebut juga tidak terlepas dari tingkat non performing loan KUR selama ini. Pada penyaluran KUR tahun 2007-2014, dari total 12,4 juta akad kredit, tingkat NPL atau kredit bermasalah KUR adalah sebesar 3,3%. Dan saat ini, tercatat dari tahun 2015-2018, tingkat NPL KUR adalah sebesar 1,24%.15

Kredit bermasalah (NPL) di perbankan pada dasarnya merupakan risiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit oleh bank.16 Risiko tersebut merupakan keadaan di mana kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya.

14 Galvan Yudistira, “Kredit Bermasalah Bank Mandiri Turun Jadi 3%, Ini Kata Analis”

https://keuangan.kontan.co.id/ (diakses pada 28 November 2018).

15 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, “Pemerintah Memberikan Apresiasi Kinerja Pendukung Program KUR Tahun 2018”, http://kur.ekon.go.id/ (diakses pada 28 November 2018).

16 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.

75.

(17)

Tetapi tidak dapat kita pungkiri, banyaknya kredit bermasalah atau sering disebut non performing loan (NPL) pada suatu bank akan berakibat pada terganggunya likuiditas bank yang bersangkutan. Dengan adanya kredit bermasalah, maka bank tengah menghadapi risiko usaha bank jenis risiko kredit (default risk) yaitu risiko akibat ketidakmampuan nasabah debitur mengembalikan pinjaman yang diterimanya dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.17

Dalam menghadapi kredit bermasalah, umumnya pihak bank akan berusaha menyelesaikan kredit bermasalah tersebut.18 Pun demikian yang dilakukan oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor (selanjutnya disebut Bank Mandiri Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor). Bank Mandiri Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor merupakan salah satu kantor unit Bank Mandiri yang memberikan realisasi KUR terbesar di Provinsi Jawa Barat, hal tersebut dikarenakan lokasi strategisnya yang berada di sekitar UMKM yang beroperasi di Kabupaten Bogor.19 Sebagai bagian dari Bank Mandiri yang tengah berupaya untuk mereduksi angka kredit bermasalahnya, Bank Mandiri Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor selalu berusaha untuk menyelesaikan kredit bermasalah untuk mereduksi tingkat non performing loan (NPL) pada Bank Mandiri.

Penyelesaian kredit bermasalah Bank Mandiri Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor terfokus pada KUR, karena KUR merupakan salah satu

17 Muhammad Abdulkadir dan Murniati Rilda, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 97.

18 Anton Suyatno, Kepastian Hukum Dalam Penyelesaian Kredit Macet Melalui Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan Tanpa Proses Gugatan Pengadilan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. 42.

19 Hasil wawancara dengan Bapak Rizky Ashri Fraza Manurung selaku Manager Unit Mikro PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor.

(18)

penyumbang terbesar non performing loan (NPL) Bank Mandiri. Upaya penyelesaian KUR bermasalah yang dilakukan oleh bank mandiri bermula dari meminimalkan kesalahan dalam penyaluran, mereduksi bahkan mencegah timbulnya penyebab kredit bermasalah, peka dan responsif dalam melihat gejala kredit bermasalah hingga berujung kepada penyelesaian kredit bermasalah.

Penyelesaian kredit bermasalah tersebutpun akan bergantung kepada kategori kolektibilitas kredit tersebut, karena penyelesaian kredit bermasalah oleh bank harus terlebih dahulu melihat masing-masing kondisi kredit yang bermasalah.

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka judul yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah “Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan utama yang akan menjadi pokok bahasan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaturan hukum tentang Kredit Usaha Rakyat di Indonesia?

2. Bagaimanakah proses penyaluran Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor?

3. Bagaimanakah penyelesaian kredit bermasalah pada Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor?

(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah, antara lain:

a. Untuk mengetahui pengaturan hukum tentang Kredit Usaha Rakyat di Indonesia.

b. Untuk mengetahui proses penyaluran Kredit Usaha Rakyat di PT.

Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor.

c. Untuk mengetahui penyelesaian kredit bermasalah pada Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor.

Penulisan skripsi ini diharapkan pula memberikan manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bahwa skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan berupa pengetahuan hukum terhadap Kredit Usaha Rakyat di Indonesia.

b. Bahwa penulisan ini diharapkan mampu bermanfaat sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan konsep-konsep hukum progresif dan responsif terhadap perkembangan masyarakat terkhusus untuk mengakomodasi kepentingan hukum pihak-pihak yang terlibat dalam Kredit Usaha Rakyat.

