• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRAK

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOKSISTEM GERAK MANUSIA

(Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil TP 2012/2013)

Oleh

PADILAH FITRIANA SARI

Hasil observasi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bukit Kemuning diketahui bahwa

pada kelas XI IPA semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 menunjukkan nilai

rata-rata penguasaan materi pokok pokok sistem gerak manusia masih rendah

terlihat dari rata-rata nilai siswa yakni 60,83 di bawah nilai ketuntasan belajar

65,0. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar

leaflet dengan model TPS terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi

pokok Sistem Gerak. Penelitian ini merupakan quasi eksperimen dengan desain

penelitian one group pretest posttest design. Sampel penelitian yaitu siswa kelas

XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning.

Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif

diperoleh dari nilai pretes dan postes, dianalisis secara statistik menggunakan uji-t

(2)

Padilah Fitriana Sari

iii

berupa data aktivitas dan angket tanggapan siswa terhadap kemenarikan model

pembelajaran TPS, dianalisis secara deskriptif dalam bentuk presentase.

Hasil penelitian menunjukan terjadi peningkatan rata-rata antara nilai pretest dan

posttest, yaitu nilai rata-rata pretest sebesar 53,29 sedangkan nilai rata-rata

posttest sebesar 71,73. Aspek kognitif aplikasi (C3) memiliki nilai rata-rata lebih

tinggi dibandingkan aspek analisis (C4) yang hanya memiliki rata-rata sebesar

1,26. Selain itu juga terlihat bahwa rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan

ketiga mengalami peningkatan sebanyak 5,88% dibandingkan dengan rata-rata

aktivitas siswa pada pertemuan pertama. Selain itu berdasarkan data angket

kemenarikan bahan ajar leaflet, seluruh siswa menyatakan bahwa bahan ajar

leaflet menarik (96,32%).

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan

bahan ajar leaflet berpengaruh terhadap aktivitas belajar dan hasil belajar siswa

kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning materi pokok Sistem Gerak.

(3)

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOKSISTEM GERAK MANUSIA

(Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMAN 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil TP 2012/2013)

(Skripsi)

Oleh

PADILAH FITRIANA SARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

v

Judul Skripsi : PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODELPEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE ( (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWAPADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Nama Mahasiswa : PADILAH FITRIANA SARI Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024042

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1.Komisi Pembimbing

Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed. Rini Rita T Marpaung, S.Pd. M.Pd. NIP 19571107 198603 1002 NIP 19770715 200604 2001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita M.Si.

(9)

viii

MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila

kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain”

( Q.S Al-Insyirah : 5-7 )

Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka, namun terkadang kita melihat

dan menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga kita tidak melihat

pintu lain yang telah terbuka.

( Alexander Graham Bell )

Lege, lege, relege, ora, labora et Eviense

( Baca, baca, baca lagi, berdoa, bekerja, dan engkau akan menemukan hasilnya.)

(Leonardo da Vinci)

(10)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Padilah Fitriana Sari

NPM : 0743024042

Program studi : Pendidikan Biologi

Jurusan :Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah

diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, Maret 2013

Yang Menyatakan

(11)

ix

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala

kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini.

Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati.

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini

untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Papa Syamsul Arifin, S.Pd. dan Mama Marhana, S.Pd. yang sangat aku

cintai, yang telah lama menantikan keberhasilanku. Terima kasih atas

cinta dan kasih sayang serta doa yang tulus untuk keberhasilan ananda.

Semoga Allah SWT memberikan waktu kepada ananda untuk bisa selalu

membahagiakan kalian

Adik-adikku tersayang Ihsan Kurniawan dan Wulanda arif , terima

kasih atas doa, semangat, cinta dan kasih sayang kalian

Para pendidikku yang telah senantiasa mencurahkan ilmunya yang

sangat berguna bagiku

Insan pilihan Allah SWT yang kelak akan menjadi imamku

(12)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukit Kemuning pada tanggal 28 Oktober

1989, yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan

Bapak Syamsul Arifin, S.Pd., dan Ibu Marhana, S.Pd.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Dharma Wanita Bukit Kemuning.

Kemudian dilanjutkan pendidikan formal di SD Negeri 3 Bukit Kemuning

diselesaikan tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1

Bukit Kemuning diselesaikan tahun 2004, Sekolah Menengah Atas (SMA)

Negeri 3 Kotabumi diselesaikan tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis terdaftar

sebagai mahasiswi Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah melaksanakan Program Pengalaman

Lapangan (PPL) di SMA Wijaya Bandar Lampung pada tahun 2011 dan

melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Bukit Kemuning pada tahun 2012 untuk

(13)

x

SANWACANA

Puji syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA,

FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Penggunaan Bahan Ajar Leaflet dengan Model

Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Gerak” (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI

SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013).

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;

3. Pramudiyanti, S.Pi., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi;

4. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed., selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing I atas kesabaran, arahan dan waktu yang diluangkan untuk

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini;

5. Rini Rita T Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II atas kesabaran,

bimbingan, arahan, dan masukannya kepada penulis;

6. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku pembahas atas saran - saran perbaikan

(14)

xi

7. Seluruh dosen dan staf di Jurusan PMIPA FKIP Unila;

8. Dra. Sri Mastini selaku Kepala SMA Negeri 1 Bukit Kemuning dan

Tonifatul Hikmah, S.Pd selaku guru mitra yang telah memberikan izin

dan bantuan selama penelitian berlangsung serta siswa-siswi kelas XI

IPA 1 atas keceriaan dan kerjasamanya selama penelitian;

9. Teristimewa untuk Mama, Papa, dan adik-adikku atas kasih sayang, doa,

nasehat,motivasi serta dukungan yang telah diberikan;

10.Sahabat-sahabatku “QRAP QREW” tersayang Yulisa Wulandari, S.Pd.,

Melda Ariyanti, S.Pd., Martha Eka P, S.Pd., Fitriadi, S.Pd., Aditya Prayoga

S.Pd., Achmad FauziS.Pd., I Gusti Putu H, dan Feri Ardianto,

sahabat-sahabatku “PASELIN” tersayang Selvi Haryani, Amd.AK., dan Nina Eka

Putri Y, Amd., serta adik kecilku Yunita Elva Rizki, S.Pd., kakak-kakakku,

Bung Dedi Saputra, S.Pd., dan Uda Alvin Wijaya, S.H terima kasih atas

kebersamaan dan canda tawa kita selama ini serta dukungan disaat penulis

terpuruk. Semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya;

11.Rekan-rekanku di BEDUC’07, kakak tingkatku angkatan 2005, 2006 serta

adik tingkatku angkatan 2008 yang tak dapat disebutkan satu persatu,

untuk motivasinya, semoga tali persaudaraan diantara kita tetap berlanjut;

12.Tedi Romansa, SE., terima kasih atas dukungan motivasi dan doanya;

13.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua; Amin.

