• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL ANGIN, KELEMBABAN UDARA, DAN SUHU OBSERVASI UDARA ATAS DI WILAYAH AMBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROFIL ANGIN, KELEMBABAN UDARA, DAN SUHU OBSERVASI UDARA ATAS DI WILAYAH AMBON"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL ANGIN, KELEMBABAN UDARA, DAN SUHU OBSERVASI UDARA ATAS DI WILAYAH AMBON

Rendrah Yohanis Kalalo

Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika(STMKG),Tangerang Selatan Email: rendrahkalalo@gmail.com

ABSTRAK

Hasil pengamatan unsur cuaca digunakan untuk analisis dan prakiraan. Pengamatan udara atas merupakan pengamatan secara vertikal kondisi atmosfer. Data udara atas di Indonesia sangat jarang dimanfaatkan sebagai kajian dan penelitian. Penelitian ini menggunakan data udara atas di wilayah Ambon untuk mengetahui karakteristik atau profil udara atas dari ketiga parameter cuaca yakni angin, suhu dan RH di daerah Ambon.

Tujuan penelitian ini yakni untuk mengenal kondisi atmosfer didaerah Ambon dan dapat digunakan untuk membantu dalam analisa dan prakiraan cuaca. Metode yang digunakan yakni menggunakan metode rata-rata, modus dan distribusi frekuensi sederhana dengan analisa ketiga parameter cuaca tersebut terhadap kejadian hujan.

Hasil penelitian diperoleh yakni kondisi angin pada lapisan 850 milibar dan RH pada lapisan 300 milibar mempengaruhi intensitas curah hujan diwilayah Ambon. Contohnya ketika angin timuran pada lapisan 850 milibar dan RH <70% pada lapisan 300 milibar curah hujan >100 mm, namun saat angin baratan pada lapisan 850 milibar dan RH <70% pada lapisan 300 milibar, curah hujan menjadi

<100 mm.

Kata kunci : Angin, RH, Suhu, Baratan, Timuran

The Wind, Humidity, and Temperature Profiles of Upper Air Observation in Ambon

The main program undertaken by meteorological office in Indonesia is weather observations and further these observation data are used for weather analysis and forecasting. One of the meteorological observations is the aerological observation that determine the vertical profile of the atmosphere. Unfortunately, the aerological data in Indonesia is very rarely used as a study and research. Therefore, this study attempted to use the aerological data to determine the characteristics of Ambon upper atmosphere using three parameters, wind, temperature and humidity.

The purpose of this study is to determine the atmospheric conditions in Ambon and can be used in weather analysis and forecasting. This study using median, mode and simple frequency distribution analysis methods and the analysis of the three parameters on rainy days.

The results show that the wind at 850 millibars and the humidity at 300 in Ambonmillibars affect the intensity of rainfall in Ambon. For example, when the wind at 850 millibars is easterlies and the humidity value < 70% at 300 millibars, the rainfall is > 100 mm, but when the wind at 850 millibars is westerly and the humidity <70% at 300 millibars, the rainfall is <100 mm.

Key words : Wind, RH, Temperature, Westerlies, Easterlies

(2)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk mendapatkan data dari objek yang diobservasi.

Observasi meteorologi merupakan kegiatan pengamatan unsur-unsur cuaca. Dalam observasi udara atas dan observasi permukaan terdapat perbedaan dalam pengamatan unsur cuaca yang akan diamati. Observasi permukaan dilakukan untuk mendapatkan data unsur-unsur cuaca seperti tekanan, suhu, kelembaban, curah hujan, perawanan dan radiasi matahari. Sedangkan observasi udara atas atau observasi vertikal mengamati unsur- unsur cuaca di lapisan atas dari permukaan.

Dari observasi udara atas didapatkan data unsur-unsur cuaca perlapisan, artinya didapatkan parameter cuaca ditiap lapisan yang berbeda. Pengamatan udara atas merupakan bagian dari bahan analisis klimatologi yang di lakukan sebagai bahan pertimbangan analisis cuaca menurut Global Climate Observing System Upper-air Network (GUAN) dalam WMO No 544 tahun 2003.

Menurut Haimberger (2006) sejak tahun 1940an observasi udara atas dengan menggunakan Radiosonde telah menjadi bagian yang representatif digunakan dalam observasi atmosfer. Dari berbagai kajian dan penelitian yang sering dilakukan, penggunaan dan pemanfaatan data hasil observasi udara atas sangat jarang di jadikan objek kajian dan penelitian di Indonesia. Kesempatan kali ini penulis ingin mengangkat data hasil observasi udara atas untuk dapat dijadikan objek kajian.

Penulis mengambil wilayah Ambon karena wilayah ini memiliki keunikan tersendiri

dibanding daerah lain yang memiliki pengamatan udara atas, keunikan wilayah Ambon yakni memiliki pola curah hujan lokal, sehingga memiliki puncak hujan pada pertengahan tahun yakni bulan Juni, Juli dan Agustus (Aldrian dan Susanto, 2003).

Selain itu penelitian ini juga agar dapat membantu observer dan forecaster dalam mengenal karakteristik atmosfer melalui data udara atas sehingga dapat membantu dalam melakukan analisis dan prakiraan.

1.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis mengkaji data dengan metode statistika sederhana diwilayah Ambon pada tahun 2013- 2014. Penelitian difokuskan pada lapisan 850 milibar, 500 milibar dan 300 milibar sebagai lapisan penting yang dapat mewakili kondisi vertikal bagian bawah, tengah dan atas (Hopkins, 1996). Lapisan tersebut juga telah mewakili lapisan troposfer yang merupakan lapisan pembentuk cuaca.

2. METODOLOGI PENELITIAN

2.1

Daerah Penelitian

Penulis menggunakan wilayah Pulau Ambon sebagai lokasi penelitian yang diwakili oleh Stasiun Meteorologi Pattimura dengan posisi 03°42”LS dan 128°05”BT dengan elevasi stasiun 10 m dari permukaan laut.

(3)

Gambar 1. Lokasi Penelitian (Paays, 2014)

2.2 Data

Data yang digunakan :

1. Data udara atas Radiosonde harian pada tahun 2013-2014 dengan parameter cuaca yang digunakan adalah :

 Data Suhu (dalam celsius)

 Data RH (dalam Persen)

 Data angin, yakni data arah dan kecepatan (derajat dan knot).

Parameter cuaca tersebut diambil telah mewakili kondisi atmosfer lapisan troposfer, lapisan yang digunakan adalah :

 Lapisan 850 miibar

 Lapisan 500 milibar

 Lapisan 300 milibar

Data udara atas Radiosonde berasal dari hasil observasi Radiosonde Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon.

2. Data observasi permukaan (synop) yakni data curah hujan bulanan dari tahun 1981 hingga 2010 dan data curah hujan harian tahun 2013-2014.

Data curah

hujan didapatkan dari hasil observasi synop Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon

3. Data sekunder komponen angin U dan komponen angin V. Data

tersebut diunduh dari

http://www.esrl.noaa.gov/psd/data/c omposites/day/.

2.3 Metode 2.3.1 Mean

Menurut Supranto (2008), Mean atau rata-rata adalah nilai yang mewakili himpunan atau sekelompok data. Nilai rata-rata umumnya cenderung terletak ditengah suatu data yang disusun menurut besar/ kecil.

Dengan kata lain nilai rata-rata mempunyai kecenderungan memusat, sehingga sering disebut ukuran kecenderungan memusat, rata- rata dapat dirumuskan :

(3.1) Dimana,μ = mean/ rata-rata

N = jumlah semua data

= jumlah semua frekuensi dari 1 hingga N

2.3.2 Modus

Menurut Supranto (2008), Modus dari suatu kelompok nilai adalah nilai kelompok tersebut yang mempunyai frekuensi tertinggi, atau nilai yang paling banyak terjadi di dalam

(4)

suatu kelompok nilai, singkatnya modus merupakan nilai dari sebuah data yang paling banyak terjadi/ keluar. Suatu distribusi mungkin tidak mempunyai modus atau mungkin mempunyai dua modus atau lebih.

2.3.3 Distribusi frekuensi

Tabel distribusi frekuensi disusun bila jumlah data yang dikumpulkan cukup banyak, karena kalau disajikan dalam tabel biasa tidak efisien dan tidak komunikatif, sehingga untuk memahami data dengan mudah yakni dengan pengelompokan data ke dalam beberapa kelompok (kelas) dan kemudian dihitung banyaknya data yang masuk ke dala tiap kelas (Supranto, 2008). Beberapa penjelasan tentang tabel Frekuensi:

a) Tabel distribusi frekuensi terdiri dari sejumlah klas interval.

b) Interval nilai batas bawah dengan nilai batas atas disebut panjang kelas. Jadi panjang kelas adalah jarak antara nilai batas batas bawah dan batas atas, pada setiap kelas.

c) Batas bawah ditunjukkan dengan nilai sebelah kiri dan batas atas ditunjukkan dengan nilai sebelah kanan.

d) Setiap klas interval mempunyai frekuensi atau jumlah atau banyaknya.

e) Jumlah kelas hendaknya jangan terlalu besar dan juga jangan terlalu kecil.

f) Penentuan jumlah kelas umumnya tergantung pada pertimbangan praktis yang masuk akal dari pengolah data sendiri.

g) Tujuan pengelompokan data kedalam distribusi frekuensi guna memperoleh gambaran yang sederhana, jelas dan sistematis mengenai peristiwa yang dinyatakan dalam angka-angka.

h) Sturges (1926) membuat persamaan untuk menentukan jumlah kelas yang sebaiknya digunakan dalam penggolongan data, yaitu :

k = 1 + 3,332 log n (3.3) keterangan :

k = jumlah kelas

n = jumlah angka yang terdapat dalam data

3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Curah Hujan

Tabel 1. Curah Hujan Dasarian tahun 2013-2014.

Curah hujan diwilayah Ambon tahun 2013-2104 mengikuti pola normal 30 tahun, yakni dengan puncak hujan di pertengahan tahun pada bulan Mei, Juni, Juli dan Agustus.

Berdasarakan data normal curah hujan dasarian dari tahun 1981-2010, Awal musim hujan di wilayah Ambon terjadi pada dasarian II bulan April, dan awal musim kemarau terjadi pada dasarian II bulan Oktober.

Bulan DAS CH (mm)

I 98.65

II 83.5

III 96.35

I 28.4

II 71.35 III 85.45

I 12.4

II 53.8

III 2.75

I 53.4

II 83.25 III 23.95

I 96

II 112.9 III 197.1 I 136.75 II 159.65 III 75.35

I 199.65 II 294.05 III 555.5

I 278.85 II 140.85 III 140.65

I 133.6

II 48.05 III 51.6

I 30.05

II 43.2

III 39.75

I 51.25

II 18.25

III 3.6

I 16.1

II 68.85 III 75.4 JUL

AGU

SEP

OKT

NOV

DES JANUARI

FEB

MAR

APR

MEI

JUN

(5)

b. Angin

Tabel 2. Arah angin dasarian perlapisan bulan Januari hingga Juni tahun 2013- 2014.

Tabel 3. Arah angin dasarian perlapisan bulan Juli hingga Desember tahun 2013- 2014.

Pola angin di wilayah Ambon pada lapisan 850 milibar mengikuti sirkulasi umum yang terjadi di Indonsia yakni sirkulasi moonsun. Pada lapisan 500 milibar bulan Januari hingga Maret angin berasal dari baratan, pada bulan Mei hingga bulan Desember arah angin berasal dari timuran.

Pada lapisan 300 milibar angin didominasi timuran dari bulan Januari hingga Desember.

c. RH

Tabel 4. RH dasarian perlapisan bulan Januari hingga Juni tahun 2013-2014.

Tabel 4. RH dasarian perlapisan bulan Juli hingga Desember tahun 2013-2014.

Kondisi RH di wilayah Ambon pada lapisan 850 milibar umumnya >70% dari bulan Januari hingga bulan Desember. Pada lapisan 500 milibar RH mulai bervariatif yakni berkisar 15% hingga 90%. Pada lapisan 300 milibar umumnya kondisi RH sangat rendah yakni 1% hingga 90%.

Pada lapisan 850 milibar Rata-rata nilai RH ketika memasuki bulan Mei terjadi

Lapisan 850 Milibar Lapisan 500 Milibar Lapisan 300 Milibar

I Barat Variabel Timur

II Barat Barat Timur

III Barat Timur Tenggara

I Barat Laut Tenggara Timur

II Barat Tenggara Timur

III Barat Barat Timur

I Barat Barat Tenggara

II Barat Barat Timur

III Barat Barat Timur

I Barat Daya Selatan Timur Laut

II Barat Tenggara Timur

III Tenggara Selatan Timur Laut

I Timur Timur Timur Laut

II Timur Timur Timur

III Timur Timur Timur

I Tenggara Timur Timur

II Tenggara Timur Timur

III Tenggara Timur Timur

BULAN DAS

APR

MEI

JUN MAR

Angin

JAN

FEB

Lapisan 850 Milibar Lapisan 500 Milibar Lapisan 300 Milibar

I Tenggara Timur Timur

II Tenggara Timur Timur

III Tenggara Timur Timur

I Tenggara Timur Timur

II Tenggara Timur Timur

III Tenggara Timur Timur

I Tenggara Timur Timur

II Tenggara Timur Timur

III Tenggara Timur Timur

I Timur Timur Timur

II Timur Timur Laut Timur

III Tenggara Tenggara Timur

I Tenggara Timur Laut Tenggara

II Barat Laut Timur Timur

III Barat Laut Timur Timur

I Barat Tenggara Timur

II Barat Timur Timur

III Barat Variabel Timur

BULAN DAS Angin

OKT

NOV

DES JUL

AGU

SEP

Lapisan 850 Milibar Lapisan 500 Milibar Lapisan 300 Milibar

I 74-79 77-96 72-89

II 78-97 76-97 71-78

III 77-85 76-97 72-89

I 76-86 28-41 35-47

II 72-79 80-97 77-91

III 70-76 80-97 72-87

I 66-71 66-80 62-73

II 66-71 56-69 35-47

III 66-73 33-44 43-55

I 77-84 82-97 64-76

II 75-83 79-97 30-44

III 73-82 69-80 35-47

I 89-100 79-97 20-33

II 84-91 87-97 75-91

III 86-92 81-96 75-94

I 93-100 78-96 77-94

II 92-100 82-97 75-90

III 93-100 83-96 23-36

BULAN DAS JAN

FEB

MAR

APR

MEI

JUN

RH (%)

Lapisan 850 Milibar Lapisan 500 Milibar Lapisan 300 Milibar

I 93-100 78-96 11-23

II 87-100 87-97 48-61

III 89-100 82-97 74-88

I 95-100 77-97 69-87

II 89-100 82-97 66-84

III 90-100 78-100 1-15

I 84-100 76-97 2-16

II 88-100 66-79 37-49

III 81-100 58-69 55-68

I 80-88 17-32 1-16

II 62-69 35-48 1-14

III 79-89 76-97 1-15

I 77-87 59-71 1-14

II 76-84 41-53 1-14

III 72-78 63-76 41-54

I 80-84 70-81 26-37

II 77-82 76-86 34-47

III 72-77 71-80 66-77

DES

BULAN DAS RH (%)

AGU

SEP

OKT

NOV JUL

(6)

peningkatan, dan mulai menurun memasuki bulan oktober.

d. Suhu

Tabel 5. Suhu dasarian perlapisan bulan Januari hingga Juni tahun 2013-2014.

Tabel 6. Suhu dasarian perlapisan bulan Juli hingga Desember tahun 2013-2014.

Data suhu di Indonesia umumnya homogen atau tidak memiliki perbedaan yang besar. Begitu juga yang terjadi pada data suhu di wilayah Ambon, pada bulan Januari hingga bulan Desember lapisan 500 milibar dan 300 milibar tidak memiliki pola atau perbedaan yang cukup besar. Namun pada lapisan 850 milibar terjadi penurunan suhu yang pada

umumnya berkisar 170C hingga 180C menurun menjadi 150C hingga 160C pada bulan Juli, Agustus dan September.

e. Kondisi Angin, RH dan Suhu udara terhadap curah hujan

Berdasarkan hasil Angin, RH, dan suhu udara berdasarkan analisis fisis terjadinya pertumbuhan awan dan presipitasi didapatkan bahwa kondisi Angin lapisan 850 milibar dan RH lapisan 300 milibar cukup mempengaruhi intensitas curah hujan.

Ketika angin pada lapisan 850 milibar terjadi perubahan maka curah hujan juga bergerak fluktuatif mengikuti perubahan angin. Begitu juga ketika nilai RH pada lapisan 300 milibar mulai terjadi perubahan, curah hujan berbanding lurus terhadap curah hujan. Kondisi angin dan RH terhadap curah hujan dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Kondisi Angin dan RH terhadap kejadian curah hujan tahun 2013-2014

Angin

RH

>70%

RH 40%- 60%

RH

<40%

Tinggi Sedang Rendah Baratan

CH 50- 100 mm

CH 1-50 mm

CH <20 mm Timuran

CH>100 mm

CH >50 mm

CH >20 mm

Pengklasifikasian Tabel 7, kriteria angin adalah berdasarkan angin dominan yang terjadi pada lapisan 850 milibar dan RH pada lapisan 300 milibar berdasarkan nilai bawah pada kelas dengan frekuensi terbanyak.

Ketika angin baratan pada lapisan 850 milibar dengan RH >70% pada lapisan 300 milibar curah hujan yang terjadi berkisar antara 50 mm hingga 100 mm, ini terjadi pada bulan Januari dasarian I hingga dasarian III, bulan Februari dasarian II dan dasarian III serta bulan April dasarian I. Saat angin berubah menjadi timuran pada lapisan 850 milibar dengan nilai RH >70% curah hujan

>100 mm, terjadi pada bulan Mei dasarian II dan dasarian III, bulan Juni dasarian I dan dasarian II, bulan Juli dasarian III, serta bulan Agustus dasarian I dan dasarian II.

Dari tabel 7 juga pada RH sedang atau berkisar antara 40% hingga 60% pada lapisan

Lapisan 850 Milibar Lapisan 500 Milibar Lapisan 300 Milibar

I 18.4-18.8 3.9 - 2.9 28.-27.8

II 18.4-19.3 5.8-5.3 30.2-29.8

III 18.2-18.9 6.1-5.5 29.7-28.8

I 18.8-19.6 5-4.4 30.9-30.5

II 18.3-18.7 5.1-3.4 31.9-30.5

III 17.3-18.1 5.9-5.3 29.2-28

I 18.4-18.8 5.3-4.7 30.3-29.6

II 18.3-18.7 5.9-5.3 30.3-29.9

III 18.5-18.9 5.1-4.5 30.6-30.2

I 19.2-20 4.9-4.3 28.9-28.4

II 18.7-19.2 5.2-4.5 30.5-30

III 18.5-19 4.6-4.1 29.8-29.1

I 18.4-18.9 5.1-4.5 29.9-29.4

II 17.9-18.3 4.4-3.9 30.3-29.7

III 17.9-18.5 5.4-4.6 30.5-30

I 18.4-19.1 4.8-4.3 29-28.6

II 17.9-18.6 5.5-5 28.7-28.1

III 17.3-18 5.9-5.3 30.6-30.2

BULAN DAS

APR

MEI

JUN

Suhu ('C)

JAN

FEB

MAR

Lapisan 850 Milibar Lapisan 500 Milibar Lapisan 300 Milibar

I 16-16.7 5.6-5 30.6-30.1

II 16.5-17.4 5.1-4.4 30.6-30.2

III 16.3-17.1 6-5.2 30.7-30

I 16.3-17.1 5.6-4.9 30.6-30.2

II 15.2-15.8 5.6-5 31.5-30.9

III 15.8-16.7 6.2-.5.5 31.3-30.9

I 14.9-15.9 5.5-4.8 31.2-30.7

II 16.6-17.4 5.8-4.6 31.3-30.8

III 16.7-18 7-5 31.1-28.9

I 16.3-17 5.8-4.9 30.4-29.8

II 17.5-18.1 4.9-4.2 31.2-30.7

III 17.5-18 5.6-4.9 31.1-30.7

I 17.3-17.9 5-4.5 30.5-30.1

II 18.5-18.9 5.7-5.1 30.4-30

III 18.5-18.9 5.4-4.8 30.1-29.6

I 18.1-18.5 4.8-4.5 29.5-29.2

II 18.6-19 4.4-37 29.7-29.2

III 17.6-21.3 5.2-4.2 29.6-28.7

BULAN DAS Suhu ('C)

DES JUL

AGU

SEP

OKT

NOV

(7)

300 milibar dan angin baratan pada lapisan 850 milibar, curah hujan 1 mm hingga 50 mm, ini terjadi pada bulan November dasarian III, bulan Maret dasarian III dan bulan februari dasarian I. Ketika angin timuran pada lapisan 850 milibar dengan RH sedang atau berkisar 40% hingga 60% curah hujan menjadi >50 mm, terjadi pada bulan September dasarian II dan bulan Juli dasarian II.

Berdasarkan tabel 7, saat angin baratan pada lapisan 850 dan RH <40% pada lapisan 300 milibar curah hujan <20 mm, ini terjadi pada bulan November dasarian II dan bulan Desember dasarian I. Namun ketika angin berasal dari timuran pada lapisan 850 milibar dan RH <40% pada lapisan 300 milibar curah hujan >20 mm, terjadi pada bulan April dasarian III, bulan Oktober dasarian I hingga dasarian III, bulan Mei dasarian I, bulan Juni dasarian III, bulan Juli dasarian I, bulan Agustus dasarian III dan bulan September dasarian I. Contoh terjadinya Kondisi angin dan RH terhadap curah hujan pada tabel 7 dapat dilihat dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Tabel contoh terjadinya kondisi angin dan RH terhadap kejadian curah hujan pada tahun 2013-2014

Angin & RH Waktu Kejadian Angin

baratan dan RH >70%

Januari dasarian I hingga dasarian III, Februari dasarian II dan dasarian III, April dasarian I.

Angin baratan dan RH 40% - 60

%

November dasarian III, Maret dasarian III, Februari

Dasarian I Angin

baratan dan RH <40%

November dasarian II dan Desember dasarian I

Angin timuran dan RH >70%

Mei dasarian II dan dasarian III, Juni dasarian I dan dasarian II, Juli dasarian III, Agustus dasarian I dan dasarian II.

Angin timuran dan RH 40% - 60

%

September dasarian II dan Juli dasarian II

Angin timuran dan RH <40%

April dasarian III, Oktober dasarian I hingga dasarian III, Mei dasarian I, Juni dasarian III, Juli dasarian I, Agustus dasarian III, September dasarian I.

KESIMPULAN

1. Profil udara atas di stasiun Meteorologi Pattimura Ambon pada tahun 2013-2014, yakni:

a. Angin pada lapisan 850 milibar berasal dari baratan pada bulan November dasarian II hingga bulan April dasarian II dan berasal dari timuran bulan April dasarian III hingga bulan November dasarian I. Pada lapisan 300 milibar angin dominan berasal dari timuran dari bulan Januari hingga Desember.

b. RH pada lapisan 850 milibar meningkat ketika memasuki musim hujan. Pada lapisan 300 milibar RH cukup berpengaruh terhadap kejadian curah hujan.

(8)

c. Suhu udara memiliki nilai yang tidak berfluktuatif yang artinya homogenantar dasarian. Namun pada bulan Juli nilai rata-rata suhu menurun menjadi 150C-160C.

2. Parameter yang cukup berpengaruh terhadap kejadian curah hujan yakni angin pada lapisan 850 milibar dan RH pada lapisan 300 milibar.

3. Pada saat musim kemarau dan musim hujan terlihat perbedaan pola pada masing-masing parameter, yakni:

a. Angin ketika musim hujan pada lapisan 850 milibar berasal dari timuran, dan ketika musim kemarau berasal dari baratan. Pada lapisan 500 milibar tidak terlihat pola yang jelas ketika musim kemarau, namun ketika musim hujan angin berasal dari timuran. Dan pada lapisan 300 milibar angin dominan pada musim kemaru dan musim hujan berasal dari timuran.

b. RH pada lapisan 850 milibar ketika musim hujan rata- ratanya akan meningkat dibanding pada musim kemarau. Pada lapisan 500 milibar dan 300 milibar tidak terlihat pola yang jelas.

c. Suhu udara pada lapisan 850 milibar ketika musim hujan akan turun dibandingkan musim kemarau. Namun pada lapisan 500 milibar dan 300 milibar suhu tidak terlalu fluktuatif antar dasarian dan antar bulanan.

DAFTAR PUSTAKA Aldrian, E. dan Susanto, R. D. 2003.

Identification of Three Dominant Rainfall Regions within Indonesia and Their Relationship to Sea Surface Temperature. International Journal of Climatology. 23: 1435-1452.

Aldrian, E., Karmini, M., dan Budiman. 2011.

Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia. BMKG, Jakarta

Bayong, T. H. K. 2006. Meteorologi Indonesia 1, Karakteristik dan Sirkulasi Atmosfer. BMG, Jakarta

Endarwin. 2012. Analisa Objektif Terhadap Kejadian Cuaca Ekstrem di Indonesia Memanfaatkan Data Satelit Cuaca.

Prosiding Workshop Cuaca Ekstrem.

Jakarta.

Haimberger, L. 2006. Homogenization of Radiosonde Temperature Time Series Using Innovation Statistics. Department of Meteorology and Geophysics, University of Vienna, Vienna, Austria.

Hebert, P.J. dan Jordan, C.L. 1959. Mean Soundings For The Gulf Of Mexico Area. Journal of Department of Meteorology, Florida State University.

Hopkins, E. J. 1996. Reflectivity Versus Temperature Measurements of Graphite Epoxy Panel. Georgia Tech Research Institute, Georgia Institute of Technology, Atlanta

Malkus, J. S. 1962. Large Scale Interaction:

The Sea Vol.1. New York : Interscience Publishers

Paays, W. 2014. Kajian Kondisi Fisis Atmosfer Pada Saat Kejadian Hujan Ekstrim di Ambon (Studi Kasus Tanggal 24 Dan 29 Juli 2013). Skripsi STMKG.Jakarta

Raharja, A. B. 2014. Analisis Curah Hujan Bulanan di Sumatera Selatan dan Kaitannya Dengan Indeks Monsun Indonesia. Skripsi Program Sarjana, Program Studi Klimatologi, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta.

Saefuddin, A., Notodiputro. K. A., Alamudi.

A., dan Sadik. K. 2009. Statistika Dasar.

Grasindo. Jakarta.

Soepangkat. 1994. Hydrometeor, Pengantar Meteorologi. Akademi Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.

Stankov, B. B. 1995. Ground- and Space- Based Temperature and Humidity Retrievals: Statistical Evaluation.

NOAA/ Journal of Enviromental Technology Laboratory, Colorado Sturges, H. A. 1926. The Choice of a class-

interval. Journal of the American Statistical Associatio,. USA

Supranto, J. 2008. Statistik Teori dan Aplikasi Jilid 1. Gelora Aksara Pratama, Jakarta Wirjohamidjojo, S. dan Swarinoto, Y. S.

2007. Praktek Meteorologi Pertanian.

(9)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta

Wirjohamidjojo, S. 2006. Meteorologi Praktik. Badan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta

WMO. 2003. Manual on The Global Observing System Volume I (Annex V to the WMO Technical Regulations) Global Aspects. Publications Board Geneva, Switzerland

WMO. 2006. Guide to Meteorological Instruments and Methods of Observation Preliminary seventh edition. Publications Board Geneva, Switzerland

Zakir, A., Sulistya, W. dan Khotimah, M.K.

2010. Perspektif Operasional Cuaca Tropis. BMKG. Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian (Paays, 2014)  2.2 Data
Tabel distribusi frekuensi disusun bila  jumlah data yang dikumpulkan cukup banyak,  karena kalau disajikan dalam tabel biasa tidak  efisien  dan  tidak  komunikatif,  sehingga  untuk  memahami  data  dengan  mudah  yakni  dengan  pengelompokan  data  ke
Tabel  3.  Arah  angin  dasarian  perlapisan  bulan  Juli  hingga  Desember  tahun   2013-2014
Tabel 7. Kondisi Angin dan RH terhadap  kejadian curah hujan tahun 2013-2014
+2

Referensi

Dokumen terkait

Batasan dari penelitian ini adalah parameter input yang digunakan hanya kurs tengah rupiah terhadap dolar, lalu untuk data pengujian berjumlah 41 dan menggunakan 3 hidden layer

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran tematik menggunakan model cooperative

Dari tahun 2005 hingga tahun 2007 terjadi peningkatan di indeks harga saham Indonesia, namun pada tahun 2008 dan tahun 2011 pada saat terjadinya krisis global

Seluruh santri datang ke rumah-rumah (door to door), ke lembaga-lembaga, ke majlis-majlis untuk mengajak mondok sambil menyebarkan stiker, memberikan jam dinding,

Bagi Auditor, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kantor akuntan publik khususnya auditor untuk mengetahui seberapa besar pengaruh independensi,

Abstract — University of Lampung (Unila) as an academic institution should provide the internet service for thousands of users, monitoring the condition of electricity

Penelitian ini dilakukan di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta yang bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi mutu dengan kepuasan pembelajaran laboratorium kebidanan mahasiswa

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan (1) Pemberian suplemen kalsium karbonat dosis tinggi 450 mg/ekor/hari pada tikus ovariohisterektomi (P3) akan