Dosen Pengampu: Amirullah, S.Pd.I., M.A
KEDUDUKAN TOLERANSI DALAM AJARAN &
SEJARAH ISLAM
MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA TAHUN AKADEMIK 2020-2021
PENGANTAR MATERI
• Harga sebuah kerukunan bagi masyarakat plural dan heterogen seperti Indonesia sangatlah mahal
• Toleransi, kerukunan atau solidaritas sosial bagi bangsa Indonesia merupakan keniscayaan
• Sebagaimana fakta yang kita ketahui, kita adalah bangsa yang multikultural.
- 17.480 buah pulau, - 1.340 suku bangsa,
- Jumlah kepercayaan dan tradisi 7.894
- 6 Agama yang di dalamnya memiliki keragaman pemahaman - 617 bahasa daerah di Indonesia
• Adanya keragaman seperti ini jika tidak disikapi dengan kedewasaan dan kebijaksanaan kita sebagai warga bangsa, dapat menjadi sumber konflik dan perpecahan serius.
KENISCAYAAN TOLERANSI DALAM ISLAM
Dalam Islam, toleransi dan persaudaraan
antar sesama manusia merupakan keniscayaan.
Keragaman atau perbedaan adalah Sunnatullah. Allah lah menciptakan perbedaan tersebut agar manusia saling “kasih mengasih” (lihat QS. Al Hujurat ayat 13.
Keragaman adalah ujian agar manusia memilih dan berlomba dalam
kebaikan. Allah memberi kehendak kepada manusia untuk memilih. (lihat Al- Maidah ayat 48. Qs. An-Nahl: 93. QS Yunus : 99. QS Al-Kahf : 6).
Karena keragaman adalah sunnatullah, maka Islam memerintahkan kita untuk berlaku adil kepada siapapun, bahkan kendati kita benci terhadap orang atau kelompok tersebut. (Qs. al-Maidah: 8. )
Selain bersikap adil, Islam juga memerintahkan kepada kita untuk bersikap toleransi. Tidak memaksakan orang lain untuk mengikuti Islam. Bebas meyakini dan menjalankan keyakinan masing2. (lihat Qs. Al-Baqarah: 256.
Qs. Al-Qahfi [18]: 29)
TOLERANSI DAN PERSAUDARAAN DALAM AJARAN ISLAM
Empat macam persaudaraan yang diajarkan Islam (Ukhwah
Islamiyah)
Ukhuwwah 'ubudiyyah atau
saudara kesemakhlukan dan kesetundukan
kepada Allah
Ukhuwwah insaniyyah (basyariyyah) dalam
arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal
dari adam dan hawa.
Ukhuwwah wathaniyyah wa
an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
Ukhuwwah fi din Al-Islam, persaudaraan
antar sesama Muslim.
Konsep Islam tentang Persaudaraan dan Toleransi dengan Non Muslim dan dengan sesama Muslim
DENGAN NON MUSLIM
o Untuk mewujudkan persaudaraan antar pemeluk agama, Islam memperkenalkan ajaran,
Bagimu agamamu dan bagiku agamaku (QS al Kafirun: 6. QS Al- Syura [42): 15).
o Al-Quran juga menganjurkan agar mencari titik singgung dan titik temu antar pemeluk agama. bila tidak ditemukan persamaan hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain. (lhat QS. Saba: 24-26.)
o Jalinan persaudaraan antara seorang Muslim dan non-Muslim sama sekali tidak dilarang oleh Islam, selama pihak lain
menghormati hak-hak kaum Muslim (lihat QS Al-Mumtahanah [60]: 8. )
o Seorang muslim tidak dilarang membantu atau menfkahkan hartanya untuk non muslim (QS Al-Baqarah [2]: 272).
DENGAN SESAMA MUSLIM
o Al-Quran melarang segala macam sikap lahir dan batin yang dapat mengeruhkan hubungan di antara sesama muslim.
Setelah menyatakan bahwa orang-orang Mukmin
bersaudara, dan memerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan hubungan) jika seandainya terjadi
kesalahpahaman di antara dua orang (kelompok) kaum Muslim. (lihat (QS Al-Hujurat [49]: 11).
o Dalam hal perbedaan pendapat dan pengamalan agama, Al- Quran secara tegas memerintahkan orang-orang Mukmin untuk merujuk Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunnah). Tetapi seandainya terjadi perbedaan pemahaman Al-Quran dan Sunnah itu, baik mengakibatkan perbedaan pengamalan maupun tidak, maka harus saling menghormati (lihat QS Al- Nisa' [4]: 59).
TOLERANSI DAN PERSAUDARAAN DALAM AJARAN ISLAM
Toleransi dalam Sejarah Islam: Meneladani Rasulullah SAW
Keteladanan Toleransi, Persaudaraan dan Hidup dengan Penuh Cinta Kasih dari Rasulullah SAW.
Hubungan Rasulullah dengan Manusia
• Diriwayatkan bahwa sekian banyak orang yang memeluk ajaran Islam hanya karena melihat akhlak Nabi Muhammad saw. Perlakuan beliau terhadap manusia, bahkan seluruh makhluk Allah, mencapai puncak ihsan. Bila bertemu dengan seseorang, dihadapinya dengan senyum sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dan tidak melepas tanganya sebelum yang dipegang tangannya melepaskannya. Ketika berbicara, beliau menatap wajah mitranya, tidak pernah terlihat ketika beliau duduk mengulurkan kaki di hadapan orang lain. bila menoleh, beliau menoleh dengan seluruh badannya guna menghormati yang dilihatnya.
• Anas bin malik, seorang anak yang menemani Rasul saw, berkata: “aku menemani Rasul saw, selama sepuluh tahun, tidak pernah sekalipun beliau mengucapkan kata isy tidak juga menegur, mengapa engkau begini atau mengapa engkau tidak begitu” (HR. Muslim) [hal 118]
Prinsip Nabi membangun interaksi sosial
• Nabi bersabda: Arroohimuun yarhamuhumurrohman irhamuu ahlal ardi yarhamkum manffissamawaa (Para pengasih dirahmati oleh Allah pelimpah kasih. Rahmatillah penghuni bumi, niscaya yang di langit merahmati kamu) [HR. Abu Daud.] hal 134
• “ kalian tidak beriman sampai kalian berkasih-kasih. ” Para sahabat nabi saw yang mendengarnya berkomentar: “kami semua
pengasi/berkasih kasih. Nabi saw, meluruskan mereka: “bukanlah
rahmat itu ( terbatas pada ) kasih kepada sahabat, tetapi kasih kepada seluruh manusia, bahkan kasih yang menyeluruh ” (HR. ath-
Thabarany dan al-Baihaqy)
Hubungan Rasulullah dengan Non-Muslim
Beberapa contoh yang dapat disebutkan di sini, yaitu:
Pertemuan dengan sepupunya, yakni Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abd al Uzzan bin Qushay.
Ia seorang nasrani yang taat, yang menuliskan beberapa informasi injil dalam bahasa Arab.
Waraqah yang seorang rahib (pendeta) itu telah berusia lanjut dan buta matanya.
Nabi menceritakan secara detail peristiwa yang belum pernah dialaminya sepanjang hidupnya itu.
“Inilah al-Nmaus yang diturunkan kepada Musa. Andaikan saja aku masih muda lagi kuat dan masih hidup ketika kaummu kelak mengusirmu,” harapnya.
“apakah mereka akan mengusirku?”
“ya! Tak seorangpun yang datang membawa apa yang engkau bawa, kecuali diusir kaumnya.
Andaikan saat itu aku masih ada, niscaya aku akan membantumu,” katanya.
(Peristiwa yang terjadi 610 M ketika Muhammad Saw berusia 40 tahun ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori dan Imam Muslim. Antara lain dinukil oleh Wahbah a-Zuhaili (al-Tafsir al- Munir: XV/700-701).
• Nabi meminta perlindungan kepada penguasa Nasrani, penguasa Habasyah, yaitu Raja NaJasyi (Nejus) yang beragama nasrani. Para sahabat nabi yang hijrah ke habasyah (sekarang ethopia) ini terjadi dua kali, hijrah pertama terjadi pada tahun ke-5 (14 orang) dan hijrah kedua tahun ke-7 (101 orang)
• Ketika Nabi Hijrah ke Madinah bersama Abubakar, penunjuk jalannya adalah Abdullah bin Uraiqit al-Laitsi, seorang pemuda pagan ( musyrik ).
• Kebaktian 60 orang nasrani Najran di Masjid Nabi, ketika mereka datang ke Madinah untuk berdialog dengan nabi seputar persoalan agama.
Hubungan Rasulullah dengan
Non-Muslim
• Seorang Yahudi yang membela Nabi: Ahli sejarah kenamaan, Ibnu Ishaq, menceritakan di antara salah satu pejuang yang gugur dalam Perang Uhud adalah Mukhairiq, pria keturunan Suku Quraidhah.
Dia seorang tokoh Yahudi yang benar-benar berkomitmen teguh pada perjanjian bersama yang dibuat antara mereka dengan pihak Muhammad Saw, saat di Madinah. melihat gugurnya Si Yahudi ini, maka Rasulullah Saw berkomentar singkat penuh kejujuran:
“Mukhairiq adalah sebaik-baik orang Yahudi.”
Hubungan Rasulullah dengan
Non-Muslim
• Kasih Sayang Nabi kepada Seorang Yahudi yang Membencinya
Dikisahkan, di sudut pasar Madinah, seorang pengemis buta beragama Yahudi senantiasa bercuap-cuap tak terkendali menghina dan mencaci Nabi Muhammad Saw.
Ini dilakukannya hampir setiap hari, seakan itu menjadi hobinya yang wajib dijalani.
Bila seorang mendekatinya, ia lantas berkata lantang: “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad! Dia hanyalah orang gila. Dia juga pembohong. Dia juga tukang sihir.
Siapapun yang mendekatinya, maka ia akan dipengaruhinya.”
Setiap pagi, konon Muhammad SAW mendatanginya dengan membawa makanan. Tanpa berkata sepatah kata pun, beliau senantiasa menyuapkan makanan itu pada Si Pengemis.
Tentu saja dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Tetap dengan caciannya yang menyakitkan hati, Muhammad Saw sama sekali tidak terpancing untuk balik menghardiknya. Junjungan umat Islam ini tetap menyuapi penuh kelembutan dan membiarkan dirinya dicaci-maki.
Hubungan Rasulullah dengan
Non-Muslim
• Ikrar Damai Nabi lintas golongan (melalui piagam madinah)
Melalui perjanjian ini, Nabi Muhammad Saw ingin membentuk masyarakat modern yang
memiliki tatanan, aturan dan hukum yang berlaku egaliter untuk semua masyarakatnya, yang begitu plural baik latar belakang suku, agama, ras dan status sosial yang berbeda.
o Piagam Madinah ini terdiri dari 47 point penting. Misalnya:
o pada point 2 disebutkan: “Mereka adalah satu komunitas (ummah) dengan mengenyampingkan semua manusia”;
o Pasal 39: “Yatsrib akan menjadi tempat suci bagi orang-orang yang menyepakati dokumen ini”;
o Pasal 44: “Pihak yang bertikai bertanggungjawab untuk membantu pihak lain melawan serangan apapun terhadap Yatsrib”;
o Pasal 45 a: “Jika mereka diminta untuk membuat perdamaian atau menegakkannya, mereka harus melakukan itu; dan jika mereka menuntut hal serupa terhadap orang-orang beriman, mereka juga harus melakukannya, kecuali apabila dalam situasi pertempuran demi agama.”