• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Universitas Muhammadiyah Makassar. Oleh NURUL NISA NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Universitas Muhammadiyah Makassar. Oleh NURUL NISA NIM"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS (CRITICAL THINKING) PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN GRADED RESPONSE MODELS (GRM) DALAM PEMBELAJARAN RELASI DAN FUNGSI PADA KELAS

VIII-3 SMP NEGERI 2 SUNGGUMINASA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh NURUL NISA NIM 10536 11142 16

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2020

(2)
(3)
(4)

iv

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Nama : NURUL NISA

Nim : 10536 11142 16

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Analisis Kemampuan Berpikir Kritis (Critical Thinking) Peserta Didik Menggunakan Graded Response Models (GRM) dalam Pembelajaran Relasi dan Fungsi Pada Kelas VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Desember 2020 Yang Membuat Pernyataan

Nurul Nisa NIM. 105361114216

(5)

v

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Nama : NURUL NISA

Nim : 105361114216

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Analisis Kemampuan Berpikir Kritis (Critical Thinking) Peserta Didik Menggunakan Graded Response Models (GRM) dalam Pembelajaran Relasi dan Fungsi Pada Kelas VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini. 4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3 maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai aturan yang ada.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Desember 2020 Yang Membuat Perjanjian

Nurul Nisa NIM. 105361114216

(6)

vi

MOTTO

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu

sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”. (QS. Al-Baqarah: 45)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”. (QS. Al-Insyirah: 5)

“Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya dia menjadikan kemudahan baginya

dalam urusannya”. (QS. At-Talaq: 4)

“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung”. (QS.

Ali’Imran: 173)

Masa lalu bukan untuk dilupakan melainkan sebagai pembelajaran dimasa sekarang dan

dimasa yang akan datang.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini kepada:

Kedua orang tuaku yang tersayang dan tercinta, bapak H. Tamring

dan Ibu Hj. Bungatang sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima

kasih tiada terhingga yang telaah memberikan yang terbaik untuk

saya, yang tidak mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar

kertas bertuliskan kata cinta dan persembahan.

Kakak adik dan seluruh keluarga yang tak henti memberikan

dukungan dan doa.

Teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika 2016 yang telah

menorehkan cerita indah dalam kebersamaan, semoga kelak kita

bisa meraih kesuksesan.

Sahabat yang selalu senantiasa mendengar keluh kesah saya, sahabat

penyemangat, memberi motivasi agar mendorong saya dalam

menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita semua selalu dalam

lindungan Allah Swt.

(8)

viii

ABSTRAK

Nurul Nisa. 2020. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis (Critical Thinking) Peserta Didik Menggunakan Graded Response Models (GRM) dalam Pembelajaran Relasi dan Fungsi Pada Kelas VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Prof. Dr. Abdul Rahman, M.Pd. dan pembimbing II Rezki Ramdani, S.Pd., M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis (crical

thinking) peserta didik dengan menggunakan GRM (Graded Response Models)

dalam pembelajaran relasi dan fungsi pada kelas VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan tes tertulis dengan jumlah tiga soal uraian dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga peserta didik yang dipilih dari 29 peserta didik di kelas VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa. Diantaranya peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis tinggi, peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis sedang dan peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis rendah untuk diwawancarai terkait dengan jawaban yang sudah mereka tuliskan dan menggali berpikir kritis dari subjek tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan Peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi (BKT) yang memenuhi enam indikator berpikir kritis. Diantaranya, a) Focus dimana subjek dapat menuliskan pada lembar jawaban dan menyebutkan pada saat wawancara apa saja yang diketahui dan ditanyakan pada soal, b) Reason dimana subjek dapat menyebutkan metode yang digunakan dan memberikan alasan mengenai pemilihan metodenya, c) Inference dimana subjek dapat menyimpulkan hasil akhir yang didapatkan, d) Situation dimana peserta didik mampu menggunakan semua informasi yang telah disesuaikan dengan benar, e) Clarity dimana subjek mampu membedakan beberapa hal dengan benar, f) Overview dimana subjek mampu mengecek semua tindakan yang telah dilakukan atau mengecek kembali lembar jawaban. Peserta didik yang memiliki kemampuan sedang (BKS) yang memenuhi beberapa indikator dari enam indikator berpikir kritis. Diantaranya, a) Focus, b)

Reason, c) Inference, d) Situation, e) Clarity. Peserta didik yang memiliki

kemampuan rendah (BKR) yang hanya memenuhi beberapa indikator berpikir kritis. Diantaranya, a) Focus, b) Situation, c) Clarity.

(9)

ix

ِمْي ِحَّرلا ِنَمْحَّرلا ِالله ِمــــــــــــــــــْسِب KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sesungguhnya pujian itu hanyalah milik-Nya yang menganugerahkan petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan tiada yang sanggup memberi petunjuk bagi siapa yang disesatkan-Nya, karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis

(Critical Thinking) Peserta Didik Menggunakan Graded Response Models

(GRM) dalam Pembelajaran Relasi dan Fungsi Pada Kelas VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa”. Salam dan salawat, senantiasa penulis curahkan kepada

Rasulullah SAW, beserta keluarga dan sahabat beliau.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT, sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Teristimewa kepada kedua orang tuaku, bapak H. Tamring dan ibu Hj. Bungatang yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, serta saudara-saudaraku yang senantiasa menyemangati penulis dalam penyusunan skripsi ini, dan semua yang sayang dan peduli kepada penulis,

(10)

x

terimakasih atas segala cinta, doa, pengorbanan dan penghargaan yan tulus penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Mukhlis, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Ma’rup, S.Pd., M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Prof. Dr. Abdul Rahman, M.Pd., selaku dosen pembimbing I dan ibu Rezki Ramdani, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan memberi pengarahan kepada penulis.

6. Ibu Ernawati, S.Pd., M.Pd., dan Bapak Muhammad Rizal Usman, S.Pd., M.Pd., selaku validator yang telah memberikan arahan dan petunjuk terhadap instrumen penelitian.

7. Para Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan.

(11)

xi

8. Para staf Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah melayani dengan penuh sabar demi kelancaran proses perkuliahan.

9. Bapak Muhammad Irfan Mahmud, S.Pd. Selaku kepala SMP Negeri 2 Sungguminasa yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

10. Ibu Widiyawati, S.Pd. selaku guru bidang studi matematika di kelas VIII yang telah membantu peneliti selama proses penelitian.

11. Peserta didik kelas VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa yang telah bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian ini.

12. Semua teman-teman peneliti terutama Indri Agustia Rineng dan Yuli Sasmita yang bersedia menemani serta membantu peneliti selama proses penelitian dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

13. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan pertimbangan dan masukan dari para pembaca untuk penyempurnaan tulisan ini yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Desember 2020 Penulis

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv SURAT PERJANJIAN ... v MOTTO ... vi PERSEMBAHAN ... vii ABSTRAK ... viii KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Fokus Penelitian ... 6 C. Rumusan Masalah ... 6 D. Tujuan Penelitian ... 6 E. Manfaat Penelitian ... 7 F. Batasan Istilah ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Kajian Teori ... 9

(13)

xiii

2. Kemampuan Berpikir Kritis (Critical Thinking) ... 10

3. Graded Response Models (GRM) ... 16

4. Materi Relasi dan Fungsi ... 18

5. Contoh Soal Berpikir Kritis Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi ... 22

B. Penelitian Relevan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Pendekatan Penelitian ... 30

B. Lokasi Penelitian ... 30

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Prosedur Penelitian ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Teknik Analisis Data ... 36

H. Keabsahan Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil Penelitian ... 38

B. Pembahasan Penelitian ... 59

C. Keterbatasan Penelitian ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Data Pelajaran yang Disukai Peserta Didik Kelas VIII ... 19

Tabel 2.2 Mencari Nilai Fungsi 𝑓(𝑥) = 3𝑥 + 2 ... 21

Tabel 3.1 Penilaian Graded Response Models (GRM) ... 34

Tabel 3.2 Indikator Berpikir Kritis... 34

Tabel 4.1 Distribusi Skor Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang Diperoleh Peserta Didik Pada Setiap Butir... 39

