• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANANLISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KELALAIAN YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DALAM PERKARA TINDAK DIPADANA LALU LINTAS (STUDI PUTUSAN PN NOMOR 278/PID/B/2012/PNTK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANANLISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KELALAIAN YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DALAM PERKARA TINDAK DIPADANA LALU LINTAS (STUDI PUTUSAN PN NOMOR 278/PID/B/2012/PNTK)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Muhamad Soleh

ABSTRAK

ANANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KEKALALAIAN YANG MENYEBABKAAN KEMATIAAN

DALAM PERKARA TINDAK PIDANA LALU LINTAS (Studi Perkara No: 278/PID/B/2012/PNTK)

Oleh Muhamad Soleh

Pada kehidupan masyarakat saat ini, transportasi merupakan salah satu hal yang sangat penting. Bagi individu dan masyarakat zaman sekarang, transportasi seakan sebagai bagian dari kehidupan karena manusia yang juga mempunyai sifat bergerak atau mobilitas sebagai mahkluk sosial. Dengan adanya transportasi dan sarana transportasi kita dapat menuju ke berbagai tempat yang akan dituju dengan mudah, itu akan terjadi jika masyarakat dapat menggunakan serta mengembangkan transportasi dan sarana transportasi. Adapun permasalahan yang akan penulis angkat dalam skripsi ini yaitu Bagaimanakah dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana kelalaian kecelakaan lalu lintas perkara (putusan pengadilan negeri Tanjung Karang No.278/Pid/B/2012/Pntk) Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana kelalaian yang menyebabkan kematian kecelakan lalu lintasperkara (putusan pengadilan negeri Tanjung Karang No. 278/Pid/B/2012/Pntk)?

Metode penelitian dilakukan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris, pengumpulan data dengan studi kepustakaan dan studi lapangan wawancara kemudian data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif. Pengambilan sampel digunakan metode purposive sampling. Adapun sumber data adalah data sekunder diperoleh dari studi perpustakan dan dokumentasi, serta data primer diperoleh dari peneelitian lapangan melelui metode wawancara terhadap responden hakim Pengadilan Negeri Tajung Karang Dan Kejaksa Bandar lampung.

(2)

Muhamad Soleh

keterangan terdakwa dan terdakwa dianggap sehat jasmani dan rohani, tidak terdapat gangguan mental sehingga dianggap mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya, pertimbangan hakim dalam memutus perkara putusan Nomor :278/pid/B/2012 PNTK telah sesuai karena berdasarkan penjabaran keterangan para saksi, keterangan terdakwa, dan alat bukti serta adanya pertimbangan-pertimbangan yuridis, hal-hal yang meringankan dan memberatkan, serta memperhatikan Undang-Undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang diperkuat dengan keyakinan haki

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada kehidupan masyarakat saat ini, transportasi merupakan salah satu hal yang sangat penting. Bagi individu dan masyarakat zaman sekarang, transportasi seakan sebagai bagian dari kehidupan karena manusia yang juga mempunyai sifat bergerak atau mobilitas sebagai mahkluk sosial. Dengan adanya transportasi dan sarana transportasi kita dapat menuju ke berbagai tempat yang akan dituju dengan mudah, itu akan terjadi jika masyarakat dapat menggunakan serta mengembangkan transportasi dan sarana transportasi.

Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai sistem transportasi nasional, Lalu lintas dan Angkutan jalan harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, ketertiban berlalu lintas dan Angkutan Jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonmi daerah, serta akuntabilitas penyelenggara Negara.

(4)

pesatnya pertumbuhan alat-alat transportasi yang menyebabkan semakin banyak pula para pengguna jalan raya seperti kota Bandar lampung.

Apabila alat-alat transportasi tersebut dengan sarana dan prasanan transportasi tidak berjalan seimbang akan banyak timbul dapak tidak baik seperti kemacetan lalu lintas serta tidak tertib berlalu lintas, tidak tahunya aturan-aturan dan disiplin dalam berlalu lintas, tidak sedikit pula para pengguna jalan lau lintas melakukan pelanggaran lalu linas yang mengakibat kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian akhir dari pada suatu rentetan (serangkaian) peristiwa lalu lintas yang tidak sengaja dengan akibat kematian, luka atau kerusakan benda yang terjadi dijalan umum. Kadang kecelakan ini dapat mengakibatkan luka-luka atau kematian manusia.

Factor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakan lalu lintas, faktor-faktor itu bisa berasal manusia, kendaraan, dan jalan. Faktor manusia merupakan faktor yang paling mendominasi dalam kecelakan lalu lintas. Manusia sebagai pengendara kendaraan bermotor terkadang tidak mematuhi peraturan lalu lintas dan lalai dalam mengendarai kendarannya, akibatnya terjadilah kecelakan akibat dari kelalain manusia tersebut korban harus meenderita kerugian. Sebagai pihak yang dirugikan, korban akan meminta peertanggungjawaban dari pengendara bermotor yang lalai tersebut, dengan melaporkan kejadian tersebut kepihak yang berwajib sebagai sebuah tindak pidana agar si pelaku mendapatkan hukuman yang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan serta diatur dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

(5)

kecelakan lau lintas yang diakibatkan adanya perbuatan sebagai akibat dari kelalaian (kealpan), sehingga menimbulkan korban kecelakan yang dimaksud akan dikenakan tindak pidana sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Kitab Undang-Udang Hukum Pidana (KUHP) sebagai berikut:

Pasal 359 ayat (1) kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang menyatakan “barang siapa

karena kesalahan menyebabkan orang luka berat dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selama-lama satu tahun”. Dalam Undang -Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 310 ayat (4) dalam hal kecelakan sebagai mana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkaan orang lain meninggaal dunia, pidana dengan pidana penjara paling lama enam (6) tahun dan denda paling banyak Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Putusan No.278/pid/B/2012/PNTK mengenai kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan matinya korban dimana dalam pertimbangan putusan hakim dalam menjatuhkan putusan tidak sesuai dengan prinsip sebagaimana pasal 63 ayat (1) KUHP yang pada pokoknya menyatakan terhadap perbarangan tindak pidana yang berbeda-beda namun keduanya memenuhi unsur sebagaimana pasal yng didakwakan maka hakim wajib memutus dengan pasal dengan ancaman pidana pokok yang paling berat

(6)

jaksa yakni 310 ayat (4) Undang-Undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan . Lebih dari itu hakim menjatuhkan putusan pidana penjara 2 (dua) tahun dan 4 (empat) bulan yang mana putusan tersebut jauh dari prinsip keadilan yang seharusnya diterapkan oleh hakim ditengah-tengah masyarakat dan hal ini telah mencederai rasa keadilan bagi keluarga korban.

