• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Penggunaan Lahan Kecamatan Depok

5.1.1. Interpretasi Penggunaan Lahan dari Citra Quickbird

Hasil interpretasi penggunaan lahan dari Citra Quickbird Kecamatan Depok adalah Kawasan permukiman, kawasan industri, sawah irigasi, kebun campuran, tegalan, lahan terbuka, dan bandara.

Kawasan Pemukiman

Karakteristik pemukiman pada citra Quickbird memiliki rona cerah dan berwarna putih atau coklat dengan tekstur agak kasar, berbentuk empat persegi panjang, terdapat bayangan di tengah-tengah bagian atapnya, dan ukuran rumah relatif kecil, biasanya terletak di dekat jalan serta cenderung berkelompok, berpola teratur, atau terkelompok sesuai dengan blok-blok atau berpola acak sembarang.

Karakteristik yang terlihat di lapang dominan berada di pinggir jalan utama, dekat dengan pusat perdagangan, dekat dengan aktivitas pendidikan, dan jarak antar bangunan yang sempit. Gambar 7 adalah foto lahan terbangun di Kecamatan Depok.

(a) Desa Caturtunggal (b) Desa Maguwoharjo

(c) Desa Condongcatur

Gambar 7. Lahan Terbangun Pemukiman di Kecamatan Depok

(2)

Kawasan Industri

Karakteristik kawasan industri pada citra Qiuckbird memiliki rona cerah dan berwarna putih Rona cerah dan berwarna putih, berbentuk persegi panjang, beberapa gedung menyatu dengan jarak dekat dan berpola teratur, berukuran besar memanjang. Di lapang karakteristik yang terlihat untuk penggunaan lahan ini adalah letaknya yang jauh dari pemukiman, dan dominan berada diantara lahan yang terbuka dengan beberapa gedung yang menyatu. Kondisi keberadaan kawasan industri yang ada di lapang dapat dilihat pada Gambar 8.

(a) Desa Caturtunggal (b) Desa Condongcatur

(c) Desa Maguwoharjo

Gambar 8. Lahan Terbangun yang Dijadikan Industri di Kecamatan Depok

Sawah Irigasi

Kenampakan sawah irigasi pada citra sangat terlihat jelas dengam rona yang bervariasi dari cerah hingga terang dan berbentuk petak-petak persegi panjang dengan vegetasi yang homogen. Pada kondisi di lapang pada lahan sawah t terdapat saluran irigasi yang ada sangat baik dan teratur. Sebagai contoh saluran irigasi yang berada di antara petakan sawah di Desa Caturtunggal (Gambar 9a) dan di Desa Maguwoharjo (Gambar 9b dan Gambar 9c).

(3)

Interpretsi badan air pada lahan sawah dilakukan hanya pada selokan Mataram yang digunakan sebagai saluran irigasi primer sawah yang ada di Kecamatan Depok, dengan ciri terdapat tembok pembatas di sisi kanan dan kiri saluran air (Gambar 9d).

(a) Desa Caturtunggal (b) Desa Maguwoharjo

(c) Desa Maguwoharjo (d) Selokan Mataram Gambar 9. Sawah Irigasi dan Selokan Mataram di Kecamatan Depok

Kebun Campuran

Kebun campuran pada citra memiliki rona yang cerah dan warna hijau tidak merata, karena vegetasinya yang heterogen, terletak diantara pemukiman dan diantara sawah serta tegalan. Pada kondisi di lapang terlihat jenis pohon yang ada di dalam kebun campuran tersebut adalah pohon jati, pohon waru, serta beberapa jenis pepohonan lainnya. Kondisi tersebut dijumpai di Desa Maguwoharjo (Gambar 10a) dan di Desa Condongcatur (Gambar 10b).

Tegalan

Penggunaan lahan tegalan memiliki kenampakan di citra berona cerah dengan tekstur yang kasar dan terdapat bekas tanah yang telah diolah. Kepadatan

(4)

(a) Desa Maguwoharjo (b) Desa Condongcatur Gambar 10. Kebun Campuran di Kecamatan Depok

vegetasinya lebih jarang dan pendek jika dibandingkan dengan kebun campuran.

Karakteristik tegalan di lapang vegetasi yang dijumpai antara lain tanaman tebu di Desa Maguwoharjo (Gambar 11a) dan tanaman jagung di Desa Caturtunggal (Gambar 11b).

