• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kopi jenis Arabika masuk ke Jawa dari Malabar pada tahun 1699 dibawa oleh kapitalisme Belanda perkembangannya sangat pesat dan hal ini tidak bisa dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an.

Kemudian kopi dibawa oleh Belanda ke Dataran Tinggi Gayo pada tahun 1904 dan pada masa ini kopi merupakan salah satu usaha pemerintah Belanda.

Produksi kopi arabika mengalami penurunan secara menyeluruh terjadi pada tahun 1910-an, peristiwa inilah yang membuka frontier (tanah perbatasan) baru dalam budidaya tanaman kopi varietas robusta yang lebih tahan dari serangan penyakit dan mempunyai produktivitas yang lebih besar. Varietas kopi robusta ini segera menyebar ke daerah lain, khususnya Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung dan Aceh.

Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor perkebunan, karena sektor ini memiliki arti yang sangat penting dan menentukan dalam pembentukan perkembangan sosial, ekonomi masyarakat di Indonesia. Perkembangan perkebunan pada satu sisi dianggap sebagai jembatan yang menghubungkan masyarakat Indonesia dengan masyarakat dunia, sektor ini memberikan keuntungan finasial yang besar, serta membuka kesempatan ekonomi baru dalam bidang perdagangan, namun pada sisi lain perkebunan juga dianggap sebagai kendala bagi diversifikasi ekonomi

1

(2)

masyarakat yang lebih luas, menjadi sumber penindasan, serta salah satu faktor penting yang menimbulkan kemiskinan struktural.

Di Aceh budidaya tanaman kopi berkembang begitu pesat dan begitu juga di dataran Tinggi Gayo kopi arabika di Tanah Gayo sebagaimana daerah lain dikembangkan oleh pemerintah Kolonial Belanda, Hal tersebut dikarenakan tanaman kopi sangat sesuai dengan ketinggian tanah di Gayo. Bagi masyarakat Gayo kopi dapat dikatakan sebagai sumber utama bagi kehidupan. Mayoritas petani dikabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah menanam kopi, baik yang dikerjakan secara tradisional maupun modern. Semua keluarga dalam tradisi dan budaya gayo memiliki peran dalam proses produksi kopi, mulai dari membuka lahan, menanam, merawat hingga memanen kopi. pertanian kopi merupakan tradisi yang merupakan bagian kehidupan sosial ekonomi masyarakat Gayo.

Sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalakan usaha dan berhasil mencukupinya. Sosial mengandung arti segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, sementara itu ekonomi memiliki artian sebagai ilmu yang berhubungan dengan asas produksi, distribusi, pemakaian barang serta kekayaan.

Sekilas Sosial dan Ekonomi seperti dua hal dan cabang ilmu yang berbeda, namun

diantara keduanya sebenarnya terdapat kaitan yang erat. Salah satu kaitan yang

erat tersebut adalah, Jika keperluan ekonomi tidak terpenuhi maka akan terdapat

dampak sosial yang terjadi di masyarakat kita. Jadi bisa dijadikan kesimpulan

adalah bahwa sosial ekonomi mengandung pengertian sebagai segala sesuatu hal

(3)

yang berhubungan dengan tindakan ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat seperti sandang, pangan dan papan.

Kehidupan sosial sebagai petani membuat mereka tidak punya pilihan lain hanya mengurus kebun kopi saja karena mata pencarian hanya di peroleh dari hasil panen kopi. Namun kondisi ini tidak membawa kehidupan sosial ekonominya kearah yang lebih baik. Bila dilihat kenyataan yang ada sampai sekarang kondisi petani tetap miskin, hal inilah salah satu penyebab mengapa masyarakat Gayo tidak ada bercita-cita jadi petani kopi. Para anak-anak Gayo hanya sebagian kecil saja yang mau melanjutkan sekolah di Jurusan Pertanian di berbagai universitas, yang seharusnya mereka geluti agar nanti bisa menambah ilmu untuk bisa menjadikan kopi produk unggulan.

Kesungguhan petani menggarap lahan untuk dijadikan perkebunan khususnya kopi, membuat semua orang optimis melihat masa depan masyarakat petani Gayo. Namun keoptimisan itu masih belum terjawab, ketika kita mendekati masing-masing petani kopi, kebanyakan dari mereka masih belum merasa bahwa kebutuhan hidup mereka dapat dipenuhi dengan hasil dari kebun kopi. Mereka sering mengeluhkan hasil panen mereka tidak ada harga, buah yang dihasilkan tidak imbang dengan luasnya lahan yang dimiliki.

Siklus kehidupan para petani kopi yang terasa teramat sulit bisa mapan

atau sejahtera dari hasil kopinya, membuat anak-anak Gayo terkesan tidak bangga

menjadi anak petani kopi di dataran tinggi Gayo. Bayangkan saja, andai para

orang tua mereka bisa hidup layaknya petani kopi di Brazil yang pergi ke

kebunnya dengan mobil mewah dan berpakaian rapi, mungkin kebanggaan itu

akan pulih dan minat untuk menjadi petani kopi akan lebih besar lagi, agar

(4)

mampu mempertahankan lahan kopi yang telah ada supaya tidak terjual atau dialihkan ketanaman lain.

Kopi arabika dikawasan ini semuanya merupakan perkebunan rakyat dengan jumlah petani sekitar 47.000 K.K, adapun luas kepemilikan sebagian besar antara 1-2 ha per K.K, sumbangan kopi arabika terhadap pendapatan keluarga berpariasi mulai antara 50-90%. Pendapatan lain bersumber dari tanaman pangan, sayur-mayur, usaha perdagangan, jasa dan lain-lain. Tujuan utama pengelolaan usaha tani kopi adalah untuk meningkatkan produksi agar pendapatan petani kopi juga meningkat, oleh karena itu petani sebagai pengelola usahanya harus mengerti cara mengalokasikan sumberdaya atau faktor produksi yang dimilikinya sehingga tujuan tersebut dapat tercapai, untuk meningkatkan harga kopi dipasaran agar tidak selalu anjlok/harga murah pada saat harga turun.

Pengalaman akan murahnya harga, sedikitnya hasil yang didapat sudah

berlangsung sejak lama. Perbaikannya juga telah dilakukan oleh pemerintah

dengan adanya identifikasi varitas kopi yang sesuai dengan daerah yang akan

ditanami kopi. Nampaknya upaya ini belum dapat menjawab semua permasalahan

yang berkembang dilingkungan para petani, termasuk permasalahan yang

dihadapi adalah habisnya uang dengan selesainya masa panen, kenikmatan hidup

hanya sebatas masa panen, sehingga masa susahnya sebagai petani lebih panjang

dari masa senangnya. Ada permasalahan yang terkadang luput dari pembicaraan

para peneliti kehidupan sosial kemasyarakat Gayo, dimana para petani dengan

mudahnya menjual hasil panen mereka, mereka tidak perlu mengangkut hasil

panen karena para pembeli sudah langsung mengambil dari kebun, petani yang

seharusnya mendapat uang sedikit dari tahapan proses pengolahan kopi kini tidak

(5)

dapat lagi, petani yang seharusnya dapat menyimpan hasil pertanian kini tidak lagi, untuk itu diperlukan campur tangan pemerintah dalam mengatasi masalah komoditi kopi gayo ini.

Sebagai komoditi utama dari Tanah Gayo, upaya pemerintah untuk melestarikan kopi dinilai tidaklah cukup. Nasib petani kopi Gayo saat ini masih sedih. Pemerintah Daerah memang ada memberikan bantuan bibit, hingga biaya perawatan dan pupuk. Tapi setelah panen masyarakat pusing. Karena petani belum dapat menentukan harga. Pemerintah Daerah belum peduli akan nasib petani. Seharusnya pemerintah membuat pusat informasi harga kopi. Dengan demikian para petani dapat mengetahui perkembangan pasar dan dapat menanyakan langsung kepada pemerintah.

Petani kopi berharap pada saat-saat banjir buah kopi seperti sekarang ini, harganya juga tidak rendah, Karena dengan demikian sebagai petani kopi dapat menikmati jerih payahnya sejak setahun terakhir. Keterpurukan harga kopi Arabika ini dinilai karena minimnya pengawasan pemerintah terhadap toke-toke kopi, untuk itu diperlukan adanya penyuluhan-penyuluhan kepada petani kopi agar tidak menjual kopi mereka pada saat harga murah.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan pembinaan melalui penumbuhan minat dan perbaikan sistem pola tanam petani kopi dalam rangka peningkatan produksi dan pengembangan usahatani kopi rakyat di propinsi ini.

Usaha meningkatkan kehidupan yang layak bagi petani harus didukung oleh

pemerintah setempat terutama dalam hal pembenahan kegiatan tataniaga komoditi

kopi, karena besarnya pendapatan petani sangat ditentukan oleh pembentukan

harga jual. Perbaikan mutu kopi juga harus dilakukan, karena mutu kopi sangat

(6)

mempengaruhi stabilitas harga. Apabila mutu kopi bagus maka harganya akan tinggi demikian sebaliknya. Harga jual kopi yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan petani kopi yang umumnya masih relatif rendah.

Hasil kopi Gayo yang berlimpah ruah sangat terkenal oleh kalangan masyarakat luas. Namun dibalik ketenarannya, ternyata nasib petaninya masih dinilai minus setidaknya inilah penuturan para petani kopi di Bener Meriah.

Sebagian dari mereka mengaku meski telah berhasil menjadikan kopi arabika gayo menjadi terbaik secara kualitas seantero bumi, namun dari segi ekonomi, jauh dari harapan para petani kopi arabika gayo.

walau kopi arabika telah dikenal, namun hingga kini petaninya belum tersentuh secara apik dari pemerintah dan pihak yang berkompeten, khususnya menyangkut kesejahtraan petani. Harusnya pemerintah daerah memberi perhatian serius kepada petani kopi. Apalagi dari sinilah sumber asli pendapatan daerah yang terbesar. Namun mengapa petaninya mayoritas masih terpuruk.

Karena itu, harus dilakukan upaya tertentu untuk mendongkrak kehidupan para petani kopi di Gayo. Salah satunya seperti meningkatkan SDM petani dan mempersingkat rantai pemasaran kopi. Mayoritas petani kopi masih terikat pola bertani tradisionil. Melakukan perawatan asal-asalan dan jika tiba massa panen, ada diantaranya terikat permainan harga dengan agen. Artinya petani terpaksa mengikuti aturan main tengkulak karena terlilit utang piutang untuk menutupi kebutuhan selama menunggu kopi berbuah di musim berikutnya.

Selain itu kehidupan petani kopi di Bener Meriah yang sangat tergantung

dari hasil perdagangan kopi juga merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Hal

ini di dasarkan atas pengamatan peneliti dimana produk kopi yang dianggap

(7)

sebagai sektor andalan di Kabupaten Bener Meriah belum mampu mengankat tingkat kesejahteraan petani kopi itu sendiri.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan peneliti merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi petani kopi di Kabupaten Bener Meriah?

2. Bagaimana peran pemerintah dalam upaya meningkatkan taraf hidup petani kopi yang berada di Bener Meriah?

3. Bagaimana dampak komoditi kopi gayo terhadap kehidupan sosial petani di Bener Meriah

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan kehidupan sosial ekonomi petani kopi di Kabupaten Bener Meriah.

2. Untuk mengetahui sejauh mana peran Pemerintah Kabuten Bener Meriah dalam meningkatkan taraf hidup petani kopi gayo

3. Untuk mengetahui sejauh mana dampak komoditi kopi mempengaruhi

kehidupan sosial petani kopi gayo

(8)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1. Perkembangan pengetahuan dan keilmuan dalam kajian studi pembangunan yang berhubungan dengan pembangunan sector pertanian.

2. Pemerintah Kabupaten Bener Meriah sebagai motor penggerak pembangunan pada tingkat kabupaten dalam memmecahkan masalah- masalah pertanian kopi.

3. Pemangku kepentingan industri kopi untuk mengembangkan dan

menjalin sinergi antara seluruh pemangku kepentingan.

Referensi

Dokumen terkait

<nfeksi bakteri maupun infeksi jamur yang tidak diobati dengan baik, iritasi kulit yang disebabkan cairan otitis media, trauma berulang, adanya benda asing,

Jika puncak-puncak yang berbeda dalam semua fraksi hasil pemisahan destilasi dijumlahkan, maka terdapat 18 puncak, satu puncak bukan berarti hanya terdapat satu

Tanggapan arsitektur (rumah, fasilitas umum, lahan pertanian, dan lain-lain) atas permasalahan lingkungan fisik (geografis, iklim, dan lain-lain) misalnya dalam bentuk

Helm pemadam kebakaran Dräger HPS ® 7000 merupakan yang terbaik di kelasnya, berkat desainnya yang inovatif, sporty dan dinamis, dengan rancangan dan komponen yang

Rerata penerapan standar proses keperawatan di puskesmas dengan rawat inap di Kabupaten Cilacap termasuk kategori yang tidak baik menurut rentang nilai Arikunto

PENGHASILAN BADAN MENURUT UU NO. 36 TAHUN 2008, INSENTIF PAJAK DAN NONPAJAK TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA adalah hasil tulisan

Puji syukur yang setinggi-tingginya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kekuatan, pertolongan, berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis