• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA DADU HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG HURUF ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA DADU HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG HURUF ANAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA DADU HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG

HURUF ANAK

Ni Putu Febryani1, I Nyoman Wirya2 , Luh Ayu Tirtayani3

1,2,3

Jurusan PG PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:febryani.putu@yahoo.com;nyoman.wirya14@gmail.com;

ayu.tirtayani@yahoo.com Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengenal lambang huruf setelah diterapkan model pembelajaran Make A Match berbantuan media dadu huruf. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 14 anak kelompok A3 TK Saiwa Dharma Singaraja semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang kemampuan mengenal lambang huruf dikumpulkan menggunakan metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor kemampuan mengenal lambang huruf pada anak kelompok A3 setelah diterapkan model pembelajaran Make A Match berbantuan media dadu huruf pada siklus I sebesar 71,4% yang berada pada katagori sedang kemudian pada siklus II menjadi 83,2% tergolong pada katagori tinggi. Jadi terjadi peningkatan kemampuan mengenal lambang huruf anak setelah diterapkan model pembelajaran Make A Match berbantuan media dadu huruf sebesar 11,8%.

Kata kunci: model pembelajaran Make A Match, media dadu huruf, kemampuan mengenal lambang huruf

Abstract

This research aims at investigating the improvement of recognizing the symbol of letters through the implementation of Make A Match learning model supported by dice letter as the media. This research was a classroom action research which conducted in two cycles. The subjects of the study were 14 kindergarten students in group A3 at the second semester in the academic year of 2013/2014. The data was collected by using observation method. The instrument used was observation form. The data was collected and analyzed by using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive. The results of the data analysis showed that the average score of students’

abilities to recognize the symbol of letters in group A3 increased after implementing Make A Match learning model supported by dice letter as the media as many as 71,4%

at the first cycle and was categorized as moderate category. At the second cycle it increased into 83,2% and was categorized as high category. It could be concluded, that there is an improvement the ability of recognizing the symbol of letters after the implementation of A Match learning model supported by dice letter as the media as many as 10,35%.

Keywords : Make A Match learning model, the media dice letters, ability to recognize the symbol of letters.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan segala usaha yang dilaksanakan dengan sadar dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik.

Pendidikan berperan penting dalam mengembangkan kualitas kehidupan manusia. Pendidikan berlangsung sejak anak usia dini. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa, Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak adalah individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik sendiri sesuai dengan tahapan usianya. Bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Melalui bermain anak memperoleh kesempatan untuk

bereksplorasi, menemukan,

mengekspresikan perasaan dan anak bisa berkreasi. Upaya yang mampu memfasilitasi dalam masa tumbuh kembang anak berupa kegiatan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan dan minat anak.

Usia dini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak.

Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar sering disebut dengan istilah golden age atau usia emas, karena usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat pada berbagai aspek perkembangan pada anak yaitu nilai-nilai agama dan moral, sosial emosional dan kemandirian, kognitif, bahasa, dan fisik motorik anak.

Pengembangan anak usia dini hendaknya dilakukan melalui upaya-upaya belajar sambil bermain. Melalui bermain anak memperoleh kesempatan untuk

bereksplorasi, menemukan,

mengekspresikan perasaan dan anak bisa berkreasi. Proses belajar mengajar pendidik

diharapkan memberikan pembelajaran yang PAKEM yaitu pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan bagi anak sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.

Pendidik PAUD yang selalu berinteraksi dengan anak, hendaknya berfikir tentang bagaimana cara mengembangkan kemampuan dasar anak yang meliputi lima aspek perkembangan anak. Salah satu kemampuan dasar yang penting dikembangkan selain tingkat perkembangan lainnya adalah kemampuan bahasa dalam mengenal lambang huruf.

Karena bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak, melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain. Guru dalam pembelajaran khususnya mengenalkan lambang huruf memberikan suatu situasi belajar yang santai, tidak menimbulkan ketegangan dan kecemasan pada anak.

Mengembangkan diri anak didik di TK juga memerlukan dukungan berbagai fasilitas, sarana dan prasarana. Perkembangan

anak berlangsung secara

berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat.

Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa-masa berikutnya.

Menurut Dhieni, dkk (2007:9.25) menyatakan bahwa seorang anak memerlukan cara-cara untuk mengetahui apa maksud huruf/kata. Memainkan suatu permainan, anak-anak dapat melihat beberapa huruf, namun tidak dalam cara yang membosankan dan berulang-ulang.

Guru bisa mengenalkan huruf dengan menggunakan simbol-simbol tertentu.

Anak belajar atau bermain permainan yang menjadi kegemaran, melalui aktivitas yang disukai bersama guru, teman, maupun orang tua akan menimbulkan rasa senang. Melalui suasana yang nyaman dan menyenangkan, anak akan senang belajar. Mengembangkan diri anak didik di TK juga memerlukan dukungan berbagai fasilitas, sarana dan prasarana.

(3)

Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat.

Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa-masa berikutnya.

Berdasarkan hasil observasi awal di Taman Kanak-Kanak Saiwa Dharma Singaraja pada semester I tahun 2013/2014, salah satu masalah yang ditemukan adalah Kemampuan mengenal lambang huruf anak masih kurang, hal tersebut dapat dilihat dalam kegiatan memasangkan huruf dengan gambar yang melambangkannya. Anak nampak mengalami kesulitan dalam membedakan huruf. Anak juga nampak kesulitan dalam membuat huruf. Salah satu penyebab permasalahan tersebut adalah kemampuan bahasa anak dalam mengenal lambang huruf masih belum maksimal karena beberapa anak masih tidak paham dalam membedakan huruf. Kesulitan guru dalam menerapkan metode/model pembelajaran yang tepat adalah kendala dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf pada anak, dipersulit dengan kurangnya media yang dapat menunjang proses kegiatan belajar dalam meningkatan kemampuan mengenal lambang huruf.

Hasil ini terbukti dari hasil pengumpulan data yang berupa narasi atau rapor semester I tahun 2013 di kelompok A3 dari jumlah anak 14 orang, anak yang memperoleh bintang tiga ( ) yaitu 3 orang, anak yang mendapat bintang dua ( ) yaitu 11 orang. Berdasarkan data- data tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan mengenal lambang huruf pada anak kelompok A3 di TK Saiwa Dharma Singaraja perlu ditingkatkan. Kesulitan guru dalam menerapkan metode/model pembelajaran yang tepat adalah salah satu kendala dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf pada anak. Hal ini dipersulit dengan kurangnya media yang dapat menunjang proses kegiatan belajar dalam meningkatan kemampuan mengenal lambang huruf.

Dalam hal ini perlu diupayakan suatu bentuk pembelajaran yang variatif, menarik, menyenangkan, dan dapat merangsang anak TK Saiwa Dharma Singaraja dalam mengembangkan kemampuan mengenal lambang huruf anak. Masalah tersebut dapat diatasi dengan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan mengadakan kegiatan yang mampu menstimulasi kemampuan mengenal lambang huruf anak yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Menurut Arsyad, (2007:3), agar anak mencapai perkembangan yang optimal, maka media dalam pembelajaran sangat dibutuhkan dalam meningkatkan perkembangan anak. Media dalam hal ini yaitu media sederhana yang akan digunakan dalam media mengajar yaitu dadu huruf. Mengenalkan lambang huruf melalui penerapan model pembelajaran Make A Match memberikan kesempatan anak meningkatkan partisipasi dan kreatifitannya, jika guru dalam penerapan model pembelajaran ini, maka anak akan terlatih untuk mencari pasangan melalui dadu huruf yang mampu mengembangkan kemampuan dalam mengenal lambang huruf.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang terhadap pelajaran, menumbuhkan, dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi anak untuk memahami pelajaran sehingga dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik. Trianto, (2007: 7) menyatakan bahwa “model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) anak diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motifator dan

(4)

fasilitator aktivitas anak. Model pembelajaran kooperatif menekankan belajar berkelompok, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Menurut Johnson (Trianto, 2009:57) “Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok”. Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan langkah berbeda-beda. Menurut Suyatno (2009:52) Tipe model pembelajaran kooperattif salah satunya adalah model pembelajaran Make A Match.

model pembelajaran Make A Match penerapan model pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu anak disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, anak yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin/reward. anak mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Dengan teknik ini diharapkan guru dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban paling tepat, selain itu teknik yang terdapat didalamnya juga mendorong anak untuk semangat kerjasama. Keunggulan model pembelajaran Make a Match menurut (Rofiqoh, 2010:28) adalah Mampu menciptakan suasana yang aktif dan menyenangkan, materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, Mampu meningkatkan hasil belajar siswa, siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu, Meningkatkan kreativitas belajar siswa dan Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Model pembelajaran Make A Match dilandasi oleh teori belajar kontruktivisme dan dan teori belajar sosial (Trianto, 2009:27). Menurut Suratno, (2008:20)

“mengatakan bahwa konsep belajar menurut teori belajar konstruktivisme yaitu pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh

sebelumnya”. Guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada anak, anak harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan dalam pembelajaran, dengan memberi kesempatan anak untuk menemukan atau menerapkan ide-ide dari anak. model pembelajaran ini anak yang aktif untuk mengembangkan pengetahuan dengan mencari sendiri jawaban dari permasalah yang diberikan oleh guru serta dapat menstimulasi anak berpikir secara kreatif.

Teori belajar sosial dari Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Dalam model pembelajaran Make A Match terlihat bahwa anak-anak secara tidak langsung berlatih untuk saling berbagi informasi dan bekerjasama dalam bentuk diskusi antar kelompok sehingga hal inilah yang dapat mempengaruhi pola interaksi peserta didik.

Selain model pembelajaran Make A Match penggunaan media juga penting dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf anak. Hamidjojo (arsyad, 2007:4) menyatakan bahwa

“media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju”.

Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting.

Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik dari pada tanpa berbantuan media. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik dari pada tanpa berbantuan media. Penggunaan media sebagai alat bantu tidak sembarangan menurut sekehendak hati guru. Tetapi harus

(5)

memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran tentu lebih diperhatikan. Macam-macam media menurut Djamarah, (2006:124) yaitu media dilihat dari jenisnya ada media auditif, media visual, dan media audiovisual. Dilihat dari daya liputnya ada media dengan daya liput luas dan serentak, media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, dan media untuk pengajaran individual.

Media dilihat dari pembuatannya ada media sederhana, media kompleks.

Salah satu media yang digunakan dalam penelitian adalah media dadu huruf.

Media dadu huruf termasuk kedalam jenis media visual. Piaget (Dhieni, 2007:2.15), mengatakan bahwa anak pada usia 2-7 tahun berada pada tahap praoperasional (praoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun. Anak belajar memahami konsep dari gambar-gambar atau benda yang ada di sekitar. Dengan menggunakan dadu yang ditempel dengan huruf akan mempermudah anak pada usia dini untuk memahami lambang huruf.

Media dadu juga bisa menjadi alat permainan yang dapat merangsang kemampuan anak dalam hal mengenal huruf secara efektif. Dengan bantuan media dadu ini maka dapat membantu anak dalam memahami lambang huruf mulai yang sederhana sampai dengan yang lebih kompleks. Suwili (2013:19) mengemukakan bahwa dadu sebuah benda yang berbentuk kubus yang terbuat dari karton yang mempunyai enam sisi dengan masing- masing penanda yang berbeda pada setiap sisinya, selain itu dadu bila dilihat dari penampilan permukaannya tidak hanya menggunakan titik, tetapi ada juga yang menggunakan gambar atau angka.

Metode Make A Match dengan menggunakan media dadu huruf dapat memanfaatkan indra visual anak dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf. Garcia (Yamin, 2012:106) Prolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyai ciri khas kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata lebih rumit. Pada saat guru menggunakan media dadu ini,

guru meminta anak untuk mengocok dadu kemudian anak disuruh untuk mencari pasangan huruf yang keluar sesuai dengan gambar. Kegiatan ini bertujuan untuk memotivasi anak sehingga anak lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan karena anak dalam melakukan kegiatan ini, anak diajak untuk berlomba mencari pasangan huruf yang keluar dari dadu, yang akan mendapatkan nilai-reward.

Menurut Dhieni (Muflikha, 2013:26)

“Untuk mengembangkan bahasa anak dapat diawali dengan pengenalan bunyi bahasa, mulai dari bunyi bahasa yang mudah diucapkan dilanjutkan ke bunyi bahasa yang sulit. Kegiatan pembelajaran di PAUD disusun berdasarkan pada suatu program kegiatan yang meliputi bidang- bidang pengembangan , antara lain bidang pengembangan bahasa yang bertujuan untuk agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat salah satunya yaitu lambang huruf.

Menurut Dhieni (2007:9.25) Pengenalan huruf dapat dilakukan secara bertahap dari peniruan bunyi vokal, dilanjutkan dengan peniruan bunyi konsonan dalam situasi belajar yang santai.

Media Dadu Huruf dapat membantu meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf, dimana anak terlihat aktif dalam menyebutkan huruf vokal dan konsonan.

Terdapat hubungan yang sangat erat antara kemampuan berbahasa anak dengan mengenal huruf. Menurut Stahlman

& Luckner (Sadjaah, 2005:115), bahwa bahasa merupakan sarana yang paling berperan dalam memperoleh pengertian dan kemampuan. Penguasaan bunyi bahasa pada anak-anak berlangsung secara berurutan, yakni dari bunyi yang mudah ke bunyi yang sukar. Bahasa anak dapat berkembang cepat jika anak memiliki kemampuan dan didukung oleh lingkungan yang baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak usia dini, Anak berada di dalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan. Terdapat empat tugas perkembangan bahasa anak sebagai berikut. pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang,

(6)

pengembangan pembendaharaan kata, penyusunan kata-kata menjadi kalimat, dan ucapan yang baik dan benar.

Berdasarkan kajian teori maka dapat dirumuskan sebagai berikut jika penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media dadu huruf dilaksanakan dengan efektif maka kemampuan mengenal lambang huruf pada anak kelompok A3 di TK Saiwa Dharma Singaraja akan meningkat.

METODE

Penelitian dilaksanankan pada semester genap tahun 2013/2014.

Penelitian dilaksanakan pada kelompok A3 TK Saiwa Dharma Singaraja. Penentuan waktu penelitian ini mengacu pada kalender akademik sekolah di TK Saiwa Dharma Singaraja. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A3 TK Saiwa Dharma Singaraja Semester Genap tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 14 anak dengan 3 orang anak laki-laki dan 11 orang anak perempuan. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam mengenal lambang huruf pada anak kelompok A3 semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di TK Saiwa Dharma Singaraja.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research dengan model daur (siklus). Agung (2010:2), menyatakan PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran dikelas secara lebih profesional. Arikunto (2012:3) berpendapat bahwa, Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Tindakan tersebut dilakukan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan pada siswa. Penelitian Tindakan kelas merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan guru dalam mengajar dan ditunjukkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta untuk memperbaiki pengajaran di kelas.

Fokus penelitian adalah kemampuan mengenal lambang huruf melalui penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media dadu huruf untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf pada anak kelompok A3 TK Saiwa Dharma Singaraja. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Masing- masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Dalam tahap perencanan tindakan kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan dengan menyamakan persepsi dengan metode dan media yang akan digunakan, menyusun persiapan mengajar atau RKH atau satuan pelajaran yang diajarkan, menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam kegiatan pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan menyiapkan instrumen penilaian. Pada tahap pelaksanaan melakukan perbaikan atau peningkatan yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan pelaksanaan ini berisi tentang pelaksanaan tindakan yang dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran yang dikumpulkan dengan alat bantu intrumen pengamatan yang dikembangkan dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan harian (RKH) yang telah dipersiapkan. Tahap pengamatan melakukan pengumpulan data sesuai dengan satuan kegiatan yang telah dibuat seperti mengamati, mencatat, mengevaluasi dan mendokumentasikan hal–hal penting yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Tahap Refleksi langkah yang dilakukan adalah merenungkan kembali tentang rencana dan pelaksanaan yang dilakukan berdasarkan analisis data dari pelaksanaan yang mengacu pada kereteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kemudian barulah ditentukan tindakan yang akan direncanakan selanjutnya dengan pemantapan tindakan atau revisi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan perbaikan- perbaikan terhadap rencana dan pelaksanaan program tindakan yang telah dilakukan dan sebagai dasar penyusunan

(7)

rancangan rencana program tindakan selanjutnya.

Metode observasi adalah suatu cara atau proses pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu obyek tertentu (Agung 2012:68). Metode observasi pada prinsifnya merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indra penglihatan dalam proses pengukuran terhadap suatu obyek atau variable tertentu, sesuai dengan tujuan peneliti.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Statistik Diskriptif dan Analisis Diskriptif Kuantitatif. Analisis Statistik Diskriptif merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Sedangkan metode Analisis Diskriptif Kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase keadaan suatu obyek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2010:7). Metode analisis deskriftif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kemampuan mengenal lambang huruf anak yang dikonversikan kedalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Kemampuan Mengenal Lambang Huruf.

Presentase Kriteria Kemampuan

mengenal lambang huruf 90-100 Sangat Tinggi

80-89 Tinggi

65-79 Sedang

55-64 Rendah

0-54 Sangat Rendah (Agung, 2010:12)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 20 kali pertemuan, yaitu lima belas kali pelaksanaan tindakan dan lima kali pertemuan untuk melaksanakan penelitian terhadap kemampuan mengenal lambang huruf pada anak. Siklus I menunjukkan hasil modus = 13, Median = 14 dan mean = 14,28. Apabila hasil tersebut divisualisasikan ke dalam bentuk grafik polygon maka akan tampak seperti gambar 1

Gambar 1. Grafik kemampuan Mengenal Lambang Huruf siklus I

Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon diatas terlihat Mo, Me, M dimana Mo < Me < M (13 < 14 < 14,28), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data kemampuan mengenal lambang huruf pada siklus I merupakan kurva juling positif.

Terlihat dari grafik polygon diatas maka dapat diinterpretasikan bahwa skor kemampuan mengenal lambang huruf pada anak TK kelompok A3 semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Saiwa Dharma Singaraja cenderung rendah. Nilai (M%=71,4) yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 65-79 yang berarti bahwa tingkat kemampuan mengenal lambang huruf anak di Kelompok A3 TK Saiwa Dharma Singaraja pada siklus I berada pada kriteria sedang.

Pelaksanaan penelitian pada siklus I masih ditemukan beberapa kendala, sehingga diadakan refleksi agar pada siklus selanjutnya kemampuan mengenal lambang huruf anak dapat meningkat.

Refleksi dilakukan pada tahap terakhir setelah observasi pada siklus I, dalam

0 1 2 3 4 5 6

12 13 14 15 16 17 18 fr

ek ue ns i

skor

(8)

refleksi dibahas kendala-kendala yang dihadapi dan merancang kegiatan selanjutnya yang digunakan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dengan terlihat masih adanya hambatan dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf pada anak, Pada saat dilakukan penelitian, ditemukan kendala-kendala yaitu, Pada pertemuan awal anak masih terlihat bingung dengan langkah-langkah model pembelajaran Make A Match dan penggunaan media yang diterapkan oleh guru sehingga anak tidak bisa mengikuti kegiatan pembelajatan.

maka dilakukan perbaikan proses pembelajaran pada siklus ke II. Beberapa hal yang dilakukan oleh guru pada siklus II yaitu, menjelaskan ulang langkah-langkah model pembelajaran Make a Match kepada anak, membimbing dan mendampingi dalam dalam proses pembelajaran serta memberikan stimulus untuk memotivasi anak agar bisa terfokus pada kegiatan pembelajaran dengan memberikan nilai berupa pemberian bintang.

Hasil analisis siklus II menunjukkan hasil Modus (Mo)=18, Median (Me)=17, dan Mean (M)=16,64. Jika disajikan ke Grafik Polygon tampak pada gambar 2

Gambar 2. Grafik Kemampuan Mengenal

Lambang huruf Siklus II

Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon di atas Mo > Me > M (18> 17>

16,64), dapat disimpulkan bahwa sebaran data kemampuan mengenal lambang huruf pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Dengan demikian skor kemampuan mengenal lambang huruf anak cenderung tinggi. Nilai (M%=83,2) yang dikonversikan

kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 80-89 yang berarti bahwa tingkat kemampuan mengenal lambang huruf anak di Kelompok A3 TK Saiwa Dharma Singaraja pada siklus II berada pada kriteria tinggi

Sesuai analisis statistik deskriptif dan analisis deskritif kuantitatif terhadap kemampuan mengenal lambang huruf anak melalui penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media dadu huruf diperoleh rata-rata persentase kemampuan mengenal lambang huruf pada siklus I sebesar 71,4% dan rata-rata persentase kemampuan mengenal lambang huruf pada siklus II sebesar 83,2% ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase kemampuan mengenal lambang huruf anak dari siklus I ke siklus II sebesar 11,8%. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif terhadap peningkatan kemampuan mengenal lambang huruf anak usia dini dengan penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media dadu huruf pada anak diperoleh rata-rata persentase kemampuan mengenal lambang huruf anak pada siklus I sebesar 71,4%, dan rata-rata persentase hasil kemampuan mengenal lambang huruf anak pada siklus II sebesar 83,2%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase hasil belajar kemampuan mengenal lambang huruf anak dari siklus I ke siklus II sebesar 11,8%. Terjadinya peningkatan kemampuan mengenal lambang huruf pada anak setelah penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media dadu huruf dalam penelitian ini disebabkan rasa tertarik anak pada kegiatan dan media pembelajaran yang disajikan oleh guru, sehingga anak tidak merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yaitu mencari pasangan huruf yang ada pada dadu, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf anak.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut di atas berarti bahwa penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media dadu huruf dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf pada anak kelompok A3 0

1 2 3 4 5 6

14 15 16 17 18 19 20 fr

ek ue ns i

skor

(9)

Semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di TK Saiwa Dharma Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai kemampuan mengenal lambang huruf dapat diuraikan sebagai berikut.

Terjadinya peningkatan kemampuan mengenal lambang huruf pada anak setelah penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media dadu huruf dalam penelitian ini disebabkan rasa tertarik anak pada kegiatan dan media pembelajaran yang disajikan oleh guru, sehingga anak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara berkelompok, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf.

Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan teori menurut para ahli yang mendukung penelitian ini. Suyatno, (2009:72) menyatakan Keunggulan dari model pembelajaran Make A Match ini adalah anak mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Anak dilatih untuk belajar mencari informasi ketika anak mencari pasangan huruf yang ada pada dadu sehingga anak lebih mengenal lambang huruf. Mengenalkan lambang huruf pada anak sangat membantu anak dalam mengenalkan huruf- huruf, dalam menghubungkan huruf dengan gambar, membuat huruf, dan meniru huruf.

Ketika anak mampu dalam memasangkan huruf, anak akan merasa senang sehingga anak tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain model pembelajaran yang digunakan peran media juga penting dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf anak.

Anak belajar mengenal konsep melalui gambar-gambar dan benda yang ada disekitar (Piaget dalam Dhieni, 2007:2.15). Gambar-gambar yang ada sesuai dengan lingkungan sekitar dan nyata pernah dilihat oleh anak, maka daya ingat anak lebih kuat dan tinggi. Anak-anak akan lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga anak-anak akan memperoleh pengalaman baru melalui pengalaman langsung yang menjadikan anak-anak terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan bahasa

khususnya dalam mengenal lambang huruf.

Apabila guru menerapkan kombinasi metode yang tepat dalam menggunakan berbagai media menarik, maka anak akan menyenangi kegiatan yang diberikan oleh guru. Media dadu merupakan media yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar yang berbentuk kubus, setiap sisi berisi huruf untuk pengenalan dalam kemampuan mengenal lambang huruf pada anak usia dini, sehingga merangsang anak untuk tertarik belajar menggunakan media ini. Dadu yang setiap sisinya diisiin huruf yang berwarna warni sehingga anak menjadi antusias dan tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media dadu huruf dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf anak kelompok A3 semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di TK Saiwa Dharma Singaraja.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Make A Match berbantuan media dadu huruf dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf pada anak kelompok A3 semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di TK Saiwa Dharma Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus I presentase kemampuan mengenal lambang huruf anak sebesar 71,4% yang berada pada kategori sedang. Penelitian dilanjutkan dengan melakukan perbaikan pada siklus II dan mengalami peningkatan dengan presentase kemampuan mengenal lambang huruf anak sebesar 83,2% yang berada pada kriteria tinggi. Jadi kenaikan perkembangan bahasa anak dari siklus I ke siklus II sebesar 11,8%.

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas maka diajukan saran- saran sebagai berikut. Kepada pihak sekolah agar dapat menciptakan kondisi belajar yang memadai dengan memperhatikan fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang menunjang

(10)

khususnya dalam lambang huruf. Kepada guru kelas agar mngoptimalkan kegitan pembelajaran seperti model pembelajaran Make A Match dengan menggunakan media dadu huruf yang menarik dan menggunakan gambar-gambar yang bervariasi. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan seperti mencari pasangan huruf agar dapat membuat anak antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK khususnya untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang huruf anak dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match dan media dadu huruf. Keterbatasan waktu menjadi permasalahan di siklus I dan II, sehingga penelitian ini tidak mencapai kreteria sangat tinggi. Maka dari itu disarankan kepada peneliti lain agar dapat melanjutkan PTK dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan media dadu huruf ini sehingga memperoleh hasil yang maksimal yaitu sangat tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2010. Bahan Kuliah Statistika Deskriptif. Singaraja:

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

---, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar.

Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran.

Jakarta: PT RajaGrafindoPersada.

Dhieni, Nurbiana dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Cetakan Ke-5. Jakarta: Universitas Terbuka Djamarah, Syaiful Bahridan Aswan Zain.

2006. Strategi Belajar Mengajar.

Cetakan ke-3. Jakarta: PT AsdiMahasatya

Muflikha, Elok Siti. 2013. “Peningkatan Kemampuan Anak Mengenal Huruf

Melalui Media Tutup Botol Hias Di Paud Kenanga I Kabupaten Pesisir Selatan”. Spektrum PLS, Volume 1, Nomor 1 (hlm.17-32)

Sadjaah, E. 2005. Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Pendengaran.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasioanal

Suratno, Tatang. 2008. “Konstruktivisme, Konsepsi Alternatif dan Perubahan Konseptual dalam Pendidikan IPA”.Jurnal Pendidikan Dasar, Nomor 10

Suwili, Popon. 2013. Efektivitas Media Dadu Huruf dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kata pada Anak Taman Kanak-kanak. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Cetakan Pertama.

Surabaya: Mesmedia Buana Pustaka.

Trianto, 2009. “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif

Konsep Landasan Dan

Implementasi Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)”.

Cetakan 1. jakarta: Kencana Prenada Media Group

Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Konstruktivistik. Cetakan Pertama.

Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Departemen Pendidikan Nasional. 2009.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Th 2009. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD Ditjen PNFI.

Pedoman Penulisan Skripsi Dan Tugas Akhir Program Sarjana dan Diploma Undiksha. 2013. FIS Undiksha:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar

(11)

Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD Rofiqoh, Febryani. 2010. Efektivitas

Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan IPS, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Yamin, Martinis dan Jamilah Sabri Sanan.

2012. Panduan PAUD. Cetakan Pertama. Jambi: Referensi (Gaung

Persada Press Group

Referensi

Dokumen terkait

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti

Hasil penelitian menunjukkan bahwa delignifikasi enzimatik sekam padi oleh jamur Marasmius sp memberikan hasil yang lebih baik daripada jamur

2.8 Melalui percobaan Lian Anak dapat menata peralatan mainnya secara mandiri ( C6 ) 4.3 Melalui percobaan Lian Anak terampil mengkoordinasikan tangan kanan dan kiri (A4)

Oleh karenanya perlu adanya monitoring yang dilakukan secara bergantian baik dari Dinas Kabupaten baik Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi maupun dari Dinas

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa minat belajar matematika dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Buton

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang telah tercantum sebelumnya penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan independen (bebas) yaitu inflasi, tingkat

Berdasarkan rumusan masalah yang dipakai, dapat dirumuskan tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif melalui penerapan metode

Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan mengenal huruf anak kelompok A2 TK Eka Dharma Singaraja.Setelah diterapkan kegiatan dalam mengenal huruf ini