(a) Desa Maguwoharjo (b) Desa Condongcatur Gambar 11. Penggunaan Lahan Tegalan di Kecamatan Depok

Lahan Terbuka

Karakteristik lahan terbuka pada citra memiliki rona yang cerah, terdapat sedikit sekali vegetasi di lahan tersebut. Melalui pengecekan lapang, lahan terbuka banyak ditemukan di antara lahan terbangun baik pemukiman maupun lahan terbangun lainnya. Penggunaan lahan terbuka di lapang sebagai contoh adalah lapangan softball (Gambar 12a), dan lapangan sepak bola (Gambar 12b).

Berdasarkan hasil yang telah diuraikan di atas penggunaan lahan untuk kawasan pemukiman dan kawasan industri memiliki beberapa perbedaan

(5)

(a) Desa Caturtunggal (b) Desa Condongcatur Gambar 12. Lahan Terbuka di Kecamatan Depok

mendasar yaitu, ukuran dari kenampakan tiap individu bangunan untuk industri pada citra lebih besar dan kawasan industri hampir semua berwarna putih dan berbentuk memanjang karena terdapat beberapa gedung yang menyatu dengan jarak yang dekat.

Perbedaan kenampakan sawah irigasi, kebun campuran, dan tegalan adalah teksturnya. Penggunaan lahan sawah irigasi bertekstur halus karena vegetasinya seragam, sedangkan penggunaan lahan kebun campuran bertekstur kasar karena jenis vegetasinya lebih beragam, dan terletak diantara pemukiman. Demikian halnya penggunaan lahan tegalan yang bertekstur kasar karena terdapatnya bekas tanah yang telah di olah dan kepadatan vegetasinya lebih jarang dan pendek jika dibandingkan dengan kebun campuran.

Penggunaan lahan bandara mamiliki ciri nampak lapangan yang luas, datar dan tekstur halus. landasan yang lurus, lebar dengan pola yang teratur nampak jelas. Terdapat gedung terminal dan tempat parker pesawat dan berada di suatu kawasan khusus daerah militer.

5.1.2. Penggunaan Lahan

Peta Sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Depok hasil interpretasi citra Quickbird disajikan pada Gambar 13. Gambar 13 menunjukkan bahwa jenis penggunaan lahan di Kecamatan Depok, terdiri dari penggunaan lahan terbangun, penggunaan lahan sawah irigasi, kebun campuran, tegalan, dan lahan terbuka.

Luas penggunaan lahan terbangun sebesar 1849,27 ha. Penggunaan lahan ini

(6)

Gambar 13. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Depok

tersebar hampir di seluruh desa di Kecamatan Depok karena lokasinya yang strategis dan peningkatan jumlah penduduk yang terjadi tiap tahun. Sesuai dengan data BPS Kabupaten Sleman jumlah penduduk di Kecamatan Depok cenderung bertambah tiap tahun. Pertambahan penduduk dari tahun 2007 – 2009 adalah sebanyak 121.305 jiwa, 182.151 jiwa dan 184.407 jiwa. Pertambahan jumlah penduduk ini yang menyebabkan lahan terbangun sangat besar proporsinya dan tersebar luas hampir di seluruh Kecamatan Depok dan kondisi ini pula yang mendukung kecamatan ini menjadi kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY). Kawasan aglomerasi yaitu pengumpulan atau pemusatan suatu aktifitas dalam lokasi atau kawasan tertentu, Proses ini terjadi akibat dari pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga memberikan keuntungan bagi daerah pusatnya (Richardson, 1997). Proses aglomerasi yang terjadi di Kecamatan Depok

7°48' 7°48'

7°47' 7°47'

7°46' 7°46'

7°45' 7°45'

7°44' 7°44'

110°22' 110°22'

110°23' 110°23'

110°24' 110°24'

110°25' 110°25'

110°26' 110°26'

110°27' 110°27'

N

Sumber :

Citra Quickbird Tahun 2005 Pengecekan Lapang Legenda :

Badan Air (Selokan Mataram) Tegalan

Lahan Terbuka

Penggunaan Lahan Ha Luas % 46,62 1,35 190,63 5,51

11,31 0,33 Bandara

Kebun Campuran Sawah Irigasi Lahan Terbangun

Penggunaan Lahan Ha Luas % 1849,27 53,41 589,71 17,03 381,76 11,03 285,38 8,24

0.6 0 0.6 1.2 Kilometers

(7)

didukung dengan adanya sistem jaringan transportasi jalan berupa ring road kawasan APY yang difasilitasi berupa angkutan trans jogja.

