• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor pada UKM Batik Bogor Tradisiku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor pada UKM Batik Bogor Tradisiku"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha Kecil Menengah yang biasa disingkat dengan UKM merupakan bagian terpenting dalam suatu perekonomian suatu negara, UKM memiliki peranan yang baik untuk meningkatkan lajunya perekonomian masyarakat. Selain itu, UKM dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia dengan terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar UKM tersebut didirikan, sehingga dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Maka dari itu, pengembangan UKM di Indonesia perlu dilakukan dengan baik karena dapat mengatasi salah satu permasalahan negara Indonesia.

Terbukti pada masa krisis ekonomi pada tahun 1997-1998, usaha kecil menengah justru dapat mempertahankan kelangsungan usahanya daripada usaha besar. Sehingga pada saat krisis tersebut dapat menumbuhkan sikap optimism bagi sebagian orang untuk dapat memulihkan ekonomi pada saat itu. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kedudukan usaha kecil menengah di Indonesia semakin kokoh sehingga kita perlu mempertahankan UKM.

Bogor merupakan salah satu kota pariwisata yang ramai didatangi oleh berbagai pengunjung dari berbagai kota dan negara. Posisi kota Bogor yang berbatasan langsung dengan Jakarta membuat Bogor menjadi kota yang strategis. Banyak wisata yang ditawarkan oleh Bogor yaitu wisata budaya, kuliner, belanja, dan ilmiah. Wisata kuliner merupakan alasan utama banyaknya pengunjung yang datang. Kuliner asli Bogor yang ramai didatangi pengunjung diantaranya adalah asinan Bogor, roti unyil, toge goreng, dan talas Bogor.

(2)

2

khususnya masyarakat Bogor agar dapat melestarikan batik Bogor karena ada kecenderungan menurunnya budaya batik.

Berdasarkan data perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai ekspor batik Indonesia pada Tabel 1 menunjukkan terjadinya peningkatan yang signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Batik Tradisiku Bogor memiliki peluang dalam mengembangkan usahanya khususnya di Kota Bogor.

Tabel 1. Perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai ekspor batik Indonesia

Tahun Unit Usaha (UU)

Nilai Produksi (Rp Juta)

Nilai Ekspor (US$ Juta)

2005 31.077 3.318.716 105

2006 30.107 3.140.679 110

2007 38.155 3.458.615 125

2008 39.728 3.610.530 114

2009 41.124 3.940.625 120

Sumber: majalah GEMA 2011

Selain itu pada sektor industri tekstil berdasarkan data dari kementrian perindustrian dijelaskan bahwa pertumbuhan industri tekstil mengalami tren yang meningkat. Sehingga hal tersebut memberikan gambaran bahwa Batik Tradisiku Bogor berpeluang untuk mengembangkan bisnis tekstil di Bogor. Berikut data pertumbuhan industri tekstil dapat dilihat pada Gambar 1.

(3)

3

UKM Batik Tradisiku merupakan UKM yang bergerak di bidang produksi batik asli Bogor. Berdasarkan keputusan Walikota Bogor yang mewajibkan pada seluruh dinas pemerintahan Kota Bogor untuk mengenakan batik Bogor sebagai seragam membuat UKM tersebut optimis untuk mengembangkan batik Bogor agar dapat melestarikannya, serta dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi warga sekitar tempat UKM tersebut. Selain itu batik saat ini sangat trend dikalangan masyarakat Indonesia karena sedang digembor-gemborkan pelestarian warisan budaya bangsa yang sangat indah ini. Oleh karena itu, sangat diperlukannya penelitian mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha pada UKM Batik Tradisiku yang diharapkan dapat berkembang di Bogor. Sehingga dapat dilihat kelayakan pengembangan usahanya dan daya saing UKM tersebut bila ditinjau dari berbagai aspek secara kualitatif dan kuantitatif.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha UKM Batik Tradisiku bila dilihat dari aspek finansial dan non-finansial yaitu meliputi aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial?

2. Bagaimana sensitivitas UKM Batik Tradisiku terhadap perubahan yang terjadi?

3. Bagaimana perbandingan usaha UKM Batik Tradisiku pada kondisi normal tanpa pengembangan dan dengan pengembangan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

(4)

4

2. Menganalisis sensitivitas UKM Batik Tradisiku terhadap perubahan yang terjadi.

3. Menganalisis perbandingan usaha UKM Batik Tradisiku pada kondisi normal tanpa pengembangan dan dengan pengembangan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi beberapa pihak yang memerlukannya, diantaranya adalah: 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran bagi

perusahaan sebagai dasar dan bahan dalam pengambilan keputusan UKM Batik Tradisiku.

2. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai studi kelayakan pengembangan usaha dan sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(5)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Kecil Menengah 2.1.1 Pengertian UKM

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 pengertian Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2.1.2 Kriteria UKM

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah:

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(6)

6

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.2. Batik

2.2.1 Pengertian Batik

Batik dijelaskan sebagai kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu, atau bisa dikenal dengan kain batik (Balai Pustaka dalam Wulandari, 2011).

2.2.2 Sejarah Batik

Di Indonesia, batik memiliki sejarah dan riwayat yang panjang. Di setiap wilayah di Nusantara, batik memiliki perkembangan dan kisah yang menarik. Keberadaan Kerajaan Majapahit sebagai kerajaan yang besar, makmur, dan mengalami masa kejayaan selama beberapa abad telah membuat tradisi dan kebudayaannya mengakar kuat di wilayah Nusantara, termasuk diantaranya seni batik.

(7)

7

jelas sejak masa kerajaan Mataram Islam, yang bersumber dari keraton, seperti motif parang, rusak, semen rama, dan lain-lain.

Awalnya batik digunakan sebagai hiasan pada daun lontar yang berisi naskah atau tulisan agar tampak lebih menarik. Seiring perkembangan interaksi bangsa Indonesia dengan bangsa asing, maka mulai dikenal media batik pada kain. Sejak itu, batik mulai digunakan sebagai corak kain yang berkembang sebagai busana tradisional, khususnya digunakan di kalangan ningrat keratin.

Beberapa literatur, sejarah pembatikan di Indonesia sering dikaitkan dengan kerajaan Majapahit dan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Hal ini dibuktikan dengan penemuan arca dalam Candi Ngrimbi dekat Jombang yang menggambarkan sosok Raden Wijaya, raja pertama Majapahit (memerintah 1294-1309), memakai kain batik bermotif kawung. Oleh sebab itu, kesenian batik diyakini telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit secara turun-temurun.

2.2.3 Proses Pembuatan Batik

Kegiatan membatik merupakan salah satu kegiatan tradisional yang terus dipertahankan agar tetap konsisten seperti bagaimana asalnya. Walaupun motif dan corak batik di masa kini sudah beraneka ragam, proses pembuatan batik pada dasarnya masih sama. Adapun peralatan yang digunakan untuk membatik adalah gawangan, bandul, wajan, kompor, taplak, saringan malam, canting, mori, malam (lilin), dhingkik, dan pewarna alami.

Berikut adalah proses pembuatan batik dari awal hingga akhir adalah sebagai berikut:

1. Ngemplong, merupakan tahap paling awal, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik.

2. Nyorek atau Memola, adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan cara meniru pola motif yang sudah ada. 3. Mbathik, merupakan proses menorehkan malam batik ke kain mori. 4. Nembok, adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh

(8)

8

5. Medel, adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.

6. Ngerok dan Mbirah, yaitu malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibolas dengan air bersih.

7. Mbironi, adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa titik dengan menggunakan malam.

8. Menyoga, adalah dengan mencelupkan kain ke dalam campuran warna cokelat.

9. Ngelorod, merupakan tahap akhir dalam proses pembutan batik, yaitu melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih.

