• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TPS (Think Pair Share) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas XI MAN 1 Metro Semester Genap TP 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TPS (Think Pair Share) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas XI MAN 1 Metro Semester Genap TP 2011/2012)"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TPS (Think Pair Share)

TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI

POKOK SISTEM PERNAPASAN

(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas XI MAN 1 Metro Semester Genap TP 2011/2012)

Oleh

MELDA ARIYANTI

Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa menguasai materi pelajaran. Hasil observasi pada siswa kelas IX IPA MAN 1 Metro menunjukan bahwa penguasaan konsep siswa masih rendah, hal ini disebabkan kurangnya sumber belajar siswa serta rendahnya minat baca siswa terhadap buku teks yang terlalu tebal. Sehingga diperlukan variasi bahan ajar yang menarik minat siswa sebagai salah satu alternatif sumber belajar yaitu bahan ajar Leafet. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan model pembelajaran TPS terhadap penguasaan konsep dan aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem pernapasan.

(2)

PENGARUH PE

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TPS (

TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI

POKOK

(Studi Eksperimen

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TPS (Think Pair Share

PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI

POKOK SISTEM PERNAPASAN

(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas XI MAN 1 Metro Semester Genap TP 2011/2012)

Oleh

MELDA ARIYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012

LEAFLET

Think Pair Share)

PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI

pada Siswa Kelas XI MAN 1 Metro Semester

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

(3)

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TPS (Think Pair Share)

TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI

POKOK SISTEM PERNAPASAN

(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas XI MAN 1 Metro Semester Genap TP 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

MELDA ARIYANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem-Based Learning (PBL) ... 7

B. Masalah Open-Ended ... 15

C. Kemampuan Pemecahan Masalah (KPM) atau Problem-Solving Skills 17

D. Kerangka Pikir ... 21

E. Hipotesis ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Desain Penelitian ... 23

D. Prosedur penelitian ... 24

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Teknik Analisis Data ... 34

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

(5)

xiv V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN 1. Silabus ... 66

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 72

3. Lembar Kerja Kelompok ... 84

4. Soal Pretes dan Postes ... 92

5. Data Hasil Penelitian ... 95

6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 103

7. Foto-Foto Penelitian ... 111

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Tri Jalmo, M.Si. __________

Sekretaris : Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd. __________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed. __________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003

(7)

Judul Skripsi : PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN TPS (Think Pair Share) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas XI MAN 1 Metro Semester

Genap TP 2011/2012)

Nama Mahasiswa : MELDA ARIYANTI

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024036

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Tri Jalmo, M.Si Rini Rita T Marpaung, S.Pd., M.Pd. NIP 196109101986031005 NIP 197707152008012020

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si

(8)

MOTTO

“Dan sesungguhnya Allah akan menolong siapa yang menolong agamanya.

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Kuasa ”

(Al Hajj: 40)

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil, tapi berusahalah

untuk menjadi manusia yang berguna …”

(Einstein)

Masalah datang bukan untuk diratapi dan disesali tetapi masalah datang

untuk dihadapi dan diselesaikan dengan sabar dan ikhlas

(9)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Melda Ariyanti

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024036

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri,

dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau

ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan

penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, 2012 Yang menyatakan

(10)

PERSEMBAHAN

Aku bersyukur kepadamu Ya Alloh atas izin Mu jua lah kebahagiaan ini dapat

ku raih.... Aku persembahkan kebahagiaan ini, buah manis dari perjuangan dan

jerih payahku kepada:

Walidku A. Rozali dan Bundaku Nurbaiti yang amat sangat kucintai, yang

telah lama menantikan keberhasilanku, terima kasih atas kasih sayang dan

doa tulus untuk keberhasilan ananda. Semoga Alloh memberikan

kesempatan kepadaku untuk bisa selalu membahagiakan kalian....

Kakak-kakakku tersayang Maya Zayanti, S.Pd, Mela Damayanti dan A.

Rio Chandra. Keponakan-keponakanku tersayang Muhammad Azfa

Adzkya, Abdullah Fatih Adzkya, Talitha Nabila Kusuma, Khanza

Azzahra Kusuma, Daffa Zahwan Kusuma, Queen Aqoera Maliqa Balqis.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu pengajar terima kasih atas segala ilmu yang

diberikan, semoga ilmu ini selalu bermanfaat dan diberkahi Alloh SWT.

Hamba Alloh, yang selalu membantu, mendukung dan mendoakan yang

terbaik untukku, terima kasih semoga Alloh membalas kebaikannya.

(11)
(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 04 September 1987,

yang merupakan anak keempat dari empat bersaudara pasangan

Bapak A. Rozali dan Ibu Nurbaiti.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) MIN 1

Metro diselesaikan tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri

4 Metro diselesaikan tahun 2002, Sekolah Menengah Atas (SMA) Utama Wacana

Metro diselesaikan tahun 2005. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, pada tahun 2011 penulis melaksanakan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Surya Dharma 2 Bandar Lampung, dan

pada tahun 2012 penulis melakukan penelitian di MAN 1 Metro untuk meraih

(13)

xi

SANWACANA

Puji syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA,

FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN

AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TPS (Think Pair

Share) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI

POKOKSISTEM PERNAPASAN” (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas

XI MAN 1 Metro Semester Genap TP 2011/2012).

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;

3. Neni Hasnunidah, S.Pd, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi;

4. Drs. Arwin Achmad, M.Si, selaku Pembimbing Akademik;

5. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesabaran, bimbingan, arahan

dan waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis dalam penyusunan

skripsi ini;

6. Rini Rita T Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II atas kesabaran,

(14)

xii

7. Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed, selaku pembahas atas bimbingan, saran

dan masukannya kepada penulis;

8. Drs. H. Moh. Luthfie’Aziz HF, selaku kepala MAN 1 Metro atas bantuannya;

9. Andri Jaya Kusuma, S.Si., selaku guru mitra atas bantuannya;

10.Walid dan Bundaku tercinta, terima kasih untuk perhatian, doa dan kasih

sayang yang tak terhingga selama ini. Juga kakak-kakakku tercinta serta

keponakan-keponakanku tersayang yang lucu-lucu;

11.Marta Eka Putri, Aditya Prayoga, Fitriadi, Ahmad Fauzi, Padilah Fitriana Sari,

Yulisa Wulandari, I Gusti Putu Hendrawan, Ferry Ardiyanto, Nurhidayati,

Wening Sudrajat, I Gede Suastikayasa, semoga tali persaudaraan ini tetap

terjaga selamanya;

12.Sahabat satu team leaflet Riza Tresia Merta, terimakasih untuk kebersamaan

selama ini;

13.BIOLOGI NON REGULER 2007, adik-adik dan kakak-kakak tingkat

pendidikan biologi;

14.Sahabatku dikostan, Putri dan Nia, terimakasih untuk kebersamaan selama ini;

15.Hamba Alloh, terima kasih atas bantuan, dukungan dan doanya;

16.Almamaterku, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Bandar Lampung, Juni 2012

Penulis

(15)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab (Depdiknas, 2003:1).