Gambar 13 juga menunjukkan penggunaan lahan sawah irigasi di Kecamatan Depok seluas 589,71 ha dari total luas wilayah. Luas ini tetap dipertahankan karena menurut data BPS Kabupaten Sleman sebanyak 2.384 jiwa penduduk Kecamatan Depok memiliki mata pencaharian petani. Selain itu sudah adanya sistem irigasi teknis yang teratur di kecamatan ini menjadikan luas lahan sawah irigasi tidak banyak terkonversi menjadi lahan terbangun.

Penggunaan lahan di setiap desa di Kecamatan Depok disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 menujukkan bahwa penggunaan lahan yang dominan di setiap desa di Kecamatan Depok adalah lahan terbangun diikuti sawah irigasi, kebun campuran, tegalan, lahan terbuka dan badan air. Lahan terbangun terbesar berada di Desa Caturtunggal diikuti Desa Condongcatur dan Desa Maguwoharjo.

Luas lahan terbangun di Desa Caturtunggal yaitu 733,58 ha. Desa ini berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta di sebelah selatan. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab

a

Gambar 14. Luasan Penggunaan Lahan per Desa di kecamatan Depok

Sawah Irigasi

Lahan Terbang

un

Kebun Campur

an

Tegalan Lahan Terbuka

Badan

Air Bandara

Condongcatur 119,93 560,00 92,93 68,83 17,05 2,02 0,00 Caturtunggal 162,11 733,58 48,39 27,21 11,13 5,45 0,00 Maguwoharjo 307,67 555,69 144,06 94,59 18,44 3,84 381,76 Total 589,71 1849,27 285,38 190,63 46,62 11,31 381,76

0,00 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 700,00 800,00

Luas (ha)

(8)

luasnya lahan terbangun di desa ini. Dengan kondisi tersebut maka kecenderungan untuk merubah lahan menjadi lahan terbangun sangat besar. Luas penggunaan lahan untuk lahan terbangun di Desa Condongcatur sebesar 560 ha. Luas lahan tersebut masih dapat bertambah karena banyaknya pusat pelayanan pendidikan dan terdapat pusat aktifitas pemerintahan di desa ini menyebabkan desa ini terus mengembangkan infrastruktur pendukungnya.

Penggunaan lahan sawah irigasi terluas di Desa Maguwoharjo yaitu 307,67 ha, Lokasi desa ini berjarak 10 km dari Kota Yogyakarta sehingga potensi untuk perubahan lahan dari pertanian ke non pertanian lebih kecil dibandingkan desa tetangganya yaitu Desa Caturtunggal dan Condongcatur yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta. Jarak dengan Yogyakarta mempengaruhi laju dari perubahan konversi dari sawah menjadi lahan terbangun. Selain itu bertani merupakan mata pencaharian utama warganya sehingga sawah irigasi menyebar merata di desa ini.

Selain penggunaan lahan sawah irigasi, di Desa Maguwoharjo terdapat penggunaan lahan kebun campuran, tegalan dan lahan terbuka diamana ketiganya terluas dibandingkan dengan dua desa lainya, luas penggunaan lahan tersebut secara berturut-turut adalah 144,06 ha, 94,59 ha, dan 18,44 ha. Letak ketiga penggunana lahan ini beberapa berada diantara permukiman warga dan banyak pula terdapat berdampingan dengan sawah irigasi. Hal ini dapat menunjukkan bahwa Desa Maguwoharjo terkonsentrasi di bidang pertanian.

5.1.3. Nilai Entropi

Ketujuh penggunaan lahan yang telah diinterpetasi dihitung nilai entropinya seperti disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 menunjukkan bahwa dua nilai entropi tertinggi adalah penggunaan lahan terbangun dan sawah irigasi.

Nilai entropi yang tinggi menunjukkan konsentrasi geografis yang merata. Hal ini menjelaskan bahwa lahan terbangun dan sawah irigasi memiliki sebaran yang paling luas yaitu menyebar merata di ketiga desa Kecamatan Depok. Dengan Penggunaan lahan yang dominan tersebut maka akan berpengaruh terhadap tingkat perkembangan wilayah yang dipengaruhi oleh nilai land rent (Yanto,

(9)

1997) sehingga nilai entropi ini dijadikan dasar untuk memilih tipe penggunaan lahan yang akan dianalisis nilai land rentnya.

Gambar 15. Grafik Entropi Penggunaan Lahan Kecamatan Depok

5.2. Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun Kecamatan Depok

Nilai land rent sawah irigasi dan lahan terbangun di Kecamatan Depok tersaji dalam Tabel 2.

