WAKTU PENYIMPANAN DAN PANJANG RHIZOME RUMPUT
BAHIA (Paspalum notatum Fluegge ) SEBAGAI BAHAN TANAM
VEGETATIF DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PERTUMBUHAN AWAL
SKRIPSI
FITRI NIRWANA HASIBUAN
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKHNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
FITRI NIRWANA HASIBUAN. D24052017. 2011. Waktu Penyimpanan Dan Panjang Rhizome Rumput Bahia (Paspalum notatum Fluegge) Sebagai Bahan Tanam Vegetatif Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Awal. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Tekhnologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr. Pemmbimbing anggota : Ir. M. Agus Setiana, MS.
Pakan hijauan memiliki peranan terpenting dan porsi terbesar untuk kebutuhan ternak ruminansia, sehingga ketersediaannya harus diperhatikan. Ketersediaan hijauan yang fluktuatif adalah fenomena yang sering terjadi baik di daerah subtropik maupun di daerah tropik. Penyimpanan bahan tanam dengan tujuan untuk perbanyakan hijaun dan distribusi ke wilayah tertentu adalah salah satu alternatif untuk menjaga ketersediaan hijauan, sehingga pada penelitian ini dilakukan uji daya simpan dan panjang rhizome.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya simpan rhizome dan panjang rhizome Paspalum notatum Fluegge terhadap produksi awal dan produksi biomassa. Penelitian dilakukan di Laboratorium Agrostologi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai maret 2010.
Bahan tanam yang digunakan adalah rhizome rumput bahia (Paspalum notatum Fluegge). Pupuk yang digunakan adalah pupuk standar yaitu KCL, SP18, dan pupuk kandang. Jenis tanah yang digunakan sebagai media tanam adalah tanah latosol.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 4 x 5 dengan 5 ulangan. Faktor pertama adalah panjang rhizome yaitu (L1) 2,5 cm, (L2) 5 cm, (L3) 7,5 cm, (L4) 10 cm. Faktor kedua adalah lama simpan yaitu : (t0) 0 hari, (t1) 1 hari, (t2) 2 hari, (t3) 4 hari, (t4) 6 hari.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan dan panjang rhizome berpengaruh terhadap panjang daun dan jumlah daun. Produksi berat segar daun dipengaruhi oleh periode simpan tapi tidak dipengaruhi panjang rhizome. Respon terbaik terhadap parameter periode simpan ditunjukkan oleh periode simpan dua hari (t2), sedangkan panjang rhizome ditunjukkan oleh panjang 10 cm (L4). Dengan demikian penelitian ini dapat disimpulkan bahwa periode simpan yang lebih singkat dengan panjang rhizome yang lebih panjang akan memberikan respon yang lebih baik terhadap produktivitasnya.
ABSTRACT
Rhizome Bahia Grass (Paspalum notatum Fluegge) Storage Time As Vegetative Planting Material And Its Influence On First Productivity
F. N. Hasibuan, L. Abdullah and M. A. Setiana
Productivity of livestock is influenced by quality and quantity of forage consumed by animals. Paspalum Notatum Fluegge is an annual rhizome grass which propagates through its rhizome. However it produces seed very rare in Indonesia. Therefore planting material used to propagate is rhizome. The problame of rhizome when it is used for planting material is transportation and storage duration. The study was to recognize effect of storage time of different length of rhizome. Storage time was experimentally tested on 0, 1, 2, 3, and 6 days, with length of rhizome were 2.5, 5, 7.5, and 10 cm. The observed parameters were length of leaf, number of leaf, number of shoots, number of node before and after planting, and weight of rhizome before and after storage and also after harvest. This experiment was done in factorial complete random experimental design. The result showed that length of rhizome and storage time individually effected (P<0.05) leaf length and leaf number. Leaf dry weight was influenced by storage time but not significantly by rhizome length. There was no interaction effect between rhizome length and storage time on parameters.
Keyword: Paspalum notatum Fluegge, storage, rhizome
WAKTU PENYIMPANAN DAN PANJANG RHIZOME RUMPUT
BAHIA (Paspalum notatum Fluegge ) SEBAGAI BAHAN TANAM
VEGETATIF DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PERTUMBUHAN AWAL
FITRI NIRWANA HASIBUAN
D24052017
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKHNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
Judul : Waktu Penyimpanan Dan Panjang Rhizome Rumput Bahia
(Paspalum notatum Fluegge) Sebagai Bahan Tanam Vegetatif Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Awal
Nama : Fitri Nirwana Hasibuan
NIM : D24052017
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
(Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr.) (Ir. M. Agus Setiana, MS.) NIP 19670107 199103 1003 NIP.19570824 198503 1001
Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr.) NIP. 196705061991031001
Tanggal Ujian : 23 agustus 2011 Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang Lawas, Sumatera Utara pada tanggal 20 Juni
1987. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Abber Hasibuan dan
Ibu Rosmawaty Nasution.
Pendidikan dasar diselesaikan di SDN 142958 Barumun pada tahun 1999,
kemudian melanjutkan sekolah menengah di SLTPN 5 Barumun pada tahun 2002,
selanjutnya sekolah tingkat atas di SMUN 1 Barumun pada tahun 2005. Kemudian
melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2005 resmi diterima
sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.
Penulis aktif diorganisasi kemahasiswaan LDK DKM Al Hurriyyah IPB,
LDF FAMM Al An’am, HIMASITER (Himpunan Mahasiswa Nutrisi Ternak), DPM
(Dewan Perwakilan Mahasiswa), PMP (program Mahasiswa Peduli), HIMAPALAS
(Himpunan Mahasiswa Padang Lawas), IMATAPSEL (Ikatan Mahasiswa Tapanuli
Selatan), Forum Lingkar Pena Bogor (FLP) dan ISPA (Ikatan Santri Pesantren Al
Inayah).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Sang Khalik yang telah
memberikan segala nikmat yang tidak terkalkulasikan dengan perhitungan manusia.
Sholawat dengan kerinduan kepada sang jungjungan Rasulullah SAW dengan
pengharapan pertemuan disurgaNya, serta salam terindah untuk para sahabat dan
para tabi’in. Alhamdulillah sebagai pengucapan terindah dari lisan atas
terselesaikannya skripsi dengan judul Waktu Penyimpanan Dan Panjang Rhizome
Rumput Bahia (Paspalum notatum Fluegge) Sebagai Bahan Tanam Vegetatif Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Awal. Skripsi ini dituliskan berdasarkan penelitian pada bulan Februari 2010 di Laboratorium Agrostologi
sebagai syarat kelulusan di program studi Ilmu Nutrisi dan Tekhnologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Paspalum notatum Fluegge merupakan salah satu jenis rumput
penggembalaan yang budidayanya belum terlalu diperhatikan namun memiliki
kelebihan yang dapat dijadikan sebagai alasan untuk pembudidayaannya. Salah satu
kelebihannya adalah rumput ini mampu bertahan pada kondisi kering, sehingga
sangat cocok dibudidayakan terutama pada saat musim kemarau. Ketersediaan
hijauan biasanya akan menurun ketika musim kemarau. Oleh karena itu, salah satu
alternatif untuk mengatasinya adalah dengan membudidayakan rumput-rumput yang
tahan terhadap kering. Kebutuhan ternak ruminansia akan pakan hijauan tidak dapat
digantikan penuh dengan pakan konsentrat, karena pemberian pakan konsentrat
memiliki faktor pembatas. Oleh karena itu, perlu kiranya untuk mempertahankan
kontinuitas ketersediaan pakan sumber hijauan.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak yang bergerak dibidang dunia
peternakan.
Bogor, Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Rumput Sebagai Sumber Hijauan Pakan ... 3
Bahan Tanam ... 5
Metode Penelitian ... 10
Prosedur ... 11
Penyimpanan Dan Penanaman ... 11
Pemeliharaan ... 12
Pengamatan ... 12
Pemanenan ... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13
Kondisi Umum ... 13
Pertambahan Jumlah Node ... 14
DAFTAR PUSTAKA ... 26 LAMPIRAN ... 30
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Pertambahan Jumlah Node Sebelum Tanam dan Setelah Tanam …. 14
2. Persentase Penyusutan Bobot Rhizome Setelah Disimpan ………… 17
3. Persentase Penyusutan Bobot Rhizome Setelah Panen ……….. 18
4. Pengaruh Panjang Rhizome dan Waktu Simpan terhadap Panjang
Daun ………. 19
5. Pengaruh Panjang Rhizome dan Waktu Simpan terhadap Jumlah
Daun ……… 20
6. Persentase Rhizome Mati ……… 22
7. Pengaruh Periode Simpan dan Panjang Rhizome terhadap Berat
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Rumput Bahia(Paspalum notatum Fluegge) ……….. 4
2. Media Tanam Tanah dalam Baki ……… 10
3. Bahan Tanam Paspalum notatum Fluegge ………. 10
4. Rumah Kaca Laboratorium Lapang Agrostologi IPB ……….. 13
5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam ……… 13
6. Bobot Rhizome Sebelum Tanam dan Setelah Panen pada Penyimpanan 0 Hari (kontrol) ………. ………. 15
7. Bobot Rhizome Sebelum dan Setelah Simpan serta Setelah Panen pada Penyimpanan 1 Hari ……….. 15
8. Bobot Rhizome Sebelum dan Setelah Simpan serta Setelah Panen pada Penyimpanan 2 Hari ………. 16
9. Bobot Rhizome Sebelum dan Setelah Simpan serta Setelah Panen pada Penyimpanan 3 Hari ………. 16
10.Bobot Rhizome Sebelum dan Setelah Simpan serta Setelah Panen pada Penyimpanan 6 Hari ………. 17
11.Jumlah Tunas pada Pengamatan Minggu ke-3 dan Minggu ke-4 …. 21
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Sidik Ragam Panjang Daun ……….. 31
2. Sidik Ragam Jumlah Daun ………... 31
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberhasilan suatu peternakan dipengaruhi oleh ketersediaan dan kontinuitas
pakan. Pakan ternak dapat berupa hijauan (legum dan rumput) dan pakan konsentrat.
Curch (1983) menyatakan bahwa hijauan adalah bahan makanan yang berasal dari
batang daun dan daun tanaman dan kadang-kadang mengandung bunga dan biji.
Hijauan pakan memiliki peranan penting dalam bidang peternakan dan sangat
berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas ternak. Penggunaan pakan hijauan
dapat menggantikan konsentrat, karena konsentrat hanya sebagai penguat untuk
memenuhi zat makanan ternak. Pakan hijauan merupakan sumber karbohidrat,
vitamin, protein, dan mineral. Jumlah hijauan yang dibutuhkan dalam ransum
berkisar antara 74-94% yaitu untuk sapi perah 73,8%, sapi pedaging 81,6% dan
domba 94% (Parakkasi, 1999).
Kebutuhan ternak akan hijauan pakan terus meningkat setiap tahunnya karena
populasi ternak yang semakin meningkat. Namun, disisi lain lahan subur untuk
rumput lokal yang tersedia semakin terbatas. Hal ini didukung juga dengan
kepadatan penduduk yang naik drastis, sehingga ketersediaan lahan semakin
berkurang, sedangkan kelanjutan hidup ternak dipengaruhi oleh faktor ketersediaan
pakan secara kontinu. Upaya penyediaan pakan juga terkendala pada benih rumput
yang sulit. Hal ini disebabkan terbatasnya produksi benih karena intensifnya
pemanenan hijauan sehingga mengakibatkan tidak adanya benih yang tersisa, selain
itu juga produsen benih lokal rumput masih sangat jarang. Akibatnya benih yang
digunakan untuk melanjutkan ketersediaan hijauan masih kurang memenuhi
kebutuhan dilapangan, untuk itu diperlukan cara lain memperbanyak ketersediaan
hijauan agar kebutuhan tersebut terpenuhi.
Cara vegetatif dapat dilakukan sebagai alternatif lain dari perbanyakan
ketersediaan hijauan. Adapun permasalahan yang dijumpai dilapangan karena
voluminous dan daya simpan terbatas sehingga sulit didistribusikan. untuk
mendapatkan cara pengelolaan bahan tanam yang baik diperlukan informasi yang
berhubungan dengan daya simpan dan ukuran bahan tanam.
Oleh karena itu dilakukan pengkajian terhadap daya tahan penyimpanan dan
panjang rhizome untuk mengetahui lama simpan bahan tanam tersebut agar
produktivitas tetap terjaga, pada rumput bahia (Paspalum notatum Fluegge) yang
tahan terhadap kondisi kering dan berpotensi besar untuk dijadikan sebagai rumput
yang menstabilkan ketersediaan rumput pada saat musim kemarau.
Pengetahuan jangka waktu simpan akan memudahkan untuk menemukan cara
yang efektif dalam penyimpanan bahan tanam tersebut. Selain itu akan memberikan
peluang untuk didistribusikan ke wilayah tertentu dengan jarak tempuh selama daya
tahan simpan bahan tanam tersebut.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya simpan rhizome
Paspalum notatum Fluegge pada ukuran (panjang) rhizome berbeda terhadap
pertumbuhan awal dan produksi biomassa, sehingga informasi hasil penelitian ini
TINJAUAN PUSTAKA
Rumput Sebagai Sumber Hijauan Pakan
Rumput berkualitas tinggi memegang peranan penting dalam penyediaan
pakan ternak ruminansia di Indonesia. Rumput sebagai sumber hijauan pakan telah
umum dipergunakan oleh peternak dan dapat diberikan dalam jumlah yang besar
(Lubis, 1963). Selain itu rumput juga mengandung zat-zat makanan yang bermanfaat
bagi kelangsungan hidup ternak, seperti air, lemak, bahan ekstrak tanpa N, serat
kasar, mineral (terutama fosfor dan garam dapur) serta vitamin.
Menurut Lubis (1963) rumput sebagai hijauan makanan ternak harus
mempunyai persyaratan antara lain : (1) mempunyai manfaat yang tinggi sebagai
bahan makanan, (2) mudah dicerna di saluran pencernaan, (3) tersedia dalam
keadaan yang cukup. Selanjutnya McIlroy (1976) menyatakan bahwa hijauan
makanan ternak harus mempunyai kriteria : (1) sebagai penghasil hijauan yang
banyak dan mempunyai bagian tumbuhan yang banyak untuk memudahkan
pemulihan akibat renggutan ternak, (2) jaringan-jaringan yang baru tumbuh
terlindungi oleh organ lain, (3) dapat berkembang biak secara vegetatif dan generatif,
(4) memiliki sistem perakaran yang luas dan dalam sehingga mampu memanfaatkan
unsur-unsur hara tanah dalam kondisi kering, dan (5) banyak rumput berkembang
biak dengan rhizome atau stolon yang dengan mudah membentuk akar-akar tanaman
sehingga permukaan tanah dapat cepat tertutup .
Rumput dapat tumbuh dengan baik jika sesuai dengan sifat tanaman tersebut.
Setiana (1990) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh
faktor-faktor (1) curah hujan, (2) suhu, (3) cahaya dan (4) type, struktur, dan ketersediaan
hara tanah. Whitteman (1980) menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi hijauan adalah (1) iklim, meliputi ; radiasi, panjang hari,
temperature, kelembaban udara dan curah hujan, (2) kondisi tanah, meliputi ;
kandungan zat hara, sifat fisik, kelembaban tanah dan topografi, (3) spesies hijauan,
meliputi ; potensi genetik dalam menampilkan produksi dan nilai nutrisi, adaptasi
lingkungan, kompetensi tanaman, (4) pengelolaan meliputi : pengendalian gulma,
pemupukan, umur pemotongan dan intensitas pemotongan. Ada berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi usaha pengembangan hijauan makanan ternak di Indonesia
yaitu : jenis hijauan itu sendiri, keadaan tanah, sumber air dan iklim, tofografi serta
tingkat pengetahuan peternak.
Metoda-metoda penilaian species-species rumput padang penggembalaan
telah diringkaskan oleh Burton (1951). Metoda yang baik dengan menanam rumput
dalam baris-baris atau petak-petak pertanaman murni yang kemudian digembalai
dengan sekelompok ternak tertentu yang dikemudian hari akan memanfaatkannya.
Apabila penggembalaan tidak dapat dilakukan maka sebagai penggantinya dapat
dilakukan pemotongan. Varietas-varietas tanaman makanan ternak menunjukkan
daerah variasi genetis yang luas dan dapat diseleksi berdasarkan berbagai sifat-sifat
tumbuh serta reaksi terhadap tatalaksana dan keadaan sekeliling.
Gambar 1. Rumput Bahia (Paspalum notatum Fluegge)
Rumput Bahia diklasifikasikan dalam phylum : Magnoliophyta, sub phylum :
Angiospermae, Class : Monocotyledoneae, Ordo : Poales, Family : Poaceae, Sub
Family : Panicoideae, Tribus : Paniceae, Genus : Paspalum, Species : Paspalum
notatun
Suku Poaceae merupakan suatu suku yang sangat besar meliputi tumbuhan
yang kebanyakan mempunyai batang yang silindrik (hanya sedikit pipih diatas
buku-bukunya), berongga dengan ruas-ruas dan buku-buku yang jelas. Daun berseling
kebanyakan dengan pelepah yang besar, tidak bertangkai dan pada batas pelepah dan
helaian daunnya terdapat lidah-lidah yang jelas. Bunga tersusun dalam bunga
majemuk campuran dari berbagai macam ragam, biasanya bagian-bagiannya berupa
bulir-bulir kecil atau kelompok bunga yang terdiri atas satu atau beberapa bunga
Paspalum notatum Fluegge merupakan tanaman tahunan berhizoma, berakar
dalam. Tingginya dapat mencapai 60 cm atau lebih. Berasal dari Amerika Tengah
dan selatan dan beradaptasi di daerah tropik dan subtropik. Paspalum notatum
Fluegge merupakan rumput penggembalaan yang berguna dan tahan terhadap
penggembalaan. Cukup tahan kering tetapi di Nigeria Utara mati pada musim kering.
Mudah membentuk hamparan rumput yang rapat dan dapat digembalai 3 bulan
sesudah penanaman. Merupakan rumput yang paling baik untuk pengawetan tanah.
Dapat ditanam dengan stek atau biji dengan kebutuhan biji 11- 22 kg/ha (McIlroy,
1976). Yelverton et al. (2008) menyatakan bahwa rumput Bahia adalah rumput
spesies musim kemarau yang menyebar dengan rhizome, mampu menyebar cepat
lateral melalu produksi rhizome, sering digunakan di daerah yang memerlukan
pengendalian erosi dan sering ditanam di pinggir jalan karena memiliki sifat tahan
terhadap kekeringan yang cukup baik. Newman et al. (2008) menyatakan bahwa
rumput bahia adalah rumput yang sering digunakan pada musim kemarau panjang.
Rumput ini cukup populer karena kemampuannya beradaptasi pada kesuburan tanah
yang rendah, mampu mentolerir kekeringan dan merupakan rumput penggembalaan
yang berkesinambungan. rumput Bahia adalah rumput berhizome untuk
penyimpanan karbohidrat, memiliki banyak daun dan dekat dengan tanah sehingga
memudahkan ternak untuk merumput (Hoveland, 2003).
Bahan Tanam
Benih adalah fase generatif dari siklus kehidupan tumbuhan yang digunakan
untuk memperbanyak dirinya (multiplication), sedangkan bibit adalah benih yang
telah berkecambah (Kamil,, 1982) . Tumbuhan dapat diperbanyak dengan biji, stek,
stolon, rhizoma, umbi dan sobekan rumpun (pols). Pols merupakan salah satu cara
vegetatif untuk memperbanyak tumbuhan. Bahan tanam ini lebih sering digunakan
terutama pada tumbuhan yang viabilitas bijinya rendah.
Pols merupakan bahan tanam yang diperoleh secara vegetatif dari sobekan
rumpun tanaman yang mengandung akar, mahkota/koronal/sistem perakaran nodal
dan pangkal batang. Mahkota adalah buku-buku sebelah bawah yang jaraknya
berdekatan (rapat) yang menimbulkan gulungan akar berurutan (Gardner et al.,
1991). McIlroy (1976) menyatakan bahwa rumput paspalum notatum Fluegge
adalah rumput ber-rhizoma. Imdad dan Nawangsih (1995) menyatakan bahwa bahan
tanam pols merupakan benda biologis yang meskipun dipindahkan dari induknya
masih dapat melanjutkan perubahan berupa proses pertumbuhan lanjutan dan proses
fisiologis.
Rhizome sering juga disebut dengan rimpang. Rimpang disamping
merupakan alat perkembang biakan juga merupakan tempat penimbunan zat-zat
makanan cadangan. Alat perkembangbiakan ini adalah penjelmaan batang dan bukan
akar, dilihati dari tanda-tanda; (1) beruas-ruas, berbuku-buku, (2) berdaun tetapi
daunnya telah menjelma menjadi sisik-sisik, mempunyai kuncup-kuncup, (3)
tumbuhnya tidak kepusat bumi terkadang sering muncul diatas permukaan tanah
(Tjitrosoepomo, 1985).
Tanah Latosol
Menurut Rachim dan Suwardi (2002) latosol merupakan tanah yang memiliki
distribusi kadar liat tinggi (lebih atau sama dengan 60%), remah sampai gumpal,
gembur dan warna secara homogeny pada penampang tanah dalam (≥ 150 cm)
dengan batas horison terselubung; kejenuhan basa (NH4OAC) kurang dari 30%
sekurang-kurangnya pada beberapa bagian dari horison B di dalam penampang 125
cm dari permukaan; tidak memiliki horison diagnostik (kecuali jika tertimbun oleh
50 cm atau lebih dari bahan baru), selain horison A umbrik atau horison B kambik,
tidak memperlihatkan gejala plintik di dalam penampang 125 cm dari permukaan.
Latosol merupakan salah satu jenis tanah pada lahan kering yang memiliki
potensial untuk dikembangkan (Hakim et al., 1986). Faktor pembatas pada tanah
latosol adalah status nutrisinya yang dapat dikatakan rendah (Tafal, 1981) terutama
nitrogen, fosfor, dan bahan organik rendah tetapi sedikit peka terhadap bahaya.
Soepardi (1983), menerangkan bahwa reaksi tanah ini masam hingga agak masam,
berkadar bahan organik rendah, keadaan hara rendah sampai sedang dan tanah
latosol biasanya memberikan respon yang baik terhadap pemupukan dan pengapuran.
Umumnya kandungan unsur hara tanah latosol dari rendah sampai sedang,
daya menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi. Secara keseluruhan
mempunyai sifat-sifat fisik yang baik tetapi sifat kimianya kurang baik (Sarief,
1985). Ciri-ciri tersebut merupakan faktor pembatas paling utama bagi pertumbuhan
meningkatnya senyawa beracun dan mengganggu keseimbangan unsur hara dalam
tanah.
Tanah latosol merupakan tanah yang penyebarannya sangat luas di Indonesia
seperti di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Latosol coklat kemerahan Darmaga
termasuk kedalam orde Inceptisol menurut system klasifikasi USDA 1990 (Suwardi
Diranegara, 2000). Menurut Hardjowigeno (2003) latosol diklasifikasikan sebagai
Oxic Dystrudept.
Pemupukan
Pemupukan adalah penambahan bahan yang digunakan untuk memperbaiki
kesuburan tanah kedalam tanah agar tanah menjadi subur (Hardjowigeno, 1987).
Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa pemupukan adalah penambahan pupuk pada
tanah agar menjadi subur. Oleh karena itu pemupukan pada umumnya diartikan
sebagai penambahan zat hara kedalam tanah (Hardjowigeno, 1995). Pemupukan
merupakan suatu bahan organik atau anorganik yang berasal dari alam atau buatan
yang diberikan pada tanaman secara langsung atau tidak langsung untuk menambah
unsur hara esensial tertentu bagi pertumbuhan tanaman (Pitojo, 1995). Sedangkan
menurut Sarief (1985), pupuk adalah setiap bahan yang diberikan kedalam tanah atau
disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang diperlukan
oleh tanaman.
Kesuburan tanaman ditentukan antara lain oleh ketersediaan unsur hara tanah
dan pemupukan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan unsur
hara tersebut (Foth, 1988). Semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman harus
tersedia agar diperoleh tingkat pertumbuhan yang baik dan produksi yang tinggi
(Sutoro et al., 1988).
Selanjutnya Foth (1988) mengatakan bahwa untuk menyediakan unsur hara
melalui pemupukan penting diperhatikan jenis tanah dan status hara yang terdapat
dalam tanah, jenis tanaman, dan iklim setempat. Keseimbangan unsur hara yang
ditambahkan melalui pemupukan juga perlu diperhatikan karena sering terjadi
tanggap tanaman terhadap suatu unsur hara dipengaruhi unsur hara lain maupun
tingkat ketersediaan unsur hara lain dalam tanah.
Hardjowigeno (1987) memberikan pegangan yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pemupukan yaitu : (1) jenis tanaman yang akan dipupuk, (2) jenis tanah
yang akan dipupuk, (3) jenis pupuk yang digunakan, (4) level pupuk, (5) waktu
pemupukan, dan (6) cara pemupukan.
Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu usaha untuk melindungi bahan pangan dari
kerusakan yang disebabkan berbagai hal antara lain serangan hama seperti
mikroorganisme, serangga, tikus, dan kerusakan fisiologis (Damayanthi dan
Mudjajanto, 1995). Winarno dan Laksmi (1974) menjelaskan bahwa penyimpanan
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menunda suatu barang sebelum barang
tersebut dipakai tanpa merubah bentuk barang tersebut. Penyimpanan segera
dilakukan setelah kegiatan panen dan atau pengeringan. Tujuan dari penyimpanan
adalah untuk menjaga bahan makanan agar tahan lama tanpa mengubah bentuk
bahan makanan tersebut. Menurut Soesarsono (1988) penyimpanan adalah salah satu
bentuk tindakan pengamanan yang selalu terkait dengan waktu. Tujuan penyimpanan
adalah menjaga dan mempertahankan mutu komoditi yang disimpan dengan cara
menghindari, mengurangi ataupun menghilangkan berbagai faktor yang dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi tersebut. Menurut Whidiyani (1993),
tujuan dari penyimpanan adalah mempertahankan viabilitas maksimum bibit dalam
periode simpan selama mungkin dengan menghindarkan terjadinya kemunduran
fisiologis.
Penyimpanan segera dilakukan setelah kegiatan panen dan pengeringan.
Beberapa penelitian telah dilakukan di Indonesia dengan tujuan mencari cara untuk
memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan. Upaya ini meliputi penggunaan
langsung dalam pakan, pengolahan untuk mempertinggi nilai pakan dan pengawetan
agar dapat mengatasi fluktuasi penyediaan (Lebdosukoyo, 1993). Waktu
penyimpanan cenderung meningkatkan kadar air bahan makanan ternak, hal ini akan
menunjang pertumbuhan jamur dan akan lebih mempercepat kerusakan bahan
makanan ternak. Pada umumnya bahan makanan yang berkadar air lebih tinggi
relatif kurang tahan disimpan dibanding dengan kadar air rendah (Wijandi, 1977).
Syarat umum untuk suhu kamar penyimpanan antara lain temperature 18 – 24 °C,
mempunyai ventilasi yang baik untuk sirkulasi udara, bebas dari serangga dan tikus
Syarif dan Halid (1994) menyatakan bahwa selama penyimpanan terjadi
penyimpangan mutu yang dapat dikelompokkan kedalam penyusutan kualitatif dan
kuantitatif. Penyusutan kualitatif adalah kerusakan yang terjadi akibat
perubahan-perubahan biologi (mikrobiologi, serangga, tungau, respirasi), perubahan-perubahan-perubahan-perubahan
fisik (tekanan, getaran, suhu, kelembaban), serta perubahan kimia dan biokimia
(reaksi pencoklatan, ketengikan). Penyusutan kuantitatif adalah kehilangan jumlah
atau bobot hasil karena adanya gangguan biologi (proses respirasi, serangan serangga
dan tikus). Aktifitas organisme pengganggu terhadap bahan dalam penyimpanan
tidak cukup hanya dilihat dari segi jumlah bahan simpan yang hilang atau susut,
tetapi menyangkut juga susut nilai gizi, kualitas, pencemaran zat beracun, dan
adanya biaya tambahan yang cukup besar Soesarsono et al. (1976).
Banyak faktor yang dapat menurunkan viabilitas bibit selama penyimpanan,
antara lain viabilitas awal ketika disimpan, kadar air bibit, wadah simpan, suhu dan
kelembaban nisbi ruang simpan.Ketahanan suatu bahan tanam untuk disimpan
dicirikan oleh kemampuan bahan itu untuk dapat tumbuh setelah mengalami masa
simpan. Kemampuan bahan tanam untuk tumbuh atau memperlihatkan ciri
pertumbuhan disebut viabilitas (Rohayati, 1997). Bahan dengan kadar air yang
rendah lebih tinggi daya simpannya dibandingkan dengan bahan dengan kadar air
yang lebih tinggi (Hall, 1970).
Menurut Dwidjoseputro (1980), glukosa dapat memacu viabilitas suatu
tanaman. Hal ini dibuktikan dengan percobaan menggunakan daun kapas dan
tanaman jagung albino yang dicelupkan kedalam larutan glukosa. Pada daun kapas
yang dicelupkan kedalam larutan glukosa akan ditemukan perubahan bentuk
karbohidrat dari glukosa menjadi sukrosa. Kecambah albino yang tidak mempunyai
klorofil itu sebenarnya tidak mungkin hidup, akan tetapi kalau kecambah itu diberi
sukrosa akan tumbuh terus menjadi besar. Murtafi’ah (1997) menyatakan bahwa gula
mampu memperpanjang umur tanaman setelah dipotong karena perombakan gula
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di
Laboratorium Lapang Agrostologi Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah rhizome dari rumput Paspalum notatum
Fluegge dengan tanah jenis latosol. Pupuk yang digunakan SP18 (18% P2O5), KCl
(45% K dan 20% Cl), dan pupuk kandang. Baki digunakan sebagai tempat media
tumbuh (tanah) dengan ukuran 33 cm x 25 cm x 12 cm ( p x l x t ). Alat yang
digunakan timbangan, penggaris dan alat tulis.
Gambar 2. Media Tanam Tanah dalam Baki Gambar 3. Bahan Tanam Paspalum notatum Fluegge
Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial. Faktor pertama adalah panjang rhizome
dengan 4 taraf yaitu : (L1) 2,5 cm, (L2) 5 cm, (L3) 7,5 cm, (L4) 10 cm. Faktor kedua adalah lama simpan dengan 5 taraf yaitu : (t0) 0 hari, (t1) 1 hari, (t2) 2 hari, (t3) 4 hari, (t4) 6 hari. Jadi terdapat 20 kombinasi perlakuan dengan 5 ulangan, sehingga terdapat 100 satuan percobaan.
Model rancangan yang digunakan adalah :
Yijk = µ + Ai + Bj + ABij + єijk
keterangan :
Yijk : Pengamatan Faktor A (panjang rhizome) taraf ke-i , Faktor B (waktu
Simpan) taraf ke-j dan Ulangan ke-k
µ : Rataan Umum
Ai : Pengaruh panjang rhizome pada taraf ke-i
Bj : Pengaruh waktu simpan pada taraf ke-j
ABij : Interaksi antara panjang rhizome dengan waktu simpan
єijk : Pengaruh galat pada panjang rhizome taraf ke-i, waktu simpan taraf ke-j dan
ulangan ke-k
Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan sidik
ragam (Anlysis of Variance/ANOVA), dan jika berpengaruh nyata diuji lanjut
dengan uji jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1995). Perhitungan ANOVA dan uji jarak
Duncan menggunakan SPSS 16.0.
Prosedur Penyimpanan dan Penanaman
Rizhome yang digunakan sebagai bahan tanam dibersihkan dari tanah dan
dicuci. Kemudian di ukur dan dipotong sesuai perlakuan dengan ukuran 2,5 cm; 5,0
cm; 7,5 cm dan 10,0 cm masing-masing ukuran 25 buah rhizome. Rhizome
ditimbang menggunakan timbangan digital dan dicatat, kemudian tanah yang telah
dicampur disiapkan dengan pupuk standar sebagai media tumbuh kemudian
masukkan ke baki dengan volume tanah 10 kg sebanyak 20 baki. Kemudian rhizome
berbagai ukuran ditanam langsung pada tanah sebagai t0 masing-masing perlakuan
dengan 5 kali ulangan per baki. Selanjutnya untuk penyimpanan 1 hari diambil
masing-masing rhizome berbeda ukuran dengan 5 ulangan kemudian dimasukkan ke
dalam plastik putih yang telah dibolongi dengan fungsi untuk pernafasan kemudian
diberi label t1. Begitu juga dengan penyimpanan 2 hari, 4 hari dan 6 hari di labeli t2,
t3 dan t4, kemudian ditempatkan di tempatkan di dalam inkubator dan tidak terkena
sinar matahari langsung.
Hari kedua setelah penyimpanan t1 diambil kemudian ditimbang lalu di
tanam di baki yang telah disiapkan sebelumnya. Selanjutnya hari ketiga diambil t2
kemudian ditanam di baki, selanjutnya hari ke lima diambil t3 dan ditanam
selanjutnya pada hari ketujuh diambil t4 dan ditanam di baki.
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan cara penyiraman dan penyiangan.
Penyiraman dilakukan sebelum mulai tanam. Penyiraman tidak perlu dilakukan
setiap hari karena baki yang digunakan akan menampung air dibagian dasarnya.
Sehingga penyiraman dilakukan jika terlihat tanahnya sudah tidak lembab, hal ini
untuk menjaga agar rhizome tidak busuk karena terlalu banyak air, sedangkan
penyiangan dilakukan jika ada gulma yang muncul.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan sekali seminggu dengan parameter yang diamati
panjang daun, jumlah daun, dan jumlah anakan (tunas).
Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah 30 hari dengan cara membongkar semua
tanaman, kemudian rhizome dicuci, ditimbang dan dihitung jumlah nodenya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Suhu rumah kaca berkisar antara 24°C hingga 37°C, kondisi yang cukup baik
bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Sarief (1985) kisaran maksimum pertumbuhan
tanaman antara 15°C sampai 40°C suhu terbaik untuk pertumbuhan tanaman juga
pertumbuhan mikroorganisme tanah. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca sehingga
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman relatif sama seperti
intensitas cahaya, suhu lingkungan, kelembaban, dan angin.
Gambar 4. Rumah Kaca Laboratorium Lapang Agrostologi IPB
Minggu pertama pengamatan setelah penanaman keseluruhan pertumbuhan
sudah menununjukkan tanda-tanda pertumbuhan. Pertumbuhan pada kontrol (tanpa
perlakuan) jauh lebih cepat dibanding pertumbuhan tanaman dengan perlakuan.
Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam
Pertambahan Jumlah Node
Node merupakan tempat tumbuhnya tunas, semakin banyak jumlah node
maka pertambahan tunas akan semakin banyak. Jarak antara node disebut dengan
internode. Internode setiap rhizome memiliki panjang yang berbeda-beda. Jumlah
node berbanding lurus dengan panjang rhizome, sedangkan semakin panjang
rhizome maka jumlah node akan semakin banyak. Pertambahan jumlah node setelah
masa tanam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pertambahan Jumlah Node Sebelum Tanam dan Setelah Tanam
Panjang Jumlah node
rhizome (cm) Sebelum tanam Setelah tanam Perubahan
2,5 7 11 4 5 13 16 3 7,5 17 21 4
10 22 26 4
Tabel 1 menunjukkan bahwa perubahan jumlah node setelah tanam tidak
berbeda signifikan antara panjang rhizome yang berbeda. Hal ini karena masa tanam
yang sama sehingga pertumbuhannya tidak berbeda signifikan.
Bobot Rhizome
Rumput Bahia membentuk sistem perakaran yang ekstensif salah satu yang
membuatnya paling toleran ketika kekeringan. Memiliki kinerja yang baik pada
tanah yang tandus, tanah berpasir, tidak memerlukan input pupuk yang banyak, dan
memiliki masalah yang sedikit dalam hal penyakit (Trenholm et al., 2003).
Ketahanan suatu bahan tanam untuk disimpan dicirikan oleh kemampuan
bahan itu untuk dapat tumbuh setelah mengalami masa simpan (Rohayati, 1997).
Menurut Soesarsono (1988) tujuan penyimpanan adalah menjaga dan
mempertahankan mutu komoditi yang disimpan dengan cara menghindari,
mengurangi ataupun menghilangkan berbagai faktor yang dapat menurunkan kualitas
dan kuantitas komoditi tersebut. Whidiyani (1993) menyatakan bahwa tujuan dari
penyimpanan adalah mempertahankan viabilitas maksimum bibit dalam periode
simpan selama mungkin dengan menghindarkan terjadinya kemunduran fisiologis.
Berikut ini informasi penurunan bobot rhizome setelah simpan dan panen
0
Gambar 6. Bobot Rhizome Sebelum dan Setelah Panen pada Penyimpanan 0 Hari (kontrol)
Gambar 7. Bobot Rhizome Sebelum dan Setelah Simpan serta Setelah Panen pada Penyimpanan 1 Hari
Gambar 8. Bobot Rhizome Sebelum dan Setelah Simpan serta Setelah Panen pada Penyimpanan 2 Hari
Gambar 9. Bobot Rhizome Sebelum dan Setelah Simpan serta Setelah Panen pada Penyimpanan 3 Hari
Gambar 10. Bobot Rhizome Sebelum dan Setelah Simpan serta Setelah Panen pada Penyimpanan 6 Hari
Diagram batang diatas menunjukkan bahwa bobot rhizome setelah simpan
dan setelah panen mengalami penurunan, kecuali penyimpanan 1 hari pada panjang
rhizome 7,5 cm dan 10 cm mengalami peningkatan setelah panen. Penurunan bobot
rhizome setelah panen karena cadangan nutrien terutama energi yang terdapat dalam
rhizome telah digunakan untuk pertumbuhan daun dan pertambahan tunas,
sedangkan peningkatan bobot rhizome setelah panen karena nilai nutrien yang
digunakan untuk pertumbuhan daun dan tunas sedikit. Tabel 2 menunjukkan
penyusutan bobot rhizome setelah penyimpanan.
Tabel 2. Persentase Penyusutan Bobot Rhizome Setelah Disimpan (%)
Panjang Waktu Simpan (hari)
Rhizome (cm) 1 2 3 6
2,5 6,0 7,4 10,3 7,9
5 4,0 4,5 10,6 8,1
7,5 1,4 8,3 9,4 9,8
10 10,0 12,4 9,5 11,2
Tabel 2 menunjukkan bahwa penyusutan terbesar ditunjukkan oleh
penyimpanan selama 6 hari dengan panjang rhizome 10 cm. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin panjang rhizome maka bobot penyusutan semakin tinggi dan
semakin lama waktu simpan maka bobot penyusutannya juga semakin tinggi. Syarif
dan Halid (1993) menyatakan bahwa selama penyimpanan terjadi penyimpangan
mutu yang dapat dikelompokkan kedalam penyusutan kualitatif dan kuantitatif.
Penyusutan kualitatif adalah kerusakan yang terjadi akibat perubahan-perubahan
biologi (mikrobiologi, serangga, tungau, respirasi), perubahan-perubahan fisik
(tekanan, getaran, suhu, kelembaban), serta perubahan kimia dan biokimia (reaksi
pencoklatan, ketengikan). Sedangkan penyusutan kuantitatif adalah kehilangan
jumlah atau bobot hasil karena adanya gangguan biologi (proses respirasi, serangan
serangga dan tikus). Tabel 3 menunjukkan persentase penyusutan setelah panen.
Tabel 3. Persentase Penyusutan Bobot Rhizome Setelah Panen (%)
Panjang Waktu Simpan (hari)
Rhizome (cm) 1 2 3 6
2,5 14,1 9,9 19,2 27,4
5 29,1 11,9 15,7 38,6
7,5 * 17,7 34,9 35,8
10 * 30,8 24,8 37,1
Keterangan: * : peningkatan bobot rhizome setelah panen
Tabel 3 menunjukkan bahwa penyusutan terbesar diperoleh pada waktu
simpan 6 hari.
Panjang Daun
Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan yang mengakibatkan perubahan
ukuran tanaman semakin besar dan juga menentukan hasil tanaman. Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman akan berlangsung secara terus menerus sepanjang daur
hidup, bergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi
pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung. Salah satu ciri dari
pertumbuhan tanaman adalah dengan meningkatnya panjang daun. Daun secara
umum dipandang sebagai organ produsen fostosintat utama, dengan demikian
pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai indikator pertumbuhan juga
sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti
pada pembentukan biomasaa tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995).
Tabel 4 memperlihatkan pengaruh perlakuan penyimpanan dan panjang
Tabel 4. Pengaruh Panjang Rhizome dan Waktu Simpan terhadap Panjang Daun (cm)
Waktu simpan Panjang Rhizome (cm) Rataan
(hari) 2,5 5 7,5 10
0 39,9 38,9 40,5 42,2 39,4a
1 11,6 4,3 8,4 14,1 9,6b
2 11,6 9,4 21,9 14,4 14,3b
3 11,0 4,6 16,3 10,6 11,6b
6 4,7 6,4 20,5 9,4 10,2b
Rataan 15,8b 12,7b 21,5a 18,2ab
Keterangan : Huruf superskrip yang sama pada kolom atau baris yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata.
Tabel 4 memperlihatkan bahwa nilai waktu simpan paling tinggi terlihat pada
waktu simpan 2 hari. Sedangkan panjang rhizome nilai tertinggi ada pada panjang
rhizome 7,5 cm dan 10 cm namun antar keduanya tidak memberikan pengaruh nyata.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin singkat waktu simpan maka panjang daun akan
semakin tinggi, begitu juga dengan panjang rhizome semakin panjang maka panjang
daun akan semakin tinggi.
Jumlah Daun
Jumlah daun merupakan salah satu bagian penting dalam pertumbuhan
tanaman, karena daun berperan penting dalam proses fotosintesis dan transpirasi.
Daun berfungsi sebagai pembuat makanan utama bagi tumbuhan. Daun menerima
energi dari cahaya matahari dan digunakan untuk membuat gula yang merupakan
hasil penyerapan air dari tanah dan karbondioksida dari udara. Cadangan makanan
tumbuhan dibuat oleh daun yang tersimpan dalam buah, akar, biji, batang dan bahkan
didalam daun-daunnya (Irwanto, 2010).
Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun dapat dilihat dari Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh Panjang Rhizome dan Waktu Simpan terhadap Jumlah Daun
Waktu simpan Panjang Rhizome (cm) Nilai rataan
(hari) 2,5 5 7,5 10
Keterangan : Huruf superskrip yang sama pada kolom atau baris yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata.
Tabel 4 memperlihatkan bahwa waktu simpan berpengaruh sangat nyata
terhadap jumlah daun (P<0,01) dan berpengaruh nyata (P<0,05) pada panjang
rhizome, akan tetapi interaksi antara kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh
nyata. Nilai rataan tertinggi jumlah daun terhadap waktu simpan ditunjukkan oleh
kontrol dan perlakuan penyimpanan 2 hari. Nilai rataan tertinggi jumlah daun
terhadap panjang rhizome ditunjukkan oleh perlakuan panjang rhizome 10 cm. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin singkat periode simpan maka jumlah daun akan
semakin banyak dan semakin panjang rhizome maka jumlah daun akan semakin
banyak.
Jumlah Tunas
Pertumbuhan tunas mulai terlihat pada minggu ke-3 setelah penanaman dan
tidak merata disetiap ulangan perperlakuan. Jumlah tunas tidak dipengaruhi oleh
waktu simpan akan tetapi dipengaruhi oleh panjang rhizome. Pertumbuhan tunas
didasarkan pada node dari rhizome, karena node adalah tempat tumbuhnya tunas.
Hartman dan Kester (1983) menerangkan bahwa nitrogen dalam tanaman berperan
dalam pembentukan klorofil, protein dan lemak. Munculnya tunas dipengaruhi oleh
hormon endrogen yang ada ditanaman yakni auksin, giberelin, dan sitokinin.
Tunas memperlihatkan tanda-tanda tumbuh mulai pada minggu ke-3 setelah
tanam. Gambar 8 adalah diagram batang yang memberikan informasi pengaruh
0
Gambar 8. Jumlah Tunas pada Pengamatan Minggu ke-3 dan Minggu ke-4
Pengamatan minggu ke-3 jumlah tunas meningkat dari panjang rhizome 2,5
cm, 7,5 cm dan 10 cm. Pengamatan minggu ke-4 jumlah tunas meningkat pada
panjang 2,5 cm dan 10 cm. Penurunan jumlah tunas pada pengamatan minggu ke-3
terjadi pada panjang rhizome 5 cm, sedangkan pada pengamatan minggu ke-4 terjadi
pada panjang rhizome 5 cm dan 7,5 cm. Hal ini disebabkan karena cadangan energi
yang terkandung didalam rhizome sedikit.
Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa sitokinin dapat memacu
pembelahan sel sehingga meningkatkan tunas yang terbentuk, perpanjangan tunas
dan memacu perkembangan kloroplas serta sintesis klorofil. Harjadi (1996)
menambahkan salah satu hormon yang aktif dalam mengatur sintesis protein adalah
sitokinin. Zat kimia ini dapat mempengaruhi pembelahan sel sehingga sitokinin dapat
mempengaruhi jumlah tunas. Wattimena (1992) juga menyatakan bahwa
penambahan jumlah tunas meningkat dengan perimbangan jumlah sitokinin dan
auksin. Wetherell (1982) juga menyatakan secara alami beberapa eksplan
memproduksi auksin dalam jumlah yang cukup, tetapi kebanyakan membutuhkan
tambahan, paling tidak auksin yang tidak stabil.
Persentase rhizome yang mati pada pengamatan minggu 3 dan minggu
ke-4 diperlihatkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh Panjang Rhizome dan Waktu Simpan terhadap Persentase Rhizome Mati
Panjang Rhizome Waktu Simpan Minggu ke-3 Minggu ke-4
(cm) (hari) ..………(%)……….
Berdasarkan data pada Tabel 6 ditunjukkan bahwa panjang rhizome 5 dan 7,5
cm masih memiliki peluang tumbuh banyak jika disimpan selama 6 hari. Jika dilihat
dari aspek efisiensi pengangkutan pada aplikasinya dampak kematian paling sedikit
pada umur penyimpanan 6 hari dapat dicapai oleh rhizome dengan panjang 7,5 cm
Berat Segar Daun
Berat segar daun merupakan berat setelah panen untuk melihat hasil akhir
dari produksi daun. Tabel 7 memperlihatkan pengaruh perlakuan terhadap berat segar
Tabel 7. Pengaruh Periode Simpan dan Panjang Rhizome terhadap Berat Segar Daun (g)
Waktu simpan Panjang Rhizome (cm) Rataan
(hari) 2,5 5 7,5 10
0 2,9 2,4 2 4,7 3,0a
1 0,5 0,2 0,6 0,8 0,5b
2 0,8 0,7 2,3 0,5 1,0b
3 1,2 0,1 1 0,9 0,8b
6 0,2 0,3 1,7 0,7 0,7b
Rataan 1,1 0,7 1,5 1,5
Keterangan : Huruf superskrip yang sama pada kolom atau baris yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata.
Tabel 6 memperlihatkan bahwa berat segar daun dipengaruhi (P<0,05) oleh
waktu simpan tapi tidak dipengaruhi oleh panjang rhizome, sedangkan interaksi antar
kedua perlakuan tidak menunjukkan pengaruh nyata. Waktu simpan nilai tertinggi
ditunjukkan oleh perlakuan simpan 2 hari, sedangkan untuk panjang rhizome
meskipun tidak berpengaruh nyata tapi nilai kuantitatif tertinggi ada pada perlakuan
panjang rhizome 7,5 cm dan 10 cm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin singkat
waktu simpan maka berat segar daun akan semakin tinggi sedangkan panjang
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penyimpanan dan panjang rhizome berpengaruh terhadap panjang daun dan
jumlah daun. Produksi berat segar daun dipengaruhi oleh waktu simpan dan tidak ada
pengaruh terhadap panjang rhizome. Respon terbaik oleh perlakuan waktu simpan
ditunjukkan pada waktu simpan dua hari, sedangkan panjang rhizome ditunjukkan
oleh panjang 7,5 cm.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan uji pengemasan dan uji analisis
proximat terhadap masing-masing perlakuan penyimpanan untuk mengetahui
kandungan karbohidrat dari masing perlakuan guna mendukung data pengaruh
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT sang khalik yang telah
memberikan segala nikmat yang tidak terkalkulasikan dengan perhitungan manusia.
Sholawat dengan kerinduan kepada sang jungjungan Rasulullah SAW dengan
pengharapan pertemuan disurgaNya serta salam terindah untuk para sahabat dan para
tabi’in.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.
Agr. sebagai Pembimbing Utama dan Ir. M. Agus Setiana, MS. sebagai Pembimbing
Anggota juga sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan
serta motivasi selama penelitian dan penulisan skripsi. Kepada Dr. Ir. Panca Dewi
Manu Hara Karti S, M.Si sebagai dosen penguji seminar, Ir. Dewi Margi Suci MS
dan Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc sebagai penguji tugas akhir atas saran
dan kritik dalam perbaikan skripsi ini serta kepada Ir. Widya Hermana MSi sebagai
panitia ujian akhir. Dosen, staf dan laboran Laboratorium Agrostologi dan
Laboratorium Makanan Ternak terima kasih atas kerjasamanya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Ayah dan
Ibu serta adik-adik tercinta atas dukungan dan motivasi selama penulis
menyelesaikan studi di IPB. Sahabat-sahabat dan adik-adik mahasiswa Ilmu Nutrisi
dan Tekhnologi Pakan yang telah memberikan banyak motivasi dan inspirasi.
Saudari-saudari seperjuangan dalam menjalani kehidupan keseharian Pondok
Pesantren Mahasiswi Al Iffah. Saudari selingkaran cahaya yang telah memberikan
motivasi ruhani dan penguatan kekokohan diri. Sahabat-sahabat pena dengan tulisan
tulisan inspirasinya, Qira bella IIUM (International Islamic University Malaysia),
Ilyani Rusli UNISEL (University Selangor). Sahabat dan kakak kelas sealmamater,
Ustadzah-ustadzah guru ngaji atas segala dukungannya. Teman-teman Forum
Lingkar Pena Bogor (FLP). Sahabat-sahabat informasi dan komunikasi serta Divisi
Pers dan Media LDK DKM Al Hurriyyah. Sahabat-sahabat kelembagaan dan
kepanitiaan di Fakultas Peternakan IPB serta semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2011
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Church, D. C. 1983. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant. 2nd Ed. Vol. 1. Corvalisn, Oregon.
Damayanthi, E. & Mudjajanto. 1995. Teknologi Makanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Proyek Peningkatan Pendidikan dan Kejuruan Non Teknik II, Jakarta.
Dwidjoseputro. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta.
Foth, H. D. 1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Edisi 7 (Terjemahan). Gadjah Mada University Press.
Gardner, F. P., R. Brent Pearce & Roger L. Mitcher. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S.G. Nugraha, M. A. Diha, G. B. hong & H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung.
Hall, D. W. 1970. Handling and Storage of Food Grain in Tropical and Subtropical Areas. FAO of The United Nation, Rome.
Hardjowigeno. S. 1987. Ilmu Tanah. PT. Meiterania Sarana Perkasa. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta.
Harjadi, S. S. 1989. Dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hartman, H. T. & D. E. Kester. 1983. Plant Propogation. 4th Edition. Practice Hall., Englewood Cliffs, New Jersey.
Hoveland, C. S. 2003. Forage Physiology.
http://www.caes.uga.edu/commodities/fieldcrops/forages/events/GS09/notebo okitems/FORAGE%20PHYSIOLOGY.pdf [ 7 Juni 2011].
Imdad, H.P., & A.A Nawangsih. 1995. Menyimpan Bahan Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Irwanto. 2010. Daun. http://www.irwantoshut.net/daun.html. [1 Juni 2011]
Lubis, D. A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. Cetakan kedua. PT Pembangunan. Jakarta.
McIlroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Rumput Tropika. Diterjemahkan oleh Tim Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pradnya Paramitha. Jakarta
Murtafi’ah. 1997. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Gula terhadap Kesegaran Bunga Mawar Holland Varietas Idole pada suhu ruang. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Newman, Y, J. Vendramini, & A. Blount. 2008. Bahiagrass (Paspalum notatum Fluegge): Overview and Management1.
http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/AG/AG34200.pdf [7 juni 2011]
Pine, S.H., James B.H., & George S.H. 1988. Kimia Organik I. Penerbit ITB Bandung.
Pitojo, S. 1995. Penggunaan Urea Tablet. Penebar Swadaya. Jakarta
Rachim, D. A. & Suwardi. 2002. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rohayati,. 1997. Pengaruh penyimpanan terhadap viabilitas dan vigoritas bahan tanam rumput Setaria (Setaria splendida stapf). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Salisbury. F. B & C. W. Ross. 1995. Plant Physiology. Wadsworth Publishing Company. Bellmont, California. 254 p.
Sarief, E. S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Setiana, M. A. 1990. Pengaruh pemberian air, pemupukan (nitrogen dan fosfor) serta interval pemotongan terhadap pertumbuhan dan perkembangan padihiang (Oryza fatua, Koenig). Thesis. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sitompul, S. M. & B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Peertanian Bogor, Bogor.
Soedarmo, P. & D. Sediaoetomo. 1987. Ilmu Gizi. Dian Rakyat. Jakarta.
Soesarsono W., A. Muchlis, S. F Mulkan, W. Ciptadi, D. Muchtadi, & D. K. Machfud 1976. Mempelajari kondisi penyimpanan yang memungkinkan
terjadinya spontaneous heating pada penyimpanan gabah. Laporan Penelitian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Soesarsono. 1988. Teknologi Penyimpanan Komoditas Pertanian. Fakultas Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sofyan, L. A., L. Abunawan, E. Laconi, A. D. Hasjmi, N. Ramli, M. Ridha & A. D. Lubis. 2000. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Diktat Kuliah Laboratorium Ilmu dan Tekhnologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Steel, R. G. D & J. H. Torrie, 1995. Principle and Procedures of Statistics. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. New Delhi.
Suradikusumah, E. 1989. Kimia Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan tinggi. Pusat Antar universitas Ilmu Hayat. IPB .
Sutoro, Y., Soelaeman & Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung dalam Jagung. Diedit oleh Subandi, M., Syam A. Widodo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.
Suwardi & H. Wiranegara. 2000. Penuntun Praktikum Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Syarif & Halid. 1994. Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tafal, Z. B. 1981. Ranci Sapi. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.
Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.
Trenholm. L. E, J.L. Cisar, & J. Bryan Unruh. 2003. Bahiagrass for Florida Lawns1. http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/LH/LH00600.pdf. [ 26 Maret 2011]
Wattimena, G. A., L. W. Gunawan, N. A. Matjik, E. Syamsudin, N. M. A. Wiendi, & A. Ernawati. 1992. Biotekhnologi Tanaman. PAU IPB. Bogor. 309 hal.
Wetherell, D. F. 1982. Propagasi Tanaman Secara In vitro. Terjemahan Koensoemardiyah. Plant Tissue Culture. Universitas Gajah Mada. 110 Hal.
Whitteman, P. C. 1980. Tropocal Pasture Science. Watson Ferguson and co. LTd, Brisbane.
Wijandi, S. 1977. Tekhnik Pengolahan dan Penyimpanan Hasil Panen. Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta, Institut Pertanian Bogor.
Winarno, F. G. & B.S. Laksmi. 1974. Dasar-Dasar Pengawetan, Sanitasi dan Keracunan. Departemen Tekhnologi Hasil Pertanian Fatemeta Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Panjang Daun
CV = 35,26 %* sumber keragaman DB JK KT Nilai F Pr>F
Panjang Rhizome (L) 3 22,29 7,43 4,24 0,08
Waktu Simpan (t) 4 163,39 40,84 23,29 <.0001
Ulangan 4 8,28 2,07 1,18 0,32
L*t 12 20,84 1,73 0,99 0,46
GALAT 76
TOTAL 99
Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Jumlah Daun
CV = 29,01 %*
Sumber DB JK KT Nilai F Pr>F
Panjang Rhizome (L) 3 3,27 1,09 3,26 0,25
Waktu Simpan (t) 4 22,51 5,62 16,83 <.0001
Ulangan 4 0,96 0,24 0,72 0,58
L*t 12 3,7 0,30 0,92 0,52
GALAT 76 TOTAL 99
Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Berat Segar daun
WAKTU PENYIMPANAN DAN PANJANG RHIZOME RUMPUT
BAHIA (Paspalum notatum Fluegge ) SEBAGAI BAHAN TANAM
VEGETATIF DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PERTUMBUHAN AWAL
SKRIPSI
FITRI NIRWANA HASIBUAN
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKHNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
FITRI NIRWANA HASIBUAN. D24052017. 2011. Waktu Penyimpanan Dan Panjang Rhizome Rumput Bahia (Paspalum notatum Fluegge) Sebagai Bahan Tanam Vegetatif Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Awal. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Tekhnologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr. Pemmbimbing anggota : Ir. M. Agus Setiana, MS.
Pakan hijauan memiliki peranan terpenting dan porsi terbesar untuk kebutuhan ternak ruminansia, sehingga ketersediaannya harus diperhatikan. Ketersediaan hijauan yang fluktuatif adalah fenomena yang sering terjadi baik di daerah subtropik maupun di daerah tropik. Penyimpanan bahan tanam dengan tujuan untuk perbanyakan hijaun dan distribusi ke wilayah tertentu adalah salah satu alternatif untuk menjaga ketersediaan hijauan, sehingga pada penelitian ini dilakukan uji daya simpan dan panjang rhizome.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya simpan rhizome dan panjang rhizome Paspalum notatum Fluegge terhadap produksi awal dan produksi biomassa. Penelitian dilakukan di Laboratorium Agrostologi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai maret 2010.
Bahan tanam yang digunakan adalah rhizome rumput bahia (Paspalum notatum Fluegge). Pupuk yang digunakan adalah pupuk standar yaitu KCL, SP18, dan pupuk kandang. Jenis tanah yang digunakan sebagai media tanam adalah tanah latosol.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 4 x 5 dengan 5 ulangan. Faktor pertama adalah panjang rhizome yaitu (L1) 2,5 cm, (L2) 5 cm, (L3) 7,5 cm, (L4) 10 cm. Faktor kedua adalah lama simpan yaitu : (t0) 0 hari, (t1) 1 hari, (t2) 2 hari, (t3) 4 hari, (t4) 6 hari.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan dan panjang rhizome berpengaruh terhadap panjang daun dan jumlah daun. Produksi berat segar daun dipengaruhi oleh periode simpan tapi tidak dipengaruhi panjang rhizome. Respon terbaik terhadap parameter periode simpan ditunjukkan oleh periode simpan dua hari (t2), sedangkan panjang rhizome ditunjukkan oleh panjang 10 cm (L4). Dengan demikian penelitian ini dapat disimpulkan bahwa periode simpan yang lebih singkat dengan panjang rhizome yang lebih panjang akan memberikan respon yang lebih baik terhadap produktivitasnya.
Kata Kunci : Paspalum notatum Fluegge, penyimpanan, rhizome
ABSTRACT
Rhizome Bahia Grass (Paspalum notatum Fluegge) Storage Time As Vegetative Planting Material And Its Influence On First Productivity
F. N. Hasibuan, L. Abdullah and M. A. Setiana
Productivity of livestock is influenced by quality and quantity of forage consumed by animals. Paspalum Notatum Fluegge is an annual rhizome grass which propagates through its rhizome. However it produces seed very rare in Indonesia. Therefore planting material used to propagate is rhizome. The problame of rhizome when it is used for planting material is transportation and storage duration. The study was to recognize effect of storage time of different length of rhizome. Storage time was experimentally tested on 0, 1, 2, 3, and 6 days, with length of rhizome were 2.5, 5, 7.5, and 10 cm. The observed parameters were length of leaf, number of leaf, number of shoots, number of node before and after planting, and weight of rhizome before and after storage and also after harvest. This experiment was done in factorial complete random experimental design. The result showed that length of rhizome and storage time individually effected (P<0.05) leaf length and leaf number. Leaf dry weight was influenced by storage time but not significantly by rhizome length. There was no interaction effect between rhizome length and storage time on parameters.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberhasilan suatu peternakan dipengaruhi oleh ketersediaan dan kontinuitas
pakan. Pakan ternak dapat berupa hijauan (legum dan rumput) dan pakan konsentrat.
Curch (1983) menyatakan bahwa hijauan adalah bahan makanan yang berasal dari
batang daun dan daun tanaman dan kadang-kadang mengandung bunga dan biji.
Hijauan pakan memiliki peranan penting dalam bidang peternakan dan sangat
berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas ternak. Penggunaan pakan hijauan
dapat menggantikan konsentrat, karena konsentrat hanya sebagai penguat untuk
memenuhi zat makanan ternak. Pakan hijauan merupakan sumber karbohidrat,
vitamin, protein, dan mineral. Jumlah hijauan yang dibutuhkan dalam ransum
berkisar antara 74-94% yaitu untuk sapi perah 73,8%, sapi pedaging 81,6% dan
domba 94% (Parakkasi, 1999).
Kebutuhan ternak akan hijauan pakan terus meningkat setiap tahunnya karena
populasi ternak yang semakin meningkat. Namun, disisi lain lahan subur untuk
rumput lokal yang tersedia semakin terbatas. Hal ini didukung juga dengan
kepadatan penduduk yang naik drastis, sehingga ketersediaan lahan semakin
berkurang, sedangkan kelanjutan hidup ternak dipengaruhi oleh faktor ketersediaan
pakan secara kontinu. Upaya penyediaan pakan juga terkendala pada benih rumput
yang sulit. Hal ini disebabkan terbatasnya produksi benih karena intensifnya
pemanenan hijauan sehingga mengakibatkan tidak adanya benih yang tersisa, selain
itu juga produsen benih lokal rumput masih sangat jarang. Akibatnya benih yang
digunakan untuk melanjutkan ketersediaan hijauan masih kurang memenuhi
kebutuhan dilapangan, untuk itu diperlukan cara lain memperbanyak ketersediaan
hijauan agar kebutuhan tersebut terpenuhi.
Cara vegetatif dapat dilakukan sebagai alternatif lain dari perbanyakan
ketersediaan hijauan. Adapun permasalahan yang dijumpai dilapangan karena
voluminous dan daya simpan terbatas sehingga sulit didistribusikan. untuk
mendapatkan cara pengelolaan bahan tanam yang baik diperlukan informasi yang
berhubungan dengan daya simpan dan ukuran bahan tanam.
Oleh karena itu dilakukan pengkajian terhadap daya tahan penyimpanan dan
panjang rhizome untuk mengetahui lama simpan bahan tanam tersebut agar
produktivitas tetap terjaga, pada rumput bahia (Paspalum notatum Fluegge) yang
tahan terhadap kondisi kering dan berpotensi besar untuk dijadikan sebagai rumput
yang menstabilkan ketersediaan rumput pada saat musim kemarau.
Pengetahuan jangka waktu simpan akan memudahkan untuk menemukan cara
yang efektif dalam penyimpanan bahan tanam tersebut. Selain itu akan memberikan
peluang untuk didistribusikan ke wilayah tertentu dengan jarak tempuh selama daya
tahan simpan bahan tanam tersebut.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya simpan rhizome
Paspalum notatum Fluegge pada ukuran (panjang) rhizome berbeda terhadap
pertumbuhan awal dan produksi biomassa, sehingga informasi hasil penelitian ini
TINJAUAN PUSTAKA
Rumput Sebagai Sumber Hijauan Pakan
Rumput berkualitas tinggi memegang peranan penting dalam penyediaan
pakan ternak ruminansia di Indonesia. Rumput sebagai sumber hijauan pakan telah
umum dipergunakan oleh peternak dan dapat diberikan dalam jumlah yang besar
(Lubis, 1963). Selain itu rumput juga mengandung zat-zat makanan yang bermanfaat
bagi kelangsungan hidup ternak, seperti air, lemak, bahan ekstrak tanpa N, serat
kasar, mineral (terutama fosfor dan garam dapur) serta vitamin.
Menurut Lubis (1963) rumput sebagai hijauan makanan ternak harus
mempunyai persyaratan antara lain : (1) mempunyai manfaat yang tinggi sebagai
bahan makanan, (2) mudah dicerna di saluran pencernaan, (3) tersedia dalam
keadaan yang cukup. Selanjutnya McIlroy (1976) menyatakan bahwa hijauan
makanan ternak harus mempunyai kriteria : (1) sebagai penghasil hijauan yang
banyak dan mempunyai bagian tumbuhan yang banyak untuk memudahkan
pemulihan akibat renggutan ternak, (2) jaringan-jaringan yang baru tumbuh
terlindungi oleh organ lain, (3) dapat berkembang biak secara vegetatif dan generatif,
(4) memiliki sistem perakaran yang luas dan dalam sehingga mampu memanfaatkan
unsur-unsur hara tanah dalam kondisi kering, dan (5) banyak rumput berkembang
biak dengan rhizome atau stolon yang dengan mudah membentuk akar-akar tanaman
sehingga permukaan tanah dapat cepat tertutup .
Rumput dapat tumbuh dengan baik jika sesuai dengan sifat tanaman tersebut.
Setiana (1990) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh
faktor-faktor (1) curah hujan, (2) suhu, (3) cahaya dan (4) type, struktur, dan ketersediaan
hara tanah. Whitteman (1980) menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi hijauan adalah (1) iklim, meliputi ; radiasi, panjang hari,
temperature, kelembaban udara dan curah hujan, (2) kondisi tanah, meliputi ;
kandungan zat hara, sifat fisik, kelembaban tanah dan topografi, (3) spesies hijauan,
meliputi ; potensi genetik dalam menampilkan produksi dan nilai nutrisi, adaptasi
lingkungan, kompetensi tanaman, (4) pengelolaan meliputi : pengendalian gulma,
pemupukan, umur pemotongan dan intensitas pemotongan. Ada berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi usaha pengembangan hijauan makanan ternak di Indonesia
yaitu : jenis hijauan itu sendiri, keadaan tanah, sumber air dan iklim, tofografi serta
tingkat pengetahuan peternak.
Metoda-metoda penilaian species-species rumput padang penggembalaan
telah diringkaskan oleh Burton (1951). Metoda yang baik dengan menanam rumput
dalam baris-baris atau petak-petak pertanaman murni yang kemudian digembalai
dengan sekelompok ternak tertentu yang dikemudian hari akan memanfaatkannya.
Apabila penggembalaan tidak dapat dilakukan maka sebagai penggantinya dapat
dilakukan pemotongan. Varietas-varietas tanaman makanan ternak menunjukkan
daerah variasi genetis yang luas dan dapat diseleksi berdasarkan berbagai sifat-sifat
tumbuh serta reaksi terhadap tatalaksana dan keadaan sekeliling.
Gambar 1. Rumput Bahia (Paspalum notatum Fluegge)
Rumput Bahia diklasifikasikan dalam phylum : Magnoliophyta, sub phylum :
Angiospermae, Class : Monocotyledoneae, Ordo : Poales, Family : Poaceae, Sub
Family : Panicoideae, Tribus : Paniceae, Genus : Paspalum, Species : Paspalum
notatun
Suku Poaceae merupakan suatu suku yang sangat besar meliputi tumbuhan
yang kebanyakan mempunyai batang yang silindrik (hanya sedikit pipih diatas
buku-bukunya), berongga dengan ruas-ruas dan buku-buku yang jelas. Daun berseling
kebanyakan dengan pelepah yang besar, tidak bertangkai dan pada batas pelepah dan
helaian daunnya terdapat lidah-lidah yang jelas. Bunga tersusun dalam bunga
majemuk campuran dari berbagai macam ragam, biasanya bagian-bagiannya berupa
bulir-bulir kecil atau kelompok bunga yang terdiri atas satu atau beberapa bunga