Berdasarkanlatar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam skripsi yang berjudul Analisis Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Kelalain Yang Menyebabkaan Kematian Dalam Perkara Tindak Pidana Lalu Lintas (Studi Putusan No.278/Pid/B/2012/Pntk).

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah yang akan diteliti adalah:

(7)

b. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana kelalaian yang menyebabkan kematian kecelakan lalu lintasperkara (putusan pengadilan negeri Tanjung Karang No. 278/Pid/B/2012/Pntk)?

2. Ruang lingkup

Ruang lingkup penelitian dalam skripsi ini adalah agar tidak terjadi meluasnya permasalahan maka ruang lingkup penulisan skripsi ini dibatasi pada bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku kelalaian kecelakaan lalu lintasdan apa dasar pertimbangan hakim terhadap putusan No.278/Pid/B/2012/Pntk, berdasarkan dengan pratauran UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis putusan No:278/Pid/B/2012/Pntk dengan melihat pertanggung jawaban pidana oleh pelaku.

b. Untuk mengetahui dasar pertimbangaan hakim dalam menjatuhkan putusan putusan nomor 278/Pid/B/2012/Pntk.

(8)

Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan daan pengembangan kemampuan dalam berkarya ilmiah guna mengungkapkan secara obyektif melalu pengkajian lebih dalam terhadap peraturan-peraturan yang ada jelas aspek-aspek yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku kelalaian kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan Oranglain meninggal duniastudi putusan No. 278/Pid/B/2012/Pntk)

b. Pengunaan Praktis

secara praktis kegunaan penelitian ini adalah kegunaan penulisan sendiri dalam rangka mengembangkan dan memperluas wawasan berpikir dalam menganalis suatu masalah,penulisan ini juga dimaksudkan untuk memberikan sumbangan kepada paktisi hukum dan masyarakat dalam penerapan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutaan jalan.

D. Kerangka Teoritis dan Koseptual 1. Kerangka teoritis

Kerangka teori dapat diartikan sebagai kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori penulisan mengenai suatu kasus ataupun permasalahan (problem), atau tidak disetujui yang merupakan masukan eksternal dalam penelitian ini.

(9)

wacana budaya kita. Kita tidak mungkin memberikan hukuman berupa pidana kepada seseorang,padahal orang itu tidak bisa kita buktikan kesalahannya.

Sebagaimana kita ketahui manusia dalam kehidupan masyarakat adalah mahluk yang memiliki akal budi sehingga sanggup dan mampu mentaati norma-norma yang masuk akal yang telah ditetapkan oleh masyarakat sebagai jaminan kehiduapannya, oleh karena itu kesalahan atau schuld itu adalah sebagai celaan yang ditujukan oleh yang merupakan standar etis/susila yang berlaku dalam kurun waktu terhadap manusia yang melakukan perbutan yang menyimpang yang seharusnya dapat dihindarinya.1

Bentuk-bentuk kesalahan terbagi menjadi dua yaitu: 1. Dolus/ sengaja

2. Culpa/ lalai

Kesengajaan(dolus) adalahsengaja merupakan perbuatan yang dikehendaki dan diketahui. Hal ini berati seseorang yang berbuat sengaja itu harus dikehendaki apa perbuat dan harus diketahui juga atas apa yang diperbuat.

Sengaja sebagai dimaksud adalah bentuk sengaja sebagai maksud apabila pembuat menghendaki akibat perbuatannya, ia tidak pernah melakukan perbuatannya apabila pembuat mengetahui bahwa akibat perbuatannya tidak terjadi2

1

Koesparnomo Irsan,Hukum Pidana 1, (Jakarta,Fakultas Hukum UPNVJ,2005),hal215.

2

(10)

Kesalahan dalam hukum pidana mempunyai beberapa pengertian yang sudah lazim dipakai di Indonesia,yaitu disamping kesalahan yang diartikan sebagai suatu kesengajaan,kesalahan juga diartikan sebagai berikut.3

a. Sifat tercela (umumnya ini merupakan sayarat yang tidak ditulis) bagi suatu pebuatan yang belum pasti dapat dihukum, tetapi pelakunya sudah dapat dicela (verwijtbaar) karena melakukan perbuataan yang tidak terpuji.

b. Kesahalan/schulddalam arti kecerobohan (adanya niat),karenanya istilah kesalahan atau schuld disini hanya suatu penamaan saja meskipun terkadang dalam bahasa belanda disebut sebagairoekeloos.

c. Kealpaan (nalatingheid), seperti yang disebut dalam pasal 359 KUHP yang juga diterjemahkan sebagai kurang hati-hati.

Perbedaan antardolus/sengaja denganculpa/lalai adalah: a. Dolus/sengaja;

1) Perbuatan dilakukan dengan sengaja; 2) Perbuatan itu disebutdoleuse delicten;

3) Diancam dengan hukuman yang lebih berat dari padaculpose delicten; b. Culpa/lalai;

1) Perbutaan itu dilakukan karena kelalaian atau kealpaan; 2) Perbuatan itu disebutculpose delicten;

3) Ancaman hukumanya adalah lebih ringan dari padadoleuse delicten;

Bahwa tindakan pidana setidak-tidaknyaa terdiri dari unsure yaitu;4

3

Erdianto Effendi,Hukum Pidana Indonesia(suatu pengantar), (bandung,refika aditama,2011),hal.120.

4

(11)

a. Unsur obyektif.

Yaitu unsur-unsur yang terdapat diluar diri sipelaku; 1.) Perbuatan (handeling);

2.) Akibat (gevole);

3.) Masalah-masalah (omstandingheden) b. Unsur subjektif.

Yaitu unsur-unsur yang terdapat pada diri si pelaku, yang berupa: 1.) Pertanggung jawab si pelaku

2.) Kesalahan (schuld) yang dikaitkan dengan sipelaku

Perbuatan-perbuatan pidana ini menurut wujud sifatnya adalah betentangan dengan tata atau ketertiban yang dikehendaki oleh hukum, mereka adalah perbuatan yang melawan hukum(melanggar)hukum. Tetapi tidak semua perbuatan yang melawan hukum atau merugikan masyarakat diberikan sanksi pidana.5 Hukum pidana yang berlaku diindonesia sekarang ini ialah hukum pidana yang telah dikondusifir,yaitu sebagaian terbesar aturan-aturanya telah disusun dalam kitab undang-undang (wetboek), yang dinamakaan kitab Undang-Undang hukum pidana.6

Berapa pendapat dari para sarjana mengenai pengertian kesalahan dalam hukum pidana pada garis besarnya sebagai berikut:7

(12)

Bahwa untuk mengatakan adanya kesalahan pada pelaku, harus dicapai dan ditentukan terlebih dahulu beberapa hal yang menyangkut pelaku:

1) Kemampuan bertannggungjawab;

2) Hubungan kejiwaan antara kelakuanpelaku dan akibat yang ditimbulkan. 3) Dolusatauculpa

Pendapat Pompe;

Bahwa dilihat dari kehendak, kesalahaan itu merupakan bagian dalam dari kehendak pelaku, sedangkan sifat melawan hukum (wederrechtelijkhd) merupakan bagian luar dari padanya. artinya, kesalahan merupakan kelakuan yang bertentangan dengan hukum yang (seharusnya) dapat dihindarkan. sedanngkan sifat melawan hukum merupakan kelakuan yang bertentangan dengan hukum, untuk kelakuan mana ia dicela.

Menurut S.R.Siantari:8

Unsur pertanggungjawaban pidana adalah kesalahan, sedangkan unsur-unsur dari kesalahan yaitu mampu bertanggungjawab, sengaja atau kealpaan, dan tidak alasan pemaaf sebagai tolak pangkal dari memasukan kesalahan sebagai unsur dari pertanggung-jawaban pidana adalah orang hanya akan dipidananya si pelaku adalah atas asas: “tidak dipidana jika tidak

ada kesalahan”.

Perbuatan melawan hukum dengan unsur kelalaian berbeda dengan perbuatan melawan hukum dengan unsur kesengajaan. Dengan kesengajaan, ada niat dalam hati dari pihak pelaku untuk menimbulkan kerugian tertentu bagi korban, atau paling tidak mengetahui

8

(13)

secara pasti bahwa akibat dari perbuatanya tersebut akan terjadi, akan tetapi dalam kelalaian tidak ada niat dalam dari pihak pelaku untuk menimbulkan kerugian, bahkan mungkin ada keinginannya untuk mencegah kerugian tersebut.9

Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terdakwa didasarkan pada pasal 183 Kitab Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang menyatakan seorang hakim dalam menjatuhkan pidana kepada terdakwa tidak boleh menjatuhkan pidana tersebut kecuaali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwa yang bersalah melakukannya. Secara kontekstual ada tiga esensi yang terkandung dalam kebebasan hakim dalam melaksanakan kekuasan kehakiman yaitu:10

a. Hakim hanya tunduk pada keadilan

b. Tidak seorangpun termasuk pemerintah dapat mempengaruhi atau mengarahkaan putusan yang dijatuhkan oleh hakim

c. Tidak ada konsekuansi terhadap pribadi hakim dalam menjalankan tugas dan fungsi yudisialnya.

Adapun beberapa teori atau pendekatan yang dapat dipergunakan oleh hakim dalam penjatuhan dalam suatu perkara,yaitu sebagai berikut:

a. Teori keseimbangan

Yang dimaksud dengan keseimbangan disini kesimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang tesangkut atau

9

Munir Fuady,perbuatan melawan hukum (pendekatan kontenporer), (bandung,PT citra aditya,2005), hal.72-73.

10

(14)

keterkaitan dengan perkara, yaitu antara lain seperti adanya kesimbangan yang berkaitan dengan masryarakat da kepentingan terdakwa.

b. Teori pendekatan seni dan intuisi

Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan hakim menyesuaikan dengan keadaan dan pidana yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana, hakim akan melihat keadaan pihak terdakwa atau penuntutan umum dalam perkara pidana. Pendekatan seni dipergunakan oleh hakim dalam penjatuhan putusan, lebih ditentukan oleh insting atau intuisi dari pengetahuan dari hakim.11

2. Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan istilah-istilah yang ingin atau yang akan diteliti12

Adapun yang menjadi pengertian dasar istilah-istilah yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah:

a. Sanksi

Sanksi berarti tanggungan (tindakan hukuman) yang dilakukan untuk memaksa seseorang menepati atau mentaati apa-apa yang sudah ditentukan (Kamus Umum Bahasa Indonesia).13

11

Ahmad Rifai. Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Presfektif Hukum Progeresif.Jakarta:Sinar Grafika.Hlm.2010.Hlm.103

12

Soerjono Soekanto.Op Cit.1986.Hlm.132

13

(15)

b. Tindak pidana

Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana yang disertai ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu bagi siapaa yang melanggar larangan itu. Tindak pidana merupakan pelanggaran norma atau gangguan terhadap tertib hukum, yang dengan sengaja atau tidak sengaja telah dilakukan terhadap seorang pelaku14

Jenis-jenis tindak pidana dibedakan atas dasar-dasar tertentu antara lain sebagai berikut: a) Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dibedakan antara lain

kejahatan yang dimuat dalam buku II dan pelanggaran yang dimuat dalam buku III.

Pembagian tindak pidana menjadi “kejahatan “dan kita menjadi Buku ke II dan Buku

ke II malainkan juga merupakan dasar bagi seluruh sistem hukum pidana di dalam perundang-undangan secara keseluruhan.

b) Menurut cara merumuskannya, dibedakan dalam tindak pidan formil (formeel delicten) dan tindak pidana materi (mataril delicten). Tidak pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan bahwa larangan yang dirumuskan itu adalah melakukan perbutan tertentu. Misalnya pasal 362 KUHP yaitu tentang pencurian. Tindakan pidana materil inti larangannya adalah pada menimbulkan akibat yang dilarang. Karena itu siapa yang menimbulkan akibat yang dilarang itulah yang dipertanggungjawabkan dan pidana. c) Menurut bentuk kesalahan, tindak pidana dibedakan menjadi tindak pidana

sengaja(dolus delicten) dan tindak pidana sengaja (culpose delicten). Contoh tindak pidana kesengajaan (dolus) yang diatur didalam KUHP antara lain seebagai berikut: pasal 338 KUHP (pembunuhan) yaitu dengan sengaja menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Pada delik kelalain (culpa) orang juga dapat dipidana jika kesalahan,

14

(16)

misalnya pasal 359 KUHP yang menyebabkan matinya seseorang. Contohnya seperti yang diatur dalam pasal 188 dan 360 KUHP.15

c. Korban

Pengertian korban adalah mereka yang menderita jasmani dan rohani sebagai tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita. Pengertian yang disampaikan oleh Arif Gosita dalam buku bahan kuliah viktimologi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta tersebut sudah diperluas maknanya, tidak

hanya untuk perorangan tetapi berlaku bagi subyek hukum yang lain, seperti badan hukum, kelompok masyarakat dan korporasi. Timbulnya korban erat kaitanya dengan kejahatan.16

d. Lalu Lintas

Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan.Sedangkan yang dimaksud ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang dan, atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung.Pada keseluruhannya lalu lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolanya.17

e. Kecelakaan Lalu Lintas

15

Andi Hamzah.Bunga Rampai Hukum Pidana Dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia Jakarta.2001.Hlm.25-27

16

Arief Gosita,Masalah Korban Kejahatan,Akademik presindo,Jakarta 1993,hal-40

17

(17)

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak disadari akan terjadi dan menimbulkan dampak negatif.Mengenai kecelakaan tidak hanya disebabkan oleh ketidaksadaran seseorang dalam melakukan sesuatu hal, akan tetapi kecelakaan yang dimaksud dapat juga disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan, ketidaklayakan kendaraan, serta ketidak layakan jalan dan/atau lingkungan

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam membaca dan penulisan isi skripsi, maka penulis menguraikan secara garis besar materi yang akan dibahas dalam sistematika, sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Merupakan Bab pendahuluan yang memuat tentang: Latar belakang permasalahan, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan konseptual, serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pengantar pemahaman terhadap pengertian kebijakan hukum, tinjauan terhadap Penerapan Pemberlakuan Sanksikelalaian lalu lintas.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan masalah yang berkaitan dengan disiplin ilmu dan sudut pandang penulis, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

(18)

Bab ini merupakan jawaban dari permasalahan dalam skripsi ini,yang akan menjelaskan tentang pertanggung jawaban pelaku pidana dalam perkara No.495/pid.B(A)/2009/PN.TK)

V. PENUTUP

(19)

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Orang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggung jawabkan perbuatan tersebut dengan pidana apabila dia mempunyai kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukkan pada normatif mengenai kesalahan yang telah dilakukan orang tersebut.1

Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam pidana. Pembentukan undang-undang menggunakan perkataan strafbaar feit untuk menyebutkan, tindak pidana didalam kitab undang-undang hukum pidana. Perkataan feit dalam bahsa belanda berarti

“sebagai suatu kenyataan”, sedangkan strafbarr berarti “dapat dihukum”, sehingga secara harfiah, perkataan “starbaar feit”, itu dapat diterjemahkan sebagai “sebagai dari suatu

kenyataan yang dapat dihukum”, sifat penting dari tindak pidana starbaar feitialahonrechtmatigheidatau sifat melanggar hukum dari suatu perbuatan.2

Tindak pidana merupakan suatu pengertian dasar dalam hukum pidana. Oleh karena itu memahami pengertian tindak pidana adalah penting sekali. Tindak pidana adalah suatu

1

A ✁✂✄☎✆ ✝☎✞. B✟ ✠☎✡☎ ☛☎ ✂✄✟☞✟✆✌ ✂ ✁☎ ☎✁☎ A✍ ☎✎☎✌✂ ✁☎ ☎. ✏✞☎✑ ✂☎✒ ✁✓ ✔✕✂☎✖☎☞ ☎✎✗☎.2001.

2

(20)

pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah kejahatan (crime) yang bisa diartikan secara yuridis ataupun secara kriminologis. Mengenai pengertian tindak pidana tidak ada kesatuan pendapat diantara para sarjana.3

B. Pengertian pelanggaran

Dalam sistem perundang-undangan hukum pidana, tindak pidana dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu kejahatan dan pelanggaran. Kedua istilah tersebut pada hakekatnya tidak ada perbedaan yang tegas karena keduanya sama-sama delik atau perbuatan yang boleh dihukum.

Pembagian tindak pidana tersebut dilakukan karena menurut memorie van toelichting(pada WVS di Negara Belanda) merupakan pembagian asasi (prinsipil), bahwa pembagian tindak pidana dalam kejahatan dan pelanggaran itu berdasarkan perbedaan apa yang disebut delik hukum dan apa yang disebut delik undang-undang. Perbedaan kedua istilah tersebut mempunyai perbedaan ciri-ciri atau sifat suatu perbuatan merupakan delik hukum apabila perbuatan itu bertentangan dengan asas-asas hukum yang ada dalam kesadaran hukum dari rakyat, terlepas daripada hal apakah asas-asas tersebut dicantumkan atau tidak dalam undang-undang pidana. Sebaliknya delik undang-undang ialah perbuatan yang bertentangan dengan apa yang secara tegas dicantumkan dalam undang-undang pidana, terlepas dari apakah perbuatan tersebut bertentangan atau tidak dengan kesadaran hukum dari rakyat.

3

D✧★✩ ★✪ ✫✬✩ ★✭ ★, Tindak Pidana Penerbangan Di Indonesia, ✮✯ ✬✰ ✱ ✬✲ ✳✴★✳✵✭ ✱ ✬, ✶ ✬✩ ✬✫✷✬, 1983,

(21)

Kitab-kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) Indonesia melakukan pembedaan antara kejahatan dan pelanggaran, segala bentuk kejahatan dimuat dalam buku III KUHP yang dibedakan secara prinsip yaitu:

1. Kejahatan sanksi hukumnya lebih berat pelanggaran, yaitu berupa hukuman badan (penjara) yang waktunya lebih lama.

2. Percobaan melakukan kejahatan dihukum, sedangkan pada pelanggaran percobaan melakukan pelanggaran tidak dihukum.

3. Tenggang waktu daluarsa kejahatan lebih lama dari pada pelanggaran.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pelanggaran adalah:

1. Perbuatan yang bertentang dengan apa yang secara tegas dicantumkan dalam undang-undang pidana.

2. Pelanggaran merupakan tindak pidana yang lebih ringan dari kejahatan baik perbuatannya maupun hukumnya.

C. Pelanggaran lalu lintas

(22)

hilir mudik perihal perjalan dijalan, perhubungan antara suatu tempat dengan tempat dengan tempat lain.4 Sedangkan dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, adalah gerakan kendaraan dan orang diruang lalu lintas jalan.5

Pasal 2 dan 3 UU No.22 Tahun 2009 mengatur mengenai semua pengaturan- pengaturan yang terkait dengan lalu lintas. Asas dan tujuan dari dibentuknya undang-undang tersebut adalah:

f. Asas efesien dan efektif ; g. Asas terpadu;dan

h. Asas mandiri;

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan mengatur mengenai semua pengaturan yang terkait dengan lalu lintas, dibentuknya undang-undang tersebut adalah dengan tujuan:

a. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian

4

✹✺ ✻✼ ✽✾✿ ❀❁❀✾❂ ❃ ✻❀❁✼ ❀❁❃ ❄✼ ✽✻ ❅✺ ✾❃❃✾ D❃✾✼ ✽✾ ❆ ✽✻ ❅❃✾ ❆❃✾ B❃ ❇❃ ❁❃,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(❈❃ ❉❃❊ ❄❃:B❃❋❃✺ ✼ ❀❁❄❃ ❉❃,1089), ❇❃❋● 490.

5

(23)

nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

b. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

c. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Untuk mencapai tujuan dan penegakan tersebut dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan dimuat pengaturan mengenai tindak pidana pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan. Pengaturan mengenai ketentuan pidana lalu lintas dang angkutan jalan diatur dalam Bab XIII dari pasal 105 sampai dengan pasal 106 UU No. 22 Tahun 2009 terdiri dari jenis pelanggaran, yaitu:

1. Tindak pidana pelanggaran lalu lintas, yang terdiri dari beberapa jenis pelanggaran antara lain :

a. Pelanggaran terhadap alat pemberi isyarat lalu lintas ; b. Pelanggaran terhadap marka;

c. Pelanggaran terhadap rambu-rambu lalu lintas;

d. Pelanggaran terhadaap kecepatan maksimum dan minimum ;

e. Pelanggaran terhadap persyaratan administratif pengemudi dan kendaraan; f. Pelanggaran terhadap peringatan bunyi

2. Tindak pidana pelanggaran angkutan jalan, yang terdiri dari beberapa jenis pelanggaran antara lain:

a. pelanggaran terhadap persyaratan teknis layak jalan kendaraan; b. pelanggaran terhadap perizinan ;

(24)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan yang bertentangan dengan apa yang secara tegas dicantumkan dalam UU No.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, sebagai pelanggaran, tetapi bukan berarti pelanggaran lalu lintas hanyalah pelanggaran terhadap UU No. 22 Tahun 2009 saja karena undang-undang tersebut sifatnya umum maksudnya berlaku secara nasional di Indonesia, sehingga dapat dimungkinkan adanya peraturan mengenai lalu lintas yang sifatnya khusus misalnya pengaturan lalu lintas melalui peraturan daerah.

Hal ini dimungkinkan karena dalam pasal 5 dan 13 dalam pelanggaran lalu lintas terdapat beberapa pengertian dalam kecelakan lalu lintas ditinjau umumnya tentang pertanggung jawaban pidana lalu lintas, tanggung jawab pengemudi kendaraan yang mengakibatkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas serta hak–hak korban kecelakan lalu lintas yang diatur dalam Undang–Undang No 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

D. Pertanggungjawaban Pidana

Istilah pertanggungjawaban pidana terdiri dari dua kata yakni pertanggungjawaban dan pidana. Pertanggungjawaban berasal dari kata dasar tanggungjawab. Tanggung jawab

diartikan sebagai: “keadaan wajib menanggung segala sesuatunya kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya.6

Dalam bahasa asing pertanggungjawaban pidana disebut sebagai toerekenbaarheid, criminal responsibility, criminal liability. Pertanggungjawaban pidana dimaksudkan untuk menentukan apakah seorang tersangka/terdakwa dipertanggungjawabkan atas suatu tindak pidana (crime) yang terjadi atau tidak.

6

(25)

Pertanggungjawaban pidana (criminal responsibility) adalah suatu mekanisme untuk menentukan apakah seorang terdakwa atau tersangka dipertanggungjawabkan atas tindak pidana yang terjaadi atau tidak. Untukdapat dipidananya si pelaku, syaratnya bahwa tindak pidana yang dilakukannya itu memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan dalam perundang-undangan berdasarkan hal tersebut maka pertanggungjawaban pidana atau kesalahan menurut hukum pidana, terdiri dari tiga syarat yaitu:

a. Kemampuan bertanggungjawab atau dapat dipertanggungjawabkaan dari si pembuat b. Adanya perbuatan melawan hukum yaitu suatu sikap psikis pelaku yang

berhubungan dengan kelakuannya yaitu disengaja dan kurang hati-hati atau lalai. c. Tidak ada alasan pembenar atau alasan yang menghapuskan pertanggungjawaban

pidana sipembuat7

E. Faktor-faktor Pengemudi Kendaraan yang Mengakibatkan Kematian Dalam Kecelakaan Lalu Lintas.

Kecelakaan lalu lintas menurut Pasal 1 angka 24 UU No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan (UULLAJ) adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan atau pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan kerugian harta benda.

Terjadinya kecelakaan lalu lintas dipengaruhi oleh beberapa, faktor-faktor tersebut seolah bekerja sama sebagai penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Semakin menjadi ketika manusianya sendiri terlihat tidak begitu mementingkan keselamatan nyawanya buktinya

7

(26)

banyak pengendara motor yang ugal-ugalan tanpa mengenakan helm atau pengendara mobil yang menyepelekan kegunaan dari sabuk pengaman.8

Macam-macam faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian antara lain:

a. Faktor manusia. Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan. Hampir semua kejadian kecelakaan lalu lintas didahului dengan pelanggaran lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku maupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu. Terjadinya kecelakaan lalu lintas karena kealpaan berasal dari sikap batin dari seorang pengemudi kendaraan, dalam hal ini kecelakaan juga bisa terjadi karena pengemudi kendaraan saat mengendarai kendaraan dalam keadaan mengantuk atau sedang sakit, sedang dibawah pengaruh alkohol sehingga tidak jarang menimbulkan kecelakaan lalu lintas.

b. Faktor kendaraan. Faktor kendaraan yang kerap kali kecelakaan lalu lintas adalah fungsi rem dan kondisi ban. Faktor tersebut diantaranya : 1.Fungsi rem. Rem blong ataupun slip ini sudah pasti akan membuat kendaraan lepas kontrol dan sulit untuk diperlambat. Apalagi pada mobil dengan transmisi otomatis yang hanya mengendalikan rem tanpa engine brake. Sebaiknya selalu melakukan pengecekan pada sistem pengereman sebelum bepergian. 2. Kondisi ban. Bahayanya kendaraan susah dikendalikan, bisa saja kendaraan oleng dan terbalik karena beda ketinggian kendaraan akibat ban meletus. Apalagi saat melaju dalam kecepatan yang cukup tinggi tidak jarang menimbulkan kecelakaan lalu lintas.

8

(27)

c. Faktor jalan. Faktor jalan juga berperan penting dalam terjadinya suatu kecelakaan. Kondisi jalan yang tidak menentu seperti jalan yang berlubang dapat menyebabkan kecelakaan bagi pengguna jalan terutama kendaraan bermotor. Selain itu kondisi jalan yang berliku seperti kondisi jalan yang ada di daerah pegunungan, jalan yang gelap pada malam hari atau minimnya penerangan jalan dalam hal ini tidak jarang menimbulkan kecelakaan.

d. Faktor lingkungan. Faktor ini khususnya dalam cuaca gelap pada malam hari dapat mempengaruhi jarak pandang pengemudi kendaraan dalam mengendarai kendaraannya sehingga sering terjadi kecelakaan. Pada musim kemarau yang berdebu juga membahayakan bagi pengguna jalan terutama kendaraan roda dua. Pada keadaan berdebu konsentrasi mata pengendara berkurang sehingga menyebabkan kecelakaan. Jalan licin pada waktu hujan baik pengendara roda dua dan empat sering tergelincir atau terjadi selip, hal ini yang menyebabkan pengemudi kendaraan kehilangan kendali sehingga terjadi kecelakaan. Kabut yang tebal dapat mengelabuhi mata seolah-olah tidak ada kendaraan yang melaju karena jarak pandang yang terbatas, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.

(28)

1) Kecelakaan lalu lintas digolongkan atas:

a. Kecelakaan lalu lintas ringan; b. Kecelakaan lalu lintas sedang; atau c. Kecelakaan lalu lintas berat.

2) Kecelakaan lalu lintas ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

3) Kecelakaan lalu lintas sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang. 4) Kecelakaan lalu lintas berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan

kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.

5) Kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan, ketidaklaikan kendaraan, serta ketidaklaikan jalan dan/atau lingkungan.

Seringnya terjadi kecelakan lalu lintas pengemudi kendaran bermotor dapat disimpulkan dari tidak disiplinnya pengemudi daalam peraturan lalu lintas seperti belak tidak mengguna isyarat, rambu-rambu lalu lintas dan peringatan bunyi kendaran bermotor.

(29)

Sanksi pidana bagi pengemudi kendaraan yang karena kealpaannya menyebabkan

kematian diatur dalam Pasal 359 KUHPidana, yakni: “Barangsiapa karena kealpaannya

menyebabkan matinya orang lain diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.9

F. Hak–hak korban kecelakaan lalu lintas.

Berbagai pengertian korban banyak dikemukakan baik oleh ahli maupun bersumber dari konvensi-konvensi internasional yang membahas mengenai korban kejahatan, sebagian diantaranya sebagai berikut:

Korban (Victims) adalah orang-orang yang baik secara individual maupun kolektif telah menderita kerugian, termauk kerugian fisik atau mental, emosional, ekonomi, gangguan substansial terhadap hak-haknya yang fundamental, melalui perbuatan atau omisi yang melanggar hukum pidana di masing-masing negara, termasuk penyalahgunaan kekuasaan.

Dengan demikian, bahwa yang menjadi korban pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian ialah pengemudi kendaraan karena tindakan yang dilakukan itu bersifat melawan hukum. Sifat melawan hukum tersebut memperlihatkan kesalahan dari pengemudi kendaraan yang berbentuk kealpaan/kelalaian atau dengan kata lain tindakan. Maka dari itu Korban kecelakan lalu lintas mempunyai hak-hak yang diatur dimulai pasal 240 sampai dengan pasal 241 UU No.22 Tahun 2009. Tentang lalu lintas dan angkutan jalan yakni:

9

(30)

Pasal 240

Korban Kecelakaan Lalu Lintas berhak mendapatkan:

a. Pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas dan/atau Pemerintah;

b. Ganti kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas; dan

c. Santunan Kecelakaan Lalu Lintas dari perusahaan asuransi. Pasal 241

Setiap korban Kecelakaan Lalu Lintas berhak memperoleh pengutamaan pertolongan pertama dan perawatan pada rumah sakit terdekat sesuai dengan ketentuan peraturan PerUndang-Undangan.

Kealpaan pengemudi kendaraan merupakan sesuatu yang sulit dihindarkan namun hendaknya selalu waspada ketika mengemudikan kendaraan dengan membatasi hal-hal yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.

(31)

I. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Bahwa mencari, menemukan dan menganalisis suatu masalah yang diteliti, digunakan metode-metode tertentu yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Metode penelitian tersebut diperlukan dalam upaya memperoleh data yang bener-bener obyektif dan dapat dipertanggungjawabakan secara ilmiah. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dan penelitian ini, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Pendekatan yuridis Normatif

Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menganalisis teori-teori, konsep-konsep,serta perundang-undangan yang berkaitan dengan proses peradilan pidana perkara kecelakaan lalu lintas. Selain itu juga pendekatan ini dilakukan melalui penelitian kepustakaan dengan cara mempelajari terhadap hal-hal yang berifat teoritis menyangkut asas hukum, konsepsi, pandangan, peraturan-peraturan hukum serta hukum yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi.

b. Pendekatan yuridis empiris

(32)

berkaitan dengan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana kelalaian lalu lintas.

B. Sumber Data Dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari perustakaan dan lapangan. Sedangkan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer.

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari penelitian di lapangan pada obyek yang diteliti, beberapa keterangan dari aparat penegak hukum di kejaksa Bandar lampung dan di Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam skripsi ini.

2. Data Sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan yang meliputi: a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersumber dari:

1. Kitab Undang-Undang hukum pidana (KUHP)

2. Kitab Undang-Undang Hukum acara Pidana (KUHAP)

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang lalu lintas dan Angkutan Jalan; b. Bahan hukum sekunder,yaitu bahan hukum yang bersumber dari :

1. Buku-buku literature yang berkaitan dengan undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan.

2. Peraturan lain yang timbul dalam praktek.

(33)

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit yang ciri-cirinya akan diduga.1Yang dimaksud dengan sampel adalah suatu kelompok atau bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu yang dipilih untuk memberikan atau memperoleh informasi tentang suatu kegiatan. Populasi yang diambil penulis adalah anggota kepolisian dan hakim. Untuk menentukan sampel populasi digunakan metode purposive sampling yang berarti bahwa dalam menentukan sampel disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dan kedudukan masing-masing sampel yang dianggap telah mewakili populasi terhadap masalah yang hendak diteliti. Sesuai metode penentuan sampel dari populasi yang akan diteliti secara hierarki sebagaimana tersebut di atas maka sampel dalaam penelitian ini :

a. Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang : 2 Orang b. Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung : 2 orang

4 Orang

D. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Data primer, dilakukan dengan mengadakan studi lapangan

Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer adalah:

Singaribun, Masri Dan Sofian Efendi. 1989.Metodologi Penelitian Survey.Jakarta: LP3ES.hal.152

(34)

1. Pengamatan tidak terlibat (non participant observation), yaitu dengan langkah melakukan pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti;

2. Wawancara yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden yang terdiri dari penyidik polresta Bandar lampung dan hakim di PNTK.

b. Data sekunder dilakukan dengan cara:

1. Studi dokumentasi, yaitu mempelajari bahan-bahan hukum primer maupun bahan sekunder yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan;

2. Studi pustaka, yaitu dengan mempelajari data tersier yang berhubungan dengan pelaksanan penyidikan didasarkan pada KUHAP.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Metode Pengelahan Data 1. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditemput prosedur, yaitu studi keperpustakaan (library research). studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya materi penelitian, brupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, serta dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan masalah ini.

(35)

Data yang terkumpul, diolah melalui pengelolahan data dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Editing(pemeriksaan data)

Yaitu terhadap data yang telah dikumpulkan baik data sekunder maupun primer, dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah data yang dibutuhkan tersebut sudah cukup benar.

b. Klasifikasi (pengelompokan data)

Data yang sudah terkumpul dikelompokan sesuai dengan jenis dan sifatnya agar mudah dibaca selanjutnya dapat disusun secara sistematis.

c. Sistematis (penyusun data)

Data yang sudah dikelompokkan disusun secara sistematis sesuai dengan pokok permasalahan konsep dan tujuan penelitian agar mudah dalam menganalisis data.

F. Analisis Data

(36)
(37)

I. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan, maka penulis menyimpulkan beberapa hal diantaranya sebagai berikut:

1. Majelis hakim dalam hal membuat putusan dalam perkara No.278/pid/B/2012/PNTK telah menunjukkan inkonsistensi dalam pertimbangan hukumnya dengan menjatuhkan putusan berdasarkan pada dakwaan kedua Jaksa Penuntut umum, meskipun dalam putusannya majelis hakim tetap menyebutkan dalam putusannya bahwa pelaku telah lalai dalam mengemudi yang menyebabkan hilangnya nyawa korban serta memberikan sanksi melabihi dari ancaman maksimum dalam dakwaan kedua.

Putusan yang diberikan oleh majelis hakim yang memeriksa perkara tersebut telah tidak mematuhi ketentuan dalam pasal 63 yang mengharuskan majelis hakim untuk memberikan sanksi dengan ancaman hukuman pidana yang paling tinggi terhadap dua atau lebih tindak pidana yang terjadi secara bersamaan

(38)

2

raya. Meskipun pelaku tidak dapat dikatakan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, namun perbuatan pelaku dalam hal mengendarai kendaraan dalam keadaan mabuk dapat dikatakan kelalaian yang memungkinkan terjadinya keadaan-keadaan yang berbahaya sehingga pelaku tetap dapat dipidana karena kelalaiannya.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Penegakan hukum pidana dalam perkara kecelakan lalu lintas karena kealapaan yang menyebabkan kematian dengan putusan No:278/pid/B/2012/PNTK, menurut penulis perlu adanya kerja sama baik dari para penegakan hukum dan dalam hal penulisan juga menyerahkaan hendaknya selain dikenakan sanksi hukum pidana 310 ayat (4) UU NO 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan jalan, seharunnya dalam penegaka hukum pidana perkara kecelakan lalu lintas diperlukan juga undang-undang KUHP khususnya dipasal 63 yang mana hakim dalam memutus perkara kecelakan lalu lintas benar dan adil.

(39)

Undang-3

(40)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan Dan Ruang Lingkup ... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 7

E. Sestematika Penulisan ... 16

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Tujuan Umum Tentang Tindak Pidana ... 18

B. Pengertian Pelanggaran ... 19

C. Pelanggaran Lalu Lintas ... 21

D. Pertanggung Jawaban Pidana ... 24

E. Faktor-faktor Pengemudi Kendaran yang Mengakibatkan Kematian dalam Kecelakaan Lalu Lintas ... 25

F. Hak-hak Korban Kecelakan Lalu Lintas ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 31

B. Sumber Data dan Jenis Data ... 32

C. Penentuan Populasi ... 33

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan Data ... 35

(41)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden ... 37 B. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana

Terhadap Kelalaian Yang Menyebabkan Kematian Dalam Kecelakaan Lalu-Lintas

(Studi Putusan No : 278/Pid/B/2012/Pntk) ... 38 C. Petanggungjawaban Pidana Terhadap Kelalaian Yang

Menyebabkan Kematian Dalam Perkara Tindak Pidana Lalu-Lintas (Pengadilan Negeri Tanjung Karang

No : 278/Pid/B/2012/Pntk) ... 45

V. PENUTUP

A. Simpulan ... 54 B. Saran ... 55

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arief Gosita,1993.Masalah Korban Kejahatan,Akademik presindo,Jakarta.

Andi, Hamzah.2001.Bunga Rapai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia Jakarta.

Arief,Badar Nawawi .2001 Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggukangan Kejahatan.PT Citra Aditya Bakti.Bandung.

Erdiant, Effendi.2011. Hukum Pidana Indonesia (suatu pengantar), (bandung,refika aditama Hukum Pidana Di Indonesia Dan Penerapannya, (Jakarta,Alumni AHAEM PETEHAEM,1989).

Koesparnomo,Irsan.2005.Hukum Pidana 1,(Jakarta,Fakultas Hukum UPNVJ) Moeljatno.2002.Asas-Asas Hukum Pidana,(Jakarta,Rineka Cipta,).

Muladi dan Barda Nawawi Arief.2010 Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Cetakan Ke-4, Penerbit Alumni, Bandung.

Prakoso,djoko.1983 Tindak Pidana Penerbangan Di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta.

SR.siantari.2995. Asa-Asas Moeljtano,kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),PT.Bumi Aksara,JakartaMunir Fuady, perbuatan melawan hukum (pendekatan kontenporer), (bandung,PT citra aditya,).

Singaribun, Masri Dan Sofian Efendi. 1989. Metodologi Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Sutrisna, I Gusti Bagus.1986. “Peranan Keterangan Ahli dalam Perkara Pidana ( Tijauan terhadap pasal 44 KUHP),” dalam Andi Hamzah(ed.), Bunga Rampai HUkum Pidana dan Acara Pidana ( Jakarta :Ghalia Indonesia ,). Singaribun, Masri Dan Sofian Efendi. 1989. Metodologi Penelitian Survey.

(43)

58

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka,1089).

Bahan Perundang-Undangan

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka,1089) Indonesia Undang-Undang Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan,UU No.22 Tahun 2009.

Indonesia Undang-undang tentang lalu lintas dan angkutan jalan,UU No.22 tahun 2009.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Bahan Penelusuran Website www.wikipidia.com

http://www.anneahira.com/kecelakaan-lalu-lintas.htm www.Fayusma-Rifai.Blogspot.com

www.wikipidia.org/wiki/lalu-lintas.com

(44)

Motto

Berangkat dengan penuh keyakinan Berjalan dengan penuh

keikhlasan Istiqomah dalam menghadapi cobaan

Yakin, ikhlas,istiqomah

(TGKH,Muhammad Zainuddin abdul masjid)

(45)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan karya

kecilku ini untuk orang-orang yang kusayangi :

Ayahandaku Dawas dan ibuku Solbiah tercinta, motivator

terbesar dalam hidupku yang tak pernah jemu mendo’akan dan

menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaran

mengantarku sampai kini. Tak pernah cukup ku membalas cinta

ayah bunda padaku.

Adikku Arsah, Masdi dan tonang,yang telah membuatku menjadi

dewasa,tegar dan lebih bijaksana dalam menjalani hidup terima

kasih dukungannya.

Keluarga besar saya yang telah memberiku kelonggaran waktu

sehingga aku dapat melaksanakan perkuliahan hingga

penyusunan skripsi sampai tuntas

Sahabat-sahabatku seperjuangan dan mengisi hari-hariku

melewati suka dan duka dan semua teman-teman yang tak

mungkin penulis sebutkan satu-persatu, for u all I miss u forever

Almamaterku tercinta universitas lampung yang telah mendidik

(46)

i

SAN WACANA

Alhamdulillahirabbil ’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, sebab hanya dengan kehendaknya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari pastilah masih banyak kekurangan dan ketebatasan dalam penulisan skripsi ini, oleh karna itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama proses penyusunan sampai dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung

2. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, sekaligus Pembimbing I yang memberikan saran, arahan dan kritik dalam penulisan ini

(47)

ii

memberikan motivasi, jalan, saran dan juga kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini

4. Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Pembahas I atas waktu, saran dan kritik untuk menyelesaikan skripsi ini

5. Bapak Deni Achmad , S.H., M.H., selaku Pembahas II, masukan dan saran yang diberikan selama proses perbaikan skripsi ini

6. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh studi

7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh studi

8. Ayahanda dan ibunda tercinta buat segala doa dan dukungannya baik moril maupun materil sebagai bentuk limpah kasih sayang yang tak terkira telah diberikan kepadaku sampai saat ini juga. Terima kasih atas kesabarannya dalam mendidk saya.

9. Kejaksaan Negeri Bandar Lampung, , Pengadilan Negeri Tanjung Karang yang telah memberikan izin penelitian, saran serta masukan kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini

10.Teman-teman seperjuanganku Bro_kum (feri, rifki, saddam geol , yoga, sena, aci, ciendy, tari, yoga pc, welin, ami, anand, acil, andri, tody, )

11.Sahabat-sahabat ku (Aidil Akbar, Kukuh, Bayu) terima kasih atas semangat yang selalu diberikan kepada penulis

(48)

iii

13.Seluruh angkatan 2009, terutama teman-teman Jurusan Pidana 2009 atas bantuan, dukungan dan kerjasamanya

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas semua bantuan, kerelaan dan dukungannya.

15.Almamater tercinta Universitas Lampung

Hendak kepada Allah SWT memanjatkan doa, semoga semua kebaikan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT, dan akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Sopiah, Perilaku Organisasional, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2008), hal.. Perilaku organisasi adalah perilaku manusia atau tindakan, sikap manusia yang dapat diukur

Tujuan penelt ian ini adalah 1) Unt uk menget ahui pr ofesionalisme audit or dan et ika pr ofesi secar a par sial ber pengar uh t er hadap t ingkat per t imbangan mat

Pengaruh negatif tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti data penelitian merupakan data bulanan yang tidak memilahkan antara bank syariah dengan

kompetensi dasar yang terdapat dalam aspek permainan dan olahraga dipilih sesuai dengan kondisi sekolah, (d) dendidikan luar sekolah dilakukan pada akhir semester atau

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pardono (2009) yang menunjukkan hasil terbaik pembentukan jumlah polong tanaman kacang panjang dari kombinasi dosis pupuk organik

Keberadaan kebudayaan Lampung sangat penting untuk diperhatikan sebab kebudayaan tersebut adalah strategi kebudayaan yang sangat baik untuk memelihara dan membina

Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari perbandingan pemakaian tipe busi nikel, iridium dan platinum terhadap daya, torsi dan emisi gas buang pada sepeda motor Yamaha

Nilai negatif (-) pada Z = -0,135 yang berarti bahwa nilai berarti bahwa nilai (kelompok kontrol) lebih kecil daripada nilai (kelompok perlakuan) sehingga dapat disimpulkan