Tabel. 2 Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Kecamtan Depok No Penggunaan Lahan Nilai Land Rent (Rp/m2/tahun)

Minimum Maksimum Rata-rata

1 Sawah Irigasi 612 3.576 2.182

2 Lahan Terbangun 3.436 7.116.667 945.341

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai land rent sawah irigasi lebih kecil dari rata-rata nilai land rent lahan terbangun. Rendahnya nilai land rent sawah irigasi ini dikarenakan harga jual komoditi pertanian yang rendah sehingga mempengaruhi nilai outputnya. Walaupun petani di Kecamatan Depok sangat terorganisir dalam pengadaan bibit, pupuk, pestisida dan keperluan pertanian yang lainnya, serta mengadakan pertemuan tingkat kecamatan dalam jangka waktu 3-4 bulan sekali untuk melaporkan perkembangan, mendapatkan penyuluhan

Badan Air (Selokan Mataram)

Bandara Kebun Campuran

Lahan Terbangun

Lahan Terbuka

Sawah

Irigasi Tegalan

Entropi 0,019 0,243 0,206 0,335 0,058 0,301 0,160

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250 0,300 0,350 0,400

Entropi

(10)

mengenai pola tanam, cara tanam, dan pengelolaan lahan sawah hal ini tidak berpengaruh terhadap nilai outputnya.

Tingginya nilai land rent lahan terbangun disebabkan oleh kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh setiap pemanfaatan lahan usaha sehingga dapat meningkatkan nilai outputnya. Nilai Land Rent lahan terbangun sesuai dengan kegiatan usahanya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Land Rent Lahan Terbangun Sesuai dengan Kegiatan Usaha No Kegiatan Usaha Nilai Land Rent (Rp/m2/tahun)

Minimum Maksimum Rata-rata

1 Kos-kosan 52.775 192.000 111.579

2 Warung makan 218.824 7.116.667 1.570.672

3 Foto copy 287.500 5.282.000 2.343.423

4 Rumah tinggal 3.436 12.480 5.948

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai land rent untuk foto copy terbesar. Hal ini karena kedekatannya dengan fasilitas pendidikan dan pelajar yang bermukim di sekitar lokasi contoh sehingga menyebabkan banyaknya pelanggan yang datang yang dapat meningkatkan nilai output. Kisaran nilai land rent usaha foto copy mulai dari Rp 287.500/m2/tahun sampai dengan Rp 5.282.000/m2/tahun. Variasi ini sangat di pengaruhi oleh pelayanan yang disediakan oleh masing masing tempat (Lampiran 4). Jasa ini berkembang mulai dari usaha foto copy rumahan yang berukuran 3 x 3 m2 sampai usaha fotocopy besar berukuran 10 x 10 m2 lengkap dengan segala fasilitasnya yang berlokasi di dekat pusat kota.

Nilai land rent rumah tinggal terkecil karena nilai land rent ditentukan oleh Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang ditetapkan pemerintah yang terdiri dari harga lahan dan harga bangunannya berdasarkan kelas lahan dan kelas bangunan melaui Direktorat Jendral Pajak dalam bentuk pajak bumi dan bangunan daerah setempat (Lampiran 5). Kisaran nilai land rent rumah tinggal dari Rp 3.436/m2/tahun hingga Rp 12.480/m2/tahun. Nilai ini bervariasi karena kondisi fisik bangunan dan aksesibilitasnya berbeda, sehingga menyebabkan penentuan NJOP yang berbeda. Rendahnya nilai land rent untuk pemanfaatan lahan ini juga disebabkan rumah tinggal tidak bisa di manfaatkan secara komersil seperti kos- kosan.

(11)

Nilai land rent lahan terbangun untuk usaha warung makan berkisar dari Rp 218.824/m2/tahun sampai dengan Rp 7.116.667/m2/tahun dengan rata-rata Rp 1.570.672/m2/tahun. Keragaman nilai ini disebabkan karena banyaknya warung makan sederhana dilengkapi fasilitas yang memadai seperti internet (hot spot),dan layanan televisi berlangganan. Beberapa membuka usaha mereka 24 jam sehingga dengan adanya fasilitas tersebut maka pelanggan akan meningkat sehingga nilai output untuk kegiatan usaha ini lebih tinggi (Lampiran 6).

