Jakarta, 19 November 2021
No. : 220/Ketua/XI/2021 Hal : Penugasan Dosen
Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta
Kepada Yth.
1. Ketua PERSETIA
2. Ketua PERUATI Jabodetabek Di tempat
Salam dalam kasih Kristus.
Sehubungan dengan surat PERSETIA dan PERUATI No. 0256/A.A4/11.2021 tanggal 15 November 2021, perihal permohonan narasumber, maka melalui surat ini, saya selaku Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Theologi (STFT) Jakarta menugaskan:
Nama : Prof. Dr. Samuel Benyamin Hakh
Jabatan : Kepala Unit Penjaminan Mutu Internal, Angota Komite Etik, dan Dosen Tetap STFT Jakarta
untuk menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan “Pelatihan Penyusunan SOP Pencegahan Kekerasan Seksual dengan tema “Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia Merespons Kekerasan Seksual di Kampus” yang akan dilaksanakan secara daring pada 6 Desember 2021.
Kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaan PERSETIA dan PERUATI yang melibatkan STFT Jakarta dalam pelatihan tersebut di atas.
Demikian surat ini kami sampaikan, kiranya dapat diterima dengan baik. Tuhan memberikati pelayanan kita.
Salam,
Septemmy Eucharistia Lakawa, Th.D.
Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta
Nomor : 0256/A.A4/11.2021 Jakarta, 15 November 2021 Lamp. : 1 (satu) berkas
Perhal : Permohonan Menjadi Narasumber Kepada Yth;
Ketua STFT Jakarta
Jl. Proklamasi No 27 Menteng Di
Tempat Salam Sejahtera,
Kasus kekerasan seksual di Indonesia telah masuk pada tahap yang menguatirkan termasuk kasus-kasus yang terjadi di institusi pendidikan keagamaan termasuk di sekolah tinggi teologi. Standard Operating Procedure (SOP) menjadi sangat urgen dirumuskan sebagai pedoman Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) pada kampus-kampus sekolah tinggi teologi di Indonesia.
PERUATI JABODETABEK dan PERSETIA menganggap penting ketersediaan SOP pencegahan kekerasaan seksual di sekolah-sekolah teologi sebagai salah satu wujud konkrit upaya pencegahan kekerasan seksual. Oleh karena itu PERUATI Jabodetabek dan PERSETIA mengundang Bapak/Ibu/Saudara utusan dari pendidikan tinggi teologi dan gereja untuk dapat mengikuti kegiatan Pelatihan Penyusunan SOP Pencegahan Kekerasan Seksual dengan tema “Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia Merespon Kekerasan Seksual di Kampus” yang akan dilaksanakan pada:yang akan berlangsung pada tanggal 6 – 7 Desember 2021, melalui aplikasi ZOOM. Kegiatan ini mengambil tema: “Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia Merespon Kekerasan Seksual di Kampus”. Program ini diperuntukkan untuk Ketua/Dekan/Pimpinan STT/Dosen Etika.
Sehubungan dengan itu, kami mohon kesediaan Perwakilan STFT Jakarta sebagai narasumber pada:
Hari/Tanggal : Senin, 6 Desember 2021 pukul 13.00-14.30 WIB
Topik : Sesi 3 :Contoh Pelaksanaan SOP di Kampus STFT Jakarta
Kami berharap Perwakilan STFT Jakarta dapat memaparkan proses penyusunan dan penerapan SOP Pencegahan Kekerasan Seksual yang telah dilakukan di STFT Jakarta. Durasi presentasi narasumber 40 menit dan dilanjutkan dengan Tanya-jawab. Mengingat bahwa kegiatan seperti ini mempunyai bobot akademis, kami mohon agar Perwakilan STFT Jakarta mempersiapkan materi dalam bentuk Microsoft Word dan Power Point sehingga materi tersebut dapat melengkapi para peserta, juga sebagai dokumen di PERSETIA. Terlampir ToR dan jadwal kegiatan tersebut untuk dipelajari.
Demikianlah permohonan kami, atas perhatian, bantuan dan kerjasama yang diberikan, kami sampaikan terima kasih. Kiranya Tuhan memberkati kita sekalian dalam visi bersama untuk berkarya bagi Tuhan.
Teriring salam dan doa, Atas nama penyelenggara kegiatan
Pdt. Yusak B. Setyawan, MATS, Ph.D Pdt. Dr. Donna Sampaleng
Ketua PERSETIA Ketua PERUATI Jabodetabek
Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia Merespons Kekerasan Seksual di Kampus Kerangka Acuan
Pelatihan Penyusunan SOP Pencegahan Kekerasan Seksual 6-7 Desember 2021 (Virtual via ZOOM)
1. Latar belakang
Kasus kekerasan seksual di Indonesia telah masuk pada tahap yang menguatirkan karena adanya kecenderungan baik korban maupun keluarga tidak mendapatkan penanganan dan pendampingan yang serius dari pihak kepolisian maupun pemuka agama, atau dengan kata lain, tidak berakhir di pengadilan. Contoh kasus yang terjadi dan diduga menimpa 3 orang anak dengan terduga ayah kandung mereka sendiri di Luwu Timur adalah salah satu contohnya.
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menegaskan bahwa penyikapan awal pada kasus dugaan kekerasan seksual pada 3 anak di Sulawesi Selatan ini menunjukkan kebutuhan mendesak perbaikan sistem pembuktian kasus kekerasan seksual.
Sebagai langkah koreksi, penanganan kasus ini juga perlu dilakukan secara komprehensif, mengedepankan pemenuhan hak-hak korban atas keadilan dan pemulihan, berperspektif anak, perempuan dan penyandang disabilitas.1Sementara itu terbatasnya akses kepada layanan lembaga/komunitas pengaduan, serta persepsi yang melanggengkan penindasan kepada korban KS (korban selalu disalahkan entah karena pakaian/sikapnya) terus terjadi. Hal ini juga semakin menguatkan desakan agar segera disahkannya RUU PKS.
Contoh kasus di atas adalah salah satu yang muncul ke permukaan, sementara ada juga kasus-kasus lain yang terjadi di institusi pendidikan keagamaan, namun jarang terangkat ke publik jika tidak diadvokasi oleh pihak yang merasa terpanggil untuk membela hak-hak korban.
Di lembaga pendidikan tinggi, masih belum hilang dalam ingatan kita kasus pelecehan 19 mahasiswi di Sekolah Tinggi Bible Vrow Balige pada tahun 2010. Kasus lain terjadi di IAIN Kediri jawa Timur dimana dosen melakuakn pelecehan sekusl kepada bebrapa maahsiswi,
2Kampus sebagai lembaga intelektual dapat menjadi salah satu tempat paling tidak aman pagi mahasiswi/mahasiswa. Bahkan dalam praktik lapangan di jemaat pun mereka mengalami pelecehan seksual oleh mentor, dalam hal ini pendeta jemaat. Melihat realita di masyarakat, dan lebih khusus lagi di lingkungan pendidikan tinggi, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas meminta agar Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) merumuskan panduan atau Standard
Operating Procedure (SOP) pedoman Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS).
dan mandat Menteri Agama RI. Menag mendorong semua PTK di Indonesia untuk mulai
merumuskan PPKS sebagai sebuah langkah pencegahan sekaligus juga perlindungan bagi peserta didik maupun pengajar dan staff PTK.3
1Suara Sulsel, “Komnas Perempuan Desak Polisi Libatkan Ahli Dalami Dugaan Kekerasan Seksual di Luwu Timur,”https://sulsel.suara.com/read/2021/10/18/135024/komnas-perempuan-desak-polisi-libatkan-ahli-dalami- dugaan-kekerasan-seksual-di-luwu-timur(diakses 18 Oktober 2021).
2Detik News, “Soal Dosen IAIN Kediri Lecehkan Mahasiswi, Polisi Minta Korban Segera Lapor”
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5705801/soal-dosen-iain-kediri-lecehkan-mahasiswi-polisi-minta- korban-segera-lapor(diakses 15 November 2021)
3Medcom, “Menag Minta Kampus Keagamaan Punya SOP Pencegahan Kekerasan Seksual, “
https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/9K5QL63K-menag-minta-kampus-keagamaan-punya-sop- pencegahan-kekerasan-seks(diakses 18 Oktober 2021).
Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi di Indonesia (PERUATI) Badan Pengurus Daerah (BPD) JABODETABEK menjadikan kebutuhan ini sebagai agenda utama untuk diimplementasikan pada bulan Kampanye Pencegahan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak 25 Nov – 10 Des 2021, sehingga disusunlah rencana kegiatan pelatihan ini bekerja sama dengan Persekutuan Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia (PERSETIA).
PERSETIA sebagai wadah yang menaungi sekolah-sekolah teologi di Indonesia juga memiliki komitmen yang sama untuk terus menerus berpartisipasi menyuarakan pencegahan kekerasan seksual terhadap perempuan, penanganan kasus-kasus kekerasan seksual secara adil dan berpihak pada korban, serta pemulihan yang holistik bagi mereka yang menjadi korban.
PERSETIA menganggap penting ketersediaan SOP pencegahan kekerasaan seksual di sekolah- sekolah teologi sebagai salah satu wujud konkrit upaya pencegahan kekerasan seksual.
2. Tujuan Pelatihan :
Pelaksanaan pelatihan ini bertujuan untuk:
a. Mendorong sekolah-sekolah tinggi teologi di Indonesia secara khusus sekolah-sekolah anggota PERSETIA untuk menyusun dan menetapkan SOP Pencegahan Kekerasan Seksual.
b. Membentuk kesadaran akan pentingnya pencegahan kekerasan seksual dan perlindungan HAM di institusi-institusi pendidikan agama.
c. Membangun pemahaman bersama sekolah-sekolah tinggi Teologi di Indonesia terhadap urgensi pengesahan RUU PKS.
3. Pertanyaan Pengarah
a. Sejauh mana kesadaran akan perlunya SOP Pencegahan Kekerasan Seksual (KS) di institusi pendidikan tinggi teologi?
b. Adakah temuan di lapangan tentang kekerasan seksual terhadap peserta didik, pengajar maupun staff dari institusi pendidikan tinggi teologi?
c. Bagaimana pengajar dan staff merespon kasus-kasus Kekerasan Seksual yang terjadi di institusi pendidikan teologi?
d. Sejauh mana sekolah anggota PERSETIA merespons kebutuhan akan perlindungan HAM dan upaya pencegahan KS?
e. Langkah-langkah konkret apa yang dapat diusulkan sebagai materi SOP Pencegahan KS di institusi pendidikan tinggi teologi ?
4. Tema
Tema atau topik pelatihan ini adalah “Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia Merespons Kekerasan Seksual di Kampus”.
5. Pola dan Metode Kegiatan
a. Pola yang dipergunakan adalah persentasi narasumber disertai hasil pengkajian terhadap tema “Kekerasan Seksual” dan Pelatihan Menyusun SOP bagi peserta.
b. Metode yang dikembangkan adalah pelatihan penyusunan SOP, dimulai dengan presentasi narasumber dan dilanjutkan dengan latihan menyusun SOP yang didampingi para fasilitator.
6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Senin-Selasa, 6-7 Desember 2021 Waktu : Pukul 08.00-16.10 WIB
Tempat : Zoom Meeting (Link akan dibagikan kemudian)
7. Narasumber
Adapun narasumber dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut:
No Nama Lembaga
1 Johny Nelson Simanjuntak Ketua Komisi Hukum dan HAM 2 Prof. Alimatul Qibtiyah, S.Ag., M.Si., Ph.D. PGIKomisioner Komnas Perempuan RI
3 Dosen STFT Jakarta STFT Jakarta contoh Pelaksanaan SOP di Kampus
4 Valentina Sagala, S.E., S.H., M. Arts for Women-Peace Women Across the Globe & Founder Institut Perempuan
8. Peserta dan Kriteria Peserta
Peserta kegiatan ini adalah sebanyak 100-150 orang yang berasal dari:
a. Sekolah anggota/calon PERSETIA
b. Utusan sinode gereja-gereja yang memiliki sekolah teologi c. Peserta yang ditugaskan oleh sekolah-anggota PERSETIA adalah
Ketua/Dekan/Pimpinan STT/Dosen Etika.
9. Pembimbing Akademik
Pembimbing Akademik pelatihan ini adalah:
Pdt. Dr. Asnath Niwa Natar, M.Th (Perwakilan Pengurus PERSETIA)
Pdt. Dr. Donna Sampaleng, Th.D (Perwakilan Pengurus PERUATI Jabodetabek)
10. Acara dan Jadwal
Acara dan Jadwal terlampir (terpisah)
11. Pembiayaan
a. Pengurus PERSETIA menanggung seluruh pembiayaan pelatihan dengan menggunakan dana program tahun 2021.
b. Perwakilan sekolah anggota PERSETIA mendaftar secara gratis, dengan peserta maksimal 2 (dua) orang dari sekolah yang sama.
c. Perwakilan sekolah calon/bakal calon anggota serta utusan sinode yang diundang mendaftar secara gratis, dengan peserta maksimal 1 (satu) orang dari sekolah/sinode yang sama.
12. Penanggujawab dan Pelaksana
a. Penanggung jawab kegiatan ini adalah Pengurus PERSETIA dan PERUATI Jabodetabek dalam hal ini dilaksanakan oleh Pembimbing Akademik.
b. Pelaksana kegiatan ini adalah Panitia yang terdiri dari Direktur Pelaksana berserta Staf Kantor PERSETIA beserta anggota PERUATI Jabodetabek.
13. Penutup
Demikian kerangka acuan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi contact person berikut:
1. Pdt. Lenta Simbolon, M.Div, Th.M (Perwakilan PERSETIA) Email: lentamedan@gmail.com`
Telp/WA: 082135187980
2. Ejodia Kakunsi (Perwakilan PERUATI Jabodetabek) Email :
Telp : +62 815-1785-7874
Jakarta, November 2021
Pembimbing Akademik dan Panitia Pelaksana
Teriring salam dan doa, Atas nama penyelenggara kegiatan
Pdt. Yusak B. Setyawan, MATS, Ph.D Pdt. Dr. Donna Sampaleng
Ketua PERSETIA Ketua PERUATI Jabodetabek
Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia Merespons Kekerasan Seksual di Kampus Pelatihan Penyusunan SOP Pencegahan Kekerasan Seksual
6-7 Desember 2021 (Virtual via ZOOM) JADWAL ACARA
Waktu Kegiatan
Hari Pertama, Senin, 6 Desember 2021
08.00-08.30 WIB Salam Selamat Datang Doa Pembuka
Sambutan Ketua PERUATI JABODETABEK Sambutan Ketua PERSETIA
Pengantar Umum oleh Pembimbing Akademik 08.30-09.00 WIB Mendengar Suara Korban
Oleh dua (2) orang tamu
09.00-10.15 WIB Sesi 1
Analisa Kebijakan dan Kasus-kasus
Johny Nelson Simanjuntak (Ketua Komisi Hukum dan HAM PGI)
10.15-12.00 WIB Sesi 2
Urgensi PPKS di PTK di Indonesia, Fakta dan Data Prof. Alimatul Qibtiyah, S.Ag., M.Si., Ph.D.
(Komisioner Komnas Perempuan RI) 12.00-13.00 WIB Istirahat: Makan Siang
13.00-14.30 WIB Sesi 3
Contoh Pelaksanaan SOP di Kampus STFT Jakarta
Oleh Perwakilan dari STFT Jakarta
14.30-16.00 WIB Sesi 4
Bimbingan Drafting Kode Etik
Valentina Sagala, S.E., S.H., M.H (Institut Perempuan) 16.00-16.10 WIB Pengumuman dan Doa Penutup
Hari Kedua, Selasa 7 Desember 2021
08.00-08.30 WIB Doa Pembuka
Review
08.30-12.00 WIB Sesi 5
Praktek Penyusunan SOP 12.00-13.00 WIB Istirahat: Makan Siang
13.00-15.00 WIB Sesi 6
Pleno
Rencana Tindak Lanjut (RTL) 15.00-16.15 WIB Perumusan Hasil Kegiatan
Evaluasi Penutupan
LAPORAN WEBINAR PENYUSUNAN SOP DENGAN DOSEN-DOSEN DAN PENGURUS PERSETIA
Berdasarkan Surat Permoonan dari PERSETIA no. 0256/A-A4/11,2021 perihal, Permohonan Menjadi Narasumber dan didukung oleh surat Tugas dari Ketua STFT Jakarta No. 220/Ketua/XI/2- 2021 maka pada tanggal, 6 Desember 2021, saya melaksanakan Seminar melalui zoom tentang
“pelatihan mengenai Contoh Pelaksanaan SOP” bagi para peserta Seminar.
Dalam pelaksanaan webinar itu peserta yang hadir berjumlah 53 peserta. Mereka sangat memberikan apresiasi untuk materi yang disampaikan. Dalam sesi diskusi ada banyak masukan dan pertanyaan yang disampaikan oleh para peserta. Pertanyaan-pertanyaan itu terutama berkaitan dengan
penyusunan dan pelaksanaan SOP di Kampus masing-masing. Mereka meminta agar apabila ada keeulitan dalam penyusunan maka mereka minta pendampingan lagi.
Demikianlah laporan ini.
Jakarta, 10 Desember 2021
Prof. Samuel Benyamin Hakh, D.Th
PANDUAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTA CONTOHNYA
Pengantar
Berdasarkan surat dari PERSETIA dan PERUATI, nomor 0256/A.A4/11.2021, tertanggal 15 November 2021, perihal: Permohonan menjadi Narasumber maka Ketua STFT menugaskan saya untuk mewakili STFT Jakarta memberikan presentasi mengenai penyusunan dan pelaksanaan SOP bagi semua peserta. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya. Saya berharap presentasi ini membantu kita mencapai tujuan dari pelatihan ini. Dalam penyusunan SOP dibutuhkan langkah-langkah yang terdiri dari:
persiapan penyusunan SOP; penilaian kebutuhan SOP; penyusunan dokumen SOP;
pengembangan SOP; penerapan SOP; dan monitoring serta evaluasi SOP. Keberhasilan dalam penyusunan SOP memerlukan komitmen pimpinan yang kuat, tegas, dan menerima serta melakukan perubahan.
A. Dasar Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Dasar penyusunan SOP Anti kekerasan di STFT Jakarta adalah:
1. Permendiknas No, 30 tahun 2021 tentang: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi
2. Statuta STFT Jakarta
3. Peraturan tentang Anti Kekerasan STFT Jakarta 4. Kode Etik Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta.
B. Tujuan Penyusunan SOP adalah:
a. Menghasilkan panduan tertulis mengenai standar prosedur operasional yang jelas dan konsisten bagi setiap mahasiswa, tenaga kependidikan dan dosen untuk
melaksanakannya.
b. Menghasilkan prosedur kerja yang jelas bagi Tim pemimpin untuk melakukan Tindakan bagi anggota sivitas akademika yang melanggar SOP yang telah ditetapkan oleh Tim Pemimpin.
c. Menghasilkan layanan yang teratur dan konsisten karena telah memiliki system.
C. Manfaat SOP
1. Sebagai standarisasi proses yang dilakukan dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
2. Mengurangi kemungkinan kesalahan akibat miskomunikasi dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh anggota sivitas akademika atau pelaksana dalam melaksanakan tugas;
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sivitas akademika secara keseluruhan;
4. Membantu setiap anggota sivitas menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi pimpinan, sehingga mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari;
5. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas semua bagian dan unit setiap hari.
6. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan kepada pimpinan cara yang konkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi pelaksanaan SOP yang diberlakukan.
7. Memastikan pelaksanaan tugas pemberlakuan SOP dapat berlangsung dengan tertib dan teratur;
8. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas;
9. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam memberikan pelayanan;
10. Mengurangi tingkat risiko yang timbul dari penanganan terhadap kekerasan yang timbul di Kampus.
11. Meningkatkan suasana akademik yang rukun, damai, dan kondusif.
D. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan.
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menyusun SOP.
a. Bahasa. Usahakan agar bahasa yang digunakan dalam SOP harus jelas, tidak boleh multi tafsir. Penggunaan bahasa yang jelas itu untuk menghindari bias dalam memahami SOP.
b. Buatlah prosedur yang rinci dan jelas. Pastikan Anda membuat panduan proses dan uraikan langkah-langkahnya secara berurutan. Usahakan semua hal penting yang perlu disertakan sudah tertulis dengan baik.
c. Jelas dan ringkas. Tujuan SOP adalah untuk mengurangi ambiguitas bagi sivitas akademika. Gunakan bahasa yang sederhana dan singkat. Tuliskan instruksi dengan kata kerja perintah. Misalnya, "Bersihkan ruang kelas setelah setiap kali digunakan." Atau
“siramlah kloset ini setiap kali anda memakainya.”
d. Survei. Sebelum menyusun SOP, Anda perlu melakukan survei untuk mengetahui
berbagai informasi yang diperlukan dalam pembuatan. Wawancarai mahasiswa dosen dan karyawan untuk memastikan bahwa Anda membahas setiap langkah dalam prosesnya.
e. Mendistribusikan SOP. Di tempat kerja saat ini, cara paling efektif untuk mendistribusikan SOP adalah melalui aplikasi perangkat seluler sehingga dapat memudahkan akses bagi setiap orang. Namun ada pula orang dosen atau Tenaga Pendidikan yang lebih suka membacanya dalam bentuk hard kopi, maka kedua model distribusi ini perlu dipertimbangkan.
f. Gunakan visual. Gunakan ilustrasi, diagram alur, atau foto copi agar mudah digunakan untuk menyampaikan prosedur pelaksanaan SOP.
g. Pengawasan. Setiap SOP yang diberlakukan membutuhkan pengawasan dari Tim Pemimpin atau petugas yang ditunjuk untuk mengawasinya.
h. Perbarui SOP sesuai kebutuhan. Dunia pendidikan terus berkembang sehingga Anda perlu meninjau dan memperbarui SOP secara berkala untuk mencerminkan perubahan dalam prosedur yang lebih tepat dan efektif.
E. Struktur SOP
1. Judul: Setiap Standar Operasi Prosedur harus memiliki judul, tergantung pada apa yang ditentukan.
2. Pendahuluan: Dalam pendahuluan diuraikan mengenai pengingat terhadap misi dari Lembaga Pendidikan untuk memudahkan pencapaian target.
3. Cakupan SOP: Bagian ini mencakup tujuan dan proses yang dicakupinya serta pentingnya SOP untuk mengikuti langkah-langkah terlampir, seperti kepatuhan setiap anggota sivitas terhadap SOP tersebut.
4. Kontak: Setiap SOP harus mengidentifikasi untuk siapa dokumen tersebut ditujukan, daftar peran dan tanggung jawab, dan informasi kontak untuk koordinasi.
5. Glosarium: Jika SOP menyertakan bahasa atau akronim tertentu, sertakan glosarium istilah untuk memudahkan pemahaman.
6. Prosedur langkah demi langkah: Bagian ini berupa prosedur yang dipecah menjadi petunjuk langkah demi langkah dengan informasi yang relevan. Untuk beberapa proses memerlukan gambar atau visual seperti diagram alur untuk memudahkan pemahaman.
F. Legalitas SOP.
1. SOP yang telah disusun oleh Tim Penyusun, harus dibaca untuk dikoreksi oleh seluruh Tim Pemimpin di Perguruan Tinggi. Jika masih ada kekurangan dari SOP itu maka Tim perlu segera memperbaikinya.
2. SOP yang sudah disempurnakan perlu disosialisasikan kepada seluruh sivitas akademika agar bisa menampung aspirasi dari sivitas, jika masih ada hal-hal yang kurang.
3. Jika masih diperlukan penyempurnaan maka Tim penyusun menyempurnakannya sekali lagi.
4. Supaya SOP yang sudah disempurnakan itu mendapat legalitas dan dilaksanakan oleh seluruh sivitas akademika maka SOP itu dibawa ke Rapat Senat untuk disahkan.
5. Pengesahan SOP itu dituangkan dalam SK Ketua/Rektor untuk diberlakukan kepada seluruh sivitas akademika.
G. Penanganan Terhadap Pelanggaran
Diharapkan dengan pemberlakuan SOP semua sivitas akademika melaksanakan dan menaatinya. Namun jika terjadi pelanggaran maka perlu diselesaikan sesuai dengan peraturan yang berlaku di Perguruan Tinggi.
H. Contoh SOP STFT Jakarta.
SEKOLAH TINGGI FILSAFAT THEOLOGI (STFT) JAKARTA
KODE: STFT/SOP/PuK/01 TANGGAL:
SOP
ANTI KEKERASAN SEKSUAL
REVISI:
HALAMAN: 1 - 8
A. PENDAHULUAN:
Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta adalah Lembaga Pendidikan yang sangat menekankan pembentukan spiritualitas dan moral serta etika bagi seluruh Sivitas
Akademikanya. Maka pemberlakukan Peraturan Anti Kekerasan Seksual yang telah dimiliki oleh STFT Jakarta membutuhkan Standar Operasi Prosedur yang secara jelas dan konsisten memberikan arah bagi seluruh sivitas akademika STFT Jakarta. Maksudnya supaya dengan adanya SOP ini, dapat mengurangi ambiguitas dalam memahami dan menaati Peraturan Anti Kekerasan Seksual yang sudah diberlakuan di STFT Jakarta . SOP ini merupakan prosedur baku yang tak terpisahkan dari Peraturan Anti Kekerasan dan Kode Etik STFT Jakarta. Tim Formator Spiritulitas STFT Jakarta bertanggung jawab untuk memantau pelaksanaan SOP Anti Kekerasan Seksual di STFT Jakarta. Tindakan-tindakan yang melanggar SOP Anti Kekerasan Seksual dilaporkan kepada Komite Etik. Selanjutnya Komite Etik membahasnya dan memberikan pertimbangan kepada Senat melalui Ketua untuk diambil keputusan.
B. TUJUAN PROSEDUR:
1. Memberikan kejelasan mengenai standar prosedur operasional yang jelas dan konsisten bagi setiap mahasiswa, tenaga kependidikan dan dosen untuk melaksanakannya.
2. Memberikan prosedur kerja yang jelas bagi Tim pemimpin untuk melakukan Tindakan bagi anggota sivitas akademika yang melanggar SOP yang telah ditetapkan oleh Tim Pemimpin.
3. Menghasilkan layanan yang teratur dan konsisten karena telah memiliki alur yang jelas
4. Mengurangi kemungkinan kesalahan akibat miskomunikasi.
5. Memastikan pelaksanaan SOP ini berjalan sesuai alur yang telah ditetapkan
6. Mengurangi tingkat risiko yang timbul dari penanganan terhadap kekerasan yang timbul di Kampus
C. CAKUPAN LINGKUP PENGGUNAANNYA
1. Pemberlakuan SOP ini berada di bawah pengawasan Tim Formatur Spiritualitas dan Komite Etik STFT Jakarta.
2. Pemberlakuan SOP Anti Kekerasan Seksual ini mencakup seluruh sivitas akademika STFT Jakarta yakni seluruh mahasiswa, baik mahasiswa Strata 1, Strata 2 maupun Strata 3, tenaga kependidikan dan dosen.
D. MEKANISME PROSEDURAL PELAKSANAANNYA:
1. Ketua STFT Jakarta membuat SK pengesahan dan pemberlakukan Peraturan dan SOP Anti Kekerasan di lingkungan Sivitas Akademika STFT Jakarta.
2. SK yang dimaksud pada poin satu, dikirim kepada masing-masing Ka Prodi dan Unit- Unit di STFT Jakarta untuk selanjutnya disebarkan kepada seluruh mahasiswa, tenaga kependidikan serta dosen di lingkungannya masing-masing.
3. Peraturan Anti Kekerasan Seksual dan SOP nya wajib disosialisasikan kepada semua mahasaiswa baru dan mahasiswa lama sebagai pengingat (S-1, S-2 maupun S-3).
4. Tim Formatur Spiritualitas memantau pelaksanaan SOP Anti Kekerasan
5. Jika dalam pemantauan ada pelanggaan maka hal itu disampaikan kepada Komite Etik 6. Mahasiswa, tenaga kependidikan dan dosen yang melakukan tindakan yang menyimpang
dari Peraturan Anti Kekerasan yang berlaku di STFT Jakarta akan dibawa ke Komite Etik untuk dibahas dan diberikan pertimbangan.
7. Komite Etik memberikan rekomendasi kepada Senat melalui Ketua.
8. Rapat Senat mengambil keputusan berupa sangsi administrative ringan dan sedang hingga dikeluarkan.
9. Pelanggaran berat di keluarkan
10. Sangsi yang ringan dan sedang dibina oleh Formator 11. Selesai
Mekanisme Prosedural Pelaksanaan SOP Anti Kekerasan Seksual
Pelaksanaan Kegiatan Senat STFT Jkt
Ketua STFT Jakarta
Para Waket dan Ka Prodi S-1,S-
2 dan S-3
Mahasiswa S-1, S-2 dan S-3, Karyawan dan Dosen
Formasi Spirtual Ekumenis
Komite Etik
1. Pengesahan SOP dalam Rapat Senat 2. Ketua STFT Jakarta
membuat SK pemberlakukan SOP.
3. SK SOP di desiminasikan kepada Waket 1,2,3 serta Ka Prodi S-1,S-2 dan S-3
4. Sosialisasi kepada Mahasiswa S-1, S-2 dan S-3, Karyawan dan Dosen 5. Formasi Spiritual
Ekumenis melakukan pemantauan 6. Tindakan
pelanggaran disampaikan kepada Komite Etik untuk memberikan
pertimbangan kepada Senat 7. Senat membuat
keputusan.
8. Senat memberikan surat
pemberhentian bagi pelanggaran berat
9. Senat
merekomendasikan pelanggar ringan dan sedang kepada Formasi Spiritul Ekumenis untuk melakukan pembinaan
10. Selesai
Dokumen Terkait:
1. Permendiknas No, 30 tahun 2021 tentang: Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi
2. Statuta STFT Jakarta
3. Peraturan tentang Anti Kekerasan STFT Jakarta 4. Kode Etik Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta.