SKRIPSI
OLEH :
RUTH TIRZA MALEM SITEPU 150304084
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2020
SKRIPSI
OLEH :
RUTH TIRZA MALEM SITEPU 150304084
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2020
Ruth Tirza Malem Sitepu (150304084) with the specific title of the thesis is
"Analysis of Tobacco Farming (Nicotiana tabacum L.) and Its Contribution to Family Income (Case Study: Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo)". Conducted by Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec as a Chair of the Supervising Commission and Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D as a Member of the Supervising Commission.
Batukarang tobacco farmers in the village of hereditary run tobacco farms contribute more to contribute to the family income of growers to meet and maintain the viability compared to non-agricultural activities in the field of tobacco. Tobacco farming is expected to make a major contribution to the family income. This research aims to accurately analyze the economic feasibility of tobacco farming; and to determine how the contribution income of tobacco farmers to the comprehensive joint income by utilizing analytical methods Return Cost Ratio (R/C) to determine the feasibility of farming tobacco and using methods of analysis contributes to the formula total farm income of tobacco divided by the comprehensive joint income multiplied by one hundred percent to determine how much revenue the tobacco farmers to total family income. The direct results accurately showed that tobacco farming viable with the test criteria for the R / C > 1 is equal to 2.19. Tobacco farmers' income contribution to total family income is considered substantial, namely 57,4%.
Keywords : Tobacco Farming, Farmer Income, Income Contribution.
Ruth Tirza Malem Sitepu (150304084) dengan judul skripsi “Analisis Usahatani Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir.Iskandarini, MM, Ph.D selaku Anggota Komisi Pembimbing.
Petani tembakau di Desa Batukarang secara turun-temurun menjalankan usahatani tembakau lebih banyak memberikan kontribusi sumbangan terhadap pendapatan keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan dan menjaga kelangsungan hidup dibandingkan dengan kegiatannya di bidang selain pertanian tembakau. Usahatani tembakau diperkirakan akan memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usahatani tembakau; dan untuk menentukan seberapa besarnya kontribusi pendapatan petani tembakau terhadap total pendapatan keluarga tersebut dengan menggunakan metode analisis Return Cost Ratio (R/C) untuk mengetahui kelayakan usahatani tembakau dan menggunakan metode analisis kontribusi dengan rumus total pendapatan usahatani tembakau dibagi dengan total pendapatan keluarga dikali dengan seratus persen untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pendapatan petani tembakau terhadap total pendapatan keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani tembakau layak diusahakan dengan kriteria uji R/C > 1 yaitu sebesar 2,19. Kontribusi pendapatan petani tembakau terhadap total pendapatan keluarga adalah dikategorikan besar yaitu sebesar 57,4% di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.
Kata kunci : Usahatani Tembakau, Pendapatan Petani, Kontribusi Pendapatan
RUTH TIRZA MALEM SITEPU lahir di Medan, Kecamatan Medan Johor, Kabupaten Kota Medan pada tanggal 15 Desember 1997. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Drs.Gagarindo Sitepu dan Ibu Nina Silvia Karini Sembiring..
Pendidikan formal yang pernah ditempuh dan kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 2003 masuk SD Budi Murni 2, Jl.Kapiten Purba I Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan dan lulus tahun 2009.
2. Tahun 2009 masuk SMP Budi Murni 2 Medan dan lulus tahun 2012.
3. Tahun 2012 masuk SMA Methodist 1 Hangtuah Medan dan lulus tahun 2015.
4. Tahun 2015 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SBMPTN. .
5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Binjai Baru, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli – Agustus tahun 2018.
6. Bulan Mei 2019 Penulis melakukan penelitian di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara..
1. Tahun 2012 penulis sebagai anggota paduan suara (Methodist One Youth Choir) di SMA Methodist 1 Hangtuah Medan.
2. Tahun 2015 penulis sebagai anggota departemen minat dan bakat di Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3. Tahun 2015 penulis sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA Mbuah Page) di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Usahatani Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo). Skripsi ini disusun dalam rangka memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur, penulis secara khusus menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memotivasi penulis tanpa mengenal lelah, serta mendukung dan membantu penulis sejak masa perkuliahan hingga dalam penyelesaian skirpsi ini. Kebijaksanaan, ketegasan dan ketepatan sikap bapak menjadi panutan bagi penulis. Juga kepada Ibu Ir.Iskandarini, MM, Ph.D selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan motivasi, memberikan pengarahan dan memberi kemudahan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Kesabaran dan keikhlasan ibu menjadi panutan bagi penulis.
Agribisnis Fakultas Pertanian USU dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang memberikan banyak kemudahan selama mengikuti masa perkuliahan.
2. Kepada seluruh dosen Fakultas Pertanian USU khususnya Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu - ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan serta kepada seluruh pegawai Fakultas Pertanian, Khususnya Program Studi Agribisnis yang telah memberikan banyak kemudahan dalam menjalankan perkuliahan dan penyelesaian skripsi.
3. Kepada Orangtua tercinta Ayahanda Drs.Gagarindo Sitepu dan Ibunda Nina Silvia Karini Sembiring, yang selalu memberikan semangat, nasihat, doa yang tiada putus-putusnya serta dukungan baik secara materi maupun non materi yang tiada henti-hentinya, juga kasih sayang dan perhatiannya yang membawa penulis hingga sampai pada proses akhir pendidikan sarjana ini.
4. Kepada Kakak tercinta Regina Amelia Sitepu, dan Abangnda Rasta Fernando Sitepu,SE yang telah memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan proses pendidikan sarjana ini. Curahan kasih sayang dan dorongan semangat dari mereka yang selalu menguatkan penulis.