Nilai land rent jasa kos-kosan berkisar antara Rp 52.775/m2/tahun sampai dengan Rp 192.000/m2/tahun dengan nilai rata-rata Rp 111.579/m2/tahun. variasi nilai land rent tersebut desebabkan oleh kondisi fisik bangunan, fasilitas yang disediakan, dan aksesibilitas yang berbeda-beda. Kondisi fisik bangunan yang ada mulai dari yang sangat sederhana, hingga yang sangat mewah. Fasilitas yang disediakan pada setiap tempat berbeda-beda mengikuti kondisi fisik bangunannya sehingga menyebabkan nilai input dan output berbeda-beda, beberapa diantaranya yaitu fasilitas parkir mobil, televisi berlangganan (indovision), internet, air conditioner (ac) dan yang lainnya yang ada pada Lampiran 7. Perbedaan aksesibilitas jasa ini terhadap pusat aktifitas perguruan tinggi di sekitarnya juga sangat mempengaruhi nilai outputnya. Jasa ini berkembang karena banyak sekali pelajar dari luar kota yang menuntut ilmu di UGM, UNY, UII, UIN Sunan Kalijaga yang kebetulan berada di Kecamatan Depok ini.

5.3. Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Setiap Desa Nilai land rent penggunaan lahan sawah irigasi dan lahan terbangun di setiap desa di Kecamatan Depok tersaji dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata land rent sawah irigasi terbesar berada di Desa Maguwoharjo diikuti Desa Caturtunggal dan Condongcatur. Nilai land rent di Desa Maguwoharjo terbesar karena bertani merupakan matapencarian pokok bagi penduduk di wilayah ini sehingga petani menanami lahannya secara intensif dengan pola tanam padi-bawang merah-padi, sehingga menghasilkan output yang besar. Selain itu terkonsentrasinya sawah irigasi di desa ini menunjukkan bahwa perkembangan perubahan lahan di desa ini tidak terlalu besar dibandingkan dengan dua desa tetangganya. Faktor lain yang mempengaruhi nilai land rent di

(12)

desa ini adalah selokan mataram yang dijadikan irigasi primernya mengalir tepat di tengah wilayah Desa Maguwoharjo sehingga pengairan terjaga secara merata dan teratur sehingga petani tidak mengalami kesulitan air.

Tabel 4. Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Setiap Desa

Penggunaan Lahan

Nilai Land Rent Desa (Rp/m2/tahun) Condongcatur Caturtunggal Maguwoharjo Sawah Irigasi

Minimum 612 612 2.988

Maksimum 1.087 1.424 3.576

Rata-Rata 878 846 3.277

Lahan Terbangun

Minimum 5.081 3482 6..467

Maksimum 5.282.000 7.116.667 1.394.286

Rata-Rata 917.852 1.387.184 359.462

Nilai land rent sawah irigasi di Desa Condongcatur memiliki kisaran nilai land rent untuk sawah irigasi antara Rp 612/m2/tahun sampai Rp 1.087/m2/tahun.

Nilai ini disebabkan oleh pola tanam yang diterapkan di wilayah desa ini adalah padi-bera-padi. Pemilihan petani untuk menanami lahannya hanya dua kali masa tanam didasarkan, letaknya yang agak sedikit jauh menuju kawasan sawah irigasi yang terkonsentrasi di bagian utara desa ini, sehingga ketersediaan air menjadi kendala penyediaan air. Namun hal utamanya adalah karena sebagian besar pemilik lahan hanya menjadikan kegiatan pertanian sebagai usaha sampingan untuk menambah penghasilan.

Nilai land rent sawah irigasi di Desa Caturtunggal memiliki kisaran antara Rp 612/m2/tahun sampai dengan Rp 1.424/m2/tahun dengan nilai rata-rata sebesar Rp 846/m2/tahun. Nilai ini adalah nilai terkecil yang didapat untuk penggunaan lahan sawah irigasi. Hal ini karena letaknya yang strategis dengan pusat pemerintahan, menyebabkan para pemilik lahan pertanian menjadikan kegiatan pertanian sebagai usaha sampingan sehingga nilai land rentnya lebih kecil dibandingkan dengan nilai land rent di Desa Condongcatur dan Maguwoharjo.

Tabel 4 menunjukkan Nilai land rent lahan terbangun terbesar berada di Desa Caturtunggal diikuti Desa Condongcatur dan Desa Maguwoharjo. Nilai land rent lahan tebangun di setiap desa disajikan pada Tabel 5.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai land rent foto copy terbesar berada

(13)

di Desa Condongcatur dengan nilai rata-rata Rp 3.127.762/m2/tahun. Hal ini terjadi karena banyaknya perguruan tinggi di desa Condongcatur yang menyebabkan kebutuhan akan fasilitas pelayanan pendidikan meningkat, sehingga usaha foto copy berkembang pesat dalam menyediakan fasilitas pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan para pelanggannya yang menjadikan nilai output akan bertambah besar.

Tabel 5. Nilai Land Rent Lahan Terbangun di Setiap Desa Pemanfaatan

Lahan

Nilai Land Rent Desa (Rp/m2/tahun) Condongcatur Caturtunggal Maguwoharjo Kos-kosan

Minimum 52.775 86.933

Maksimum 144.718 192.000

Rata-Rata 102.283 139.467

Foto Copy

Minimum 833.333 2.328.000 287.500

Maksimum 5.282.000 3.754.286 1.394.286

Rata-Rata 3.250.133 3.127.762 621.780

Warung Makan

Minimum 267.000 218.824

Maksimum 816.000 7.116.667

Rata-Rata 482.212 2.223.748

Rumah Tinggal

Minimum 5.081 3.482 3.436

Maksimum 12.480 7.708 3.509

Rata-Rata 7.675 5.361 3.471

Nilai land rent warung makan terbesar berada di Desa Caturtunggal dengan nilai rata-rata Rp. 2.223.748/m2/tahun. Hal ini disebabkan oleh banyaknya warung makan di lengkapi fasilitas yang memadai dan beberapa membuka usaha mereka 24 jam yang menyebabkan pelanggan datang lebih banyak, sehingga output untuk kegiatan usaha ini semakin tinggi.

Untuk kegiatan usaha kos-kosan terbesar berada di Desa Caturtunggal dengan nilai rata-rata Rp 139.468/m2/tahun. Sama seperti Desa Condongcatur Di desa ini terkonsentrasi pusat pendidikan perguruan tinggi sehingga jasa kos-kosan berkembang pesat di desa ini. Namun secara aksesibilitas Desa Caturtunggal lebih dekat dengan pusat kota sehingga para penyewa rumah kos-kosan lebih memilih menyewa di desa ini dengan kelengkapan fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan fasilitas usaha kos-kosan di Desa Condongcatur. Hal ini meyebabkan nilai

(14)

tingginya output di desa ini sehingga nilai land rent jasa kos-kosan lebih tinggi dari Desa Condongcatur.

Nilai land rent Penggunaan lahan dengan peruntukan rumah tinggal terbesar pada Desa Condongcatur diikuti Desa Caturtunggal dan Maguwoharjo.

Nilai land rent rata-rata untuk rumah tinggal sebesar Rp 7.675/m2/tahun di Desa Condongcatur dan Rp 5.361/m2/tahun di Desa Caturtunggal. Nilai ini lebih besar dari Desa Maguwoharjo karena letaknya yang lebih strategis yang mempengaruhi tingginya nilai NJOP untuk rumah tinggal di kedua desa ini. Sedangkan di Desa Maguwoharjo nilai land rent rata-rata untuk rumah tinggal sebesar Rp 3.471/m2/tahun. Hal ini karena lahan tebangun di Desa Maguwoharjo sebagian besar digunakan untuk rumah tinggal dengan kondisi fisik bangunan yang lebih sederhana sehingga nilainya paling rendah dibandingkan dengan dua desa lainnya di Kecamatan Depok.

5.4. Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun dengan Peta RTRW

Dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Sleman tahun 2005-2014 Kecamatan Depok diperuntukkan sebagai kawasan perkotaan karena berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta sehingga letak dan aksebilitasnya akan mendukung perencanaan ruang Kabupaten dan Provinsi. Dalam jangka panjang, arahan pengembangan Kecamatan Depok beserta beberapa kecamatan lain di Kabupaten Sleman yang berbatasan langsung dengan kota Yogyakarta adalah sebagai pusat pengembangan pendidikan, tempat jasa dan perdagangan skala regional maupun nasional, serta penyedia jasa pelayanan kepariwisataan.

Seperti yang disajikan dalam Gambar 16 perencanaan budidaya dalam RTRW Kabupaten Sleman sangat berkaitan dengan penggunaan lahan sawah irigasi. Dalam perencanaan tersebut Kecamatan Depok dibagi dalam 2 kawasan budidaya, yakni budidaya pertanian dan budidaya non pertanian. Budidaya pertanian berupa kawasan budidaya pertanian daerah sub urban/urban yang sebagian besar berada di Desa Maguwoharjo sedangkan budidaya non pertanian yaitu sebagai pemukiman, sebagian besar kawasan ini berada di Desa Caturtunggal.

(15)

Gambar 16. Peta Arahan RTRW Kecamatan Depok

Grafik kesesuaian pengalokasian penggunaan lahan di Kecamatan Depok dengan RTRW Kabupaten Sleman tersaji dalam Gambar 17 dan Tingkat Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan Setiap Desa dengan RTRW tersaji dalam Tabel 6. Gambar 17 menunjukkan tingkat kesesuaian penggunaan lahan sawah irigasi dan lahan terbangun di Kecamatan Depok terhadap RTRW Kabupaten Sleman. Luas sawah irigasi sebesar 67,13% di Kecamatan Depok telah sesuai dengan RTRW sebagai kawasan lahan pertanian daerah sub urban/urban dan sebesar 32,87% peruntukannya tidak sesuai dengan RTRW yang seharusnya dijadikan kawasan perkotaan.

Dari Tabel 6 luas sawah irigasi yang tidak sesuai di Desa Condongcatur sebesar 6,55%, Desa Caturtunggal sebesar 8,48%, dan Desa Maguwoharjo seberar 17, 85%. Fenomena ini menjadikan bahwa perubahan sawah irigasi menjadi

7°48' 48'

7°47' 47'

7°46' 46'

7°45' 45'

7°44' 44'

110°22' 110°22'

110°23' 110°23'

110°24' 110°24'

110°25' 110°25'

110°26' 110°26'

110°27' 110°27'

Legenda : N

pemukiman

pertanian daerah suburban/urban

peruntukan daerah militer 500 0 500 1000 1500 Meters Sumber :

Peta RTRW Kabupaten Sleman 2005-2014

(16)

lahan terbangun masih memiliki peluang yang cukup tinggi, Namun demikian keberadaan sawah irigasi yang ada saat ini disarankan untuk tetap dipertahankan

Gambar.17 Grafik Kesesuaian Penggunaan Lahan di Kecamatan Depok dengan RTRW

Tabel 6. Tingkat Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan Setiap Desa dengan RTRW

Penggunaan Lahan Desa

Perkotaan

Pertanian daerah subruban/urban

Ha % Ha %

Sawah irigasi Condongcatur 38,6 6,55 81,3 13,79

Caturtunggal 50 8,48 112,1 19,01

Maguwoharjo 105,2 17,85 202,4 34,33

Total 193,9 32,87 395,9 67,13

Lahan Terbangun Condongcatur 392,9 21,24 167,1 9,04

Caturtunggal 649,6 35,13 84 4,54

Maguwoharjo 339,9 18,38 215,8 11,67

Total 1382,3 74,75 466,9 25,25

Keterangan : % berdasarkan luas sawah irigasi dan lahan terbangun di kecamatan Depok

agar dapat memenuhi swasembada pangan walaupun dalam RTRW dialokasikan untuk perkotaan. Luas lahan terbangun di Kecamatan Depok sebesar 74,75%

peruntukannya telah sesuai dengan RTRW yaitu sebagai kawasan perkotaan, dan sebesar 25,25% peruntukannya tidak sesuai dengan RTRW, yang mana lahan ini merupakan alih fungsi dari lahan pertanian.

0 100 200 300 400

Luas (ha)

Sawah Irigasi

Tidak Sesuai Sesuai

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Luas (ha)

Lahan Terbangun Sesuai Tidak Sesuai

(17)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Nilai land rent sawah irigasi di Kecamatan Depok memiliki rata-rata sebesar Rp 2181,79/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 612/m2/tahun sampai dengan Rp 3576/m2/tahun. Nilai land rent rata-rata lahan terbangun di Kecamatan Depok sebesar Rp 945.341/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 3.436/m2/tahun sampai dengan Rp 7.116.667/m2/tahun.

2. Sebaran nilai land rent sawah irigasi :

-

Di Desa Maguwoharjo rata-rata nilai land rent Rp 3.277/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 2.988/m2/tahun sampai dengan Rp 3.576/m2/tahun. Desa ini menerapkan pola tanam padi-bawang merah- padi.

-

Di Desa Condongcatur rata-rata nilai land rent Rp 878/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 612/m2/tahun sampai dengan Rp 1.087/m2/tahun. Desa ini menerapkan pola tanam padi-bera-padi.

-

D

i

Desa Caturtunggal rata-rata nilai land rent Rp 846/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 612/m2/tahun sampai dengan Rp 1424/m2/tahun. Desa in imenerapkan pola tanam padi-bera-padi.

3. Sebaran nilai land rent lahan terbangun :

-

Di Desa Caturtunggal rata-rata nilai land rent Rp 1.387.184/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 3.484/m2/tahun sampai dengan Rp 7.116.667/m2/tahun.

-

Di Desa Condongcatur rata-rata nilai land rent Rp 917.852/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 5.081/m2/tahun sampai dengan Rp 5.282.000/m2/tahun.

-

Di Desa Maguwoharjo rata-rata nilai land rent Rp 359.462/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 6.467/m2/tahun sampai dengan Rp 1.394.286/m2/tahun.

4. Nilai land rent lahan terbangun di Kecamatan Depok berdasarkan jenis usaha :

(18)

-

Nilai land rent usaha foto copy rata- rata sebesar Rp 2.343.423/m2/tahundengan variasi sebesar Rp 287.500/m2/tahun sampai dengan Rp 5.282.000/m2/tahun.

-

Nilai land rent usaha warung makan rata-rata sebesar Rp 1.570.627/m2/tahun dengan variasi sebesar Rp 218.824/m2/tahun sampai dengan Rp 7.116.667/m2/tahun.

-

Nilai land rent rata-rata jasa kos-kosan sebesar Rp 111.579/m2/tahun dengan variasi sebesar Rp 52.775/m2/tahun sampai dengan Rp 192.000/m2/tahun.

-

Nilai land rent rumah tinggal rata-rata sebesar Rp 5.948/m2/tahun dengan variasi sebesar Rp 3.436/m2/tahun sampai dengan Rp 12.480/m2/tahun.

5. Sawah irigasi di Kecamatan Depok seluas 193,9 hektar (32,87 %) peruntukannya tidak sesuai dengan RTRW dengan kata lain belum mengalami alih fungsi lahan yang seharusnya dijadikan kawasan perkotaan, sedangkan seluas 395,9 (67,13%) peruntukannya telah sesuai dengan RTRW sebagai kawasan lahan pertanian daerah sub urban/urban.

Lahan terbangun di Kecamatan Depok seluas 1382,3 hektar (74,75% ) peruntukannya telah sesuai sebagai kawasan perkotaan, sedangkan sebesar 466,9 hektar (25,25%) peruntukannya tidak sesuai karena lahan ini telah mengalami alih fungsi lahan yang seharusnya diperuntukkan sebagai lahan pertanian daerah sub urban/urban.

6.2. Saran

1. Ketidaksesuaian pengalokasian penggunaan lahan denagn RTRW Kabupaten Sleman yang terjadi pada sawah irigasi yang belum beralih fungsi menjadi lahan perkotaan diusahakan untuk dipertahankan, karena kebututan lahan terbangun perkotaan yang luasnya telah direncanakan sudah terpenuhi dari ketidaksesuaian lahan terbangun yang telah mengalami alih fungsi dari lahan pertanian sehingga untuk mempertahankan lahan sawah yang ada dapat diterapkan sistem barter dengan mempertimbangkan luas dari tingkat ketidaksesuaiannya.

(19)

2. Perlu diadakan penelitian lanjutan tentang perubahan penggunaan lahan yang disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian, serta perlu dilakukannya tindakan agar lahan pertanian tidak beralih fungsi semua ke lahan non pertanian dimana campur tangan pemerintah kecamatan Depok melalui peraturan-peraturannya sangat diperlukan.

Referensi

Dokumen terkait

Kako se mehanička svojstva vlaknima ojačanih kompozita mijenjaju ovisno o vrsti i svojstvima gradbenih komponenti, o usmjerenosti vlakana, načinu ojačanja matrice te

Hal ini ditunjukan oleh peningkatan berat badan kelompok KP dan MEMS yang tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol setelah masa replesi (Tabel 2). Tokoferol Plasma

DEPARTMENT OF SUNNI THEOLOGY ALIGARH MUSLIM UNIVERSITY. ALIGARH (INDIA)

Dari Grafik pengujian permeabilitas laboratorium untuk campuran 10% abu sekam padi, didapatkan hasil kesimpulkan yang sama bahwa semakin lama waktu pengujian nilai

Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia yang memiliki permasalahan dari aspek fisik, psikis dan sosial di RT.1 RW.1 Kelurahan Andalas

Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti dan merupakan data yang bisa diolah dan belum diolah pihak lain yang diperoleh melalui wawancara

Untuk mengetahui pengaruh waktu perendaman air kelapa pada tempe biji kecipir terhadap kadar protein dan nilai organoleptik dan mengetahui berapa lama waktu

3. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh