• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENELITIAN TUGAS AKHIR

KAJIAN BIAYA PENGENDALIAN ULAT API

(Setothosea asigna) DENGAN METODE

FOGGING DI AFDELING III KEBUN

LARAS PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA IV

ABDUL HAFIZ CHAIRY DAULAY

12011325

PROGRAM STUDI

BUDIDAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN

AGROBISNIS PERKEBUNAN

MEDAN

2016

(2)

LAPORAN

PENELITIAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Diploma IV Pada Program Studi Budidaya Perkebunan

Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan

KAJIAN BIAYA PENGENDALIAN ULAT API

(Setothosea asigna) DENGAN METODE

FOGGING DI AFDELING III KEBUN

LARAS PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA IV

ABDUL HAFIZ CHAIRY DAULAY

12011325

PROGRAM STUDI

BUDIDAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN

AGROBISNIS PERKEBUNAN

MEDAN

2016

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

Nama lengkap : ABDUL HAFIZ CHAIRY DAULAY

Nomor Induk : 12011325

Program Studi : BUDIDAYA PERKEBUNAN

Judul Tugas Akhir : KAJIAN BIAYA PENGENDALIAN HAMA ULAT API (Setothosea asigna) DENGAN METODE FOGGING DI AFDELING III KEBUN LARAS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Sulthon Parinduri, S.P., M.Si Marshal Arifin Sinaga,SST

Mengetahui,

Ketua Ka. PS BDP

(4)

Pembimbing Tugas Akhir : 1. Sulthon Parinduri, S.P., M.Si 2. Marshal Arifin Sinaga,SST

Tim Penguji : 1. Ir. W. A. Tambunan, M.P.

2. Guntoro, S.P., M.P.

(5)

i

RINGKASAN

ABDUL HAFIZ CHAIRY DAULAY. KAJIAN BIAYA PENGENDALIAN ULAT API (Setothosea asigna) DENGAN METODE FOGGING DI AFDELING III KEBUN LARAS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV. Penelitian ini telah dilaksanakan dibawah bimbingan Bapak Sulthon Parinduri, S.P., M.Si. dan Bapak Marshal Arifin Sinaga, SST.

Penelitian dilaksanakan di Afdeling III Kebun Laras, PT Perkebunan Nusantara IV, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara, dan dilaksanakan pada bulan Juni s/d Agustus 2016. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kajian biaya pengendalian ulat api (Setothosea asigna) dengan metode

fogging. Adapun metode penulisan yang digunakan adalah metode analisa

deskriftip, yaitu dengan menggunakan data sekunder (Laporan Manajemen) di Afdeling III Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV.

Pengendalian hama ulat api menggunakan insektisida berbahan aktif Deltametrin dengan alat fulsfog K22 Bio yang memiliki 3 tangki. Total biaya pengendalian hama ulat api S. asigna sebanyak Rp. 38.511.548,- dengan biaya/ha/bulan yaitu Rp. 190.967,-dari 6 bulan pengendalian. Komposisi biaya antara lain tenaga Rp.

20.743.977,- (54%), biaya bahan Rp. 15.662.626,- (40%) dan biaya sensus Rp. 2.104.945 (6%).

(6)

ii

RIWAYAT HIDUP

Abdul Hafiz Chairy Daulay dilahirkan pada tanggal 3 Maret 1994 di kota Medan,

Sumatera Utara. Anak pertama dari empat bersaudara dari keluarga Bapak H. Muhammad Azfahry Daulay dan Ibu Hj. Afrida Harahap. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Swasta Arsyadiah Medan pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta IKAL Medan pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 12 Medan pada tahun 2012.

Tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIP-AP) dengan jurusan Budidaya Perkebunan. Pada tahun 2014 penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) I di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bandar Pasir Mandoge Asahan dan PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Batang Serangan Langkat. Pada Tahun 2015 penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) II di PT Salim Ivomas Pratama (komoditi kelapa sawit) Pranap Napal, Riau, dan mengikuti Program Pengabdian Masyarakat (PPM) di Desa Titi Merah Kecamatan Limapuluh Kabupaten Batubara.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik.

Penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Kajian Biaya Pengendalian Ulat Api (Setothosea asigna) Dengan Metode Fogging di Afdeling III PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Laras yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (SST) di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agribisnis Perkebunan (STIPAP) LPP Kampus Medan.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan moril maupun materil, serta motivasi, pengarahan dan restu dari banyak pihak yang tidak bias diucapkan satu persatu. Tanpa mengurangi rasa hormat penulis terhadap yang lainnya akhirnya dalam kesempatan ini penulis dengan tulis hati mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Wagino, S.P., M.P. sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan Medan.

2. Bapak Guntoro, SP., MP, selaku Ketua Jurusan Budidaya Perkebunan yang banyak memberikan arahan dan motivasi.

3. Bapak Sulthon Parinduri, SP., M.Si, sebagai Pembimbing 1 (satu) dan Bapak Marshal Arifin Sinaga, SST, sebagai Pembimbing 2 (dua), yang telah memberikan arahan dan waktunya kepada penulis agar dapat membimbing penulisan tugas akhir ini.

4. Teristimewa untuk kedua orang tua yaitu ayahanda H. Muhammad Azfahry Daulay, SE dan ibunda Hj. Afrida Harahap serta adik-adik tersayang Syafira Zahrainy Daulay, Ahmad Hariz Muzainy Daulay, dan Muhammad Rizkan Hanif Daulay yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta doanya bagi keberhasilan penulis

(8)

iv

5. Seluruh staf dan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIP-AP) Medan yang telah banyak membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.

6. Sahabat-sahabat seperjuangan yaitu Hamdan Rahmawardi, Imam Fahrizal, Muhammad Azhari, Michael Erikson, yang telah bersama-sama melakukan penelitian

7. Kepada para sahabat yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini yaitu Andi Sulaiman, Mega Party, Irfan Cahyadi, Ahmad Faisal dan terutama pada Tongat Adventure BDP B 2012 yang teraamat tercinta dan tak terlupakan.

8. Keluarga Besar Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV khususnya Afdeling III kepada Bapak Fahrizal dan Bapak Supaino yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan tugas akhir penulis.

9. Kepada para sahabat yaitu Iken Lubis, M Haris, Riadi Hasibuan, Dedi Kasdi, Taufik Akbar yang selama ini memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis

10. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penyusunan tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalm penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis dengan senang hati menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas ini. Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan memohon kepada Tuhan YME agar penulis dapat kesuksesan dimasa yang akan datang.

Terimakasih.

Medan, 27 Oktober 2016

(9)

v DAFTAR ISI Hal. RINGKASAN ... i RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Urgensi Penelitian ... 2 1.3 Tujuan Khusus ... 3 1.4 Target Temuan ... 3 1.5 Kontribusi... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Biologi dan Morfologi Hama UlatApi ... 4

2.2 Siklus Hidup Hama UlatApi ... 5

2.2.1 Telur ... 5

2.2.2 Larva ... 5

2.2.3 Pupa... 5

2.2.4 Kepompong ... 6

2.2.5 Kupu-kupu ... 6

2.3 Gejala Serangan Hama Ulat Api ... 6

2.4 Sensus Hama Ulat Api ... 7

2.4.1 Sensus Global... 7

2.4.2 Sensus Efektif ... 8

2.5. Pengendalian Hama Ulat Api ... 9

2.5.1 Cara Mekanis ... 10

2.5.2 Cara Biologis ... 10

2.5.3 Cara Kimiawi ... 10

2.5.4 Pengendalian Hayati ... 10

2.5.5 Penerapan Sistem Pengendalian Hama Terpadu ... 11

BAB 3 METODOLOGI ... 12

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ... 12

3.2 Rancangan Penelitian ... 12

3.3 Pengamatan Penelitian ... 12

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

(10)

vi 4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 13 4.1.2 Letak Geografis ... 14 4.1.3 Topografi... 14 4.1.4 Luas Areal ... 14 4.1.5 Curah Hujan ... 15 4.2 Tingkat Serangan ... 17

4.2.1 Kriteria Tingkat Serangan ... 17

4.2.2 Jumlah Serangan ... 18 4.3 Realisasi Aplikasi ... 20 4.3.1 Insektisida. ... 20 4.3.2 Teknis Pelaksanaan ... 21 4.4 Sensus Mortalitas ... 22 4.4.1 Waktu Pengamatan ... 22

4.4.2 Hasil Sensus dan Mortalitas Kematian ... 22

4.5 Biaya Pengendalian Ulat Api S. Asigna ... 23

4.5.1 Biaya Sensus ... 23

4.5.2 Biaya Bahan ... 24

4.5.3 Biaya Tenaga Kerja ... 26

4.5.4 Total Biaya Pengendalian ... 27

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

Lampiran 1. Tingkat serangan ulat api S. asigna Maret 2014 ... 31

Lampiran 2. Tingkat serangan ulat api S. asigna Juli 2014... 31

Lampiran 3. Tingkat serangan ulat api S. asigna Oktober 2014 ... 32

Lampiran 4. Tingkat serangan ulat api S. asigna November 2014 ... 33

Lampiran 5. Tingkat serangan ulat api S. asigna Februari 2015 ... 34

Lampiran 6. Tingkat serangan ulat api S. asigna November 2015 ... 35

Lampiran 7. Rekapitulasi Rata-rata sensus Ulat Api Tahun 2014-2015 ... 36

Lampiran 8. Kebutuhan Biaya Bahan Pengendalian Ulat Api S. asigna Bulan Maret 2014 ... 37

Lampiran 9. Kebutuhan Biaya Bahan Pengendalian Ulat Api S. asigna Bulan Juli 2014 ... 37

Lampiran 10. Kebutuhan Biaya Bahan Pengendalian Ulat Api S. asigna Bulan Oktober 2014 ... 38

Lampiran 11. Kebutuhan Biaya Bahan Pengendalian Ulat Api S. asigna Bulan November 2014 ... 39

Lampiran 12. Kebutuhan Biaya Bahan Pengendalian Ulat Api S. asigna Bulan Februari 2015 ... 40

Lampiran 13. Kebutuhan Biaya Bahan Pengendalian Ulat Api S. asigna Bulan November 2015 ... 41

Lampiran 14. Hasil Sensus dan Mortalitas kematian ulat api S. asigna bulan Maret 2014 ... 42

(11)

vii

Lampiran 15. Hasil Sensus dan Mortalitas kematian ulat api S. asigna

bulan Juli 2014 ... 42 Lampiran 16. Hasil Sensus dan Mortalitas kematian ulat api S. asigna

bulan Oktober 2014 ... 43 Lampiran 17. Hasil Sensus dan Mortalitas kematian ulat api S. asigna

bulan November 2014 ... 44 Lampiran 18. Hasil Sensus dan Mortalitas kematian ulat api S. asigna

bulan Februari 2015 ... 45 Lampiran 19. Hasil Sensus dan Mortalitas kematian ulat api S. asigna

(12)

viii

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

4.1 Luas Afdeling III Berdasarkan Tahun Tanam ... 15

4.2 Data Curah Hujan Afdeling III Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV ... 15

4.3 Campuran Bahan Pengendalian Ulat Api ... 20

4.4 Penggunaan Bahan ... 21

4.5 Rekapitulasi Tingkat Mortalitas Ulat Api S. asigna Tahun 2014-2015 ... 22

4.6 Biaya Sensus Global Ulat Api S. asigna Tahun 2014-2015 ... 23

4.7 Biaya Efektif Telling Ulat Api S. asigna Tahun 2014-2015 ... 24

4.8 Realisasi Penggunaan Bahan Fogging Pengendalian Ulat Api Tahun 2014-2015 ... 25

4.9 Biaya Tenaga Kerja Pengendalian Hama Ulat Api S. asigna Tahun 2014-2015 ... 27

4.10 Biaya Rekaputulasi Pengendalian Hama Ulat Api S. Asigna Tahun 2014-2015 ... 28

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

2.1 Telur Ulat api ... 5

2.2 Larva Ulat Api ... 5

2.3 Pupa Ulat Api ... 6

2.4 Imago Ulat Api... 6

2.5 Sketsa Sensus Global ... 8

2.6 Sketsa Sensus Efektif ... 8

4.1 Rata-rata Curah Hujan Tahun 2014-2015 ... 16

4.2 Rata-rata Hari Hujan Tahun 2014-2015 ... 16

4.3 Pohon Sampel Sensus Global ... 17

4.4 Pohon Sampel Sensus Efektif ... 18

4.5 Rekapitulasi Luas Serangan Ulat Api S. asigna ... 19

4.6 Rekapitulasi Rata-Rata Sensus Ulat Api S. asigna. ... 19

4.7 Insektisida ... 20

4.8 Fulsfog ... 21 4.9 Biaya Pemakaian Bahan Fogging ... 26

4.10 Diagram Total Biaya Pengendalian Hama Ulat Api S. asigna Tahun 2014-2015 28

(14)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman perkebunan yang dewasa ini sangat diminati untuk dikelola dan ditanam, baik oleh pihak BUMN, perkebunan swasta nasional dan asing, maupun petani (perkebunan rakyat). Daya tarik penanaman kelapa sawit terdapat pada keuntungan yang berlimpah karena kelapa sawit masih merupakan andalan sumber minyak nabati dan bahan agroindustri. Sebelumnya, sumber minyak nabati di Indonesia adalah minyak goreng. Saat ini, produksi CPO (Crude Palm Oil) Indonesia sekitar 17 juta ton per tahun. Dengan produksi ini, Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia, berhasil menggeser kedudukan Malaysia yang produksinya mencapai 16 juta ton CPO per tahun, meskipun ada juga kebun-kebun kelapa sawit yang merupakan investasi perusahaan swasta di Indonesia (Sukamto, 2008).

Prospek pasar dunia untuk minyak sawit beserta produknya cukup bagus. Dengan total produksi 16 ton, pada tahun 2006 Indonesia telah mengungguli produksi kelapa sawit Malaysia yang berkisar pada angka 15,88 juta ton. Oleh Oil World, produksi kelapa sawit indonesia untuk beberapa tahun ke depan diprediksi akan tetap memimpin diurutan teratas (Hartanto, 2011).

Berdasarakan buku statistik komoditas kelapa sawit terbitan Ditjen Perkebunan, pada Tahun 2014 luas areal kelapa sawit mencapai 10,9 juta Ha dengan produksi 29,3 juta ton CPO. Luas areal menurut status pengusahaannya milik rakyat (Perkebunan Rakyat) seluas 4,55 juta Ha atau 41,55% dari total luas areal, milik negara (PTPN) seluas 0,75 juta Ha atau 6,83% dari total luas areal, milik swasta seluas 5,66 juta Ha atau 51,62%, swasta terbagi menjadi 2 (dua) yaitu swasta asing seluas 0,17 juta Ha atau 1,54% dan sisanya lokal (Ditjetbun, 2014).

(15)

2

Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi secara optimal, apabila tanaman tersebut dilindungi dari gangguan hama dan penyakit (Risza, 1994).

Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan mengingat hama dan penyakit berpengaruh terhadap hasil produksi. Jika hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit tidak diberantas, produksi buah kelapa sawit akan menurun, baik secara kuantitas maupun kualitas (Sastrosayono, 2003).

Salah satu hama yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah hama ulat api. Ulat api merupakan jenis ulat pemakan daun kelapa sawit yang paling sering menimbulkan kerugian di perkebunan kelapa sawit. Jenis-jenis ulat api yang paling banyak ditemukan adalah Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima,

Darna diducta, Darna bradleyi. Jenis yang jarang ditemukan adalah Thosea vestusa, Thosea bisura, Susica pallid dan Birthamula chara. Jenis ulat api yang

paling merusak di Indonesia akhir-akhir ini adalah S.asigna, S.nitens, D.trima (Adi, 2012).

1.2 Urgensi Penelitian

Salah satu masalah yang terjadi pada perkebunan kelapa sawit adalah adanya serangan hama Ulat api (S. asigna). Untuk beberapa daerah tertentu, ulat api (S.

asigna) sudah menjadi endemik sehingga sulit untuk di kendalikan. Meskipun

tidak mematikan tanaman, hama ini sanggat merugikan secara ekonomi. Dengan daun yang habis akan sangat mengganggu proses fotosintesis tanaman kelapa sawit, yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas tanaman kelapa sawit.

Oleh sebab itu, hama ulat api perlu pengendalian secara mekanis, kimiawi, dan pengendalian Hama Terpadu (PHT). Penelitian ini akan mengkaji efektivitas biaya pengendalian hama Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS) S.asigna dengan menggunakan metode fogging.

(16)

3

1.3 Tujuan Khusus

Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya pengendalian hama ulat

api S. asigna pada tanaman kelapa sawit di Afdeling III Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV.

1.5 Target Temuan

Mengetahui biaya pengendalian hama ulat api (S. asigna) yang lebih efektif dan efesien.

1.4 Kontribusi

Hasil penelitian diharapkan berguna bagi penulis, juga sebagai informasi dan bahan bacaan dalam pengendalian hama ulat api dari segi biaya dan sebagai referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(17)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Biologi dan Morfologi Hama UlatApi (Setothosea asigna)

Ulat Api S. asigna di klasifikasikan sebagai berikut (Susanto, 2012) : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Klass : Insekta Ordo : Lepidoptera Family : Limacodidae Genus : Setothosea Spesies : Setothosea asigna

Ulat dari hama ini menyerang daun kelapa sawit, terutama daun yang menyerang dalam keadaan aktif, yaitu daun nomor 9-25. Hama ini merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman kelapa sawit di sentra perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara (Hartanto, 2011).

Serangga dewasa (ngengat) jantan dan betina masing-masing lebar rentangan sayapnya 41 mm dan 51 mm. Sayap depan berwarna coklat tua dengan garis transparan dan bintik-bintik gelap, sedangkan sayap belakang berwarna coklat muda. Telur berwarna kuning kehijauan, berbentuk oval, sangat tipis dan transparan (Prawirosukarto dkk, 2003).

Telur diletakkan berderet 3-4 baris sejajar dengan permukaan daun sebelah bawah, biasanya pada pelepah daun ke 6-17. Satu tumpukan telur berisi sekitar 44 butir dan seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur 300-400. Ulat yang baru menetas hidup berkelompok, mengikis daging daun dari permukaan bawah dan meninggalkan epidermis bagian atas permukaan daun. Ulat berkepompong pada permukaan tanah yang relative gembur disekitar piringan atau pangkal batang kelapa sawit. Kepompong diselubungi oleh kokon yang

(18)

5

terbuat dari air liur ulat, berbentuk bulat telur dan berwarna coklat gelap (Sulistyo, 2010).

2.2 Siklus Hidup Hama Ulat Api (S. asigna) 2.2.1 Telur

Telur diletakkan berderet 3-4 baris sejajar dengan permukaan daun sebelah bawah, biasanya pada pelepah daun ke 6-17. Satu tumpukan telur berisi sekitar 44 butir dan seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur 300-400 butir (Prawirosukarto dkk, 2003).

Gambar 2.1 Telur ulat api

2.2.2 Larva

Ulat yang baru menetas hidup berkelompok, mengikis daging daun dari permukaan bawah dan meninggalkan epidermis bagian atas permukaan daun. Ulat berwarna hujai kekuningan dengan bercak-bercak khas di bagian

punggungnya. Stadia ulat ini berlangsung selama 49-50,3 hari (Sulistyo, 2010).

Gambar 2.2 Larva ulat api

2.2.3 Pupa

Pupa berada didalam kokon yang terbuat dari campuran air liur ulat dan tanah, berbentuk bulat telur dan berwarna coklat gelap, terdapat di bagian tanah yang relative gembur di sekitar piringan atau pangkal batang kelapa sawit. Pupa

(19)

6

jantan dan betina masing-masing berukuran berlangsung selama ± 39,7 hari (Susanto, 2012).

2.2.4 Kepompong

Kepompong diselubungi oleh kokon yang terbuat dari air liur ulat, berbentuk bulat telur dan berwarna coklat gelap. Kokon jantan dan betina masing-masing berukuran 16 x 13 mm dan 20 x 16,5 mm. Stadia kepompong berlangsung selama ± 39,7 hari (Sulistyo, 2010).

Gambar 2.3 Kepompong Ulat Api

2.2.5 Kupu-kupu

Kupu-kupu mempunyai periode hidup yang pendek yaitu 7 hari. Waktu yang pendek tersebut hanya digunakan untuk kawin dan bertelur dengan produksi telur antara 300-400 butir/induk

Gambar 2.4. Kupu-kupu Ulat Api

2.3 Gejala Serangan Hama Ulat Api

Gejala serangan dari berbagai macam ulat api hampir sama yaitu melidinya daun kelapa sawit apabila serangan berat. Serangan S. asigna di lapangan umumnya mengakibatkan daun kelapa sawit habis dengan sangat cepat dan berbentuk seperti melidi. Tanaman tidak dapat menghasilkan tandan selama 2-3 tahun jika serangan terjadi sangat berat (Susanto, 2012).

(20)

7

Umumnya gejala serangan S.asigna dimulai dari daun bagian bawah hingga akhirnya helaian daun berlubang habis dan bagian yang tersisa hanya tulang daun saja. Ulat ini sangat rakus, mampu megkomsumsi 300-500 cm2 daun sawit per hari. Tingkat populasi 5-10 ulat per pelepah merupakan populasi kritis hama pengendalian (Susanto, 2012).

Kerugian yang ditimbulkan S. asigna, yaitu terjadi penurunan produksi sampai 69% pada tahun pertama setelah serangan dan ± 27% pada tahun kedua setelah serangan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kerusakan daun sebesar 50% pada kelapa sawit pada umur 8 tahun, dapat mengakibatkan penurunan produksi sebesar 30-40% selama dua tahun setelah terjadinya kehilangan daun (Susanto, 2012)

2.4 Sensus Hama Ulat Api 2.4.1 Sensus Global

Dibuat titik sampel tetap pada tiap blok kelapa sawit dengan jumlah pohon sampel sebanyak satu pohon/ha dan ditentukan secara sistematis dimulai dari pinggir blok, serta ditandai dengan cat. Setiap minggu dilakukan pengamatan global terhadap populasi hama pada pohon sampel atau 1 pohon dari 6 pohon disekitar pohon sampel. Nomor pohon dan baris harus dicatat. Apabila semua pohon sampel sudah mendapat giliran untuk diamati, maka pada rotasi berikutnya dimulai dari pohon sampel pertama. Setiap pohon sampel diamati jenis dan populasi yang ada pada dua sampel pelepah daun, masing-masing pada bagian tengah dan bawah tajuk kelapa sawit. Pada tanaman TBM dan TM muda diambil sampel pelepah no 9 sampai 17, sedangkan pada tanaman tua diambil pelepah no 17 dan 25. Setiap kali pengamatan dipilih pelepah yang mempunyai larva ulat yang paling banyak (Susanto, 2012).

(21)

8

Gambar 2.5. Sketsa Sensus Global

2.4.2 Sensus Efektif

Sensus efektif dilakukan segera apabila hasil sensus global sudah melampaui padat populasi kritis hama pemakan daun kelapa sawit. Sensus ini hanya dilakukan pada blok-blok yang melebihi padat populasi kritis. Banyak sampel yang diamati adalah 5 pohon/ha. Cara sensus efektif sama dengan cara sensus global. Apabila dari hasil sensus global diketahui bahwa padat populasi sudah melebihi ambang dan sudah menyebar maka sensus efektif tidak perlu dilakukan lagi dan langsung dilakukan tindakan pengendalian (Susanto, 2012).

(22)

9

2.5 Pengendalian Hama Ulat Api

Penerapan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) terhadap UPDKS menunjukkan hasil yang baik dan dapat mengatasi permasalahan tersebut. Dalam sistem ini, pengenalan terhadap biologi hama sasaran diperlukan sebagai dasar penyususnan taktik pengendalian. Tindakan pengendalian hama dilaksanakan sesuai dengan hasil monitoring populasi, dan hanya dilakukan apabila populasi hama tersebut melampaui padat populasi kritis yang ditentukan, serta mengutamakan pelestarian dan pemanfaatan musuh alami yang ada di dalam ekosistem kelapa sawit (Prawirosukarto dkk, 2003).

Pengendalian ulat api S. asigna didasarkan pada hasil monitoring atau sensus yang telah dilakukan secara garis besar mengikuti konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Apabila hasil sensus menunjukkan populasi ualat api dibawah ambang ekonomi maka tindakan pengendalian tetap perlu dilakukan. Pengendalian yang paling cocok adalah pengendalian hayati.

Metode pengendalian hama ulat api S. asigna :

 Umur tanaman < 3 tahun

Pengendalian : Bila rata-rata populsi larva < 10 ekor per pelepah dan arealnya terbatas maka dilakukan hand picking. Bila rata-rata populasi > 10 ekor per pelepah maka dilakukan penyemprotan insektisida atau virus dengan menggunakan aplikasi fogging

 Umur tanaman 3-7 tahun

Pengendalian : Semprot insektisida atau virus dengan menggunakan mist blower atau fulsfog.

 Umur tanaman 7-15 tahun

Pengendalian : semprot insektisida atau virus menggunakan fulsfog

 Umur tanaman > 15 tahun

Pengendalian : Semprot insektisida atau virus menggunakan fulsfog

Karena hama ulat api adalah serangga ordo Lepidoptera maka jenis insektisida yang sesuai dipergunakan untuk mengendalikannya adalah bioinsektisida yang berbahan aktif Bacillus thuringiensis, yang selektif hanya

(23)

10

membunuh ulat api, tetapi aman terhadap musuh alami dan serangga penyerbuk kelapa sawit (Djamin, 1997).

2.5.1 Cara Mekanis

Pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan cara :

 Pengutipan dan pemusnahan ulat (instar 1-7) pada daun-daun yang terjangkau.

 Pengutipan ulat (instar 8-9) dan kepompong yang terdapat di sekitar piringan pohon.

 Sanitasi dan pengendalian gulma khususnya di piringan pohon agar mudah mencari ulat dan kepompong.

2.5.2 Cara Biologis

Dilakukan dengan menggunakan bakteri B. thuringiensis dengan tingkat kematian 90% dalam 7 hari. Pada saat ini telah banyak tersedia di pasaran bioinsektisida berbahan aktif B. thuringiensis (Susanto, 2012).

2.5.3 Cara Kimiawi

Penggunaan insektisida kimia sintetik diupayakan sebagai tindakan terakhir, sedapat mungkin dipilih jenis insektisida serta teknik aplikasi yang paling aman bagi lingkungan, khususnya untuk kelangsungan hidup parasitoid dan predator UPDKS (Prawirosukarto dkk, 2003).

2.5.4 Pengendalian Hayati

Pengendalian Hayati ulat api pada kelapa sawit dapat menggunakan mikro organisme Entomopatogenik, yaitu virus Nudaurelia multiple mucleo

polyhaedrovirus (MNPV), dan jamur Cordyceps militaris efektif untuk

kepompong. Pelepesan predator secara periodik merupakan salah satu teknik pemanfaatan predator untuk mengendalikan ulat pemakan kelapa sawit. Dalam jangka pendek tindakan ini dapat mengharapkan menekan populasi hama sasaran secara langsung, sedangkan dalam jangka waktu panjang diharapkan dapat menggeser keseimbangan alami ke arah yang lebih menguntungkan (Prawirosukarto dkk, 2003)

(24)

11

Penerapan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) terhadap UPDKS menunjukkan hasil yang baik dan dapat mengatasi permasalahan tersebut. Dalam sistem ini, pengenalan terhadap biologi hama sasaran diperlukan sebagai dasar penyusunan taktik pengendalian. Tindakan pengendalian hama dilaksanakan sesuai dengan hasil monitoring populasi, dan hanya dilakukan apabila populasi hama tersebut melampaui padat populsi kritis yang ditentukan, serta mengutamakan pelestarian dan pemanfaatan musuh alami yang ada didalam ekosistem kelapa sawit (Prawirosukarto dkk, 2003).

Pada beberapa perkebunan kelapa sawit di Sumatera telah ditemukan 33 jenis parasitoid dan 11 jenis predator hama pemakan daun. Parasitoid dan predator tersebut berperan penting sebagai faktor pengendali populasi hama secara alami di perkebunan kelapa sawit sehingga perlu dijaga kelestariannya dan perlu diperhitungkan serta dimanfaatkan didalam pengendalian UPDKS (Sulistyo, 2010).

Beberapa predator, terutama Eocanthecona furcellata (Wolff), telah dapat dibiakkan di insektarium dengan menggunakan makanan ulat api atau ulat lain yang telah disimpan dalam keadaan beku dalam kotak pendingin. Dengan demikian, dapat diperoleh predator tersebut dalam jumlah besar untuk dilepaskan di areal perkebunan kelapa sawit yang membutuhkan (Sulistyo, 2010).

Penggunaan insektisida kimia sintetik diupayakan sebagai tindakan terakhir, dan sedapat mungkin dipilih jenis insektisida serta teknik aplikasi yang paling aman bagi lingkungan, khususnya untuk kelangsungan hidup parasitoid dan predator UPDKS (Sulistyo, 2010).

(25)

12

BAB 3 METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Afdeling III Kebun Laras PT.Perkebunan Nusantara IV yang terletak pada Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2016.

3.2 Rancangan Penelitian

Kajian biaya dengan menggunakan analisa deskriptif, yaitu mengumpulkan teknis dan biaya pengendalian hama ulat api di Afdeling III Kebun Laras PT.Perkebunan Nusantara IV dan informasi yang berhubungan dengan pengendalian hama ulat api pada tanaman kelapa sawit.

3.3 Pengamatan Penelitian

1. Informasi Kebun

2. Deskripsi data kondisi iklim yaitu data hari hujan dan curah hujan selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2014 sampai dengan tahun 2016.

3. Data sensus hama ulat api tahun 2014-2015

Gambar

Gambar 2.5. Sketsa Sensus Global  2.4.2 Sensus Efektif

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan karena nilai marginal menunjukan perubahan dari nilai total, maka jika nilai marginal tersebut lebih besar dari nilai rata-rata, maka nilai rata-rata

hadits ini yang menjadi permasalahan adalah masalah keaslian hadits, eksistensi pengumpulan hadits dan pengkodifikasi hadits. Disebabkan sedikitnya sumber data

1 Tingkat internasional, tiap program 0.750 x Setiap Program LPPM / Dekan Surat keterangan Ketua , bukti kinerja. 2 Tingkat nasional, tiap program 0.500 x Setiap

Wild Abortive , Kalinga, dan Gambiaca memiliki umur berbunga dengan kategori genjah, serta memiliki karakter bunga yang lebih baik dibandingkan dengan IR58025A, antara lain

Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial yang dikelola oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) adalah sebuah sistemyang dapat digunakan

KREATIVITAS GURU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM RAHMANTAN LI AL-ALAMIN DALAM MENGATASI PAHAM RADIKAL PADA SMA UNGGULAN BERBASIS PONDOK PESANTREN DI JAWA TIMUR [STUDI

Pada pengujian multivariat tahap pertama, bila dibandingkan dengan tingkat signifikasi 5 persen maka semua variabel nilainya lebih besar, yang berarti variabel independen

1. Karyawan dikatakan deadwood ketika memiliki masalah dengan kinerja dan berulang kali terjadi. Hal ini nampak bukan saja dari hasil kerja, namun juga dari perilaku kerja