commit to user
EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PENYAMPAIAN LAPORAN SPT MASA PPN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK JENIS USAHA
INDUSTRI, JASA, DAN PERDAGANGAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOYOLALI
TUGAS AKHIR
Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Mencapai Derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh : Beny Kristanto
F3409016
PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii ABSTRACT
EVALUATION OF COMPLIANCE WITH THE SUBMISSION OF REPORT SPT PERIOD VAT TAXABLE ENTREPRENEURS TO
TYPE OF BUSINESS INDUSTRY, SERVICES, AND TRADE IN SERVICES TAX OFFICE PRATAMA BOYOLALI
BENY KRISTANTO F3409016
The purpose of this study was to find out the level of compliance in the Taxable Period obligation to submit the Notice of Value Added Tax at the Office of Primary KPP Boyolali.
Data analysis methods used are qualitative and quantitative methods.
Methods of quantitative approaches used to calculate the highest level of compliance in VAT during the period of submission of tax return in 2011 is the type of service business that is an average of 70.62% and the lowest compliance rate is the type of industrial enterprises by 60.46%.
Besides, there are many taxpayers who violate the rules and dereliction of duty taxation should therefore Pratama The Tax Office to supervise and enforce the law to taxpayers in terms of its obligation to report SPT Boyolali Primary Tax Office needs to take a survey and return to the status of the Taxpayer or Taxable were deemed no longer able to meet tax obligations, so the Taxable amount listed on the Tax Office Primary Boyolali really Taxable effective.
Key words: Evaluation, Level of Compliance, Report Period SPT Period VAT
commit to user iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas Akhir dengan judul “EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PENYAMPAIAN LAPORAN SPT MASA PPN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK JENIS USAHA INDUSTRI, JASA, DAN PERDAGANGAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOYOLALI” telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan guna mencapai derajat Ahli Madya Program DIII Perpajakan FE UNS.
Surakarta, Agustus 2012 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing
Taufiq Arifin, SE., M. SC.
NIP. 19821011 200912 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Tugas Akhir Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat- syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Perpajakan
Surakarta, 2012 Tim Penguji Tugas Akhir
1.Drs. Hanung Triatmoko, MSi., Ak ( ) NIP. 19661028 199203 1 001
Dosen Penguji
2. Taufiq Arifin, SE., M. SC. ( ) NIP. 19821011 200912 1 004
Dosen Pembimbing
commit to user v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
· Sebesar masalah apa yang kita hadapi, tidak lebih besar Kuasa Tuhan yang sanggup menolong. (Penulis)
· Karena masa depan sungguh ada, maka harapanmu tidak akan hilang.(Amsal 23:18)
· Sebab itu janganlah kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. (Matius 6:34)
PenulismempersembahkanTugasAkhirinikepada:
1. Tuhan Yesus Kristus
2. Bapak Ibuku dan Keluarga Besarku tersayang
3. Seseorang yang menjadi motivasi dan inspirasiku
4. Dosen-dosen yang telah membimbingku 5. Teman-temanku
6. Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera,
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PENYAMPAIAN LAPORAN SPT MASA PPN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK JENIS USAHA INDUSTRI, JASA, DAN PERDAGANGAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOYOLALI”. Adapun Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus Juru Selamatku yang selalu melimpahkan berkat karunia-Nya.
2. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. HanungTriatmoko, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Taufiq Arifin, SE., M. SC selaku Pembimbing Tugas Akhir yang telah
memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
commit to user vii
5. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang selama ini telah memberikan ilmu kepada penulis.
6. Bapak Indra Susila, selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
7. Seluruh karyawan di bagian pelayanan Fakultas Ekonomi yang turut melayani sepenuh hati kepada penulis.
8. Buat keluarga terimakasih telah banyak atas doa dan dukungannya.
9. Buat Credo, Kenia, Dipta, terutama Ratih yang menjadi penolong masa depanku.
10. Seluruh teman-teman Perpajakan 2009 terima kasih atas kerjasamanya.
11. Semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan yang ada dalam penulisan Tugas Akhir ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Agustus 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRACT ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I: PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 1
1. Sejarah dan Perkembangan KPP Pratama Boyolali... 1
2. Struktur Organisasi KPP Pratama Boyolali ... 4
3. Visi dan Misi Direktorat Jendral Pajak... 7
B. Latar Belakang Masalah ... 8
C. Perumusan Masalah ... 12
D. Tujuan Penelitian... 12
E. Manfaat Penelitian ... 13
F. Teknik Analisis Data... 14
BAB II: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka ... 16
commit to user ix
B. Analisis Data dan Pembahasan... 27 BAB III: TEMUAN
A. Kelebihan ... 41 B. Kelemahan ... 42 BAB IV :PENUTUP
A. Simpulan ... 43 B. Rekomedasi ... 44 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
DAFTAR TABEL
Halaman
II.1 Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Bulan Januari Tahun 2011……….. ... 28 II.2 Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Bulan Februari Tahun 2011……….. ... 29 II.3 Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Bulan Maret Tahun 2011……….. ... 29 II.4 Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Bulan April Tahun 2011……….. ... 30 II.5 Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Bulan Mei Tahun 2011……….. ... 31 II.6 Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Bulan Juni Tahun 2011……….. ... 31 II.7 Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Bulan Juli Tahun 2011……….. ... 32 II.8 Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Bulan Agustus Tahun 2011……….. ... 32 II.9 Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Bulan September Tahun 2011……….. ... 33 II.10 Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Bulan Oktober Tahun 2011………... 33 II.11 Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Bulan November Tahun 2011………... 34 II.12 Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Bulan Desember Tahun 2011……….. ... 35 II.13 Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Tahun 2011……….. ... 35
commit to user xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan Tugas Akhir
2. Surat Keterangan Telah Melakukan Kegiatan Magang Kerja 3. Lembar Penilaian Kegiatan Magang Kerja
4. Lembar Absensi Kegiatan Magang
5. Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ABSTRAK
EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PENYAMPAIAN LAPORAN SPT MASA PPN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK JENIS USAHA INDUSTRI, JASA, DAN PERDAGANGAN DI KANTOR PELAYANAN
PAJAK PRATAMA BOYOLALI BENY KRISTANTO
F3409016
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui besarnya tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai di Kantor KPP Pratama Boyolali.
Metode analisis data yang digunakan yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk menghitung Tingkat kepatuhan tertinggi dalam penyampaian SPT Masa PPN selama tahun 2011 adalah jenis usaha jasa yaitu rata-ratanya sebesar 70,62% dan tingkat kepatuhan terendah adalah pada jenis usaha industri sebesar 60,46%.
Disamping itu masih banyak Wajib Pajak yang melanggar peraturan dan melalaikan kewajiban perpajakannya oleh karena itu sebaiknya Pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama melakukan pengawasan dan penegakkan hukum kepada Wajib Pajak dalam hal kewajibannya melaporkan SPT Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali serta perlu mengadakan pemerikasaan kembali terhadap keadaan Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang dirasa sudah tidak mampu lagi untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, sehingga jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali benar-benar Pengusaha Kena Pajak yang efektif.
Kata kunci: Evaluasi, Tingkat Kepatuhan, Laporan SPT Masa PPN
commit to user
ii
ABSTRACT
EVALUATION OF COMPLIANCE WITH THE SUBMISSION OF REPORT SPT PERIOD VAT TAXABLE ENTREPRENEURS TO TYPE OF BUSINESS INDUSTRY, SERVICES, AND TRADE IN SERVICES TAX
OFFICE PRATAMA BOYOLALI BENY KRISTANTO
F3409016
The purpose of this study was to find out the level of compliance in the Taxable Period obligation to submit the Notice of Value Added Tax at the Office of Primary KPP Boyolali.
Data analysis methods used are qualitative and quantitative methods.
Methods of quantitative approaches used to calculate the highest level of compliance in VAT during the period of submission of tax return in 2011 is the type of service business that is an average of 70.62% and the lowest compliance rate is the type of industrial enterprises by 60.46%.
Besides, there are many taxpayers who violate the rules and dereliction of duty taxation should therefore Pratama The Tax Office to supervise and enforce the law to taxpayers in terms of its obligation to report SPT Boyolali Primary Tax Office needs to take a survey and return to the status of the Taxpayer or Taxable were deemed no longer able to meet tax obligations, so the Taxable amount listed on the Tax Office Primary Boyolali really Taxable effective.
Key words: Evaluation, Level of Compliance, Report Period SPT Period VAT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah dan Perkembangan KPP Pratama Boyolali
Upaya pemerintah melalui Kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan kinerja pelayanan perpajakan kepada masyarakat salah satunya pada tahun 2005 mulai membentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama yang merupakan penggabungan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Kantor Pemeriksaan dan Penyelidikan Pajak (KARIKPA). Namun walau telah digabungkan menjadi satu, tugas pokok yang melekat pada masing- masing kantor tetap terakomodasi. Karakteristik utama yang diunggulkan dari KPP Pratama adalah pelayanan pada satu unit, yang pada awalnya terpisah yakni berupa pelayanan untuk Pajak, PBB, dan Pemeriksaan/penyidikan pajak. Sistem administrasi tidak lagi berdasar jenis pajak, melainkan berdasarkan fungsi. Segmen Wajib Pajak yang dikelola oleh KPP Pratama ini adalah segmen Wajib Pajak kecil yang terbagi atas wilayah-wilayah tertentu yang pengawasannya dilakukan oleh Account Representative.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Boyolali dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 55/
PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan
commit to user
Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak dan mulai beroperasi pada tanggal 30 Oktober 2007 sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP- 141/PJ/2007 tanggal 03 Oktober 2007 tentang Penerapan Organisasi dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Penyuluhan, Pelayanan dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta. KPP Pratama Boyolali beralamat di Jalan Raya Solo – Boyolali Km. 24 Mojosongo Boyolali
Wilayah kerja KPP Pratama Boyolali meliputi Kabupaten Boyolali. Sebelumnya di Boyolali telah berdiri Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) Boyolali yang menangani administrasi PBB dan BPHTB yang wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Boyolali dan Kabupten Sragen. Sedangkan untuk administrasi PPh, PPn, PPnBM dan PTLL untuk wilayah Kabupaten Boyolali pada saat itu ditangani oleh KPP Surakarta.