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Diagram Panah ... 18

Gambar 2.2 Diagram Cartesius Pelajaran Kesukaan Peserta didik ... 20

Gambar 2.3 Contoh Fungsi ... 20

Gambar 2.4 Grafik Fungsi Linear 𝑓(𝑥) = 3𝑥 + 2 ... 22

Gambar 4.1 Lembar Jawaban Tes Nomor 1 Subjek BK1 ... 41

Gambar 4.2 Lembar Jawaban Tes Nomor 2 Subjek BK1 ... 43

Gambar 4.3 Lembar Jawaban Tes Nomor 3 Subjek BK1 ... 45

Gambar 4.4 Lembar Jawaban Tes Nomor 1 Subjek BK2 ... 47

Gambar 4.5 Lembar Jawaban Tes Nomor 2 Subjek BK2 ... 50

Gambar 4.6 Lembar Jawaban Tes Nomor 3 Subjek BK2 ... 51

Gambar 4.7 Lembar Jawaban Tes Nomor 1 Subjek BK3 ... 54

Gambar 4.8 Lembar Jawaban Tes Nomor 2 Subjek BK3 ... 56

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu peran pendidikan dalam pembelajaran adalah mengembangkan potensi peserta didik. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 berbunyi, “Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik untuk aktif mengembangkan potensi diri, spiritual religius, pengendalian diri, kepribadian serta mengembangkan kecerdasan, akhlak mulia dan kemampuan. Memiliki apa yang mereka butuhkan, masyarakat, bangsa dan negara. Ainissyifa (2014) dalam (Sari, 2019: 176).

Pendidikan merupakan salah satu media untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan seseorang sehingga dapat bermanfaat baik bagi dirinya, masyarakat, maupun negara, baik dalam pendidikan formal atau pendidikan nonformal (Sari, 2019: 1). Salah satu pendidikan formal yaitu di sekolah yang mengajarkan beberapa bidang studi yang berfungsi mengembangkan kompetensi peserta didik dan mengarahkan peserta didik. Salah satu bidang studi dalam proses belajar mengajar di sekolah yaitu bidang studi Matematika.

Matematika merupakan sebuah ilmu pasti yang menjadi landasan bagi ilmu-ilmu lain dan juga menjadi salah satu pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Dalam

(17)

pembelajaran khususnya matematika diharapkan peserta didik dapat berpikir untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan atau mencari solusi dari permasalahan tersebut.

Oleh sebab itu, Matematika berperan penting dalam meningkatkan kompetensi berpikir (Manfaat, 2018: 119). De Porter & Hernacki (1999) dalam (Maulana, 2017: 4) pengelompokan pemikiran manusia kedalam beberapa bagian: berpikir vertikal, berpikir lateral, berpikir kritis, berpikir analistis, berpikir strategis, berpikir hasil, dan berpikir kreatif. Keduanya berarti dampak perhatian pada berpikir kritis yang diterima melalui penilaian perilaku yang mempengaruhi penerapan gagasan yang diminati.

Kowiyah (2012) dalam (Kurniawati, 2017: 624), menjelaskan bahwa: “Kemampuan berpikir kritis merupakan kegiatan dan pengkondisian kognitif untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan untuk menemukan solusi secara deduktif, induktif dan evaluatif sesuai dengan tahapannya yang dilakukan dengan berpikir secara mendalam tentang hal-hal yang dapat dicapai oleh pengalaman seseorang, menyelidiki dan melakukan penalaran logis diukur dengan keterampilan menafsirkan, menganalisis, mengenali asumsi, deduksi, evaluasi inferensi, eksplanasi/penjelasan, dan pengaturan diri”.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa kompetensi berpikir kritis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas berpikir yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan pengetahuan agar mampu memperoleh solusi permasalahan secara logis dan mendalam agar tepat dalam mengerjakan tes.

(18)

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 10 Oktober 2019 di SMP Negeri 2 Sungguminasa pada kelas VIII-3, banyak ditemukan persoalan yang dihadapi guru dan peserta didik terhadap pembelajaran matematika. Terdapat permasalahan yang dihadapi guru dan peserta didik, diantaranya: pembelajaran terlalu menekankan pada kemampuan kognitif, khususnyaya kemampuan menghafal, sedangkan dimensi kognitif lainnya meliputi pemahaman, analisis, tingkat berpikir kritis dan kreatif belum maksimal dalam penerapannya. Peserta didik merasa kebingungan jika mendapat soal yang memiliki angka, subjek yang diketahui, dan subjek yang ditanyakan tidak sama dengan contoh soal yang diberikan oleh guru, karena peserta didik belum bisa mengembangkan daya berpikirnya seperti daya berpikir kritis dan kreatif jauh lebih dalam untuk menyelesaikan soal matematika. Hal ini menyebabkan peserta didik menjadi malas dan tidak tertarik untuk menyelesaikan soal matematika yang dianggap sulit, sehingga peserta didik cenderung menyontek jawaban dari peserta didik yang lebih pintar tanpa menggali kemampuannya terlebih dahulu.

Akar masalah dari persoalan yang dihadapi peserta didik di SMP Negeri 2 Sungguminasa adalah pada faktor belajar mengajar, yaitu: 1) sebagian besar peserta didik hanya mendengarkan, menulis (mencatat) penjelasan guru dan latihan soal yang diberikan dan tidak memahaminya, 2) peserta didik kurang aktif dalam belajar, sehingga banyak peserta didik yang tidak peduli, kurang percaya diri, dan kurang semangat belajar. Jika masalah tersebut tidak segera diatasi dampak negatifnya adalah peserta didik terus-menerus berpendapat bahwa matematika adalah mata pelajaran yang lebih sulit, tidak menyenangkan dan membosankan.

(19)

Salah satu guru bidang studi matematika di SMP Negeri 2 Sungguminasa mengemukakan bahwa, level kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang dipelajari berbeda-beda dan tidak semua peserta didik mampu mengerjakan soal tes dengan tepat karena peserta didik masih ringkas dan menggunakan cara yang langsung sehingga penulisan langkah-langkah penyelesaian peserta didik tidak lengkap. Kemudian dalam sistem penskoran, guru tidak pernah mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik menggunakan penskoran Graded response

models (GRM).

Keterampilan berpikir kritis matematika peserta didik sebaiknya diukur oleh setiap peserta didik, berdasarkan tes yang dihubungkan dengan materi tertentu. Bentuk soal tes dibagi menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes uraian. Kedua bentuk pengujian tersebut jelas memiliki teknik penskoran yang berbeda. Bentuk tes objektif, sebagian besar pilihan ganda (Multiple Choice), betul-salah (True Or

False), mencocokkan/menjodohkan (Matching), dan analisa hubungan (Relationship Analysis). Pada bentuk tes objektif siapapun yang memeriksa akan memberikan poin yang sama, karena penskoran dalam bentuk tes objektif hanya memiliki dua kemungkinan jawaban, yaitu jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Tetapi pada tes objektif ini peserta didik tidak dapat mengutarakan pemikirannya (Gusrianti, 2018: 5).

Sedangkan untuk kompetensi berpikir kritis matematika peserta didik dibutuhkannya alasan dan sumber yang dijadikan acuan untuk menjawab tes tersebut. Bentuk tes essay (uraian) dapat memberi kebebasan kepada peserta didik bagaimana menjelaskan kesimpulan masing-masing. Penskoran pada tes essay (uraian) biasanya dilakukan dengan skor politomus, di mana skor bertingkat

(20)

(graded) lebih dari dua kategori yang diberikan sesuai dengan kriteria tertentu (Gusrianti, 2018: 5).

Menganalisis kemampuan berpikir kritis matematika peserta didik menggunakan Graded Response Models (GRM) atau model respon berjenjang merupakan sistem penskoran di mana tingkat kesulitan setiap kategori pada item tes diranking secara berurutan sehingga jawaban tes peserta didik haruslah berurut dari kategori rendah hingga kategori yang tinggi dan semua respon peserta didik dilihat dari urutan pekerjaan mereka (Nur, 2017: 4) . Graded Response Models (GRM) dapat digunakan untuk membuat estimasi parameter butir dan kemampuan peserta didik, dan menggambarkan pendekatan kemampuan yang berlevel (Tama, 2017: 11).

Berdasarkan pemaparan diatas peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk meneliti peserta didik di SMP Negeri 2 Sungguminasa pada kelas VIII-3. Peneliti tertarik untuk mnganalisis kemampuan berpikir kritis matematika peserta didik menggunakan Graded response models (GRM) dalam pembalajaran relasi dan fungsi. Lebih lanjut penelitian ini penting dilakukan terhadap peserta didik, untuk menganalisis tingkat berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran matematika materi relasi dan fungsi. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis (Critical Thinking) Peserta Didik

Menggunakan Grade Response Models (GRM) dalam Pembelajaran Relasi

(21)

B. Fokus Penelitian

Untuk membatasi penelitian ini peneliti mengangkat fokus yaitu tingkat kemampuan berpikir kritis matematika peserta didik. Pada Penelitian ini peneliti berusaha memahami kemampuan berpikir kritis matematika peserta didik dengan menggunakan penskoran Graded response models (GRM) dalam pembelajaran relasi dan fungsi pada kelas VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yaitu bagaimana kemampuan berpikir kritis (critical thinking) peserta didik dengan menggunakan

Graded Response Models (GRM) dalam pembelajaran relasi dan fungsi pada kelas

VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis (critical thinking) peserta didik dengan menggunakan Graded Response Models (GRM) dalam pembelajaran relasi dan fungsi pada kelas VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa.

(22)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peserta didik

Dapat memotivasi peserta didik meningkatkan kemampuan berpikir kritis setelah mengetahui tingkat kemampuannya setelah diukur menggunakan graded

response models (GRM).

2. Bagi Guru

Menambah pengetahuan guru untuk mengukur kemampuan peserta didik dengan graded response models (GRM).

3. Bagi Sekolah

Meningkatkan mutu sekolah setelah mengetahui beberapa peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis.

4. Bagi Peneliti

Sebagai bahan penambahan wawasan, pengetahuan, keterampilan dalam pembelajaran.

F. Batasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran berbeda terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan batasan istilah sebagai berikut:

1. Analisis merupakan tindakan atau kegiatan mengamati, menemukan, dan memecahkan.

2. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Berpikir kritis matematika adalah kompetensi untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah matematika dengan cara menganalisis dan

(23)

mengevaluasi banyaknya informasi yang didapatkan untuk menemukan solusi yang tepat.

4. Graded Rensponse Models (GRM) merupakan salah satu sistem penskoran

dimana tingkat kesulitan tiap kategori pada setiap tes disusun secara berurut sehingga respon peserta didik haruslah berurut dari kategori yang rendah hingga kategori yang tinggi.

(24)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Adapun teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini meliputi sebagai berikut:

1. Analisis Kemampuan Berpikir

Analisis berasal dari kata bahasa Inggris yaitu analysis. Dalam penyerapannya kedalam bahasa Indonesia, akhiran –ysis berubah menjadi –isis. Jadi analysis diserap menjadi analisis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah penguraian suatu pembahasan disetiap bagiannya dan penelaahan bagian itu untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman makna keseluruhan (Tama, 2017: 17).

Untara (2013) Menurut Kamus Bahasa Indonesia, analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa atau masalah untuk mengetahui keadaanatau situasi yang sebenarnya.

Dilain pihak, menurut Sudijono (2012) analisis (analysis) adalah kompetensi seseorang untuk menjabarkan suatu keadaan atau permasalahan agar mampu memahami hubungan yang mencakup kemampuan untuk mendeskripsikan suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga tersusun keseluruhan agar dapat dipahami dengan baik, yang dinyatakan dengan penganalisisan komponen-komponen dasar dengan hubungan bagian-bagiannya.

(25)

Dari pemaparan tersebut dapat ditari kesimpulan bahwa analisis adalah suatu kegiatan meneliti, menemukan solusi dan menyelesaikan permasalahan.

Pemikiran adalah pikiran atau ide dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk memberitahukan suatu kejadian sebagai bentuk dan memberikan perlakuan terhadap model tersebut secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan kemauan (Rahayuningsih, 2019:12). Plato dalam Maulidya (2018:13) mengemukakan mengenai berpikir itu seperti berbicara dalam hati. Dalam arti lain, berpikir yaitu aktivitas ideasional.

Santrock mendefenisikan berpikir ibarat memanipulasi atau mentransformasikan dalam ingatan, ini sering dilakukan untuk mendidik dan memecahkan masalah, sedangkan Suryabrata berpendapat bahwa berpikir yaitu proses yang dinamis yang dapat digambarkan menurut proses atau jalannya (Rahayuningsih, 2019:12-13).

2. Kemampuan Berpikir Kritis (Critical Thinking)

Menurut Halpern (2014) dalam (Sani, 2019: 16), berpikir kritis berhubungan dengan penggunaan keterampilan kognitif atau strategi yang meningkatkan kemungkinan untuk memperoleh dampak yang dikehendaki. Berikut pernyataan dari Halpern:

Critical thinking is the use of those cognitive skills or strategies that increase the probability of a desired outcome. It is used to described thinking that is purposeful, reasoned, and goal directed-the kind of thinking involved in solving problems, formulating inferences, calculating likelihoods, and

(26)

making decisions, when the thinker is using skills that are thoughtful and effective for the particular context and type of thinking task.

Menurut Halpern, proses berpikir kritis diperlukan dalam menyelesaikan suatu permasalahan (problem solving) dan membuat keputusan. Kemampuan memecahkan masalah kompleks dan mengambil keputusan yang juga merupakan bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi. Teori Halpern tentang pemikiran kritis meliputi: memori, penalaran dan bahasa, pemahaman secara deduktif, analisis argumen, pengujian hipotesis, kemiripan dan ketidakpastian, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan pemikiran kreatif.

Berpikir kritis adalah proses berpikir yang terampil dan percaya diri ketika seseorang mempelajari suatu permasalahan dari semua sudut pandang, dan penyelidikan untuk memperoleh opini, penilaian, atau pertimbangan terbaik menggunakan kecerdasannya untuk menarik kesimpulan Sies (1998) dalam (Sani, 2019: 17). Berpikir kritis merupakan proses penentuan apa yang harus dipercayai dan dilakukan Facione (2011) dalam (Sani, 2019: 17).

Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis dan organisasional yang memungkinkan peserta didik dapat merancang dan mengevaluasi pendapat mereka berdasarkan bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pendapat orang lain sehingga mereka dapat mengutarakan pendapat mereka dengan penuh percaya diri. Berpikir kritis membantu peserta didik memperoleh pemahaman yang mendalam dan dapat menyimpulkan dengan baik terhadap sebuah informasi, sehingga mereka mampu memecahkan masalah dengan menggunakan pemikiran yang sistematis dan logis menurut Elaine B Johnson (2009:185) dalam (Junaidi, 2017: 17).