5. Kepada Sahabat tercinta Thomas Hutabarat, Reanty Aritonang, Dea Sukatendel, Monicca Sembiring Meliala, Devi Aprillia Ginting, Eunice Matondang, Christy Ginting, Nindawana Tarigan, Duangkamon Piyarat, Maria Mendrofa, Connie Cia Barus, Sevtia Anita, Debora Hutagaol, Tanjit Singh, dan kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
6. Kepada Teman-teman yang saya kasihi stambuk 2015 yang telah memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan proses pendidikan sarjana ini dan kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
7. Kepada responden penelitian yang telah meluangkan waktu dan kesempatan untuk diwawancarai oleh penulis demi kesempurnaan penelitian penulis serta kepada semua pihak yang terlibat yang telah mendukung yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Namun demikian penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, Desember 2019
Penulis
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL...viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7
2.1. Komoditi Tembakau ... 7
2.2. Landasan Teori ... 14
2.2.1. Usahatani Tembakau ... 14
2.2.2. Pendapatan Keluarga ... 18
2.2.3. Kontribusi Pendapatan Usahatani Tembakau Terhadap Pendapatan Keluarga ... 19
2.3. Penelitian Terdahulu ... 20
2.4. Kerangka Berpikir ... 23
2.5. Hipotesis Penelitian ... 26
III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 27
3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 27
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 28
3.4. Metode Analisis Data ... 28
3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 33
3.5.1. Definisi ... 33
3.5.2. Batasan Operasioanl ... 34
4.1.2. Jenis Penggunaan Lahan ... 35
4.2. Kependudukan ... 36
4.2.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 36
4.2.2. Komposisi Penduduk Menurut Umur ... 36
4.2.3. Komposisi Penduduk Menurut Agama ... 37
4.2.4. Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan ... 37
4.3. Sarana dan Fasilitas Umum ... 38
4.3.1. Fasilitas Pendidikan ... 38
4.3.2. Fasilitas Pemerintahan ... 38
4.3.3. Fasilitas Transportasi ... 39
4.3.4. Fasilitas Peribadatan ... 39
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40
5.1. Teknik Budidaya Usahatani Tembakau Di Desa Batukarang ... 40
5.2. Karakteristik Petani Responden ... 48
5.2.1. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Usia ... 48
5.2.2. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 49
5.2.3. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan ... 50
5.2.4. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani ... 50
5.2.5. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan ... 50
5.3. Ketersediaan Sarana Produksi Usahatani Tembakau di Desa Batukarang ... 51
5.4. Analisis Usahatani Tembakau Di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo ... 56
5.4.1. Pendapatan Bersih Usahatani Tembakau ... 57
5.5. Kelayakan Usahatani Tembakau ... 58
5.6. Total Pendapatan Keluarga ... 59
VI. KESIMUPULAN DAN SARAN ... 63
6.1. Kesimpulan ... 63
6.2. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.1. Produksi Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara Tahun
2013-2016 2
1.2. Luas tanaman dan produksi tembakau tanaman
perkebunan rakyat di Sumatera Utara Tahun 2013-2016 3 1.3. Luas tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis
Tanaman dan Desa/ Kelurahan Tahun 2016 4 1.4. Produksi Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman
dan Desa/ Kelurahan Tahun 2016 4
4.1. Penggunaan Lahan Di Desa Batukarang, Kecamatan
Payung, Kabupaten Karo 35
4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa
Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo 36 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Batukarang,
Kecamatan Payung, Kabupaten Karo 36
4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Desa
Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. 37 4.5. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Desa Batukarang,
Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. 37
4.6. Jumlah Fasilitas Pendidikan di Desa Batukarang,
Kecamatan Payung, Kabupaten Karo 38
4.7. Jumlah Fasilitas Pemerintahan di Desa Batukarang,
Kecamatan Payung, Kabupaten Karo 38
4.8. Jumlah Fasilitas Transportasi di Desa Batukarang,
Kecamatan Payung, Kabupaten Karo 39
4.9. Jumlah Fasilitas Peribadatan di Desa Batukarang,
Kecamatan Payung, Kabupaten Karo 39
5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 48 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 49
5.4.
Usahatani 50
5.5. Rata-Rata Penggunaan Pestisida di Daerah Penelitian
Selama 1 Musim Tanam 53
5.6.
Rata-rata Penggunaan Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Tembakau Per Hektar di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam
54
5.7. Rata-rata penggunaan Tenaga Kerja Per Hektar Dalam 1
Musim Tanam Di Daerah Penelitian 55
5.8. Analisis Usahatani Tembakau Per Petani dan Per Hektar
Di Desa Batukarang Selama 1 Musim Tanam 56 5.9. Pendapatan Bersih Rata-rata Usahatani Tembakau Di Desa
Penelitian Selama 1 Musim Tanam 57
5.10 Analisis Kelayakan Usahatani Tembakau Selama 1 Musim
Tanam Di Desa Batukarang 58
5.11 Pendapatan Rata-rata Petani Dari Non Pertanian (PNS) Per
3 Bulan di Desa Batukarang 59
5.12 Pendapatan Rata-rata Petani Dari Wirausaha Per 3 Bulan
di Desa Batukarang 60
5.13 Pendapatan Rata-Rata Petani Dari Non Pertanian Per 3
Bulan di Desa Batukarang 61
5.14 Total Pendapatan Keluarga Petani Tembakau Di Desa
Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo 62
5.15
Kontribusi Pendapatan Petani Tembakau Terhadap Total Pendapatan Keluarga Per Musim Tanam Di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo
63
2.1.
Skema Kerangka Pemikiran Analisis Usahatani
Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga
25
5.1. Pengolahan Lahan 40
5.2. Penanaman Bibit Tembakau 41
5.3. Pemakaian Pupuk Tembakau 42
5.4. Penyiangan Tembakau 42
5.5.1 Jenis-Jenis Pestisida Pemberantas Hama Dalam
Berusahatani Tembakau di Desa Batukarang 43 5.5.2 Jenis-Jenis Pestisida Pemberantas Penyakit Dalam
Berusahatani Tembakau di Desa Batukarang 43
5.6 Panen Tembakau 44
5.7 Penggulungan Tembakau 45
5.8 Pengirisan Tembakau 46
5.9 Penjemuran Tembakau 46
5.10.1 Pengemasan Tembakau 47
5.10.2 Tembakau Siap Untuk Dipasarkan 47
1 Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian
2
Biaya Penggunaan Bibit Tembakau Per Petani di Daerah Penelitian Selama
1 Musim Tanam
3
Biaya Penggunaan Bibit Tembakau Per Hektar di Daerah Penelitian Selama
1 Musim Tanam.
4 Biaya Penggunaan Pupuk Per Petani Sampel di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam
5 Biaya Penggunaan Pupuk Per Hertar Di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam
6 Biaya Penggunaan Pestisida Per Petani di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam
7 Biaya Penggunaan Pestisida Per Hektar di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam
8 Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Usahatani Tembakau Per Pertani di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam
9 Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Usahatani Tembakau Per Hektar di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam
10 Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Per Petani Di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam
11 Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Tembakau Per Hektar di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam
12 Total Biaya Usahatani Tembakau Per Petani Di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam
13 Produksi dan Penerimaan Usahatani Tembakau Rakyat Per Petani di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam
14 Total Biaya usahatani Tembakau Per Hektar Di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam
16 Kelayakan Usahatani Tembakau (R/C) Per Petani Di Daerah Penelitian 17 Kelayakan Usahatani Tembakau (R/C) Per Hektar Di Daerah Penelitian 18 Pendapatan Responden Petani Tembakau Dari Sektor Non Pertanian
(PNS) Di Daerah Penelitian
19 Pendapatan Responden Petani Tembakau Dari Sektor Non Pertanian (Wirausaha) Di Daerah Penelitian
20 Biaya Penyusutan Responden Petani Dari Sektor Non Pertanian (Wirausaha) di Daerah Penelitian
21 Kontribusi Pendapatan Petani Tembakau Terhadap Total Pendapatan Keluarga di Daerah Penelitian Per Musim Tanam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian sebagai petani dan Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto,1984).
Tembakau merupakan salah satu komoditi pertanian andalan yang dapat memberikan kesempatan kerja yang luas dan memberikan penghasilan bagi masyarakat pada setiap agribisnisnya. Selain itu, tembakau menunjang pembangunan nasional berupa pajak dan devisa negara. Dalam perdagangan tembakau Internasional, tembakau Indonesia sangat dikenal, seperti tembakau deli dari Sumatera (Cahyono, 2005).
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tembakau agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen, sumber daya manusia sebagai pelaku utama di dalam pembudidayaan perlu dioptimalkan. Faktor-faktor penunjang lainnya pun perlu dioptimalkan, seperti sumber daya alam (iklim, tanah, dan lain-lain), sumber hayati dan sumber hewani sebagai pengahasil pupuk dan semua sumber daya menunjang dalam pembudidayaan tembakau diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani adannya peningkatan kualitas dan kuantitas hasil panen (Cahyono, 2005).
Pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara perkembangan produksi periode 2013- 2016 pada setiap tahunnya mengalami peningkatan terutama pada komoditas- komoditas strategis yaitu karet, kelapa sawit, kelapa, kopi dan kakao. Untuk melihat sejauh mana perkembangan produksi perkebunan rakyat di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.1 Produksi Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara Tahun 2013-2016 No Komoditi Produksi Perkebunan (Ton)/Tahun
2013 2014 2015 2016
1 Karet 321.099,05 332.678,82 331.675,00 331.761,25 2 Kelapa Sawit 5.612.066,73 5.745.235,23 5.763.848,50 5.763.848,50
3 Kopi 57.208,98 58.064,03 62.732,44 61.315,26
4 Kelapa 91.662,57 91.662,47 94.446,43 94.624,00
5 Kakao 41.101,64 41.265,77 40.765,22 44.391,25
6 Cengkeh 416,48 528,42 656,90 673,00
7 Kemenyan 4.843,67 4.968,82 4.969,04 5.037,00
8 Kulit Manis 3.303,81 3.408,72 3.614,04 3.672,17 9 Kemiri 12.452,12 12.583,27 13.134,17 13.214,00
10 Pala 32,84 40,65 60,10 64,00
11 Lada 86,09 95,53 113,03 118,00
12 Kapuk 117,53 133,65 175,80 180,00
13 Aren 3.139,56 3.233,25 3.444,07 5.437,89
14 Gambir 1.806,11 1.833,54 1.945,00 1.958,04
15 Pinang 3.541,96 3.675,38 3.982,58 4.044,00
16 Vanili 63,64 88,20 95,00 101,00
17 Jarak 5,31 9,00 13,00 16,00
18 Kapulaga 17,80 18,80 24,00 25,00
19 Jambu Mete 3,94 5,00 7,00 9,00
20 Nilam 207,85 293,00 483,68 494,24
21 Tembakau 1.777,40 1.519,78 1.319,15 1.003,43
22 Tebu 4.833,00 3.408,38 4.092,00 2.835,00
Jumlah 6.159.747,08 6.304.744,71 6.331.594,15 6.526.594,94 Sumber : Dinas Pertanian Dan Perkebunan Sumatera Utara, 2016
Pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara, Luas tanaman dan produksi tembakau tanaman perkebunan rakyat menurut Kabupaten periode 2013-2016, dan perkembangan produksi periode 2013-2016, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2. Luas tanaman dan produksi tembakau tanaman perkebunan rakyat di Sumatera Utara Tahun 2013-2016
No Kabupaten Luas Tanaman (Ha) Produksi
(Ton) Tanam Panen Jumlah
1 Nias - - - -
2 Mandailing Natal 48 38 48 35
3 Tapanuli Selatan - - - -
4 Tapanuli Tengah - - - -
5 Tapanuli Utara 521 509 521 563
6 Toba Samosir - - - -
7 Labuhan Batu - - - -
8 Asahan - - - -
9 Simalungun 257 215 257 215
10 Dairi 162 154 162 152
11 Karo 412 403 412 325
12 Deli Serdang - - - -
13 Langkat - - - -
14 Nias Selatan - - - -
15 Humbang Hasundutan 229 224 229 168
16 Pakpak Barat 24 21 24 17
17 Samosir - - - -
18 Serdang Bedagai - - - -
19 Batu Bara - - - -
20 Padang Lawas Utara - - - -
21 Padang Lawas - - - -
22 Labuhanbatu Selatan - - - -
23 Labuhanbatu Utara - - - -
24 Nias Utara - - - -
25 Nias Barat - - - -
26 Padangsidimpuan - - - -
27 Gunungsitoli - - - -
Sumatera Utara
2016 1653 1564 1653 1475
2015 656 643 656 601
2014 1691 1447 1691 1519
2013 1795 1597 1795 1777
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Sumatera Utara, 2016
Sumatera Utara merupakan salah satu wilayah yang cukup baik untuk tanaman perkebunan, salah satunya merupakan tanaman tembakau yang berada di Kabupaten Karo. Namun saat ini hanya 5 Desa/Kelurahan yang merupakan penghasil tanaman tembakau rakyat yaitu di Desa Batukarang, Desa Rimokayu, Desa Payung, Desa Gurukinayan, Desa Selandi.
Berikut ini luas tanaman perkebunan rakyat menurut jenis tanaman dan Desa/Kelurahan Tahun 2016 di Kecamatan Payung, Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.3. Luas tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman dan Desa/ Kelurahan Tahun 2016
No Desa
/Kelurahan
Luas Tanaman (Ha)
Kelapa Cengkeh Kopi Cokelat Kemiri Tembakau 1
2 3 4 5 6 7 8
Batukarang Rimokayu Cimbang Ujung Payung Payung Suka Meriah Gurukinayan Selandi
5 0 0 0 1 0 0 0
49 0 0 0 0 0 0 0
64,99 46,76 89,35 90,97 100,77 0 0 52,16
6,03 78,7 2,5 3,82 32,62 6,12 33,35 14,86
3,33 1,67 0 0 1,67 0,83 0,83 1,67
48,52 23,22 0 0 43,72 0 70,37 19,17
Jumlah 6 49 445 178 10 205
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2016
Berdasarkan tabel 1.3. dapat dilihat bahwa luas tanaman tembakau ada di Desa Batukarang dengan luas tanaman sebesar 48,52 Ha Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Berikut ini produksi tanaman perkebunan rakyat menurut jenis tanaman dan Desa/Kelurahan di Kabupaten Karo pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.4. Produksi Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman dan Desa/ Kelurahan Tahun 2016
No Desa
/Kelurahan
Produksi (Ton)
Kelapa Cengkeh Kopi Cokelat Kemiri Tembakau 1
2 3 4 5 6 7 8
Batukarang Rimokayu Cimbang Ujung Payung Payung Suka Meriah Gurukinayan Selandi
4,00 0 0 0 0,25 0 0 0
26,04 0 0 0 0 0 0 0
69,29 65,08 92,72 113,77 162,42 0 0 121,35
23,56 37,58 7,37 8,18 21,60 0 0 14,14
2,26 2,25 0,38 0,38 2,86 0 0 1,88
31,17 19,19 0 0 19,19 0 0 10,20
Jumlah 4,25 26,04 625 112,43 10 79,75
Berdasarkan pada tabel 1.4. diatas dapat dilihat bahwa luas tanaman tembakau ada di Desa Batukarang dengan produksi sebesar 31,17 Ton Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.Kegiatan usaha tani tembakau tersebar hampir di semua desa- desa yang berada di Kabupaten Karo. Seperti halnya di Desa Batukarang yang berada di Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, warga masyarakatnya pun tertarik untuk menjalankan usaha tani tembakau. Desa ini berada di kaki gunung Sinabung dengan jarak 20 (dua puluh) Kilometer, dimana Kecamatan Payung terbagi dalam 4 desa yaitu Desa Batukarang, Desa Rimokayu, Desa Cimbang, Desa Ujung Payung, Desa Payung, Desa Sukameriah, Desa Gurukinayan dan Desa Selandi.
Berdasarkan survei dari petani, maka harga tanaman tembakau ini masih tetap bertahan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat masih adanya permintaan tanaman tembakau untuk dijual kembali. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kelayakan. Dalam melakukan analisis kelayakan ini, maka Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo dipilih sebagai daerah penelitian karena daerah ini memiliki tingkat produktivitas tanaman tembakau yang paling tinggi di Kabupaten Karo.
Petani tembakau secara turun-temurun menjalankan usahatani tembakau lebih banyak memberikan kontribusi sumbangan terhadap pendapatan keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan dan menjaga kelangsungan hidup mereka dibandingkan dengan kegiatannya di bidang selain pertanian tembakau. Usahatani tembakau diperkirakan akan memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian.
Tembakau kunyah merupakan tembakau non hisap yang dibentuk helaian panjang dari keseluruhan tembakau, ataupun tembakau yang hanya di robek kasar dan dikonsumsi dengan menaruh sebagian tembakau di dalam mulut. Tak seperti tembakau biasa tembakau kunyah bukan tembakau ampas dan harus dikunyah secara mekanis dengan gigi agar rasa dan nikotinnya terasa (Fuadi, 2009).
Berdasarkan observasi langsung di daerah penelitian, dalam mengunyah tembakau adalah bagian yang melengkapi struktur kebudayaan dan biasanya berkaitan erat dengan kebiasaan yang terdapat di daerah tertentu. Kuantitas, frekuensi, dan usia pada saat memulai mengunyah sirih berubah oleh tradisi setempat. Frekuensi penggunaan tembakau kunyah mungkin berkaitan dengan beberapa faktor seperti ketersediaan dan harga tembakau yang digunakan serta usia, pekerjaan dan pertimbangan sosial ekonomi yang berhubungan dengan para pengguna tembakau kunyah. Frekuensi kebiasaan mengunyah tembakau dan merokok dimulai pada masa anak-anak dan remaja, serta pada orang dewasa baik laki–laki dan perempuan. Maka penelitian ini, harga jual tembakau masih tetap bertahan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat masih adanya permintaan tanaman tembakau untuk dijual kembali di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo dipilih sebagai daerah penelitian karena daerah ini memiliki tingkat produktivitas tanaman tembakau yang paling tinggi di Kabupaten Karo.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:
1. Apakah usahatani tembakau layak diusahakan di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo ?
2. Berapa besar kontribusi pendapatan usahatani tembakau terhadap total pendapatan keluarga di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis kelayakan usahatani tembakau di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.
2. Untuk menentukan seberapa besarnya kontribusi pendapatan petani tembakau terhadap total pendapatan keluarga di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai tambahan informasi bagi para petani, para penyuluh pertanian dan segenap pemerhati agribisnis dalam berusahatani tembakau.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan komoditi tembakau di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Komoditi Tembakau
Tanaman tembakau merupakan salah satu tanaman tropis asal Amerika. Asal mula tembakau liar tidak diketahui dengan pasti karena tanaman ini sangat tua dan telah dibudidayakan berabad-abad lamanya. Tanaman tembakau telah menyebar ke seluruh Amerika Utara sebelum kedatangan orang kulit putih (Sudarmo, 1987).
Tanaman tembakau termasuk golongan tanaman semusim. Tembakau dimanfaatkan daunya sebagai bahan pembuatan rokok dan lain-lainnya. Tanaman tembakau dengan sistematika (taksonomi) sebagai berikut : (Cahyono, 2005).
Class : Dicotyledoneae Ordo : Personatae Famili : Solanaceae Sub Famili : Nicotianae Genus : Nicotianae
Spesies : Nicotiana tabacum L.
Berbagai jenis tembakau yang dibudidayakan di Indonesia, menurut kegunaannya terdiri atas tembakau cerutu, tembakau rokok putih atau virginia, tembakau rokok kretek, tembakau pipa dan tembakau kunyah/rakyat (rajangan) (Sudarmo, 1992).
Menurut musimnya tanaman tembakau di Indonesia dapat dipisahkan menjadi dua jenis yaitu
:
1. Tembakau VO (Voor-Oogst) : Tembakau musim kemarau, artinya jenis tembakau ini ditanam pada waktu musim penghujan dan dipanen pada waktu musim kemarau. Contonya : Tembakau Sigaret dan Tembakau Rakyat. Tembakau rakyat Hasil panen umumnya diolah secara dirajang, lalu dikeringkan dengan penjemuran matahari (sun-curing). Pembudidayaan mulai dari pembuatan persemaian, penanaman, dan pengolahan hasil (daun) sampai dijual di pasaran dilakukan oleh petani sendiri. Kegunaan tembakau rakyat dalam industri rokok adalah bahan baku pembuatan rokok sigaret kretek atau lainnya (rokok lintingan, kelembak, menyan, dll) (Rachman, 1983).
2. Tembakau NO (Na-Oogst) : Tembakau musim hujan, artinya jenis tembakau yang ditanam pada musim kemarau, kemudian di panen pada musim penghujan.
Contohnya : Tembakau Cerutu dan Tembakau Pipa.
Tembakau rakyat kebanyakan dipakai sebagai tembakau rajangan. Hasil rajangan cukup bervariasi, mulai dari rajangan kasar tengah, dan halus. Dilihat dari warna juga cukup bervariasi, mulai dari kuning, emas, merah, coklat, sampai hitam kelam. Perbedaan warna ini sebenarnya masih bisa dimodifikasikan sesuai dengan selera dan keinginan, kecuali warna kuning yang berhubungan erat dengan varietas yang ditanam. Penggunaan tembakau ini juga bervariasi, sebagai bahan campuran dalam industri pokok kretek dan sigaret, dibuat lintingnya atau sering juga digunakan untuk tembakau kunyah (Padmo dan Djadmiko, 1991).
Tahapan kegiatan dalam membudidayakan usahatani tembakau : 1. Persiapan Lahan
Pengolahan lahan bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan dan pembentukan hasil. Lahan yang telah memadat dan keras harus diolah kembali.
2. Penanaman
Penanaman adalah proses memindahkan bibit tembakau dari tempat penyemaian bibit tembakau ke lahan pertanian. Penanaman tembakau dapat diketahui dari jenis tembakau yang dibudidayakan adalah tembakau jenis Voor Oogst yang merupakan tembakau musim kemarau yaitu tembakau yang ditanam pada saat musim penghujan dan dipanen pada saat musim kemarau tiba. Atau Tembakau Na-Oogst, yang merupakan tembakau musim hujan, artinya jenis tembakau yang ditanam pada musim kemarau, kemudian di panen pada musim penghujan. Umur tembakau siap ditanam dari persemaian adalah 40-45 hari. penanaman tembakau dilakukan dengan jarak 0,9 m x 0,7 m dan 1 m x 0,7 m.