Pendidikan saat ini masih terasa rendah, gambaran ini tercermin dari

beragamnya masalah pendidikan yang terjadi, rendahnya hasil belajar siswa,

pengajar kurang profesional dan biaya pendidikan yang mahal (Muliani,

2009:1). Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah saat ini

banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa.

Guru dituntut mampu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah terutama

mengenai penguasaan materi pembelajaran siswa sesuai dengan bidang studi

yang diajarkan. Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah

bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh siswa

(16)

2

Hasil observasi pada siswa kelas XI MAN 1 Metro menunjukkan bahwa

penguasaan konsep oleh siswa masih rendah. Hal ini dapat terlihat dari

prestasi belajar siswa yang rendah dibuktikan dengan rata-rata nilai mata

pelajaran biologi siswa khususnya pada materi sistem pernapasan yaitu 38,28

di bawah nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu 70,0. Dari hasil wawancara,

hal ini disebabkan siswa hanya memiliki satu buku pegangan saja berupa

LKS dan hanya 25% siswa yang mempunyai buku teks sebagai sumber

belajarnya. Kemudian, model pembelajaran yang digunakan guru

menggunakan metode ceramah dan terjadi proses pembelajaran langsung

yaitu guru menjelaskan materi pelajaran dan siswa mendengarkan.

Sedangkan untuk materi sistem pernapasan akan lebih mudah dipahami jika

menggunakan gambar-gambar struktur dari sistem pernapasan dan membuat

siswa untuk menemukan sendiri jawaban dari masalah dengan memahami

gambar-gambar tersebut. Maka dari itu perlu adanya variasi bahan ajar yang

menarik sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.

Zulkarnain (2009) menyatakan bahwa bahan ajar memiliki posisi amat penting

dalam pembelajaran. Posisinya adalah sebagai wakil dari penjelasan guru di

depan kelas. Keterangan-keterangan guru, uraian-uraian yang harus

disampaikan guru, dan informasi yang harus disajikan guru dihimpun di dalam

bahan ajar. Dengan demikian, guru akan dapat mengurangi kegiatannya

menjelaskan pelajaran dan siswa lebih aktif. Hasil penelitian Aini (2010 : 54)

menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan bahan ajar leaflet

memiliki pengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa kelas VII SMP

(17)

3

Sedangkan hasil penelitian Sofia (2010) menyimpulkan bahwa bahan ajar IPA

Terpadu berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa berkemampuan

akademik rendah dengan persentase kenaikan sebesar 25%, sedangkan siswa

berkemampuan akademik tinggi mengalami kenaikan 35%. Sehingga

penggunaan bahan ajar leaflet yang dipadukan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TPS ini, diharapkan dapat melibatkan siswa dalam

pembelajaran sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap

materi pembelajaran dan dapat meningkatkan penguasaan konsep pada

bidang studi biologi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penggunaan bahan ajar leaflet dengan model pembelajaran TPS

dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas XI MAN 1 Metro

pada materi pokok sistem pernapasan?

2. Apakah penggunaan bahan ajar leaflet dengan model pembelajaran TPS

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI MAN 1 Metro pada

materi pokok sistem pernapasan?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar leaflet

dengan model pembelajaran TPS.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian

(18)

4

1. Untuk mengetahui penggunaan bahan ajar leaflet dengan model

pembelajaran TPS dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas XI

MAN 1 Metro pada materi pokok sistem pernapasan.

2. Untuk mengetahui penggunaan bahan ajar leaflet dengan model

pembelajaran TPS terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa kelas XI

MAN 1 Metro pada materi pokok sistem pernapasan.

3. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar

leaflet dengan model pembelajaran TPS.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Peneliti : untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sebagai

calon guru tentang penggunaan bahan ajar khususnya leaflet dan model

pembelajaran khususnya model pembelajaran kooperatif tipe TPS

dalam meningkatkan penguasaan konsep materi pelajaran dan hasil

belajar siswa.

2. Guru : sebagai sumbangan pemikiran dan alternatif pembelajaran

dalam memilih serta menerapkan model pembelajaran dan bahan ajar

yang tepat untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa.

3. Siswa : sebagai alternatif pemilihan bahan ajar yang berbeda dari buku

teks yang biasa digunakan yang dapat meningkatkan penguasaan

konsep materi pelajaran dan hasil belajar siswa.

4. Sekolah : sebagai masukan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan

ajar leaflet dalam kegiatan pembelajaran di sekolah pada khususnya

(19)

5

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yaitu :

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI semester genap di MAN 1

Metro.

2. Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak

dimatikan/dijahit. Leaflet disusun dari beberapa sumber belajar dengan

bahasa sederhana yang mudah dimengerti siswa serta disisipkan ilustrasi

yang mendukung materi pelajaran sehingga mampu menarik minat baca

siswa.

3. Think-Pair-Share (TPS) adalah salah satu tipe model pembelajaran

kooperatif yang pada pelaksanaannya mengutamakan siswa dalam berbuat

untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran

dengan jalan berfikir (Think), berpasangan (Pair), dan mengemukakan

pendapat (Share).

4. Penguasaan konsep pada penelitian ini adalah nilai yang diperoleh dari

rata-rata pretest dan postest.

F. Kerangka Pikir

Pengembangan bahan ajar oleh guru sangatlah penting dalam membantu

kegiatan pembelajaran. Keberadaan bahan ajar akan menambah nuansa

referensi dengan versi yang lain, ketersediaan bahan ajar, bagi siswa akan

menjadikan pembelajaran lebih menarik, membantu siswa untuk banyak

kesempatan dalam belajar mandiri, dengan tidak banyak menjadikan

(20)

6

dipersyaratkan akan lebih mudah dan terbantu dengan demikian akan

membantu kelacaran dan kecepatan siswa mencapai dan menguasai

kompetensi yang dipersyaratkan. Penggunaan leaflet sebagai bahan ajar

diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Leaflet

ini disusun dari beberapa sumber belajar dan dengan bahasa sederhana yang

mudah dimengerti siswa serta disisipkan ilustrasi yang mendukung materi

pelajaran sehingga mampu menarik minat baca siswa. Leaflet sebagai bahan

ajar memuat materi yang dapat menggiring siswa untuk menguasai satu atau

lebih Kompetensi Dasar. Selain itu, penggunaan leaflet ini dirasa sangat tepat

apabila dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang

dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta

bekerja sama dengan orang lain, mempertimbangkan jawaban yang paling

tepat, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide.

Dengan demikian siswa dapat berlatih untuk menggali dan mengolah

informasi dari leaflet, siswa dapat berlatih untuk menghargai pendapat orang

lain, dan menumbuhkan kepercayaan diri, serta saling membantu. Proses

pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar leaflet dengan model TPS ini

diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep karena siswa dituntut

melibatkan diri secara aktif baik dengan pasangannya maupun dengan seluruh

kelas. Siswa juga akan lebih memahami konsep materi sehingga tercipta

suasana pembelajaran yang kondusif.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penggunaan bahan ajar leaflet

dengan model pembelajaran TPS. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian

(21)

7

Gambar 1. Model teoritis hubungan antara variabel bebas dan terikat

Keterangan: X : Penggunaan bahan ajar leaflet dengan model TPS; Y : Penguasaan konsep siswa

G. Hipotesis penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. H0 : Penggunaan bahan ajar leaflet dengan model pembelajaran TPS tidak

meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi pokok sistem

pernapasan.

H1 : Penggunaan bahan ajar leaflet dengan model pembelajaran TPS

meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi pokok sistem

pernapasan.

2. Penggunaan bahan ajar leaflet dengan model pembelajaran TPS dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI MAN 1 Metro pada materi

pokok sistem pernapasan.

3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar leaflet dengan model

pembelajaran TPS.

(22)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang dipergunakan untuk membantu

guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Berupa bahan tertulis atau

tidak tertulis. Bahan ajar terdiri dari mengajar dan bahan. Jadi bahan ajar

adalah bahan untuk mengajar ( Darkuni, 2010: 6 ). Menurut Natalegawa

(2010: 4) bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan

pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam

melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam

belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan

kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Dengan bahan

ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau

kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif

mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

Bahan pelajaran merupakan bahan minimal yang harus dikuasai oleh siswa

untuk dapat mencapai kompetensi dasar yang telah dirumuskan. Menurut

Darkuni (2010:7) bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun

secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan

(23)

9

Bahan ajar paling tidak mencakup antara lain:

1. Petunjuk belajar (bagi guru dan siswa); dengan demikian maka dalam

pembelajaran akan ada acuan yang digunakan untuk mencapai kompetensi

dasar,

2. Kompetensi yang akan dicapai, ditentukan dalam kurikulum

3. Isi materi, yang sesuai dan selaras dengan kurikulum dan kompetensi yang

akan dasar dicapai

4. Informasi pendukung pembelajaran; misalnya petunjuk, acuan atau

wawasan yang relevan dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan

5. Latihan-latihan; yang berfungsi untuk melatih pemahaman dan penguasaan

konsep-konsep yang harus dikuasai dan sesuai dengan KD

6. Petunjuk Kerja (misalnya LKS); yang akan menentukan pencapaian

kompetensi

7. Evaluasi; yang digunakan sebagai acuan untuk menilai pencapaian

kompetensi oleh siswa, selain itu digunakan juga untuk menilai pencapaian

tujuan pembelajaran

8. Respon atau balikan terhadap evaluasi, agar didapat masukkan atau

informasi berbagai kelemahan (juga kelebihan) yang memerlukan

perbaikan atau peningkatan.

Selanjutnya menurut Darkuni (2010:7) fungsi bahan ajar antara lain:

1. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitas dalam proses

(24)

10

2. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitas dalam

proses pembelajaran, merupakan substansi kompetensi yang seharusnya

dipelajari/dikuasainya.

3. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

Kemudian tujuan penyusunan bahan ajar adalah:

1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan

mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan

karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.

2. Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping

buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.

3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Manfaat penyusunan bahan ajar adalah:

1. Untuk memperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai

dengan kebutuhan belajar siswa

2. Untuk membiasakan siswa agar tidak lagi tergantung kepada buku teks

(sulit untuk diperoleh)

3. Untuk mengembangkan bahan ajar dengan menggunakan berbagai

referensi,

4. Untuk menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam

menulis bahan ajar

5. Untuk membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru

(25)

11

Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan

menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain

handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart. Bahan

ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk

audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk,

film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti

CAI (Computer Assisted Instruction) dan compact disk (CD) multimedia

pembelajaran interaktif (Natalegawa, 2010: 24).

Dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan dalam strukturnya antara

bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain. Guna mengetahui

perbedaan-perbedaan dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Bahan Ajar Cetak (Printed)

No Komponen Ht Bu Ml LKS Bro Lf Wch F/Gb Mo/M

1. Judul √ √ √ √ √ √ √ √ √

2. Petunjuk belajar - - √ √ - - - - -

3. KD/MP - √ √ √ √ √ ** ** **

4. Informasi pendukung √ - √ √ √ √ ** ** **

5. Latihan - √ √ - - - -

6. Tugas/langkah kerja - - √ √ - - - ** **

7. Penilaian - √ √ √ √ √ ** ** **

Ht: handout, Bu:Buku, Ml:Modul, LKS:Lembar Kegiatan Siswa, Bro:Brosur, Lf:Leaflet, Wch:Wallchart, F/Gb:Foto/ Gambar, Mo/M: Model/Maket

(Natalegawa, 2010: 31).

B. Leaflet

(26)

12

Dalam membuat leaflet secara umum sama dengan membuat brosur, bedanya

hanya dalam penampilan fisiknya saja, sehingga isi leaflet sama dengan isi

brosur. Leaflet biasanya ditampilkan dalam bentuk dua kolom kemudian

dilipat. Isi leaflet adalah :

1. Judul diturunkan dari kompetensi dasar atau materi pokok sesuai dengan

besar kecilnya materi.

2. Kompetensi dasar/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari

Kurikulum.

3. Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik

memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan

pengalaman pembacanya.Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku

tertentu yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya.

4. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok dan ditulis dalam

kertas lain.

5. Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.

6. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya

buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian (Setyono, 2005:38-39).

C. Pembelajaran Kooperatif

Belajar dapat dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia

dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep,

ataupun teori. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi juga

mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

(27)

13

individual yakni peristiwa terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dampak

dari pengalaman individu. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan (Slameto,1991:78).

Siswa akan memperoleh pengetahuan dengan melakukan kegiatan belajar

sendiri, guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran sehingga siswa

lebih aktif dalam belajar dan pengalaman yang diperoleh akan lebih banyak.

Guru bertugas menyediakan bahan pelajaran, tetapi yang mengolah dan

mencerna adalah para siswa, sehingga yang aktif dan mendominasi aktivitas

belajar adalah siswa (Sardiman, 2003 : 99).

Dalam proses pembelajaran peranan guru sangat penting. Pembelajaran tidak

dilakukan sembarangan tetapi harus dengan usaha yang direncanakan agar

terjadi proses belajar mengajar. Hal ini berarti pembelajaran merupakan usaha

pendidik untuk membawa siswa ke dalam proses belajar baik untuk mencapai

tujuan yang telah dirumuskan, tujuan tersebut akan tercapai dengan optimal

jika proses belajar mengajar berlangsung menggunakan model pembelajaran

yang sesuai dengan situasi dan kondisi (Depdiknas, 2002 : 124).

Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang

sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya,

maka pendekatan kontruktivisme dalam pengajaran yang dirasa tepat yaitu

dilakukan melalui pembelajaran kooperatif (Depdiknas, 2002 : 124).

(28)

14

pembelajaran akan membawa pengaruh yang positif bagi siswa karena dapat

mengembangkan kemampuan kerjasama diantara para siswa dalam

menyelesaikan masalah yang ditemukan dalam belajar mereka.

Pembelajaran kooperatif yang disebut dengan pembelajaran gotong royong

adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dalam

sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator (Lie, 2002: 12). Menurut Eggen

and Kauchak (dalam Trianto 2007 : 42), pembelajaran kooperatif merupakan

belajar strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi

untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini berarti pembelajaran kooperatif

merupakan pembelajaran yang didasari oleh falsafah homo socius yang

menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial (Djamarah dan Zain,

1996:63). Dalam hal ini kegiatan belajar mengajar siswa dalam kelas

kooperatif adalah belajar bersama dalam kelompok kecil. Setiap kelompok

terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. Dalam

penerapan pembelajaran kooperatif ini siswa akan belajar dalam kelompok

kecil, saling membantu untuk memahami suatu pelajaran, memeriksa dan

memperbaiki jawaban serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai hasil

belajar maksimal.

Interaksi siswa dalam kelompok terutama proses penularan pengetahuan dari

siswa yang pandai ke siswa yang kurang pandai dan hal yang sering dilakukan

maka akan membawa dampak positif bagi prestasi belajar siswa. Oleh karena

(29)

15

pembelajaran yang bersifat kooperatif, pembelajaran kooperatif selain unggul

dalam membuat siswa memahami konsep-konsep sulit, model kooperatif juga

berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kerjasama.

Model kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan interaksi antar siswa

dalam memecahkan masalah dengan selektif dalam masing-masing kelompok

dan saling mengajar sesama siswa lainnya. Jadi dalam pembelajaran

kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.

Bahkan, banyak peneliti menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya

(peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru (Lie, 2002

: 31). Hal ini disebabkan oleh latar belakang pengalaman dan pengetahuan

para siswa yang lebih mirip satu sama lainnya dibandingkan dengan skemata

guru. Lie (2002 : 31) mengemukakan bahwa terdapat lima unsur dasar

kooperatif yang harus diterapkan yaitu :

1) Saling ketergantungan positif

2) Tanggung jawab perseorangan

3) Tatap muka

4) Komunikasi antar anggota 5) Evaluasi proses kelompok.

Pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai dengan harapan dan siswa dapat

bekerja secara produktif dalam kelompok, sehingga siswa perlu diajarkan

keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi

untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan

kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota

kelompok, sedangkan peranan tugas dapat dilakukan dengan membagi tugas

(30)

16

Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa

menumbuhkan kemampuan berfikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat

memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok

atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik (Trianto,

2007:44).

Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih

keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi, dan juga keterampilan-keterampilan-keterampilan-keterampilan

Tanya-jawab (Ibrahim dalam Trianto, 2007 : 45). Selanjutnya Ahmadi (2005

: 63) menuliskankan bahwa :

Keunggulan kooperatif adalah: (1) Melatih keterampilan intelektual, (2) Siswa terlibat secara langsung, (3) Saling tukar menukar

informasi, (4) Melatih komunikasi dan keterampilan kerjasama. Kelemahan metode kooperatif (1) Latar belakang pengetahuan kematangan harus sama, (2) Menyita waktu lama, (3) Tergantung dengan kesiapan guru dalam menyiapkan diskusi, (4) Menuntut kesanggupan guru untuk mengontrol secara teliti keterlibatan siswa,

Model kooperatif akan menciptakan suasana kompetisi di dalam belajar.

Setiap kelompok tentunya ingin menjadi yang terbaik diantara

kelompok-kelompok yang lain. Model kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar

dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar kooperatif yang membedakannya

dengan pembagian kelompok asal-asalan. Model kooperatif menyandarkan

pada kerja kelompok kecil, berbeda dengan pembelajaran secara klasikal.

Arends (dalam Trianto 2007 : 47) menyatakan bahwa pelajaran yang

(31)

17

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan

tinggi, sedang dan rendah;

3) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam; dan

4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Ibrahim (dalam Trianto 2007 : 49) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif dilakukan melalui enam langkah/fase, seperti yang terlihat dalam

[image:31.595.133.512.330.687.2]

tabel 2.

Tabel 2. Enam fase dalam model pembelajaran kooperatif

Langkah/Fase Kegiatan Guru Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-

kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari / masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6

(32)

18

D. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)

TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun 1981 dan diadopsi oleh

banyak penulis sebagai bagian dari pembelajaran kooperatif. Ada empat

prinsip kerja dari TPS yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif. Empat

prinsip kerja itu adalah sebagai berikut :

1. Saling ketergantungan positif diantara siswa sehingga siswa mampu

belajar dari siswa lain.

2. Tanggung jawab individual

Setiap siswa bertanggung jawab pada gagasan karena akan dipaparkan

pada pasangannya dan pada seluruh kelas.

3. Partisipasi yang seimbang

Setiap siswa akan mempunyai kesempatan yang sama untuk berbagi

(mengemukakan pendapat) dengan pasangan dan pada seluruh kelas.

4. Interaksi bersama

Semua siswa akan aktif dalam mengemukakan pendapat dan

mendengarkan sehingga menciptakan interaksi tingkat tinggi. Hal ini

akan menciptakan pembelajaran yang aktif jika dibandingkan dengan

cara Tanya jawab yang sudah biasa dilakukan oleh guru, dimana hanya

satu atau dua siwa saja yang aktif.

TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran yang

(33)

19

siswa. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini dapat

memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berfikir, untuk merespon

dan saling membantu satu sama lain. TPS memiliki keunggulan dibanding

dengan metode tanya jawab, karena TPS mengedepankan aspek berfikir secara

mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan kelompok

kecil, dan dapat menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan Senduk, 2004:67).

TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan

untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berfikir

akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban. Siswa akan

dapat memberikan jawaban yang lebih panjang dan lebih berkaitan. Jawaban

yang dikemukakan juga telah difikirkan dan didiskusikan. Siswa akan lebih

berani mengambil resiko dan mengemukakan jawabannya di depan kelas dan

karena mereka telah “mencoba” dengan pasangannya. Proses pelaksanaan

TPS akan membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan

pembelajaran karena siswa harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada

pasangannya.

Menurut Nurhadi dan Senduk (2004 : 67) tahapan-tahapan dalam TPS dapat

dijabarkan sebagai berikut :

1. Thinking (berfikir)

Guru mengajukan pertanyaan/permasalahan yang berkaitan dengan materi

yang baru dipelajari, kemudian memberi kesempatan kepada seluruh siswa

untuk memikirkan jawabannya secara mandiri dalam 1 menit;

(34)

20

Jawaban yang telah difikirkan secara mandiri, kemudian disampaikan

kepada pasangannya masing-masing (teman sebangkunya). Pada tahap

ini, siswa dapat menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan berbagi

jawaban dengan pasangan. Tahap ini berlangsung dalam 4 menit;

3. Sharing (berbagi)

Guru membimbing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi secara

bergantian. Sampai sekitar seperempat kelompok menyampaikan

pendapat. Pada tahap ini seluruh kelompok dapat mendengarkan pendapat

yang akan disampaikan oleh perwakilan tiap kelompok. Kelompok yang

menyampaikan pendapatnya harus bertanggung jawab atas jawaban dan

pendapat yang disampaikan. Pada akhir diskusi guru memberi tambahan

materi yang belum terungkapkan oleh kelompok diskusi.

Singkat dan padatnya aktivitas pada masing-masing tahapan membuat siswa

benar-benar merasa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan

permasalahannya, hal ini memberikan nilai yang positif, bahwa pembatasan

waktu merupakan salah satu hal yang dapat memotivasi siswa untuk dapat

menyelesaikan tugas belajarnya. Pembelajaran kooperatif tipe TPS juga

dapat mengatur dan mengendalikan kelas secara keseluruhan, serta

memungkinkan siswa untuk mempunyai lebih banyak waktu berfikir, untuk

merespon dan saling membantu. Selain itu dengan pembelajaran kooperatif

tipe TPS, siswa dapat mempertimbangkan apa yang telah dijelaskan dan

(35)

21

Tahapan pelaksanaan TPS tersebut efektif dalam membatasi aktifitas siswa

yang tidak relevan dengan pembelajaran, serta dapat memunculkan

kemampuan dan keterampilan siswa yang positif. Pada akhirnya TPS akan

mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir secara terstruktur dalam

diskusi mereka dan memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun

dengan orang lain melalui keterampilan berkomunikasi.

E. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuanyang harus dimiliki siswa karena

konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Konsep adalah

suatu ide yang diterima oleh fikiran, mewakili hubungan-hubungan yang

mempunyai atribut sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Dahar (1989 : 79)

yang menyatakan bahwa konsep adalah sesuatu yang diterima fikiran atau

suatu ide yang diperoleh dari pengalaman atau hasil fikiran.

Gagne dalam Dahar (1989 : 81) berpendapat bahwa konsep adalah ide abstrak

yang memungkinkan kita mengelompokkan benda atau symbol atau peristiwa

tertentu dalam contoh atau bukan contoh dari ide abstrak itu.

Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan

berfikir abstrak. Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkan setiap konsep

berhubungan dengan konsep lain. Semua konsep tersebut bersama-sama

membentuk semacam jaringan pengetahuan dalam pengetahuan manusia.

Oleh karena itu pembelajaran seharusnya memperhatikan konsepsi awal

(36)

22

dengan benar, berdasarkan mekanisme interaksi yang terencana terhadap

benda di lingkungan sekitar.

Slameto (1991 : 137) menyatakan bahwa:

“ Apabila sebuah konsep telah dikuasai oleh siswa, kemungkinan siswa dapat menggolongkan apakah contoh konsep yang dihadapi sekarang termasuk dalam golongan konsep yang sama ataukah golongan konsep yang lain, mengenal konsep lain dalam

memecahkan masalah serta memudahkan siswa untuk mempelajari konsep-konsep kini.”

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pernyataan Slameto, apabila siswa telah

menguasai suatu konsep, maka besar kemungkinan siswa tersebut dapat

dengan mudah memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan ilmu

yang dipelajarinya.

Kegunaan konsep yaitu :

1. Mengurangi kerumitan lingkungan

2. Membantu kita untuk mengidentifikasi sejumlah objek

3. Membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih

maju

4. Mempelajari dua hal yang berbeda.

Penguasaan atau pemahaman konsep merupakan perkembangan ilmu

pengetahuan yang ilmiah dan berkesinambungan antara konsep yang satu

dengan konsep yang lainnya. Dalam belajar siswa harus melalui beberapa

tahap dalam proses belajarnya, yaitu pengenalan konsep, hafalan, pemahaman

(37)

23

Guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi

yang kondusif agar siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang

diajarkan. Bagian terpenting dari pemahaman siswa adalah perkembangan

konsep secara bertahap. Dengan terciptanya kondisi yang kondusif, siswa

dapat menguasai konsep yang disampaikan guru. Penguasaan konsep adalah

kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan.

Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep yang lebih

kompleks. Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan

prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat meguasai prinsip-prinsip dan teori harus dikuasai

terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang

bersangkutan. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan

keberhasilan siswa, maka diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk

angka atau nilai tertentu. Penguasaan konsep juga merupakan suatu upaya

kearah pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain diluar pengetahuan

sebelumnya. Jadi, siswa dituntut untuk menguasai materi-materi pelajaran

selanjutnya.

Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu konsep, terdapat empat

hal yang harus diperbuat, yaitu siswa:

1. Dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya.

2. Dapat menyatukan ciri-ciri (properties) konsep tersebut.

3. Dapat memilih serta membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan

contoh.

(38)

24

Pencapaian penguasaan konsep dapat diukur dengan menggunakan tes

formatif. Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui apakah siswa sudah

menguasai bahan pelajaran secara menyeluruh. Tes formatif dapat juga

dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran, sehingga dapat

diketahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah guru

berikan. Dengan mengetahui nilai hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat

mengetahui bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit. Tes ini merupakan

(39)

25

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 16 Januari sampai 4 Juli 2012

di MAN 1 Metro pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI pada semester

genap di MAN 1 Metro tahun pelajaran 2011/2012.

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah kelas XI IPA1 berjumlah 35 siswa sebagai

kelas kontrol dan siswa kelas XI IPA2 berjumlah 36 siswa sebagai kelas

eksperimen yang diambil dengan teknik cluster random sampling

.

C. Faktor yang Diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep siswa,

berupa nilai pretest dan postest diambil pada pertemuan awal dan pertemuan

akhir. Nilai pretest diambil sebelum pembelajaran, sedangkan nilai postest

diambil setelah pembelajaran berlangsung, baik pada kelas eksperimen

maupun kelas kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal essay,

(40)

26

D. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimental. Desain penelitian

yang diterapkan dalam penelitian ini adalah desain pretest posttest tak

equivalen. Hasil dari nilai pretest dan nilai postest yang diberikan kemudian

dibandingkan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan bahan

ajar leaflet dengan model pembelajaran TPS (Think Pair Share). Sedangkan

variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep siswa.

R1 O1 X1 O2

[image:40.595.136.537.496.742.2]

R2 O1 X2 O2

Gambar 2. Desain pretes posttest tak ekuivalen

Keterangan : R1 = kelas XI IPA2; R2 = kelas IX IPA1;

O1 = pretest; O2 = posttest;

X1 = perlakuan 1 (Menggunakan bahan

ajar Leaflet dengan TPS)

X2 = perlakuan 2 (LKS dengan diskusi)

E. Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Perencanaan

Tanggal/ Bulan/

Tahun Kegiatan

16 Januari 2012

3 - 13 Februari 2012

- Menetapkan waktu penelitian

- Menetapkan rancangan pembelajaran yang diterapkan - Menentukan kelas yang dijadikan sampel penelitian

- Meminta surat izin penelitian ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

- Menyusun perangkat pembelajaran.

- Membuat bahan ajar leaflet sebagai sumber belajar siswa yang di uji ahli.

(41)

27

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dengan

langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1. Kelas Eksperimen

Tanggal/ Bulan/ Tahun

Pertemuan

ke- Kegiatan

27 Februari 2012

1 a. Pendahuluan

- Siswa mengerjakan pretest pada pertemuan pertama - Guru mengemukakan tujuan pembelajaran

- Guru memberikan apersepsi kepada siswa.

“Di dalam tubuh manusia dan kebanyakan hewan, energi yang tersimpan dalam makanan tidak dapat digunakan secara langsung, kecuali dioksidasi terlebih dahulu. Sel-sel tubuh memerlukan oksigen untuk mengoksidasi (membakar) bahan makanan sehingga menghasilkan sejumlah energi. Proses menghasilkan energi melalui oksidasi bahan makanan di dalam sel-sel tubuh itu sendiri dikenal dengan istilah respirasi sel. Apa saja alat-alat pernapasan kita? ”

- Guru memberikan motivasi kepada siswa. “Hari ini kita akan mempelajari tentang sistem pernapasan. Dengan mempelajari sistem pernapasan kalian dapat tahu saluran-saluran pernapasan pada mahluk hidup serta fungsinya. Selain itu kalian dapat mengetahui keterkaitan antara struktur dan fungsi saluran-saluran tersebut.”

b. Kegiatan inti

- Siswa membaca leaflet yang diberikan guru yang berisi materi yang akan dipelajari.

- Guru menjelaskan materi pelajaran secara garis besar dengan menggunakan bahan ajar leaflet tersebut. - Guru membagi LKS (berisi permasalahan tentang

sistem pernapasan) kepada masing-masing siswa. - Siswa mengisi LKS secara mandiri.

(42)

28

29 Februari 2012

2

hasil pemikiran masing-masing.

- Guru memimpin pleno kecil diskusi, kelompok perwakilan mengemukakan hasil diskusinya. - Guru memberi penguatan terhadap jawaban hasil

diskusi siswa dan meluruskan miskonsepsi yang mungkin masih dimiliki siswa dan menambah materi yang belum diungkapkan.

c. Penutup

- Salah satu siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas.

a. Pendahuluan

- Guru mengemukakan tujuan pembelajaran - Guru memberikan apersepsi kepada siswa.

Guru bertanya kepada siswa: “banyak sekali

gangguan yang dapat terjadi pada sistem pernapasan kita. Salah satunya adalah peradangan bronkus atau dikenal dengan istilah bronkitis, apakah penyebab dari peradangan bonkus tersebut? Gangguan-gangguan apa saja yang dapat terjadi pada sistem pernapasan?”

- Guru memberikan motivasi kepada siswa. “Pada pertemuan kali ini kita akan mempelajari tentang proses pernapasan pada manusia dan kelainan/penyakit pada sistem pernapasan. Dengan mempelajari ini kalian dapat mengetahui proses serta kelainan/penyakit pada sistem pernapasan manusia.”

b. Kegiatan inti

- Siswa membaca leaflet yang diberikan guru yang berisi materi yang akan dipelajari.

- Guru menjelaskan materi pelajaran secara garis besar dengan menggunakan bahan ajar leaflet tersebut. - Guru membagi LKS (berisi permasalahan tentang

sistem pernapasan) kepada masing-masing siswa. - Siswa mengisi LKS secara mandiri.

- Siswa diminta berpasangan dengan teman

sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

(43)

29

5 Maret

2012 3

diskusi siswa dan meluruskan miskonsepsi yang mungkin masih dimiliki siswa dan menambah materi yang belum diungkapkan.

c. Penutup

- Salah satu siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas.

a. Pendahuluan

- Guru mengemukakan tujuan pembelajaran - Guru memberikan apersepsi kepada siswa.

Guru bertanya kepada siswa: “manusia dan hewan melakukan pernapasan untuk mengoksidasi bahan makanan guna menghasilkan energi. Apakah sistem pernapasan pada setiap hewan itu sama dengan manusia? Apakah faktor lingkungan tempat tinggal hewan tersebut dapat mempengaruhi proses

pernapasannya?”

- Guru memberikan motivasi kepada siswa.

“pada pertemuan terakhir kita akan melanjutkan sub materi berikutnya yaitu sistem pernapasan pada hewan. Dengan mempelajari ini, kalian dapat mengetahui alat-alat pernapasan pada kelompok hewan misalnya burung dan kalian juga dapat mengetahui bahwa faktor lingkungan hidup hewan dapat mempengaruhi proses pernapasannya.” b. Kegiatan inti

- Siswa membaca leaflet yang diberikan guru yang berisi materi yang akan dipelajari.

- Guru menjelaskan materi pelajaran secara garis besar dengan menggunakan bahan ajar leaflet tersebut. - Guru membagi LKS (berisi permasalahan tentang

sistem pernapasan) kepada masing-masing siswa. - Siswa mengisi LKS secara mandiri.

- Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutaran hasil pemikiran masing-masing.

- Guru memimpin pleno kecil diskusi, kelompok perwakilan mengemukakan hasil diskusinya. - Guru memberi penguatan terhadap jawaban hasil

(44)

30

c. Penutup

- Salah satu siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas.

- Siswa mengerjakan postest yang sama dengan pretest.

2. Kelas Kontrol

Tanggal/ Bulan/ Tahun

Pertemuan

ke- Kegiatan

27 Februari 2012

1 a. Pendahuluan

- Siswa mengerjakan pretest pada pertemuan pertama - Guru mengemukakan tujuan pembelajaran

- Guru memberikan apersepsi kepada siswa.

“Di dalam tubuh manusia dan kebanyakan hewan, energi yang tersimpan dalam makanan tidak dapat digunakan secara langsung, kecuali dioksidasi terlebih dahulu. Sel-sel tubuh memerlukan oksigen untuk mengoksidasi (membakar) bahan makanan sehingga menghasilkan sejumlah energi. Proses menghasilkan energi melalui oksidasi bahan makanan di dalam sel-sel tubuh itu sendiri dikenal dengan istilah respirasi sel. Apa saja alat-alat pernapasan kita? ”

- Guru memberikan motivasi kepada siswa. “Hari ini kita akan mempelajari tentang sistem pernapasan. Dengan mempelajari sistem pernapasan kalian dapat tahu saluran-saluran pernapasan pada mahluk hidup serta fungsinya. Selain itu kalian dapat mengetahui keterkaitan antara struktur dan fungsi saluran-saluran tersebut.”

b. Kegiatan inti

- Guru menjelaskan materi pelajaran secara garis besar.

- Guru membagi LKS (berisi permasalahan tentang sistem pernapasan) kepada masing-masing kelompok siswa.

(45)

31

28 Februari 2012

2

atau gagasan atas pertanyaan yang ada dalam LKS. - Guru memberi penguatan terhadap jawaban siswa

dan meluruskan miskonsepsi yang mungkin masih dimiliki siswa dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

c. Penutup

- Salah satu siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas.

a. Pendahuluan

- Guru mengemukakan tujuan pembelajaran - Guru memberikan apersepsi kepada siswa.

Guru bertanya kepada siswa: “banyak sekali

gangguan yang dapat terjadi pada sistem pernapasan kita. Salah satunya adalah peradangan bronkus atau dikenal dengan istilah bronkitis, apakah penyebab dari peradangan bonkus tersebut? Gangguan-gangguan apa saja yang dapat terjadi pada sistem pernapasan?”

- Guru memberikan motivasi kepada siswa. “Pada pertemuan kali ini kita akan mempelajari tentang proses pernapasan pada manusia dan kelainan/penyakit pada sistem pernapasan. Dengan mempelajari ini kalian dapat mengetahui proses serta kelainan/penyakit pada sistem pernapasan manusia.”

b. Kegiatan inti

- Guru menjelaskan materi pelajaran secara garis besar.

- Guru membagi LKS (berisi permasalahan tentang sistem pernapasan) kepada masing-masing kelompok siswa.

- Siswa berdiskusi mengisi LKS yang telah diberikan. - Siswa mengutarakan hasil pemikirannya, jawaban,

atau gagasan atas pertanyaan yang ada dalam LKS. - Guru memberi penguatan terhadap jawaban siswa

dan meluruskan miskonsepsi yang mungkin masih dimiliki siswa dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

c. Penutup

(46)

32

5 Maret

2012 3 a. Pendahuluan - Guru mengemukakan tujuan pembelajaran - Guru memberikan apersepsi kepada siswa.

Guru bertanya kepada siswa: “manusia dan hewan melakukan pernapasan untuk mengoksidasi bahan makanan guna menghasilkan energi. Apakah sistem pernapasan pada setiap hewan itu sama dengan manusia? Apakah faktor lingkungan tempat tinggal hewan tersebut dapat mempengaruhi proses pernapasannya?”

- Guru memberikan motivasi kepada siswa.

“pada pertemuan terakhir kita akan melanjutkan sub materi berikutnya yaitu sistem pernapasan pada hewan. Dengan mempelajari ini, kalian dapat mengetahui alat-alat pernapasan pada kelompok hewan misalnya burung dan kalian juga dapat mengetahui bahwa faktor lingkungan hidup hewan dapat mempengaruhi proses pernapasannya.” b. Kegiatan inti

- Guru menjelaskan materi pelajaran secara garis besar.

- Guru membagi LKS (berisi permasalahan tentang sistem pernapasan) kepada masing-masing kelompok siswa.

- Siswa berdiskusi mengisi LKS yang telah diberikan. - Siswa mengutarakan hasil pemikirannya, jawaban,

atau gagasan atas pertanyaan yang ada dalam LKS. - Guru memberi penguatan terhadap jawaban siswa

dan meluruskan miskonsepsi yang mungkin masih dimiliki siswa dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

c. Penutup

- Salah satu siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas.

(47)

33

F. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu penguasaan konsep sistem

pernapasan oleh siswa yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest.

Sedangkan data kualitatif sebagai data penunjang adalah kemenarikan bahan

ajar dan aktivitas belajar siswa.

2. Teknik Pengumpulan Data

a.Tes awal dan tes akhir

Data berupa nilai pretest dan posttest di ambil pada pertemuan awal dan

pertemuan akhir. Nilai pretest diambil sebelum pembelajaran,

sedangkan nilai posttest diambil setelah pembelajaran berlangsung, baik

pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Bentuk soal yang

diberikan adalah berupa soal essay, dengan jumlah soal sebanyak

sepuluh soal pada setiap pertemuan, soal pretest maupun posttest berupa

soal yang sama.

b. Angket

Angket yang diberikan kepada subyek penelitian berupa daftar

pertanyaan atau pernyataan tentang kemenarikan bahan ajar leaflet. Hal

ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tertentu seperti preferensi,

keyakinan, minat dan perilaku siswa.

c. Lembar observasi

Observasi dilakukan melalui lembar observasi aktivitas siswa. Lembar

observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati

(48)

34

yang dilakukan dengan cara memberi tanda check list ( √ ) pada lembar

observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

G. Teknik Analisis Data

Data penelitian ini telah dilakukan uji normalitas, dan pengujian hipotesis.

Data aspek kognitif yang dianalisis adalah rata-rata nilai skor gain. Nilai

selisih tersebut disebut sebagai skor gain. Untuk mendapatkan skor gain pada

setiap pertemuan menggunakan formula Rulon sebagai berikut :

N-gain = 100 Y Z

Y

X

 

Keterangan : X = Nilai posttest Y = Nilai pretest

Z = Skor maksimum

Kemudian data tersebut di uji normalitas dan uji hipotesis sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dihitung dengan uji Lilliefors menggunakan software

SPSS versi 17.0.

a. Hipotesis

Ho : Data berasal dari sampel berdistribusi normal H1 : Data berasal dari sampel berdistribusi tidak normal

b. Kriteria pengujian

1. Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau probabilitasnya > 0,05 2. Tolak H0 jika Lhitung > Ltabel atau probabilitasnya < 0,05 2. Uji Homogenitas Data

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan

dengan uji homogenitas dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.

a. Hipotesis

H0 = kedua data mempunyai varians yang sama

(49)

35

b. Kriteria Pengujian

1. Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima

2. Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak

(Pratisto, 2004:18).

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t. H0 = rata-rata nilai kedua

sampel sama. H1 = rata-rata nilai kedua sampel tidak sama. Dengan

kriteria uji yaitu: Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima, jika

t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak.

H. Pengolahan Data Kemenarikan bahan ajar leaflet

Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui kemenarikan bahan ajar

leaflet. Angket ini berisikan 8 pernyataan, 5 pernyataan positif, dan 3

pernyataan negatif. Skor 1 (satu) untuk menyatakan setuju bagi pernyataan

positif dan tidak setuju bagi pernyataan negatif. Skor 0 (nol) untuk

menyatakan tidak setuju bagi pernyataan positif dan setuju bagi pernyataan

negatif. Selain itu terdapat 1 pertanyaan terbuka untuk mengetahui hal-hal

lain yang ingin disampaikan oleh siswa tentang leaflet.

Jumlah skor setiap angket dihitung untuk mengetahui tanggapan

masing-masing siswa tentang kemenarikan bahan ajar leaflet. Menghitung skor yang

diperoleh dalam bentuk persentase. Teknik ini sering disebut dengan teknik

deskriptif kualitatif dengan persentase. Adapun rumus untuk analisis

deskriptif persentase menurut Ali (1992: 46) adalah :

Presentase kemenarikan leaflet (%) = N

n × 100%

Keterangan: n = Nilai yang diperoleh sampel

(50)
[image:50.595.146.500.112.185.2]

36

Tabel 2 . Kriteria Tingkat Kemenarikan Bahan Ajar Leaflet

No Rentang skor Interval Kriteria

1 16 - 23 76< % ≤ 100% Tinggi

2 8 - 15 51< % ≤ 75% Sedang

3 0 - 7 25< % ≤ 50% Rendah

(Dimodifikasi dari Ali, 1992:46)

I. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data

yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan

menggunakan indeks aktivitas siswa.

Rata–rata skor aktivitas dihitung menggunakan rumus:

n x100 x

x

i [image:50.595.134.505.451.618.2]

Keterangan: x = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum

Tabel 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Keterangan :

A. Kemampuan mengemukakan pendapat/ ide 1. Tidak mengemukakan pendapat /ide (diam saja)

2. Mengemukakan pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok sistem pernapasan

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan pada materi pokok sistem pernapasan

B. Kemampuan Bertanya:

1. Tidak mengajukan pertanyaan

No Nama A B Aspek yang diamati C D E Xi 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1

2

3

4

5

(51)

37

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok sistem pernapasan

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok sistem pernapasan

C. Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok : 1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja)

2. Bekerjasama dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokok sistem pernapasan

3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokok sistem pernapasan

D. Bertukar informasi

1. Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja)

2. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan sistem pernapasan dalam LKS

3. Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat untuk

memecahkan permasalahan pada LKS sesuai dengan leaflet materi pokok sistem pernapasan

E.Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan.

2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan secara sistematis,dan menjawab pertanyaan dengan benar.

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis, dan menjawab pertanyaan dengan benar. (dimodifikasi dari Permatasuri, 2010:39)

Setelah diperoleh rata-rata skor aktivitas siswa, kemudian diterjemahkan

dalam kategori yang dapat dilihat pada tabel indeks aktivitas siswa sesuai

[image:51.595.143.432.626.723.2]

klasifikasi pada tabel 6.

Tabel 4. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa

Interval Kategori

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi

(52)

50

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan bahan ajar leaflet dengan model pembelajaran Think Pair Share

(TPS) berpengaruh signifikan terhadap penguasaan konsep siswa kelas XI

MAN 1 Metro pada materi pokok sistem pernapasan.

2. Penggunaan bahan ajar leaflet dengan model pembelajaran Think Pair Share

(TPS) berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI

MAN 1 Metro pada materi pokok sistem pernapasan.

3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar leaflet dengan model

pembelajaran Think Pair Share (TPS) berkriteria tinggi pada setiap item

pertanyaan dalam angket.

B. Saran

Dalam penelitian ini terdapat kekurangan-kekurangan sehingga peneliti

menyarankan sebaiknya:

a. Dalam penyusunan bahan ajar leaflet ini sebaiknya meningkatkan kualitas

(53)

51

b. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) memerlukan waktu yang

lama, sehingga guru hendaknya sebelum melaksanakan proses

pembelajaran sebaiknya terlebih dahulu merancang kesesuaian waktu

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan J.T. Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia.

Bandung.

Aini, Quratu. 2010. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet terhadap Hasil

Belajar Siswa pada Materi Pokok Ekosistem. (skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.

Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta.

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Darkuni. M. Noviar. 2010. Pengembangan Bahan Ajar Bidang Studi Biologi. UMN.

Malang.http://www.scribd.com/doc/69250690/13/f-Penyusunan-Leaflet , 1

November 2011 (12:59).

Depdiknas, 2003. Pendidikan menurut undang-undang. Jakarta.

http//:www.depdiknas.co.id. 1 November 2011 (12.00 wib)

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Depdiknas. Jakarta.

Djamarah, S.B. dan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Lie, A. 2002. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.

Grasindo. Jakarta.

Muliani. 2009. Masalah Pendidikan di Indonesia. Bangka Belitung.

http//:www.ubb.ac.id. 1 November 2011 (12.15 wib)

Murni. 2010. Panduan Penulisan Bahan Ajar. Jakarta. http//:www.murni-

uni.blogspot.com. 2 November 2011 (14.30 wib)

Nurhadi. B.Y. dan A.G. Senduk. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban).

(55)

Natalegawa. 2010. Bahan Ajar. Bandung.

http://st290171.sitekno.com/?pg=articles&article=5451 1 November 2011 (12:53)

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

perubahan dengan SPSS 12. Bumi Aksara. Jakarta.

Permatasuri, R. 2010. Pengaruh Animasi Multimedia melalui Model Pembelajaran

Student Teams Achievement Division terhadap Keterampilan Proses Sains siswa pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan P. MIPA Program Studi S1 Pendidikan Biologi Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi

Aksara. Jakarta

Slavin, R.E. 2010. Cooperatif Learning : Teori, Riset dan Praktek. Nusa Media.

Bandung.

Sofia, Ratnasari. 2010. Pengaruh penggunaan bahan ajar IPA terpadu tema gerak

dan ciri kehidupan terhadap kemampuan berpikir dan prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 20 Malang pada kemampuan akademik berbeda.

Malang. http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/pengaruh-penggunaan-bahan-ajar-ipa-terpadu-sofia-ratnasari-46819.html. 1 November 2011 (13:20)

Sudrajat, A. 2010. Pengembangan Bahan Ajar (Materi Pembelajaran. Jakarta

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04/konsep-pengembangan-bahan-ajar- 1 November 2011 (13.00 WIB)

Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

Widiyaningrum, N. 2010. Pengaruh Media Lingkungan Sekitar Sekolah

Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kecakapan Berpikir Rasional Siswa(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII A SMP N 16 Bandar Lampug Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi Fakultas

Keguruan dan IlmuPendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi

Pendidikan Biologi Unila.Lampung.

Zulkarnain. 2009. Tehnik Penyusunan Bahan Ajar. Padang.

Gambar

Tabel 1. Bahan Ajar Cetak (Printed)
Tabel 2. Enam fase dalam model pembelajaran kooperatif
Gambar 2. Desain pretes posttest tak ekuivalen
Tabel 3.  Lembar Observasi Aktivitas Siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan skripsi dengan Judul &#34;Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba di Masa yang akan Datang (Study Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go Public)&#34;..

Dalam : Noer, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK UI, Jakarta.. Tjokroprawiro,

Determinasi residu triklorfon dalam tubuh ikan nila selama 96 jam menunjukkan peningkatan cukup tinggi dengan rata-rata peningkatan 0.0033 mg/kg (Tabel 2), berbeda

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa terdapatnya hubungan antara Penggunaan situs radio streaming klcbs.net dengan pemenuhan kebutuhan informasi seputar musik jazz

Perilaku tersebut meliputi tindakan sukarela dari kreativitas dan inovasi yang dirancang untuk meningkatkan tugas seseorang atau kinerja organisasi, bertahan dengan

(3) Lebar garis terang pada layar berbanding terbalik dengan jarak antara dua celah yang digunakan.. (4) Orde garis terang berbanding terbalik dengan

Dengan penambahan sulfur 40 phr yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan yang diaplikasikan pada komponen1. otomotif, maka sifat mekanis yang baik diperlukan

[r]