Bandar Lampung, 2013 Penulis

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala

lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai

pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan

formal (Mudyahardjo, 2006:6). Hal ini senada dengan yang diungkapkan

oleh Syah (2003:10) bahwa pendidikan diartikan sebagai sebuah proses

dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Dengan kata lain, pendidikan dapat dilakukan secara formal dengan

menggunakan metode-metode tertentu sehingga setiap orang dapat

memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku sesuai

dengan kebutuhan.

Menurut Badan Nasional Pendidikan (BNSP), mata pelajaran Biologi

termasuk dalam salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang

umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan.

Melihat pentingnya Ilmu Biologi dan peranannya tersebut, maka peningkatan

mutu pendidikan harus selalu diupayakan. Jadi, guru bertanggung jawab atas

(16)

2

dalam merancang persiapan mengajar perlu menyusun strategi pembelajaran

yang dirancang secara seksama, salah satunya sesuai dengan tujuan

pembelajaran untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk ilmu

biologi membawa dampak pemilihan materi, metode dan media pembelajaran

sehingga sistem pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan

pengetahuan peserta didik serta dapat bersaing dalam menanggapi

perkembangan sains tersebut. Dewasa ini pembelajaran sains masih

didominasi dengan metode ceramah dan kegiatan lebih berpusat pada guru.

Efektifitas peserta didik dapat dikatakan mendengarkan penjelasan guru dan

mencatat hal-hal yang dianggap penting. Guru menjelaskan sains hanya

sebatas produk dan sedikit proses. Salah satu penyebab yang menjadikan

alasan adalah padatnya materi yang harus dibahas dan diselesaikan

berdasarkan kurikilum berlaku (Anonim a), 2010:3).

Saat ini, perhatian pemerintah terhadap masalah pendidikan masih terasa

rendah. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang

terjadi. Hasil belajar siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, dan

biaya pendidikan yang mahal (Muliani, 2009:1). Dampak dari pendidikan

yang buruk itu, pendidikan di negara ini kedepannya makin terpuruk dan

belum bisa bersaing dengan negara- negara berkembang lainnya. Dalam

pendidikan di sekolah, masalah yang sering dihadapi adalah dari segi proses

pembelajaran. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak

(17)

siswa. Guru dituntut mampu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah

terutama mengenai penguasaan materi pembelajaran siswa sesuai dengan

bidang studi yang diajarkan. Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru

tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat

dikuasai oleh siswa secara tuntas (Djamarah dan Zain, 2006:1).

Hasil observasi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bukit Kemuning

menunjukkan bahwa penguasaan materi oleh siswa masih rendah. Hal ini

dapat terlihat dari prestasi belajar siswa yang rendah dibuktikan dengan

rata-rata nilai siswa pada mata pelajaran biologi materi pokok sistem gerak

manusia 60,83 di bawah nilai ketuntasan belajar 65,0. Hal ini mungkin

karena model pembelajaran yang digunakan guru masih terpaku pada proses

pembelajaran langsung yaitu guru menjelaskan materi pelajaran dan siswa

mendengarkan. Selain itu, rendahnya minat baca siswa terhadap buku teks

biologi yang diketahui dari data hasil wawancara. Hal ini didukung dengan

fakta bahwa siswa memiliki satu buku pegangan berupa LKS dan hanya

beberapa orang siswa yang mempunyai buku teks sebagai sumber belajarnya.

Selain itu buku teks biologi yang tersedia di perpustakaan sekolah hanya

terdapat satu sumber buku saja dan itupun masih jarang digunakan dengan

berbagai alasan. Untuk itu perlu adanya terobosan baru dalam

memvariasikan bahan ajar yang menarik sebagai salah satu alternatif sumber

belajar yang menjadi acuan siswa, dengan harapan dapat meningkatkan minat

baca siswa yang terlihat dari kemauan untuk membaca sumber-sumber belajar

(18)

4

Berdasarkan permasalahan tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan minat baca dan prestasi belajar siswa adalah dengan

penggunaan bahan ajar bentuk leaflet. Hasil penelitian Aini (2010 : 54)

menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan bahan ajar leaflet

memiliki pengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar pada materi pokok

Ekosistem yaitu sebesar 15,74.

Leaflet adalah salah satu bentuk bahan ajar cetak yang berisikan rangkuman

materi pelajaran yang diambil dari berbagai sumber. Sumber belajar

merupakan rangkuman materi baik buku maupun internet yang dijadikan satu

dalam bentuk leaflet ini, dengan dilengkapi gambar-gambar serta

menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

Penggunaan bahan ajar leaflet ini dikombinasikan dengan suatu model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Arends (dalam

Trianto, 2009:81) menyatakan bahwa TPSmerupakan suatu cara yang efektif

untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. TPS adalah salah satu tipe

model pembelajaran kooperatif yang pada pelaksanaannya mengutamakan

siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam

pembelajaran dengan jalan berfikir (Think), berpasangan (Pair), dan

mengemukakan pendapat (Share).

Pada pembelajaran kooperatif tipe TPS ini, siswa belajar dengan berpasangan

sehingga siswa memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman

sebaya (pasangannya). Dengan berfikir berpasangan maka siswa akan

(19)

saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan pasangannya.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti menunjukkan

bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif pada peningkatan

hasil belajar siswa. Hasil penelitian Pramudiyanti (2006 : 430)

menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar sebelum dan

sesudah menggunakan model TPS, yaitu meningkat sebesar 83,78%. Sejalan

dengan itu, Yulfisa (2007 : 35) menyimpulkan bahwa TPS mampu

meningkatkan presentase nilai rata-rata penguasaan konsep siswa dari siklus

1 ke siklus 2 sebesar 13,7% dan siklus 2 ke 3 sebesar 4,4

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memandang perlu diadakan

penelitian mengenai pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan model

pembelajaran cooperative tipe TPS terhadap hasil belajar siswa pada materi

pokok sistem gerak manusia kelas XI SMA Negeri 1 Bukit Kemuning T.P.