3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan agar tanaman tumbuh dengan baik dan mendapatkan hasil yang optimal. Pemberian pupuk harus dilaksanakan dengan tepat, baik waktu maupun jenis pupuk yang digunakan. Pupuk kandang diberikan 7 hari sebelum tanam dengan dosis 0,5 kg/tanaman, 75 kg/ha TSP, dan 100 kg/ha ZA diberikan pada umur 15-20 HST (Hari Setelah Tanam). Cara pemberian pupuk dengan membuat lubang tugalan di kiri dan kanan tanaman dengan jarak 10-15 cm dari pangkal batang, kemudian pupuk ditabur pada lubang dan ditutup dengan tanah yang ada disekitarnya.
4. Penyiraman dan Pengairan
Untuk mendapatkan produksi dan kualitas tembakau yang tinggi perlu adanya sistem pengairan yang tetap, sebab untuk pertumbuhan terbaiknya tanaman tembakau memerlukan air yang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Pada masa awal penanaman sampai umur 7 HST penyiraman dilakukan setiap hari untuk mencegah kematian bibit yang baru dipindahkan akibat terik matahari atau keracunan pupuk. Penyiraman sebaiknya pada pagi dan sore hari, saat suhu udara dan terik matahari tidak terlalu tinggi.
5. Penyiangan
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan secara bersama untuk menghemat waktu, biaya, dan tenaga serta biasanya 2 x selama satu musim tanam yaitu pada umur 10 HST dan 30 HST. Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan gulma sehingga dalam penyerapan unsur hara tanaman tidak terganggu dalam
”persaingan” yang berupa gulma. Pembumbunan dilakukan sekaligus pada saat penyiangan ini bertujuan agar tanah gembur, sirkulasi udara di alam tanah lancar, dan kelembaban tanah terjaga. Hal ini dilakukan karena makin lama tanah akan semakin memadat.
6. Pemangkasan
Waktu pemangkasan yang baik pada saat 10%-20% tanaman telah berbunga atau pada umur 40-50 HST. Pemangkasan di bagi dua macam yaitu :
- Pemangkasan bunga (Topping) Pemangkasan bunga berfungsi dapat menebalkan dan meleberkan daun yang dihasilkan.
- Pemangkasan tunai katiak daun (Suckering), bertujuan untuk mengefisienkan penggunaan zat hara dan menjaga kualitas daun agar tetap baik.
7. Pengendalian Hama dan Penyakit
Sebaiknya agar selalu menjaga kebersihan kebun, pengaturan jarak tanam, pemetikan, pemotongan bagian tanaman yang terserang, menggunakan varietas yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit dan menggunakan pestisida secara selektif dan bijaksana.
8. Panen
Penentuan waktu panen yang tetap semakin penting karena pemanenan yang dilakukan sebelum matang atau kelewat matang berpengaruh sama buruknya.
Daun yang dipetik sebelum matang kualitasnya akan menurun karena setelah kering menjadi kisut dan tulang daunnya melengkung sehingga permukaan helaian daun tidak rata. Disamping itu warnanya pun kurang menarik, yaitu coklat tua. Sedangkan daun yang terlambat dipanen biasanya mudah sobek dan warnanya merah tua. Oleh karena itu, waktu pemanenan yang tidak tepat akan menurunkan kualitas sehingga harga jual rendah.
Pelaksanaan pemanenan daun tembakau dapat dilakukan setelah berumur 45-65 hari setelah tanam. Kriteria daun yang telah matang ditandai dengan warna daun yang hijau terang dan sepanjang tepi daun, ujung daun dan tulang daun telah berubah warnanya menjadi hijau kekuningan serta pucuk daun agak melengkung kebawah (Tim Penulis, 1997).
Tahapan-tahapan pengolahan tembakau adalah sebagai berikut :
Keterangan :
: Saling berhubungan
Tahapan-tahapan pengolahan tembakau rakyat adalah : 1. Sortasi Pertama
Sortasi pertama dilakukan untuk memilih daun tembakau sesuai dengan kualitasnya.
2. Pemeraman
Daun tembakau di tumpuk di tempat pemeraman kemudian ditutup didalam ruangan. Pemeraman dilakukan selama 2-3 hari sampai daun tembakau berwarna kuning.
3. Sortasi Kedua
Mengelompokkan daun tembakau berdasarkan warna asli pemeraman.
Pemetikan Daun
Sortasi Pertama Pemeraman
Sortasi Kedua
Penggulungan
Perajangan
Penjemuran
Pengemasan
4. Penggulungan
Setelah diperam dan disortasi maka daun tembakau digulung.
5. Perajangan
Perajangan atau pengirisan tembakau dilakukan pada pagi hari atau siang hari dengan menggunakan alat perajang sederhana yang digunakan sebagai pemotong secara rata dan halus.
6. Penjemuran
Hasil rajangan yang masih basah diaduk rata setelah itu persiapan untuk penjemuran. Daun tembakau rajangan dijemur di atas ragen atau kirang-kirang (dalam bahasa karo) dengan ketebalan merata sekitar 3 cm. Penjemuran diusahakan agar kering pada hari yang sama, penjemuran dilakukan siang hari pada saat cuaca panas.
7. Pengemasan
Daun yang telah dikeringkan maka diembunkan pada malam hari, apabila rajangan tembakau sudah lemas atau elastis kemudian diatur berlapis-lapis dan diikat dengan tali. Gulungan daun di masukkan ke dalam pembungkus yang terbuat dari tikar atau sesek anyaman bambu, bobot 1 bal biasanya 40-100 kg (Matnawi, 2002).
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Usahatani Tembakau
Usahatani pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan produksi pertanian yang berkualitas dan berdaya saing. Oleh karena itu, pengembangan suatu komoditas pertanian harus mempertimbangkan permintaan pasar, berkonsentrasi pada produk unggulan yang berdaya saing tinggi maupun memenuhi fungsi sebagai komoditas ekonomi dan sosial, mampu memaksimalkan sumber daya alam terutama lahan berwawasan lingkungan serta mempunyai keterkaitan yang erat dengan sektor lain (Soekartawi, 1984).
Modal adalah syarat berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usahatani. Suatu usahatani sebagai bisnis menjadi lebih efisien dan menguntungkan seringkali disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam pengembangan usahatani. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi. Dalam usahatani modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Modal tetap, meliputi: tanah dan bangunan. Modal tetap dapat diartikan sebagai modal yang tidak habis pada satu periode produksi. Jenis modal ini memerlukan pemeliharaan agar dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama. Jenis modal ini mengalami penyusutan.
b) Modal tidak tetap, meliputi: alat-alat pertanian, bahan-bahan pertanian (pupuk,bibit,obat-obatan), dan lain-lain (Surartiyah, 2008).
Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam suatu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan uang, yang termasuk didalamnya adalah:
1. Sarana produksi yang habis terpakai dalam satu kali pemakaian, seperti : bibit, pupuk, pestisida, bahan bakar, bunga modal dalam penananamn lain.
2. Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang, pajak, iuran pengairan, taksiran biaya penggunaan jika digunakan ialah tanak milik sendiri.
3. Biaya dari alat-alat produksi tahan lama yaitu seperti bangunan, alat, dan perkakas yang berupa penyusutan dalam berusahatani
4. Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya atau disebut dengan TKDK, dan tenaga kerja dari luar petani yang bergaji tetap atau disebut dengan TKLK dalam berusahatani.