Sehubungan dengan modernisasi Direktorat Jenderal Pajak yang
diikuti dengan reorganisasi di lingkungan DJP Departemen Keuangan
Republik Indonesia, dimana bertujuan untuk menggabungkan fungsi kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
instansi vertikal di lingkungan DJP yaitu KPP, KP PBB, Karikpa (Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak) serta KP4 (Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan) menjadi KPP Pratama dan KP2KP (Kantor Penyuluhan, Pelayanan dan Konsultasi Perpajakan), maka dibentuk KPP Pratama Boyolali yang merupakan pecahan dari KPP Surakarta. Dengan dibentuknya KPP Pratama maka penanganan administrasi Pajak Pusat yang terdiri PBB dan BPHTB, PPh, PPN, PPnBM dan PTLL digabung menjadi satu kantor.
Wilayah kerja KPP Pratama Boyolali meliputi Kabupaten Boyolali, yang letak geografisnya antara 110
022’ – 110
050’ Bujur Timur dan 7
036’ – 7
071’ Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 75 s.d. 1500 meter di atas permukaan laut. Batas-batas Wilayah Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang.
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo.
c. Sebelah selatan Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang.
Luas Kabupaten Boyolali adalah 101.510,1955 Ha yang terdiri
dari tanah sawah seluas 22.946,6594 Ha dan tanah kering 78.563,5361
Ha. Kabupaten Boyolali terdiri dari 19 kecamatan, yaitu:
commit to user a. Kecamatan Boyolali
b. Kecamatan Mojosongo c. Kecamatan Teras d. Kecamatan Banyudono e. Kecamatan Sawit f. Kecamatan Sambi g. Kecamatan Ngemplak h. Kecamatan Simo i. Kecamatan Nogosari j. Kecamatan Klego k. Kecamatan Andong l. Kecamatan Karanggede m. Kecamatan Wonosegoro n. Kecamatan Kemusu o. Kecamatan Juwangi p. Kecamatan Ampel q. Kecamatan Musuk r. Kecamatan Cepogo s. Kecamatan Selo
2. Struktur Organisasi KPP Pratama Boyolali
Susunan organisasi KPP Pratama Boyolali adalah sebagai berikut:
a. Kepala Kantor
b. Subbagian Umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
c. Seksi PDI d. Seksi Pelayanan e. Seksi Penagihan
f. Seksi Pemeriksaan
g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Untuk lebih jelas, struktur organisasi KPP Pratama Boyolali dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
Deskripsi Tugas Jabatan Struktural a. Kepala Kantor
Tugas dari seorang kepala kantor adalah mengelola pelaksanaan, penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang perpajakan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Subbagian Umum
Tugas yang dilaksanakan bagian umum diantaranya melaksanakan pelayanan kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga, serta perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.
c. Seksi PDI
Kegiatan yang dilakukan oleh seksi PDI adalah pengumpulan,
pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen
commit to user
perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing serta penyiapan laporan kinerja.
d. Seksi Pelayanan
Tugas pada seksi pelayanan antara lain melaksanakan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, dan kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
e. Seksi Penagihan
Kegaiatan yang dilaksanakan oleh seksi penagihan antara lain menatausahakan urusan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai ketentuan yang berlaku.
f. Seksi Pemeriksaan
Kegiatan yang dilakukan oleh seksi pemeriksaan diantaranya menyusun rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan pajak lainnya.
g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Tugas dari seksi ektensifikasi perpajakan adalah melaksanakan
pengamatan potensi perpajakan, pencarian data dari pihak ketiga,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Tugas yang dilaksanakan oleh seksi pengawasan dan konsultasi antara lain melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
3. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak a. Visi:
Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.
b. Misi:
Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang
Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi
perpajakan yang efektif dan efisien.
commit to user
Nilai yang diterapkan dalam Direktorat Jenderal Pajak adalah:
a. Integritas
Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan menepati janji.
b. Profesionalisme
Memiliki kompetensi dibidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma- norma profesi, etika dan sosial.
c. Inovasi
Memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan/atau alternatif pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku.
d. Teamwork
Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang atau pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan.
B. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi hukum
yang berlandaskan pada Undang-Undang Dasar 1945 dan berasaskan
Pancasila. Adapun salah satu tujuan bangsa Indonesia berdasarkan
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
umum, untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu tujuan caranya adalah dengan melaksanakan pembangunan nasional di seluruh Indonesia.
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pembangunan nasional yang telah dan akan terus dilaksanakan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Hal ini akan mempengaruhi keadaan ekonomi dan sosial yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia, tetapi juga menimbulkan dorongan dan tuntutan untuk mengadakan modernisasi disegala bidang kehidupan masyarakat. Untuk mencapai pembangunan nasional tersebut, diperlukan dana yang besar dan kerjasama yang baik sebagai pencerminan kegotongroyongan nasional.
Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sumber penerimaan negara terbesar adalah dari sektor perpajakan. Oleh karena itu, pengoptimalan penerimaan pajak sangat diperlukan untuk menyediakan pendanaan yang memadai bagi pembangunan.
Salah satu jenis pajak yang mempunyai peranan penting dalam
pemasukan uang negara adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak ini
dikenakan terhadap pertambahan nilai yang timbul akibat dipakainya faktor-
faktor produksi di setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan,
menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan
kepada konsumen.
commit to user
Pengusaha Kena Pajak (PKP) bertanggungjawab dalam proses pemungutan hingga pelaporan PPN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Undang-Undang KUP), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaporan SPT Masa PPN oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah sebagai berikut:
1. PKP harus mengambil sendiri formulir SPT Masa PPN ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)
2. Setiap PKP wajib mengisi dan menyampaikan SPT Masa PPN dengan benar, lengkap, dan jelas serta menandatanganinya.
3. SPT Masa PPN ditandatangani oleh PKP atau orang yang diberi kuasa menandatangani sepanjang dilampiri dengan surat kuasa khusus.
4. Wajib pajak harus menyetorkan SSP lembar pertama dan ketiga serta lampiran-lampiran lain yang berkaitan dengan data yang telah diisi.
5. Penyampaian SPT masa PPN dilakukan secara langsung ke KPP tempat PKP dikukuhkan atau KP2KP atau tempat lain yang ditetapkan Direktur Jendral Pajak.
6. Petugas KPP yang menerima SPT dua rangkap, SSP lembar pertama dan ketiga, serta lampiran lainnya yang berkaitan dengan data pada SPT Tahunan, kemudian akan diperiksa kelengkapan dan kebenarannya.
Setelah dirasa benar, maka petugas akan mencap dan memaraf laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
SPT masa tersebut. Kemudian lembar SPT masa PPN rangkap satu, SSP, dan lampiran digunakan sebagai arsip kantor.
7. Wajib pajak yang menerima SPT masa PPN rangkap satu, SSP lembar pertama, dan tanda terima lembar satu akan menyimpannya sebagai bukti bila nanti terjadi pemeriksaan pajak dari pihak fiskus.
SPT masa PPN berfungsi sebagai sarana bagi PKP untuk
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN yang terutang dan
melaporkan tentang pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran dan
pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan melalui
pihak lain dalam suatu masa pajak. Pengusaha yang berstatus sebagai
pemungut PPN juga diwajibkan melaporkan PPN yang telah dipungut dengan
menggunakan formulir SPT masa PPN untuk Pemungut PPN. Peranan PKP
dalam pemungutan, penyetoran sampai dengan pelaporan sangat penting
dalam pengelolaan uang negara, sehingga pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengetahui tingkat kepatuhan penyampaian laporan SPT Masa PPN
bagi Pengusaha Kena Pajak diwilayah kerja KPP Boyolali. Pada karya ilmiah
ini penulis meneliti tingkat kepatuhan tiap jenis usaha meliputi jenis usaha
industri, jasa, perdagangan dan menganalisa tingkat kepatuhan serta masalah
yang timbul di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali dalam rangka
melakukan pengawasan serta langkah-langkah yang dapat diambil dalam
mengatasi masalah tersebut. Melalui karya ilmiah ini dapat diketahui tingkat
kepatuhan pelaporan SPT Masa PPN bagi PKP, sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kepatuhan pelaporan SPT masa
commit to user
PPN ditahun yang akan mendatang. Dari latar belakang tersebut penulis
mengangkat judul “EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN
PENYAMPAIAN LAPORAN SPT MASA PPN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK JENIS USAHA INDUSTRI, JASA, DAN PERDAGANGAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOYOLALI.”
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang akan dibahas untuk penulisan Tugas Akhir yaitu sebagai berikut:
1. Seberapa besar tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak jenis usaha industri, jasa, dan perdagangan dalam penyampaian laporan SPT Masa PPN di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali?
2. Kendala apa yang dihadapi dalam penyampaian laporan SPT Masa PPN di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali?
3. Langkah-langkah apa sajakah yang harus diambil untuk meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak PPN di wilayah Boyolali?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah penulis
uraikan diatas, maka tujuan yang telah ditetapkan untuk penulisan ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1. Untuk mengetahui besarnya tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak jenis usaha industri, jasa, dan perdagangan dalam penyampaian laporan SPT Masa PPN di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali.
2. Sebagai bahan evaluasi dalam upaya meningkatkan tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak jenis usaha industri, jasa, dan perdagangan dalam penyampaian laporan SPT Masa PPN di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali
3. Untuk mencari solusi agar kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT masa PPN semakin meningkat serta memperdalam wawasan penulis dalam bidang perpajakan khususnya mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat penulis ambil dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah:
1. Bagi Penulis
Mempraktekkan ilmu yang diperoleh dari pelajaran yang telah diajarkan dosen atau pengajar ke dalam dunia nyata yang dituangkan melalui karya ilmiah dan menambah pengetahuan di bidang perpajakan.
2. Bagi Objek Penelitian
Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja, sehingga dapat
menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam
memperbaiki kinerja di KPP Pratama Boyolali.
commit to user 3. Bagi Pihak Lain
Dapat dijadikan bacaan yang berguna dan dapat memberikan suatu tambahan pengetahuan, bahan pertimbangan serta menjadi dasar penelitian selanjutnya.
F. Teknik Analisis Data 1. Objek Penelitian
Objek Penelitian pada penulisan ini berlokasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali
2. Sumber Data
Dalam menyusun tugas akhir ini, penulis memerlukan data-data yang terbagi atas dua macam, meliputi:
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan wawancara (Suparmoko, 1997).
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh langsung dengan
mempelajari buku-buku, leteratur, makalah, Undang-undang, surat
putusan, dan buku-buku terkait, data sekunder bersifat melengkapi
data primer dan digunakan sebagai landasan teori untuk memecahkan
masalah (Wardani, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan analisis kuantitatif dan analisi kualitatif.
a. Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan data berupa angka atau rumus-rumus statistik (Djarwanto, 2001).
b. Analisis kualitatif adalah analisis menggunakan dasar pertimbangan
yang umum. Proses analisa data yang tidak dinyatakan dalam bentuk
angka atau tidak menggunakan rumus statistik.
commit to user 16 BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka 1. Pajak
a. Pengertian Pajak
Pajak adalah kontibusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa dan berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya keperluan rakyat (Sumarsan, 2010).
Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan
ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan
yang memberikan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi
tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk
memelihara kesejahteraan secara umum (Resmi, 2007). Pajak adalah
iuran kepada negara (dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubungan dengan tugas negara yang menjalankan pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(Waluyo, 2010). Sedangkan pengertian pajak menurut Smeets, pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma- norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah (Suandy, 2002).
Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pajak, adalah sebagai berikut:
1) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaanya.
2) Iuran dari rakyat kepada negara yang dapat dipaksakan.
3) Dalam pembayaran pajak tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) individual oleh pemerintah.
4) Pajak digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
b. Fungsi Pajak
Pajak memiliki dua fungsi yaitu : 1) Fungsi pembiayaan (budgetair)
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2) Fungsi mengatur (regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Pajak
commit to user
juga digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
c. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut.
1) Syarat keadilan merupakan syarat yang sesuai dengan tujuan hukum yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil.
2) Syarat yuridis adalah pemungutan pajak berdasarkan undang- undang sebagaimana diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2, hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, bagi negara maupun warganya.
3) Syarat ekonomis merupakan syarat yang pemungutan pajaknya tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
4) Syarat finansiil yaitu syarat yang biaya pemungutan pajaknya harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana, dimana sistem tersebut
membuat masyarakat lebih mudah memenuhi kewajiban
perpajakannya, dan tidak mengalami kesulitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
d. Kedudukan Hukum Pajak
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH., hukum pajak mempunyai kedudukan diantara hukum-hukum sebagai berikut (Mardiasmo, 2008):
1) Hukum perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya.
2) Hukum publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Hukum ini dapat dirinci lagi sebagai berikut:
a) Hukum Tata Negara
b) Hukum Tata Usaha (Hukum Administratif) c) Hukum Pajak
d) Hukum Pidana
Dengan demikian kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik (Mardiasmo, 2008).
e. Pengelompokan Pajak
Adapun pengelompokkan pajak dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Menurut golongannya:
a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
b) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
commit to user 2) Menurut Sifatnya:
a) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
b) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
3) Menurut lembaga pemungutnya:
a) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contohnya adalah Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
b) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contohnya Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Reklame, Pajak Restoran, Pajak Hiburan.
2. Pajak Pertambahan Nilai a. Dasar Hukum
Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai adalah Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen.
c. Subyek Pajak Pertambahan Nilai Pengusaha Kena Pajak
1) Pengusahan Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan penyerahan Jasa Kena Pajak.
2) Pengusaha Kecil yang memilih dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha Kecil adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp600.000.000,00 dalam satu tahun.
3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak berwujud dan dari luar Daerah Pabean.
4) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan pembangunan rumahnya sendiri dengan persyaratan tertentu.
5) Pemungut Pajak yang ditunjuk oleh pemerintah, yang terdiri atas Kantot Perbendaharaan Negara, Bendahara Pemerintah Pusat dan Daerah, termasuk Bendahara Proyek
d. Obyek Pajak Pertambahan Nilai
Pajak pertambahan nilai dikenakan atas:
commit to user
1) Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha, yang harus memenuhi syarat:
a) Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak.
b) Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak tidak berwujud.
c) Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.
d) Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha dan pekerjaan.
2) Impor Barang Kena Pajak
3) Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha harus memenuhi syarat-syarat:
a) Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak.
b) Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.
c) Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau kegiatan pengusaha yang bersangkutan.
4) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean.
5) Penyerahan Jasa Kena Pajak di luar Daerah Pabean.
6) Ekspor Barang Kena Pajak berwujud dan tidak berwujud, serta ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
7) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan
usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
8) Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan, semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan.
e. Mekanisme Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
1) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai dari pembeli dengan membuat Faktur Pajak.
2) Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak Keluaran bagi Pengusaha Kena Pajak penjual Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak, yang sifatnya sebagai pajak yang harus dibayar (terutang pajak).
