• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN STASIUN PEMBERHENTIAN MONOREL KORIDOR TIMUR BARAT SURABAYA STUDI KASUS : JALAN MAYJEN SUNGKONO (CIPUTRA WORLD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN STASIUN PEMBERHENTIAN MONOREL KORIDOR TIMUR BARAT SURABAYA STUDI KASUS : JALAN MAYJEN SUNGKONO (CIPUTRA WORLD)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK - Pemerintah Surabaya saat ini telah merencanakan suatu sarana transportasi massal, yaitu Monorel pada koridor Timur –Barat. Sistem transportasi Monorel harus disertai dengan sarana dan prasarana pendukung pergerakan, antara lain adalah stasiun pemberhentian yang berfungsi sebagai akses bagi penumpang untuk naik dan turun dari moda monorel tersebut. Bentuk stasiun pemberhentian dari Monorel harus direncanakan secara baik dan benar untuk memberikan kenyamanan serta rasa aman bagi para pengguna monorel.

Untuk mendapatkan bentuk dan luasan stasiun pemberhentian yang baik, maka perlu mempertimbangkan jumlah penumpang naik - turun yang dilayani dari perhitungan headway, monorel yang digunakan, dan antrian yang terjadi pada saat pembelian tiket.

Dengan analisa yang dilakukan, pada jalan Mayjen Sungkono didapat jumlah penumpang naik rencana sebesar 489 perjam dan jumlah penumpang turun recana sebesar 492 perjam dari analisa jumlah kendaraan keluar- masuk pusat kegiatan ditambah dengan jumlah penumpang naik-turun angkutan umum. Luasan Peron yang diperlukan untuk umur rencana 10 tahun mendatang berdasarkan jumlah penumpang dalam waktu tunggu kedatangan monorel (Headway) sebesar 128,25 m2, Dengan monorel berkapasitas 580 penumpang.

Antrian yang terjadi di stasiun pemberhentian pada saat pembelian tiket adalah FVFS (First Vacant First Serve).

Kata Kunci : Koridor Timur – Barat Surabaya, Monorel, Stasiun Pemberhentian Monorel, Demand Penumpang, Headway.

I. PENDAHULUAN

emerintah Surabaya saat ini telah merencanakan suatu sarana transportasi massal yaitu Monorel pada koridor Timur - Barat. Hal ini berdasarkan kemacetan yang menjadi masalah pelik di Surabaya, apalagi pertumbuhan kendaraan pribadi dari tahun ke tahun meningkat cukup pesat. Pilihan monorel sebagai alat transportasi massal ini dipastikan menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Moda Monorel ini nantinya akan dibangun secara elevated double track dengan pilar penyangga diatas median jalan atau bahu jalan sehingga tak banyak membutuhkan lahan.

Sistem transportasi Monorel harus disertai dengan sarana dan prasarana pendukung pergerakan, antara lain adalah stasiun pemberhentian yang berfungsi sebagai akses bagi penumpang untuk naik dan turun dari moda monorel tersebut. Bentuk stasiun pemberhentian dari Monorel harus

direncanakan secara baik dan benar untuk memberikan kenyamanan serta rasa aman bagi para pengguna monorel.

Stasiun pemberhentian Monorel harus dapat menampung jumlah antrian penumpang yang akan menggunakan Monorel. Luasan pemberhentian tergantung dari jumlah penumpang dan armada Monorel yang digunakan nantinya, serta dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas-fasilitas pendukung agar para pengguna Monorel nantinya terlindung dari terik sinar panas matahari dan air hujan serta dapat merasa nyaman, aman dan dapat memberikan kemudahan untuk penumpang yang akan menggunakan moda transportasi monorel tersebut.

Perencanaan transportasi monorel pada koridor Timur – Barat memiliki lintasan sejauh 24,47 Km, dan memiliki 16 titik stasiun pemberhentian. Salah satu pemberhentiannya berada pada jalan Mayjen Sungkono tepatnya di depan Mall Ciputra World. Penentuan lokasi stasiun pemberhentian monorel tersebut di dasari atas persyaratan umum tempat pemberhentian, salah satunya yaitu dekat dengan pusat kegiatan berupa perdagangan (pasar, pertokoan, mall), perkantoran, pendidikan (sekolah, perguruan tinggi) sehingga akan menarik pelaku pergerakan (trip user) yang nantinya akan mempengaruhi jumlah demand penumpang pada stasiun pemberhentian. Pada Jalan Mayjen Sungkono yang berpotensi menjadi tarikan yaitu terdapat pengunjung mall Ciputra World dan Gedung Juang 45 Jatim, mahasiswa Universitas 45 surabaya, serta karyawan perkantoran yang berada pada jalan tersebut.

