• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

Rudi Yanto; Abu Syafik; Mujiyem Sapti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: ijunk66guday@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi, aktivitas, dan prestasi belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization pada siswa kelas V SD Negeri Sambeng tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Sambeng tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 20 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, angket dan tes. Instrumen yang digunakan berupa lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, angket motivasi dan aktivitas belajar siswa serta tes uraian.

Teknik analisis data mengunakan analisis deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukan peningkatan pada lembar pengamatan dari 90,63% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II.

Peningkatan motivasi belajar siswa dari 83,13% pada siklus I menjadi 86,44% pada siklus II.Peningkatan aktivitas belajar siswa dari 75,75% pada siklus I menjadi 78,88% pada siklus II.Serta peningkatan prestasi belajar siswa dari 77,55 pada siklus I menjadi 79,05 pada silus II.

Kata kunci: motivasi, aktivitas, Team Assisted Individualization

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan pembinaan kepribadian dan pengembangan kemampuan manusia seutuhnya, jasmani dan rohani guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu pendidikan harus selalu ditumbuhkembangkan secara sistematis oleh para pengambil kebijakan yang berwenang dan memiliki kemampuan dalam dunia pendidikan. Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan pun turut berkembang mengikuti perubahan untuk penyesuaian, sehingga muncul berbagai metode pembelajaran dan kurikulum baru sebagai bentuk penyempurnaan metode pembelajaran dan kurikulum yang telah ada.

Pada dunia pendidikan memiliki beberapa komponen pembelajaran yaitu guru dan siswa. Guru merupakan komponen pembelajaran yang berperan langsung dalam

(2)

pelayan. Sedangkan siswa dituntut aktif dalam pembelajaran dan tidak hanya menjadi pendengar penjelasan dari guru. Oleh karena itu pembelajaran yang bersifat teaching centered perlu diubah menjadi student centered agar para siswa tidak lagi menghafal teori-teori yang ada melainkan dapat menemukan teori dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika merupakan ilmu Universal yang mendasari perkembangan teknologi moderen, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan kemajuan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi, informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Belajar matematika sebenarnya suatu hal yang menyenangkan dan mengasyikkan tetapi hal ini ada kalanya akan terbalik menjadi suatu yang tidak menyenangkan, menjenukan bahkan membosankan bila ternyata yang menjadi tujuan pembelajaran tidak tercapai. Apabila terjadi fobia atau ketakutan terhadap mata pelajaran matematika akan mengakibatkan menurunnya prestasi belajar.

Pelaksanaan pembelajaran dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru. Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya keterlibatan siswa secara minim. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa cenderung pasif. Mereka lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada mencari dan menemukan sendiri. Hal ini menunjukkan kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat menyebabkan prestasi belajar matematika rendah.

Rendahnya prestasi belajar matematika dapat juga dipengaruhi oleh motivasi siswa. Semakin rendah motivasi siswa untuk belajar maka makin rendah pula prestasinya. Matematika merupakan pelajaran yang sulit bagi siswa. Kebanyakan siswa menganggap matematika sekedar hapalan rumus-rumus dan perhitungan-perhitungan yang abstrak. Mereka tidak tahu bahwa banyak penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut menyebabkan para siswa mempunyai motivasi yang rendah. Mengantisipasi hal tersebut sangat diperlukan peranan guru maupun

(3)

orang tua dalam memotivasi para siswa dalam belajar terutama pada pelajaran matematika.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SD Negeri Sambeng, ternyata masih dijumpai permasalahan pembelajaran. Permasalahan yang pertama yaitu kurangnya motivasi siswa terhadap pelajaran matematika. Permasalahan yang kedua yaitu kurangnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika. Kemudian permasalahan yang ketiga yaitu prestasi belajar siswa yang rendah. Hal tersebut ditunjukan dari rata-rata ulangan harian siswa masih dibawah 60.

Permasalahan di atas mengindikasikan perlu menggunakan metode pembelajaran yang bisa meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa. Salah satu metode yang memenuhi criteria tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization. Keunggulan metode tersebut adalah tim akan membantu individu yang kurang mampu dalam kelompok, sehingga motivasi dan aktivitas belajar siswa akan meningkat (Robert E Salvin 2005: 187). Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Sambeng tahun pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization, (2) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Sambeng tahun pelajaran 2013/2014.

Achmad Fauzan Hakim (2010) hasil penelitian menunjukan peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Purworejo setelah diberi tindakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individuaization. Hasil observasi menunjukan peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu dari 65,13% pada siklus I menjadi 70,65% pada silus II.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Pembelajaran dalam penelitian ini dimulai pada bulan 21 Januari 2014 sampai 1 Februari 2014 yang terdiri dari dua siklus. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Sambeng. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Sambeng yang

(4)

model kooperatif tipe TAI. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, angket, dokumentasi, dan tes prestasi belajar. Instrumen penelitian berupa lembar observasi, lembar angket, dan lembar soal tes. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif rata-rata dan persentase.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil siklus I dan siklus II penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization di kelas V SD Negeri Sambeng tahun pelajaran 2013/2014 dapat meningkatkan keterlaksanaan pembelajaran, motivasi belajar siswa, aktivitas belajar siswa da prestasi belajar siswa. Peningkatan tersebut disajikan dalam tabel 7 sebagai berikut.

Tabel 7. Peningkatan Motivasi dan Aktivitas Pembelajaran dari siklus I ke siklus II

Tindakan Pengamatan keterlaksanaan

pembelajaran (%)

Motivasi belajar siswa

(%)

Aktivitas belajar siswa

(%)

Rata-rata tes akhir siklus

Siklus I 90,63 83,13 75,75 77,55

Siklus II 100 86,44 78,88 79,05

Siklus I dan siklus II berlangsung selama 3 kali pertemuan, dengan pertemuan ketiga diadakan tes akhir siklus . Pada siklus I hasil dari motivasi belajar siswa, aktivitas belajar siswa dan tes akhir siklus sudah mencapai indikator keberhasilan. Akan tetapi masih mempunyai kendala yaitu: (1) Siswa masih belum berani mengemukakan pendapat maupun menjawab pertanyaan dari guru; (2) Dalam kerja kelompok rasa individual siswa masih tinggi; (3) Siswa banyak yang hanya menyalin dan menggantungkan hasil pekerjaan salah seorang temannya saja; (4) alokasi waktu untuk kerja kelompok masih kurang. Peneliti juga belum merasa puas. Untuk itu peneliti melakukan perbaikan dan melanjutkan ke siklus berikutnya. Pada siklus II hasil dari motivasi belajar siswa, aktivitas belajar siswa serta tes akhir siklus mengalami peningkatan. Hasilnya sudah mencapai indikator keberhasilan dan kendala-kendala dari siklus I sudah teratasi. Peneliti sudah puas dan tidak melanjutkan ke siklus berikutnya.

(5)

Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Team Assisted Individualization menunjukan peningkatan keterlaksanaan pembelajaran, motivasi belajar siswa, aktivitas belajar siswa, serta rata-rata tes. Peningkatan lembar keterlaksanaan pembelajaran dari 90,63% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II, peningkatan motivasi belajar siswa dari 83,13% pada siklus I menjadi 86,44% pada silus II, peningkatan aktivitas belajar siswa dari 75,75% pada siklus I menjadi 78,88% pada siklus II serta peningkatan rata-rata tes dari 77,55 pada siklus I menjadi 79,05 pada siklus II.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Sambeng setelah dua siklus mengalami peningkatan 83,13% pada siklus 1 menjadi 86,44% pada siklus 2, (2) aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Sambeng setelah dua siklus mengalami peningkatan 75,75% pada siklus 1 menjadi 78,88% pada siklus 2, (3) prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Sambeng setelah dua siklus mengalami peningkatan dari 77,55 pada siklus 1 menjadi 79,05 pada siklus 2 dan sudah mencapai indikator keberhasilan.

Setelah melakukan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa saran yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran yaitu: (1) guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa, (2) Supaya lebih mengembangkan model pembelajaran yang sekiranya relevan dengan kondisi guru,siswa dan sekolah , (3) pada model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization guru harus lebih teliti memantau kerja sama kelompok dan membentuk ulang susunan anggota kelompok, agar dapat menghindari kejenuhan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

(6)

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

Pimpinan RS harus menetapkan indikator kunci untuk memonitor struktur, proses dan hasil (outcome) dari rencana peningkatan mutu pelayanan

(vi) for Family Tak ā ful , information on policies and procedures based on the product design/type concerning the separation between investment funds and risk funds, as well

Prototipe Media Pembelajaran tematik kelas IV SD berbasis ICT dan multiple intelligences untuk Kurikulum 2013 merupakan suatu perangkat pembelajaran berupa media

上述是笔者的结论和建议 ,笔者希望对 Santo Aloysius、

Berdasarkan hasil prosentase yang didapatkan dari pengujian User Acceptence Test menggunakan kuisioner untuk pengguna yaitu para admin di Rumah sakit Telogorejo,

Presentasi dan diskusi (pembelajaran melalui penyampaian gagasan dan argumen secara efektif dan efisien, mendengar, memahami dan menerima gagasan yang berbeda, serta

Hasil penelitian terse- but menunjukkan bahwa penambahan jumlah dan jenis menu dalam sarapan tidak akan meningkatkan asupan gizi dari sarapan pada anak karena mereka

Waktu reaksi ini digunakan untuk menghitung nilai K dan ln K, serta suhu campuran yang terbentuk akan digunakan untuk menghitung 1/T dengan menggunakan persamaan