3) Pada waktu Pengusaha Kena Pajak diatas melakukan pembelian/
perolehan Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Pertambahan Nilai tersebut merupakan Pajak Masukan yang sifatnya sebagai pajak yang dibayar dimuka, sepanjang Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak yang dibeli tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.
4) Untuk setiap masa pajak, apabila Pajak Keluaran lebih besar dari
pada Pajak Masukan, selisihnya harus disetor ke kas negara, dan
apabila jumlah Pajak Masukan lebih besar dari Pajak Keluaran,
selisihnya dapat direstitusi atau dikompensasi ke masa pajak
berikutnya.
commit to user
5) Pengusaha Kena Pajak wajib menyampaikan laporan Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai setiap bulan (Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai) ke Kantor Pelayanan Pajak terkait.
f. Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah harga jual atau penggantian atau nilai impor atau nilai ekspor atau nilai lain yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar menghitung pajak terutang. Jenis Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah:
1) Harga Jual
Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut undang-undang dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
2) Penggantian
Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa
Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan potongan
harga yang tercantum dalam faktur pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3) Nilai impor
Nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk ditambah pungutan, dikenakan sesuai undang-undang pavean tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
4) Nilai Ekspor
Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.
g. Tarif Pajak Pertambahan Nilai
1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% (sepuluh persen) 2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak
sebesar 0% (nol persen).
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean. Oleh karena itu, Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang diekspor atau dikonsumsi di luar Daerah Pabean, dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0% (nol persen). Pengenaan tarif 0% (nol persen) bukan berarti pembebasan dari Pajak Pertambahan Nilai. Namun, Pajak Masukan yang telah dibayar atas ekspor tetap dapat dikreditkan. Ketentuan ini berlaku juga bagi Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
h. Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai
Berdasarkan undang-undang Pajak Pertambahan Nilai dapat
diuraikan sebagai berikut:
commit to user
1) Secara umum Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak penjual, dan pembeli Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak wajib membayar kepada Pengusaha Kena Pajak penjual sebesar harga jual ditambah Pajak Pertambahan Nilai yang terutang.
2) Namun apabila yang bertindak sebagai pembeli Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak tersebut berstatus sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai (Pembeli Khusus), Pajak Pertambahan Nilai yang terutang tidak dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak, melainkan disetor langsung ke kas negara oleh pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut. Pembeli khusus terdiri dari:
a) Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara serta Bendaharawan Pemerintah (Pusat/ Daerah) yang dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
b) Pertamina
c) Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah, termasuk Bank Pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah.
d) Perusahaan Kontrak Karya dan Kontak Bagi Hasil
Pertambangan atau Pengeboran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
i. Cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai
Cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang adalah dengan tarif 10% atau 0% untuk ekspor Barang Kena Pajak, dengan rumus:
Pajak Pertambahan Nilai= Tarif Pajak Dasar Pengenaan Pajak.
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Besar tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak yang bergerak di sektor industri, perdagangan, dan jasa dalam kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai di KPP Pratama Boyolali
Tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai diperoleh dari laporan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. Untuk lebih mengetahui informasi yang terdapat pada laporan pengolahan Surat Pemberitahuan, digunakan tehnik wawancara, yaitu mengajukan pertanyaan yang berhubungan tentang Pajak Pertambahan Nilai dengan Seksi Pengawasan dan Konsultasi. Tingkat kepatuhan dapat dihitung dengan rumus:
Tingkat kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai tahun 2011 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
commit to user
Boyolali disajikan dalam tabel laporan kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang menunjukkan 3 (tiga) jenis Surat Pemberitahuan Masa, yaitu:
a. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Industri b. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Jasa
c. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Perdagangan Selain jenis Surat Pemberitahuan, tabel juga menunjukkan jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar, angka tersebut merupakan angka sebenarnya jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar. Bertambahnya jumlah Pengusaha Kena Pajak jenis usaha Industri, Jasa dan Perdagangan yang terdiri atas penyampaian Surat Pemberitahuan Nihil, Surat Pemberitahuan lebih bayar, dan Surat Pemberitahuan kurang bayar tidak disertai kenaikan tingkat kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. Berikut ini adalah Laporan Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tahun 2011.
Tabel II.1
Laporan Kepatuhan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Bulan Januari Tahun 2011
Jenis SPT PKP Terdaftar
SPT Masa PPN yang disampaikan Rasio Kepatuhan Nihil Lebih (%)
Bayar
Kurang
Bayar Jumlah
Industri 55 23 7 16 46 83,64
Jasa 323 274 4 29 307 95,05
Perdagangan 166 99 8 49 156 93,98
Total 544 396 19 94 509 93,57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pada tabel II.1 tingkat kepatuhan tertinggi adalah pada Pengusaha Kena Pajak jenis usaha Jasa dengan tingkat kepatuhan sebesar 95,05% dari 323 Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan Tingkat kepatuhan terendah adalah pada Pengusaha kena Pajak jenis usaha Industri sebesar 83,64% dari 55 Pengusaha kena Pajak
Tabel II.2
Laporan Kepatuhan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Bulan Februari Tahun 2011
Jenis SPT PKP Terdaftar
SPT Masa PPN yang disampaikan Rasio Kepatuhan Nihil Lebih (%)
Bayar
Kurang
Bayar Jumlah
Industri 56 21 3 8 32 57,14
Jasa 326 258 1 15 274 84,05
Perdagangan 171 82 5 18 105 61,40
Total 553 361 9 41 411 74,32
Pada tabel II.2 tingkat kepatuhan tertinggi adalah pada Pengusaha Kena Pajak jenis usaha Jasa dengan tingkat kepatuhan sebesar 84,05% dari 326 Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan Tingkat kepatuhan terendah adalah pada Pengusaha kena Pajak jenis usaha Industri sebesar 57,14% dari 56 Pengusaha kena Pajak.
Tabel II.3
Laporan Kepatuhan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Bulan Maret Tahun 2011
Jenis SPT PKP Terdaftar
SPT Masa PPN yang disampaikan Rasio Kepatuhan Nihil Lebih (%)
Bayar
Kurang
Bayar Jumlah
Industri 82 33 8 20 61 74,39
Jasa 411 278 3 15 296 72,02
Perdagangan 217 89 7 29 125 57,60
Total 710 400 18 64 482 67,89
commit to user
Pada tabel II.3 tingkat kepatuhan tertinggi adalah pada Pengusaha Kena Pajak jenis usaha Industri dengan tingkat kepatuhan sebesar 74,39% dari 82 Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan Tingkat kepatuhan terendah adalah pada Pengusaha kena Pajak jenis usaha Perdagangan sebesar 57,60% dari 217 Pengusaha kena Pajak.
Tabel II.4
Laporan Kepatuhan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Bulan April Tahun 2011
Jenis SPT PKP Terdaftar
SPT Masa PPN yang disampaikan Rasio Kepatuhan Nihil Lebih (%)
Bayar
Kurang
Bayar Jumlah
Industri 83 26 7 17 50 60,24
Jasa 417 278 1 17 296 70,98
Perdagangan 221 90 8 32 130 58,82
Total 721 394 16 66 476 66,02
Pada tabel II.4 tingkat kepatuhan tertinggi adalah pada Pengusaha Kena
Pajak jenis usaha Jasa dengan tingkat kepatuhan sebesar 70,98% dari 417
Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan Tingkat kepatuhan terendah adalah
pada Pengusaha kena Pajak jenis usaha Perdagangan sebesar 58,82% dari
221 Pengusaha kena Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel II.5
Laporan Kepatuhan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Bulan Mei Tahun 2011
Jenis SPT PKP Terdaftar
SPT Masa PPN yang disampaikan Rasio Kepatuhan Nihil Lebih (%)
Bayar
Kurang
Bayar Jumlah
Industri 83 23 11 20 54 65,06
Jasa 418 265 4 23 292 69,86
Perdagangan 226 91 7 35 133 58,85
Total 727 379 22 78 479 65,89
Pada tabel II.5 tingkat kepatuhan tertinggi adalah pada Pengusaha Kena Pajak jenis usaha Jasa dengan tingkat kepatuhan sebesar 69,86% dari 418 Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan Tingkat kepatuhan terendah adalah pada Pengusaha kena Pajak jenis usaha perdagangan sebesar 58,85% dari 226 Pengusaha kena Pajak.
Tabel II.6
Laporan Kepatuhan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Bulan Juni Tahun 2011
Jenis SPT PKP Terdaftar
SPT Masa PPN yang disampaikan Rasio Kepatuhan Nihil Lebih (%)
Bayar
Kurang
Bayar Jumlah
Industri 84 24 6 11 41 48,81
Jasa 420 275 1 18 294 70,00
Perdagangan 230 89 13 37 139 60,43
Total 734 388 20 66 474 64,58
Pada tabel II.6 tingkat kepatuhan tertinggi adalah pada Pengusaha Kena
Pajak jenis usaha Jasa dengan tingkat kepatuhan sebesar 70,00% dari 420
Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan Tingkat kepatuhan terendah adalah
commit to user
pada Pengusaha kena Pajak jenis usaha Industri sebesar 48,81% dari 84 Pengusaha kena Pajak.
Tabel II.7
Laporan Kepatuhan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Bulan Juli Tahun 2011
Jenis SPT PKP Terdaftar
SPT Masa PPN yang disampaikan Rasio Kepatuhan Nihil Lebih (%)
Bayar
Kurang
Bayar Jumlah
Industri 86 26 6 22 54 62,79
Jasa 425 296 - 20 316 74,35
Perdagangan 235 117 7 48 172 73,19
Total 746 439 13 90 542 72,65
Pada tabel II.7 tingkat kepatuhan tertinggi adalah pada Pengusaha Kena Pajak jenis usaha Jasa dengan tingkat kepatuhan sebesar 74,35% dari 425 Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan Tingkat kepatuhan terendah adalah pada Pengusaha kena Pajak jenis usaha Industri sebesar 62,79% dari 86 Pengusaha kena Pajak.
Tabel II.8
Laporan Kepatuhan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Bulan Agustus Tahun 2011
Jenis SPT PKP Terdaftar
SPT Masa PPN yang disampaikan Rasio Kepatuhan Nihil Lebih (%)
Bayar
Kurang
Bayar Jumlah
Industri 86 25 10 20 55 63,95
Jasa 425 275 2 16 293 68,94
Perdagangan 237 108 12 34 154 64,98
Total 748 408 24 70 502 67,11
Pada tabel II.8 tingkat kepatuhan tertinggi adalah pada Pengusaha Kena
Pajak jenis usaha Jasa dengan tingkat kepatuhan sebesar 68,94% dari 425
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan Tingkat kepatuhan terendah adalah pada Pengusaha kena Pajak jenis usaha Industri sebesar 63,95% dari 86 Pengusaha kena Pajak.
Tabel II.9
Laporan Kepatuhan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Bulan September Tahun 2011
Jenis SPT PKP Terdaftar
SPT Masa PPN yang disampaikan Rasio Kepatuhan Nihil Lebih (%)
Bayar
Kurang
Bayar Jumlah
Industri 86 21 5 2 28 32,56
Jasa 427 255 2 15 272 63,70
Perdagangan 239 83 4 24 111 46,44
Total 752 359 11 41 411 54,65
Pada tabel II.9 tingkat kepatuhan tertinggi adalah pada Pengusaha Kena Pajak jenis usaha Jasa dengan tingkat kepatuhan sebesar 63,70% dari 427 Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan Tingkat kepatuhan terendah adalah pada Pengusaha kena Pajak jenis usaha Industri sebesar 32,56% dari 86 Pengusaha kena Pajak.
Tabel II.10
Laporan Kepatuhan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Bulan Oktober Tahun 2011
Jenis SPT PKP Terdaftar
SPT Masa PPN yang disampaikan Rasio Kepatuhan Nihil Lebih (%)
Bayar
Kurang
Bayar Jumlah
Industri 88 25 9 17 51 57,95
Jasa 430 109 3 33 145 33,72
Perdagangan 239 290 7 26 323 135,15
Total 757 424 19 76 519 68,56
commit to user
Pada tabel II.10 tingkat kepatuhan tertinggi adalah pada Pengusaha Kena Pajak jenis usaha Perdagangan dengan tingkat kepatuhan sebesar 135,15% dari 239 Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan Tingkat kepatuhan terendah adalah pada Pengusaha kena Pajak jenis usaha Jasa sebesar 33,72% dari 430 Pengusaha kena Pajak.
Tabel II.11
Laporan Kepatuhan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Bulan November Tahun 2011
Jenis SPT PKP Terdaftar
SPT Masa PPN yang disampaikan Rasio Kepatuhan Nihil Lebih (%)
Bayar
Kurang
Bayar Jumlah
Industri 89 26 5 22 53 59,55
Jasa 430 294 - 22 316 73,49
Perdagangan 241 91 8 59 158 65,56
Total 760 411 13 103 527 69,34
Pada tabel II.11 tingkat kepatuhan tertinggi adalah pada Pengusaha Kena
Pajak jenis usaha Jasa dengan tingkat kepatuhan sebesar 73,49% dari 430
Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan Tingkat kepatuhan terendah adalah
pada Pengusaha kena Pajak jenis usaha Industri sebesar 59,55% dari 89
Pengusaha kena Pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel II.12
Laporan Kepatuhan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Bulan Desember Tahun 2011
Jenis SPT PKP Terdaftar
SPT Masa PPN yang disampaikan Rasio Kepatuhan Nihil Lebih (%)
Bayar
Kurang
Bayar Jumlah
Industri 89 28 7 18 53 59,55
Jasa 432 288 2 18 308 71,30
Perdagangan 244 88 8 44 140 57,38
Total 765 404 17 80 501 65,49
Pada tabel II.12 tingkat kepatuhan tertinggi adalah pada Pengusaha Kena Pajak jenis usaha Jasa dengan tingkat kepatuhan sebesar 71,30% dari 432 Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan Tingkat kepatuhan terendah adalah pada Pengusaha kena Pajak jenis usaha Perdagangan sebesar 57,38% dari 244 Pengusaha kena Pajak.
Tabel II.13
Laporan Kepatuhan Penyampaian
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2011
Bulan Jumlah PKP yang terdaftar Jumlah SPT yang
disampaikan Rasio Kepatuhan
Industri Jasa Dagang Industri Jasa Dagang Industri Jasa Dagang
Jan 55 323 166 46 307 156 83,64 95,05 93,98
Feb 56 326 171 32 274 105 57,14 84,05 61,04
Mar 82 411 217 61 296 125 74,39 72,02 57,60
April 83 417 221 50 296 130 60,24 70,98 58,82
Mei 83 418 226 54 292 133 65,06 69,86 58,85
Juni 84 420 230 41 294 139 48,81 70,00 60,43
Juli 86 425 235 54 316 172 62,79 74,35 73,19
Agst 86 425 237 55 293 154 63,95 68,94 64,98
Sept 86 427 239 28 272 111 32,56 63,70 46,44
Okt 88 430 239 51 145 323 57,95 33,72 135,15
Nov 89 430 241 53 316 158 59,55 73,49 65,56
Des 89 432 244 53 308 140 59,55 71,30 57,38
Total 967 4884 2666 578 3409 1846 60,46 70,62 69,45