II. URAIANPENELITIAN

A. Umum

Dalam perencanaan penelitian ini terdapat beberapa analisa yang digunakan yaitu:

1. Pelaksanaan survey

Yang melakukan beberapa survey terdiri dari survey jumlah naik turun penumpang, survey jumlah kendaraan keluar masuk pusat kegiatan.

2. Analisa Demand Penumpang

Analisa demand adalah analisa yang digunakan untuk mendapatkan jumlah penumpang pada stasiun pemberhentian monorel yang akan direncanakan.

Analisa tersebut didapatkan dari hasil Survey jumlah naik-turun penumpang yang beralih 100% ditambah dengan survey jumlah kendaraan keluar-masuk pusat kegiatan yang beralih 30%.

3. Analisa Bentuk dan Dimensi Stasiun

KORIDOR TIMUR – BARAT SURABAYA

STUDI KASUS : JALAN MAYJEN SUNGKONO (CIPUTRA WORLD)

Chairul Bastiar, dan Wahju Herijanto

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: herijanto@ce.its.ac.id

P

(2)

yang terdiri dari analisa Headway yang nantinya akan mendapatkan luasan ruang tunggu (peron). Analisa Monorel yang digunakan, untuk mendapatkan panjang stasiun. Analisa Antrian untuk mengetahui jenis dan jumlah antrian.

B. Diagram Alir Pengerjaan

Langkah – langkah pengerjaan Tugas Akhir ini akan dilakukan seperti diagram alir berikut.

Gambar 3.1 Flowchart metode studi

III. PENGUMPULANDATA

A. Data geometrik ruas jalan yang ditinjau

Pengambilan data dengan metode pengukuran dilakukan untuk mendapatkan dimensi dan geometrik ruas jalan. Ruas jalan yang di tinjau adalah Jl. Mayjen Sungkono.

 Ruas Jl. Mayjen Sungkono o Tipe Jalan : 6/2 D o Panjang Jalan : ± 2,78 km o Lebar Jalur : 10,5 m o Lebar Median : 5,00 m B. Data Survey naik –turun penumpang

Survey jumlah naik-turun penumpang dilakukan untuk mengetahui jumlah demand penumpang, dengan cara menghitung jumlah naik-turun penumpang angkutan umum yang berada pada jalan Mayjen Sungkono dengan interval 15 menit.

Waktu pelaksanaan survey dilakukan pada hari Selasa, Rabu, Kamis yang dilakukan pada jam sibuk pagi (06.00-08.00), siang (11.00-13.00), dan sore (16.00- 19.00). Dari data per 15 menit dapat ditentukan perjam puncak dengan cara menjumlah semua naik turun penumpang di setiap titik pada waktu yang sama dan hari yang sama

C. Data Survey naik –turun penumpang

Survey dilakukan pada setiap pintu masuk dan keluar pusat kegiatan, dimana pengamatan dilakukan terhadap 2 jenis kendaraan yaitu sepeda motor dan kendaraan ringan (mobil pribadi).

Waktu pelaksanaan survey dilakukan pada hari Selasa, Rabu, Kamis yang dilakukan pada jam sibuk pagi (06.00-08.00), siang (11.00-13.00), dan sore (16.00- 19.00). Waktu ini diambil mewakili jam kerja.

Kendaraan keluar masuk pusat kegiatan baik HV, maupun MC dicatat pada form survey per 15 menit.

Data per 15 menit ini nantinya ditentukan perjam puncak dengan cara menjumlah semua naik turun penumpang di setiap titik pada waktu yang sama dan hari yang sama.

IV. ANALISADATA A. Demand Monorel

Potensi demand monorel di peroleh dari jumlah kendaraan bermotor yang melewati ruas jalan Mayjen Sungkono. Dimana nantinya dari jumlah kendaraan bermotor yang melewati ruas jalan Mayjen Sungkono akan beralih menggunakan monorel sebesar 30% dan dikalikan okupansi tiap kendaraan, untuk sepeda motor asumsi okupansi 1 orang/sepeda, sedangkan kendaraan pribadi asumsi okupansi 2 orang/mobil.

Berdasarkan pada Tabel 4.10 kemudian di regresi untuk mengetahui angka pertumbuhan lalu lintas masing-masing kendaraan, mulai dari awal tahun perencanaan hingga tahun untuk umur rencana 10 tahun mendatang yaitu sebesar 4,91%.

(3)

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

4798 5160 5522 5884 6246 6608 6970 7332 7694 8056

8607 9333 10059 10785 11511 12237 12963 13689 14415 15141 Jenis Kendaraan

Mobil Sepeda Motor

Tahun

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

8418 8780 9142 9504 9866 10228 10590 10952 11314 11676

15867 16593 17319 18045 18771 19497 20223 20949 21675 22401

Jenis Kendaraan Tahun

Kendaraan Pribadi Sepeda Motor

B. Analisa Demand Penumpang Naik dan Turun

Jumlah penumpang di jalan Mayjen Sungkono dihitung dengan menjumlahkan dari data jumlah naik turun penumpang dengan jumlah kendaraan keluar masuk pusat kegiatan dalam waktu yang bersamaan.

Dimana dari hasil survey kendaraan keluar masuk pusat kegiatan nantinya diambil 30% yang akan beralih ke monorel sedangkan untuk jumlah naik turun penumpang diambil 100%.

Dari data survey kendaraan keluar-masuk pusat kegiatan, diambil volume perjam terbesar dari data pada hari Selasa, Rabu, dan Kamis. Berdasarkan Survey untuk sepeda motor asumsi okupansi 1 orang/sepeda motor sehingga untuk MC dikali 1, sedangkan kendaraan pribadi asumsi okupansi 2 orang/mobil sehingga untuk LV dikali 2

Untuk kendaraan keluar-masuk pusat kegiatan berpotensi 100% beralih menggunakan monorel itu dirasa sangat optimis, sehingga digunakan nilai yang cukup realistis sekitar 30 % dari jumlah kendaraan keluar-masuk pusat kegiatan. Nilai 30 % dari jumlah kendaraan keluar – masuk pusat kegiatan diambil berdasarkan hasil research Carmen Hass Klau di beberapa kota besar di Eropa yang menunjukan perubahan dari pengguna kendaraan

pribadi beralih ke LRT atau monorel

, Sedangkan untuk jumlah naik turun penumpang berpotensi 100% beralih menggunakan monorel. Hal ini dikarenakan jalur angkutan umum yang berhimpitan dengan jalur rencana monorel, sehingga di pastikan orang akan beralih 100% menggunakan moda transportasi monorel.

Jumlah penumpang naik di stasiun rencana didapatkan dari penjumlahan jumlah kendaraan keluar ditambahkan dengan jumlah penumpang naik, sedangkan untuk penumpang turun di stasiun rencana didapatkan dari penjumlahan jumlah kendaraan masuk ditambahkan penunpang turun.

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan jumlah penumpang naik di Stasiun rencana sebesar 489 penumpang/jam pada peak sore (16.45 – 17.45), dan

penumpang turun di stasiun rencana tertinggi sebesar 492 penumpang/jam pada peak pagi (07.45 – 08.45).

Jumlah penumpang naik dan turun di stasiun rencana tersebut merupakan jumlah dalam kondisi 2 arah pada jalan Mayjen Sungkono.

Dalam pengerjaan tugas akhir ini analisa perhitungan desain stasiun pemberhentian monorel dirancang umur rencana 10 tahun. Pertumbuhan jumlah penumpang naik dan turun di stasiun rencana pada periode 2013 sampai dengan 2024 menggunakan prosentase kenaikan jumlah kendaraan di jalan Mayjen Sungkono yaitu sebesar 4,91% pertahunnya. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tahun Penumpang Naik di Stasiun

Rencana (Pnp/jam) Penumpang Turun di Stasiun Rencana (Pnp/jam)

2013 489 492

2014 513 516

2015 538 542

2016 565 568

2017 592 596

2018 622 625

2019 652 656

2020 684 688

2021 718 722

2022 753 758

2023 790 795

2024 829 834

C. Desain Stasiun Pemberhentian Monorel 1.1. Analisa Headway

Didalam perencanaan stasiun pemberhentian monorel analisa headway. Perhitungan headway di analisa dengan menggunakan 3 macam jenis monorel dari pabrikan Hitachi, yaitu tipe small dengan kapasitas 316 penumpang, tipe standart dengan kapasitas 580 penumpang, dan tipe large dengan 693 penumpang.

Berikut sebagian contoh perhitungan, untuk monorel tipe small dengan kapasitas 316 penumpang dapat dilihat sebagai berikut :

Headway Kebutuhan :

h = 60 x Kapasitas x Load Faktor/Jumlah Pnp h = 60 x 316 x 1/8941

h = 2,12 menit

Ket : - Load Factor diasumsikan 1 (monorel terisi penuh) - Jumlah penumpang didapat dari demand tahun

2013 (Tabel 5.2)

Dengan cara seperti diatas, hasil analisa dapat dilihat pada Tabel berikut

MC LV LV*2 MC (30%) LV (30%) 2013 14415 7694 15389 4325 4617 2014 15141 8056 16113 4542 4834 2015 15867 8418 16837 4760 5051 2016 16593 8780 17561 4978 5268 2017 17319 9142 18285 5196 5485 2018 18045 9504 19009 5414 5703 2019 18771 9866 19733 5631 5920 2020 19497 10228 20457 5849 6137 2021 20223 10590 21181 6067 6354 2022 20949 10952 21905 6285 6571 2023 21675 11314 22629 6503 6789 2024 22401 11676 23353 6720 7006

13291 13726 Potensi Demand

11116 11551 11986 12421 12856 8941 9376 9811 10246 10681 Tahun Jenis Kendaraan Jenis Kendaraan

(4)

2013 489 245 4 2.12 3.89 4.65 9 16 19

2014 513 257 4 2.02 3.71 4.43 9 16 19

2015 538 269 4 1.93 3.55 4.24 9 16 19

2016 565 282 5 1.85 3.40 4.06 9 16 19

2017 592 296 5 1.78 3.26 3.89 9 16 19

2018 622 311 5 1.71 3.13 3.74 9 16 19

2019 652 326 5 1.64 3.01 3.60 9 16 20

2020 684 342 6 1.58 2.90 3.47 9 17 20

2021 718 359 6 1.53 2.80 3.35 9 17 20

2022 753 377 6 1.47 2.71 3.23 9 17 20

2023 790 395 7 1.43 2.62 3.13 9 17 21

2024 829 414 7 1.38 2.54 3.03 10 18 21

Headway (menit) Jumlah Penumpang naik Pnp Naik

(jam)

Pnp naik per arah (menit) Tahun

Pnp naik per arah (jam)

Tipe Small

Tipe Standart

Tipe Large

Tipe Small

Tipe Standart

Tipe Large

 Headway Monorel Tipe Small

Tahun Kapasitas Monorel Jumlah Penumpang Load

Factor h (menit) h

(detik) Frekuensi Monorel

2013 316 8941 1 2.12 127.23 28

2014 316 9376 1 2.02 121.33 30

2015 316 9811 1 1.93 115.95 31

2016 316 10246 1 1.85 111.03 32

2017 316 10681 1 1.78 106.51 34

2018 316 11116 1 1.71 102.34 35

2019 316 11551 1 1.64 98.48 37

2020 316 11986 1 1.58 94.91 38

2021 316 12421 1 1.53 91.59 39

2022 316 12856 1 1.47 88.49 41

2023 316 13291 1 1.43 85.59 42

2024 316 13726 1 1.38 82.88 43

 Headway Monorel Tipe Standart

Tahun Kapasitas Monorel Jumlah Penumpang Load

Factor h (menit) h

(detik) Frekuensi Monorel

2013 580 8941 1 3.89 233.53 15

2014 580 9376 1 3.71 222.69 16

2015 580 9811 1 3.55 212.82 17

2016 580 10246 1 3.40 203.78 18

2017 580 10681 1 3.26 195.48 18

2018 580 11116 1 3.13 187.83 19

2019 580 11551 1 3.01 180.76 20

2020 580 11986 1 2.90 174.20 21

2021 580 12421 1 2.80 168.10 21

2022 580 12856 1 2.71 162.41 22

2023 580 13291 1 2.62 157.10 23

2024 580 13726 1 2.54 152.12 24

 Headway Monorel Tipe Large

Tahun Kapasitas Monorel Jumlah Penumpang Load

Factor h (menit) h

(detik) Frekuensi Monorel

2013 693 8941 1 4.65 279.02 13

2014 693 9376 1 4.43 266.08 14

2015 693 9811 1 4.24 254.28 14

2016 693 10246 1 4.06 243.49 15

2017 693 10681 1 3.89 233.57 15

2018 693 11116 1 3.74 224.43 16

2019 693 11551 1 3.60 215.98 17

2020 693 11986 1 3.47 208.14 17

2021 693 12421 1 3.35 200.85 18

2022 693 12856 1 3.23 194.05 19

2023 693 13291 1 3.13 187.70 19

2024 693 13726 1 3.03 181.75 20

Dari headway kebutuhan nantinya akan mendapatkan jumlah penumpang dalam waktu tunggu kedatangan monorel di stasiun pemberhentian. Dengan jumlah kedatangan penumpang tersebut nantinya akan berpengruh terhadap luasan fasilitas berupa ruang tunggu kedatangan monorel (peron). Didalam perencanaan peron terdapat 3 bagian yang perlu diperhitungkan untuk menberikan kenyamanan terhadap para penumpang yang akan menaiki moda transportasi monorel, yaitu :

Dead Zone

Dead zone adalah suatu zona atau suatu jalur pada peron yang dikhususkan untuk penumpang turun dari moda transportasi monorel sehingga dengan adanya zona tersebut diharapkan tidak andanya konflik antara penumpang turun dengan penumpang yang akan naik saat monorel tiba pada stasiun pemberhentian. Ukuran dari dead zone mengikuti lebar dari pintu moda transportasi dan lebar dari queueing area.

Queueing Area

Queueing area merupakan area yang di sediakan pada peron untuk penumpang sebagai tempat menunggu kedatangan monorel. Luasan queueing area dapat ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah penumpang yang mengatri dalam waktu tunggu kedatangan monorel (headway). Posisi Queueing Area berada di samping pintu dari monorel agar mempermudah penumpang untuk masuk kedalam monorel.

Jumlah penumpang berdasarkan Tabel 5.4.

dijadikan per menit kemudian dikalikan dengan headway dari tiap tipe monorel pada Tabel 5.5, Tabel 5.6 dan Tabel 5.7 untuk mendapatkan jumlah penumpang per headway. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Berikut.

Dari Tabel diatas dipilih jumlah penumpang per headway pada akhir umur perencanaan pada tahun 2024 untuk setiap tipe monorel. Didalam perhitungan Luas Queueing Area direncanakan Level of Service (LOS) C yang memiliki Space antara 0,7 – 0,9 m2/orang. Berikut perhitungan luasan Queueing Area :

 Tipe Small:

L = 0,9 m2/orang x V L = 0,9 m2/orang x (10/4) L = 2,25 m2

 Dengan lebar = 0,9 m Panjang = 2,5 m

 Tipe Standart : L = 0.9 m2/orang x V L = 0,9 m2/orang x (18/8) L = 2.025 m2

 Dengan lebar = 0,9 m Panjang = 2,25 m

 Tipe Large

L = 0,9 m2/orang x V L = 0,9 m2/orang x (21/8) L = 2,3625 m2

 Dengan lebar = 0,9 m Panjang = 2,625 m

Walking Area

Walking area adalah jalur pejalan kaki yang disediakan pada peron sebagai akses bagi penumpang yang masuk peron menuju Queueing Area maupun penumpang yang turun dari monorel menuju keluar peron.

Walking area dihitung berdasarkan jumlah penumpang naik ditambah dengan jumlah penumpang turun pada Tabel 5.4 kemudian dibagi dengan jumlah frekuensi tiap monorel. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

(5)

2013 245 246 491 28 15 13 17 32 38

2014 257 258 515 30 16 14 17 32 38

2015 269 271 540 31 17 14 17 32 38

2016 282 284 566 32 18 15 17 32 38

2017 296 298 594 34 18 15 18 32 39

2018 311 313 623 35 19 16 18 33 39

2019 326 328 654 37 20 17 18 33 39

2020 342 344 686 38 21 17 18 33 40

2021 359 361 720 39 21 18 18 34 40

2022 377 379 755 41 22 19 19 34 41

2023 395 397 793 42 23 19 19 35 41

2024 414 417 831 43 24 20 19 35 42

Jumlah Pejalan Kaki Tipe

Small Tipe Standart

Tipe Large

Tipe Small

Tipe Standart

Tipe Large Tahun

Pnp Naik per arah (jam)

Jumlah Pejalan Kaki

(jam)

Jumlah Frekuensi Monorel Pnp Turun

per arah (jam)

Pintu Keluar Gate Peron  FIFO (First In First Out)

2013 492 2.4 0.04000 1500 0.328 1 0 0.1601 0.0010 0.0003 3.5714 1.1714 2014 516 2.4 0.04000 1500 0.344 1 1 0.1806 0.0010 0.0003 3.6592 1.2592 2015 542 2.4 0.04000 1500 0.361 1 1 0.2040 0.0010 0.0004 3.7561 1.3561 2016 568 2.4 0.04000 1500 0.379 1 1 0.2310 0.0011 0.0004 3.8634 1.4634 2017 596 2.4 0.04000 1500 0.397 1 1 0.2621 0.0011 0.0004 3.9827 1.5827 2018 625 2.4 0.04000 1500 0.417 1 1 0.2981 0.0011 0.0005 4.1161 1.7161 2019 656 2.4 0.04000 1500 0.437 1 1 0.3401 0.0012 0.0005 4.2660 1.8660 2020 688 2.4 0.04000 1500 0.459 1 1 0.3892 0.0012 0.0006 4.4356 2.0356 2021 722 2.4 0.04000 1500 0.481 1 1 0.4471 0.0013 0.0006 4.6285 2.2285 2022 758 2.4 0.04000 1500 0.505 1 1 0.5156 0.0013 0.0007 4.8498 2.4498 2023 795 2.4 0.04000 1500 0.530 1 1 0.5975 0.0014 0.0008 5.1060 2.7060 2024 834 2.4 0.04000 1500 0.556 1 1 0.6963 0.0015 0.0008 5.4055 3.0055 Tahun Penumpang

Turun (Jam) WP (detik) WP (menit) μ ρ N n q d (jam) w (jam) d (detik) w (detik) FVFS (First Vacant First Served)

2013 489 20 0.33333 180 2.717 4 0.0561 4 1 0.0073 0.0017 26.1856 6.1856 2014 513 20 0.33333 180 2.850 4 0.0469 4 1 0.0077 0.0022 27.7982 7.7982 2015 538 20 0.33333 180 2.990 4 0.0383 4 1 0.0083 0.0028 30.0098 10.0098 2016 565 20 0.33333 180 3.137 4 0.0304 5 2 0.0092 0.0037 33.1783 13.1783 2017 592 20 0.33333 180 3.291 4 0.0231 6 3 0.0106 0.0050 38.0135 18.0135 2018 622 20 0.33333 180 3.453 4 0.0165 8 5 0.0128 0.0073 46.1515 26.1515 2019 652 20 0.33333 180 3.623 5 0.0221 5 1 0.0072 0.0017 26.0716 6.0716 2020 684 20 0.33333 180 3.801 5 0.0174 5 2 0.0078 0.0022 28.0058 8.0058 2021 718 20 0.33333 180 3.988 5 0.0132 6 2 0.0086 0.0030 30.8560 10.8560 2022 753 20 0.33333 180 4.184 5 0.0096 7 3 0.0098 0.0043 35.3673 15.3673 2023 790 20 0.33333 180 4.389 5 0.0064 10 5 0.0121 0.0065 43.3815 23.3815 2024 829 20 0.33333 180 4.605 6 0.0080 6 1 0.0074 0.0018 26.5122 6.5122

Loket Pembelian Tiket 

ρ K p(0) n q d (jam) w (jam) d (detik) w (detik) Tahun Penumpang

Naik (Jam) WP (detik) WP (menit) μ

Pintu Masuk Gate Peron  FIFO (First In First Out)

2013 489 2.4 0.04000 1500 0.326 1 0 0.1577 0.0010 0.0003 3.5608 1.1608 2014 513 2.4 0.04000 1500 0.342 1 1 0.1778 0.0010 0.0003 3.6475 1.2475 2015 538 2.4 0.04000 1500 0.359 1 1 0.2008 0.0010 0.0004 3.7432 1.3432 2016 565 2.4 0.04000 1500 0.376 1 1 0.2273 0.0011 0.0004 3.8490 1.4490 2017 592 2.4 0.04000 1500 0.395 1 1 0.2578 0.0011 0.0004 3.9668 1.5668 2018 622 2.4 0.04000 1500 0.414 1 1 0.2932 0.0011 0.0005 4.0983 1.6983 2019 652 2.4 0.04000 1500 0.435 1 1 0.3344 0.0012 0.0005 4.2459 1.8459 2020 684 2.4 0.04000 1500 0.456 1 1 0.3825 0.0012 0.0006 4.4127 2.0127 2021 718 2.4 0.04000 1500 0.479 1 1 0.4391 0.0013 0.0006 4.6024 2.2024 2022 753 2.4 0.04000 1500 0.502 1 1 0.5062 0.0013 0.0007 4.8198 2.4198 2023 790 2.4 0.04000 1500 0.527 1 1 0.5862 0.0014 0.0007 5.0711 2.6711 2024 829 2.4 0.04000 1500 0.553 1 1 0.6826 0.0015 0.0008 5.3646 2.9646 Tahun Penumpang

Naik (Jam) WP (detik) WP (menit) μ ρ N n q d (jam) w (jam) d (detik)w (detik)

Dari Tabel 5.9 dipilih jumlah penumpang per headway pada akhir umur perencanaan pada tahun 2024 untuk setiap tipe monorel. Didalam perhitungan Luas Walking Area direncanakan Level of Service (LOS) C yang memiliki Space antara ≥ 2.2 m2/orang. Berikut perhitungan luasan Walking:

 Tipe Small:

L = 2,2 m2/orang x V L = 2,2 m2/orang x 19 orang L = 41,8 m2

 Dengan lebar = L/ Panjang monorel

= 41,8 m2 / 38 m

= 1.1 m

 Tipe Standart : L = 2,2 m2/orang x V L = 2,2 m2/orang x 35 orang L = 77 m2

 Dengan lebar = L/ Panjang monorel

= 77 m2 / 57 m

= 1.35 m

 Tipe Large

L = 2,2 m2/orang x V L = 2,2 m2/orang x 42 orang L = 92,4 m2

 Dengan lebar = L/ Panjang monorel

= 92,4 m2 / 61 m

= 1.51 m 1.2. Monorel yang Digunakan

Pada

perhitungan headway kebutuhan untuk tiga tipe monorel, jika monorel yang digunakan adalah monorel dengan tipe small dengan kapasitas 316 penumpang, maka akan didapat nilai headway yang sangat kecil sehingga akan sangat banyak dibutuhkan jumlah armada monorel yang digunakan nantinya. Tetapi jika menggunakan monorel dengan tipe large berkapasitas 693 penumpang, berdasarkan perhitungan luasan peron maka dibutuhkan luasanan yang cukup besar sehingga akan berpengaruh terhadap luasan dari stasiun.

Maka berdasarkan pertimbangan diatas, akhirnya dipilih monorel dengan tipe Standart yang berkapasitas 580 penumpang untuk digunakan pada koridor Timur – Barat.

Monorel tipe Standart ini memiliki data-data sebagai berikut :

Panjang Monorel : 57 m (4 gerbong)

 Lebar monorel : 2.9 m

 Tinggi monorel : 5.1 m

 Kapasitas : 580 Penumpang

 Pintu : 8 pintu

 Lebar Pintu : 1.8 m

Berdasarkan Monorel tipe Standart yang digunakan maka direncanakan panjang stasiun mengikuti panjang dari monorel tipe standart dengan panjang 57 m, sehingga panjang peron pun menyesuaikan panjang dari monorel tipe standart. Maka didapat lebar peron adalah lebar walking area ditambah dengan lebar dari Queueing Area yaitu 1,35 m + 0,9 m = 2,25 m.

Sehingga luas total dari peron adalah 57 m x 2,25 m = 128,25 m2 untuk setiap arah pada stasiun monorel di Jalan Mayjen Sungkono.

1.3. Analisa Antrian

Disiplin antrian yang digunakan adalah FVFS (First Vacant First Served) untuk loket penjualanan tiket, sedangkan untuk gate masuk dan gate keluar peron menggunakan disiplin antrian FIFO (First In First Out).

Perhitungan antrin yang terjadi pada loket penjualanan tiket dan gate masuk serta gate keluar peron yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

1.4. Akses Penumpang Ke Stasiun Monorel

Akses penumpang menuju stasiun di rencanakan menggunakan penyebrangan JPO. Hal ini dikarenakan monorel dibangun secara elevated double track dengan pilar penyangga diatas median jalan, sehingga secara

(6)

otomatis di perlukan jembatan penyebrangan yang menghubungkan antara stasiun monorel dengan trotoar.

Perencanaan akses bagi penumpang seperti di bawah ini.

LT = Lp + Lh

LT = 1,8 + 1,2 = 3 m Keterangan :

Lt = Lebar total jalur pejana kaki

Lp = Lebar jalur pejalan kaki sesuai dengan tingkat Kenyamanan yang diinginkan (lebar minimum

= 1,80m)

Lh = Lebar tambahan akibat halangan bangunan- bangunan yang ada disampingnya (kursi roda

= 120cm)

V. KESIMPULANDANSARAN

A.

Kesimpulan

Dari data yang ada analisa yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan survey naik-turun penumpang dan survey keluar-masuk pusat kegiatan yang dilakukan pada ruas jalan Mayjen Sungkono pada tahun 2013 didapatkan jumlah penumpang naik rencana di stasiun pemberhentian monorel sebesar 492 orang/jam, sedangkan jumlah penumpang turun rencana di stasiun pemberhentian monorel sebesar 489 orang/jam.

2. Luas peron yang diperlukan untuk umur rencana 10 tahun mendatang setelah di analisa sebesar 128,25 m2 dengan lebar 2.25 m panjang 57 m sesuai dengan monorel yang digunakan yaitu monorel tipe standart dengan kapasitas 580 penumpang. Loket penjualan tiket diletakkan berbeda elevasi dengan peron, dengan sistem antrian FVFS (First Vacant First Served). Akses penumpang ke stasiun monorel menggunakan JPO dengan lebar 3 m.

B.

Saran

Dari hasil perencanaan stasiun pemberhentian monorel selama umur rencana 10 tahun, diharapkan pada akhir umur rencana 10 tahun dilakukan evaluasi ulang untuk mengetahui apakah dimensi dari stasiun masih mampu menampung kapasitas dan memberikan tingkat pelayanan yang baik dari jumlah penumpang naik dan turun pada lokasi Jalan Mayjen Sungkono. Hal ini dikarenakan pertumbuhan demand dari monorel dari tahun ketahun selalu naik sehingga nantinya tingkat pelayanan dari stasiun akan menurun.

DAFTARPUSTAKA

[1] Carmen Hass klau.,2009. Bus Vs Tram Comparison,

<URL:http://www.uitp-bhls.eu/-BRT-BHLS-versus-tram- comparison-/>

[2] Departemen Perhubungan, 1996, Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum, Republik Indonesia, Direktorat Jendral Perhubungan Darat.

[3] Departemen Pekerjaan Umum, 1995, Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan kaki Di Kawasan Perkotaan, Republik Indonesia, Direktorat Jendral Bina Marga.

[4] Hitachi Transportasi Systems Website. Available http://www.hitachirail.com/products/monorailsystem/overview/ind ex.html.

[5] Tamin, O. Z. (2008). Perencanaan, Pemodelan dan Rekayasa Transportasi. ITB, Bandung.

[6] Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api.

[7] Transportation Research Board, National Research Council, 2000. Highway Capacity Manual. Washington DC.

Gambar

Gambar 3.1 Flowchart metode studi

Referensi

Dokumen terkait

OBJEKTIF Pada akhir sidang ini, para peserta dapat : a.. Mengetahui konsep

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya, serta bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : Perancangan Sistem

Adapun penerapan akuntansi berbasis akrual memudahkan dalam penjajian laporan keuangan, karena akuntansi berbasis akrual mudah dioperasikan dan laporan keuangan yang

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan pada sang Pencipta Alam Semesta Allah SWT yang telah memberikan petunjuk, kekuatan, dan rahmat-Nya, serta yang telah

Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at Rasa harga

Nilai potensial yang diukur setiap penambahan volume titran tertentu akan diplotkan menjadi kurva titrasi dan akan didapatkan titik ekuivalen titrasinya (Abriyanti, t.t.), yang

Namun, belum dioptimalkan sehingga produksi grade unggul (A dan B) masih rendah. Perbedaan harga jual sesuai grade menimbulkan dugaan adanya gap antara pembudidaya dan

Untuk suatu segmen yang operasi utamanya di bidang jasa keuangan, pendapatan dan beban bunga dapat dilaporkan sebagai suatu jumlah neto untuk tujuan pelaporan segmen hanya