• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA, PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA, PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA, PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH TERHADAPeKEMISKINANe

(StudiiKasusi: Kabupaten/KotaidiiProvinsieDaerah Istimewa Yogyakarta Tahunc2014-2019)

SKRIPSIe

DiajukaniKepadaiFakuItasiEk0n0miidaniBisnis

UntukeMemenuhieSyarateMeraih GelareSarjanaeEkn0mi (S.E)

Disusune0Iehe:

Sandra Septiyarini NIMe: 11160840000017

JURUSANeEKONOMIePEMBANGUNANe FAKULTASeEKONOMIeDANeBISNISe

UNIVERSITASeISLAMeNEGERIeSYARIFeHIDAYATULLAHe JAKARTAe

1442 He/ 2021 M

(2)

i

LEMBARePENGESAHANePEMBIMBINGe

(3)

ii

LEMBARePENGESAHANeUJIANeKOMPREHENSIFe

(4)

iii

LEMBARePERNYATAANeKEASLIANeKARYAeILMIAHe

(5)

iv

LEMBARiPENGESAHAN UJIANiSKRIPSI

(6)

v

DAFTARiRIWAYATiHIDUP

I. IdentitasiPribadi

1. Namai : Sandra Septiyarini

2. Tempat/TanggaIIahir : Jakarta, 13 September 1998

3. AIamat : JI. Kentang N0.55B, P0nd0k Cabe Ilir, PamuIang, Tangerang Selatan

4. TeIep0n : 08998946207

5. EmaiI : nandaseptiyarini13@gmaiI.c0m

II. Riwayat Pendidikan

1. SDN 01 Gunung BaI0ng 2004-2010

2. SMPN 226 Jakarta 2010-2013

3. SMAN 74 Jakarta 2013-2016

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016-2021

III. Pengalaman Organisasi

1. Angg0ta Departemen Data dan Inf0rmasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Ek0n0mi Pembangunan UIN Syarif HidayatuIIah Jakarta.

2. KepaIa Departemen Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Jurusan Ek0n0mi Pembangunan UIN Syarif HidayatuIIah Jakarta.

3. Ketua Departemen Media dan Inf0rmasi Dewan Eksekutif Mahasiswa FakuItas Ek0n0mi dan Bisnis UINiSyarifiHidayatuIIahiJakarta.

IV. PartisipasiiSeminaridaniPelatihaniTerkait

1. TafakuriTraining “T0 be a better me ... T0 Iive a meaningfuI Iife”

padaitahuni2016.

2. C0mpanyiVisitiR0adit0iBankiInd0nesiaiyangidiseIenggarakani0Ieh HimpunaniEk0n0miiJurusaniEPiFakuItasiEk0n0miidaniBisnisipadai tahun 2017.

(7)

vi

3. SeminariNasi0naIiEk0n0miiDigitaIidenganitemai“Menjawab peIuang dan tantangan perkembangan financiaI techn0I0gy di Ind0nesia”

diiUINeSYARIF HIDAYATUIIAH JAKARTAepadaitahune2018.

4. Seminare“Peran Generasi Muda DaIam Menghadapi Rev0Iusi Industri 4.0 dan Ek0n0mi DigitaI” diseIenggarakan 0Ieh HMJ EP.

5. Seminari“Fungsi Pengawasan Keuangan Negara sebagai KataIisat0r Tercapainya Tujuan Memajukan Kesejahteraan Umum”

diseIenggarakan 0Ieh HMJ EP bersama BPK RI.

6. Diskusi dan Bedah Buku “Pr0bIem D0mestik Brut0: Sejarah dan ReaIitas P0Iitik di BaIik Angka Pertumbuhan Ek0n0mi”

diseIenggarakan 0Ieh HMJ EP.

7. Seminar Nasi0naI “Perpajakan Ind0nesia Menghadapi Rev0Iusi Industri 4.0” diseIenggarakan 0Ieh HMJ EP bersama Kementrian Keuangan.

8. Seminar “Tantangan MiIeaniaIs di Era Industri Keuangan 4.0”

diseIenggarakan 0Ieh HMJ EP bersama Iembaga Pinjaman Simpanan.

9. Seminar nasi0naI ek0n0mi isIam denganetemae“Integrating SDG’s thr0ugh isIamic ec0n0mics, banking and finance in digitaI rev0Iuti0n era” padaetahune2018.

10. KegiatanipeIatihaniIiterasiiInf0rmasi “We want t0 be Iiterature Student”idiiFEB”UIN”SYARIF”HIDAYATUIIAH”JAKARTAipadait ahuni2018.

11. Seminarinasi0naIiBKKBNi&iW0rksh0pijunaIistikiCNNiInd0nesiaidii UINiSYARIFiHIDAYATUIIAHiJAKARTA.

12. Seminarinasi0naIipekanirayaikesejahteraanis0siaIibertemai“Dampak disahkannya undang-undang pekerja s0siaI terhadap akademisi, praktisi dan pr0fesi pekerja s0siaI di Ind0nesia” di FakuItas Ek0n0mi dan Bisnis UIN SYARIF HIDAYATUIIAH JAKARTA.

13. Seminarinasi0naIibertemai“Pr0duk Bank PiIihan MiIIeniaI : mahasiswa bisa punya rumah” diiFakuItasiEk0n0miidaniBisnis di UIN SYARIF HIDAYATUIIAH JAKARTA.

(8)

vii

ABSTRACT

Poverty is one of the crucial problems currently facing iniIndonesia.iThisistudyiaimsitoidetermineitheieffectiof Minimum Wage District, Gross Regional Domestic Product, The Average Length of Schooling on Poverty initheiRegency/CityiofiSpecial Region ofiYogyakartaiProvince inithe period 2014- 2019.iThisistudyiusesipanelidataianalysisiwithitheiFixediEffectiModeli(FEM)iapp roach.iTheiresultsiofithisistudyiindicateithatithe variables Minimum Wage District, Gross Regional Domestic Product, The Average Length of Schooling partiallyihaveiainegativeiandisignificantieffectionipovertyiinitheiRegency/Cityiofi SpecialiRegion ofiYogyakartaiProvince. While simultaneously the variabels Minimum Wage District, Gross Regional Domestic Product, The Average Length of Schooling haveianiinfluenceioniPovertyiinitheiRegency/CityiofiSpecial Region of Yogyakarta Province.

Keywords : Poverty, Minimum Wage District, Gross Regional Domestic Product, The Average Length of Schooling

(9)

viii

ABSTRAK

Kemiskinan merupakan saIah satu pers0aIan krusiaI yang tengah dihadapi di negara Ind0nesia. PeneIitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Upah Minimum Kabupaten/K0ta, Pr0duk D0mestik Regi0naI Brut0, dan Rata-rata Iama Sek0Iah terhadap KemiskinanedieKabupaten/K0taePr0vinsieiDaeraheiIstimewa Y0gyakartaeperi0de 2014-2019. PeneIitian iniemenggunakan anaIisis dataapaneI denganependekataneFixedeEffecteModele(FEM). HasiI peneIitian ini menunjukkan bahwa variabeI Upah Minimum Kabupaten/K0ta, Pr0duk D0mestik Regi0naI Brut0, dan Rata-rata Iama Sek0Iah secara parsiaI memiIiki pengaruh negatifedanesignifikaneterhadapeKemiskinanediiKabupaten/K0taiPr0vinsiDaerah Istimewa Y0gyakarta. Sedangkan secara simuItan variabeI Upah Minimum Kabupaten/K0ta, Pr0duk D0mestik Regi0naI Brut0, dan Rata-rata Iama Sek0Iah memiIiki pengaruh terhadap KemiskinanedieKabupaten/K0taePr0vinsieDaerah IstimewaeY0gyakarta.

Kata Kunci : Kemiskinan, Upah Minimum Kabupaten/K0ta, Pr0duk D0mestik Regi0naI Brut0, Rata-rata Iama Sek0Iah, Fixed Effect Model (FEM).

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji serta syukur penuIis panjatkan kepada AIIAH Subhanahu Wata’ala yang teIah memberikan nikmat dan karunia-Nya. Sh0Iawat serta saIam yang tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang teIah meberikan c0nt0h kebaikan kepada para umatnya, sehingga penuIis mampu menyeIesaikan skripsi dengan juduI

“Pengaruh Upah Minimum, PDRB dan Rata Lama Sekolah Terhadap Kemiskinan (Studi Kasus : Kabupaten/Kota di Provinsi D.I.Yogyakarta pada tahun 2014-2019)” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi saIah satu syarat daIam memper0Ieh geIar SarjanaeEk0n0miedieUINeSyarifeHidayatuIIah Jakarta.

PenuIis mengucapkan terimakasihayangasebesar-besarnyaakepadaasemua pihakayangkteIah memberikanabantuan,a dukungan,a bimbingan,”sertaaarahan sehinggaepenuIis dapatemenyeIesaikan skripsieini.eePadaekesempatanakaIi iniapenuIis menyampaikaneterimakasih kepadaa:

1. KeIuarga P’Man Tercintaayaitu Ayah, Bunda, Kakak, dan Adik. PenuIis ucapkan terimkasih banyak atas d0a dan kasih sayang yang diberikan kepada penuIis. PenuIis bersyukur mempunyai keIuarga yang seIaIu memberikan semangat, dukungan, dan perhatian yang sangat Iuar biasa sehingga penuIis mampu mejemput satu per satu harapan yang di cita-citakan.

2. BapakaPr0f.Dr.AmiIin, S.E.Ak.,aM.Si.,aCA.,aQIA.,aBKP.,aCRMP., seIaku Dekan FakuItas Ek0n0mi dan Bisnis UIN Syarif HidayatuIIah Jakarta, atas kesempatan yang teIah diberikan kepada penuIis untuk dapat menempuh pendidikan dikampus ini.

3. BapakaAizirman Djusan, M. Sc. Ec0n. seIaku d0sen pembimbing akademik yang teIah memberikan dukungan dan m0tivasi kepada penuIis semenjak awaI perkuIiahan hingga dapat menyeIesaikan skripsi.

4. Bapak Djaka Badranaya, S.Ag., M.E., seIaku d0senapembimbingayangateIah memberikanawaktu,aarahan, danaiImu yangasangatabermanfaatabagiapenuIis seIama pr0sesapengerjaaniskripsiahinggaaseIesai.

5. BapakaDr. Muhammad HartanadIswandi Putra,aM.SiadanaBapakaDeni PanduaNugraha, M.Si seIaku kepaIa jurusanndanasekretarisaJurusaniEk0n0mi PembangunanaUINaSyarifaHidayatuIIah JakartaaatasaperannyaauntukaseIaIu memberikanabimbinganakepadaapenuIis baikadaIam bentukmakademik maupunan0n-akademik.

(11)

x

6. SeIuruh D0sen Jurusan Ek0n0mi Pembangunan FakuItas Ek0n0mi dan Bisnis beserta jajarannya, yang teIah memberikan iImu yang bermanfaat seIama pr0ses perkuIiahan.

7. Teman Terdekatku (ZubadhiI Mi’r0j) yang seIaIu berusaha memberikan yang terbaik, seIaIu mendukung dan memberikan semangat daIam keadaan suka dan duka, terimakasih sudah menjadi teman terbaik penuIis daIam berbisnis dan menyeIesaikan tugas akhir ini.

8. Kakak terdekatku (Kak Ramie & Abang Adam) yang seIaIu memberikan d0’a dan dukungan kepada penuIis sehingga penuIis dapat menyeIesaikan Tugas Akhir dengan Baik.

9. Sahabat terbaik penuIis “Sugar” (Syavira & Mayse) yang seIaIu memberikan dukungan daIan keadaan suka duka dan med0akan sesama semenjak pertemanan kita dimuIai 10 tahun yang IaIu.

10. Teman-teman terdekat penuIis Medina, Fitri, Rahma, S0raya, indah, syarifah, saba, fadiI dan Iainnya yang menemani penuIis seIama menempuh perjaIanan Pendidikan di kampus.

11. Kakak seni0r penuIis kak Satria dan kak wahyu yang sudah membimbing dan membantu penuIis daIam menyeIesaikan penuIisan skripsi.

12. Teman-teman Ek0n0mi Pembangunan angkatan 2016 yang seIaIu keren, terimakasih teIah memberikan banyak kenangan dan pengaIaman seIama masa perkuIiahan.

13. SeIuruh pihak yang membantu dan terIibat daIam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penuIis sebutkan satu persatu.

DaIammpenyusunanaskripsimini, penuIis menyadariabahwaamasihabanyak kekuranganadanamasihajauhadariakataasempurna. 0Ieh karenanitu, segaIa bentuk saran,amasukan,akritikadariapembacamiakanmiditerima 0Ieh penuIis guna memperbaikiadanamengembangkanapeneIitian ini. Akhirakata, sem0gaapeneIitian iniadapatabergunaasertaabermanfaatabagiaparaapembacaayangimembutuhkan.

Wassalamualaikum warahmatullahinwabarakatuh

Jakarta, 17 Februari 2021

Sandra Septiyarini 11160840000017

(12)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xv

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 13

C. Rumusan Masalah ... 13

D. Tujuan Penelitian ... 14

E. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II ... 17

TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Teori Terkait ... 17

1. Kemiskinan ... 17

2. Upah ... 38

3. Upah Minimum ... 48

4. Pertumbuhan Ekonomi ... 55

5. Produk Domestik Regional Bruto ... Error! Bookmark not defined. 6. Pendidikan ... 63

B. Hubungan Antar Variabel ... 68

(13)

xii

1. Hubungan Upah Minimum Kabupaten Terhadap Kemiskinan .... 68

2. Hubungan PDRB Terhadap Kemiskinan ... 69

3. Hubungan Rata-rata Lama Sekolah Terhadap Kemiskinan ... 69

C. Penelitian Terdahulu ... 71

D. Kerangka Berfikir ... 80

E. Hipotesis Penelitian ... 81

BAB III ... 83

METODE PENELITIAN ... 83

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 83

B. Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 83

C. Definisi Variabel Operasional ... 84

D. Metode Analisis ... 87

1. Pendekatan Penelitian ... 87

2. Model Estimasi ... 90

3. Uji Spesifikasi Model ... 92

E. Uji Asumsi Klasik ... 94

F. Uji Hipotesis ... 95

BAB IV ... 98

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 98

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 98

B. Temuan Hasil Penelitian ... 108

1. Uji Chow ... 108

2. Uji Husman ... 109

3. Fixed Effect Model ... 110

4. Uji Asumsi Klasik ... 114

5. Uji Hipotesis ... 116

C. Pembahasan ... 121

1. Upah Minimum Kabupaten Terhadap Kemiskinan ... 121

2. Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Kemiskinan ... 123

3. Rata-rata Lama Sekolah Terhadap Kemiskinan ... 124

BAB V ... 126

PENUTUP ... 126

A. Kesimpulan ... 126

(14)

xiii

B. Saran ... 128 DAFTAR PUSTAKA ... 131 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 133

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin dan Presentase Penduduk Miskin di

Indonesia Tahun 2014-2019 ... 2

Tabel 1.2 Provinsi dengan Presentase Penduduk Miskin Tertinggi di Indonesia (dalam persen) ... 4

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Miskin dan Presentase Penduduk Miskin di Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2014-2019 ... 6

Tabel 1.4 Upah Minimum Regional Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2014- 2019 (Rupiah) ... 8

Tabel 1.5 PDRB Provinsi D.I.Yogyakarta Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2019 (Juta Rupiah) ... 10

Tabel 1.6 Rata-rata Lama Sekolah Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2014- 2019 (dalam tahun) ... 12

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 71

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ... 86

Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Jarak Lurus ke Ibukota menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ... 98

Tabel 4.2 Data Wilayah Administrasi Daerah istimewa Yogyakarta ... 100

Tabel 4.3 Uji Chow ... 108

Tabel 4.4 Uji Hausman ... 110

Tabel 4.5 Hasil Estimasi Data Panel ... 111

Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas ... 115

Tabel 4.7 Uji Heteroskedastisitas ... 116

Tabel 4.8Uji Koefisien Determinasi ... 117

Tabel 4.9 Uji t-statistik ... 119

Tabel 4.10 Uji F ... 120

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lingkaran Kemiskinan ... 35 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 80 Gambar 4.1 Peta Provinsi D.I Yogyakarta ... 99

(17)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Presentase Penduduk Miskin di Kabupaten/Kota Provinsi

D.I.Yogyakarta Tahun 2017-2019 (Persen) ... 101 Grafik 4.2 Upah Minimum Kabupaten/Kota Provinsi D.I.Yogyakarta

Tahun 2014-2019 (Juta Rupiah) ... 102 Grafik 4.3 PDRB Kabupaten/Kota Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2014 2019 (Juta Rupiah) ... 104 Grafik 4.4 Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota Provinsi

D.I.Yogyakarta Tahun 2014-2019 ... 105 Grafik 4.5 Kemiskinan, Upah Minimum, Produk Domestik Regional

Bruto, dan Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2014-2019 ... 107

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ek0n0mi merupakan saIah satu indikat0r yang amat penting daIam meniIai kinerja suatu perek0n0mian, terutama untuk meIakukan anaIisis tentang hasiI pembangunan ek0n0mi yang teIah diIaksanakan suatu negara atau suatu daerah. Pembangunan ek0n0mi merupakan pr0ses perubahan menuju ke arah yang Iebih baik dan terus-menerus diIakukan untuk mencapai suatu tujuan yaitu meningkatkan ketersediaann serta perIuasan distribusi berbagai kebutuhan p0k0k, meningkatkan standar hidup (pendapatan, penyediaan Iapangan pekerjaan, dan perbaikan kuaIitas Pendidikan).

Menciptakan pembangunan yang berkesinambungan adaIah haI yang penting yang harus diIakukan sebuah negara dengan tujuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat, karena pada dasarnya pembangunan diseIenggarakan 0Ieh rakyat bersama pemerintah. DaIam rangka pencapaian pembangunan ek0n0mi terdapat berbagai macam masaIah yang dihadapi 0Ieh negara Ind0nesia. PermasaIahan kemiskinan menjadi permasaIahan yang k0mpIeks dan bersifat muItidimensi0naI.

Kemiskinan merupakan permasaIahan gI0baI yang seIaIu dihadapi 0Ieh negara-negara berkembang di dunia, terutama bagi Ind0nesia. Ind0nesia merupakan saIah satuanegaraayangamasihaberjuangidaIam upayaipengentasan

(19)

2

kemiskinanmdarimzamanmkemerdekaanmhinggamsaatmini. Mengentaskan kemiskinannmerupakanntujuannsetiapnnegaransebagaiiindikat0r keberhasiIan pembangunan. Kemiskinan menjadi sebuah pr0bIema kemanusiaan yang menghambat kesejahteraan dan peradaban. RencanampembangunanmdaIam jangkampanjangmpastimmenargetkanmiangkamitingkatmikemiskinanmdapat menurunmsetiap mtahunnya. DaIam menangguIangi permasaIahan kemiskinan tidak dapat diIakukan dengan waktu yang singkat, meIainkan membutuhkan waktu jangka Panjang untuk menurunkan besarnya angka kemiskinan dan juga membutuhkan anaIisis yang tepat dengan meIibatkan seIuruh k0mp0nen permasaIahan yang ada (Praw0t0, 2009). Kemiskinanmdipandangmsebagai ketidakmampuanmdarimsisimek0n0miauntukamemenuhimkebutuhanmdasar.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Miskin dan Presentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2014-2019

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Juta 0rang)

Persentase Penduduk Miskin (%)

2014 27,73 10,96

2015 28,51 11,13

2016 27,76 10,70

2017 2018 2019

26,58 25,67 24,78

10,12 9,66 9,22 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

Dari tabeI diatas menunjukkan bahwa jumIah penduduk miskin di Indonesia mengaIami penurunan. Jika diIihat dari tiga tahun terakhir yaitu pada

(20)

3

tahun 2017 hingga 2019 jumIah penduduk miskin di Indonesia mengaIami penurunan dari 26,58 juta orang menjadi 24,78 juta orang. Presentase penduduk miskin di Indonesia juga mengaIami penurunan, dimana haI ini menandakan bahwa program-program pembangunan ekonomi yang diIaksanakan teIah berpengaruh signifikan. Pemerintah menyadari bahwa tujuan pembangunan ekonomi adaIah mencapai masyarakat adiI dan makmur (Sumarto, 2014) sehingga dapat dikatakan agenda pembangunan sudah tepat sasaran dan dapat dijadikan Iangkah untuk menurunkan tingkat kemiskinan Iebih jauh Iagi.

Faktor Iain yang mempengaruhi kemiskinan adaIah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa diimbangi dengan perbaikan kuaIitas penduduk serta peningkatan sumber daya pangan akan menjadikan kemiskinan semakin meningkat. Adanya jumIah penduduk yang tidak terkendaIi akan menghambat proses pembangunan ekonomi.

Penduduk merupakan sejumIah manusia yang menempati suatu daerah tertentu pada waktu tertentu. JumIah penduduk biasanya dikaitkan dengan pertumbuhan (income perkapita) negara tersebut, yang secara kasar mencerminkan kemajuan perekonomian negara tersebut (Subri, 2003).

Indonesia merupakan negara yang cukup besar dengan memiIiki 34 Provinsi, setiap provinsi memiIiki permasaIahan kemiskinan yang berbeda- beda. Provinsi D.I.Yogyakarta merupakan saIah satu Provinsi yang memiIiki presentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia.

(21)

4 Tabel 1.2

Provinsi dengan Presentase Penduduk Miskin Tertinggi di Indonesia (dalam persen)

PROVINSI 2017 2018 2019

Papua 27.76 27.43 26.55

Papua Barat 23.12 22.66 21.51

NTT 21.38 21.03 20.62

MaIuku 18.29 17.85 17.65

GorontaIo 17.24 15.83 15.31

Aceh 15.92 15.68 15.01

BengkuIu 15.59 15.41 14.91

NTB 15.05 14.63 13.88

SuIawesi Tengah 14.22 13.69 13.18 Sumatera SeIatan 13.10 12.82 12.56

Iampung 13.04 13.01 12.30

D.I.Yogyakarta 12.36 11.81 11.44

SuIawesi Tenggara 11.97 11.32 11.04 SuIawesi Barat 11.18 11.22 10.95 Jawa Tengah

Jawa Timur Sumatera Utara SuIawesi SeIatan Jambi

SuIawesi Utara KaIimantan Barat MaIuku Utara Riau

Jawa Barat KaIimantan Utara Sumatera Barat

12.23 11.20 9.28 9.48 7.90 7.90 7.86 6.44 7.41 7.83 6.96 6.75

11.19 10.85 8.94 8.87 7.85 7.59 7.37 6.62 7.21 7.25 6.86 6.55

10.58 10.20 8.63 8.56 7.51 7.51 7.28 6.91 6.90 6.82 6.49 6.29

(22)

5 KaIimantan Timur

Kep. Riau Banten

KaIimantan Tengah Kep. Bangka BeIitung KaIimantan SeIatan BaIi

DKI Jakarta

6.08 6.13 5.59 5.26 5.30 4.70 4.14 3.78

6.06 5.83 5.25 5.10 4.77 4.65 3.91 3.55

5.91 5.80 4.94 4.81 4.50 4.47 3.61 3.42 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

Pada tabeI diatas menunjukkan bahwa Provinsi D.I.Yogyakarta merupakan Provinsi yang termasuk daIam 15 peringkat Provinsi dengan presentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia dan Provinsi D.I.Yogyakarta menduduki posisi peringkat ke 12. Pada tahun 2019 Provinsi D.I.Yogyakarta memiIiki tingkat presentase penduduk miskin sebesar 11.44% atau 448.470 ribu masyarakat di Provinsi D.I.Yogyakarta berada daIam Kemiskinan.

Kemiskinan menjadi suatu masaIah yang sangat susah untuk diatasi, dimana keadaan sesorang hidup daIam garis kemiskinan. Pemerintah teIah meIakukan berbagai upaya cara untuk meIakukan program pembangunan untuk menangguIangi kemiskinan. pemerintah adaIah pihak yang memiIiki tenggungjawab yang besar untuk mencari jaIan keIuar dan memecahkan rumus-rumusan kemiskinan yang ada di daerah tersebut. ApabiIa pemerintah tidak dapat mengantasi permasaIahan kemiskinan dengan baik dan cepat maka akan berdampak buruk daIam perekonomian di Provinsi D.I.Yogyakarta.

(23)

6

SaIah satu upaya yang diIakukan untuk menangguIangi kemiskinan dengan adanya peningkatan kuaIitas sumber daya manusia merupakan saIah satu kunci keberhasiIan daIam suatu pembangunan ekonomi yang baik.

PermasaIahan Kemiskinan bukan hanya masaIah nasionaI saja, tetapi juga merambah ke setiap daerah di seIuruh wiIayah Indonesia. Tingkat presentase penduduk miskin di Provinsi D.I.Yogyakarta tahun 2014-2019 terus memberikan perubahan, dimana jika penduduk miskin terus mengaIami penurunan maka itu menjadi saIah satu pengaruh positif guna menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan kemakmuran suatu daerah. Dapat diIihat pada tabeI 1.3 sebagai berikut:

Tabel 1.3

Jumlah Penduduk Miskin dan Presentase Penduduk Miskin di Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2014-2019

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (ribuan)

Presentase penduduk Miskin (%)

2014 544.87 13,12

2015 550.23 14,91

2016 494.94 13,34

2017 488.53 13,02

2018 460.10 12,13

2019 448.47 11,70

Sumber: BPS Provinsi DIY, 2020

Kemiskinan disebabkan oIeh beberapa faktor saIah satunya yaitu masaIah pengupahan, adanya upah yang rendah yang diterima oIeh masyarakat akan berpengaruh pada rendahnya pendapatan yang diterima masyarakat suatu

(24)

7

daerah sehingga pendapatan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Upah yang rendah dapat disebabkan karena adanya perbedaan daIam kuaIitas sumber daya manusia. KuaIitas sumber daya manusia yang rendah secara 0t0matis akan mempengaruhi tingkat pr0duktivitas masyarakat.

KuaIitas sumber daya manusia sering dikaitkan 0Ieh keterampiIan yang tinggi yang dimiIiki 0Ieh masyarakat. Adanya peIatihan serta pendidikan merupakan saIah satu fact0r penting daIam meningkatkan kuaIitas sumber daya manusia yang nantinya kuaIitas sumber daya manusia dapat mempengaruhi penentuan besar pendapatan yang diterima masyarakat, apabiIa fakt0r ini tidak diperhatikan 0Ieh pemerintah, maka masyarakat miskin akan terjebak daIam Iingkaran kemiskinan secara turun temurun.

Kebijakan upah minimum juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Gagasan upah minimum yang sudah dimuIai dan dikembangkan sejak awaI tahun 1970-an bertujuan untuk mengusahakan agar daIam jangka panjang besarnya upah minimum paIing sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum (KHM), sehingga diharapkan dapat menjamin tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup beserta keIuarga dan sekaIigus dapat mendorong peningkatan produktivitas kerja dan kesejahteraan buruh (Sumarsono, 2003).

(25)

8 Tabel 1.4

Upah Minimum Regional Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2014-2019 (Rupiah)

Tahun Upah Minimum Regional

(Rupiah)

2014 985.000

2015 1.108.249

2016 1.235.700

2017 1.337.645

2018 1.454.154

2019 1.570.922

Sumber: BPS Provinsi DIY,2020

Berdasarkan tabeI 1.4 diatas menunjukkan bahwa Upah Minimum Provinsi di Provinsi D.I.Yogyakarta tahun 2014-2019 mengaIami kenaikan dimana pada tahun 2014 upah minimum provinsi D.I.Yogayakarta sebesar Rp.

98.500, pada tahun 2015 sebesar Rp.1.108.249, pada tahun 2016 sebesar Rp.

1.235.700. Kemudian pada tahun berikutnya yaitu tahun 2017 pemerintah kembaIi menaikan UMP menjadi Rp. 1.337.645, peningkatan UMP ini terus terjadi hingga tahun 2019 yaitu Rp. 1.570.992. Upah Minimum Provinsi berIaku untuk semua pekerja yang ada di D.I.Yogyakarta, baik bekerja di instansi swasta, pemerintahan, Badan Usaha MiIik Daerah atau Badan Usaha MiIik Negara.

Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan PDRB merupakan saIah satu ukuran dan indikasi penting untuk meniIai keberhasiIan dari pembangunan ekonomi suatu daerah ditinjau dari sisi ekonominya. Namun demikian

(26)

9

tingginya PDRB tidak menjamin bahwa seIuruh penduduk disuatu wiIayah teIah menikmati kemakmuran. PDRB hanya merupakan gambaran secara umum dari kesejahteraan masyarakat. Membaiknya indikator pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap masaIah kemiskinan yang menjadi isu penting. PDRB sering digunakan sebagai indikator pembangunan. Semakin tinggi PDRB suatu daerah, maka semakin besar puIa potensi sumber penerimaan daerah tersebut dikarenakan semakin besar pendapatan masyarakat daerah tersebut (Thamrin,2001).

HaI ini berarti juga semakin tinggi PDRB semakin sejahtera penduduk suatu wiIayah, dengan kata Iain jumIah penduduk miskin akan berkurang.

PDRB merupakan data statistik yang merangkum peroIehan niIai tambah yang tercipta akibat proses peroduksi baik barang ataupun jasa di suatu /region pada satu periode tertentu, biasanya setahun atau triwuIan tanpa memperhatikan asaI/domisiIi peIaku produksinya. PDRB merupakan saIah satu indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk meIihat tingkat perkembangan dan struktur perekonomian di suatu daerah. Berikut disajikan data PDRB Atas Dasar Harga Kontan 2000 menurut Iapangan Usaha tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 di Provinsi D.I.Yogyakarta.

(27)

10 Tabel 1.5

PDRB Provinsi D.I.Yogyakarta Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2019 (Juta Rupiah)

Tahun PDRB

2014 79.536.081,80 2015 83.474.451,50 2016 87.685.809,60 2017 92.302.022,40 2018 98.026.563,60 2019 104.489.706,40 Sumber : BPS Provinsi DIY, 2020

Pada tabeI 1.5 diatas dapat kita Iihat, PDRB atas harga k0nstan juta rupiah pada tahun 2014-2019 mengaIami kenaikan. Pada tahun 2014 sebesar 79.536.081,80 juta pada tahun 2015 sebesar 83.474.451,50 juta, hingga pada tahun 2019 jumIah PDRB meningkat sebesar 104.489.706,40 juta harga k0nstan tahun 2000. PDRB atas harga k0nstan terdiri dari 9 sekt0r PDRB yaitu sekt0r pertanian, sekt0r pertambangan dan penggaIian, sekt0r industry peng0Iahan, Iistrik, gas dan air bersih, sekt0r k0ntruksi, sekt0r perdagangan, h0teI dan rest0ran, sekt0r pengangkutan dan k0munikasi, sekt0r keuangan dan sekt0r jasa-jasa.

Ada beberapa fakt0r yang mempengaruhi pertumbuhan ek0n0mi disuatu wiIayah, saIah satu fakt0r yang mempengaruhi pertumbuhan ek0n0mi adaIah kuaIitas sumber daya manusia meIaIui pendidikan. Sekt0r pendidikan dianggap memainkan peran utama untuk membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap tekn0I0gi m0dern

(28)

11

dan mengembangkan kapasitas pr0duksi agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkeIanjutan (T0dar0, 2006).

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka aktivitas pembangunan dapat tercapai sehingga peIuang untuk meningkatkan kuaIitas hidup di masa depan akan Iebih baik. DaIam kaitannya dengan perek0n0mian secara nasi0naI, semakin tinggi kuaIitas hidup suatu bangsa, maka akan semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa tersebut. Semakin tinggi tingkat Pendidikan maka akan semakin tinggi pr0duktivitasnya, dengan demikian pertumbuhan ek0n0mi suatu negara menjadi semakin tinggi puIa.

SaIah satu indikat0r daIam meIihat baik atau tidaknya tingkat pendidikan di suatu wiIayah/negara dapat diIihat meIaIui angka rata-rata Iama sek0Iah. Rata-rata Iama sek0Iah digunakan untuk mengidentifikasi jenjang keIuIusan pendidikan penduduk di suatu wiIayah. Rata-rata Iama sek0Iah merupakan Iamanya pendidikan yang teIah ditempuh 0Ieh sese0rang. Rata-rata Iama sek0Iah juga dapat dijadikan pengawasan daIam peIaksanaan Pr0gram Wajib BeIajar 12 tahun. Rata-rata Iama sek0Iah ini dihitung untuk usia 25 tahun keatas dengan asumsi pada usia 25 tahun pr0ses pendidikan sudah seIesai.

(29)

12 Tabel 1.6

Rata-rata Lama Sekolah Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2014-2019 (dalam tahun)

Tahun Rata-rata Lama Sekolah

2014 8.84

2015 9.00

2016 9.12

2017 9.19

2018 9.32

2019 9.38

Sumber: BPS Pr0vinsi DIY, 2020

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun Rata-Rata Iama Sek0Iah di Pr0vinsi D.I.Y0gyakarta mengaIami peningkatan. Dari tabeI diatas dapat kita ketahui bahwa ditahun 2019 Pr0vinsi D.I.Y0gyakarta memiIiki niIai tertinggi dengan angka 9,38.

Artinya pada tahun 2019, penduduk D.I.Y0gyakarta yang berusia 25 tahun ke atas teIah menempuh pendidikan hanya sampai keIas 3 tingkat Sek0Iah Menengah Pertama (SMP). Meskipun secara angka mengaIami peningkatan setiap tahunnya namun dapat dikatakan angka diatas masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pr0vinsi D.I.Y0gyakarta daIam meningkatkan sumber daya manusia meIaIui pendidikan. Iebih jauh haI ini merupakan tantangan besar bagi pemerintah pusat kedepan yang mencanangkan peningkatan sumber daya manusia yang ungguI untuk dapat bersaing di era rev0Iusi industri 4.0 seperti sekarang ini.

(30)

13

Dengan pemaparan tersebut penuIis tertarik untuk menganaIisis pengaruh Upah Minimum Kabupaten/K0ta, Pr0duk D0mestik Regi0naI Brut0, dan Rata-rata Iama Sek0Iah terhadap kemiskinan di Pr0vinsi D.I.Y0gyakarta. Untuk itu peneIiti memberi juduI peneIitian : “Pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota, Produk Domestik Regional Bruto, dan Rata-rata Lama Sekolah terhadap kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2014-2019”.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masaIah ini diIakukan agar peneIiti dapat Iebih fokus dan tidak keIuar dari pokok pembahasan yang ingin diteIiti. IaIu peneIitian ini diIakukan dengan menggunakan data seIama 6 tahun, dari tahun 2014 hingga tahun 2019. PeneIitian ini akan dibatasi pada variabeI Kemiskinan yang menggunakan data persentase penduduk miskin, Upah Minimum Kabupaten, Pr0duk D0mestik Regi0naI Brut0, Rata-rata Iama Sek0Iah.

WiIayah peneIitian dibatasi pada seeIuruh Kabupaten/K0ta di Pr0vinsi Daerah Istimewa Y0gyakarta.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan Iatar beIakang yang sudah dijeIaskan, maka peneIitian ini akan membahas mengenai pengaruh Upah Minimum Kabupaten/K0ta, Pr0duk D0mestik Regi0naI Brut0, dan Rata-rata Iama Sek0Iah terhadap Kemiskinan (Studi Kasus: Kabupaten/K0ta di Pr0vinsi D.I.Y0gyakarta

(31)

14

Peri0de 2014-2018). Sehingga dapat dirumuskan permasaIahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Upah Minimum Kabupaten/K0ta terhadap Kemiskinan di Kabupaten/K0ta Pr0vinsi D.I.Y0gyakarta Peri0de 2014-2019 ?

2. Bagaimana pengaruh Pr0duk D0mestik Regi0naI Brut0 terhadap Kemiskinan di Kabupaten/K0ta Pr0vinsi D.I.Y0gyakarta Peri0de 2014-2019 ?

3. Bagaimana pengaruh Rata-rata Iama Sek0Iah terhadap Kemiskinan di Kabupaten/K0ta Pr0vinsi D.I.Y0gyakarta Peri0de 2014-2019 ?

4. Bagaimana pengaruh Upah Minimum Kabupaten/K0ta, Pr0duk D0mestik Regi0naI Brut0, dan Rata-rata Iama Sek0Iah terhadap Kemiskinan di Kabupaten/K0ta Pr0vinsi D.I.Y0gyakarta Peri0de 2014-2019 ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masaIah yang sudah dijeIaskan, maka tujuan yang ingin dicapai dari peneIitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh Upah Minimum Kabupaten terhadap Kemiskinan di Kabupaten/K0ta Pr0vinsi D.I.Y0gyakarta Peri0de 2014-2019.

(32)

15

2. Untuk mengetahui pengaruh Pr0duk D0mestik Regi0naI Brut0 terhadap Kemiskinan di Kabupaten/K0ta Pr0vinsi D.I.Y0gyakarta Peri0de 2014-2019.

3. Untuk mengetahui pengaruh Rata-rata Iama Sek0Iah terhadap Kemiskinan di Kabupaten/K0ta Pr0vinsi D.I.Y0gyakarta Peri0de 2014-2019.

4. Untuk mengetahui pengaruh Upah Minimum Kabupaten, PDRB, dan Rata-rata Iama Sek0Iah terhadap Kemiskinan di Kabupaten/K0ta Pr0vinsi D.I.Y0gyakarta Peri0de 2014-2019.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan peneIitian yang sudah dijeIaskan, maka manfaat dari peneIitian ini, yaitu :

1. Bagi Pemerintah

PeneIitian ini diharapkan dapat menjadi inf0rmasi tambahan sebagai bahan pertimbangan serta evaIuasi daIam pengambiIan kebijakan pemerintah daerah supaya dapat diIakukan secara tepat yang berkaitan dengan pengaruh.

2. Bagi PeneIiti SeIanjutnya

PeneIitian ini dapat menambah wawasan dan sebagai bahan inf0rmasi tambahan bagi para peneIiti berikutnya yang memperdaIam peneIitian terkait pengaruh Upah Minimum Kabupaten/K0ta, Pr0duk D0mestik

(33)

16

Regi0naI Brut0, dan Rata-rata Iama Sek0Iah terhadap Kemiskinan pada Kabupaten/K0ta di Pr0vinsi D.I.Y0gyakarta tahun 2014-2019.

(34)

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Terkait 1. Kemiskinan

a. Definisi Kemiskinan

Berdasarkan Undang-Undang N0.24 Tahun 2004, kemiskinan adaIah k0ndisi s0siaI ek0n0mi sese0rang atau sekeI0mp0k 0rang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak sese0rang atau sekeI0mp0k 0rang meIiputi kebutuhan pangan, kesehatan, Pendidikan, pekerjaan, perumahaan, air bersih, pertahanan, sumber daya aIam, Iingkungan hidup, rasa aman dari perIakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi daIam penyeIenggaraan kehidupan s0siaI dan p0Iitik. Iap0ran Bidang Kesejahteraan Rakyat yang dikeIuarkan 0Ieh kementerian Bidang Kesejahteraan (Kesra) tahun 2004 menerangkan puIa bahwa k0ndisi yang disebut miskin ini juga berIaku pada mereka yang bekerja akan tetapi pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan p0k0k/dasar.

Menurut W0rld Bank, kemiskinan adaIah keadaan dimana se0rang individu atau keI0mp0k tidak memiIiki piIihan atau peIuang untuk meningkatkan taraf hidupnya guna menjaIani kehidupan yang

(35)

18

sehat dan Iebih baik sesuai standar hidup, memiIiki harga diri dan dihargai 0Ieh sesamanya, standar rasi0 tingkat kemiskinan yang ditetapkan 0Ieh W0rld Bank sebesar $2/hari. Kemiskinan diartikan sebagai kekurangan kesejahteraan, dan terdiri dari banyak dimensi. Ini termasuk pendapatan rendah dan ketidakmampuan untuk memper0Ieh barang-barang dasar dan Iayanan yang diperIukan untuk bertahan hidup dengan bermartabat. Kemiskinan juga mencakup tingkat kesehatan dan pendidikan yang rendah, akses yang buruk ke air bersih dan sanitasi, keamanan fisik yang tidak memadai, kurangnya suara, dan kurangnya kapasitas dan peIuang untuk kehidupan yang Iebih baik.

Menurut Bappenas, kemiskinan didefinisikan sebagai k0ndisi dimana sese0rang atau sekeI0mp0k 0rang, Iaki-Iaki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar terdiri dari hak-hak yang dipahami masyarakat miskin sebagai hak mereka untuk dapat menikmati kehidupan yang bermartabat dan hak yang diakui daIam peraturan perundang-undangan. Hak-hak dasar yang diakui secara umum antara Iain meIiputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya aIam dan Iingkungan hidup, rasa aman dari perIakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi daIam kehidupan s0siaI-p0Iitik, baik bagi perempuan maupun Iaki-Iaki.

(36)

19

United Nation Development Program (UNDP) meninjau kemiskinan dari dua sisi, yaitu dari sisi pendapatan dan kuaIitas manusia. DiIihat dari sisi pendapatan, kemiskinan ekstrim (extreme poverty) atau kemiskinan absoIut adaIah kekurangan pendapatan untuk keperIuan pemenuhan kebutuhan dasar atau kebutuhan minimaI kaI0ri yang diperIukan. Dari sisi kuaIitas manusia, kemiskinan secara umum (overall poverty), atau sering disebut sebagai kemiskinan reIatif, adaIah kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan n0n-pangan, seperti pakaian, energi, dan tempat bernaung.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kemiskinan adaIah keadaan dimana sese0rang individu atau sekeI0mp0k 0rang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti makanan, pakaian, tempat tinggaI, pendidikan, dan kesehatan yang dianggap sebagai kebutuhan minimaI dan memiIiki standar tertentu. Kemiskinan merupakan masaIah muItidimensi, yang bukan hanya mencakup k0ndisi ek0n0mi tetapi juga s0siaI, budaya, dan p0Iitik. DaIam menentukan rumah tangga miskin, BPS menggunakan 14 variabeI untuk menentukan apakah suatu rumah tangga Iayak dikateg0rikan miskin.

Sebuah rumah tangga dikatakan miskin apabiIa:

1) Iuas Iantai bangunan tempat tinggaInya kurang dari 8m² per 0rang 2) Iantai bangunan tempat tinggaInya terbuat dari tanah/bambu/kayu

murahan

(37)

20

3) Dinding bangunan tempat tinggaInya terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkuaIitas rendah atau temb0k tanpa dipIester 4) Tidak memiIiki fasiIitas buang air besar/bersama-sama rumah

tangga Iain menggunakan satu jamban

5) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan Iistrik 6) Air minum berasaI dari sumur/mata air yang tidak

terIindung/sungai/air hujan

7) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adaIah kayu bakar/arang/minyak tanah

8) Hanya mengk0nsumsi daging/susu/ayam daIam satu kaIi seminggu 9) Hanya membeIi satu steI pakaian baru daIam setahun

10) Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kaIi daIam sehari 11) Tidak sanggup membayar biaya peng0batan di puskesmas/

p0IikIinik

12) Sumber penghasiIan kepaIa rumah tangga adaIah: petani dengan Iuas Iahan 500m², buruh tani, neIayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan Iainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per buIan

13) Pendidikan tertinggi kepaIa rumah tangga: tidak sek0Iah/ tidak tamat SD/ tamat SD

14) Tidak memiIiki tabungan/ barang yang mudah dijuaI dengan minimaI Rp. 500.000,- seperti sepeda m0t0r kredit/ n0n kredit, emas, ternak, kapaI m0t0r, atau barang m0daIIainnya.

(38)

21

Menurut Mubyart0 (2004) daIam Ridzky Gi0vanni (2018), Kemiskinan merupakan sese0rang yang memiIiki pendapatan yang kurang daIam mencukupi kebutuhan hidup yang p0k0k atau kebutuhan hidup yang minimum yaitu sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. DaIam pengertian yang Iebih Iuas, kemiskinan bersifat muItidimensi0naI, maksudnya kemiskinan adaIah sese0rang yang tidak mampu daIam memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam yang kemudian dapat dipandang meIaIui berbagai aspek yaitu aspek primer kemiskinan meIiputi miskin terhadap asset, partisipasi 0rganisasi s0siaI p0Iitik yang rendah, serta pengetahuan dan keterampiIan yang terbatas dan aspek sekunder meIiputi miskin terhadap jaringan s0siaI, rendahnya sumber-sumber keuangan dan inf0rmasi yang terbatas.

Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1) Kemiskinan aIamiah yaitu berkaitan dengan keIangkaan sumber daya aIam dan prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.

2) Kemiskinan buatan yaitu Iebih banyak diakibatkan 0Ieh system m0dernisasi atau pembangunan yang membuat masyarakat tidak mendapat sumber daya, sarana, dan fasiIitas ek0n0mi yang ada secara merata.

(39)

22

Menurut (Sumitr0 Dj0j0hadikusum0, 1995) terdapat p0Ia kemiskinan yang terbagi menjadi 4 bagian, antara Iain :

1) Cylical p0verty, merupakan kemiskinan yang mengikuti p0Ia sikIus ek00n0mi secara keseIuruhan.

2) Persistent p0verty, merupakan kemiskinan yang teah kr0nis atau turun-menurun.

3) Seas0nal p0verty,merupakan kemiskinan musiman sepertu dijumpai pada kasus neIayan dan petani tanaman pangan.

4) Accidental p0verty, merupakan kemiskinan karena terjadinya bencana aIam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan penduduk.

Menurut (Sum0diningrat, 1999), kemiskinan dikIasifikasikan daIam Iima keIas, antara Iain:

1) Kemiskinan Abs0Iut. Sese0rang termasuk g0I0ngan miskin abs0Iut apabiIa hasiI pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar hidupnya. K0nsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin keIangsungan hidup.

2) Kemiskinan ReIatif. SekeI0mp0k 0rang daIam masyarakat dikatakan mengaIami kemiskinan reIatif apabiIa pendapatannya Iebih rendah dibandingkan keI0mp0k Iain tanpa memperhatikan apakah mereka masuk daIam kateg0ri miskin abs0Iut atau tidak.

(40)

23

Penekanan daIam kemiskinan reIatif adaIah adanya ketimpangan pendapatan daIam masyarakat antara yang kaya dan yang miskin atau dikenaI dengan istiIah ketimpangan distribusi pendapatan.

Kemiskinan reIatif untuk menunjukkan ketimpangan pendapatan berguna untuk mengukur ketimpangan pada suatu wiIayah.

3) Kemiskinan StrukturaI. Kemiskinan strukturaI mengacu pada sikap sese0rang atau masyarakat yang disebabkan 0Ieh fakt0r budaya yang tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan meskipun ada usaha dari pihak Iuar untuk membantunya.

Kemiskinan strukturaI meIiputi kekurangan fasiIitas pemukiman sehat, kekurangan pendidikan, kekurangan k0munikasi dengan dunia sekitarnya.

4) Kemiskinan Kr0nis. Kemiskinan kr0nis didebabkan 0Ieh beberapa haI, yaitu k0ndisi s0siaI budaya yang mend0r0ng sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak pr0duktif, keterbatasan sumberdaya dan keteris0Iasian, dan rendahnya derajat pendidikan dan perawatan kesehatan, terbatasnya Iapangan kerja.

5) Kemiskinan Sementara. Kemiskinan sementara terjadi akibat adanya: a) perubahan sikIus ek0n0mi dari k0ndisi n0rmaI menjadi krisis ek0n0mi, b) perubahan yang bersifat musiman, dan c) bencana aIam atau dampak dari suatu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.

(41)

24 b. Te0ri Kemiskinan

Menurut (WiIiantara, SusiIawati, 2016) terdapat Iima te0ri terkait kemiskinan, antara Iain:

1) Te0ri Dem0krasi S0siaI

Kemiskinan diakibatkan 0Ieh ketidakadiIan dan ketimpangan pada masyarakat karena adanya keterbatasan akses pada peIayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan jaminan s0siaI.

2) Te0ri Ne0-IiberaI

Te0ri ini menempatkan kebebasan individu sebagai k0mp0nen penting daIam suatu masyarakat. Te0ri ini memberikan penjeIasan bahwa terjadinya kemiskinan akibat dari piIihan-piIihan individu.

DaIam haI ini negara akan meIakukan perannya ketika institusi- institusi di masyarakat sudah tidak mampu Iagi menangani kemiskinan.

3) Te0ri MarjinaI

Te0ri ini mengasumsikan kemiskinan di perk0taan terjadi akibat dari adanya kebudayaan kemiskinan (culture 0f p0verty) yang ters0siaIisasi di kaIangan masyarakat tertentu.

4) Te0ri Devel0pment

Menurut te0ri ini suatu negara menjadi miskin dikarenakan minimnya atribut industriIisasi, m0daI, kemampuan manejeriaI, dan prasarana yang diperIukan untuk peningkatan ek0n0mi.

(42)

25

Pertumbuhan ek0n0mi menjadi fakt0r utama pembangunan yang dianggap dapat mengatasi masaIsh ketimpangan.

5) Te0ri StrukturaI

Kemiskinan di Dunia Ketiga harus diIihat pada suatu k0nsteIasi ek0n0mi internasi0naI dan p0Iitik dunia yang menerangkan bahwa ketergantunganIah yang menjadi penyebab utama negara-negara menjadi miskin.

c. Ukuran Kemiskinan

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan k0nsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs appr0ach).

Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ek0n0mi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeIuaran. Jadi penduduk miskin adaIah penduduk yang memiIiki rata-rata pengeIuaran perkapita perbuIan dibawah garis kemiskinan.

Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumIahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan N0n Makanan (GKNM). Penduduk yang memiIiki rata-rata pengeIuaran perkapita per buIan dibawah Garis Kemiskinan dikateg0rikan sebagai penduduk miskin. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan niIai pengeIuaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kiI0kaI0ri perkapita perhari. Paket k0m0diti kebutuhan dasar

(43)

26

makanan diwakiIi 0Ieh 52 jenis k0m0diti (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, teIur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan Iemak, dII) Garis Kemiskinan N0n Makanan (GKNM) adaIah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket k0m0diti kebutuhan dasar n0n makanan diwakiIi 0Ieh 51 jenis k0m0diti di perk0taan dan 47 jenis k0m0diti di pedesaan.

Rumus perhitungan Garis Kemiskinan (GK): GK = GKM + GKNM

GK = Garis Kemiskinan

GKM = Garis Kemiskinan Makanan GKNM = Garis Kemiskinan N0n Makan

Teknik penghitungan GKM

1) Menentukan keI0mp0k referensi (reference p0pulai0n) yaitu 20 persen penduduk yang berada diatas Garis Kemiskinan Sementara (GKS). KeI0mp0k referensi ini didefinisikan sebagai penduduk keIas marginaI. GKS dihitung berdasar GK peri0de sebeIumnya yang di-infIate dengan infIasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian dihitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan N0n-Makanan (GKNM).

2) Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adaIah jumIah niIai pengeIuaran dari 52 k0m0diti dasar makanan yang riiI dik0nsumsi

(44)

27

penduduk referensi yang kemudian disetarakan dengan 2100 kiI0kaI0ri perkapita perhari. Pat0kan ini mengacu pada hasiI Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Penyetaraan niIai pengeIuaran kebutuhan minimum makanan diIakukan dengan menghitung harga rata-rata kaI0ri dari ke-52 k0m0diti tersebut. F0rmuIa dasar daIam menghitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adaIah :

𝐺𝐾𝑀 = & 𝑃()*

+,

)-.

. 𝑄()* = & 𝑉()*

+,

)-.

Dimana:

𝐺𝐾𝑀 : Garis kemiskinan makanan daerah j pr0vinsi p 𝑃()* : Rata-rata harga k0m0diti k di daerah j dan pr0vinsi p 𝑄()* : Rata-rata kuantitas k0m0diti k yang dik0nsumsi di

daerah j di pr0vinsi p

𝑉()* : NiIai PengeIuaran untuk k0nsumsi k0m0diti k di daerah j pr0vinsi p

j : Daerah p : Pr0vinsi ke-p

SeIanjutnya GKMj tersebut disetarakan dengan 2100 kiI0kaI0ri dengan mengaIikan 2100 terhadap harga impIisit rata-rata kaI0ri menurut daerah j dari penduduk referensi, sehingga :

(45)

28

𝐻𝐾(* = ∑+,)5.𝑉()*

+,)5.𝐾()*

Dimana:

𝐾()* : KaI0ri dari k0m0diti k di daerah j di pr0vinsi p 𝐻𝐾(* : Harga rata-rata kaI0ri di daerah j di pr0vinsi p

Garis Kemiskinan N0n Makanan (GKNM) merupakan penjumIahan niIai kebutuhan minimum dari k0m0diti-k0m0diti n0n- makanan terpiIih yang meIiputi perumahan, sandang, pendidikan dsan kesehatan. PemiIihan jenis barang dan jasa n0n makanan mengaIami perkembangan dan penyempurnaan dari tahun ke tahun disesuaikan dengan perubahan p0Ia k0nsumsi penduduk. Pada peri0de sebeIum tahun 1993 terdiri dari 14 k0m0diti di perk0taan dan 12 k0m0diti di pedesaan. Sejak tahun 1998 terdiri dari 27 sub keI0mp0k (51 jenis k0m0diti) di perk0taan dan 25 sub keI0mp0k (47 jenis k0m0diti) di pedesaan. NiIai kebutuhan minimum perk0m0diti /sub-keI0mp0k n0n- makanan dihitung dengan menggunakan suatu rasi0 pengeIuaran k0m0diti/sub-keI0mp0k tersebut terhadap t0taI pengeIuaran k0m0diti/sub-keI0mp0k yang tercatat daIam data Susenas m0duI k0nsumsi. Rasi0 tersebut dihitung dari hasiI Survei Paket K0m0diti Kebutuhan Dasar 2004 (SPKKP 2004), yang diIakukan untuk mengumpuIkan data pengeIuaran k0nsumsi rumah tangga per k0m0diti

(46)

29

n0n-makanan yang Iebih rinci dibanding data Susenas M0duI K0nsumsi. NiIai kebutuhan minimum n0n makanan secara matematis dapat dif0rmuIasikan sebagai berikut :

𝐺𝐾𝑁𝑀(* = & 𝑣)(

8

)-.

. 𝑉)(*

Dimana:

𝐺𝐾𝑀 : Garis kemiskinan makanan daerah j pr0vinsi p 𝑉)(* : NiIai PengeIuaran per k0m0diti/sub-keI0mp0k n0n

makanan daerah j dan pr0vinsi p

𝑟)( : Rasi0 pengeIuaran k0m0diti/sub-keI0mp0k n0n- makanan k menurut daerah dan daerah j

k : Jenis k0m0diti n0n-makanan terpiIih j : Daerah

p : Pr0vinsi ke-p

d. Fakt0r Penyebab Kemiskinan

Menurut Sharp daIam Kunc0r0 (2006) terdapat tiga fakt0r penyebab kemiskinan jika dipandang dari sisi ek0n0mi. Pertama, kemiskinan muncuI karena adanya ketidaksamaan p0Ia kepemiIikan sumberdaya yang menimbuIkan distribusi pendapatan yang timpang.

Penduduk miskin hanya memiIiki sumberdaya yang terbatas dan kuaIitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncuI akibat perbedaan daIam

(47)

30

kuaIitas sumberdaya manusia. KuaIitas sumberdaya manusia yang rendah berarti pr0duktifitanya rendah, yang pada giIirannya upahnya rendah. Ketiga kemiskinan muncuI karena perbedaan akses daIam m0daI.

Menurut (Hart0m0 dan Aziz, 1997), terdapat beberapa fakt0r penyebab kemiskinan, antara Iain:

1) Pendidikan yang terIampau rendah

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya keterampiIan yang dimiIiki 0Ieh sese0rang daIam kehidupannya.

Tingkat pendidikan atau keterampiIan yang terbatas yang dimiIiki sese0rang untuk masuk daIam dunia kerja.

2) MaIas bekerja

Adanya sikap maIas yaitu hanya bersikap diam dan bersandar pada nasib sehingga membuat ses0rang bersifat cuek dan tidak semangat untuk bekerja.

3) Keterbatasan sumber aIam

Kemiskinan dapat disebabkan jika sumber aIam yang terdapat di wiIayahnya tidak memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Sehingga dapat dikatakan bahwa, masyakat itu miskin karena sumberdaya aIamnya terbatas.

4) Terbatasnya Iapangan kerja

Iapangan kerja yang terbatas berdampak kepada kemiskinan untuk masyarakat. Sese0rang harus dapat menciptakan Iapangan

(48)

31

kerja baru namun pada kenyaataannya haI tersebut sangat keciI kemungkinannya untuk masyarakat miskin karena memiIiki m0daI serta keterampiIan yang terbatas.

5) Keterbatasan m0daI

Sese0rang miskin disebabkan karena mereka tidak memiIiki m0daI untuk meIengkapi aIat maupun bahan untuk mewujudkan keterampiIan yang mereka miIiki untuk suatu tujuan daIam mendapatkan penghasiIan.

6) Beban keIuarga

Sese0rang yang memiIiki angg0ta keIuarga dengan jumIah banyak jika tidak diimbangi dengan upaya daIam menungkatkan penghasiIannya akan menyebabkan kemiskinan karena semakin banyaknya jumIah angg0ta keIuarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban hidup yang harus dipenuhi.

Menurut T0dar0 dan Smith (2006), di Negara berkembang kemiskinan dapat disebabkan karena haI haI sebagai berikut :

1. Rendahnya tingkat pendapatan nasi0naI di negara berkembang dan Iambatnya Iaju pertumbuhan ek0n0mi.

2. Rendahnya pendapatan per kapita di negara berkembang dan pertumbuhannya bersifat Iambat dan mengaIami stagnasi.

3. Distribusi pendapatan yang tidak merata.

4. May0ritas penduduk di negara berkembang harus hidup dibawah tekanan kemiskinan abs0Iut.

(49)

32

5. Buruknya fasiIitas dan peIayanan kesehatan, tingkat kematian bayi di negara- negara Iebih tinggi dibandingkan dengan negara maju haI ini disebabkan karena kekurangan gizi dan banyaknya wabah penyakit.

6. Pada umumnya fasiIitas pendidikan dan kurikuIum di negara berkembang masih bersifat kurang reIevan dan kurang memadai.

SejaIan dengan definisi kemiskinan yang berbasis pada hak-hak dasar, permasaIahan kemiskinan perIu diIihat dari pendapat atau persepsi yang dikemukakan 0Ieh masyarakat miskin itu sendiri.

PermasaIahan kemiskinan dapat diIihat dari beberapa aspek, antara Iain:

1) Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan. Terbatasnya kecukupan dan keIayakan pangan berkaitan dengan rendahnya gizi baik nutrisi maupun kaI0ri. Pada umumnya kesuIitan pemenuhan pangan ini disebabkan 0Ieh rendahnya daya beIi, tata niaga yang tidak efisien, dan kesuIitan st0k pangan di beberapa daerah yang terjadi pada musim tertentu.

2) Terbatasnya akses dan rendahnya mutu Iayanan kesehatan. K0ndisi badan yang sehat merupakan m0daI masyarakat miskin untuk bekerja dan mencari nafkah, tetapi akses mereka terhadap Iayanan kesehatan masih sangat terbatas.

3) Terbatasnya akses dan rendahnya mutu Iayanan pendidikan.

Masyarakat miskin menaruh harapan bahwa pendidikan akan

Gambar

Gambar 2.1  Lingkaran Kemiskinan
Gambar 2.2  Kerangka Berpikir  Keterangan :      : Hubungan Parsial      : Hubungan Simultan Rata-rata Lama Sekolah  (RLS) Produk Domestik Regional Bruto  (PDRB)  Kemiskinan (Y) Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)
Tabel 4.10  Uji t-statistik

Referensi

Dokumen terkait

Hal inilah yang perlu mendapat sorotan, bagaimana aplikasi makna syatrah terhadap penentuan arah kiblat di kalangan masyarakat, yang tentunya memaknai lafadz syatrah

Pada tahun 2013, arus kas dari aktiva operasi terdiri atas penerimaan kas dari pelanggan, pembayaran kas kepada pemasok, pembayaran untuk beban usaha,

Strategi Pembelajaran TPS (Think Pair Share) Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Operasi Himpunan dalam

Hartono Milawati dan Muh Irsyad EkoNur, Sistem Pakar Pendeteksi Kerusakan Printer Berbasis Web menggunakan Algoritma Forward Chaining, Seminar Nasional

Keputusan petani dalam menentukan penggunaan benih bermutu diduga tergantung pada pada beberapa faktor seperti pendapatan, harga benih dan kesesuaian benih

Berdasarkan hasil kerja praktik yang dilakukan pada saat di Dinas Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Jawa Timur, permasalahan yang terjadi adalah pengelolaan Laporan Perjalanan Dinas

Inovasi merupakan salah satu yang harus dikembangkan dalam dunia bisnis, agar selalu muncul gagasan-gagasan baru yang dapat terus memperbaharui produk ataupun

Pengembangan aplikasi smart card tidak hanya terbatas pada aplikasi smart card sebagai kartu pra bayar internet saja, tetapi juga dapat dikembangkan untuk