• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA 2021"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

i

MAKNA SIMBOL RELIGIUS DALAM BATIK RAJAH KARYA KAJI HABEB

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Disusun Oleh :

MUCHAMMAD ROMADHON NIM : 14520012

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

2021

(2)

ii

(3)

iii

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR Dosen : Dr. Ahmad Salehudin,S.Th.I., M.A

Fakultas : Ushuluddin danPemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta NOTA DINAS

Hal : Skripsi Sdra. Muchammad Romadhon Lamp : -

Kepada :

Yth. Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Assalamualaikum wr. Wb.

Setelah membaca, meniliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Muchammad Romadhon NIM : 14520012

Jurusan/Prodi : Studi Agam-Agama

Judul Skripsi : Makna Simbol Religius Dalam Batik Rajah Karya Kaji Habeb Sudah dapat diajukan sebagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Jurusan/Prodi Studi Agama-Agama Fakultas Ushiluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dengan ini kami mengharp agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di atas dapat segera di munaqosyahkan. Untuk itu, kami ucapkan terimakasih

Wassalamualaikum wr.Wb.

Yogyakarta, 20 Juli 2021 Pembimbing

Dr. Ahmad Salehudin, S.Th.I., M.A NIP:

19780405 200901 1 010

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

(5)

v MOTTO

Sadar diri, bahwa aku hanya hamba-Mu (Penulis)

Jadikan dirimu tanpa telinga, rasa dan pikiran Dan dengar seru, “kembalilah!” dari Tuhan.

Kata dan tindakan kita adalah perjalanan lahir.

Jalan Tasawuf, Jalaluddin Rumi

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan untuk Ayah di surga sana.

“Jangan khawatir Ayah, surga yang pernah kau bisikkan telah

kutanam di lautan rindu”.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah swt yang senantiasa mencurahkan rahmat, anugerah, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga berkat petunjuk dan lindungan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “MAKNA SIMBOL RELIGIUS DALAM BATIK RAJAH KARYA KAJI HABEB ”. Penyusunan skripsi ini terselesaikan guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada jurusan Studi Agama-agama di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Shalawat serta salam senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad saw.

Terlepas dari segala keterbatasan dan hambatan yang ada, penulis tetap berusaha dengan segala kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari beberapa pihak yang senantiasa memberikan bimbingan, motivasi, doa, dan semangat baik. Oleh karena itu, tiada suatu kata yang patut untuk disampaikan kepada semua pihak terkait, melainkan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya. Ungkapan ini penulis sampaikan kepada:

1. Allah SWT dengan ar-rahman dan ar-rahimnya.

2. Kedua orang tua dan keluarga besar penulis.

3. Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., M.A. . Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

4. Dr. Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M.Hum., MA. . Dekan Fakultas

Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

(8)

viii

5. Dr. Dian Nur Anna, S.Ag., M.A., selaku Kepala Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, sekaligus Dosen Pembimbing Akademik.

6. Dr. Ahmad Salehudin, S.Th.I., M.A., Dosen Pembimbing Skripsi.

7. Ibu Andamari, selaku bagian tata usaha Prodi Studi Agama-Agama dan seluruh staf Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

8. Segenap Dosen Prodi Studi Agama-Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

9. Keluarga Besar Teater Eska Yogyakarta, dan khususnya Angkatan 20 Teater Eska Yogyakarta.

10. Teman-teman Studi Agama-Agama angkatan 2014.

11. Nevy Pelawati A. S. Pd., yang selalu menemani dalam penelitian dan mengingatkan agar tetap mengerjakan skripsi.

12. Kaji Habeb , selaku narasumber dan seniman Batik Rajah.

Atas bantuan serta dukungan dari berbagai pihak di atas, skripsi ini dapat selesai. Akan tetapi penulis skirpsi ini adalah tanggung jawab penulis seluruhnya.

Penulis sangat menyadari, bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, kritik dan saran sangatlah penulis harapkan.

Yogyakarta, 22 Juli 2021 Saya yang menyataka

Muchammad Romadhon

NIM: 14520012

(9)

ix Abstrak

Indonesia yang mempunyai geografis kepulauan yang sangat banyak, sehingga membuatnya menjadi sangat beragam, hal tersebut bisa dilihat dari segi bahasa, tradisi dan serta karya-karya seninya, salah satunya adalah batik, dimana batik merupakan sebuah gambaran motif yang di tuangkan dalam sebuah kain, salah satunya adalah Batik Rajah karya Kaji Habeb yang berasal dari Kabupaten Magelang. Bati Rajah tidak seperti batik pada umumnya, Batik Rajah mempunyai motif yang unik dimana rajah sebagai isian dalam motif batik. Skripsi ini berjudul Makna Simbol Religius Dalam Batik Rajah Karya Kaji Habeb , yang akan mengkaji simbol-simbol yang dihadirkan dalam motif Batik Rajah.

Adapun teori yang digunakan dalam penilitian ini adalah teorinya Susanne K. Langer tentang simbol dalam karya seni yang merupakan kreasi bentuk-bentuk simbolik dari perasaan manusia. Sebagai bentuk simbolik, ia bersifat presentasional, yaitu hadir langsung secara utuh dan tunggal, dan dipahami secara langsung, tanpa melalui penjelasan secara nalar. Sebagai simbol seni menunjuk pada kemampuan abstraksi pada manusia. Seni sebagai simbol presentasional memiliki ciri virtualitas dan ilusi. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam peniitian ini adalah hasil dari wawancara, observasi, dan dokumentasi yang kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif.

Pemikiran Kaji Habeb dalam berproses kreatif yang nenekankan esensi dari tiap karynya yang mengandung unsur nilai-nilai keislaman, yang sebenarnya sederhana namun mencakupan keseluruhan, bersifat apa adanya dan menyerupai sebuah fungsi simbolik. Simbol seni berfungsi untuk mengartikulasikan dan menyajikan kandungan emosi. Makna Simbol Religius Dalam Batik Rajah Karya Kaji Habeb melalui motif-motif yang di hadirkan berusaha mengekspresikan perasaan refleksi yang ditujukan untuk dirinya sendiri mapunun kondisi sekitar.

Kata kunci: Seni Batik Rajah, Susanne K. Langer, Simbol, dan Religius

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Kerangka Teori... 9

F. Metode Penelitian... 13

G. Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II KAJI HABEB : SENI DAN TASAWUF ... 17

A. Biografi Kaji Habeb ... 17

B. Pemikiran Kaji Habeb ... 19

1. Pengaruh Sosial Keagamaan ... 19

2. Makna Seni Bagi Kaji Habeb ... 22

C. Kiprah Kaji Habeb Sebagai Seniman ... 31

1. Seni Pertunjukan ... 32

(11)

xi

2. Seni Rupa ... 33

BAB III BATIK RAJAH KARYA KAJI HABEB ... 35

A. Gambaran Umum Bat ik Dan Rajah ... 35

1. Pengertian Dan Sejarah Batik ... 35

2. Pengertian Dan Sejarah Rajah ... 39

B. Makna Batik Rajah Karya Kaji Habeb ... 42

C. Teknik Dalam Membuat Batik Rajah ... 46

1. Batik Lukis ... 49

2. Batik Tulis ... 49

3. Batkit Cap ... 50

BAB IV ANALISIS BATIK RAJAH KARYA KAJI HABEB ... 51

A. Batik Rajah Dalam Fashion ... 51

1. Etika fashion dalam Batik Rajah ... 51

2. Estetika fashion dalam Batik Rajah ... 54

B. Ragam Motif Dalam Batik Rajah ... 57

1. Syair Hujan ... 60

2. Hikayat Cinta dan Kerinduan ... 63

3. Mantra Laut ... 67

4. Kabut Labirin ... 70

5. Pohon Hasrat ... 73

C. Makna Motif Rajah Dalam Batik Rajah ... 77

1. Alif dan Tasydid Sebagai Simbol Transendendi Tuhan ... 77

2. Kha’, Fa’ Dan Mim Sebagai Simbol Cinta dan Nafsu ... 80

3. ‘Ain dan Sin Sebagai Simbol Alam dan Pengetahuan ... 84

BAB V PENUTUP ... 86

(12)

xii

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan negara kepulauan yang menjadikan bangsa ini memiliki banyak suku. Dari beragam suku tersebut memunculkan keanekaragaman adat-istiadat, budaya dan lain- lainnya. Salah satu unsur budaya tersebut berwujud karya seni batik. Batik secara historis berasal dari Pulau Jawa.

Walaupun di setiap daerah sekarang banyak yang mengembangkan batik namun tidak sebesar industri atau pengrajin batik di Pulau Jawa seperti Pekalongan, Solo, Cirebon dan Yogyakarta. Batik yang dibuat juga memiliki motif dan warna sesuai ciri khas daerah masing-masing yang menyebabkan motif dan warna batik Indonesia sangat beraneka ragam.

Batik Rajah merupakan batik karya Kaji Habeb yang berasal dari Kabupaten Magelang tepatnya didaerah Tidar. Ia mengatakan, inspirasi motif Batik Rajah berasal dari kekayaan di Kota Magelang, seperti alam, fauna, flora, termasuk seni dan budaya dengan dilihat dari sisi spiritual yang kemudian dituangkan dalam sebuah karya yang bernama Batik Rajah. Nama rajah sendiri memiliki makna simbol. Dalam kebuadayan Jawa, rajah itu jimat. Dirinya mengatakan bahwa rajah itu seperti simbol kebudayaan yang memiliki nilai seni dan artistik cukup tinggi.

Kehidupan manusia sebagai masyarakat sosial, tidak dapat lepas dari

bahasa yang setiap kali diucapkan dari mulut secara langsung. Bahasa yang

(14)

2

digunakan sehari-hari merupakan bentuk komunikasi oleh satu orang terhadap orang lainnya, dengan suatu tujuan dan maksud tertentu. Maka, dapat dikatakan bahwa bahasa adalah simbol.

Simbol berasal dari bahasa latin symbolicum (semula dari bahasa Yunani sumbolon berarti tanda untuk mengartikan sesuatu).

1

Sebuah simbol adalah sesuatu yang terdiri atas sesuatu yang lain, dan suatu makna dapat ditunjukkan oleh simbol. Ada dua bentuk simbol, yaitu; simbol verbal (komunikasi melalui berbicara secara langsung maupun lewat tulisan) dan simbol non verbal (melalui

“fonem”)

2

dan berbagai bentuk simbol-simbol lainnya, seperti artefak dan barang- barang seni lainnya.

Simbol verbal dan non verbal sangat berbeda jika dilihat dari segi bentuk atau wujud. Dalam dunia karya seni, yang dipakai adalah simbol non verbal sebagai bentuk komunikasi visual. Berbagai bidang dan macam karya seni seperti gambar, lukisan, ukiran, patung dan batik merupakan salah satu ekspresi paling banyak memasukkan simbol-simbol budaya, agama, dan lain sebagainya.

Menurut Susanne Langer, karya seni adalah penciptaan wujud-wujud yang merupakan simbol dari perasaan manusia.

3

Sudah jelas bahwa sebuah karya seni yang di dalamnya terdapat simbol-simbol, merupakan bentuk ekspresi dan perasaan yang dirasakan oleh seniman tersebut. Tetapi sulit untuk mengetahui maknanya jika hanya dilihat melalui indera tanpa merasakan dan memahami

1 Alo Liliweri, Pengantar Studi Kebudayaan, (Bandung: Nusamedia, 2104),hlm.295.

2 Alo Liliweri, Pengantar Studi Kebudayaan, hlm.305

3 A. A. M. Djelantika, Estetika Sebuah Pengantar, (Bandung: Masyarakat Pertunjukan Seni Indonesia, 1999), hlm.154.

(15)

3

simbol pada karya seni tersebut. Jadi, untuk memudahkan dalam memahami simbol, subjek harus menangkap simbol kemudian mengadakan konsepsi tentang objeknya, simbol memimpin subjek menuju pemahaman objek-objek, kemudian subjek menunjukan objek melalui konsepsi.

4

Simbol dapat menghantarkan seseorang ke dalam gagasan atau konsep masa depan maupun masa lalu. Simbol adalah gambar, bentuk, atau benda yang mewakili gagasan, benda, ataupun jumlah sesuatu. Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, namun sangatlah dibutuhkan untuk kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya. Simbol dapat digunakan untuk keperluan apa saja, semisal ilmu pengetahuan, kehidupan sosial, juga keagamaan.

Sedangkan religius atau religiusitas adalah lebih melihat pada aspek yang

“di dalam lubuk hati” dan tidak dapat jauh dari urusan agama. Pada dasarnya religiusitas itu mengatasi, atau lebih dalam dari agama yang tampak, formal, resmi. Dan lebih bergerak dalam tata paguyuban yang cirinya lebih intim.

5

Religiusitas sebagai iman personal, diungkapkan dalam agama dan diwujudkan dalam hidup sehari-hari. Maka, taraf religiusitas dan iman ada hubungan antara orang beragama walaupun berbeda dogma maupun ajarannya.

6

Bisa dikatakan bahwa simbol religius adalah adanya suatu pesan yang ingin disampaikan atas dasar keimanan dan spiritual sesuai agama yang dianut, karena simbol religius bersifat sakramen atau yang lebih dikenal (bersifat

4 Arifni Netriros, “Simbol dalam Seni Merupakan Jenis Simbol Presentasional”, Tesis FIB Universitas Sumatera Utara: 2003, hlm.2

5 Y. B. Mangunwijaya, Sastra dan Religiositas (Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1982),hlm.12.

6 Tom Jacobs SJ, Paham Allah dalam Filsafat, Agama-agama, dan Teologi (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm.15.

(16)

4

keagamaan). Maka, simbol religius selalu menunjuk pada realitas tertinggi di luar realitas manusia.

Pada umumnya seni dua dimensi seperti lukisan,batik dan ukiran memang banyak mengandung nilai keindahan, tapi ada juga yang mengandung makna filosofis, etis, dan religius. Namun, jarang sekali orang memperhatikan makna dari sebuah karyaa seni tersebut. Karya seni yang memiliki makna moral maupun religius biasanya mempunyai konsep dan tujuan tertentu, salah satunya adalah untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa ada pesan penting di dalamnya, sehingga hasil karyanya menjadi lambang (simbol) dari apa yang ada dalam bayangannya.

7

Skripsi ini ingin meneliti Makna Simbol Religius dalam Motif Batik Rajah karya Kaji Habeb . Untuk memahami betul simbol religius yang terdapat dalam Batik Rajah tersebut, peneliti menggunakan teori kesenian Susanne K. Langer tentang “Art is Expressive Symbolism”. Menurutnya, “yang dituangkan oleh seniman dalam karyanya adalah simbol dari perasaannya atau sesuatu yang mewakili perasaannya. Tergantung dari sang pengamat apakah ia bisa mengartikan simbol itu, mengerti apa yang dimaksudkan oleh Kaji Habeb sebagai pembuat Batik Rajah tersebut.”

8

Simbol yang dimaksud adalah suatu ide ataupun gagasan yang dituangkan dalam bentuk simbolik sesuai pengalaman yang dialaminya, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pemahaman manusia untuk memahami suatu objek. Jadi,

7 Mudji Sutrisno dan Crist Verhaak, Estetika Filsafat Keindahan, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm.56.

8 Djelantika, Estetika Sebuah Pengantar, hlm. 154.

(17)

5

simbol bisa dikatakan sebagai jembatan atau penghantar pada pemahaman suatu objek yang dilihat.

Untuk memahami makna simbol atas suatu objek yang terdapat pada suatu Batik Rajah, diperlukan suatu konsep atau proses berpikir dengan menggunakan sebuah nalar sehingga dapat menangkap dan memahami inti pesan yang ingin disampaikan. Karena, simbol sendiri adalah sesuatu yang mewakili gagasan atau pernyataan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ragam motif Batik Rajah karya Kaji Habeb ?

2. Bagaimana makna motif Batik Rajah dalam perspektif teori simbol Susanne K Langer?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian :

a. Untuk mengetahui ragam motif yang terdapat dalam Batik Rajah karya Kaji Habeb .

b. Beranjak dari teori Susane Langer tentang seni adalah sebuah ekspresi dari sisi religiusitas seseorang yang dituangkan dalam bentuk simbol- simbol dan memiliki nilai estetik. maka penilitian ini diharapkan dapat menjelaskan makna simbol-simbol religius dalam Batik Rajah.

2. Kegunaan Penelitian :

Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini, baik itu

kegunaan secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut :

a. Kegunaan Secara Teoritis

(18)

6

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terutama dalam memperkaya dan menambah wawasan mengenai studi simbol-simbol dalam agama, terutama yang jarang akan dipahimi oleh banyak orang, seperti halnya terdapat dalam upacara adat, kesenian dan karya seni serta dalam suatu tradisi.

Selain itu, penelitian ini juga semoga bisa menjadi sumbangan pemikiran terhadap jurusan Studi Agama-agama, terutama dalam hal mengkaji suatu simbol-simbol dalam kebudayaan Indonesia maupun dunia yang sebenarnya masih banyak yang belum terpecahkan.

b. Kegunaan Secara Praktis

Bagi penulis, penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan mengenai simbol-simbol dalam karya seni yang sangat banyak dijumpai di Nusantara. Selain itu, lebih lanjutnya hal ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam membaca dan mengapresiasi suatu karya seni.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah suatu hal yang penting dalam sebuah penelitian.

Tinjauan pustaka dilakukan untuk melihat jarak antara landasan idealis yang

teoritis dengan kenyataan sosial yang terdapat pada objek penelitian. Kemudian

peneliti menguraikan dalam tulisannya dengan melakukan pendekatan yang

idealis namun bersifat praktis.

(19)

7

Berikut adalah beberapa tulisan yang berkaitan dengan judul penelitian, dalam hal ini dapat diambil poin-poin yang berhubungan dengan objek penelitian, antara lain:

Gambar Sebagai Alat Komunikasi Visual, Nirmana Vol. 2, No. 1, Januari 2000, karya Freddy H. Istanto, Dosen Jurusan Komunikasi Visual Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra . Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa

“gambar melengkapi bahasa lisan dan tulisan dalam kaitan menjelaskan keberadaan suatu obyek. Gambar memiliki kemampuan memaparkan lebih rinci dan membatasi rentang prestasi.” Menggambar merupakan upaya mengkomunikasikan isi pikiran. Ide atau gagasan yang diwujudkan dalam diagram dan gambar akan memudahkan orang untuk menguraikan, menjelaskan, dan memaparkan gagasannya.

Simbol dalam Seni Merupakan Jenis Simbol Presentasional, 2003 digited by USU digital library, karya Arifni Netrirosa, SST. Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Dijelaskan bahwa simbol seni merupakan jenis simbol presentasional yang pemahamannya tanpa menggunakan nalar, tetapi hanya dengan intuisi atau perasaan. Simbol seni merupakan simbol yang berdiri sendiri yang tidak dapat dibagi lagi dalam bentuk-bentuk simbol yang lain.

Pemikiran Susanne K. Langer tentang Seni Sebagai Simbol

Presentasional, karya Embun Kenyowati Ekosiwi. Program Studi Filsafat,

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia pada tahun 1989.

(20)

8

Dalam skripsi tersebut, dijelaskan bahwa seni merupakan sisi lain kehidupan yang tidak tertangkap melalui kehidupan sehari-hari maupun ilmu pengetahuan.

Di antara berbagai teori seni yang ada, teori simbol Susanne Langer hadir dengan latar belakang untuk menengahi teori-teori yang saling bertentangan dan bersifat berat sebelah. Teori simbol mencoba menghadirkan seni sebagai simbol, yang merupakan sesuatu yang obyektif ada pada karya seni. Seni adalah kreasi bentuk-bentuk simbolik dari perasaan manusia. Sebagai bentuk simbolik, ia bersifat presentasional yaitu hadir langsung secara utuh dan tunggal, dan dipahami secara langsung tanpa melalui penjelasan secara nalar.

Kedudukan Seni dalam Islam, karya Nanang Rizali. Guru Besar Seni Rupa pada FSSR UNS. TSAQAFA, Jurnal Kajian Seni Budaya Islam Vol. 1, No. 1, Juni 2012. Dijelaskan bahwa kesenian atau seni adalah manifestasi dari kebudayaan sebagai hasil karya cipta manusia yang meliputi seni tari, seni musik, seni drama, seni rupa, dan lain-lain.

Seni yang murni lahir dari ajaran Islam adalah seni bangunan (masjid) dan seni tulis indah (kaligrafi). Pada dasarnya Islam merestui setiap karya yang sejalan dengan ajarannya, namun melarangnya jika menyimpang. Karya-karya tersebut merupakan pengungkapan pandangan hidup yang khas sesuai dengan perspektif akan norma dan nilai-nilai keislaman.

Nilai Estetika Religius dalam Lukisan “Berdzikir Bersama Inul” Karya

KH. Ahmad Musthofa Al-Bisri,karya Rizqoh Zazilah. Program Studi Filsafat

Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri

(21)

9

Sunan Kalijaga, Yogyakarta pada tahun 2016. Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa Gus Mus memiliki peranan penting bagi bangsa ini. Selain sebagai penyair dengan puisi-puisinya yang indah, beliau juga pandai melukis. Seni lukis merupakan salah satu media komunikasi manusia. Jika komunikasi itu gagal melalui puisi, musik, dan seni lainnya, maka cara lain yang digunakan adalah melukis dengan tujuan untuk berdakwah.

E. Kerangka Teori

Susanne Katherina Langer biasa disebut dengan nama Susanne Langer merupakan seorang filsuf wanita yang lahir di Amerika pada 20 Desember 1895 – 17 Juli 1985. Ia mendalami filsafat sebagai karir akademisnya, dan kini terkenal dengan pemikirannya mengenai simbol sebagai ekspresi manusia. Pemikiran Langer ini dijelaskan pada bukunya Phylosophy in a New Key yang mulai terkenal pada tahun 1942, sehingga ia disebut sebagai filsuf seni.

9

Simbol menurut Susanne Langer adalah suatu pertanda, pernyataan akan suatu pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk simbol. Sehingga subjek diarahkan pada simbol untuk dapat memahami suatu objek. Jadi, simbol adalah sesuatu yang mewakili pesan dan pernyataan.

Dalam kesenian, Langer memberikan sebuah definisi yang berbunyi

“Kesenian adalah penciptaan wujud-wujud yang merupakan simbol dari perasaan manusia.”

10

Maksudnya, yang dituangkan oleh seniman dalam karyanya merupakan simbol dari perasaan atau sesuatu yang mewakili perasaannya. Semua

9 Susan Sontag,“SusanneLanger” dalam http://newworldencyclopedia.org diakses minggu, 21 Maret 2021.

10 Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar,hlm. 154.

(22)

10

tergantung dari sang pengamat, apakah bisa menangkap dan mengartikan simbol itu.

Bentuk simbol seni yang terdapat pada gambar, ukiran, patung, dan batik merupakan hal yang tidak asing karena tercipta melalui pengalamannya. Jadi, simbol yang diciptakan kemudian dituangkan lewat karya seni adalah sesuai dengan pengalaman yang telah direnungkan sehingga menjadi bentuk simbolis.

Sebagaimana istilah mitsal atau simbol yang dikenal para sufi saat itu, merupakan gambaran yang terdapat dalam jiwa manusia. Jadi, ketika seniman menggambarkan sesuatu dalam bentuk simbol, adalah hasil dari penyerapan dalam jiwanya terhadap gambaran dunia di bawahnya (alam syahadah) dan di atasnya (alam transenden).

11

Simbol seni merupakan simbol dalam pengertian yang agak khusus, karena menyajikan beberapa fungsi simbolik. Simbol seni tidak menandakan sesuatu seperti simbol pada umumnya, tetapi hanya mengartikulasikan dan memperlihatkan emosi yang dikandungnya. Karya yang ada secara keseluruhan merupakan citra perasaan yang mungkin disebut simbol seni.

12

Sebuah lukisan, gambar, ukiran atau batik yang di dalamnya terdapat simbol etis, budaya, agama maupun religius, bukan berarti sang pelukis ingin menyampaikan makna, melainkan ada pesan di balik lukisan tersebut, yang diharapkan pada para penikmatnya adalah untuk menyerap akan pesan yang disampaikan, sebab mempunyai pengaruh dalam kehidupan manusia.

11 Abdul Hadi W.M, Hermeneutika, Estetika, dan Religiusitas,hlm. 250.

12 Daulat Saragih, “Patung Primitif Batak: Analisis Menurut Teori Seni Susanne K. Langer”, Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2008, hlm.86.

(23)

11

Selain simbol sebagai penghantar manusia untuk memahami suatu objek, Susanne Langer menyebutkan ada tiga prinsip dalam seni, yaitu ekspresi, kreasi, dan bentuk seni.

13

Pertama, Menurut Langer, seni adalah ekspresi. Seniman sebagai pencipta atau penghasil suatu karya, pastilah berdasarkan ekspresi atas perasaannya baik senang, sedih, menderita, marah, maupun bahagia. Semua itu merupakan bentuk ekspresi. Namun, ekspresi yang dimaksud bukan perasaan yang harus dialami oleh seniman sendiri, melainkan perasaan yang dirasakan oleh umat manusia pada umumnya. Jadi, ekspresi seniman adalah ekspresi umat manusia.

Seni adalah ekspresi perasaan (dalam arti luas) yang diketahuinya sebagai perasaan seluruh umat manusia, dan bukan perasaan dirinya (seniman) sendiri.

Kebenaran perasaan manusia umumnya inilah yang harus dicapai dan ditemukan oleh seniman, meskipun ia dapat mendasarkan pada pengalaman pribadinya. Jadi, menjadi seniman jangan sampai terjebak pada perasaan sendiri, ia harus mempunyai kecerdasan, kebijaksaan, dan kepekaan.

14

Kedua, Seni membutuhkan sebuah kreasi yang dulunya tidak ada menjadi ada. Karya -karya yang diciptakan seniman adalah hal baru yang sebelumnya tidak ada, maka simbol yang diciptakan seorang seniman juga tidak luput dari kreasi dan kreatifitas yang dimilikinya. Kreasi diartikan sebagai ciptaan atau lebih tepatnya hasil dari berkarya.

13 Jakob Sumardjo, Filsafat Seni, (Bandung: Penerbit ITB, 2000), hlm.66.

14 Jakob Sumardjo, Filsafat Seni, hlm.67

(24)

12

Ketiga, bentuk seni merupakan hal penting selain ekspresi dan kreasi yang dibutuhkan oleh seniman. Memang antara satu dengan lainnya saling membutuhkan, dan tidak dapat dipisahkan. Untuk mendapatkan bentuk seni yang hidup, dibutuhkan ekspresi, serta kreasi. Tapi, bentuk yang dimaksudkan adalah bentuk yang mempunyai makna.

Simbol sebagai pesan atas ekspresi atau perasaan seniman untuk menghantarkan pada pemahaman suatu objek, maka penikmat seni harus meneliti lebih dalam agar dapat mengerti maknanya dan menangkap pesan yang ingin disampaikan. Maka langkah-langkahnya adalah:

15

pertama, subjek menangkap simbol. Kedua, subjek membuat konsepsi atas simbol. Ketiga, simbol memimpin subjek menuju pemahaman objek.

Langkah-langkah yang telah disebutkan di atas, membuktikan bahwa simbol dalam seni tidak seperti simbol pada umumnya yang dengan mudahnya dipahami oleh subjek (yang melihat simbol tersebut). Pemahaman simbol dalam seni membutuhkan proses berpikir karena adanya sebuah konsepsi atas simbol untuk menuju pada objek. Selain itu, yang menjadi pokok utama adalah kesadaran dalam memahami simbol. Seperti kata para sufi yang disebutkan dalam buku Estetika Islam, “bahwa ketika kita ingin mengetahui maksud simbol-simbol tersebut, kita perlu mencapai tingkat kesadaran yang lebih dalam guna menemukan jawabannya.”

16

15 Netrirosa, Simbol dalam Seni, hlm. 2.

16 Oliver Leaman, Estetika Islam: Menafsirkan Seni dan Keindahan, terjemahan Irfan Abu Bakar (Bandung: Mizan, 2004),hlm. 101.

(25)

13 F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, karena berkaitan erat dengan kebenaran dan keilmiahan hasil penelitian. Dengan demikian ketepatan menggunakan metode penelitian akan memeperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan.

1. Pendekatan

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research).

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi, yaitu suatu metode kerja yang bisa diterapkan pada berbagai bidang pengetahuan dan dipraktikkan pada kenyataan kenyataan yang berguna, beberapa penerapan epoche dan mempelajari visi eidetik.

17

Metode fenomenologi menegaskan bahwa semua gejala tanpa terikat oleh tuntunan terhadap kenyataan; maksud pendekatan ini menerangkan gejala-gejala yang terdapat dalam agama tanpa menilainya.

Cara fenomenologi memperoleh pengetahuan ialah dengan cara menatap langsung kejadian, keadaan, benda atau realitas yang menggejala.

18

Pendekatan ini digunakan untuk memahami arti dari ekspresi religius. Metode ini mencoba memberikan struktur yang mendasari fakta sejarah dan memahami yang lebih dalam sebagaimana dimanifestasikan lewat struktur tersebut. Dengan cara membiarkan fakta bicara dengan

17 Syamsudin Abdullah, Fenomena Agama, (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama Dirjen Pembinaan Agama Islam, 1983), hlm. 2.

18 Romdon MA, Metodologi Ilmu Perbandingan Agama: Suatu Pengantar Awal, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 82.

(26)

14

sendirinya (epoche artinya penilaian yang dikonsepkan sebelumnya harus ditunda sampai fenomena itu sendiri bicara untuk dirinya).

19

2. Metode Pengumpulan Data

Untuk dapat membuat kesimpulan diperlukan data yang mendukung dan aktivitas ini memerlukan informasi mendalam dari religusitas mahasiswa yang menjadi sampel penelitian. Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Wawancara merupakan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Maksudnya adalah proses memperoleh data untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab tatap muka antara pewawancara dengan responden (informan).

20

Peneliti menggunakan pedoman wawacara yang telah disiapkan sesuai dengan materi penelitian berupa tema-tema yang harus diwawancarai sesuai judul penelitian.

21

b. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati seacara langsung keadaan di sekitar lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang

19 Mariasasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, terjemahan. A Sudiarja, dkk. (Yogyakarta:

Kanisius, 1995), hlm. 42.

20 Susanto, Metode Penelitian Sosial, (Suarakarta: UNS Press, 2006), hlm.128

21 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana,2006), hlm.

17.

(27)

15

diteliti.

22

Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, dan dapat dikontrol kehandalanya dan keshahihanya.

23

c. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.

24

Dokumen itu dapat berbentuk buku-buku, ensiklopedi, makalah, foto-foto dan lain-lain.

Dengan metode ini penulis berusaha memperoleh data di lapangan secara langsung bagaimana bentuk-bentuk simbol yang terdapat dalam Batik Rajah dan berusaha menyimpulkan hal-hal yang penulis temukan di lapangan

3. Analisis Data

Setelah data terkumpul secara keseluruhan maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data. Langkah yang harus ditempuh adalah menggunakan analisis deskriptif kualitatif, maksudnya adalah data yang telah terkumpul kemudian diklarifikasikan, dirangkai, dijelaskan dan digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahpisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

25

22 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: P.T. Gramedia “stan Utama”, 1997),hlm. 129.

23 Susanto, Metode penelitian Sosial, hlm. 126.

24 Husein Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, hlm. 73.

25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 245.

(28)

16 G. Sistematika Pembahasan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai isi pembahasan, penulis menggunakan pokok bahasan secara sistematis yang terdiri dari lima bab, dan pada setiap bab terdiri dari sub bab sebagai perinciannya.

Adapun sistematika pembahasannya sebagai berikut :

Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masakah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II Pembahasan, fokus membahas tentang biografi Kaji Habeb sebagai seniman Batik Rajah dan pelukis.

Bab III Kajian teori, yang membahas pengertian simbol, jenis-jenis simbol, simbol dalam seni menurut Susanne Langer, pengertian simbol agama, simbol religius dalam sebuah karya seni.

Bab IV Penyajian data disertai analisa dari Batik Rajah Karya Kaji Habeb yang meliputi: latar belakang dan makna simbol religius dalam Batik Rajah serta pesan moral dan spiritual.

Bab V merupakan bab penutup berisikan kesimpulan dan saran-saran yang

digunakan untuk perbaikan penelitian yang lebih komprehensif dan memuaskan

semua pihak, terutama yang berkepentingan atas hasil penelitian ini.

(29)

86 BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa dari penelitian Batik Rajah karya Kaji Habeb , dengan pendekatan teori simbol menurut Susanne K. Langer, maka ada beberapa kesimpulan atas jawaban dari rumusan masalah yang disebutkan pada bab I, Batik Rajah karya Kaji Habeb termasuk dalam kategori religius dan mengarah pada seni sufistik, karena lebih mengedepankan prinsip Islam yaitu tauhid. Unsur-unsur simbol yang di gunakan dan ide-ide gagasan dalam penciptaanya, menjadikan banyak sirat akan makna moral, religius, maupun spiritual. Karya Batik Rajah yang bermuatan akan pesan untuk intropeksi diri dan lebih bersyukur akan nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia dan menggambarkan akan ke- Esa-an Tuhan sebagai Sang Pencipta.

Menurut Susanne Langer, simbol adalah pesan yang mewakili perasaan sang seniman dan sebagai dasar pemahaman manusia pada suatu objek yang dilihat. Maka, Batik Rajah dengan motif-motifnya merupakan simbol sebagai penghantar bagi penikmat seni untuk memahami makna yang terkandung dalam setiap karya dari Kaji Habeb dan dapat menangkap pesan yang disampaikan.

Tema motif dalam Batik Rajah termasuk dalam simbol religius karena memiliki unsur keagaamaan atau yang sakral.

Simbol yang termuat dalam motif-motif Batik Rajah dapat membuktikan

bahwa fungsi seni secara sosial sangatlah luas. Selain sebagai penghantar manusia

(30)

87

dalam meningkatkan spiritualitasnya pada Tuhan, juga menjadikan gambaran bahwa berkarya seni bukanlah sesuatu yang dilarang, asalkan tidak dijadikan sebagai bahan pemujaan atau penyembahan selain Allah.

Manusia sejatinya bukanlah pencipta segala sesuatu secara sempurna, melainkan apa yang diciptakannya merupakan tumpahan ide atau gagasan dengan suatu konsep dalam bentuk simbol. Berbagai macam budaya, bahasa, dan seni adalah suatu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Untuk mengerti dan memahami segala sesuatunya, dibutuhkan tingkat kesadaran mendalam.

Ciptaan Tuhan dan manusia tidak bisa dibandingkan atau disetarakan. Walau beberapa sifat-sifat-Nya ada dalam diri manusia, tetapi hasil cipta karya manusia hanya sebagai gambaran atau abstraksi tentang kehidupan.

B. Saran

1. Penelitian ini masih dapat dilanjutkan oleh penelitian lain yang lebih komprehensif, misal meneliti Batik Rajah dari segi cultur studys atau bahkan dari segi ketuhanan. Batik Rajah karya Kaji Habeb masih belum pernah sama sekali diteliti oleh pihak mana pun.

2. Batik Rajah karya Kaji Habeb sampai sekrang masih tetap berjalan dan

masih bisa berkembang dan berbagai variasi yang baru lagi sehingga bisa dapat

diteliti dan dicermati makna dari simbol seni yang terdapat di dalamnya. Hal

tersebut dapat menjadi peluang untuk peneliti-peneliti lain yang memberikan

perhatian kepada para seniman yang digarap secara independent di Indonesia.

(31)

88

DAFTAR PUSTAKA

‘Abdul Qadir ‘Isa, Syekh. Cetak Biru Tasawuf: Spiritualitas Ideal dalam Islam, Penerjemah Tim Ciputat Press. Ciputat: Ciputat Press. 2007.

Abdullah, Syamsudin [ed]. Fenomenologi Agama. Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, Dirjend Pembinaan Agama Islam. 1993.

Adiprasetya, Joas. Labirin Kehidupan. Jakarta, BPK Gunung Mulia 2020.

Al-Ghazali, Imam. Ihya Ulumuddin: Zuhud, Cinta, dan Kematian. Jakarta:

Republika Penerbit. 2013.

Ali Abu Hayyillah Al Marzuqi, dkk. Al Jawahir al-lamma’ah. Kwagean Pare Kediri. 1993.

Al-Qur’an Karim dan Terjemahan Artinya. Yogyakarta: UII Press. 1999.

Amstrong, Amatullah. Khasanah Sufi, Kunci Memahami Dunia Taswwuf, diterjemahkan oleh M.S. Nasrullah dan Ahmad Baiquni dari, Sufi Terminology; al-Qomus as-Sufi, The Mystical Language of Islam.

Bandung: Mizan. 2001.

An-Nadji, Abu Zahra’. Al-Quran dan Rahasia Angka-Angka, terjemah Agus Efendi. Bandung: Pustaka Hidayah. 1996.

Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta. 1989.

(32)

89

As-Sarraj, Abu Nashr. Al-Luma’ rujukan lengkap ilmu tasawuf, Penerjemah Wasmukan dan Samson Rahman. Surabaya: Risalah Gusti. 2014.

Aziz Sa’du, Abdul. Buku Praktis Mengenal & Membuat Batik. Jogjakarta:

Penerbit Pustaka santri. 2013.

Dhavamony, Mariasasusai. Fenomenologi Agama. Terj. A. Sudiarjo (dkk), Yogyakarta: Kanisius. 1995.

Dhofier Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiyai.

Jakarta: LP3ES. 1981.

Djelantika, A. A. M. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Pertunjukan Seni Indonesia. 1999.

Doellah, Santosa. Batik Pengaruh Zaman dan Lingkungan. Surakarta: Danar Hadi. 2002.

Fuady, Munir. Sumpah Hipocrates: Aspek Hukum Malpraktek Dokter. Bandung:

Alumni Publisher. 2005.

Hadi W.M., Abdul. Hermeneutika, Estetika, dan Religiusitas; Esai-Esai Sastra Sufistik dan Seni Rupa. Yogyakarta: Matahari. 2004.

Harmen C, Veldhuisen. Batik Belanda 1840-1940 Dutch influence in Batik from Java History and Stories. Jakarta: Gaya Favorit Press. 1993.

Honggopuro, Kalinggo. Bathik sebagai Busana dalam Tatanan dan Tuntunan.

Surakarta: Yayasan Peduli Karaton Surakarta Hadiningrat. 2002.

(33)

90

Jacobs SJ, Tom. Paham Allah dalam Filsafat, Agama-agama, dan Teologi.

Yogyakarta: Kanisius. 2002.

Kamil M, Hasan al-Mahami, “Nama-nama Allah”, dalam ensiklopedia Tematis Al- Qur’an: Bersama Allah, edisi Indonesia, ed.Ahsin Sakho Muhammad, et.al. ter.Ahmad Fawaid Syadzili. Jakarta Timur: PT Kharisma Ilmu.

Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: P.T. Gramedia.

1997.

Langer, Susanne K. Feeling and Form: A Theory of Art. New York: MacMilan Pub. Co., 1953.

---. Problematika Seni, terj. FX Widiyarto. Bandung: Sunan Ambu Press, 2006.

---. Philosophical Sketches: A Studi of Human Mind in Relation to Feeling, Explored Trouhg Art, Language, and Symbol. New York: New American Library of Word Literature, 1964.

Liaman, Oliver. Estetika Islam; Menafsirkan Seni dan Keindahan, penerjemah Irfan Abubakar. Bandung: Penerbit Mizan. 2005.

Liliweri, Alo. Pengantar Studi Kebudayaan. Bandung: Nusamedia. 2014.

Mangunwijaya, Y. B. Sastra dan Religiositas. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.

1982.

Muchlas Rofiq Badruttamam. Imu Wifq Praktis. Banyuwangi: Pustaka Zafanisa,

2019.

(34)

91

Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Syarh Tsalatsatil Ushul Mengenal Allah, Rasul dan Dunia Islam. Sukoharjo: Al- Qowam,2017.

Nasr, S. Hossein. Spiritualitas dan Seni Islam, terj. Sutejo. Bandung: Penerbit Mizan. 1987.

Romdhon, MA. Metodologi Ilmu Perbandingan Agama: Suatu Pengantar Awal.

Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1996

Salim, Agus. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

2006.

Shadily, Hasan. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1990.

Shalih Al-Muajjid, Muhammad. Jagalah Hati Raih Kemenangan. Jakarta : Cakrawala ublishing. 2006.

Sumardjo, Jakob. Filsafat Seni. Bandung: ITB. 2000.

Sutrisno, Mudji. Estetika Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Kanisius. 1993.

Susanto. Metode Penelitian Sosial. Suarakarta: UNS Press. 2006.

Tjahjani, Indra. Yuk, Membatik! Panduan Terampil Membatik untuk Siswa.

Jakarta: Penerbit Erlangga. 2013.

Usman, Husaini, dkk. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. 1996.

Wahono , dkk. Gaya Ragam Hias Batik (Tinjauan Makna dan Simbol). Semarang:

Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tengah, Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Museum Jawa Tengah “Ronggowarsito”. 2004.

(35)

92 Jurnal dan majalah

Agus Muhammad, “Memadukan Seni, Dakwah dan Kreativitas: Teater EskaUIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dalam PENDIS: Majalah Pendidikan Islam Kementerian Agama, Edisi No. 11/Tahun VI/2018.

Agustianto A., “Makna Simbol Dalam Kebudayaan Manusia”, dalam Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 8, No. 1 Tahun 2011.

Muhammad Arif, “Pengembangan Pendidikan Pesantren di Tengah Kemajuan Teknologi dan Informasi”, Jurnal At-Tarbawi . Vol 9. No. 1 Tahun 2010.

Muhammad Nanang Qosim. “Unsur-unsur Lingual Dalam Wacana Wifq”. Jurnal al-Tsaqafa Vol. 13. No. 01. Januari 2016

Nanang Rizali, “Kedudukan Seni dalam Islam”, TSAQAFA Jurnal Kajian Seni Budaya Islam. Vol. 1. No. 1 Tahun 2012.

Pawestri Noristera, “Sogan Batik dan Batik Rajah Tampilkan Koleksi bertajuk

‘Mantiq Attair’” dalam Tribbun Jogja, 2 Mei 2019.

Susetya, Wawan. Empat Hawa Nafsu Orang Jawa. Yogyakarta: Narasi. 2016.

Wawan Kardiayanto, “Konsep Kesenian Profetik Dan Implementasinya Dalam Dunia Pendidikan Islam”, GELAR Jurnal Seni Budaya. Vol. 9. No. 1. Juli 2011.

Yudoputro, Wiyoso. Pengantar Seni Rupa Islam Indonesia. Bandung: Angkasa.

2000.

(36)

93 Desertasi

Netrirosa, Arifni SST. Simbol dalam Seni Merupakan Jenis Simbol Presentasional. Universitas Sumatera Utara: Digited by USU digital library. 2003.

Saragi, Daulat. Saragih Daulat Artikel tentang Patung Primitif Batak: Analisis Menurut Teori Seni K. Susanne Langer. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. 2008.

Syafrina, Fifin. Pemanfaatan Teknik dan Desain Batik dalam berbagai Media serta Pemanfaatannya sebagai Komoditi Ekonomi. Jakarta: Fakultas Seni Rupa IKJ. 1997.

Website

Djoko Saryono. Perlambangan Tasawuf Dalam Sastra, dalam https://satupena.id, diakses 19 Juni 2021

Giovanna Lelli. Avicennisme et averroïsme dans la poétique et la rhétorique islamiques médiévales: La tradition persane, dalam https://www.bu.edu/wcp/Papers/Medi/MediLell.htm, diakses 23 mei 2021.

Susan Sontag, http://newworldwncyclopedia.org/2014/07/24/entry-susannelanger/

“Susanne Langer”, diakses minggu, 21 Maret 2021.

Gambar

Gambar Sebagai Alat Komunikasi Visual, Nirmana Vol. 2, No. 1, Januari  2000,  karya  Freddy  H

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai penelitian tentang modal intelektual terhadap nilai perusahaan memberi indikasi adanya manfaat modal intelektual dan perlunya suatu penelitian empiris tentang modal

Contohnya, untuk murid yang mempunyai tingkah laku bermasalah di mana selalu bergerak dalam bilik darjah, guru boleh menetapkan matlamat tingkah lakunya sebagai “Berhenti

Skripsi karya Kurnia Putri mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun

(J radu su korticeni proteini kttce za geneticleu karakterizaciju genotipoua kuleuruza kao i za uturdiuanjegeneticke cistoce semena. Eiektroforezom proteini klice su razduojeni

Kurang berhasilnya siswa dalam pembelajaran IPA dengan materi energi panas dan energi bunyi ini kemungkinan siswa tidak mampu memahami materi pelajaran, guru dalam proses

Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah penelitian ini membahas tentang peran Pengurus Wilayah Fatayat NU DIY dalam mencegah intoleransi beragama pada masyarakat

KONSEP USAHA DALAM AL QUR’AN (ANALISIS SEMANTIK KATA KASABA) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Pembelajaran Learning Cycle 7E berbasis inkuiri merupakan pembelajaran matematika yang menggunakan tahap-tahap model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan berdasarkan pada