2. Manfaat Praktis

a. Bahwa tulisan ini diharapkan mampu menjadi sumber ilmu komplementer bagi pembaca untuk mengetahui permasalahan hukum

(20)

pada ranah implementatif, khususnya perihal penyelesaian kredit bermasalah.

b. Bahwa tulisan ini diharapkan mampu menjadi pegangan dan acuan bagi pembaca ketika menghadapi permasalahan perihal penyelesaian kredit bermasalah pada kredit usaha rakyat di masyarakat.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi dengan judul “PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA KREDIT USAHA RAKYAT DI PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK. MICRO BANKING UNIT GUNUNG PUTRI BOGOR” merupakan topik yang belum pernah dibahas dan diteliti sebelumnya. Untuk mengetahui keaslian penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi, terlebih dahulu dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan melakukan pengecekan ke Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Perpustakaan Universitas Sumatera Cabang Fakultas Hukum. Kemudian, Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Perpustakaan Universitas Sumatera Cabang Fakultas Hukum mengeluarkan surat tertanggal 7 Januari 2019 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama”

dengan judul skripsi di atas.

Penelusuran juga diadakan ke berbagai judul karya ilmiah melalui media internet, dan sepanjang penelusuran yang dilakukan belum ada penulis lain yang pernah mengangkat topik tersebut dengan lokasi penelitian yang sama. Maka berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai

“Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Mandiri

(21)

(Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor” belum pernah diangkat sebagai judul dan topik penelitian.

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran pribadi yang didasarkan pada pengertian, teori-teori dan aturan hukum yang berlaku dan diperoleh dari referensi buku, media elektronik dan bantuan dari beberapa pihak, dalam rangka memenuhi tugas akhir untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

E. Tinjauan Pustaka 1. Kredit Usaha Rakyat

1.1. Pengertian Kredit Usaha Rakyat

Dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, pemerintah menerbitkan paket kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan Sektor Riil melalui peningkatan akses UMKM pada sumber pembiayaan, pengembangan kewirausahaan dan peningkatan pasar produk UMKM. Upaya peningkatan akses pada sumber pembiayaan antara lain dilakukan dengan mengeluarkan Kredit Usaha Rakyat bagi UMKM.

Menurut Pasal 1 Angka 1 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat, Kredit Usaha Rakyat yang selanjutnya disingkat KUR adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada

(22)

debitur individu/perseorangan, badan usaha dan/atau kelompok usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup.20 KUR adalah kredit/pembiayaan kepada UMKM dalam bentuk Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI). Kredit Modal Kerja adalah kredit yang ditujukan untuk penggunaan pembiayaan kebutuhan dunia usaha akan modal kerja berupa penyediaan bahan baku, penyediaan produk akhir, dan penyediaan barang dalam proses produksi. Adapun Kredit Investasi, yaitu kredit yang ditujukan untuk penggunaan pembiayaan sebagai modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung, dan mesin-mesin, juga untuk membiayai rehabilitasi dan ekspansi relokasi proyek atau pendirian proyek baru.21

1.2. Tujuan KUR

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu.22 Pun demikian halnya dengan KUR. Tujuan dari KUR, antara lain:23

a. Meningkatkan akses pembiayaan UMKM dan Koperasi kepada Bank.

b. Pembelajaran UMKM untuk menjadi debitur yang bankable sehingga dapat dilayani sesuai ketentuan komersial perbankan pada umumnya (sebagai embrio debitur komersial),

c. Diharapkan usaha yang dibiayai dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan.

20 Lihat Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

21 Lihat Pasal 5 ayat 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.05/2010 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri keuangan tentang Fasilitas Penjaminan KUR.

22 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi 2014, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 88.

23 Totok Budi Santoso dan Nuritomo, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta:

Salemba Empat, 2014) hlm.157.

(23)

Selain itu, berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat, pelaksanaan KUR bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas akses pembiayaan kepada usaha produktif, meningkatkan kapasitas daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.24

1.3. Jenis Penyaluran KUR

Demi tercapainya tujuan KUR yang salah satunya adalah meningkatkan kapasitas daya saing UMKM, KUR yang disalurkan oleh penyalur KUR memiliki jenis dan ketentuan yang berbeda-beda. Adapun KUR yang disalurkan oleh Penyalur KUR terdiri atas KUR Mikro, KUR Kecil, KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia dan KUR Khusus.25

KUR Mikro adalah KUR yang disalurkan kepada Penerima KUR dengan limit kredit sebesar Rp25.000.000,00 dan dapat memperoleh tambahan kredit/pembiayaan dengan total outstanding pinjaman sebesar Rp25.000.000,00 apabila memenuhi ketentuan yang telah ditentukan.

KUR Kecil adalah KUR yang disalurkan kepada Penerima KUR dengan limit kredit diatas Rp25.000.000,00 dan paling banyak Rp500.000.000,00 dan dapat memperoleh tambahan kredit/pembaiayaan dengan total outstanding

24 Lihat Pasal 2 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikrp, Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

25 Lihat Pasal 14 ayat 1 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

(24)

pinjaman sebesar Rp500.000.000,00 apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut:26

a. Untuk skema kredit/pembiayaan investasi dengan kredit/pembiayaan investasi dan kredit/pembiayaan modal kerja dengan kredit/pembiayaan modal kerja diijinkan; dan

b. Pemberian kredit/pembiayaan investasi dan kredit/pembiayaan modal kerja dapat dilakukan bersamaan dalam program KUR Kecil

KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia adalah KUR yang disalurkan kepada Penerima KUR dengan jumlah paling banyak Rp.25.000.000 kepada calon tenaga kerja indonesia yang akan bekerja di luar negeri dan/atau calon pekerja magang di luar negeri.

KUR Khusus adalah KUR yang diberikan kepada kelompok yang dikelola secara bersama dalam bentuk klaster dengan menggunakan mitra usaha untuk komoditas perkebunan rakyat dan peternakan rakyat serta perikanan rakyat dengan jumlah plafon paling banyak Rp. 500.000.000 setiap individu anggota kelompok.

Masing-masing KUR memiliki ketentuan yang berbeda-beda namun tetap memiliki prioritas penyaluran yang sama, yaitu penyaluran KUR diprioritaskan pada sektor produksi yaitu sektor yang menambah jumlah barang dan/atau jasa di sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, sektor kelautan dan perikanan,sektor

26 Lihat Pasal 21 ayat 1 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

(25)

industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor pertambangan garam rakyat, sektor pariwisata,sektor jasa produksi, serta sektor produksi lainnya.27

2. Bank

2.1. Pengertian Bank

Keberadaan bank dalam kehidupan masyarakat menempati peran yang cukup penting, sebab lembaga perbankan khususnya bank umum merupakan inti sari dari sitem keuangan setiap negara.28 Bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.29 Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan (UU Perbankan), Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyelurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.30 Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan.31

27 Lihat Pasal 14 ayat 2 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

28 Tan Kamello dan Sunarmi dan Dedi Harianto, Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Macet Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Dan Hambatannya Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Binjai, USU Law Journal, Vol. 2 No.3, Desember 2014, hlm. 135.

29 Thomas Suyatno, dkk, Kelembagaan Perbankan, (Jakarta: STIE Perbanas-Gramedia, 1988), hlm. 11.

30 Lihat Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

31 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm.

14.

(26)

Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bank adalah badan usaha atau lembaga keuangan yang aktifitasnya menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2.2. Fungsi Bank

Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan sebagai financial intermediary.32 Secara lebih spesifik, bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development dan agent of services.

Bank dikatakan sebagai agent of trust karena bank yang dasar utama kegiatannya adalah kepercayaan (trust) menjadi sebuah wadah bagi masyarakat untuk dengan percaya menitipkan dananya di bank. Masyarakat percaya bahwa dananya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut dan pada saat yang dijanjikan simpanan masyarakat tersebut dapat ditarik kembali dari bank.

Bank dikatakan sebagai agent of development karena kegiatan bank berupa menyalurkan dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi tidak dapat

32 Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta:

Salemba Empat, 2006), hlm. 9.

(27)

dilepaskan dari penggunaan uang. Kelancaran kegiatan tersebut tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

Bank dikatakan sebagai agent of service karena selain melakukan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan lain kepada masyarakat. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa penitipan barang-barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

2.3. Jenis-Jenis Bank

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok Perbankan, jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari:33

a. Bank Sentral ialah Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945, dan yang selanjutnya akan diatur dengan Undang-undang tersendiri.

b. Bank Umum ialah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek.

c. Bank Tabungan ialah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam usahanya terutama memperbungakan dananya dalam kertas berharga d. Bank pembangunan ialah bank yang dalam pengumpulan dananya

terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan panjang dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka menengah dan panjang dibidang pembangunan.

Namun, setelah keluar Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, maka jenis perbankan terdiri dari:

a. Bank Umum

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

33 Lihat Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang Pokok Pokok Perbankan

(28)

Adapun Bank Pembangunan dan Bank Tabungan berubah fungsinya menjadi Bank Umum, sedangkat Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa dan Bank Pegawai menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).34

Adapun pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut:

a. Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.35

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.36

2.4. Kegiatan Bank

Dalam melaksanakan kegiatannya, bank dibedakan antara kegiatan bank umum dengan kegiatan Bank Perkreditan Rakyat. Kegiatan Bank Umum lebih luas dari Bank Perkreditan Rakyat. Artinya produk yang ditawarkan oleh bank umum lebih beragam, hal ini disebabkan bank umum mempunyai kebebasan untuk menentukan produk dan jasa-jasanya. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat mempunyai keterbatasan tertentu sehingga kegiatannta lebih sempit.

34 Kasmir, Op.Cit., hlm. 32.

35 Lihat Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

36 Lihat Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

(29)

Adapun kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini adalah sebagai berikut:37

1. Kegiatan Bank Umum

a. Menghimpun dana dari masyarakat (Funding) dalam bentuk:

1. Simpanan Giro (Demand Deposit) 2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit) 3. Simpanan Depsito ( Time Deposit)

b. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk:

1. Kredit Investasi 2. Kredit Modal Kerja 3. Kredit Perdagangan

c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Services) seperti:

1. Transfer (Kiriman Uang) 2. Inkaso (Collection) 3. Kliring (Clearing) 4. Safe Deposit Box 5. Bank Card

6. Bank Notes (Valas) 7. Bank Garansi 8. Referensi Bank 9. Bank Draft

10. Letter of Credit (L/C)

11. Cek Wisata (Travellers Cheque) 12. Jual beli surat-surat berharga 13. Menerima setoran-setoran seperti:

a. Pembayaran pajak b. Pembayaran telepon c. Pembayaran air d. Pembayaran listrik e. Pembayaran uang kuliah

14. Melayani pembayaran-pembayaran seperti:

a. Gaji/Pensiun/Honorarium b. Pembayaran deviden c. Pembayaran kupon

d. Pembayaran bonus/hadiah

15. Di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi:

a. Penjamin emisi (underwriter) b. Penjamin (guarantor)

c. Wali amanat (trustee)

d. Perantara perdagangan efek (pialang/broker) e. Pedagang efek (dealer)

f. Perusahaan pengelola dana (investment company)

37 Kasmir, Op.Cit., hlm. 38-40.

(30)

16. Dan jasa-jasa lainnya.

2. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat a. Menghimpun dana dalam bentuk:

1. Simpanan Tabungan 2. Simpanan Deposito

b. Menyalurkan dana dalam bentuk:

1. Kredit Investasi 2. Kredit Modal Kerja 3. Kredit Perdagangan

c. Larangan-larangan bagi Bank Perkreditan Rakyat adalah sebagai berikut:

1. Menerima Simpanan Giro 2. Mengikuti Kliring

3. Melakukan kegiatan Valuta Asing 4. Melakukan kegiatan Perasuransian

3. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 3.1. Pengertian UMKM

Dalam perekonomian Indonesia, UMKM merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar dan terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi.38 UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau Badan Usaha disemua sektor ekonomi.39. UMKM merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional.40 Di Indonesia, payung hukum keberlangsungan

38 Robby Firmansyah dan Ratih Nur Pratiwi dan Riyanto, Strategi Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kabupaten Madiun. Jurnal Administrasi Publik (JAP). Vol. 2, No. 1, hlm. 155.

39 Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2012) hlm. 2.

40 Lihat Penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

(31)

UMKM diakomodasi oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (selanjutnya disebut UU UMKM).

UMKM yang merupakan akronim dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terdiri dari 3 komponen usaha, yaitu Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah.

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.41

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.42

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.43

41 Lihat Pasal 1 Butir 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

42 Lihat Pasal 1 Butir 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

43 Lihat Pasal 1 Butir 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

(32)

Menurut UUD 1945 kemudian dikuatkan melalui TAP MPR Nomor XVI/MPR-RI/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, Usaha Mikro, Kecil, dan menengah perlu diberdayakan sebagai bagian integral ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, peran dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang semakin seimbang, berkembang, dan berkeadilan.44 Secara kasat mata, Peran UMKM dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja terbesar, pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.45 Merujuk kepada peran tersebut, pantaslah sedari dulu pemerintah telah berencana untuk memberdayakan UMKM. Pemberdayaan UMKM saat ini dilakukan melalui pengembangan yang progresif dan masif. Meskipun pada saat ini pengembangan UMKM masih dilanda berbagai hambatan dan tantangan dalam menghadapi dunia usaha yang semakin ketat, dengan berbagai keterbatasan yang ada, UMKM masih diharapkan mampu menjadi andalan perekonomian Indonesia.46

3.2. Kriteria UMKM

Merujuk kepada UU UMKM, terdapat kriteria-kriteria yang melekat pada masing-masing usaha untuk dapat dikatakan sebagai Usaha Mikro, Usaha Kecil maupun Usaha Menengah.

44 Yuli Rahmini Suci, Perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di Indonesia. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, Vol. 6 No 1 Januari 2017 hlm. 54.

45 Adnan Husada Putra, Peran UMKM dalam Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Blora. Jurnal Analisa Sosiologi. Oktober 2016. hlm. 44.

46 Dewi Anggraini dan Syahrir Hakim Nasution, Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi pengembangan UMKM di Kota Medan (Studi Kasus Bank BRI). Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol. 1, No. 3, Februari 2013. hlm. 105.

(33)

Adapun kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:47

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).

Adapun kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:48

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Adapun kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:49

c. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

d. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

47 Lihat Pasal 6 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

48 Lihat Pasal 6 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

49 Lihat Pasal 6 ayat 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

(34)

3.3. Karakteristik UMKM

Karakteristik UMKM merupakan sifat atau kondisi faktual yang melekat pada aktifitas usaha maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya. Karakteristik ini menjadi ciri pembeda antar pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya.

Tabel 1. Karakteristik UMKM50

Ukuran Usaha Karakteristik

Usaha Mikro a. Jenis barang/komoditi tidak selalu tetap; sewaktu- waktu dapat berganti.

b. Tempat usahanya tidak selalu menetap; sewaktu- waktu dapat pindah tempat.

c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun.

d. Tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.

e. Sumber daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai.

f. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.

g. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian sudah akses ke lembaga keuangan non bank.

h. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

50 LPPI Bekerjasama dengan Bank Indonesia, “Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)”, https://www.bi.go.id/ (diakses pada 28 November 2018).

(35)

i. Contoh: Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar.

Usaha Kecil a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap dan tidak gampang berubah.

b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah.

c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana.

d. Keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga.

e. Sudah membuat neraca usaha.

f. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratann legalitas lainnya termasuk NPWP.

g. Sumber daya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha.

h. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam keperluan modal.

i. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning.

j. Contoh: Pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya.

Usaha Menengah a. Memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi.

(36)

b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan.

c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan

d. Sudah memiliki persyaratan legalitas antara lain izin tetangga.

e. Sudah memiliki akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan.

f. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

g. Contoh: Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.

Selain itu, berdasarkan aspek komoditas yang dihasilkan, UMKM juga memiliki karakteristik tersendiri antara lain:51

a. Kualitasnya belum standar. Karena sebagian besar UMKM belum memiliki kemampuan teknologi yang memadai. Produk yang dihasilkan biasanya dalam bentuk handmade sehingga standar kualitasnya beragam.

b. Desain produknya terbatas. Hal ini dipicu keterbatasan pengetahuan dan pengalaman mengenai produk. Mayoritas UMKM bekerja

51 Ibid.

(37)

berdasarkan pesanan, belum banyak yang berani mencoba berkreasi desain baru.

c. Jenis produknya terbatas. Biasanya UMKM hanya memproduksi beberapa jenis produk saja. Apabila ada permintaan model baru, UMKM sulit untuk memenuhinya. Kalaupun menerima, membutuhkan waktu yang lama.

d. Kapasitas dan daftar harga produknya terbatas. Dengan kesulitan menetapkan kapasitas produk dan harga membuat konsumen kesulitan.

e. Bahan baku kurang terstandar. Karena bahan bakunya diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda.

f. Kontinuitas produk tidak terjamin dan kurang sempurna. Karena produksi belum teratur maka biasanya produk-produk yang dihasilkan sering apa adanya.

4. Kredit Bermasalah

4.1. Pengertian Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah adalah kredit di mana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang telah diperjanjikan sebelumnya, misalnya persayaratan mengenai pembayaran bunga, pengembalian pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan dan peningkatan agunan, dan sebagainya.52 Lebih lanjut, suatu kredit dikatakan bermasalah karena debitur wanprestasi atau ingkar janji atau tidak menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan perjanjian baik jumlah maupun waktu, misalnya pembayaran atas perhitungan bunga maupun utang

52 As. Mahmoeddin, Melacak Kredit Bermasalah, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004) hlm. 2.

(38)

pokok53 Pendapat lainnya menyatakan, Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan kredit dengan kategori kolektibilitas kreditnya diluar kolektibilitas kredit lancar dan kredit dalam perhatian khusus.54

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah adalah kredit dengan kategori kolektibilitas diluar kredit lancar dan kredit dalam perhatian khusus, di mana debiturnya wanpretastasi atau tidak memenuhi persyaratan yang telah diperjanjikan sebelumnya, misalnya persayaratan mengenai pembayaran bunga, pengembalian pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan dan peningkatan agunan, dan sebagainya.

4.2. Gejala Kredit Bermasalah

Munculnya kredit bermasalah sering dimulai dengan berbagai indikasi dan gejala sekedar memberikan indikator (red flag) bagi kita. Gejala ini meupakan tanda bahaya yang sangat berguna bagi bank dalam mengantisipasi munculnya kredit bermasalah, dan tanda bahaya ini merupakan upaya peringatan dini (early warning sign) akan situasi kredit. Karena kredit bermasalah itu sendiri tidak muncul secara mendadak dan seketika, ada beberapa sumber untuk melihat gejala atau indikasi kredit bermasalah, yaitu:55

a. Perilaku rekening (account attitudes), meliputi: saldo rekening sering mengalami overdraft, saldo giro rata-rata menurun, terjadi penurunan saldo secara mencolok, pembayaran angsuran maupun bunga tersendat- sendat, jadwal pencairan kredit tidak sesuai dengan kredit, sering

53 S. Mantayborbir, Hukum Piutang dan Lelang Negara, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002) hlm. 23.

54Iswi Hariyani, Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010) hlm. 95.

55 As. Mahmoeddin, Op.Cit., hlm. 28.

(39)

mengajukan permintaan penundaan pembayaran, terjadi penyimpangan penggunaan kredit, mengajukan perpanjangan kredit, mengajukan penambahan kredit, mengajukan penjadwalan ulang kedit dan terlibat cek kosong.

b. Perilaku laporan keuangan (financial statement attitudes), meliputi : likuiditas menurun, perputaran piutang menurun, rasio piutang lancar terhadap aset total meningkat, piutang meningkat, perputaran persediaan menurun, rasio persediaan terhadap aset total meningkat, persediaan meningkat, rasio aktiva lancar terhadap aktiva total menurun, aktiva tetap menurun, biaya produksi naik tajam,penjualan meningkat namun laba menurun, Debt Equality Ratio meningkat, utang jangka panjang meningkat tajam, muncul utang dari kreditur lain, rasio keuntungan terhadap aset menurun, laporan keuangan sering terlambat, laporan keuangan tidak diaudit, persentase laba terhadap aktiva menurun, laporan keuangan direkayasa, harga penjualan terlalu rendah dan berada di bawah titik impas, masih belum ada pengkaderan dalam manajemen, dan net worth menurun.

c. Perilaku kegiatan bisnis (business activities attitudes), meliputi:

Hubungan dengan pengecer menurun, hubunga dengan pelanggan memburuk, harga jual terlampau rendah, kehilangan hak sebagai distributor, kehilanga pemasok utama, kehilangan pelanggan utama, mulai terlibat spekulasi bisnis, hubungan dengan bank semakin renggang, enggan dikunjungi, keterlibatan dengan usaha lain, ada informasi negatif dari pihak luar, ada klaim dari pihak ketiga, ada pemogokan buruh, nilai

(40)

agunan menurun, terjadi sengketa diantara pemilik, terjadi perselisihan di antara pengurus, perubahan mendadak dalam manajemen, agunan hilang, terlalu optimis dengan laba, nasabah alih usaha pokok, mencari pinjaman baru, terjadi kejenuhan pasar, biaya produksi naik, aktiva tetap digunakan untuk membiayai operasional perusahaan.

d. Perilaku nasabah (customer attitudes), meliputi: kesehatan nasabah memburuk, nasabah meninggal, nasabah kalah judi, terjadi sengketa rumah tangga, nasabah kawin lagi, telepon dari bank sering tidak dijawab, membeli aktiva tetap yang konsumtif, nasabah mempunyai kegiata tertentu.

e. Perilaku makro ekonomi ( economic macro attitudes), meliputi peraturan pemerintah, resesi, dan bencana alam.

F. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan,56 sedangkan penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami segala kehidupan, atau lebih jelasnya penelitian merupakan sarana yang digunakan manusia untuk memperkuat, menguji, serta mengembangkan ilmu pengetahuan.57

Adapun metode penelitian hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi:

56 Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris (Jakarta:

Indonesia Hillco, 1990) hlm. 106

57 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1986) hlm 250

(41)

1. Jenis dan pendekatan penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan dalam pembahasan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat.58

Penelitian ini dilakukan secara yuridis normatif, yakni penelitian yang dilakukan dan ditujukan pada peraturan tertulis dan bahan-bahan referensi lainnya.59 Penelitian yuridis normatif ini disebut juga penelitian doktrinal atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan perilaku manusia yang dianggap pantas.60

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif analisis, yaitu penelitian yang didasarkan atas satu atau dua variabel yang saling berhubungan yang didasarkan pada teori atau konsep yang bersifat umum yang di aplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data, atau menunjukkan komparasi ataupun hubungan seperangkat data dengan seperangkat data lainnya.61 Penelitian deskriptif ini dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan dan gejala lainnya. Maksudnya adalah, terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat teori lama, atau di dalam kerangka menyusun teori baru.62 Penelitian

58 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 105.

59 Ammiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 118.

60 Ibid., hlm. 118.

61 Bambang Sugono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 38.

62 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Op.Cit., hlm. 10.

(42)

ini juga mendeskripsikan data yang diperoleh secara normatif lalu diuraikan untuk melakukan suatu telaah terhadap data tersebut secara sistemik.

2. Sumber Data

Sumber data adalah tempat dari mana data tersebut diperoleh. Dalam penelitian ini data yang diperoleh bersumber dari penelitian lapangan dan penelitian pustaka. Jenis data pada penulisan ini menggunakan terdiri dari data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber pertama.63 Data primer diperoleh langsung melalui wawancara dan/atau survei di lapangan yang berkaitan dengan perilaku masyarakat.64

b. Data Sekunder

Selain data primer, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan. Termasuk dalam data sekunder yaitu dokumen- dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, laporan, buku harian, surat kabar, makalah dan sebagainya.65 Sebagai penelitian yuridis normatif, maka data sekunder mencakup pula tentang peraturan perundang-undangan.

Di dalam penelitian hukum, data sekunder dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) karakteristik kekuatan mengikatnya, yaitu sebagai berikut:

63 Ibid., hlm. 18.

64 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), hal. 23.

65 Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Bahan Ajar Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Medan: Fakultas Hukum USU, 2011) hlm. 29.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kekayaan daerah, tingkat ketergantungan kepada Pemerintah Pusat, belanja modal, leverage dan temuan audit BPK tidak

Dalam bidang pemasaran jasa, pengelolaan jasa harus selalu berhadapan langsung dengan pemakai jasa sehingga perusahaan jasa dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang

Alat analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini adalah independentsample Mest Hd&\\ analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan

[r]

The research method in this study covers research design, unit of analysis, source of data, technique of data collection and technique of data analysis.. Based o the theo ies above,

Maka dari itu, dirancang sebuah aplikasi pengenalan rambu lalu lintas menggunakan metode fuzzy mamdani berbasis android, yang diharapkan dapat memberi pemahaman dan

Dari hasil review terhadap kajian dapat disimpulkan bahwa adanya aplikasi Pendaftaran Calon Siswa Baru Berbasis Mobile Andorid terdapat metode yang digunakan

Aplikasi ini hanya memuat materi sederhana dari Kasus Coronary Artery Bypass yang dapat dipelajari untuk user yang tertarik pada.