5. Biaya-biaya lain (Prawirokusuma, 1990).
Secara umum banyak faktor yang menentukan keberhasilan usahatani tembakau tanaman tembakau untuk mencapai tingkat pendapatan yang tinggi. Adapun faktor yang sangat mempengaruhi budidaya tanaman tembakau dilihat dari sudut ekonomi/cost adalah biaya produksi variabel seperti bibit, pupuk dan obat-obatan, tenaga kerja, dll. Biaya produksi ini sangat menunjang keberhasilan proses produksi berlangsung.
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya atau dengan kata lain pendapatan yang meliputi pendapatan kotor atau penerimaan dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi.
Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu.
Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Rumus penerimaan, total biaya dan pendapatan adalah sebagai berikut : (Soekartawi, 1984).
TR = P x Q...(i) TC = FC + VC...(ii) μ = TR – TC...(iii)
Keterangan :
TR : total penerimaan usahatani (Rp) TC : total biaya usahatani tembakau (Rp) FC : Biaya Tetap (Fixed Cost) (Rp) VC : Biaya Variabel (Variabel Cost) (Rp) P : harga produksi tembakau (Rp/Kg) Q : jumlah output tembakau (Kg)
μ : pendapatan atau keuntungan tembakau (Rp)
Biaya tetap (fixed cost) diartikan sebagai relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit, Selain itu, biaya tetap dapat pula dikatakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi komoditas pertanian, misalnya penyusutan alat dan gaji tenaga kerja. Biaya tidak tetap (variable cost) merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditi yang diperoleh. Misalnya biaya untuk saprodi atau sarana produksi komoditas pertanian. Seperti biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, tenaga kerja, biaya panen.
Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal pakai. Rumus yang digunakan yaitu nilai pembelian (Rp), tafsiran nilai sisa (Rp), dan jangka usia ekonomis (Tahun) (Soekartawi,2006).
Pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani Pendapatan bersih (keuntungan) adalah selisih antara total penerimaan (TR) dan total biaya (TC) (Soekartawi,2006).
Kelayakan usahatani dapat melihat kelayakan dari suatu gagasan yang berasal dari petani secara individu. R/C (return cost ratio), atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan (revenue) dan total biaya (cost). Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut :
a = R/C R = Py.Y C = FC + VC
a = {(Py.Y)/(FC + VC)}
Dimana :
a = Perbandingan antara Total Revenue dengan Total Cost R = Penerimaan
C = Biaya
Py = Harga Jual output Y = Output
FC = biaya tetap
VC = biaya variabel (Soekartawi, 1995).
Untuk mengetahui kelayakan usahatani tanaman tembakau ini dianalisis dengan metode analisis R/C, Analisis R/C ini membandingkan nilai penerimaan dengan total biaya, yaitu dengan kriteria :
- Jika R/C > 1, maka usaha layak dilaksanakan - Jika R/C = 1. maka usaha layak impas
- Jika R/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan (Soekartawi, 1995).
2.2.2. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan keluarga yang berasal dari luar usahatani.
Angka ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber-sumber lain yang diterima petani bersama keluarganya disamping kegiatan pokoknya (Soeharjo dan Patong 1973).
a. Pendapatan Dari Usahatani Tembakau
Pendapatan usaha tani tembakau adalah pendapatan yang diperoleh dari usaha tani tembakau. Pendapatan ini merupakan pendapatan bersih usaha tani tembakau yang berasal dari penerimaan hasil penjualan hasil produksi dikurangi dengan biaya produksi selama sebulan dalam satuan rupiah.
b. Pendapatan Non Pertanian
Pendapatan non pertanian merupakan penerimaan yang berasal dari nilai berbagai usaha. Pendapatan non pertanian adalah pendapatan yang diperoleh responden selain berusaha sebagai petani tembakau yaitu pendapatan yang diperoleh dari luar usaha tembakau, seperti bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil), Wirausaha dalam kurun waktu satu bulan.
2.2.3. Kontribusi Pendapatan Usahatani Tembakau Terhadap Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan rumah tangga yang berasal dari luar usahatani. Angka ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber- sumber lain yang diterima petani bersama keluarganya disamping kegiatan pokoknya (Soeharjo dan Patong, 1973).
Kontribusi pendapatan yaitu suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan dari penerimaan suatu usaha tertentu (dalam hal ini usahatani tembakau) terhadap total pendapatan keluarga. Maka dari itu, dibandingkan antara realisasi pendapatan usahatani tembakau, dan pendapatan non pertanian, maka disebut dengan total pendapatan keluarga (Suratiyah,2006).
Pendapatan keluarga diukur untuk mengetahui presentase kontribusi pendapatan dari usahatani terhadap pendapatan keluarga. Rumus kontribusi pendapatan usahatani tembakau terhadap pendapatan keluarga digunakan rumus menurut Suratiyah (2006) adalah untuk mengetahui kontribusi usahatani tembakau terhadap pendapatan keluarga maka dianalisis secara deskriptif, dengan rumus : Kontribusi Pendapatan Usahatani Tembakau:
Pendapatan Usahatani Tembakau Total Pendapatan Keluarga Dengan ketentuan apabila :
Kontribusi pendapatan usahatani tembakau > 30% Kontribusinya Besar Kontribusi pendapatan usahatani tembakau < 30% Kontribusinya Rendah.
x 100 %
2.3 Penelitian Terdahulu
Eva Nelliana Situmorang (2011), dengan judul penelitian “Analisis Usahatani Bawang Prei dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga Di Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo”. Penelitian ini bertujuan mengetahui teknik budidaya usahatani bawang prei; untuk mengetahui komponen biaya produksi terbesar pada usahatani bawang prei; untuk mengetahui kelayakan usahatani bawang prei; untuk mengetahui kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga; dan untuk mengetahui masalah yang dihadapi petani dalam usahatani bawang prei dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah teknik budidaya usahatani bawang prei adalah teknik budidaya yang meliputi penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, serta panen dan pascapanen; komponen biaya produksi terbesar pada usahatani bawang prei adalah biaya bibit; usahatani bawang prei adalah layak untuk diusahakan; kontribusi pendapatan petani bawang prei terhadap total pendapatan keluarga adalah dikategorikan besar; dan masalah yang dihadapi petani pada usahatani bawang prei adalah kekeringan air pada bak cuci pada saat kegiatan pascapanen (proses pencucian) yaitu ketika musim kemarau dan upaya yang dilakukan petani adalah mengangkat air dari rumah.
Siti Satriya Gusri (2011), dengan judul penelitian “Analisis Usahatani Tanaman Hias Bonsai dan Kontribusi Pendapatan Usahatani terhadap Pendapatan Keluarga Di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang”. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai, menganalisis tingkat
persentase kontribusi pendapatan tanaman hias bonsai terhadap pendapatan keluarga dan untuk menganalisis kelayakan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian. Daerah penelitian ditentukan secara purposive dan metode penentuan sampel yang digunakan adalah Metode Simple Random Sampling, dimana total populasi 150 petani dan hanya diambil 20 % dari total populasi, sehingga jumlah sampel 30 petani tanaman hias bonsai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai ini dilakukan dengan dua teknik pembesaran, yaitu menanam langsung di tanah maupun pembesaran di pot. dimana, usahatani ini memberikan kontribusi pendapatan rata-rata sebesar 25,82% dari total pendapatan keluarga dan dengan nilai R/C rata-rata sebesar 2,39. Maka, usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian layak untuk dijalankan dan dikembangkan.
Erna Kristina Siahaan (2009), dengan judul penelitian “Analisis Usahatani Tembakau Rakyat di Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi”. Penelitian ini bertujuan untuk perkembangan terakhir menunjukkan bahwa terjadi ketidakseimbangan antar produksi dan konsumsi tembakau dunia dalam beberapa tahun terakhir, sementara konsumsi tembakau dunia cenderung meningkat.
Konsumsi total tembakau domestik Indonesia oleh industri rokok juga masih menunjukkan peningkatan. Kondisi teknik budidaya pada usahatani tembakau rakyat di Kecamatan Sumbul secara umum masih bersifat tradisional mulai dari pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan dan pembumbunan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pengeringan. Petani sampel di daerah penelitian juga masih menggunakan alat-alat yang sederhana untuk usahataninya. Komponen biaya produksi terdiri dari biaya bibit, pupuk,
obat-obatan, penyusutan alat-alat pertanian, tenaga kerja, lahan dan pajak bumi dan bangunan yang digunakan para petani sampel selama satu musim tanam.
Penerimaan adalah perkalian antara hasil produksi dengan harga. Semakin tinggi hasil produksi yang dihasilkan maka semakin tinggi pula penerimaan yang akan diperoleh. Pendapatan bersih petani adalah total penerimaan yang diperoleh oleh petani dikurangi dengan jumlah biaya produksi (pupuk, obat-obatan, penyusutan peralatan, tenaga kerja, lahan, pajak bumi dan bangunan) selama proses produksi usahatani tembakau rakyat berlangsung. Analisis kelayakan usahatani tembakau rakyat dilakukan untuk. mengetahui kelayakan usahatani tembakau rakyat di daerah penelitian di analisis dengan menggunakan kriteria kelayakan R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio. Return Cost Ratio memiliki kriteria yaitu jika R/C ≥ 1, maka usahatani tembakau layak diusahakan dan jika R/C < 1, maka usahatani tembakau rakyat tidak layak untuk diusahakan.
2.4. KERANGKA PEMIKIRAN
Usahatani tembakau merupakan usaha yang memiliki prospek yang cukup cerah untuk dikembangkan karena selain memberikan hasil yang memuaskan bagi para petani di Desa Batukarang tertarik untuk membudidayakan tanaman tembakau dengan alasan untuk prospek jangka panjang. Produksi yang dihasilkan dari usahatani tembakau segera dijual ke pasar sehingga diperoleh besarnya total penerimaan dari usahatani tersebut. Total penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara produksi dengan harga jual daun tembakau yang sudah kering dijual di pasar. Untuk mencari besarnya pendapatan bersih usahatani tembakau dapat diperoleh dari pengurangan total penerimaan dengan total biaya produksi yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara produksi usahatani dengan harga jual yang dinilai dalam rupiah setelah memperoleh penerimaan, untuk mengetahui pendapatan maka perlu diketahui biaya produksi. Biaya Produksi terdiri dari bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja.Setelah biaya produksi diketahui, maka Pendapatan dapat diperoleh setelah mengurangkan penerimaan dengan biaya produksi.
Untuk mengetahui kontribusi pendapatan dari usahatani tembakau terhadap total pendapatan keluarga, maka kontribusi pendapatan usahatani tembakau diperoleh dari pendapatan usahatani tanaman tembakau dibagi dengan total pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100 %. Usahatani tembakau sangat ditentukan oleh faktor produksi seperti tanah, modal dan tenaga kerja. Suatu produksi dapat terwujud karena adanya unsur faktor produksi.
Jumlah anggota keluarga mempengaruhi besarnya konsumsi dan kontribusi pendapatan keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka kebutuhan konsumsi juga akan semakin tinggi, hal ini secara langsung akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani, sehingga dapat dikatakan jumlah anggota keluarga memberikan pengaruh yang negatif terhadap pendapatan, apabila anggota keluarga tersebut berada pada usia non produktif, tetapi sebaliknya akan memberikan pengaruh yang positif apabila jumlah anggota keluarga yang semakin tinggi itu berada pada usia produktif. Pendapatan keluarga petani merupakan total keseluruhan pendapatan baik yang berasal dari usahatani maupun yang bukan dari usahatani. Pendapatan dari usahatani yang rendah menyebabkan petani mencari tambahan di luar usahataninya.
Keseluruhan kegiatan usahatani tembakau tersebut dapat dianalisis menggunakan rumus R/C sehingga dapat diketahui bagaimana kondisi finansial petani tembakau rakyat di daerah penelitian. Secara ekonomi usahatani tembakau layak untuk diusahakan apabila perbandingan penerimaan dan biaya >1 (lebih besar dari satu) atau sama dengan satu. Sedangkan apabila <1 (lebih kecil satu), usahatani tembakau tidak layak untuk diusahakan.
Secara sistematis kerangka pemikiran dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
: Menyatakan Hubungan
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Usahatani Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga
Petani Tembakau
Usahatani Tembakau Biaya yang dikeluarkan
- Bibit - Pupuk - Pestisida - Obat-obatan - Tenaga Kerja
Produksi
Penerimaan
Harga Jual
Biaya Produksi
Analisis R/C
Pendapatan Pendapatan
Keluarga
Layak Tidak Layak
2.5. Hipotesis Penelitian
1. Usahatani tembakau di daerah penelitian layak untuk dikembangkan.
2. Kontribusi pendapatan petani tembakau terhadap total pendapatan keluarga adalah besar di daerah penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, artinya daerah penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dengan pertimbangan bahwa daerah yang diteliti merupakan salah satu usahatani tembakau yang cukup potensial di wilayah Kabupaten Karo, maka ditetapkan daerah penelitian adalah di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu secara Simple Random Sampling. Simple Random Sampling adalah pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Dimana cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa ada tingkat dalam anggota populasi tersebut.
Jumlah sampel yang diambil adalah sebesar 39 sampel dari 300 petani tembakau di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, yang diperoleh dari rumus slovin berikut ini :
n = N
1 + Ne²
Dimana :
n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi
e² = Kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (15%)
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani tembakau melalui survey dan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait dengan substansi penelitian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo, Dinas Pertanian dan Perkebunan Sumatera Utara dan instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Identifikasi Masalah yang pertama (I), dianalisis dengan : “Kelayakan Usahatani Tembakau, dimana apakah usahatani tembakau layak diusahakan di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.” Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dengan jumlah 39 sampel.
Untuk Hipotesis pertama (I), “Usahatani tanaman tembakau di daerah penelitian layak untuk dikembangkan“, maka digunakan dengan menggunakan metode analisis Return Cost Ratio (Ratio R/C) atau yang dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dengan biaya, yaitu untuk menganalisis kelayakan
n = 300 1 + (300 x (0,15²) n = 38,70 kk
usahatani tanaman tembakau di daerah penelitian, secara matematis dapat dituliskan :
a = R/C R = Py.Y C = FC + VC
a = {(Py.Y)/(FC + VC)}
dimana :
a = Perbandingan antara Total Revenue dengan Total Cost R = Penerimaan (Rp)
C = Biaya (Rp)
Py = Harga Jual output (Rp) Y = Output (Kg)
FC = biaya tetap (Rp)
VC = biaya variabel (Rp) (Soekartawi, 1995).
Kriteria Uji : - R/C > 1 maka usahatani layak diusahakan - R/C = 1 maka usahatani berada di titik impas - R/C < 1 maka usahatani tidak layak diusahakan.
Untuk menganalisis usahatani tembakau di Desa Batukarang, maka terlebih dahulu untuk mengetahui biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan dan penerimaan serta pendapatan usahatani tembakau, adalah sebagai berikut :
1. Total Biaya
Keterangan :
TC = Total Biaya Usahatani Tembakau (Rp) FC = Biaya Tetap (Fixed Cost) (Rp)
VC = Biaya Variabel (Variable Cost) (Rp) TC = FC + VC
Modal Tetap (Fixed Cost), terdiri dari : a. Biaya Penyusutan Usahatani Tembakau
Sebelum mengetahui berapa jumlah total biaya usahatani tembakau, terlebih dahulu modal/biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan oleh petani tembakau masing-masing dengan jumlah 39 sampel antara lain seperti alat-alat pertanian.
Rumus :
Keterangan :
Nb = nilai pembelian atau Nilai awal alat (Rp) Ns = tafsiran nilai sisa atau Nilai akhir alat (Rp) N = jangka usia ekonomis atau Waktu pakai (Tahun).
b. Biaya Lain-Lain Petani Tembakau
Biaya Lain-lain petani tembakau, dimana terdapat jenis modal biaya yang dikeluarkan seperti biaya sewa lahan milik sendiri maupun sewa dan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dalam satuan rupiah (Rp).
Modal/Biaya Produksi (Variable Cost), terdiri dari : a. Biaya Input Produksi
Sebelum mengetahui berapa jumlah total biaya usahatani tembakau, terlebih dahulu mengetahui modal atau biaya produksi (variabel cost) yang dikeluarkan oleh petani tembakau sebanyak jumlah 39 sampel antara lain sebagai berikut:
jenis produksi tanaman tembakau seperti : Bibit tembakau, jenis pupuk, pestisida, obat-obatan yang dapat dihitung dalam satuan (jumlah), harga satuan (per unit) serta total biaya dari masing-masing jenis dan harga satuan kemudian dijumlahkan dalam total keseluruhan yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya Penyusutan = 𝑁𝑏 – 𝑁𝑠 𝑛
b. Biaya Curahan Tenaga Kerja
Untuk mengetahui biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh masing-masing sampel 39 petani tembakau di Desa Batukarang. Tenaga kerja dalam usahatani dapat ditentukan berdasarkan : luas lahan, total upah perhari dalam satuan rupiah, jumlah tenaga kerja, yang terdiri dari Tenaga kerja luar keluarga (TKLK).
2. Analisis Penerimaan Usahatani Rumus Penerimaan Usahatani Tembakau :
Keterangan :
TR = Total penerimaan (Rp)
Py = Harga jual produksi (Rp/Kg)
Q = Jumlah produksi yang dihasilkan (Kg)
3. Pendapatan Usahatani Tembakau Rumus Pendapatan Usahatani Tembakau :
Keterangan :
Pd = Pendapatan Usahatani (Rp)
TR = Total penerimaan (total revenue) (Rp) FC = Biaya Tetap (fixed cost) (Rp)
Identifikasi Masalah yang kedua (II), yaitu “Berapa besar kontribusi pendapatan usahatani tembakau terhadap total pendapatan keluarga di desa batukarang, kecamatan payung, kabupaten karo”, maka dianalisis dengan menggunakan metode tabulasi sederhana, yaitu untuk menganalisis tingkat persentase kontribusi
TR = Py x Q
Pd = TR - FC
Hipotesis kedua (II) yaitu “ Kontribusi pendapatan usahatani tembakau terhadap total pendapatan keluarga adalah besar di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo”.
Menurut Sudjana (1996), Analisis Deskriptif Persentase (DP) digunakan untuk mengetahui kontribusi usahatani terhadap pendapatan keluarga petani dalam satuan persen. Sebelum mengetahui seberapa besar kontribusi usahatani tembakau terhadap total pendapatan keluarga, maka terlebih dahulu mengetahui pendapatan keluarga selain dari usahatani tembakau.
Kontribusi adalah sumbangan yang dapat diberikan oleh suatu hal terhadap hal lain. Data yang diperoleh dianalisis tanpa uji statistik dengan menghitung jumlah uang yang diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tembakau dan pendapatan total keluarga petani tembakau dikali seratus persen, dirumuskan sebagai berikut :
𝑷𝒑 = ( 𝑷𝒊
𝑷𝒌 ) 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
Keterangan :
Pi = Total pendapatan usahatani tanaman tembakau.
Pk = Total pendapatan keluarga.
Pp = Persentase/kontribusi pendapatan usahatani tanaman tembakau.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi
1. Usahatani tembakau adalah kegiatan untuk mengembangkan dan memelihara tanaman tembakau sehingga menghasilkan produksi tembakau.
2. Teknik budidaya usahatani tembakau adalah tahapan kerja yang bersesuaian dalam usahatani tembakau yaitu meliputi pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan (pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit) panen, dan pengolahan tembakau meliputi : pemetikan daun, penggulungan, pengirisan, penjemuran, dan pengemasan
3. Komponen biaya produksi pada usahatani tembakau adalah biaya-biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani tembakau berlangsung, baik biaya tetap yaitu penyusutan alat-alat pertanian dan sewa lahan maupun biaya variabel yaitu bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan lain-lain.
4. Pendapatan bersih usahatani tembakau adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi yang dinyatakan dengan rupiah per musim tanam.
5. R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya dalam pengolahan usahatani tembakau untuk mengetahui kelayakan dalam berusahatani tembakau apakah layak atau tidak.
6. Pendapatan keluarga petani digolongkan menjadi dua yaitu pendapatan yang berasal dari : pendapatan dari usahatani tembakau, dan pendapatan non pertanian (terdiri dari PNS dan Wiraswasta).
7. Total pendapatan keluarga adalah pendapatan per musim tanam atau per bulan yang dinyatakan dengan rupiah yang terdiri dari pendapatan usahatani tembakau, dan pendapatan non pertanian.
8. Kontribusi pendapatan petani tembakau terhadap total pendapatan keluarga adalah pendapatan petani tembakau dibagi dengan total pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100 % yang dinyatakan dengan persentase.
9. Musim tanam adalah lamanya waktu usahatani tembakau untuk menghasilkan produksi yaitu 1 musim tanam (tiga bulan).
10. Pemasaran dalam usahatani merupakan bagian akhir dalam proses kegiatan usahatani yang mempengaruhi keberhasilan usahatani, dengan melihat besarnya keuntungan yang di dapat.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.
2. Populasi dalam penelitian ini adalah petani tembakau yang ada berkontribusi terhadap total pendapatan keluarga di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.
3. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2019.