2.3. Studi Kelayakan Bisnis

Bisnis diartikan sebagai seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri dimana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka (Umar, 2009).

Bisnis didefinisikan setiap kegiatan atau aktifitas yang menggunakan sumber daya modal baik dengan jumlah modal kecil, sedang, maupun dalam jumlah modal yang sangat besar, dengan maksud untuk menghasilkan dan atau menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya, dan dari kegiatan tersebut diharapkan akan diperoleh keuntungan (Sinaga, 2009).

Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru (Umar, 2009).

2.3.1 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis

(9)

9

mengenai definisi studi kelayakan bisnis bahwa suatu bisnis perlu dilihat apakah memiliki potensi dan prospek yang baik bila dijalankan. Tujuan mengapa suatu bisnis dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan, yaitu:

1. Menghindari resiko kerugian. Masa depan penuh dengan

ketidakpastian. Untuk menimalisir resiko kerugian dimasa depan perlu dilakukannya studi kelayakan bisnis, baik resiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

2. Memudahkan perencanaan. Jika sudah melakukan peramalan untuk masa depan, maka akan mempermudah dalam melakukan perencanaan. Perencanaan meliputi jumlah dana yang diperlukan, lokasi usaha, siapa saja yang melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya, berapa keuntungan yang didapat, serta bagaimana mengawasi jika terjadinya penyimpangan.

3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Dengan adanya perencanaan yang sudah dibuat akan memudahkan pelaksanaan bisnis. Pelaksana bisnis dalam menjalankan bisnis telah memiliki pedoman yang harus dilakukan. Kemudian pelaksanaan bisnis dilakukan secara sistematik sesuai dengan rencana sehingga perencanaan yang telah disusun dijadikan acuan dalam melaksanakan bisnis.

4. Memudahkan pengawasan. Pengawasan dilakukan agar kegiatan pelaksana bisnis tidak melenceng dari rencana bisnis yang telah disusun.

5. Memudahkan pengendalian. Setelah dilakukan pengawasan, apabila terdapat penyimpangan akan mudah terdeteksi dan segera dilakukannya pengendalian terhadap penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke tempat yang sesungguhnya.

2.3.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis

(10)

10

Gambar 2. Contoh alur informasi antar aspek

Disesuaikan dengan tahapan studi kelayakan diatas, dijelaskan bahwa pada tahap penelitian ada beberapa aspek yang akan dinilai dalam studi kelayakan bisnis yaitu aspek finansial dan non-finansial meliputi aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek ekonomi dan sosial, aspek yudiris, dan aspek lingkungan.

1. Aspek Pasar

Pasar, menurut salah satu ahli pemasaran, Stanton dalam Umar (2009), merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Tiga faktor yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya.

Aspek pasar merupakan aspek yang paling perlu untuk dikaji pertama karena jika aspek pasarnya saja tidak jelas maka prospek bisnis ke depan pun tidak jelas. Sehingga resiko kegagalan bisnis menjadi besar bila aspek pasar tidak jelas. Hal-hal pokok dalam aspek pasar, diantaranya adalah:

a. Permintaan

Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu

Aspek Pasar

Aspek Pemasaran

Aspek Lainnya

Aspek Keuangan Fakta

(11)

11

tertentu (Kasmir dan Jakfar, 2009). Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang atau jasa adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan faktor khusus (akses).

b. Penawaran

Penawaran adalah jumalah barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu (Kasmir dan Jakfar, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang atau jasa adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan, teknologi, harga input (ongkos produksi), tujuan perusahaan, dan faktor khusus (akses). c. Bentuk pasar

Adapun beberapa bentuk pasar yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar oligopoli, dan pasar persaingan monopolistik.

Pasar persaingan sempurna adalah suatu pasar di mana terdapat sejumlah besar penjual dan pembeli, sehingga tindakan penjual secara individu tidak dapat mempengaruhi harga barang di pasar. Produknya relatif homogen.

Pasar monopoli adalah sebuah bentuk pasar yang dikuasai oleh seorang penjual saja. Tidak ada barang substitusi dari barang yang yang dijual oleh penjual tersebut, serta terdapat hambatan untuk masuknya penjual dari luar. Hal tersebut dikarenakan penguasaan bahan mentah, penguasaan teknik produksi, tindakan yudiris dalam perolehan hak paten, serta karena luas pasar yang tak cukup besar untuk dilayani oleh lebih dari satu produsen.

(12)

12

bersaing mengenai harga, tetapi bersaing pada faktor lain seperti kualitas atau desain.

Pasar persaingan monopolistik adalah bentuk campuran antara pasar persaingan sempurna dengan pasar monopoli. Dikatakan mirip pasar persaingan sempurna karena ada kebebasan bagi perusahaan untuk masuk-keluar pasar, selain itu barang yang dijual tidak homogeny. Oleh karena barang-barang yang heterogen itu dimiliki oleh beberapa perusahaan besar saja, pasar ini mirip dengan monopoli.

2. Aspek Pemasaran

Pemasaran menurut Kotler dalam Kasmir dan Jakfar (2009) merupakan suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.

Aspek pemasaran merupakan aspek yang diteliti untuk mengetahui posisi produk di pasar, layak atau tidak produk bila diluncurkan ke pasar. Hal-hal pokok dalam aspek pemasaran yang perlu dianalisis adalah sebagai berikut:

a. Segmentasi

Segmentasi pasar artinya membagi pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yamg berbeda yang mungkin memerlukan produk atau marketing mix yang berbeda pula. Pasar terdiri dari banyak sekali pembeli yang berbeda dalam beberapa hal, misalnya keinginan, kemampuan keuangan, lokasi, sikap pembelian, dan praktek-praktek pembeliannya. Dari perbedaan-perbedaan ini dapat dilakukan segmentasi pasar. Beberapa aspek utama untuk mensegmentasikan pasar adalah aspek geografis, aspek demografis, aspek psikografis, dan aspek perilaku.

b. Targeting

(13)

13

dicakup, lalu memilih segmen mana yang akan dilayani. Analisis dapat dilakukan dengan menelaah tiga faktor, yaitu ukuran dan pertumbuhan segmen, kemenarikan struktural segmen, dan sasaran dan sumberdaya.

c. Positioning

Selanjutnya harus diputuskan adalah posisi produk yang ingin ditempati dalam segmen tersebut. Menentukan posisi pasar yaitu menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atau suatu pasar. Posisi produk adalah bagaimana suatu produk yang didefinisikan oleh konsumen atas dasar atribut-atributnya. Untuk menentukan posisi pasar, terdapat tiga langkah, yaitu mengidentifikasi keunggulan kompetitif, memilih keunggulan kompetitif, dan mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi. d. Bauran Pemasaran (4P)

Bagi pemasaran bentuk barang, manajemen pemasaran perlu menganalisis bauran pemasaran dari produk yang akan dipasarkan tersebut. Bauran pemasaran atau yang biasa disebut Marketing Mix (4P) yang terdiri dari 4 komponen, yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi/lokasi), dan promotion (promosi). Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan. Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki dan menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli.

(14)

14

menentukan bagaimana mencapai target pasar dan bagaimana untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi distribusi yang berbeda-beda.

Promosi merupakan kegiatan bauran pemasaran yang penting juga karena bila tidak ada promosi maka konsumen tidak akan mengenal produk yang kita tawarkan. Ada empat macam sarana promosi yang dapat digunakan untuk mempromosikan produknya yaitu periklanan, promosi penjualan, publisitas, dan penjualan pribadi.

3. Aspek Teknis

Aspek teknis dilakuakan untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi, dan layout serta kesiagaan mesin-mesin yang akan digunakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah: a. Penentuan lokasi, pemilihan lokasi perlu dilakukan dengan

pertimbangan yang sangat matang. Pemilihan lokasi terdiri dari lokasi kantor, lokasi gudang, dan lokasi pabrik. Dalam menganalisis lokasi harus sangat teliti karena dapat berakibat meningkatnya biaya yang akan dikeluarkan nanti.

b. Luas produksi, penentuan luas produksi adalah berkaitan dengan jumlah produksi yang akan dihasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang paling efisien.

c. Tata letak (layout), merupakan suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan fasilitas yang dapat menentukan efisiensi produksi/operasi. Layout dirancang berkenaan dengan produk, proses, sumber daya manusia, dan lokasi sehingga da[at tercapai efisiensi operasi.

(15)

15

4. Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek hukum digunakan untuk melihat kelayakan suatu usaha berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Jika suatu rencana bisnis yang tidak layak tetap direalisasikan, bisnis berisiko besar akan dihentikan oleh pihak yang berwajib atau protes masyarakat (Umar, 2009).

Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Penelitian pada aspek hukum ini sangat penting dilakukan mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan, maka segala prosedur yang yang berkaitan dengan izin usaha atau berbagai persyaratan harus terpenuhi terlebih dahulu (Kasmir dan Jakfar, 2003)

Tujuan dari aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implimentasi bisnis yang direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya. Aspek manajemen merupakan aspek yang cukup penting untuk dianalisis karena suatu usaha bila sudah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung oleh manajemen yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan.

Adapun fungsi-fungsi manajemen yang harus dianalisis agar bisnis dapat dijalankan dengan baik. Setiap fungsi dapat berjalan sendiri, akan tetapi harus dilaksanakan secara berkesinambungan, karena kaitan antara satu fungsi dengan fungsi lainnya sangat erat. Fungsi-fungsi manajemen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan, adalah proses menentukan arah yang akan ditempuh

dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan telah ditetapkan.

(16)

16

c. Pelaksanaan, adalah proses menjalankan kegiatan atau pekerjaan dalam organisasi. Dalam suatu organisasi para pemimpin/manajer harus dapat menggerakan bawahannya untuk melaksanakan tugas sesuai yang telah ditentukan.

d. Pengawasan, adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas apakah telah sesuai dengan rencana. Jika dalam proses terjadi penyimpangan, maka akan segera dikendalikan. 5. Aspek Ekonomi dan Sosial

Dalam aspek ekonomi dampak yang diberikan lebih ditekankan kepada masyarakat khususnya dan pemerintah pada umumnya. Bagi masyarakat adanya investasi ditinjau dari aspek ekonomi adalah akan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatannya. Sedangkan bagi pemerintah dampak yang diperoleh dari adanya bisnis ditinjau dari aspek ekonomi adalah dapat memberikan pemasukan berupa pendapatan baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Jika dilihat dari aspek sosial, dampak bagi masyarakat adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti pembangunan jalan, jembatan, listrik, dan sarana lainnya. Kemudian bagi pemerintah dampaknya adalah perubahan demografi, perubahan budaya, dan kesehatan masyarakat.

6. Aspek Finansial

Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti kesediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah bisnis akan dapat berkembang terus (Umar, 2009).

(17)

17

metode memiliki kelebihan dan kelemahan, sebaiknya menggunakan beberapa metode sekaligus. Adapun kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan suatu bisnis adalah sebagai berikut: a. Payback Period (PBP)

Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan suatuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima (Umar, 2009).

b. Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai bersih sekarang merupakan selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang (Umar,2009).

c. Internal Rate of Return (IRR)

Metode Internal Rate of Return digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 2009). Perhitungan IRR dengan menggunakan gambar dapat dilihat pada Lampiran 1. d. Profitability Index (PI)

Metode Profitability Index digunakan dengan cara menghitung melalui perbandingan antara selisih benefit dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah investasi (Ibrahim, 2003).

e. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

(18)

18

f. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara benefit kotor yang telah di discount dengan cost secara keseluruhan yang telah di discount (Ibrahim, 2003).

2.4. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas yaitu untuk mengetahui altertnatif kemungkinan hasil studi kelayakan yang diperoleh sehubungan dengan dilakukannya berbagai kemungkinan perubahan atas salah satu atau beberapa komponen yang menyangkut pelaksanaan bisnis (Sinaga, 2009).

Analisis sensitivitas ini sangat perlu dilakukan dalam studi kelayakan yang didasarkan pada asumsi dan proyeksi atas komponen-komponen yang berkaitan dengan pelaksanaan bisnis dimasa depan, sedangkan asumsi atau proyeksi tersebut mengandung ketidakpastian. Adapun perubahan-perubahan atas komponen-komponen, dapat disebabkan karena beberapa hal, yaitu terjadinya cost overrun, perubahan harga, waktu pelaksanaan.

Tujuan utama dilakukannya analisis sensitivitas tersebut adalah 1) untuk memperbaiki desain dan atau pelaksanaan bisnis sehingga dapat meningkatkan IRR dan 2) untuk mengurangi resiko kerugian, dengan cara melakukan tindakan-tindakan pencegahan yang dianggap perlu pada saat pelaksanaan pembangunan proyek.

2.5. Studi Terdahulu

(19)

19

kebutuhan modal investasi dan kerja, sumber modal, identifikasi manfaat,criteria kelayakan investasi dan analisis sensitivitas.

Kriteria kelayakan investasi menghasilkan NPV usaha bernilai Rp.254.889.000,00, IRR 40,58 persen, Net B/C atau PI adalah 8,54 dan PBP adalah 0,8 tahun. Nilai diatas menunjukkan kelayakan dari suatu usaha. Usaha layak jika NPV> 0, IRR lebih dari tingkat suku bunga pinjaman, PI> 1, dan PBP kurang dari periode analisis. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa tidak sensitif apabila terjadi penurunan volume penjualan sebesar 10 persen dan kenaikan harga input operasional sebesar 10 persen.

(20)

20

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Bogor merupakan salah satu kota wisata yang perlu mengembangkan wisata lainnya, salah satunya adalah wisata Batik. Batik merupakan warisan Indonesia yang perlu dikembangkan dan dilestarikan. Salah satunya dengan mengembangkan batik Bogor sebagai salah satu kekayaan Indonesia.

UKM Batik Tradisiku merupakan usaha yang bergerak di bidang batik khas Bogor. Pendiri Batik Tradisiku yaitu seorang yang memiliki kecintaan terhadap seni dan budaya Bogor, beliau mulai melirik usaha Batik yang memang belum ada di Bogor saat itu. Adanya keputusan walikota Bogor, peningkatan perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai eksport batik di Indonesia, serta kecenderungan menurunnya budaya batik membuat pemilik UKM Batik Tradisiku mencari peluang yang ada untuk membuat usaha Batik. Selain itu dengan adanya tren Batik saat ini, Bogor memiliki potensi dalam mengembangkan batiknya, sehingga masyarakat Bogor juga mengetahui keberadaan batik Bogor tersebut.

Terlebih dahulu perlu dilakukan berbagai perencanaan yang matang dalam membuat suatu bisnis. Rencana pengembangan usaha batik Bogor akan terwujud apabila seorang pemilik usaha Batik Tradisiku perlu melakukan studi berupa analisis kelayakan pengembangan usaha.

Analisis kelayakan pengembangan usaha akan menganalisis kelayakan usahanya dan daya saing UKM tersebut bila ditinjau dari berbagai aspek secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan pada aspek pasar, pemasaran, teknis, manajemen, serta ekonomi dan sosial. Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakuakn pada aspek finansial. Dari hasil analisis ini akan diberikan rekomendasi apakah rencana pengembangan usaha layak untuk dijalankan.

(21)

21

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan UKM Batik Tradisiku, yang merupakan salah satu UKM di Bogor yang bergerak di bidang industri kerajinan batik. Batik Tradisiku berada di wilayah Kabupaten Bogor dan berlokasi di jalan Jalak No. 2 Tanah Sareal Bogor. Penelitian dilakukan secara sengaja dengan

Usaha Batik Bogor pada UKM Batik Tradisiku

Identifikasi kondisi yang ada:

1. Keputusan pemerintah kota Bogor

2. Peningkatan perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai ekspor batik di Indonesia 3. Adanya kecenderungan menurunnya budaya

batik

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor

Aspek non-finansial: 1. Aspek pasar 2. Aspek pemasaran 3. Aspek teknis 4. Aspek manajemen

5. Aspek ekonomi dan sosial Aspek finansial:

1. Kriteria investasi (PBP, NPV, IRR, PI, Net B/C, Gross B/C)

2. Analisis sensitivitas

Layak Tidak Layak

Implementasi Evaluasi

(22)

22

persetujuan pemilik yang dilakukan pada bulan Februari 2012 sampai Maret 2012.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pemilik usaha Batik Tradisiku dengan teknik wawancara langsung dan pengamatan (observasi) langsung di tempat usaha. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan dan dokumen-dokumen perusahaan serta literatur yang relevan dengan penelitian berupa buku-buku, hasil penelitian terdahulu, dan publikasi elektronik (internet).

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang didapat dari hasil penelitian terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif, yang selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan jenisnya. Analisis data kualitatif dilakukan pada aspek pasar, pemasaran, teknis, manajemen, serta ekonomi dan sosial. Analisis data kuantitatif dilakukan pada aspek finansial. Kemudian hasil dari pengolahan data ini diinterpretasikan secara deskriptif untuk menggambarkan kelayakan usaha dari bisnis tersebut. Analisis kuantitatif dari aspek finansial dengan menghitung Payback Period (PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability index (PI), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), serta analisis sensitivitas dengan bantuan komputer Microsoft Exel 2007. Selain itu melakukan perhitungan kapasitas optimum produksi dengan menggunakan software Lindo dan forecasting menggunakan Minitab.

3.4.1 Analisis Kriteria Investasi

1. Payback Period (PBP)

Rumus:

Kriteria:

PBP > periode maksimum, maka usaha tidak layak PBP < periode maksimum, maka usaha layak

(23)

23

Rumus:

dimana: = aliran kas pertahun pada periode t

= investasi awal pada tahun 0

K = suku bunga (discount rate) Kriteria:

NPV > 0, maka usaha layak

NPV = 0, maka usaha tidak untung atau rugi NPV < 0, maka usaka tidak layak

3. Internal Rate of Return (IRR)

Rumus:

dimana:

= NPV positif = NPV negatif

= discount rate yang menghasilkan NPV positif = discount rate yang menghasilkan NPV negatif Kriteria:

IRR ≥ discount rate, maka usaha layak

IRR ≤ discount rate, maka usaha tidak layak

4. Profitability index (PI)

Rumus:

Kriteria:

PI > 1, maka usaha layak PI < 1, maka usaha tidak layak

5. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

(24)

24

NBi (+) = net benefit yang telah didiscount positif NBi (-) = biaya pada tahun t

t = tahun

I = discount rate (%) Kriteria:

Net B/C > 1, maka usaha layak Net B/C < 1, maka usaha tidak layak

6. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Rumus:

Bt = manfaat pada tahun t Ct = biaya pada tahun t n = umur bisnis i = discount rate (%) Kriteria:

Gross B/C > 1, maka usaha layak Gross B/C < 1, maka usaha tidak layak

3.4.2 Analisis Sensitivitas

(25)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

UKM Batik Bogor Tradisiku memiliki tempat produksi di dua tempat yang berbeda, tempat pertama terletak di Neglasari 1 RT 03/04 No.69 Cibuluh Bogor Utara sedangakan tempat kedua berada di jalan Jalak no. 2 RT 04/02 Tanah Sareal Bogor. Selain digunakan untuk produksi, tempat kedua juga digunakan sebagai Gallery untuk menjual produk yang diproduksi. Lokasi kedua tempat produksi UKM Batik Bogor Tradisiku ini berada di tempat yang cukup strategis dimana dapat dicapai dengan transportasi yang mudah serta letaknya yang tidak jauh dari pusat kota Bogor. Jaringan listrik dan air juga sudah baik untuk menunjang kegiatan usaha, sehingga menjadi keuntungan sendiri bagi Batik Bogor Tradisiku untuk memasarkan hasil produksi.

Batik Bogor Tradisiku telah didaftarkan sebagai perusahaan yang memiliki nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 10.04.5.17.06359, pada tanggal 15 Januari 2009. Penanggung jawab Batik Tradisiku adalah pendirinya yaitu Bapak Siswaya, dengan nomor NPWP 59.202.841.9-404.000. Batik Tradisiku juga telah mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan nomor 517/32/PK/B/DIPERINDAGKOP dan Tanda Daftar Industri (TDI) dengan nomor 534/03.TDI-Diperindagkop pada tanggal 15 Januari 2009.

(26)

26

1. Sebagai bentuk kecintaannya kepada Kota Bogor yang telah memberikan warna kehidupan selama 26 tahun.

2. Rasa ingin melestarikan budaya Indonesia yaitu Batik yang seyogyanya merupakan khasanah budaya Bangsa Indonesia yang telah turun temurun diwariskan nenek moyang bangsa Indonesia yang memang sudah diakui UNESCO pada 2 Oktober 2009.

3. Jiwa sosialnya yang tinggi membuatnya ingin membantu para pembatik Yogya yang kehilangan pekerjaan karena benca Gempa Bumi 2006 silam dan juga tentunya menciptakan lapangan pekerjaan untuk warga sekitar UKM yang membutuhkan pekerjaan.

Awalnya berdirinya Batik Bogor Tradisiku memiliki motif yang memang membawa ikon kedaerahan Bogor seperti kijang, kujang, bunga teratai, dan lainnya. Kemudian pada 4 Juni 2009 sebagai peringatan Ulang Tahun Bogor ke-527 motif kujang kijang di launching oleh Walikota Bogor sendiri. Setelah itu motif tersebut di patenkan bersama dua motif batik Pakuan Pajajaran, yaitu Ragen Panganten dan Banyak Ngantrang, yang hak ciptanya dimiliki Pemda Kota Bogor.

Batik Bogor Tradisiku dalam perjalanannya kembali mengeluarkan motif-motif yang membawa ikon Kota Bogor, salah satunya yang paling laris adalah motif Hujan Gerimis yang merupakan julukan Kota Bogor yaitu Kota Hujan yang airnya membawa berkah dan sebagai sumber kehidupan. Melihat dari segi pemsarannya, dalam waktu 4 tahun ini, Batik Bogor Tradisiku sudah mengalami perkembangan yang pesat. Masyarakat mulai mengenal keberadaan reputasi akan kekhasan dan kualitas Batik Bogor Tradisiku menunjukkan eksistensinya di dunia batik, tidak hanya di Bogor atau Jawa Barat saja, tetapi Batik Bogor Tradisiku turut menopang mahakarya Batik Indonesia.

4.2. Analisis Kelayakan Usaha

(27)

27

mencapai titik optimum. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan kapasitas optimum produksi dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki dan melakukan peramalan penjualan terhadap pengembangan produksi yang akan dilakukan berdasarkan deret waktu (time series).

Perhitungan untuk mengetahui banyaknya kapasitas produksi optimum yang perlu dikembangkan oleh Batik Bogor Tradisiku dilakukan menggunakan aplikasi Lindo dengan membuat model linear. Model linear dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3. Penentuan formulasi persamaan linear tersebut berdasarkan margin laba, harga pokok produksi, modal, dan waktu pengerjaan sehingga menghasilkan formulasi yang disajikan pada Lampiran 3. Berdasarkan dari data yang telah diolah, didapat kapasitas optimum produksi sebesar 34 unit per bulan untuk batik tulis, 242 unit per bulan untuk batik cap, dan 325 unit per bulan untuk kain printing. Dapat dilihat pada Tabel 2 Kapasitas optimum produksi Batik Bogor Tradisiku.

Tabel 2. Kapasitas optimum produksi

(28)

28

Setelah dilakukan perhitungan kapasitas optimum produksi, diperlukannya peramalan penjualan pada batik cap agar dapat dilihat apakah pasar dapat menyerap produksi batik cap yang bertambah dalam pengembangan usaha yang dilakukan UKM. Data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalam penjualan adalah data penjualan pada batik cap selama 48 bulan (4 tahun, Januari 2008-Desember 2011) dan menggunakan aplikasi Minitab. Diperlukan uji stasioner terlebih dahulu untuk menentukan jenis peramalan yang tepat. Berdasarkan hasil yang telah diolah, data penjualan Batik Cap menunjukkan tidak stasioner maka jenis peramalan yang tepat adalah Analisis Tren Linear, Analisis Tren Kuadratik, dan Double Exponential Smoothing. Tidak stasioner dimaksud bahwa pada data menunjukkan adanya tren atau seasonal (Santoso, 2009). Hasil dari uji stasioner menggunakan aplikasi Minitab dapat dilihat pada Gambar 4.

Hasil peramalan dengan menggunakan ketiga metode Analisis Tren Linear, Analisis Tren Kuadratik, dan Double Exponential Smoothing menunjukkan bahwa metode yang paling tepat adalah metode Analisis Tren Linear karena metode ini menunjukkan tingkat kesalahan yang paling kecil. Metode peramalan yang tepat adalah yang memiliki tingkat kesalahan yang paling kecil. Hasil tingkat kesalahan dari jenis peramalan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3. (w ith 5% significance limits for the autocorrelations)

(29)

29

Tabel 3. Metode peramalan dan nilai kesalahan

Jenis Peramalan MAPE MAD MSD

Analisis Tren Linear 103,95 59,47 6893,71

Analisis Tren Kuadratik 111,07 59,75 6407,91

Double Exponential Smoothing 105,23 59,60 7539,65

Berikut hasil analisis tren menggunakan metode analisis tren linear sehingga menghasilkan peramalan penjualan yang menggunakan aplikasi minitab dapat dilihat pada Gambar 5.

I ndex

Pada studi kelayakan pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku aspek yang perlu dikaji untuk menentukan bahwa usaha tersebut layak atau tidak layak untuk dikembangkan adalah dengan memperhatikan aspek finansial dan non-finansial yaitu meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial.

4.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran

(30)

30

itu, permintaan Batik Bogor untuk Dinas di Bogor berpotensi untuk naik karena setiap tahun Dinas selalu memesan Batik untuk seragam yang mereka kenakan setiap minggunya. Tidak hanya itu saja, sekolah-sekolah di wilayah Bogor sudah ikut memesan batik Bogor.

Penjualan Batik Bogor sendiri menunjukkan tren yang cenderung meningkat tiap tahunnya, walaupun pada tahun 2011 cenderung turun tetapi meningkat kembali dengan peramalan yang telah dilakukan untuk satu tahun kedepan. Dengan mempertimbangkan peramalan yang meningkat dan kapasitas optimum yang produksi, maka ditetapkan penjualan untuk tahun kedepan sebesar 7212 unit batik/tahun dan penjualan pakaian jadi serta seragam sebesar 4044 unit/tahun sehingga penjualan total sebesar 11256 unit/tahun.

Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas optimum bahwa kenaikan penjualan hanya terlihat pada penjualan Batik Cap saja sehingga peramalan penjualan juga dilakukan untuk Batik Cap saja. Dapat dilihat perbandingan ramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi Batik Cap per bulan pada Tabel 4. Melihat dari Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa peramalan penjualan Batik Cap sebesar 3691 unit/bulan. Dengan kapasitas sebesar 2904 dapat diasumsikan bahwa produksi sebesar 2904 dapat diserap oleh pasar seluruhnya.

(31)

31

Tabel 4. Ramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi batik cap

(32)

32

penduduk nasional dapat memesan lewat website Batik Bogor Tradisiku. Word of mouth dan pamflet juga digunakan sebagai bentuk promosi yang dilakukan oleh Batik Bogor Tradisiku. Oleh karena itu, dari aspek pasar dan pemasaran usaha pengembangan Batik Bogor Tradisiku layak untuk dijalankan.

4.2.2 Aspek Teknis

Aspek teknis dimaksudkan apakah dari segi pembangunan usaha dan segi implementasi rutin bisnis secara teknis dapat dilaksanakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah lokasi usaha, kebutuhan bakan baku dan proses produksi.

1. Lokasi usaha

Faktor lokasi merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi kegiatan usaha karena lokasi usaha erat hubungannya dengan pemasran hasil produksi. Lokasi usaha Batik Bogor Tradisiku berada di dua tempat, tempat produksi pertama yaitu terletak di Neglasari 1 RT 03/04 No.69 Cibuluh Bogor Utara sedangakan tempat kedua berada di jalan Jalak no. 2 RT 04/02 Tanah Sareal Bogor. Tempat pertama merupakan tempat yang hampir seluruh proses produksi dilakukan disini kecuali proses pembuatan batik tulis dan batik cap berada di tempat kedua yang selanjutnya juga diproses di tempat pertama. Tempat kedua juga digunakan sebagai tempat pemasaran hasil produksi yang siap dipasarkan.

Tempat pertama cocok sebagai tempat produksi karena lokasinya yang jauh dari hiruk pikuk kota Bogor yang ramai sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan baik. Selain itu yang lokasinya dekat dengan hutan, maka dapat mencari kayu bakar dengan mudah untuk tambahan bahan baku.

(33)

33

lebih tepat. Tempat kedua digunakan sebagai gallery dan proses pembuatan batik tulis dan cap agar selain membeli konsumen dapat melihat proses produksi batik. Selain itu tempat pertama merupakan tempat yang cukup strategis dimana dapat dicapai dengan transportasi yang mudah serta letaknya yang tidak jauh dari pusat kota Bogor. Jaringan listrik dan air juga sudah baik untuk menunjang kegiatan usaha, sehingga menjadi keuntungan sendiri bagi Batik Bogor Tradisiku untuk memasarkan hasil produksi.

2. Kebutuhan bahan baku dan proses produksi

Bahan baku berasal dari beberapa tempat, ada dari Pekalongan dan Bogor. Untuk pendistribusiannya dilakukan dengan sistem pemesanan dan dipaket dari Pekalongan ke Bogor untuk menghemat biaya distribusi. Untuk pembelian bahan baku di Bogor dilakukan dengan sistem pembelian sendiri atau langsung ke tempat penjualan karena lokasinya yang tidak jauh dari tempat produksi. Bahan baku langsung dibeli di tempat yang kualitasnya lebih baik dari tempat yang lain untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

Berikut merupakan proses produksi kain batik yang merupakan produk utama yang diproduksi oleh Batik Bogor Tradisiku. Tahapan proses produksi kain batik dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Tahap Proses Produksi Kain Batik Membuat gambar

atau desain

Menyanting

Memberi warna (pencelupan atau

pencoletan)

(34)

34

a. Membuat gambar atau desain

Proses pertama dalam membuat batik adalah membuat gambar atau desain dari batik bogor sendiri dengan menggunakan pinsil, ini merupakan tahapan untuk batik tulis dan cap saja. Sedangkan untuk kain printing tidak melewati tahapan ini.

b. Menyanting

Proses kedua adalah menyanting atau menggambar dengan menggunkan malam untuk menutupi kain agar tidak terkena warna saat proses pewarnaan. Batik tulis menggunakan canting tulis, batik cap menggunakan canting cap, sedangkan pada kain printing tidak melewati tahapan ini.

c. Memberi warna (pencelupan atau pencoletan)

Proses ketiga adalah memberi warna pada kain. Pada batik tulis dan cap proses pemberian warna adalah dengan mencelupkan kain ke air yang sudah diberi pewarna selama waktu yang ditentukan. Pada kain printing proses pertama langsung pada pemberian warna terhadap kain dengan menggunakan cetakan warna yang disebut plangkan. Sebenarnya proses printing sama dengan proses menyablon hanya saja pada kain printing di usaha Batik Bogor Tradisiku menggunakan obat berkualitas yang baik. Untuk batik tulis, cap, dan printing proses pewarnaan bisa dilakukan berkali-kali tergantung berapa warna yang digunakan. Pada kain printing warna yang berbeda digunakan pada plangkan yang berbeda pula.

d. Perebusan atau pelodoran

(35)

35

rebus di obat yang berbeda setelah itu diberi pelembut kain. Setelah direbus lalu kain di angin-anginkan atau dijemur.

Untuk proses produksi pakaian jadi dan seragam setelah membuat kain langsung dijait ke penjahit rekan dari usaha Batik Bogor Tradisiku. Yang dimaksud rekan atau mitra usaha Batik Bogor Tradisiku adalah Batik Bogor Tradisiku melakukan kerjasama dengan beberapa penjahit untuk membuat baju ke para penjahit tersebut. Tetapi Batik Bogor Tradisiku memiliki satu penjahit yang stand by dan bekerja secara langsung dengan Batik Bogor Tradisiku hanya saja segala kebutuhan bahan baku jahitan langsung dibebankan kepada penjahit sehingga pembayaran jahitan langsung diberikan kepada penjahit.

4.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum

Setelah membahas aspek pasar dan pemasaran serta aspek teknis, selanjutnya akan membahas aspek manajemen dan hukum. Penilaian kelayakan pengembangan usaha dalam aspek manajemen dan hukum meliputi masalah perizinan dan legalitas, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, dan tenaga kerja.

1. Perizinan dan Legalitas Badan Hukum Usaha

Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki (Kasmir dan Jakfar, 2003). Usaha Batik Bogor Tradisiku secara resmi telah didaftarkan sebagai perusahaan yang memiliki nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 10.04.5.17.06359, pada tanggal 15 Januari 2009. Penanggung jawab Batik Tradisiku adalah pendirinya yaitu Bapak Siswaya, dengan nomor NPWP 59.202.841.9-404.000. Batik Tradisiku juga telah mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan nomor 517/32/PK/B/DIPERINDAGKOP dan Tanda Daftar Industri (TDI)

(36)

36

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dibuat untuk menunjukkan kedudukan struktural masing-masing individu serta menunjukkan tugas dan fungsi mereka. UKM Batik Bogor Tradisiku dipimpin oleh seorang direktur utama yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan UKM seperti kegiatan produksi, operasional, pemasaran, keuangan, dan SDM. Pada setiap kegiatan tersebut terdapat seorang supervisor yang bertanggung jawab khusus untuk masing-masing kegiatan.

Penanggung jawab produksi bertugas untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan produksi yaitu diantaranya desain motif, proses pembatikan tulis dan cap, proses printing, proses pewarnaan, dan proses penjahitan. Penanggung jawab operasional bertanggung jawab dalam kegiatan-kegiatan operasional Batik Bogor Tradisiku seperti dalam hal transportasi dan belanja bahan baku batik. Penanggung jawab pemasaran bertanggung jawab untuk memasarkan produk batik baik itu pada galeri dan pameran. Penanggung jawab keuangan bertanggung jawab atas pencatatan keuangan serta mengontrol arus kas UKM Batik Bogor Tradisiku, sedangkan penanggung jawab SDM bertanggung jawab atas sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh Batik Bogor Tradisiku.

Adapun struktur organisasi UKM Batik Bogor Tradisiku dapat dilihat pada Gambar 7.

(37)

37

3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam menjalankan suatu usaha. Jumlah semua tenaga kerja yang ada di Batik Bogor Tradisiku berjumlah 22 orang. Jam kerja yang berlaku bagi karyawan mulai dari jam 08.00 hingga 17.00 WIB atau sekitar 9 jam per hari. Pada awal pendirian tahun 2008, UKM Batik Tradisiku Bogor hanya memiliki 8 karyawan yang terbagi ke beberapa pekerjaan. Jumlah tenaga kerja dari awal usaha dapat dilihat pada Lampiran 5 yang menyajikan kebutuhan fisik dari tahun 0 (tahun 2008).

Sistem perekrutan tenaga kerja di Batik Bogor Tradisiku tidak rumit. Tingkat pendidikan yang dibutuhkan juga tidak ditetapkan terlalu tinggi, tidak perlu juga mahir dalam membatik karena sebelumnya ada pelatihan terlebih dahulu dari Batik Bogor Tradisiku. Tenaga kerja yang direkrut juga tidak jauh dari orang sudah dikenal oleh pemilik sehingga pemilik dapat mengontrol karyawan agar dapat bekerja dengan baik. Dengan sistem seperti itu pemilik memiliki tenaga kerja yang memiliki kualitas yang baik.

Sistem pemberian gaji yang diterapkan di usaha Batik Bogor Tradisiku adalah sistem bulanan dan sistem upah jika adanya kerja tambahan seperti menjaga pameran. Karyawan hanya mendapatkan libur seminggu sekali atau tergantung pesanan yang diterima. Selain itu karyawan diperbolehkan untuk meminta kasbon untuk keperluan mendadak dan mendapatkan bonus tambahan untuk tunjangan Hari Raya Idul Fitri.

4.2.4 Aspek Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan

(38)

38

masyarakat sekitar tempat usaha. Selain itu bagi pemerintah, dampak yang dirasakan dari usaha Batik Bogor Tradisiku adalah memberikan pemasukan bagi pemerintah dengan pembayaran pajak yang dibayarkan Batik Bogor Tradisiku.

Ditinjau dari aspek sosial dampak yang diberikan Batik Bogor Tradisiku akan membuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar sehingga dapat membantu pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran walaupun dalam jumlah kecil. Selain itu tersedianya sarana dan prasarana berupa jalanan dan listrik bagi daerah sekitar tempat usaha.

Bila dilihat dari aspek lingkungan, usaha Batik Bogor Tradisiku memperhatikan keadaan lingkungan sekitar dan dampak yang ditimbulkan usaha tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari obat pewarna yang digunakan oleh Batik Bogor Tradisiku ramah lingkungan karena tidak berbahaya bagi lingkungan. Selain itu pada usaha Batik Bogor Tradisiku dapat dikatakan tidak menghasilkan limbah yang dapat mengganggu lingkungan hanya kain hasil batik yang dapat diberikan atau dijual kembali kepada orang lain yang akan menghasilkan barang lain. Oleh karena itu, dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan usaha pengembangan Batik Bogor Tradisiku layak untuk dijalankan.

4.2.5 Aspek Finansial

Analisis aspek keuangan diteliti untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan (Umar, 2009). Penentuan layaknya suatu bisnis dapat dilihat dari beberapa kriteria. Pada pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku dilihat dari aspek finansial terdiri dari rencana kebutuhan fisik, rencana anggaran biaya, biaya operasional, modal dan penerimaan, analisis kriteria investasi, dan analisis sensitivitas.

(39)

39

pengembangan yang dilakukan UKM Batik Tradisiku Bogor berupa peningkatan produksi dengan melihat kapasitas optimum yang dapat dipenuhi dari sumber daya yang ada. Sehingga tidak memerlukan investasi berupa mesin atau peralatan lainnya dalam pengembangan yang dilakukan.

1. Rencana Kebutuhan Fisik

Rencana kebutuhan fisik pada pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku merupakan perencanaan kebutuhan fisik yang dibutuhkan oleh usaha tersebut. Kebutuhan fisik ini berupa kebutuhan bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan baku produksi, dan tenaga kerja. Dalam pengembangan kelayakan usaha ini yang meningkat adalah bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan dalam peningkatan produksi usaha tersebut. Peningkatan bahan baku hanya terjadi pada bahan baku produksi kain batik cap karena pada peningkatan kapasitas optimum yang meningkat hanya pada batik cap saja.

Bahan baku yang meningkat adalah bahan baku pada aktivitas produksi batik cap berupa kain prima, malam cap, obat pewarna cap, soda ash, minyak tanah, gas kecil, blue gas, dan kayu bakar. Untuk peralatan yang meningkat adalah pada canting cap saja karena adanya peningkatan pada produksi batik cap juga. Tetapi pengembangan usaha ini tidak menyebabkan pertambahan tenaga kerja. Hal tersebut didasarkan pada pengoptimalan sumber daya yang dimiliki usaha tersebut. Rincian kebutuhan fisik dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 12.

2. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

(40)

40

bahan baku, lain-lain, serta tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Pada pengembangan usaha ini, rencana anggaran biaya yang diperlukan adalah biaya peralatan dan perlengkapan, biaya bahan baku, biaya lain-lain, serta biaya upah tenaga kerja dan bonus. Ringkasan rencana anggaran biaya pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku dapat dilihat pada Tabel 5. Rencana anggaran biaya lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 13.

Tabel 5. Rencana anggaran biaya pada Batik Bogor Tradisiku

Item Kondisi Normal

Biaya Bahan Baku Produksi 490.461.000 612.890.000

Biaya Lain-lain 155.471.000 196.732.000

Biaya Upah tenaga kerja

dan Bonus 302.564.000 318.776.000

Total 953.596.000 1.143.497.000

3. Biaya Operasional

Biaya operasional dalam pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya operasional yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar Rp

1.281.218.000,00 dan pada kondisi normal sebesar Rp

1.101.317.000,00.

(41)

41

dilihat pada Tabel 6. Biaya operasional yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 15.

Tabel 6. Biaya operasional pada tahun pertama pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku

Biaya Operasional Kondisi Normal (Rp)

Kondisi Pengembangan (Rp)

Biaya tetap 529.361.000 586.096.000

Biaya variabel 571.956.000 695.122.000

Total 1.101.317.000 1.281.218.000

4. Modal dan Penerimaan

Modal merupakan keseluruhan modal yang diperlukan untuk membangun dan menjalankan usaha. Modal awal yang digunakan oleh Batik Bogor Tradisiku murni dari uang pemiliknya. Tetapi pada pertengahan Batik Bogor Tradisiku meminjam pada Bank BRI Syariah. Pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku tidak diperlukan modal awal karena pengembangan pada usaha ini hanya penambahan produksi pada kapasitas optimal dari sumber daya yang sudah dimiliki.

Penerimaan merupakan komponen pemasukan dalam usaha. Komponen pemasukan pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku terdiri dari hasil penjualan hasil produksi dan nilai sisa. Nilai sisa merupakan nilai barang yang tidak habis dipakai selama umur bisnis. Total penjualan dari kelima produk yang dipasarkan pada kondisi pengembangan usaha adalah sebesar Rp 1.649.412.000,00 dan pada kondisi normal sebesar Rp 1.232.375.000,00. Jumlah penerimaan pada pengembangan usaha ini relatif sama untuk beberapa tahun kedepan, hanya saja dibedakan dari nilai akhir dari barang-barang.

5. Analisis Kriteria Investasi

(42)

42

pengembangan kelayakan usaha ini adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Payback Period (PBP), dan Profitability Index (PI). Hasil perhitungan dari analisis kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 7. Perhitungan kriteria investasi dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 16.

Tabel 7. Perbandingan kriteria investasi pada kondisi normal dan kondisi pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku

Kriteria Investasi Kondisi Normal Kondisi Pengembangan

Profitability Index (PI) 2,774 6,341

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai bersih sekarang merupakan selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang (Umar,2009). Nilai NPV pada pengembangan sebesar Rp

778.901.000,00 dan pada kondisi normal sebesar Rp

222.947.000,00. Nilai ini menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur usaha yang telah ditentukan dengan tingkat bunga sebesar 12%. Ketentuan suku bunga didasarkan pada bunga pinjaman BRI Syariah sebesar 12%. Makin tinggi nilai NPV maka semakin layak usaha dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena NPV yang dihasilkan lebih besar dari pada nol (NPV>0), sesuai dengan syarat.

(43)

43

Internal Rate Return merupakan tingkat pengembalian usaha terhadap modal yang ditanamkan. Nilai IRR pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku adalah 41,97% dan pada kondisi normal sebesar 23,9%. Angka ini lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman sebesar 12% yang berarti modal yang ditanamkan usaha tersebut memiliki tingkat pengembalian yang menguntungkan dibandingkan melakukan investasi di Bank. Semakin tinggi nilai IRR maka semakin layak usaha dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena IRR yang dihasilkan lebih besar dari suku bunga pinjaman 12% (IRR>discount rate), sesuai dengan syarat. c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan merupakan perbandingan antara present value kas masuk dengan present value kas keluar. Nilai Net B/C pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar 3,729 sedangkan pada kondisi normal sebesar 1,804. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar dari pada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Semakin besar nilai Net B/C maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena Net B/C yang dihasilkan lebih besar dari satu (Net B/C>1), sesuai dengan syarat.

d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

(44)

44

karena Gross B/C yang dihasilkan lebih besar dari satu (Gross B/C>1), sesuai dengan syarat.

e. Payback Period (PBP)

Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain PBP mengukur seberapa cepat investasi yang ditanamkan dapat kembali. Dapat dilihat dari hasil pengolahan menunjukkan bahwa PBP pada pengembangan usaha selama 3 tahun 9 bulan sedangkan pada kondisi normal selama 4 tahun 11 bulan 22 hari. Semakin cepat pengembaliannya maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena PBP yang dihasilkan lebih kecil dari periode maksimum (PBP < periode maksimum), sesuai dengan syarat. f.Profitability Index (PI)

Dari hasil perhitungan pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar 6,341 sedangkan pada kondisi normal sebesar 2,774. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar dari pada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena PI yang dihasilkan lebih besar dari satu (PI > 1), sesuai dengan syarat.

6. Analisis Sesitivitas

Analisis sensitifitas dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil bisnis, bila salah satu atau beberapa variabel komponen bisnis mengalami perubahan dimasa depan, dan tindakan apa yang perlu dilakukan. Dalam pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku analisis yang dilakukan menggunakan metode switching value, yaitu mencari nilai maksimal dari perubahan variabel yang mempengaruhi usaha. Variabel yang digunakan adalah tingkat inflasi yang terjadi.

(45)

45

biaya juga berubah sehingga dapat dianalisis seberapa besar inflasi maksimum yang dapat diterima perusahaan. Dari hasil perhitungan pengembangan usaha ditunjukan bahwa tingkat inflasi yang dapat ditolerir oleh usaha ini sebesar 23,29 persen dan saat kondisi normal tingkat inflasi yang dapat ditolerir adalah sebesar 18,12 persen. Apabila angka inflasi melebihi 23,29 persen pada saat pengembangan dan melebihi 18,12 persen pada saat kondisi normal maka usaha Batik Bogor Tradisiku tidak layak dijalankan karena NPV yang negatif. Perhitungan analisis sensitivitas dengan menggunakan metode Switching Value dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 17.

(46)

46

Tabel 8. Hasil rekapitulasi aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan kriteria

Produksi 490.461.000 612.890.000

3 Biaya Lain-lain 155.471.000 196.732.000 4 Biaya Upah tenaga

kerja dan Bonus 302.564.000 318.776.000

Total 953.596.000 1.143.497.000

Ringkasan Biaya Operasional No. Biaya Operasional Kondisi Normal

(Rp)

Kondisi Pengembangan

(Rp)

1 Biaya Tetap 529.361.000 586.096.000

2 Biaya Variabel 571.956.000 695.122.000

Total 1.101.317.000 1.281.218.000

(47)

47

Tabel 9. Hasil rekapitulasi aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan analisis

Implikasi manajerial merupakan rekomendasi dalam pengambilan langkah strategis atau pengambilan keputusan yang dapat dilakukan manajemen dalam menjalankan dan mengelola jalannya usaha. Implikasi manajerial ini dituliskan dalam bentuk fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling).

(48)

48

ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta aspek finansial. Implikasi manajerial pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Implikasi manajerial dalam fungsi manajemen pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku

Aspek Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian

(49)

49

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan dari beberapa aspek yang perlu dikaji dalam pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku, dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya:

1. Hasil analisis kualitatif, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan menunjukkan bahwa pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku layak untuk dikembangkan. Dilihat dari aspek finansial dengan menggunakan tingkat discount rate sebesar 12 persen dan periode usaha selama enam tahun menunjukkan bahwa pengembangan usaha Batik Tradisiku Bogor layak untuk dikembangkankan.

2. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa tingkat sensitivitas usaha terhadap kenaikan inflasi berada pada batas 23,29 persen.

3. Perbandingan antara kondisi normal tanpa pengembangan dengan adanya pengembangan usaha diperoleh hasil melalui analisis kriteria investasi adalah akan lebih baik jika Batik Bogor Tradisiku mengembangkan usahanya karena lebih banyak mendapat keuntungan walau tanpa pengembangan usaha tetap layak dijalankan, hanya saja kurang menguntungkan.

Saran

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan dari beberapa aspek yang perlu dikaji dalam pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku, saran yang dapat dijadikan masukan bagi usaha Batik Bogor Tradisiku adalah:

1. Aspek Teknis, tata letak lokasi produksi sebaiknya dilakukan pada satu lokasi saja agar lebih efisien biaya dan waktu.

2. Aspek Manajemen, sebaiknya lakukan pembagian tugas yang lebih jelas agar pelaksanaan fungsi manajerial dapat dijalankan secara optimal.

(50)

50

(51)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BATIK

BOGOR PADA UKM BATIK TRADISIKU BOGOR

Oleh

AMELIA PUTRI SAADIAH

H24080107

DEPERTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Chaerunnisa, R. 2007. Studi Kelayakan Usaha Penggilingan Gabah di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Irfani, R. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Ransel Laptop di UKMK

Yogi Tas Desa Laladon Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kasmir dan Jakfar. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Santoso, Singgih. 2009. Bussiness Forecasting Metode Peramalan Bisnis Masa Kini dengan Minitab dan SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sinaga, D. 2009. Studi Kelayakan Bisnis dalam Ekonomi Global. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Umar, H. 2009. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Wulandari, A. 2011. Batik Nusantara: Makna Filosofis, Cara Pembuatan dan Industri Batik. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Kementrian Perindustrian. 2011. http://www.kemenperin.go.id/Ind/Publikasi/ MajGema/File/2011077.pdf [25 Januari 2012]

(53)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BATIK

BOGOR PADA UKM BATIK TRADISIKU BOGOR

Oleh

AMELIA PUTRI SAADIAH

H24080107

DEPERTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(54)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BATIK

BOGOR PADA UKM BATIK TRADISIKU BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Eknomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

AMELIA PUTRI SAADIAH

H24080107

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(55)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor pada UKM Batik Bogor Tradisiku

Nama : Amelia Putri Saadiah

NIM : H24080107

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

(Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto,M.Sc.) NIP 19491210 197803 1 002

Mengetahui, Ketua Departemen

Manajemen

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP 19610123 198601 1 002

(56)

RINGKASAN

AMELIA PUTRI SAADIAH. H24080107. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor pada UKM Batik Tradisiku Bogor. Di bawah bimbingan

ABDUL KOHAR IRWANTO.

Usaha Kecil dan Menengah yang biasa disingkat UKM memiliki peranan yang baik yaitu dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia dengan terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar UKM tersebut didirikan, sehingga dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Batik merupakan warisan Indonesia yang sangat perlu dilestarikan karena batik merupakan tekstil khas Indonesia yang memiliki motif yang memiliki nilai seni yang tinggi. Perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai ekspor batik Indonesia menunjukan terjadinya peningkatan yang signifikan. Tidak hanya itu, pertumbuhan industri tekstil mengalami tren yang meningkat walaupun pada tahun 2007-2008 mengalami penurunan tetapi meningkat lagi pada tahun selanjutnya. Hal tersebut menunjukan bahwa peluang Batik Bogor Tradisiku untuk mengembangan usahanya cukup besar. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah 1) Menganalisis kelayakan pengembangan usaha UKM Batik Tradisiku bila dilihat dari aspek finansial dan non-finansial yaitu meliputi aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial. 2) Menganalisis sensitivitas UKM Batik Tradisiku terhadap perubahan yang terjadi. 3)Menganalisis perbandingan usaha UKM Batik Tradisiku pada kondisi normal tanpa pengembangan dan dengan pengembangan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pemilik usaha Batik Tradisiku dengan teknik wawancara langsung dan pengamatan (observasi) langsung di tempat usaha. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan keuangan dan dokumen-dokumen perusahaan serta literatur yang relevan dengan peneliti berupa buku-buku, hasil penelitian terdahulu, dan publikasi elektronik (internet). Analisis yang digunakan adalah analisis kriteria investasi dan analisis sensitivitas dengan menggunakan Microsoft Exel dan perhitungan kapasitas optimum produksi menggunakan software Lindo dan forecasting menggunakan software Minitab.

(57)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Amelia Putri Saadiah dilahirkan pada tanggal 25 Desember 1990 di Jakarta, merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak H. Ai Djadja, SE dan Ibu Hj. Humani Tariana. Bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Cipinang Melayu 04 Pagi Jakarta Timur tahun 1996 hingga tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama Negeri 80 Jakarta Timur lulus pada tahun 2005, Sekolah Menengah Atas Negeri 91 Jakarta Timur lulus pada tahun 2008.

Gambar

Gambar 1. Data pertumbuhan industri
Gambar 2. Contoh alur informasi antar aspek
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 2. Kapasitas optimum produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah perusahaan melakukan manajemen laba dalam menanggapi perubahan tarif pajak penghasilan badan. Selain

Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan

Dengan adanya komunikasi yang baik antara pelatih dan atlet, guru dan siswa, atlet dan atlet itu sendiri diharapkan mampu menciptakan kondisi tim atau kelas yang solid, kuat,

Green IT refers to environmentally sound information technologies and systems, applications and practices and encompasses three complementary IT-enabled approaches to

 Apakah ekstrak etanol kelopak bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn) mempunyai efek setara dengan simvastatin dalam menurunkan kadar kolesterol LDL tikus

Penelitian yang dilakukan Maria dan Kurniasih (2014) yang meneliti mengenai pengaruh return on assets , leverage, corporate governance (diproksikan dengan komposisi

Faktor internal melibatkan human sensory (lebih pada penciuman), pengujian dengan test merokok, analisis kimia, sedangkan faktor eksternal melalui( human vision )

Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengaruh gaji, fasilitas dan tunjangan terhadap kinerja karyawan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa gaji dengan nilai t