• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tinjauan pustaka yang terdiri dari tinjauan umum perusahaan dan hasil studi literatur yang berkaitan dengan tema penelitian.

2.1 Tinjauan Umum Perusahaan

2.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Indo Veneer Utama adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang furniture. Perusahaan ini terdiri dari dua line produksi yaitu Solid Door yang memproduksi pintu yang dipasarkan lokal maupun non lokal dan Garden Furniture (GF) yang memproduksi meja, kursi dan produk lainnya yang biasa digunakan di luar ruangan (outdoor). Perusahaan ini beralamatkan di Jl. LU Adisucipto no 1 POBOX 229 Colomadu Surakarta. Berdiri tanggal 10 November 1975 berdasarkan akte pendirian No. 37 Notaris Maria Theresia Budi Susanto oleh tiga bersaudara yaitu Bapak Andi Sutanto, Bapak Gunawan Sutanto, dan Bapak Agus Sutanto.

Sebelum PT. Indo Veneer Utama berdiri, tiga bersaudara tersebut sebelumnya membangun perusahaan yang bernama CV. Indo Jati pada tahun 1970 di Jl. Nusukan Surakarta. CV. Indo Jati bergerak di bidang penggergajian kayu dan furniture.

Karena adanya peluang besar dalam industri perkayuan maka didirikanlah PT. Indo Veneer Utama dan CV. Indo Jati yang menjadi satu lokasi, baik pabrik maupun kantor. Hal ini dimaksudkan agar mempermudah pengawasan kegiatan perusahaan oleh pihak atasan. Namun tidak lama kemudiaan terjadi musibah dimana CV. Indo Jati terbakar dan hingga sekarang CV. Indo Jati tidak melakukan kegiatan produksi lagi.

Pada tahun 1991, sesuai akte notaris Sugiri Kadarsiman, SR. No. 31 tanggal 11 Juli 1994 diadakan perubahan pengurusan menjadi Bapak Andi Sutanto, Bapak Andhy Pratiknyo, Bapak Agus Sutanto. Setelah mengalami pergantian kepemilikan, kemudian membangun pabrik di desa Blulukan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar, Propensi

(2)

Jawa Tengah yaitu di Jl. Adisucipto No. 1 POBOX 229 yang terletak di pinggiran kota Surakarta dengan lahan seluas 140000 m2 dan luas bangunan 70000 m2.

2.1.2 Lokasi Perusahaan

PT. Indo Veneer Utama terletak di desa Blulukan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah yaitu di Jl. Adisucipto no 1 POBOX 229 yang terletak di pinggiran kota Surakarta dengan lahan seluas 140000 m2 dan luas bangunan 7000 m2.

Hal–hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi ini adalah:

1) Masih terbukanya kesempatan untuk memperluas area

2) Ketersediaan transportasi yang mudah dan lancar karena terletak di jalan raya

3) Tenaga kerja yang mudah diperoleh karena berasal dari sekitar area pabrik

4) Dekat dengan sumber bahan baku dan derah pemasaran 5) Keberadaan pabrik dapat diterima masyarakat sekitar

6) Tersedianya fasilitas–fasilitas seperti listrik, air, dan jaringan telepon 2.1.3 Tujuan Umum Pendirian Perusahaan

Dalam menjalankan usahanya, PT. Indo Veneer Utama tidak terlepas dari tujuannya, yaitu :

1. Membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi pengangguran

2. Memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan meja, kursi, pintu, dan peralatan kayu lainnya.

3. Mengembangkan industry dalam usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya masyarakat Karanganyar

(3)

4. Untuk perusahaan sendiri agar dapat memperoleh keuntungan yang layak bagi pemilik perusahaan guna menunjang kelangsungan hidup perusahaan.

2.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Bagi perusahaan struktur organisasi perusahaan merupakan unsur penting untuk memudahkan pembagian wewenang serta tanggung jawab dan tugas serta anggota organisasi. Setiap perusahaan mempunyai bentuk dan model setruktur organisasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Setiap departemen memiliki tugas dan tanggung jawab masing–masing dan antara bagian–bagian tersebut mempunyai hubungan yang erat dengan yang lainnya.

Struktur organisasi di PT. Indo Veneer Utama adalah struktur organisasi garis. Dalam struktur ini, kekuatan dan tanggung jawab mengalir dalam suatu garis lurus dan bagian puncak ke bagian terbawah dengan tanggung jawab tertinggi dipegang oleh CEO. CEO dibantu empat orang kepala divisi yaitu, Kepala Produksi, Kepala Logistik, Kepala Administrasi.

Struktur organisasi dengan penjabaran tugas dan wewenang beserta beberapa bagian dalam organisasi PT. Indo Veneer Utama antara lain adalah sebagai berikut :

1. CEO

Memimpin dan bertanggung jawab secara mutlak terhadap seluruh kegiatan operasional yang dijalankan oleh perusahaan agar tercapai internal kontrol yang baik.

1) Tugas CEO

a. Memimpin karyawan dan perusahaan ke arah kemajuan yang terarah dan terpadu dengan mengantisipsi jauh ke depan tentang prospek perusahaan, pangsa pasar, dan sebagainya

(4)

b. Melakukan perencanaan strategis dan pengendalian operasional

c. Menurunkan perintah tentang kebijakan– kebijakan yang harus dilaksanakan setelah dikaji, diperhitungkan dan dibahas terhadap kemungkinan kendala yang akan dihadapi jika terjadi di lapangan kepada jenjang dibawahnya.

d. Membuat rancangan tentang rencana anggaran pendapatan dan belanja perusahaan dengan proyeksi satu tahun anggaran

e. Melaksanakan evaluasi kerja dengan seluruh jenjang di bawahnya

2) Wewenang CEO

a. Menentukan segala keputusan untuk perusahaan

b. Menentukan arah dan tujuan perusahaan untuk jangka pendek dan jangka panjang

c. Meminta dan memeriksa laporan pertanggung jawaban dari setip kepala divisi

d. Mengangkat dan memberhentikan pengurus peusahaan yang diputuskan dalam rapat dengan suara tertentu

3) Tanggungjawab CEO

a. Bertanggung jawab atas kelangsungan hidup perusahaan dan karyawan

b. Bertanggung jawab atas segala kegiatan dalam perusahaan

c. Bertanggung jawab atas segala surat maupun laporan pihak ekstern perusahaan

d. Bertanggung jawab atas segala kerugian yang terjadi dalam perusahaan

2. Kepala Produksi

(5)

1) Tugas dan Tanggung jawab

• Mengatur dan melaksanakan kebijakan dalam bidang produksi

• Bertanggung jawab atas laporan produksi

• Mengatur, mengetahui dan menyetujui semua pengeluaran uang untuk keperluan pabrik

2) Divisi produksi membawa a. Bagian Produksi

Tugas dan tanggung jawab :

• Mengatur jalannya serta lancarnya proses produksi

• Bertanggung jawab atas proses pembuatan suatu produksi

b. Bagian Elektrik

Tugas dan tanggung jawab :

• Mengatur dan mengawasi mesin – mesin dan disel atau listrik yang digunakan untuk keperluan produksi

• Memeliharan serta memperbaiki mesin - mesin yang rusak

c. Bagian PPIC

Tugas dan tanggung jawab :

Mengawasi dan merencanakan segala sesuatu yang besangkutan dengan aktivitas produksi yang bertanggung jawab di dalam pabrik

d. Bagian Quality Control Tugas dan tanggung jawab :

• Menjaga kualitas kayu–kayu dan material pendukung yang akan digunakan dalam produksi

(6)

• Menjaga dan memelihara kualitas hasil produksi atau produksi atau produk agar selalu memenuhi selera konsumen

3. Kepala Marketing

Tugas dan tanggung jawab kepala marketing adalah melayani atau menerima pesanan dari konsumen, baik untuk konsumen dalam negeri maupun luar negeri. Divisi marketing salah satunya membawahi bagian eksport – impor dimana tugas dan tanggung jawabnya antara lain:

• Mengeksport hasil produksi ke luar negeri

• Menampung barang jadi dari bagian produksi

• Memasarkan produk kepada konsumen dalam negeri maupun luar negeri

• Mengawasi kegiatan pemasaran dan kelancaran pemasaran produk yang dihasilkan oleh perusahaan

4. Kepala Logistik

Kepala Logistik membawahi : 1) Bagian Logistik

Tugas dan tanggung jawab :

Menerima dan melakukan pengecekan terhadap material yang datang serta jumlah persediaan material yang tersisa

2) Bagian Pembelian

Tugas dan Tanggung jawab :

• Melaksanakan pengadaan barang atau pembelian barang yang diperlukan perusahaan baik kayu maupun bahan – bahan

• Bertanggung jawab terhadap keberhasilan tugas yang diberikan kepada bagian pembelian

3) Kepala Administrasi

Tugas dan tanggung jawab :

(7)

1) Bertanggung jawab atas kelancaran pekerjaan rutin non produksi seperti administrasi perkantoran dan personalia 2) Bertanggung jawab dalam ketertiban dan ketepatan

administrasi keuangan, akuntansi dan pembuatan laporan 3) Menyediakan fasilitas – fasilitas umum kepada karyawan

sesuai dengan batas – batas wewenang yang telah ditetapkan Divisi administrasi membawahi :

a) Bagian Human Research and Development (HRD) Tugas dan tanggung jawab :

• Menyelesaikan dan melatih karyawan baru

• Melaksanakan kebijakan perusahaan yang berkenaan dengan jam kerja, gaji karyawan serta penempatan karyawan

• Mengawasi kerja karyawan Menyusun, merumuskan program kerja untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan

• Mengadakan hubungan dengan masyarakat, menyelenggarakan penelitian beserta pengembangan sumber daya manusia untuk kemajuan perusahaan b) Bagian Akuntansi Keuangan

Tugas dan tanggung jawab :

• Mencatat, membukukan, serta mengadakan perhitungan kekayaan dan transaksi – transaksi perusahaan

• Menjaga keseimbangan kas masuk dan kas masuk keluar

• Membuat laporan keuangan perusahaan

• Menerima setoran – setoran baik berupa uang tunai maupun cek

(8)

• Melakukan pembayaran, mengirimkan uang kepada bank yang memberikan kredit kepada perusahaan 2.1.5 Jenis Produk

Jenis produk yang dihasilkan PT. Indo Veneer Utama sangatlah bervariasi, karena perusahaan ini memproduksi berdasarkan order (based on order). Jenis produk yang dihasilkan antara lain :

1. Pintu (balcony, alam sutra) 2. Bangku (bench)

3. Meja (table) 4. Kursi (chair)

5. Kursi malas (sunlounger) 6. Dipan (daybed)

Bahan baku yang digunakan antara lain kayu merbau, kayu meranti, kayu kamfer, kayu bangkirai, kayu jati, dan kayu keru

2.2 Profil Produk

Gambar 2.1 Shop Drawing Tibetan Counter Stool 1. Jenis Produk : Kursi (Chair)

2. Nama Produk : Tibetan Counter Stool

(9)

3. Finishing Type : Sea Drift 4. Material : Rubber Wood 5. Komponen Kursi :

A) Top Stool B) Apron 1 C) Kaki Kanan D) Apron 2 E) Apron 3 F) Penguat

6. Material Penguat : a. Sekrup M6

b. Baut KD (M6) c. Mur Payung M6 d. Allen Key e. Mur Pen (M6) f. Pen

g. Sekrup M6

Gambar 2.2 Material Tibetan Counter Stool

(10)

2.3 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan kondisi ketika suatu kejadian tidak dapat diantisipasi sehingga dapat menyebabkan terganggunya sistem atau individu maupun penyelesaian misi dalam sistem atau pekerjaan individual (Mesiter, 1987).

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi menjadi 2, yaitu kecelakaan kerja karena unsafe action dan kecelakaan kerja karena unsafe condition. Menurut Domino Heinrich, sebesar 88% kecelakaan kerja disebabkan oleh unsafe action dan 10%

disebabkan oleh unsafe condition.

Unsafe action merupakan penyimpangan tindakan terhadap aturan dan membahayakan bagi diri sendiri, orang lain, maupun peralatannya (Hasrinal, dkk.

2018). Unsafe action memiliki hubungan erat dengan terjadinya kecelakaan kerja, karena tindakan atau perilaku pekerja selama bekerja dapat mempengaruhi keselamatan pekerja. Menurut Irzal (2016) sikap dan perbuatan yang tidak selamat, kurang pengetahuan dan keterampilan, cacat tubuh yang tidak terlihat, letih lesu, dan human error merupakan definisi dari unsafe action. Ketika pekerja tidak melakukan proteksi diri terhadap bahaya di sekitar tempat kerja, hal tersebut akan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja begitupula sebaliknya (Primadianto, dkk. 2018).

Unsafe condition merupakan kondisi atau keadaan lingkungan kerja yang tidak aman bagi pekerja. Lingkungan kerja yang tidak memenuhi persyaratan akan memiliki kemungkinan timbulnya insiden kecelakaan kerja (Kairupan, dkk. 2019).

Unsafe condition dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti tumpukan barang di tempat kerja, alat-alat kerja yang berserakan, tidak tersedianya APD, lantai yang licin, tempat kerja yang sempit, tumpukan sampah, tumpukan kabel yang berbahaya, serta kurangnya ventilasi dan sumber pencahayaan (Irkas, 2020).

2.4 Human Error

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia merupakan elemen dari sebuah sistem yang didalamya terdapat unsur atau elemen lain yang saling berinteraksi. Pada dasarnya, manusia memiliki kelemahan maupun batasan kemampuan dan tidak jarang melakukan kesalahan, atau yang bisa kita sebut error. Kesalahan yang

(11)

dilakukan manusia merupakan salah satu fakta manusiawi serta tidak dapat dipungkiri (Iridiastadi, 2016).

Menurut Reason (2012), error adalah semua kejadian atau kegagalan baik fisik atau mental yang dilakukan oleh manusia yang menyebabkan manusia tidak dapat mencapai tujuannya. Oleh karena itu, Sanders dan McCornick (1983) menyatakan jika human error adalah kegiatan atau tindakan manusia yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga menyebabkan efektivitas, keselamatan kerja, dan performa dari sistem menurun. Sedangkan Waluyo (2015) berpendapat bahwa human error (kesalahan manusia) adalah keputusan atau perilaku manusia yang menyimpang dari yang seharusnya yang dapat menurunkan daya guna, keselamatan atau kinerja sistem, sehingga berpotensi menimbulkan kerugian.

2.4.1 Klasifikasi Human Error

Swain dan Guttman (1983) mengklasifikasikan human error mejadi 4 jenis, yaitu :

1) Error of Omission

Merupakan kesalahan karena lupa sedang melakukan sesuatu.

2) Error of Commission

Merupakan kesalahan yang terjadi ketika mengerjakan sesuatu tetapi tidak dengan cara yang benar.

3) A Sequence Error

Merupakan kesalahan yang terjadi karena melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan urutan

4) A Timing Error

Merupakan kesalahan yang terjadi ketika seseorang gagal melakukan pekerjaan dalam waktu yang telah ditentukan, baik karena respn yang terlalu lama ataupun respon yang terlalu cepat.

2.5 Reliability (Keandalan)

Reliability atau yang bisa disebut sebagai keandalan didefinisikan sebagai probabilitas bahwa suatu produk dapat memenuhi spesifikasi melebihi waktu yang diberikan. Sedangkan unreliability atau ketidakandalan produk adalah peluang

(12)

bahwa produk tersebut gagal pemenuhannya dalam hal spesifikasi dan melebihi waktu yang telah ditentukan (Bentley, 1993). Definisi oleh Electronics Industries Association USA adalah reliability sebagai probabilitas dari sebuah item yang menunjukkan fungsi yang diharapkan melebihi waktu yang telah diberikan dan dibawah kondisi operator yang telah ditemui (Govil, 1983). Berdasarkan penjabaran dan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa reliability tidak dapat tercapai ketika suatu produk maupun system mampu menyelesaian pekerjaannya sesuai spesifikasi yang telah ditentukan, namun tidak memenuhi waktu dan kondisi yang telah ditetapkan, begitu pula sebaliknya. Ketika poin fungsi yang diharapkan, waktu, dan kondisi operasi sebuah produk telah terpenuhi, maka dapat dikatakan bahwa Reliability dapat tercapai. Secara keseluruhan dapat diartikan bahwa tedapat empat elemen penting dalam sebuah reliability, yaitu probabilitas, tujuan atau fungsi yang diharapkan, kondisi operasi, dan waktu.

2.6 Human Reliability Assesment (HSA)

Human Error sering dihubungkan dengan kegagalan dalam pencapaian dari suatu tujuan. Human reliability tidak bisa dipisahkan dari human error. Felice (2011: 344-345) mengemukakan bahwa human reliability adalah probabilitas seseorang dalam melakukan beberapa pekerjaan dari suatu system dengan benar selama periode waktu tertentu tanpa melakukan pekerjaan lain yang dapat menurunkan perfromansi system.

Terdapat beberapa teknik penilaian human error, salah satunya adalah Human Reliability Assesment (HRA). Kirwan (1994) menyatakan bahwa HRA merupakan pendekatan yang dilakukan untuk menilai probabilitas seseorang akan melaksanakan pekerjaan dengan benar dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam desain, pada durasi waktu yang trlah ditentukan. Menurut Meister (1984), HRA adalah pendekatan yang digunakan untuk merujuk kepada sebuah metodologi, sebuah konsep teoritis, dan sebuah pengukuran. Sedangkan Hollnagel (2005) menyatakan bahwa HRA merupakan pendekatan yang dilakukan untuk menilai probabilitas seseorang akan melaksanakan pekerjaan dengan benr sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam desain, pada durasi waktu yang telah

(13)

ditentukan. Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa Human Reliability Assessment (HRA) diartikan sebagai analisis dan perhitungan interaksi manusia dengan kegagalan untuk penilaian resiko dan penyebab resiko.

Hollnagel (2005) memaparkan jika terdapat 3 fungsi dari HRA, diantaranya adalah :

1. Mengidentifikasi masalah atau error yang terjadi (human error identification) 2. Menentukan bagaimana masalah atau error bias terjadi (human error

quantification)

3. Menentukan cara yang tepat untuk menutangi masalah atau error yang terjadi (human error redution)

Terdapat banyak metode HRA yang telah dikembangkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Dan dari keseluruhan metode HRA, terdapat dua jenis metode pengambilan data, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Sebagai sebuah metodologi, HRA adalah sebuah prosedur untuk menyusun analisis kuantitatif untuk memprediksi human error. Sebagai konsep teoritis, HRA memberikan penjelasan tentang penyebab kesalahan (human error) bisa terjadi. Sebagai sebuah pengukuran, HRA menunjukkan probabilitas manusia dalam menjalankan seluruh atau sebagian kegiatan (Hollnagel, 2005).

Menurut Hollnagel (2005), analisis HRA berisi sebuah identifikasi hubungan dari setiap kegagalan dan merangking semua kegagalan tersebut berdasarkan konsekuensi dari keparahan yang akan atau sudah ditimbulkan. Hasil dari perhitungan HRA digunakan untuk memperbaiki perubahan plant, desain sistem, atau sebuah usulan untuk diadakan pelatihan kepada karyawan. Salah satu alasan digunakannya HRA adalah bahwa human error merupakan penyebab utama dari kerusakan pabrik, kecelakaan kerja, penurunan kualitas produk, dan kerusakan lingkungan sehingga membutuhkan suatu pengontrolan.

Menurut Meister dan Enderwich (1993), metode HRA dapat digunakan untuk menganalisis berbagai macam pekerjaan yang memiliki tujuan spesifik.

Diantaranya adalah pekerjaan yang menjelaskan terjadinya suatu kesalahan manusia dan efeknya terhadap sistem dan keluaran yang dihasilkan dalam suatu

(14)

nilai numeric kuantitatif. Penggunaan HRA membutuhkan data dan informasi mengenai prosedur kerja, informasi melalui wawancara dengan pekerja, pengetahuan plant layout, fungsi atau pembagian tugas, control panel layout dan layout sistem alarm.

Berikut merupakan keuntungan dan kekurangan dari Human Reliability Assesment (Hollnagel, 2005) :

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Human Reliability Assesment

Keuntungan Kekurangan

Menyediakan analisis logis, yaitu sebuah faktor yang mempengaruhi karyawan dalam melakukan kesalahan dalam bekerja

Menghabiskan banyak waktu dan biaya ketika memberikan tingkat risiko dari human error dalam melakukan pekerjaan

Memberikan rekomendasi menuju arah kemajuan atau pengembangan

Membutuhkan masukan dari para ahli (perusahaan)

Mendukung masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Meningkatkan perhatian pada keamanan pekerjaan yang berbahaya

Bell dan Holyord (2007) menyatakan bahwa total terdapat 72 alat human reliability yang potensial digunakan, dimana terdapat 37 metode yang masih dalam investigasi, dan 35 metode yang telah diinvestigasi dan dapat digunakan untuk pengukuran human reliability dalam konteks K3LL. 35 metode HRA yang telah diinvTabestigasi adalah sebagai berikut :

(15)

Tabel 2.2 Metode-Metode Human Reliability Analysis

Tabel 2.2 Metode-Metode Human Reliability Analysis (lanjutan)

(16)

2.7 Hierarchical Task Analysis (HTA)

Hierarchical Task Analysis (HTA) merupakan sebuah teknik sistematis yang menggambarkan pekerjaan secara terorganisir dalam rangka memenuhi tujuan dari keseluruhan proses suatu tugas atau pekerjaan. Stanton (Safitri et al, 2015: 3-4) menyatakan bahwa HTA menjelaskan suatu hubungan antara task dan sub task yang berisi mengenai catatan persyaratan sistem dan urutan task dan sub task yang tampilannya berbentuk tabular, dan atau pictorially. Task Analysis merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis pekerjaan manusia. Menurut Rashed (2016), task analysis adalah cara untuk mengidentifikasi, membuat daftar, dan menguraikan setiap tugas/ task menjadi langkah dan sub task menjadi sebuah penjelasan yang mendeskripsikan aktivitas manusia yang dibutuhkan dalam hal tindakan dan prosedur kognitif melalui berbagai teknik untuk memahami apa yang manusia wajib lakukan guna mencapai tujuan dari sebuah sistem.

Terdapat dua cara untuk menggambarkan HTA, yaitu dengan bentuk tabel atau dengan bentuk diagram. Tetapi, karena bentuk tabel menggambarkan sebuah task dengan lebih terperinci dan mendeskripsikannya secara menyeluruh, bentuk tabel lebih banyak digunakan dalam penelitian. Langkah –langkah dalam penyusunan HTA adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi task yang akan dianalisis

2. Menentukan sub task dari sebuah task dan membangun plan.

Plan berfungsi untuk menjelaskan rangkaian pekerjaan yang akan dikerjakan dengan kondisi tertentu.

3. Stopping Rule

Stopping rule adalah aturan untuk membatasi sejauh mana task harus diuraikan menjadi sub task dan operasi

4. Melanjutkan proses penguraian tugas

5. Mengelompokkan beberapa sub task ke level yang lebih tinggi ketika sub task terlalu detail

(17)

Plan 5 : Do 5.1, 5.2, and 5.3 in order

Plan 5.2 : Do 5.2.1 first followed by 5.2.2 and 5.2.3 in any order

Gambar 2.3 Contoh Hierarchical Task Analysis pada proses Load Transfer menggunakan Overhead Crane

(Sumber : Mandal, dkk, 2015)

Menurut Embrey (2000), HTA memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya adalah :

Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan metode HTA

Kelebihan Kekurangan

HTA adalah metode yang ekonomis untuk mengumpulkan dan

mengorganisir informasi

Analisis perlu mengembangkan ukuran keterampilan untuk menganalisis tugas secara efektif, karena teknik ini kurang sederhana Struktur hirarki HTA

memungkinkan analisis yang berfokus pada aspek penting dari tugas yang berdampak pada keselamatan instalasi

Kesulitan dalam menyesuaikan jadwal dengan pekerja

5. Unload hardware

5.1 Lower the hardware on

the vehicle 5.2 Detach the hardware 5.3 Lift the hook to its initial position

5.2.1 Remove the belt from around the hardware

5.2.2 Detach the belt from the beam

5.2.3 Detach the beam from the hook

(18)

HTA memungkinkan tujuan fungsional yang akan ditentukan ditingkat yang lebih tinggi dari analisis sebelum keputusan akhir yang dibuat tentang perangkat keras HTA dikembangkan sebagai

kolaborasi antara analisis tugas dan orang yang terlibat dalam operasi HTA dapat digunakan sebagai titik awal untuk menggunakan berbagai metode analisis kesalahan untuk memeriksa potensi kesalahan dalam kinerja operasi yang diperlukan

2.8 Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART)

Metode HEART pertama kali disampaikan oleh Williams pada tahun 1985 dalam sebuah makalah konferensi disaat dia bekerja di Central Electricity Generating Board. Metode ini dirancang untuk menjadi sebuah metode yang cepat dan sederhana untuk mengukur nilai kemungkinan terjadinya human error pada suatu task (human error probability). Metode HEART didasarkan pada prinsip umum bahwa untuk setiap task dalam kehidupan sehari- hari terdapat sebuah kemungkinan terjadinya kegagalan. Masing-masing task mempengaruhi berbagai tingkat kondisi yang menyebabkan kesalahan atau yang disebut dengan Error Producing Condition (EPC) (Williams, 2016).

Metode HEART merupakan metode yang mudah digunakan serta tidak membutuhkan waktu yang lama. Kirwan (2003) mendiskripsikan dan melaporkan bahwa terdapat 9 metode dalam HRA. Dari kesembilan metode tersebut, terdapat 4 metode yang baik untuk digunakan, yaitu HEART, THERP, APJ, dan JHEDI.

Kirwan menyatakan bahwa HEART merupakan metode dengan validitas yang

(19)

sedang, namun memiliki tingkat presisi tertinggi dari metode lainnya, yaitu sebesar 76,7%.

Berikut merupakan langkah perhitungan dari metode HEART :

2.8.1 Mengklasifikasikan task maupun sub task ke dalam Generic Task Type (GTT)

Generic task type merupakan klasifikasi tipe task maupun sub task dan human error pada suatu task tertentu (Restuputri & Hutama). Terdapat 9 klasifikasi GTT yang memiliki nominal human unreability. Hasil pengklasifikasian task ke dalam GTT menghasilkan nominal human unreability dari setiap task/ sub task.

Langkah- langkah dalam menentukan GTT adalah sebagai berikut:

• Menganalisis task dan sub task dari HTA yang telah disusun

• Mengklasifikasikan tingkat ketidakandalan dengan menggunakan alat bantu GTT (Generic Task Type). GTT yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2.4

Tabel 2.4 Generic Task Type dalam metode HEART

Kode Generic Task Nominal

Human Unrealibility

Range

A Pekerjaan atau task yang benar- benar asing atau tidak dikuasai, dilakukan pada suatu kecepatan tanpa konsekuensi yang jelas

0,55 0,35 – 0,97

B Mengubah atau mengembalikan sistem ke keadaan yang baru atau awal dengan satu upaya tunggal tanpa pengawasan atau prosedur

0,26 0,14 – 0,42

C Pekerjaan yang kompleks dan membutuhkan tingkat

0,16 0,12 – 0,28

(20)

pemahaman dan keterampilan yang tinggi

D Pekerjaan yang cukup sederhana, dilakukan dengan cepat atau membutuhkan sedikit perhatian

0,09 0,06 – 0,13

E Pekerjaan yang rutin, terlatih, dan memerlukan tingkat keterampilan yang rendah

0,02 0,007 – 0,045

F Mengembalikan atau menggeser sistem ke kondisi awal atau baru dengan mengikuti prosedur, dengan beberapa pemeriksaan

0,003 0,0008 – 0,007

G Pekerjaan yang sudah familiar atau dikenal, dirancang dengan baik, merupakan tugas rutin yang terjadi beberapa kali per jam, dilakukan berdasarkan standard yang sangat tinggi oleh personel yang telah terlatih dan berpengalaman dengan waktu untuk memperbaiki kesalahan yang potensial

0,0004 0,00008 – 0,009

H Menanggapi perintah system dengan benar bahkan ada sistem pengawasan otomatis tambahan yang menyediakan interpretasi akurat

0,00002 0,000006 – 0,0009

M Tidak ada keadaan seperti di atas 0,03 (0,008 - 0,11) (Sumber : Riselvia, 2017)

(21)

2.8.2 Mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap error dengan Error Producing Conditions (EPC’s)

Error producing conditions (EPC) merupakan faktor yang berpotensi menyebabkan error pada task maupun sub task. EPC dapat dilihat pada tabel 2.5

Tabel 2.5 Error Producing Conditions dalam Metode HEART No Error Producing Conditions (EPC’s) Nilai Efek

Maksimum yang dapat Mempengaruhi

HEP 1 Tidak biasa dengan situasi di mana hal itu

secara potensial penting, tetapi hanya sesekali terjadi atau baru terjadi

17

2 Waktu yang tersedia terbatas atau singkat untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan

11

3 Rendahnya rasio antara penerimaan informasi (signal) terhadap gangguan (noise) sekitar

10

4 Adanya penekanan atau penolakan terhadap informasi atau keunggulan yang mana terlalu mudah untuk diterima

9

5 Tidak adanya alat-alat yang menyampaikan secara fungsional kepada operator

8

6 Ketidaksesuaian antara suatu model operator pada umumnya dengan apa yang dibayangkan perancang

8

(22)

7 Tidak adanya alat untuk membalikkan tindakan yang tidak diinginkan

8

8 Kapasitas yang berlebihan dalam saluran, khususnya salah satunya diakibatkan oleh informasi yang datang secara bersamaan dalam suatu informasi yang tidak berlebihan

6

9 Perlunya untuk meninggalkan suatu teknik lain dengan menggunakan filosofi yang berlawanan

6

10 Kebutuhan untuk mentransfer pengetahuan yang spesifik antar tugas tanpa menimbulkan kerugian

5,5

11 Keraguan pada standar performansi yang diharuskan

5

12 Mengesampingkan informasi atau fitur yang terlalu mudah diakses

4

13 Tidak sebanding antara persepsi dengan resiko nyata

4

14 Tidak ada konfirmasi yang jelas, langsung, dan tepat waktu dari suatu tindakan yang dimaksudkan dari bagian dari sistem dimana kontrol diberikan

4

15 Operator yang tidak berpengalaman (atau baru dan berkualitas tapi tidak ahli)

3

16 Miskinnya kualitas dalam informasi yang disampaikan oleh prosedur dan interaksi antar manusia

3

(23)

17 Sedikit atau tidak adanya kebebasan dalam pemeriksaan atau pengujian pada output atau keluaran

3

18 Konflik antara tujuan jangka pendek dengan tujuan jangka panjang

2,5

19 Tidak adanya perbedaan dari input informasi untuk pengecekan ketelitian

2,5

20 Ketidaksesuaian antara tingkat pencapaian pendidikan dari individu dengan persyaratan yang diharuskan dalam tugas

2

21 Dorongan untuk menggunakan prosedur lain yang lebih berbahaya

2

22 Kurangnya waktu dan kesempatan untuk melatih pikiran dan tubuh di luar jam pekerjaan

2

23 Alat yang tidak dapat diandalkan 1,6 24 Kebutuhan untuk membuat suatu

keputusan yang diluar kapasitas atau pengalaman dari operator

1,6

25 Tidak jelasnya alokasi fungsi dan tanggung jawab

1,6

26 Tidak ada langkah yang nyata untuk tetap berada pada jalur kemajuan selama aktivitas (mengawasi proses)

1,4

27 Bahaya yang disebabkan terbatasnya kemampuan fisik

1,4

28 Kecil atau tidak adanya peran yang berarti dalam tugas

1,4

(24)

29 Tingkat emosi dan stress yang tinggi 1,3 30 Bukti kesehatan yang buruk antara

operator terutama demam

1,2

31 Tingkat disiplin pekerja yang rendah 1,2 32 Ketidaksesuaian antara display dan

prosedur

1,2

33 Kondisi lingkungan yang buruk atau tidak mendukung

1,15

34 Siklus berulang-ulang yang tinggi dari pekerjaan yang tinggi dari beban mental kerja yang rendah

1,1

35 Terganggunya siklus tidur normal 1,1 36 Kecepatan tugas yang disebabkan oleh

campur tangan orang lain

1,06

37 Penambahan anggota tim yang sebenarnya tidak dibutuhkan

1,03

38 Usia operator yang melakukan pekerjaan 1,02 (Sumber : Riselvia, 2017)

2.8.3 Menentukan nilai Assessed Proportion of Effect

Assessed proportion of effect merupakan prediksi dampak dari masing- masing EPC. Assessed proportion of effect memiliki rentang nilai antara 0 hingga 1. Nilai 0 berarti EPC tidak berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya error. Sedangkan nilai 1 berarti EPC memiliki pengaruh paling tinggi terhadap kemungkinan error. Penentuan nilai assessed proportion of effect dilakukan dengan berdiskusi dengan ahli. Daftar Assessed Proportion of Effect dapat dilhat pada tabel 2.6

Tabel 2.6 Kriteria Menentukan Asumsi Proporsi Kesalahan (Assessed Proportion of Effect/ PoA)

Assessed Proportion

Keterangan

(25)

0 EPC tidak berpengaruh terhadap HEP

0,1 Dapat berpengaruh terhadap HEP jika EPC sering (frekuensi > 5 kali setiap shift) terjadi dan disertai minimal 3 EPC yang lain

0,2 Dapat berpengaruh terhadap HEP jika EPC sering (frekuensi > 5 kali setiap shift) terjadi dan disertai minimal 2 EPC yang lain

0,3 Dapat berpengaruh terhadap HEP jika EPC sering (frekuensi > 5 kali setiap shift) terjadi dan disertai minimal 1 EPC yang lain

0,4 Dapat berpengaruh terhadap HEP jika EPC sering (frekuensi > 5 kali setiap shift) terjadi tanpa disertai EPC yang lain

0,5 Dapat berpengaruh terhadap HEP jika EPC jarang (frekuensi= 2–5 kali setiap shift) terjadi dan disertai minimal 2 EPC yang lain

0,6 Dapat berpengaruh terhadap HEP jika EPC jarang (frekuensi= 2–5 kali setiap shift) terjadi dan disertai minimal 1 EPC yang lain

0,7 Dapat berpengaruh terhadap HEP jika EPC jarang (frekuensi= 2–5 kali setiap shift) terjadi tanpa disertai EPC yang lain

0,8 Dapat langsung berpengaruh terhadap HEP jika EPC satu kali terjadi dan disertai dengan minimal 2 EPC

0,9 Dapat langsung berpengaruh terhadap HEP jika EPC satu kali terjadi dan disertai dengan minimal 1 EPC

1 Dapat langsung berpengaruh terhadap HEP jika EPC satu kali terjadi tanpa disertai dengan EPC yang lain

(Sumber : Riselvia, 2017)

(26)

2.8.4 Menghitung nilai Assessed Effect

Setelah mendapatkan nilai assessed proportion of effect, maka langkah selanjutnya dilakukan perhitungan assessed effect untuk mengetahui dampak dari masing-masing EPC. Berikut merupakan rumus dari assessed effect :

Assessed Effect = ((multiplier-1) proportion of effect) + 1) 2.8.5 Menghitung nilai Human Error Probability (HEP)

Langkah terakhir adalah menghitung HEP atau yang diketahui sebagai total kemungkinan kegagalan (human error probability). Rumus HEP adalah sebagai berikut :

HEP = nominal human unreliability x assessed effect value 1 x assessed effect value 2 …and so on

Setelah melakukan penilaian human error probability, dapat diketahui faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya error. Setelah mengetahui faktor penyebab error maka peneliti dapat memberikan pengawasan maupun saran perbaikan terhadap faktor yang memberikan kontribusi terbesar dalam kemungkinan terjadinya error.

2.9 Job Safety Analysis (JSA) 2.9.1 Pengertian JSA

Job Safety Analysis (JSA) alat atau metode yang mempelajari suatu pekerjaan untuk mengidentifikasi bahaya dan potensi insiden yang berhubungan dengan setiap langkah dan digunakan untuk mengembangkan solusi yang dapat menghilangkan dan mengkontrol bahaya. (National Occupational Safety Association, 1999).

JSA adalah suatu metode analisis untuk menilai risiko serta mengidentifikasi tindakan – tindakan kontrol yang diperlukan untuk menghilangkan atau mengurangi risiko yang ada. (Rijanto, 2010).

2.9.2 Tujuan Pembuatan JSA

Tujuan pembuatan JSA secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya disetiap aktivitas pekerjaan sehingga

(27)

tenaga kerja diharapkan mampu mengenali bahaya tersebut agar tidak terjadi kecelakaan atau penyakit akibat kerja. (Arif, 2014).

Tujuan jangka panjang dari program JSA ini diharapkan tenaga kerja dapat ikut berperan aktif dalam pelaksanaan JSA, sehingga dapat menanamkan kepedulian tenaga kerja terhadap kondisi lingkungan kerjanya guna menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman dan meminimalisir kondisi tidak aman (unsafe condition) dan perilaku tidak aman (unsafe condition). (Arif, 2014).

2.9.3 Manfaat Pembuatan JSA

Menurut Arif (2014), pelaksanaaan JSA mempunyai manfaat dan keuntungan sebagai berikut :

1) Memberikan pengertian yang sama terhadap setiap orang tentang apa yang dilakukan untuk mengerjakan pekerjaan dengan selamat.

2) Suatu alat pelatihan yang efektif untuk para pegawai baru.

3) Elemen yang utama dapat dimasukkan dalam daftar keselamatan, pengarahan sebelum memulai pekerjaan, observasi keselamatan dan sebagai topik pada rapat keselamatan.

4) Membantu dalam penulisan prosedur keselamatan untuk jenis pekerjaan yang baru maupun yang dimodifikasi.

5) Suatu alat yang efektif untuk mengendalikan kecelakaan pada pekerjaan yang dilakukan tidak rutin

2.9.4 Tahapan Pembuatan JSA

Didalam melaksanakan program JSA, menurut Nilasari (2019) terdapat empat langkah dasar yang harus dilakukan, yaitu :

1) Menetukan jenis task

Langkah pertama dari kegiatan pembuatan JSA adalah mengidentifikasi pekerjaan yang dianggap kritis. Langkah ini sangat menentukan keberhasilan program ini. Hal ini didasarkan pada program klasik yaitu masalah waktu untuk menganalisa setiap tugas disuatu perusahaan. Untuk keluar dari masalah tersebut,

(28)

diperlukan usaha untuk identifikasi pekerjaan/tugas kritis dengan cara mengklarifikasi tugas yang mempunyai dampak terhadap.

kecelakaan/melihat dari daftar statistik kecelakaan, apakah itu kecelakaan yang menyebabkan kerusakan harta benda, cidera pada manusia, kerugian kualitas dan kerugian produksi. Hasil dari identifikasi tersebut tergantung pada tingkat kekritisan dari kegiatan yang berlangsung.

2) Menguraikan suatu task

Dari setiap pekerjaan diatas dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau tahapan yang beruntun yang pada akhirnya dapat digunakan/dimanfaatkan menjadi suatu prosedur kerja. Tahaptahap ini nantinya akan dinilai keefektifannya dan potensi kerugian yang mencakup aspek keselamatan, kualitas dan produksi. Tahapan kerja dapat diartikan bagian atau rangkaian dari keseluruhan pekerjaan, ini bukan berarti bahwa kita harus menulis/membuat daftar dari detail pekerjaan yang sekecilkecilnya pada uraian kerja tersebut.

Untuk mengetahui tahapan pekerjaan diperlukan observasi ke lapangan/tempat kerja untuk mengamati secara langsung bagaimana suatu pekerjaan dilakukan. Dari proses tersebut dapat kita ketahui aspek-aspek/langkah-langkah kerja apa yang perlu kita cantumkan.

Dalam membuat/menulis langkah-langkah kerja tidak terdapat standart yang pasti harus sedetail apa suatu langkah kerja harus ditulis. Proses yang efektif dalam proses penyusunan tahapan pekerjaan ini adalah memasukkan semua tahapan kerja utama yang kritis. Setelah melakukan observasi dicek kembali dan diskusikan) kepada foreman/section head yang bersangkutan untuk keperlua evaluasi dan mendapatkan persetujuan tentang apa yang dilakukan dalam pembuatan JSA.

3) Mengidentifikasi potensi bahaya

(29)

Dari proses pebuatan tahapa pekerjaan, secara tidak langsung akan dapat menganalisa/mengidentifikasi dampak/bahaya apa saja yang disebabkan atau ada dari setiap langkah kerja tersebut. Dari proses yang diharakan kondisi risiko bagaimananpun diharapkan dapat dihilangkan atau minimalkan sampai batas yang dapat diterima dan ditoleransikan baik dari kaidah keilmuan maupun tuntutan standart/hukum.

Dalam hal ini tidak ada seorang pun yang dapat meramalkan seberapa parah atau seberapa besar akibat/kerugian yang akan terjadi jika suatu incident atau accident terjadi, namun identifikasi bahaya ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya incident atau accident dengan melakukan upaya – upaya tertentu.

4) Membuat rekomendasi perbaikan

Langkah terakhir dalam suatu analisa keselamatan pekerjaan adalah membuat rekomendasi perubahan untuk menghilangkan bahaya – bahaya yang berpotensi. Selama fase ini, biasanya lebih baik dimulai dari langkah awal dan bekerja selanjutnya untuk langkah – langkah berikutnya. Lanjutan langkah berikutnya hanya setelah seluruh bahaya – bahaya yang berpotensi dihilangkan dan smeua kondisi adalah selamta dari langkah – langkah sebelumnya, karena adanya sebagian perubahan akan mengkibatkan pada langkah – langkah berikutnya. Jika diperlukan, mulailah formulir analisa keselamatan peekrjaan yang baru menerangkan tentang langkah – langkah pekerjaan yang dimodifikasi.

2.10 Penelitian Terdahulu

Berikut adalah rangkuman penelitian terdahulu mengenai human error dan metode yang digunakan serta hasil dari penelitiannya :

(30)

Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Tahun Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

1 Barry Kirwan 1995

The Validation of Three Human Reliability Quantification Techniques -THERP, HEART, and JHEDI : Part 1- Technique Descriptions and Vaidation Issues

THERP, HEART, JHEDI

THERP, HEART, dan JHEDI yang termasuk ke dalam metode Human Reliability Assessment merupakan metode yang digunakan untuk menentuan resiko yang dapat terjadi dalam industri yang disebabkan oleh kecelakaan kerja karena human error dan keuntungan yang didaptkan dari pengurangan resiko dengan cara penempatan manusia sebagai operator dalam sistem

2

Chalis Fajri Hasibuan, Yudi Daeng P, Reza Rinaldi Hasibuan

2019

Human Reliability Assessment Analysis with Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART) Metodh on Sterilizer Station at XYZ Company

HEART

Faktor yang berkontribusi dalam kegagalan operator adalah pendidikan operator, tingkat kedisiplinan dalam melakukan pekerjaan, dan kesadaran dalam penggunaan alat pelindung diri

3

Dian Mardi Safitri, Ayu Rachma Astriaty

2015

Human Reliability Assessment dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique pada Operator Stasiun Shroud PT. X

HEART

Penyebab utama cacat produk shroud adalah kesalahan operator yang tidak menyisip sisi flash bidang shroud (HEP:

0,53424) sehingga perusahaan mengalami kerugian karena penalty dari konsumen

4 Tiara Rahmania, Elisabeth Ginting, Buchari

2013

Analisa Human Error dengan Metode SHERPA dan HEART pada Kecelakaan Kerja di PT.

XYZ

SHERP A HEART

Rekomendasi untuk mengatasi human error adalah dengan memberikan training secara berkala dan melakukan

pemeriksaan sebelum bekerja

5 Riselvia

Nurhayati 2017

Penilaian Human Error Probability dengan Metode HEART (Studi di Departemen Finishing PT. Eratex Djaja, Tbk)

HEART

Hasil penelitian menyatakan bahwa HEP dengan metode HEART terbesar pada task/ sub task yang memiliki possible human error adalah task tipe E dengan HEP sebesar 0,9599 dan task tipe D dengan HEP sebesar 0,0326

(31)

Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

6

Dian Palupi Restuputri, Afrizal Hutama

2015

The Analysis of Work Accidents by using HEART (Human Error Assessment and Reduction Technique) and JSA (Job Safety Analysis)

HEART, JSA

Digunakan metode HEART untuk menganalisis resiko kecelakaan kerja pada Racket Abady Co. Setelah itu, dilakukan analisis dengan JSA untuk menganalisis resiko kecelakaan kerja dan memberikan saran perbaikan. Hasil dari penelitian ini berupa langkah preventive berupa penggunaan masker, sarung tangan, dan desain cover mesin.

7 Khairunnisa

Nur Fadhilah 2021

Analisis Human Error pada Proses Pembuatan Tibetan dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART) untuk

Meminimasi Tingkat Kecelakaan Kerja

HTA, HEART,

JSA

Penggunaan HTA untuk menguraikan task dan sub task pada proses produksi Tibetan di stasiun pembahanan PT. Indo Veneer Utama. Kemudian dilakukan analisa dengan metode HEART untuk mengetahui nilai HEP di masing-masing task dan sub task. Terakhir dilakukan penyusunan JSA untuk meminimalkan resiko terjadinya kecelakaan kerja

Gambar

Gambar 2.1 Shop Drawing Tibetan Counter Stool  1.  Jenis Produk    : Kursi (Chair)
Gambar 2.2 Material Tibetan Counter Stool
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Human Reliability Assesment
Tabel 2.2 Metode-Metode Human Reliability Analysis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelayakan modul berbasis bounded inquiry laboratory (lab) pada materi Sistem Pencernaan berdasarkan validasi ahli memperoleh kategori “sangat baik” dengan persentase

Dalam penelitian ini, kemiskinan dianggap sebagai nilai linguistik yang tersamar karena tidak bisa diukur dengan angka sehingga perlu metode fuzzy logic untuk

Temubual mendalam secara bersemuka dan separa bersturuktur telah dilakukan terhadap dua (2) syarikat yang menyediakan khidmat sertu (disebut sebagai Syarikat G

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan media pembelajaran E-Learning berbasis web pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

Di sini muncul daerah warna warna Ungu dikarenakan bahwa pada campuran ini menggunakan Oksigen murni sehingga reaksinya menjadi sangat reaktif ssehingga daerah

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti tingkat kesehatan dengan menggunakan analisis camel, sedangkan perbedaannya adalah

Hasil Uji Validitas Kuesioner Model Kano pada Sisi Dysfunctional Answer dengan Data dari Responden Warga Negara

ABSTRAK: Pada zaman yang telah modern ini masyarakatnya mulai melupakan budaya setempat dan lebih condong kepada budaya luar dengan alasan budaya setempat sudah ketinggalan zaman