2012/2013.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan model

pembelajaran TPS terhadap aktivitas belajar siswa kelas XI SMA Negeri

1 Bukit Kemuning pada materi pokok Sistem Gerak Manusia?

2. Bagaimanakah pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan model

pembelajaran TPS terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1

(20)

6

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan model

pembelajaran TPS terhadap aktivitas belajar siswa kelas XI SMA Negeri

1 Bukit Kemuning pada materi pokok Sistem Gerak Manusia.

2. Mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan model

pembelajaran TPS terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1

Bukit Kemuning pada materi pokok Sistem Gerak Manusia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi suatu pengalaman belajar yang

menjadi bekal untuk menjadi calon guru yang profesional.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

pengembangan pembelajaran biologi dengan suatu strategi yang tepat dan

sesuai untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa.

3. Bagi siswa dapat mengoptimalkan penguasaan materi Biologi yang dapat

(21)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yaitu :

1. Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bukit

Kemuning.

2. Aktivitas belajar adalah serangkaian belajar yang dilakukan oleh siswa

yang memiliki potensi dalam diri siswa itu sendiri. Menurut sardiman

(2003:98), aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh manusia karena

manusia memiliki jiwa sebagai sesuatu yang dinamis memiliki potensi dan

energi sendiri.

3. Prestasi belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar

aspek kognitif siswa yang berupa nilai tes awal dan tes akhir pada materi

pokok Sistem Gerak.

4. Materi pembelajaran penelitian ini adalah sistem gerak manusia dengan

penyampaian materi yang dilakukan dengan menggunakan bahan ajar

leaflet. Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat

tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet

didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan

bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai

bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring siswa untuk

menguasai satu atau lebih KD (Setyono, 2005:19).

5. Penggunaan bahan ajar ini dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TPS. Arends (dalam Trianto, 2009:81) menyatakan bahwa

think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi

(22)

8

kooperatif yang pada pelaksanaannya mengutamakan siswa dalam berbuat

untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran

dengan jalan berfikir (Think), berpasangan (Pair), dan mengemukakan

pendapat (Share).

6. Penelitian ini dibatasi hanya pada satu kompetensi dasar yaitu KD 3.1

Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan

yang dapat terjadi pada sistem gerak manusia.

F. Kerangka Pikir

Berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran didukung oleh beberapa

faktor antara lain media, metode dan pendekatan yang dilakukan oleh guru

selama proses pembelajaran. Guru bukan hanya berperan sebagai

satu-satunya sumber ilmu bagi siswa melainkan sebagai fasilitator yang

memfasilitasi siswa dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Peran guru

sebagai fasilitator sangat diperlukan, bagaimana upaya menciptakan

lingkungan belajar yang mampu mendorong siswa untuk senang dan bergairah

belajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan

memvariasikan bahan ajar sebagai sumber belajar yang dapat menarik

perhatian siswa untuk membacanya.

Penggunaan leaflet sebagai bahan ajar diharapkan dapat membantu siswa

dalam memahami materi pelajaran. Leaflet ini disusun dari beberapa sumber

belajar dan dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti siswa serta

(23)

menarik minat baca siswa. Selain itu, penggunaan leaflet ini diduga sesuai

apabila dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

dengan langkah-langkah yaitu berpikir, berpasangan, dan berbagi. Kombinasi

keduanya tercermin pada fase kedua yaitu menyampaikan materi pelajaran

kepada siswa yang dapat dilakukan dengan cara mendemonstrasikan atau

lewat bahan bacaan. Bahan bacaan yang dimaksud adalah leaflet yang telah

disiapkan oleh guru. Saling berdiskusi dengan teman kelompoknya juga akan

menambah pengetahuan siswa karena dalam proses diskusi tersebut terjadi

saling tukar pendapat dan gagasan yang muncul dari setiap siswa.

Pengalaman belajar ini diharapkan akan membuat siswa lebih termotivasi

untuk membangun pengetahuannya. Dan pada akhirnya bahan ajar leaflet ini

diharapkan dapat berdampak positif terhadap hasil belajar kognitif dan

aktivitas belajar siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh

penggunaan bahan ajar leaflet. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini

adalah hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.

Keterangan: X : Penggunaan bahan ajar leaflet; Y1 : Aktivitas belajar siswa,

Y2 : Hasil belajar kognitif siswa

Gambar 1. Model teoritis hubungan antara variabel bebas dan terikat

X

Y1

(24)

10

G. Hipotesis penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan model pembelajaran

TPS terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok Sistem Gerak

Manusia.

2. H0 : Tidak ada pengaruh signifikan penggunaan bahan ajar leaflet dengan

model pembelajaran TPS terhadap hasil belajar siswa pada materi

pokok Sistem Gerak Manusia.

H1 : Ada pengaruh signifikan penggunaan bahan ajar leaflet dengan

model pembelajaran TPS terhadap hasil belajar siswa pada

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Ajar

Bahan pelajaran adalah segala bentuk bahan yang dipergunakan untuk

membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berupa bahan

tertulis atau tidak tertulis. Bahan ajar atau teaching material terdiri dari

mengajar dan bahan. Jadi bahan ajar adalah bahan untuk mengajar ( Darkuni,

2010: 6 ). Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan.

Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan

pelajaran yang akan disampaikannya pada siswa (Djamarah dan Zain dan

Zain, 2006:43). Hal senada juga diungkapkan oleh Setyono (2005:10) bahwa

bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

guru/instructor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang

dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Sudirman

(dalam Djamarah dan Zain, 2006: 43) juga mengungkapkan bahwa bahan

adalah salah satu sumber belajar bagi siswa. Bahan yang disebut sebagai

sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk

tujuan pengajaran. Sedangkan menurut Rusman (2010: 17) subject content

adalah materi atau isi pokok bahasan, bersifat spesifik dan erat hubungannya

(26)

12

siswa diajarkan fakta dan konsep, tentu tidak hanya berhenti sampai prinsip,

tetapi harus diadakan pula penerapan prinsip tersebut.

Bahan pelajaran merupakan bahan minimal yang harus dikuasai oleh siswa

untuk dapat mencapai kompetensi dasar yang telah dirumuskan. Oleh sebab

itu, bahan pelajaran terlebih dahulu harus dapat menarik perhatian siswa

untuk membacanya. Seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (dalam

Djamarah dan Zain 2006:44) bahwa minat siswa akan bangkit bila suatu

bahan diajarkan sesuai dengan kebutuhan siswa. Maslow berkeyakinan

bahwa minat seseorang akan muncul bila sesuatu itu terkait dengan

kebutuhannya. Jadi, bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa

akan memotivasi siswa dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Darkuni (2010:7) bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang

disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang

memungkinkan siswa untuk belajar. Oleh karena itu bahan ajar paling tidak

mencakup antara lain:

1. Petunjuk belajar (bagi guru dan siswa); dengan demikian maka dalam

pembelajaran akanada acuan yang digunakan untuk mencapai kompetensi

dasar,

2. Kompetensi yang akan dicapai, ditentukan dalam kurikulum

3. Isi materi, yang sesuai dan selaras dengan kurikulum dan kompetensi

yangakan dasar dicapai

4. Informasi pendukung pembelajaran; misalnya petunjuk, acuan atau

(27)

5. Latihan-latihan; yang berfungsi untuk melatih pemahaman dan penguasaan

konsep-konsep yang harus dikuasai dan sesuai dengan KD

6. Petunjuk Kerja (misalnya LKS); yang akan menentukan pencapaian

kompetensi

7. Evaluasi; yang digunakan sebagai acuan untuk menilai pencapaian

kompetensi oleh siswa, selain itu digunakan juga untuk menilai pencapaian

tujuan pembelajaran

8. Respon atau balikan terhadap evaluasi, agar didapat masukkan atau

informasi berbagai kelemahan (juga kelebihan) yang memerlukan

perbaikan atau peningkatan.

Oleh sebab itu, bahan pelajaran terlebih dahulu harus dapat menarik perhatian

siswa untuk membacanya.

Selanjutnya fungsi Bahan Ajar antara lain:

1. Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitas dalam proses

pembelajaran, merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan

2. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitas dalam

proses pembelajaran, merupakan substansi kompetensi yang seharusnya

dipelajari/dikuasainya.

3. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

Kemudian tujuan penyusunan bahan ajar adalah:

1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan

mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan

(28)

14

2. Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping

buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.

3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Manfaat penyusunan bahan ajar

1. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan

kebutuhan belajar siswa

2. Tidak lagi tergantung kepada buku teks (sulit untuk diperoleh)

3. Bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan

menggunakan berbagai referensi,

4. Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis

bahan ajar

5. Bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang

efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya

kepada gurunya.

Prinsip penyusunan bahan ajar

1. Mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret ke abstrak

2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman

3. Umpan balik memberikan penguatan

4. Memotivasi belajar siswa

5. Setahap demi setahap

6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus

(29)

Lebih lanjut Djamarah dan Zain berpendapat bahwa biasanya aktivitas siswa

akan berkurang bila bahan pelajaran yang guru berikan tidak atau kurang

menarik perhatiannya, disebabkan cara mengajar yang mengabaikan

prinsip-prinsip mengajar, seperti apersepsi dan korelasi, dan lain-lain. Karena itu,

lebih baik menyampaikan bahan sesuai dengan perkembangan bahasa siswa

daripada menuruti kehendak pribadi. Ini perlu mendapat perhatian yang

serius, agar siswa tidak dirugikan oleh sikap dan tindakan guru yang keliru.

Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa

diabaikan dalam pengajaran, sebab bahan adalah inti dalam proses belajar

mengajar yang akan disampaikan kepada siswa.

Natalegawa (2010: 24) mengungkapkan bahwa berdasarkan teknologi yang

digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu

bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja

siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar

dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.

Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.

Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI

(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn

interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials)

Sebuah bahan ajar cetak paling tidak mencakup antara lain: Judul, Petunjuk

belajar (Petunjuk siswa/guru), Kompetensi yang akan dicapai, Informasi

pendukung, Latihan-latihan, Petunjuk kerja dapat berupa Lembar Kerja (LK)

(30)

16

strukturnya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain. Guna

mengetahui perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dilihat pada matriks

berikut ini:

Tabel 1. Struktur bahan ajar

N

Ket: Ht: handout, Bu: Buku, Ml: Modul, LKS: Lembar Kegiatan Siswa, Bro: Brosur, Lf:

Leaflet, Wch: Wallchart, F/Gb: Foto/Gambar, Mo/M: Model/Maket (Setyono, 2005:27-28)

Bahan ajar cetak yang tersusun secara baik maka akan mendatangkan

beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Ballstaedt (dalam

Setyono, 2005:16) yaitu:

1. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan

bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada siswa bagian mana

yang sedang dipelajari.

2. Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit

3. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah

4. Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi

individu

5. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja

(31)

aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa

7. Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar

8. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.

B. Leaflet

“Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD” (Anonim, 2011:1).

Leaflet sebagai bahan ajar harus disusun secara sistematis, bahasa yang

mudah dimengerti dan menarik. Semua itu bertujuan untuk menarik minat

baca dan meningkakan motivasi belajar siswa. Sehingga Dalam

penyusunannya leaflet sebagai bahan ajar perlu mempertimbangkan hal-hal

antara lain sebagai berikut:

1. Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi

pokok yang harus dikuasai oleh siswa.

2. Materi memberikan informasi secara jelas dan lengkap tentang hal-hal

yang penting sebagai informasi.

3. Padat pengetahuan.

4. Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan

5. Kalimat yang disajikan singkat, jelas.

6. Menarik siswa untuk membacanya baik penampilan maupun isi

materinya.

(32)

18

swasta, atau hasil download dari internet.

Dalam menyusun sebuah Leaflet sebagai bahan ajar, leaflet paling tidak

memuat antara lain:

 Judul diturunkan dari kompetensi dasar atau materi pokok sesuai dengan

besar kecilnya materi.

 Kompetensi dasar/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari

Kurikulum 2004.

 Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik,

memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan

pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat

kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata perkalimat dan

dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.

 Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait

dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan

secara individu atau kelompok dan ditulis dalam kertas lain.

 Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.

 Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi

misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian (Setyono,

2005:38-39).

C. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Cooperative lerning) merupakan pendekatan

(33)

dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar

(Holubec dalam Nurhadi, 2004:60). Kerja sama dari masing-masing anggota

kelompok ini nantinya akan menimbulkan manfaat timbal balik yang

sedemikian rupa sehingga semua anggota kelompok memperoleh prestasi,

kegagalan maupun keberhasilan yang ditanggung bersama.

Anita Lie (dalam Isjoni, 2007: 16) menyebut cooperative learning dengan

istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam

tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya

berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di

dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah

ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6

orang. Sedangkan menurut Djajadisastra (dalam Isjoni, 2007: 19)

mengemukakan bahwa metode belajar kelompok atau lazim disebut metode

gotong-royong, merupakan suatu metode mengajar dimana murid-murid

disusun dalam kelompok-kelompok pada waktu menerima pelajaran atau

mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas.

Dalam proses pembelajaran, dikatakan menggunakan pembelajaran

kooperatif apabila memiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan Isjoni (2007: 20)

yaitu: Setiap anggota memiliki peran, terjadi hubungan interaksi langsung di

antara siswa, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan

juga teman-teman sekelompoknya, guru membantu mengembangkan

(34)

20

dengan kelompok saat diperlukan. Sedangkan Nurulhayati (dalam Rusman,

2010: 205) mengemukakan ada lima unsur dasar yang membedakan

pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu: ketergantungan yang

positif, pertanggungjawaban individual, kemampuan bersosialisasi, tatap

muka, dan evaluasi proses kelompok. Ibrahim dalam Isjoni (2007: 27) juga

mengungkapkan pada dasarnya model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran

penting, yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga

memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu

siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah

menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat

meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma

yang berhubungan dengan hasil belajar pembelajaran kooperatif dapat

memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok

atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas

dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi

(35)

dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur

penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran koperatif adalah mengajarkan kepada

siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.

Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak

muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang memiliki

latar belakang dan kondisi yang berbeda untuk saling bergantung satu sama

lain atas tugas-tugas bersama sehingga mereka belajar untuk mengahargai

rekan-rekan kelompoknya. Ahmadi (2005 : 63) menuliskankan bahwa :

“Keunggulan kooperatif adalah: (1) Melatih keterampilan intelektual, (2) Siswa terlibat secara langsung, (3) Saling tukar menukar informasi, (4) Melatih komunikasi dan keterampilan kerjasama. Kelemahan metode kooperatif (1) Latar belakang pengetahuan kematangan harus sama, (2) Menyita waktu lama, (3) Tergantung dengan kesiapan guru dalam menyiapkan diskusi, (4) Menuntut kesanggupan guru untuk mengontrol secara teliti keterlibatan siswa.”

Ibrahim (dalam Trianto 2007 : 49) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif dilakukan melalui enam langkah/fase, seperti yang terlihat dalam

tabel 2.

Tabel 2. Enam fase model pembelajaran kooperatif

Langkah/Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan informasi

(36)

22

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-

kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari / masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

D. Think-Pair-Share (TPS)

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe, salah satunya adalah tipe

Think-Pair-Share (TPS) atau berfikir, berpasangan, dan berbagi yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS adalah suatu

struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Lyman di Universitas

Meryland pada tahun 1981 dan diadopsi oleh banyak penulis sebagai bagian

dari pembelajaran kooperatif. Sesuai dengan yang dikutip oleh Arends

(1997), menyatakan bahwa TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk

membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua

resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas

secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi

siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu

(37)

Ada empat prinsip kerja dari TPS yang sesuai dengan pembelajaran

kooperatif. Empat prinsip kerja itu adalah sebagai berikut :

1. Saling ketergantungan positif diantara siswa sehingga siswa mampu

belajar dari siswa lain.

2. Tanggung jawab individual

Setiap siswa bertanggung jawab pada gagasan karena akan dipaparkan

pada pasangannya dan pada seluruh kelas.

3. Partisipasi yang seimbang

Setiap siswa akan mempunyai kesempatan yang sama untuk berbagi

(mengemukakan pendapat) dengan pasangan dan pada seluruh kelas.

4. Interaksi bersama

Semua siswa akan aktif dalam mengemukakan pendapat dan

mendengarkan sehingga menciptakan interaksi tingkat tinggi. Hal ini

akan menciptakan pembelajaran yang aktif jika dibandingkan dengan

cara Tanya jawab yang sudah biasa dilakukan oleh guru, dimana hanya

satu atau dua siwa saja yang aktif (Anonim b, 2010:1).

Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini dapat memberikan

lebih banyak waktu kepada siswa untuk berfikir, untuk merespon dan saling

membantu satu sama lain. TPS memiliki keunggulan dibanding dengan

metode tanya jawab, karena TPS mengedepankan aspek berfikir secara

mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan kelompok

kecil, dan dapat menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan Senduk,

(38)

24

Tahapan-tahapan dalam TPS dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Thinking (berfikir)

Guru mengajukan pertanyaan/permasalahan yang berkaitan dengan materi

yang baru dipelajari, kemudian memberi kesempatan kepada seluruh siswa

untuk memikirkan jawabannya secara mandiri dalam 1 menit;

2. Pairing (berpasangan)

Jawaban yang telah difikirkan secara mandiri, kemudian disampaikan

kepada pasangannya masing-masing (teman sebangkunya). Pada tahap

ini, siswa dapat menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan berbagi

jawaban dengan pasangan. Tahap ini berlangsung dalam 4 menit;

3. Sharing (berbagi)

Guru membimbing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi secara

bergantian. Sampai sekitar seperempat kelompok menyampaikan

pendapat. Pada tahap ini seluruh kelompok dapat mendengarkan pendapat

yang akan disampaikan oleh perwakilan tiap kelompok. Kelompok yang

menyampaikan pendapatnya harus bertanggung jawab atas jawaban dan

pendapat yang disampaikan. Pada akhir diskusi guru memberi tambahan

materi yang belum terungkapkan oleh kelompok diskusi (Nurhadi dan

Senduk, 2004:67).

TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan

untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berfikir

akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban. Siswa akan

dapat memberikan jawaban yang lebih panjang dan lebih berkaitan. Jawaban

(39)

berani mengambil resiko dan mengemukakan jawabannya di depan kelas dan

karena mereka telah “mencoba” dengan pasangannya. Proses pelaksanaan

TPS akan membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan

pembelajaran karena siswa harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada

pasangannya (Lyman, 2002:3).

Menurut Trianto (2007:61), pembatasan waktu merupakan salah satu hal

yang dapat memotivasi siswa untuk dapat menyelesaikan tugas belajarnya.

Pembelajaran kooperatif tipe TPS juga dapat mengatur dan mengendalikan

kelas secara keseluruhan, serta memungkinkan siswa untuk mempunyai lebih

banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu. Selain itu

dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS, siswa dapat mempertimbangkan

apa yang telah dijelaskan dan dialaminya selama pembelajaran.

TPS pada akhirnya akan mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir

secara terstruktur dalam diskusi dan memberikan kesempatan bagi siswa

untuk bekerja sendiri maupun bekerjasama dengan rekannya melalui

keterampilan berkomunikasi.

E. Aktifitas Belajar

Aktivitas belajar adalah serangkaian belajar yang dilakukan oleh siswa yang

memiliki potensi dalam diri siswa itu sendiri. Menurut sardiman (2003:98),

aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh manusia karena manusia

memiliki jiwa sebagai sesuatu yang dinamis memiliki potensi dan energi

(40)

26

belajar adalah segala kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu

perubahan khas yaitu hasil belajar yang akan nampak pada prestasi belajar

yang akan dicapai”.

Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang di dahului dengan

perencanaan dan didasari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu perubahan

pengetahuan dan keterampilan yang ada pada diri siswa yang melakukan

kegiatan belajar.

Berikut ini adalah daftar macam-macam kegiatan siswa menurut Diendrich

(Sardiman, 2003:101) dan Whipple (Hamalik, 2002:173) sebagai berikut:

1. Visual activities yang termasuk didalamnya misal, membaca, melihat

gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan

mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Oral Activities seperti, mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,

mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Listening Activities meliputi, mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu

permainan, mendengarkan radio.

4. Writing Activities meliputi, menulis cerita, menulis laporan, memeriksa

karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuaman, mengerjakan tes dan

(41)

5. Mental Activities misalnya, merenungkan, mengingat, memecahkan

masalah, menganalisis factor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan

membuat keputusan.

6. Emosional Activities seperti, menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

F. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran, berdasarkan kriteria tertentu dalam pengukuran

pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Dimyati dan Mujiono ( 2002: 3)

berpendapat bahwa:

“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar”.

Hasil belajar merupakan suatu puncak proses pembelajaran. Suatu proses

belajar mengajar dinyatakan berhasil jika memenuhi tujuan dari proses belajar

mengajar tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Djamarah

dan Zain (2006: 105) sebagai berikut:

1. “Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi , baik secara individual maupun kelompok.

2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran yang telah dicapai, baik secara individual maupun kelompok.”

Dengan berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa memperoleh

hasil belajar. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan

(42)

28

disampaikan. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses

belajar- mengajar antara guru dan siswa.

Hasil belajar dapat diketahui dengan adanya evaluasi hasil belajar. Seperti

yang diungkapkan oleh Devies (dalam Dimyati dan Mudjiono,2009:1)

evaluasi hasil belajar adalah sebagai kegiatan yang berupaya untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang

ditetapkan. Evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang

terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar

siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif,

ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Aspek kognitif terdiri dari enam jenis perilaku yaitu sebagai berikut:

1. Remember, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan

tersimpan dalam ingatan.

2. Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang

dipelajari.

3. Apply, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4. Analyze, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5. Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa

(43)

6. Create, mencakup kemampuan menbentuk suatu pola baru. Yang

dirangkum dalam Taksonomi Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono,

(44)

30

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA N 1 Bukit Kemuning pada semester

ganjil tahun pelajaran 2012/2013, waktu penelitian pada bulan November

2012.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI pada semester

ganjil di SMA N 1 Bukit Kemuning tahun pelajaran 2012/2013.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA1 yang dipilih berdasarkan

asumsi bahwa kelas tersebut memiliki hasil belajar terendah untuk materi

pokok Sistem Gerak Manusia pada tahun sebelumnya dibandingkan 4 kelas

IPA yang tersedia.

C. Faktor yang Diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa yang

(45)

belajar siswa yang meliputi nilai rata-rata tes awal dan tes akhir. Cara

mengukurnya adalah dengan soal tes awal yang diberikan pada awal

pertemuan pertama dan tes akhir yang diberikan pada akhir pertemuan ketiga

dengan batasan satu kompetensi dasar.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimental. Desain penelitian

yang diterapkan dalam penelitian ini adalah one group pretest posttest design.

Hasil dari nilai pretest dan nilai postest yang diberikan kemudian akan

dibandingkan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan bahan

ajar leaflet. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar

siswa.

T

1

X

T

2

Keterangan : T1 = Tes awal; T2 = Tes akhir;

X = Penggunaan bahan ajar leaflet (modifikasi dari Suryabrata, 2004: 102)

Gambar 2. Desain one group pretest posttest.

E. Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Perencanaan

a. Menetapkan waktu penelitian

b. Menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan

c. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian

(46)

32

e. Membuat bahan ajar leaflet sebagai sumber belajar siswa yang akan di

uji ahli.

f. Membuat LKS yang akan dikerjakan oleh siswa

g. Membuat lembar observasi untuk mengukur aktivitas siswa

h. Membuat soal tes awal dan tes akhir yang akan di uji ahli.

i. Membuat angket kemenarikan bahan ajar leaflet.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan dengan

langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Pendahuluan

1) Guru memberikan tes awal pada pertemuan pertama

2) Guru membacakan indikator dan tujuan pembelajaran

3) Guru memberikan apersepsi kepada siswa.

Pertemuan I: “Bergerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup.

Pada manusia, kemampuan bergerak disebabkan oleh adanya suatu

kerja sama antara rangka dan otot yang membentuk suatu sistem

yang disebut sistem gerak. Apa saja yang kalian ketahui tentang

tulang dan rangka manusia? Bagaimana struktur tulang dan rangka

manusia?”

Pertemuan II: Guru bertanya kepada siswa “kemampuan bergerak

disebabkan oleh adanya suatu kerjasama antara rangka dan otot.

Rangka tidak dapat bergerak sendiri apabila tidak digerakkan oleh

(47)

Pertemuan III: Guru bertanya kepada siswa “Banyak sekali

gangguan yang dapat terjadi pada sistem gerak kita. Gangguan apa

saja yang dapat terjadi pada sistem rangka kita? Apa saja faktor yang

dapat menyebabkan terjadinya gangguan tersebut?”

4) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

Pertemuan I: “Hari ini kita akan mempelajari struktur dan fungsi

tulang serta keterkaitannya dalam sistem gerak manusia. Dengan

mempelajari ini kalian dapat mengetahui keterkaitan struktur dan

fungsi tulang dalam sistem gerak manusia.”

Pertemuan II: “Hari ini kita akan mempelajari struktur dan fungsi

tulang serta keterkaitannya dalam system gerak manusia, selain itu

juga kalian akan mempelajari mekanisme kontraksi otot. Dengan

mempelajari ini kalian dapat mengetahui keterkaitan sruktur dan

fungsi otot dalam system gerak manusia serta mekanisme kontraksi

otot.”

Pertemuan III: “Pada pertemuan terakhir ini kita akan mempelajari

tentang kelainan/penyakit yang dapat terjadi dalam system gerak

manusia. Dengan mempelajarinya kalian dapat mengetahui

gangguan apa saja yang dapat terjadi pada system gerak kita serta

cara mencegah dan mengobatinya.”

b. Kegiatan Inti

1) Guru memberi leaflet yang berisi materi yang akan dipelajari dan

(48)

34

2) Guru menjelaskan materi pelajaran secara garis besar dengan

menggunakan bahan ajar leaflet tersebut.

3) Guru membagi LKS (berisi permasalahan tentang sistem gerak)

kepada masing-masing siswa.

4) Siswa diminta untuk mengisi LKS secara mandiri.

6) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok

2 orang) dan mengutaran hasil pemikiran masing-masing.

7) Guru memimpin pleno kecil diskusi, kelompok perwakilan

mengemukakan hasil diskusinya.

8) Guru memberi penguatan terhadap jawaban hasil diskusi siswa

dan meluruskan miskonsepsi yang mungkin masih dimiliki siswa

dan menambah materi yang belum diungkapkan.

c. Penutup

1) Guru meminta salah satu siswa untuk membuat kesimpulan dari

materi yang telah dibahas.

2) Guru memberikan tes akhir pada pertemuan ketiga yang sama

dengan tes awal kepada seluruh siswa.

F. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data

kuantitatif sebagai data utama penelitian yaitu hasil belajar siswa yang

(49)

sebagai data penunjang adalah kemenarikan bahan ajar dan aktivitas belajar

siswa.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data diambil dengan menggunakan instrumen penelitian yang terdiri atas tes

awal dan tes akhir, angket dan lembar observasi yang disusun oleh peneliti.

Data utama penelitian ini adalah:

a. Tes awal dan tes akhir

Tes awal diberikan kepada siswa pada awal pertemuan. Sedangkan tes

akhir diberikan kepada siswa diakhir pertemuan dengan soal yang sama

dengan soal tes sebelumnya. Kemudian dihitung selisih antara nilai tes

awal dengan tes akhir. Selisih tersebut disebut sebagai N gain.

Sedangkan data penunjang diambil dengan menggunakan:

b. Angket

Angket (questionnaire) yang diberikan kepada subyek penelitian berupa

daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu dalam hal ini

tentang kemenarikan bahan ajar leaflet. Hal ini bertujuan untuk

mendapatkan informasi tertentu seperti preferensi, keyakinan, minat dan

perilaku siswa.

c. Lembar observasi

Observasi dilakukan melalui lembar Observasi Aktivitas Siswa.

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang

diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point

kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda check list( √ )

(50)

36

G. Teknik Analisis Data

Terhadap data hasil belajar siswa yang didapat dalam penelitian ini akan

dilakukan uji normalitas, dan pengujian hipotesis. Data aspek kognitif yang di

analisis adalah rata-rata nilai skor gain. Untuk mendapatkan N gain pada setiap

pertemuan menggunakan formula Rulon (dimodifikasi dari Sudijono, 1996:

215) sebagai berikut:

Kemudian data tersebut di uji normalitas data dan uji hipotesis sebagai

berikut:

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dihitung dengan uji Lilliefors menggunakan software

SPSS versi 17.0.

a. Hipotesis

Ho : Data berasal dari sampel berdistribusi normal H1 : Data berasal dari sampel berdistribusi tidak normal

(51)

Dengan kriteria uji yaitu: Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima,

jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak.

(Subana, Rahadi dan Sudrajat, 2000:132).

H. Pengolahan Data Kemenarikan bahan ajar leaflet

Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui kemenarikan bahan ajar

leaflet. Angket ini berisikan 8 pernyataan, 5 pernyataan positif, dan 3

pernyataan negatif. Skor 1 (satu) untuk menyatakan setuju bagi pernyataan

positif dan tidak setuju bagi pernyataan negatif. Skor 0 (nol) untuk

menyatakan tidak setuju bagi pernyataan positif dan setuju bagi pernyataan

negatif. Selain itu terdapat 1 pertanyaan terbuka untuk mengetahui hal-hal

lain yang ingin disampaikan oleh siswa tentang leaflet.

Jumlah skor setiap angket dihitung untuk mengetahui tanggapan

masing-masing siswa tentang kemenarikan bahan ajar leaflet. Menghitung skor yang

diperoleh dalam bentuk persentase. Teknik ini sering disebut dengan teknik

deskriptif kualitatif dengan persentase. Adapun rumus untuk analisis

deskriptif persentase menurut Ali (1992: 46) adalah :

Presentase kemenarikan leaflet (%) =

N n

× 100%

Keterangan: n = Nilai yang diperoleh sampel

(52)

38

Tabel 3 . Kriteria Tingkat Kemenarikan Bahan Ajar Leaflet

No Rentang skor Interval Kriteria

1 16 - 23 76< % ≤ 100% Tinggi

2 8 - 15 51< % ≤ 75% Sedang

3 0 - 7 25< % ≤ 50% Rendah

Sumber: dimodifikasi dari Ali, 1992:46

I. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data

yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan

menggunakan indeks aktivitas siswa.

Rata–rata skor aktivitas dihitung menggunakan rumus:

Tabel 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

(53)

Keterangan :

A. Kemampuan mengemukakan pendapat/ ide 1. Tidak mengemukakan pendapat /ide (diam saja)

2. Mengemukakan pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok ekosistem

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan pada materi pokok ekosistem

B. Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok : 1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja)

2. Bekerjasama dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokok ekosistem

3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokok ekosistem

C. Bertukar informasi

1. Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja)

2. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan ekosistem dalam LKS

3. Berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat untuk

memecahkan permasalahan pada LKS sesuai dengan leaflet materi pokok ekosistem

D.Mempresentasikan hasil diskusi kelompok (diambil sampel 6 atau 7 kelompok setiap kali pertemuan)

1. Kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan.

2. Kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan secara sistematis,dan menjawab pertanyaan dengan benar. 3. Kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis,

dan menjawab pertanyaan dengan benar (dimodifikasi dari Permatasuri, 2010:39).

Setelah diperoleh rata-rata skor aktivitas siswa, kemudian diterjemahkan

dalam kategori yang dapat dilihat pada tabel indeks aktivitas siswa sesuai

(54)

40

Tabel 5. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa

Interval Kategori

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi

(55)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Pembelajaran menggunakan bahan ajar leaflet dengan model pembelajaran

TPS berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa kelas XI IPA1 SMA

Negeri 1 Bukit Kemuning materi pokok Sistem Gerak yaitu mengalami

peningkatan sebanyak 5,88% pada pertemuan ketiga.

2. Pembelajaran menggunakan bahan ajar leaflet dengan model pembelajaran

TPS berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA1

SMA Negeri 1 Bukit Kemuning materi pokok Sistem Gerak yaitu sebesar

18,44.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, penulis menyampaikan saran

sebagai berikut :

1. Bahan ajar leaflet hendaknya dapat dijadikan salah satu bacaan alternatif

dalam pembelajaran biologi untuk memotivasi agar siswa aktif dalam

(56)

55

2. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan bahan ajar baik

leaflet hendaknya lebih ditingkatkan lagi kreativitas dalam mendesain

bahan ajar yang menarik.

3. Model TPS dapat dijadikan salah satu model pembelajaran alternatif

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan J.T. Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung.

Aini, Q. 2010. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Ekosistem. (skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.

Anonim. 2009. Solusi Mudah dan Cepat Menguasai SPSS 17.0 Untuk Pengolahan Data Satistik. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Anonim a). 2010. Pembelajaran Sains di Sekolah. Dalam

http://cobaberbagi.wordpress.com/2010/01/11/pembelajaran-sains-disekolah/. 17 Maret 2012 (17:35 WIB)

Anonim b). 2010. Media Pembelajaran dalam Pendidikan. Dalam http://biologi.blogdetik.com/2010/05/08/media-pembelajaran-dalam pendidikan/. 15 Maret 2012 (09:04 WIB)

Anonim. 2011. Pengembangan Bahan Ajar dan Pengumpulan. Dalam

http://yunitahatibiemaghi01.blogspot.com/2011/01/pengembangan-bahan-ajar-dan-pengumpilan.html?m=1. 15 Maret 2012 (09.53 WIB)

Darkuni. M. N. 2010. Pengembangan Bahan Ajar Bidang Studi Biologi. UMN. Malang.http://www.scribd.com/doc/69250690/13/f-Penyusunan-Leaflet , 1 November 2011 (12:59 WIB).

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Hamalik, O. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta.

(58)

57

Lyman, F. 2002. Strategies For Reading Comprehension Think-Pair-Share. Cooperative Learning Community. Jones, Raymon C. Reading Quest. Org.

http://curry.Edschool.virginia.edu/go/readquest/strat/tps/html 17 Mei 2009 (19:26 WIB).

Mudyaharjo. 2006. Filsafat Ilmu Pendidikan. Remaja Rosda karya. Bandung.

Muliani. 2009. Masalah Pendidikan di Indonesia. Bangka Belitung. http//:www.ubb.ac.id. 16 Februari 2011 (08.05 WIB)

Natalegawa. 2010. Bahan Ajar. Bandung.

http://st290171.sitekno.com/?pg=articles&article=5451 1 November 2011 (12:53 WIB)

Nurhadi. B.Y. dan A.G. Senduk. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Permatasuri, R. 2010. Pengaruh Animasi Multimedia melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division terhadap

Keterampilan Proses Sains siswa pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan P. MIPA Program Studi S1 Pendidikan Biologi Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pramudiyanti. 2008. Hasil Belajar Mahasiswa Botani Tumbuhan Tinggi Dengan Model pembelajaran Kooperatif Think Pair Share. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. FKIP Universitas lampung. 26 Januari 2008. Bandar Lampung.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Sardiman. 2003. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Setyono, B. 2005. Penyusunan bahan ajar pdf. Jakarta.

http//:www.smasewon.com. 10 Desember 2010 (13.30 wib).

Subana, M., dkk. 2000. Statistik Pendidikan. Pustaka Setia. Bandung

Sudijono, A. 1996. Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suryabrata, S. 2004. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

(59)

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

Widiyaningrum, N. 2010. Pengaruh Media Lingkungan Sekitar Sekolah Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kecakapan Berpikir Rasional Siswa(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII A SMP N 16 Bandar Lampug Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi Fakultas

Keguruan dan IlmuPendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi Unila.Lampung.

Wina, S. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Winkel, W.S. 1983. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Grasindo. Jakarta

Yulfisa, A. D. 2007. “Upaya Meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep

Gambar

Gambar 1. Model teoritis hubungan antara variabel bebas dan terikat
Tabel 1. Struktur bahan ajar
Tabel 2. Enam fase model pembelajaran kooperatif
Tabel 3 . Kriteria Tingkat Kemenarikan Bahan Ajar Leaflet
+2

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) DAN PROJECT BASED LEARNING (PJBL) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU

meningkatkan kemampuan mengajar guru adalah pembelajaran kooperatif tipe. Think Pair

Pengaruh Strategi Reading Questioning and Answering (RQA) Dipadukan dengan Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Colomadu pada Materi

Objek penelitian ini adalah Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada pelajaran Sains dalam meningkatkan minat belajar siswa pada materi pokok Energi Panas dan

Skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan Pada Manusia

pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) menunjukkan bahwa Penilaian Guru terhadap Bahan Ajar menunjukkan rata-rata skor 3,4 dengan kategori Sangat Baik dan rata-rata semua

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) kelas IV di

Hal ini dikarenakan pada siklus I sudah diterapkan metode Think Pair Share TPS yang dapat mengembang- kan keterampilan mengomunikasikan, se- hingga peningkatan yang terjadi juga cukup