(27)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis matematika merupakan suatu kompeteni untuk mengambil keputusan agar dapat memecahkan masalah dengan cara menganalisis serta membaca dan mengevaluasi informasi yang didapatkan untuk menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah matematika.

a. Komponen-komponen Kemampuan Berpikir Kritis Matematik

Karakteristik seseorang yang berpikir kritis (Zubaedi, 2011: 241), adalah sebagai berikut:

1) Untuk mencari kejelasan pernyataan/pertanyaan, 2) Mencari alasan,

3) Mencoba mendapatkan informasi yang benar, 4) Menggunakan sumber yang dapat diandalkan, 5) Memenuhi pertimbangkan seluruh situasi, 6) Mencari alternatif,

7) Luar biasa,

8) Perubahan pandangan ketika ada bukti yang dapat dipercaya, 9) Mencari keakuratan suatu masalah, dan

10) mengetahui perasaan, pengetahuan, dan tingkat kecanggihan orang lain. Seifert dan Hoffnug dalam (Sari, 2019: 15) menyebutkan ada beberapa komponen yang penting dalam berpikir kritis, yaitu:

(28)

1) Basiq operation of reasoning (Operasi dasar penalaran). Untuk berpikir kritis,

seorang memiliki kompetensi untuk memaparkan, menggeneralisasi, menarik kesimpulan deduktif, dan merumuskan langkah-langkah mental logis. 2) Domain-spesific knowledge (Domain-pengetahuan khusus). Dalam

mengahadapi suatu masalah, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang topik kontennya. Untuk menyelesaikan suatu konflik pribadi, seseorang harus mempunyai pengetahuan tentang orang tersebut dan oleh siapa konflik tersebut terlibat.

3) Metacoqnitive knowledge (Pengetahuan kognitif). Pemikiran kritis yang

efektif menuntut sesorang untuk memantau kapan ia benar-benar memahami sebuah ide, kita perlu tahu kapan dia membutuhkan informasi baru, dan mencari tahu bagaimana ia mengumpulkan dan mempelajari informasi yang tersedia.

4) Value, beliefs, and disposition (Nilai, manfaat, da posisi). Berpikir secara

kritis berarti melakukan penilaian secara fair dan objektif. Ini menandakan bahwa ada semacam kepercayaan diri berpikir benar-benar mengarah pada solusi. Ini berarti memiliki ketekunan reflektif tepat seperti yang dipikirkan.

Berdasarkan teori diatas, beberapa kemampuan yang dimiliki dalam berpikir kritis adalah operasi penalaran Basiq (penalaran dasar), Domain-spesific

knowledge (Domain-pengetahuan khusus), Metacoqnitive knowledge (Pengetahuan

(29)

b. Indikator Berpikir Kritis

Menurut Norris (1989) dalam (Sani, 2019: 20) seorang pemikir kritis akan berupaya mencari alasan pemikiran, informasi yang cukup, menggunakan sumber yang dapat dipercaya dan menyatakan sumber tersebut, mencari alternatif, mempertimbangkan pandangan orang lain dan diri sendiri secara serius, menahan pertimbangan jika bukti dan alasan tidak cukup kuat, mencari sebanyak mungkin informasi yang akurat.

Menurut Ennis (1996) dalam (Cahyono, 2017: 52). Kriteria dasar dari unsur-unsur yang harus dimiliki oleh pemikir kritis dalam memecahkan masalah adalah Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, dan Overview yang dapat disingkat dengan istilah FRISCO. Focus yaitu identifikasi fokus atau perhatian utama, Reason yaitu identifikasi dan menilai akseptabilitas alasannya, Inference yaitu menilai kualitas kesimpulan, dengan asumsi alasan untuk dapat diterima,

Situation yaitu situasi dengan seksama, Clarity yaitu kejelasan, periksa untuk

memastikan bahasanya jelas, dan Overview yaitu mengecek kembali atau langkah mundur dan lihat semuanya secara keseluruhan.

Menurut Ennis (1987) dalam (Gusrianti, 2018: 19) penjelasan indikator berpikir kritis yaitu:

1) F (Focus)

Tertuju pada poin utama yang sedang dibuat/dihadapi. Dalam soal matematika, fokusnya adalah pertanyaan dari soal yang diberikan.

(30)

2) R (Reason)

Memberikan alasan yang membantu untuk menolak keputusan yang dibuat berdasarkan situasi dan fakta yang relevan dengan masalah yang diberikan. Pada soal matematika yang menjadi reason adalah yang diketahui.

3) I (Inference)

Proses penarikan kesimpulan yang wajar, yaitu mengikuti langkah-langkah selanjutnya dari argumentasi logis dalam kesimpulan. Dalam soal matematika yang menjadi inference adalah apakah yang diketahui, cukup, atau tidak untuk menjawab pertanyaan soal.

4) S (Situation)

Mengungkap faktor-faktor penting apa yang perlu dipertimbangkan untuk membuat kesimpulan. Dalam soal matematika yang menjadi situation adalah konteks situasi.

5) C (Clarity)

Menjelaskan arti istilah yang terkait dengan pembuatan kesimpulan. Dalam soal matematika yang menjadi Clarity adalah penjelasan istilah.

6) O (Overview)

Mengcocokkan kembali semua tindakan yang diketahui, apakah masuk akal atau tidak. Dalam soal matematika yang menjadi overview adalah memeriksa kembali apa yang ditanyakan, diketahui, alasannya, konteksnya serta istilah yang digunakan.

Berdasarkan uraian diatas maka indikator kemampuan berpikir kritis peserta didik antara lain mencari pernyataan yang jelas dari pertanyaan, mencari

(31)

alasan, berusaha melihat dan mengetahui informasi dengan baik, memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan, berusaha tetap relevan dengan ide utama, mengingat kepentingan yang asli dan mendasar, mencari alternatif, bersikap dan berpikir terbuka, mencari penjelasan sebanyak mungkin. Maka dari itu peneliti akan menganalisis kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan model penskoran yaitu Graded Response Models (GRM).

3. Graded response models (GRM)

Graded response models (GRM) atau model respon berjenjang adalah

suatu sistem penskoran di mana tingkat kesulitan setiap kategori pada butir soal disusun secara berurutan, sehingga jawaban peserta didik diurutkan dari kategori rendah hingga kategori tinggi. Graded response models (GRM) yang merupakan bagian dari model IRT (Item Respon Theory) yang digunakan untuk menampilkan kemampuan berpikir matematika peserta didik, karena bentuk tes yang digunakan dalam penskoran model ini adalah uraian, yang menuntut peserta didik mampu berpikir kritis, dan setiap butir soal dibuat berdasarkan tingkat kesukaran dari mudah hingga susah (Gusrianti, 2018: 23).

Penskoran merupakan langkah awal dalam proses pengolahan hasil tes peserta didik. Graded response models (GRM) merupakan tahapan pembelajaran yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kritis matematika peserta didik. Lord dan Novick mendeskripsikan pengukuran sama dengan penilaian, menurut kriterianya sebagai prosedur untuk menyajikan angka (biasanya disebut skor). Lebih spesifik Silverius mendefinisikan skor adalah angka yang

(32)

menunjukkan banyaknya jawaban yang benar dari sejumlah butir soal yang menyusun tes (Junaidi, 2017: 19).

Dari definisi di atas dinyatakan bahwa penskoran merupakan proses pemberian angka setiap jawaban butir pada tes maupun kuisioner. Ditinjau dari model tes dan kuisioner, maka proses penskoran pun akan berbeda pada setiap jenis tes maupun kuisioner. Penskoran tes jenis objektif akan berbeda dengan penskoran tes essay (uraian).

Graded Response Models (GRM) merupakan perluasan dari metode

Thurstone yang muncul sejak tahun 1928. Graded Response Models (GRM) tepat digunakan ketika respons peserta tes terhadap butir dikategorikan sebagai respons kategori yang berurutan dan tingkat penyelesaiannya cenderung meningkat seperti yang ada pada skala Likert. Nilai tingkat kesulitan relative katagori 1 > 2 > ...> n atau urut. Penggunaan Graded Response Models (GRM) tepat jika respons peserta ujian terhadap butir dapat dikategorikan sebagai respons kategori yang betingkat dan tingkatan penyelesaiannya cenderung meningkat. Yaitu dengan menggunakan respon yang berurutan dan tingkat penyelesaian (Gusrianti, 2018: 22).

Jadi, dari beberapa penjelasan mengenai Graded response models (GRM) di atas, dapat disimpulkan bahwa Graded response models (GRM) merupakan sistem penskoran yang jawaban tiap kategori di setiap tes disusun secara berurutan sehingga jawaban peserta didik haruslah berurut dari kategori rendah hingga kategori tinggi. Sehingga peneliti menggunakan model penskoran yaitu Graded

(33)

Response Models (GRM) untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis peserta

didik pada Materi Relasi dan Fungsi di SMP Negeri 2 Sungguminasa.

4. Materi Relasi dan Fungsi

a. Relasi

Menurut Adistiana (2018) Relasi adalah menyatakan suatu hubungan antara anggota himpunan dengan anggota himpunan lainnya. Himpunan A dan himpunan B dinyatakan memiliki relasi jika ada anggota himpunan yang saling berpasangan. Relasi antara dua himpunan dapat dinyatakan dengan tiga cara yaitu dengan diagram panah, himpunan pasangan berurutan, dan diagram cartesius. 1) Diagram panah

Menurut Adistiana (2018) diagram ini membentuk pola dari suatu relasi ke dalam bentuk gambar arah panah yang menyatakan hubungan antara anggota himpunan A dengan anggota himpunan B. Contoh dari relasi: Diketahui sebuah himpunan 𝐴 = {1, 2, 3, 4} dan himpunan 𝐵 = {𝑎, 𝑏, 𝑐}, As’ari, dkk. (2017: 78). Buatlah diagram panah dan tentukan himpunan pasangan berurutannya!

Gambar 2.1. Diagram Panah (Sumber: As’ari, 2017:78)

(34)

2) Himpunan Pasangan Berurutan

Selain dengan diagram panah, suatu relasi juga dapat dinyatakan dengan menggunakan himpunan pasangan berurutan (Adistiana, 2018). Caranya yaitu dengan memasangkan anggota himpunan A dengan anggota himpunan B secara berurutan. Contoh:

Tabel 2.1. Data Pelajaran yang Disukai Peserta Didik Kelas VIII

(Sumber: As’ari, 2017: 81) Contoh di atas dapat kita misalkan dengan:

Himpunan 𝐴 = {𝐴𝑏𝑑𝑢𝑙, 𝐵𝑢𝑑𝑖, 𝐶𝑎𝑛𝑑𝑟𝑎, 𝐷𝑖𝑛𝑖, 𝐸𝑙𝑜𝑘}

Himpunan B = {Matematika, IPA, IPS, Kesenian, Olahraga, Keterampilan, Bahasa

Inggris}

Dan “pelajaran yang disukai adalah relasi yang menghubungkan himpunan A ke himpunan B. Himpunan pasangan berurutan dari himpunan A ke himpunan B adalah: {(Abdul, Matematika), (Abdul, IPA), (Budi, IPA), (Budi, IPS), (Budi, Kesenian), (Candra, Olahraga), (Candra, Keterampilan), (Dini, Kesenian), (Dini, Bahasa Inggris), (Elok, Matematika), (Elok, IPA), (Elok, Keterampilan)}.

Nama Peserta

Didik Pelajaran yang Disukai

Abdul Matematika, IPA

Budi IPA, IPS, Kesenian

Candra Olahraga, Keterampilan

Dini Kesenian, Bahasa Inggris

(35)

3) Diagram Cartesius

Menyatakan relasi antara dua himpunan dari pasangan berurutan yang dituliskan dalam bentuk titik (Adistiana, 2018). Contoh: buatlah diagram cartesius dengan data pada tabel 1.3.

Gambar 2.2. Diagram Cartesius Pelajaran Kesukaan Siswa (Sumber: As’ari, 2017: 82)

b. Fungsi

Fungsi (pemetaan) merupakan suatu relasi dari himpunan A ke himpunan B, jika pada setiap anggota himpunan A berpasangan tepat satu dengan anggota himpunan B. semua anggota himpunan A atau daerah asal disebut domain, sedangkan daerah kawan disebut kodomain. Hasil dari pemetaan antara domain dan kodomain disebut range fungsi/daerah hasil. Fungsi juga dapat dinyatakan dalam beberapa bentuk diantanya diagram panah, himpunan pasangan berurutan, dan diagram cartesius (Adistiana, 2018).

A B

Gambar 2.3. Contoh Fungsi Dari diagram panah di atas dapat dijelaskan:

1 2 4 0 2 4 8

(36)

Domain adalah 𝐴 = {1,2,4} Kodomain adalah 𝐵 = {0,2,4,8} Range fungsi = {2,4,8}

Sebuah fungsi dapat dinotasikan/dituliskan dengan huruf kecil seperti f, g, h. Misalkan fungsi f memetakan himpunan A ke himpunan B dinotasikan f(𝑥) dengan aturan f ∶ x → 3x + 3. Artinya fungsi 𝑓 memetakan 𝑥 ke 3x + 3. Jadi daerah bayangan 𝑥 oleh fungsi 𝑓 adalah 3𝑥 + 3 sehingga dapat dinotasikan/dituliskan dengan f(𝑥) = 3𝑥 + 3. Dari uraian ini dapat dirumuskan: jika fungsi f ∶ x → ax + b dengan 𝑥 anggota domain 𝑓, maka rumus fungsi adalah f(𝑥) = 𝑎𝑥 + 𝑏. Dengan menghitung nilai fungsi, dapat diketahui nilai fungsi yang menghasilkan kodomain atau himpunan kawan dari himpunan asal atau domain (Adistiana, 2018).

Cara untuk menggambarkan grafik fungsi f(𝑥) = 𝑎𝑥 + 𝑏 dan nilai perubahan fungsi pada uraian berikut.

Misalnya kamu akan menggambar grafik fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) = 3𝑥 + 2 dengan daerah asal {𝑥| − 2 ≤ 𝑥 ≤ 4, 𝑥 ∈ 𝑅}. Buatlah tabel fungs 𝑓(𝑥) = 3𝑥 + 2 terlebih dahulu untuk memudahkan ketika menempatkan titik pada bidang Cartesius (Marsigit, 2007: 45).

Tabel 2.2 mencari nilai fungsi 𝑓(𝑥) = 3𝑥 + 2

(sumber: Marsigit, 2007: 45) 𝑥 -2 -1 0 1 2 3 4 3𝑥 -6 -3 0 3 6 9 12 2 2 2 2 2 2 2 2 𝑓(𝑥) -4 1 2 5 8 11 14 (𝑥, 𝑓(𝑥)) (-2, -4) (-1, 1) (0, 2) (1, 5) (2, 8) (3, 11) (4, 14)

(37)

Pada tabel di atas terlihat bahwa jika variabel x diganti dengan bilangan-bilangan yang semakin besar maka nilai 𝑓(𝑥) juga akan semakin besar. Grafik fungsi linear 𝑓(𝑥) = 3𝑥 + 2 dapat kamu lihat pada gambar berikut (Marsigit, 2007: 45).

Gambar 2.4 grafik fungsi linear 𝑓(𝑥) = 3𝑥 + 2 (sumber: Marsigit, 2007: 46)

5. Contoh Soal Berpikir Kritis Terkait Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi

Terkait dengan indikator dari kemampuan berpikir kritis yaitu Focus yang mengenai identifikasi fokus atau perhatian utama, Reason mengenai identifikasi dan menilai akseptabilitas alasannya, Inference mengenai menilai kualitas kesimpulan, dengan asumsi alasan untuk dapat diterima, Situation mengenai situasi dengan seksama, Clarity mengenai kejelasan, periksa untuk memastikan bahasanya jelas, dan Overview yang berkaitan dengan mengecek kembali atau langkah mundur dan lihat semuanya secara keseluruhan. Adapun contoh soal yaitu sebagai berikut: 1) Berikut adalah daftar nama kelas VIII beserta olahraga yang disukainya.

Nama Olahraga

Ayu Catur, Volly, dan Lari

Ani Volly

Uni Lari dan Renang

Tia Catur dan Renang

(38)

Dari tabel diatas, buatlah relasi dengan menggunakan diagram panah, diagram cartesius, dan himpunanan pasangan berurutan!

Jawab:

a) Diagram Panah

b) Diagram Cartesius Olahraga

c) Himpunan pasangan berurutan

R = {(Ayu, Catur), (Ayu, Volly), (Ayu, Lari), (Ani, Volly), (Uni, Lari), (Uni, Renang), (Tia, Catur), (Tia, Renang), (rey, Renang)}

Ani

Ayu Uni Tia Rey

Catur Lari Renang Volly Ayu Ani Uni Tia Rey Catur Volly Lari Renang Nama Olahraga Nama

(39)

Berdasarkan soal diatas dalam berpikir kritis dapat menguji kefokusan peserta didik dalam membuat diagram panah, menentukan titik-titik koordinat pada diagram cartesius, dan penentuan himpunan pasangan berurutan.

2) Perhatikan diagram pandi bawah, mana yang merupakan fungsi dan sebutkan alasannya! i. ii. iii. B iv. B o p q K 1 2 3 K L L o p q 1 2 3 3 o p q A 3 2 1 o p q A 2 1

(40)

Jawab:

yang merupakan fungsi adalah gambar i dan iii Karena pada setiap anggota himpunan A berpasangan tepat satu dengan anggota himpunan B

Berdasarkan soal diatas dalam berpikir kritis dapat menguji pengetahuan peserta didik mengenai fungsi dengan menuliskan alasan mengapa dikatakan fungsi. Selain itu, juga dapat dinilai kualitas pendapatnya dari alasan yang diberikan serta kejelasan dalam menyusun bahasa yang jelas.

3) Diketahui suatu fungsi 𝑓: 𝑥 → 3𝑥 + 3 pada himpunan bilangan bulat. Tentukan! a) 𝑓(3)! b) Bayangan f(-2) oleh f! c) Nilai f untuk 𝑥 = −4! d) Nilai x untuk𝑓(𝑥) = 6! e) Nilai a jika 𝑓(𝑎) = 12! Jawab: 𝑓: 𝑥 → 3𝑥 + 3 𝑓(𝑥) = 3𝑥 + 3 a. 𝑓(3) = 3.3 + 3 = 12 b. 𝑓(−2) = 3. −2 + 3 = −3 c. 𝑓(−4) = 3. −4 + 3 = −9 d. 𝑓(𝑥) = 6 = 3𝑥 + 3 6 − 3 = 3𝑥 + 3 − 3 3 = 3𝑥

(41)

𝑥 =3 3= 1 e. 𝑓(𝑎) = 12 = 3𝑥 + 3 12−3 = 3𝑥 + 3 − 3 9 = 3𝑥 𝑥 =9 3= 3

Berdasarkan soal diatas dalam berpikir kritis dapat menguji pengetahuan peserta didik untuk mencari nilai fungsi dan memperhatikan tata cara penyelesaian soal dari tahap ke tahap sehingga peserta didik memungkinkan untuk memeriksa kembali atau mengecek ulang jawaban tes.

B. Penelitian Yang Relevan

Ada berbagai penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hera Gusrianti dengan mengangkat judul yaitu analisis kemampuan berpikir kritis matematik siswa menggunakan Graded Response Models (GRM) di SMAN 1 Jonggat kelas XI tahun pelajaran 2018/2019. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa 4 peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi hasil persentase, 18,2%, 3 peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis sedang hasil persentase, 13,4%, dan 15 peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis rendah hasil persentase, 68,2%. Dilihat dari pencapaian tiap indikator, 56,8% peserta didik mampu memenuhi indikator Fokus. 49,2% peserta didik mampu memenuhi indikator Alasan. 38,3% peserta didik mampu memenuhi indikator

(42)

Menyimpulkan. 59,8% peserta didik mampu memenuhi indikator Situasi. 49,2% peserta didik mampu memenuhi indikator Kejelasan. Dan 34,1% peserta didik mampu memenuhi indikator Meninjau kembali. peserta didik yang mampu memenuhi semua indikator dikategorikan berpikir kritis tinggi yaitu mampu memenuhi semua kriteria kemampuan berpikir kritis matematik (focus, reason, inference, situation, Clarity, dan overview), siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis sedang hanya mampu memenuhi sebagian kriteria kemampuan berpikir kritis matematik, dan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah hanya mampu memenuhi beberapa kriteria kemampuan berpikir kritis matematik. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama menganalisis kemampuan berpikir kritis peserta didik menggunakan Graded

Response Models (GRM). Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti adalah lokasi penelitian, subjek penelitian dan keabsahan data.

2. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi dengan mengangkat judul yaitu Analisis kemampuan berpikir kritis matematika siswa dengan menggunakan Graded response models di SMA Negeri 1 Sakti. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa 50% peserta didik berpikir kritis matematika sangat tinggi, 5,5% peserta didik berpikir kritis matematika tinggi, 11,1% peserta didik berpikir kritis matematika rata-rata, 33,3% peserta didik berpikir kritis matematika rendah, dan 0% peserta didik berpikir kritis matematika sangat rendah. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama menganalisis kemampuan

(43)

berpikir kritis matematika peserta didik menggunakan penskoran Graded

Response Models (GRM). Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti yaitu lokasi penelitian dan jumlah subjek penelitian.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Arfani Manda Tama dengan mengangkat judul yaitu Analisis butir soal kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik dengan menggunakan Graded Response Models (GRM) di MTS Al-Hikmah Bandar Lampung. Hasil penelitian ini adalah peserta didik dengan kategori kemampuan tinggi secara umum dapat dikatakan bahwa peserta didik dapat menjelaskan maksud dari fungsi, mampu menjelaskan pengertian fungsi dan korespondensi satu-satu, mampu membedakan suatu fungsi, namun tidak dapat menentukan banyaknya fungsi yang mungkin terjadi. Peserta didik dengan kemampuan sedang secara umum dapat disimpulkan bahwa peserta didik mampu menjelaskan pengertian fungsi, mampu mendeskripsikan pengertian dari korespondensi satu-satu, namun subjek mengalami kesulitan menentukan banyaknya fungsi yang mungkin terjadi dan tidak dapat menyelesaikannya bahkan tidak memberikan jawaban apapun, serta hanya menggambar satu diagram panah, yang seharusnya empat dari banyaknya fungsi yang mungkin terjadi. Serta peserta didik berkemampuan rendah secara umum dapat disimpulkan bahwa peserta didik belum memahami konsep dan maksud dari fungsi, sehingga terlihat tidak dapat membedakan antara fungsi dan relasi, tidak dapat menentukan manakah yang merupakan korespondensi satu-satu, tidak dapat menggambar dan menentukan banyaknya fungsi yang akan terjadi serta tidak dapat

(44)

menentukan nilai suatu fungsi. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama menggunakan penskoran Graded Response Models (GRM) dan materi yang diangkat juga sama. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah lokasi penelitian dan fokus penelitian.

(45)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2018:9). Metode deskriptif yang digunakan untuk dapat mengetahui keadaan obyek/subyek berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Penelitian ini disusun untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematika peserta didik dengan menggunakan Graded response models (GRM) pada pembelajaran relasi dan fungsi pada kelas VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat diadakannya penelitian. Pada penelitian ini Peneliti memilih salah satu sekolah menengah pertama yang terletak di Kabupaten Gowa yaitu SMP Negeri 2 Sungguminasa sebagai tempat pelaksanaan penelitian di Jl. Andi Mallombassang No.1, Pandang Pandang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

C. Subjek Penelitian

Untuk menentukan subjek penelitian digunakan teknik purposive

(46)

penentuan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu”. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa. Adapun tahapan pengambilan subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penentuan kelas penelitian dilakukan dengan mengkomunikasikan dengan salah satu guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Sungguminasa. 2. Menguji peserta didik dengan memberi tes kepada peserta didik berupa soal

yang berkaitan dengan materi relasi dan fungsi.

3. Perhitungan hasil tes peserta didik menggunakan penskoran model Graded

Response Models (GRM).

4. Setelah mengetahui hasil tes kemudian , peneliti memilih 3 orang peserta didik yang akan menjadi fokus penelitian yang akan di wawancarai. Adapun kriteria dalam menentukan subjek penelitian yaitu: peserta didik yang berpikir kritis kategori rendah, peserta didik yang berpikir kritis kategori sedang dan peserta didik berpikir kritis kategori tinggi.

D. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan

a. Perizinan observasi untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Sungguminasa.

b. Observasi sekaligus melakukan komunikasi dengan guru bidang studi matematika.

c. Permohonan judul penelitian. d. Revisi judul.

(47)

e. Penyusunan draft proposal. f. Pengujian draft. g. Pengajuan pembimbing. h. Penyusunan proposal. i. Persiapan instumen. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Pemberian tes tertulis. b. Wawancara.

c. Dokumentasi.

3. Tahap Analisis Data dan Penyusunan Skripsi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Peneliti sendiri masuk kelapangan untuk pengumpulan data, analisis, dan penarikan kesimpulan. Adapun instrumen lainnya dalam penelitian ini yaitu:

1. Instrumen Tes Tertulis

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes tertulis untuk di teskan ke subjek penelitian. Peneliti membuat soal yang divalidasi oleh dosen matematika dan guru di sekolah demi kevalidan isi (soal) jenis tes yang digunakan yaitu soal uraian (essay test). Pemilihan materi sesuai materi yang telah diajarkan.

2. Instrumen Pedoman Wawancara

Pada tahap ini peneliti memilih pedoman wawancara yang bebas tidak terstruktur, yakni di mana peneliti menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan memuat poin-poin penting yang ingin digali lebih dalam dari responden

(48)

untuk menguraikan hasil jawaban peserta didik untuk di analisis kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan Graded response models (GRM) dalam pembelajaran relasi dan fungsi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan tahap yang paling utama ketika ingin penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah memperoleh data (Sugiyono, 2018:224). Tanpa pengetahuan mengenai teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diterapkan. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes Tertulis

Tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik melalui penskoran model Graded Response Models (GRM). Data yang diharapkan berupa hasil kerja peserta didik pada lembar jawaban yang disertai dengan tahapan-tahapannya. Data yang diperoleh dari tes ini akan digunakan sebagai bahan untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan Graded Response Models (GRM).

Tes bisa berupa rangkaian pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari suatu subjek penelitian. Lembar instrumen tes berisi soal-soal yang terdiri atas pertanyaan atau butir-butir soal (Salim, 2019:83-84).

Tes yang diberikan kepada peserta didik kelas VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa merupakan tes berbentuk uraian untuk mengetahui kemampuan

(49)

berpikir kritis peserta didik yang sebelumnya sudah divalidasi oleh validator. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik, peneliti menggunakan indikator berpikir kritis dengan penskoran model Graded Response Models (GRM). Adapun model penskoran Graded Response Models (GRM) yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Penilaian Graded Response Models (GRM)

(sumber: Azhar, 2012: 4)

Peneliti menggunakan indikator berpikir kritis menurut Ennis (1978) dalam (Gusrianti, 2018: 19) untuk melihat kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan penskoran Graded Response Models (GRM) yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2 Indikator Berpikir Kritis

No. Kriteria Berpikir Kritis Matematika Sim bo

l Respon Peserta Didik Terhadap Soal

Sk

o

r

1 Focus (Fokus) K1

Peserta didik tidak dapat menuliskan yang diketahui, ditanyakan serta metode yang digunakan dengan benar 1 Peserta didik dapat menuliskan yang diketahui, ditanyakan serta metode yang digunakan dengan setengah benar 2 Peserta didik dapat menuliskan yang diketahui, ditanyakan serta metode yang digunakan dengan hampir benar 3 Peserta didik dapat menuliskan yang diketahui, ditanyakan serta metode yang digunakan dengan benar. 4 2 Reason (Alasan) K2

Peserta didik tidak dapat memberikan alasan yang mendukung kesimpulan yang diambil dengan benar

1 Peserta didik dapat memberikan alasan yang mendukung kesimpulan yang diambil dengan setengah benar 2 Peserta didik dapat memberikan alasan yang mendukung kesimpulan yang diambil dengan hampir benar 3

No Aspek Penilaian Skor

1 Peserta didik tidak mampu mengerjakan tes dengan benar 1 2 Peserta didik mampu mengerjakan tes dengan setengah benar 2 3 Peserta didik mampu mengerjakan tes dengan hampir benar 3 4 Peserta didik mampu mengerjakan tes dengan benar 4

(50)

Peserta didik dapat memberikan alasan yang mendukung kesimpulan yang diambil dengan benar 4 3 Inference (Proses

penarikan kesimpulan )

K3 Peserta didik tidak dapat menyimpulkan dari alasan yang telah dikemukakan dengan benar 1 Peserta didik dapat menyimpulkan dari alasan yang telah dikemukakan dengan setengah benar 2 Peserta didik dapat menyimpulkan dari alasan yang telah dikemukakan dengan hampir benar 3 Peserta didik dapat menyimpulkan dari alasan yang telah dikemukakan dengan benar 4 4 Situation (Situasi) K4 Peserta didik tidak dapat menggunakan semua informasi

yang telah disesuaikan dengan benar 1 Peserta didik dapat menggunakan semua informasi yang telah disesuaikan dengan setengah benar 2 Peserta didik dapat menggunakan semua informasi yang telah disesuaikan dengan hampir benar 3 Peserta didik dapat menggunakan semua informasi yang telah disesuaikan dengan benar 4 5 Clarity (Kejelasan) K5 Peserta didik tidak dapat membedakan beberapa hal dengan

benar 1

Peserta didik dapat membedakan beberapa hal dengan

setengah benar 2

Peserta didik dapat membedakan beberapa hal dengan

hampir benar 3

Peserta didik dapat membedakan beberapa hal dengan benar 4 6 Overview

(Meninjau kembali)

K6 Peserta didik tidak dapat mengecek semua tindakan yang telah dilakukan dengan benar 1 Peserta didik dapat mengecek semua tindakan yang telah dilakukan dengan setengah benar 2 Peserta didik dapat mengecek semua tindakan yang telah dilakukan dengan hampir benar 3 Peserta didik dapat mengecek semua tindakan yang telah

dilakukan dengan benar 4

Total Skor 24

(sumber: Gusrianti, 2018: 31-34)

2. Wawancara

Wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan menggali data secara langsung dari sumbernya melalui pertemuan tatap muka antara orang yang bertugas mengumpulkan data dengan orang yang menjadi subjek penelitian. Wawancara dilakukan selepas hasil tes terhadap peserta didik terpilih 3 orang peserta didik untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan Graded Response Models (GRM).

(51)

G. Teknik Analisis Data

Aktivitas dalam menganalisis data ada beberapa bagian yaitu data

reduction, data display, dan coshusion drawing/verivication. Milles dan Huberman

(2009: 16) dalam Anggito dan Johan (2018: 243-249) 1. Reduksi Data (Data reduction)

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang mengasah, mengklasifikasikan, mengarahkan, menghapus data yang tidak diperlukan, dan mengatur data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi data dalam penelitian ini adalah tahap mengoreksi jawaban hasil tes peserta didik yang dikumpulkan untuk menemukan peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah, sedang, dan tinggi dan mencatat hasil wawancara.

2. Penyajian Data (Data display)

Penyajian data merupakan suatu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan untuk menarik kesimpulan riset dapat dilakukan. Penyajian data dimasukkan untuk menemukan pola yang bermakna agar memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan tindakan. Dalam penelitian ini, data hasil wawancara tentang analisis kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan Graded Response Models (GRM).

3. Menarik kesimpulan (coshusion drawing/verivication)

Penarikan kesimpulan adalah proses merumuskan makna/arti atau kesimpulan penelitian yang akan dieksperikan dalam kalimat yang singkat dan mudah dipahami dan dilakukan berulang kali untuk meninjau dan memeriksa kebenaran dari kesimpulan tersebut. Kesimpulan dalam penelitian ini dilihat

(52)

dengan mencari informasi tentang kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan Graded Response Models (GRM) berdasarkan hasil persentase kriteria kemampuan tes.

H. Keabsahan Data

Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi teknik/metode. Menurut Sugiyono (2019: 495) triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data pada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Data tentang kemampuan berpikir kritis matematika peserta didik menggunakan

Graded Response Models (GRM) yang diperoleh melalui tes dengan sumber yang

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian yaitu peserta didik kelas VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa yang terdiri dari 29 peserta didik, di mana pemilihan subjek dilakukan pada saat observasi dengan cara mewawancarai salah satu guru mata pelajaran pendidikan matematika di SMP Negeri 2 Sungguminasa. Kemudian 29 Peserta didik kelas VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa selanjutnya di tes yang dilaksanakan pada hari Rabu, 16 September 2020. Mula-mula yang dilakukan oleh peneliti yaitu memberikan tes kemampuan berpikir kritis dengan penskoran Graded Rensponse Models (GRM) yang berupa tes uraian (essay) secara online atau daring menggunakan aplikasi google meet pada pukul 10.34 sampai 11.00 Wita. Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan model penskoran Graded Rensponse Models (GRM) menurut Ennis (1987) dalam Gusrianti (2018: 19), peneliti memilih tiga peserta didik, yaitu 1 peserta didik yang mempunyai kemampuan berpikir kritis tinggi (BKT), 1 peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis sedang (BKS) dan 1 peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah (BKR) agar diwawancarai pada hari Jum’at, 17 September 2020, terkait dengan jawaban yang peserta didik sudah tuliskan agar bisa menggali lebih dalam kemampuan berpikir kritis ketiga subjek yang sudah dipilih tersebut.

Perolehan data hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik menggunakan model penskoran Graded Rensponse Models (GRM) pada kelas

(54)

VIII-3 SMP Negeri 2 Sungguminasa. Berikut ini data keseluruhan hasil tes yang didapatkan peserta didik pada setiap butir soal di SMP Negeri 2 Sungguminasa Tahun Pelajaran 2020/2021 ditabulasi/disusun dalam tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Skor Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang Diperoleh Peserta didik pada Setiap Butir Soal

No. Nama Peserta

Didik

Skor Tiap Butir

Soal Total

Skor Nilai Kriteria

1 2 3 1 SR 16 24 16 56 85 Tinggi 2 MDIR 14 14 18 46 76 Tinggi 3 MF 14 14 18 46 73 Sedang 4 MEY 14 14 18 46 73 Sedang 5 SRM 14 14 12 40 64 Sedang 6 AQS 14 8 12 34 63 Sedang 7 RR 14 14 12 40 63 Sedang 8 AKSR 14 14 12 40 63 Sedang 9 AEWP 14 14 12 40 63 Sedang 10 AA 14 10 12 36 63 Sedang 11 MES 14 14 12 40 63 Sedang 12 FFS 14 14 12 40 63 Sedang 13 IAA 14 14 12 40 63 Sedang 14 RH 14 14 12 40 63 Sedang 15 NAMS 12 8 18 38 62 Sedang 16 SW 12 8 18 38 62 Sedang 17 SDS 12 8 18 38 62 Sedang 18 AAL 12 8 18 38 62 Sedang 19 AMFA 12 8 18 38 62 Sedang 20 AAK 14 6 18 38 61 Sedang 21 RQ 14 6 18 38 61 Sedang 22 SAS 14 6 18 38 61 Sedang 23 PO 14 6 18 38 61 Sedang 24 NH 10 12 12 34 50 Rendah 25 AJ 10 8 12 30 50 Rendah 26 RJ 10 6 12 28 47 Rendah 27 NF 8 6 12 26 38 Rendah 28 RKAN 6 8 12 26 35 Rendah 29 F 6 6 6 18 0 Rendah

Dari tabel 4.1 terlihat bahwa terdapat dua dari 29 peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis kategori tinggi, 14 dari 29 peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis kategori sedang, dan 13 dari 29 peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis kategori rendah.

(55)

Berdasarkan tabel 4.1 yaitu distribusi skor hasil tes kemampuan berpikir kritis yang didapatkan peserta didik pada setiap butir soal, peneliti memilih satu peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis kategori tinggi, satu peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis kategori sedang dan satu peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis kategori rendah. Seperti yang terdapat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Subjek Penelitian

No. Inisial Peserta Didik Kode

1 SR BKT

2 MF BKS

3 RKAN BKR

Berdasarkan data hasil tes tertulis dan wawancara, maka berikut terdapat proses analisis kemampuan berpikir kritis peserta didik menggunakan Graded

Response Models (GRM) pada pembelajaran relasi dan fungsi.

1. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis peserta didik Subjek BKT

menggunakan Graded Response Models (GRM) dalam pembelajaran

relasi dan fungsi

Pada bagian ini akan dianalisis data hasil tes tertulis kemampuan berpikir kritis dan data hasil wawancara peserta didik untuk setiap soal. Subjek pertama yang dipilih adalah peserta didik yang mempunyai nilai tertinggi dari dua peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan kategori tinggi. Adapun yang menjadi subjeknya adalah BKT.

Berikut ini Analisis setiap hasil tes dan wawancara yang diberikan kepada peserta didik:

(56)

a. Soal Nomor 1

Gambar 4.1 Lembar Jawaban Tes Nomor 1 Subjek BKT

Berdasarkan hasil tes uraian atau essay soal nomor 1 Subjek BKT di atas, dapat dilihat bahwa peserta didik sudah memenuhi indikator berpikir kritis focus (Fokus) yaitu peserta didik menuliskan/mencantumkan yang diketahui dan ditanyakan, peserta didik juga memenuhi indikator berpikir kritis Inference (Penarikan Kesimpulan) yaitu peserta didik menyimpulkan hasil akhir yang didapatkan dengan menuliskan daerah hasil dengan benar dan tepat. Untuk menelusuri lebih lanjut mengenai bagaimana kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam materi relasi dan fungsi maka dilakukan wawancara sebagai berikut:

P : Apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal?

BKT : yang diketahui pada soal yaitu 𝑓: 𝐺 → 𝑅 ditentukan 𝑓(𝑥) = 2 + 𝑥

dengan 𝐺 = {−1,0,1,2,3,4} dan R adalah himpunan bilangan real.

Yang ditanyakan adalah 𝑓(3), 𝑓(0) dan 𝑓(−1).

P : Dalam penyelesaian soal metode apa yang digunakan?

BKT : Metode subtisusi, yaitu memasukkan semua nilai yang ditanyakan kedalam fungsi yang diketahui.

P : Bagaimana cara penentuan metode yang digunakan untuk menyelesaikan soalnya?

BKT : Melihat dan memperhatikan apa saja diketahui dan ditanyakan pada soal. Apabila bisa disubtitusikan maka saya pilih metode subtitusi. Atau dengan menggantikan nilai x dengan yang ditanyakan.

P : Bagaimana cara anda mengerjakan soalnya?

BKT : Pertama saya menentukan yang diketahui dan ditanyakan kemudian bagian a mencari fungsi 𝑓(3), 𝑓(0) dan 𝑓(−1) dengan

Referensi

Dokumen terkait

(5) Dekan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Pembantu Dekan Bidang Akademik, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, serta Pembantu Dekan Bidang

bahwa dalam hal saya melanggar peraturan dan/atau ketentuan yang berlaku di Universitas Jayabaya, maupun peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, baik pelanggaran

Ketika kita mengucapkan, “….wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil’aalamiin (hidup dan matiku untuk Allah)”, maka hayatilah ini sebuah pernyataan akan ketiadaan

Dengan kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer mempunyai hak voting yang tinggi sehingga manajer mempunyai posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan, hal

dimana persentase Loan to Deposit Ratio (LDR) masih di atas standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, meskipun dengan persentase seperti ini bank dikatakan tidak

Apabila Basil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyatakan sudah sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 884 ayat (2) dan Pasal 87 ayat (2), maka

31:33-34:Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman Tuhan: Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan

Kegiatan pendampingan PTT Tahun 2014 dilaksanakan di 10 Kabupaten/kota yaitu Kabupaten Mukomuko, Bengkulu Utara, Lebong, Rejang Lebong, Kepahiang, Bengkulu Tengah,