• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan pada bagian ini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan pada bagian ini."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan pada bagian ini.

2.1 Klausa Subordinatif 2.1.1 Klausa

Satuan sintaksis dalam bahasa Indonesia yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah klausa. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang mengandung unsur predikasi (Alwi et al. 2003). Klausa mempunyai struktur internal, yaitu unsur predikat dengan atau tanpa subjek, objek, pelengkap, atau keterangan. Contoh klausa antara lain

1) dia cantik (subjek + predikat),

2) anak itu makan kue (subjek + predikat + objek).

Pada umumnya, klausa tidak banyak berbeda dengan kalimat. Hal ini terlihat dari kesamaan struktur internalnya. Perbedaannya ada pada kelengkapan intonasi atau tanda baca akhir. Agar lebih mudah, konstruksi sintaksis tanpa intonasi atau tanda baca akhir kita sebut sebagai klausa, sedangkan konstruksi sintaksis dengan intonasi atau tanda baca akhir kita sebut sebagai kalimat. Agar beda dengan kalimat, dalam penelitian ini, perlu dibuat kesepakatan penulisan kalimat dan klausa. Berikut ini adalah contoh kalimat dan klausa.

1) Apakah sekarang ia harus mengulangi melamar Tantri? (kalimat). 2) mereka berbicara tentang politik (klausa).

2.1.2 Klausa Subordinatif

Kalimat Majemuk atau kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih (Ramlan 2001). Salah satu cara untuk menghubungkan klausa dalam sebuah kalimat majemuk adalah dengan cara subordinasi. Subordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih sehingga terbukti kalimat majemuk yang salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Dengan kata lain, kalimat majemuk yang disusun dengan cara subordinatif itu disebut kalimat majemuk bertingkat (Alwi et al. 2003). Klausa yang merupakan bagian dari

(2)

klausa lainnya dalam kalimat majemuk bertingkat disebut klausa bawahan atau klausa subordinatif atau anak kalimat (Ramlan 2001). Hubungan subordinasi dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1 Bagan subordinasi.

Klausa 2 berkedudukan sebagai konstituen atau satuan-satuan yang membentuk konstruksi klausa 1. Klausa 2 disebut sebagai klausa subordinatif atau biasa kita kenal sebagai anak kalimat. Klausa 1, tempat dilekatkannya klausa 2, disebut klausa utama.

Contoh penggabungan dua buah klausa dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat pada kalimat berikut. Dia pergi ketika saya sedang mandi. Klausa ketika saya mandi disebut klausa subordinatif atau anak kalimat, sedangkan klausa dia pergi disebut klausa utama atau induk kalimat.

2.1.3 Jenis Klausa Subordinatif

1 Klausa Adverbial

Klausa adverbial merupakan klausa subordinatif yang berfungsi sebagai keterangan dalam kalimat majemuk bertingkat (Alwi et al. 2003). Konjungsi atau subordinator yang digunakan untuk menggabungkan klausa adverbial dengan klausa utama dapat dikelompokkan berdasarkan jenis klausa adverbialnya.

a. Hubungan Waktu

Klausa adverbial ini menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama. Hubungan waktu ini dibedakan menjadi :

Kalimat

Klausa 1

(3)

i. Hubungan Waktu Batas Permulaan

Klausa adverbial dengan hubungan waktu batas permulaan biasanya ditunjukkan dengan kata penghubung (konjungsi) sejak dan sedari. Contoh klausa adverbial dengan hubungan waktu batas permulaan ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut.

(1) Sejak anak kami lahir, perangai suami saya berubah (Nardiati et al. 1996). (2) Semua usulan akan dipertimbangkan oleh pemerintah sedari peraturan itu

diberlakukan (Nardiati et al. 1996).

ii. Hubungan Waktu Bersamaan

Klausa adverbial dengan hubungan waktu bersamaan biasanya ditunjukkan dengan kata penghubung (konjungsi) (se)waktu, ketika, seraya, serta, sambil, sementara, selagi, tatkala, dan selama (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan waktu bersamaan terdapat dalam kalimat berikut.

(3) Pesawat menunjukkan tidak ada kelainan ketika mesin pesawat dipanaskan (Nardiati et al. 1996).

(4) Wanita itu menyapu sambil menggendong anaknya (Nardiati et al. 1996). (5) Dia memeluk kemurungannya sementara penghuni kota berpacu dengan

kesibukannya (Ramlan 2001).

(6) Memang daun cemara ini tak akan habis selama pohon cemara masih berdiri di sini (Ramlan 2001).

iii. Hubungan Waktu Berurutan

Klausa adverbial dengan hubungan waktu berurutan biasanya ditunjukkan dengan kata penghubung (konjungsi) sebelum, setelah, sesudah, seusai, begitu, dan sehabis (Alwi et al. 2003). Menurut Ramlan (2001), kata penghubung sebelum digunakan apabila apa yang dinyatakan pada klausa utama lebih dahulu terjadi daripada apa yang dinyatakan pada anak kalimat. Apabila yang tersebut pada klausa utama terjadi lebih kemudian daripada apa yang tersebut pada anak kalimat, maka digunakan kata penghubung setelah, sesudah, dan sehabis. Menurut Nardiati et al. (1996), konjungsi begitu menyatakan hubungan makna waktu dimana klausa anak menyatakan tindakan yang dilakukan setelah

(4)

melaksanakan tindakan yang disebutkan oleh klausa induknya. Konjungsi setelah, sesudah, seusai, begitu, dan sehabis adalah semakna. Contoh klausa adverbial dengan hubungan waktu berurutan ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut. (7) Sebelum ayahku meninggal, aku telah menanam tiga batang pohon kelapa

(Ramlan 2001).

(8) Irlandia terlempar setelah tampil di babak delapan besar (Nardiati et al. 1996).

(9) Suatu suara terdengar dari pintu begitu nyanyian selesai (Ramlan 2001).

iv. Hubungan Waktu Batas Akhir

Klausa adverbial dengan hubungan waktu batas akhir biasanya ditunjukkan dengan kata penghubung (konjungsi) sampai dan hingga (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan waktu batas akhir ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut.

(10) Ia belajar sampai lonceng berdentang di pagi hari (Nardiati et al. 1996).

b. Hubungan Syarat

Klausa adverbial ini menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebut dalam klausa utama. Kata penghubung (konjungsi) yang biasa dipakai adalah jika(lau), kalau, asal(kan), (apa)bila, dan bilamana (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan syarat ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut.

(11) Jikalau aku dapat lulus dari SMA, aku akan melanjutkan pelajaranku ke fakultas Sastra (Ramlan 2001).

c. Hubungan Pengandaian

Klausa adverbial ini menyatakan andaian terlaksananya apa yang dinyatakan klausa utama. Kata penghubung (konjungsi) yang lazim dipakai adalah seandainya, andaikata, andaikan, sekiranya, jangan-jangan, dan kalau-kalau (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan pengandaian ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut.

(5)

d. Hubungan Tujuan

Klausa adverbial ini menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa utama. Kata penghubung (konjungsi) yang biasa dipakai adalah agar, supaya, untuk, dan biar (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan tujuan ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut.

(13) Dokter itu memberi isyarat agar Anton mengikutinya (Ramlan 2001).

e. Hubungan Konsesif

Klausa adverbial ini mengandung pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Kata penghubung (konjungsi) yang biasa dipakai adalah walau(pun), meski(pun), sekalipun, biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun), sekalipun, dan biarpun (Alwi et al. 2003). Konjungsi tersebut juga termasuk golongan kata penghubung yang menyatakan hubungan makna perlawanan (Ramlan 2001). Selain itu, konjungsi betapapun, siapa pun, ke mana pun, dan apa pun dapat dipakai pula sebagai penghubung konsesif (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan konsesif ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut.

(14) Kendati sudah di atas angin, Brasil tidak mau mengendorkan serbuannya (Nardiati et al. 1996).

f. Hubungan Pembandingan atau Kemiripan

Konjungsi dalam klausa adverbial ini menyatakan pembandingan, kemiripan, atau preferensi antara apa yang dinyatakan pada klausa utama dengan apa yang dinyatakan pada klausa adverbial. Konjungsi yang biasa dipakai adalah seperti, bagaikan, laksana, ibarat, sebagaimana, daripada, dan alih-alih (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan pembandingan ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut.

(15) Kamandanu meniupkan Aji Puyuhnya laksana topan yang dahsyat menumbangkan pepohonan (Nardiati et al. 1996).

(6)

g. Hubungan Penyebaban

Klausa adverbial ini menyatakan sebab atau alasan terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi (subordinator) yang biasa dipakai adalah sebab, karena, akibat, dan oleh karena (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan penyebaban ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut.

(16) Percakapan-percakapan hadirin kadang-kadang tidak kutangkap oleh karena pikiranku tidak ada di sana (Ramlan 2001).

h. Hubungan Hasil

Klausa adverbial ini menyatakan hasil atau akibat dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Hubungan hasil ini biasanya dinyatakan dengan memakai subordinator sehingga, sampai(-sampai), dan maka (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan hasil ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut.

(17) Bangunan rumah itu besar dan megah sehingga biaya perawatannya cukup banyak (Nardiati et al. 1996).

i. Hubungan Cara

Klausa adverbial ini menyatakan cara pelaksanaan dari apa yang dinyatakan oleh klausa utama. Subordinator (konjungsi) yang sering dipakai adalah dengan dan tanpa (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan cara ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut.

(18) Faisal duduk di hadapannya dengan tangan kanannya dalam saku piyama (Ramlan 2001).

j. Hubungan Alat

Klausa adverbial ini menyatakan alat yang dinyatakan oleh klausa utama. Subordinator (konjungsi) yang sering dipakai sama dengan yang dipakai untuk hubungan cara, yakni dengan dan tanpa (Alwi et al. 2003). Contoh klausa adverbial dengan hubungan alat ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut.

(7)

(19) Mereka membersihkan Monas tanpa memakai peralatan modern (Alwi et al. 2003).

2 Klausa Nominal

Klausa subordinatif disebut sebagai klausa nominal jika klausa subordinatif ini menduduki fungsi yang biasa diduduki oleh nomina (Alwi et al. 2003). Hubungan antara klausa nominal dan klausa utama juga biasa disebut hubungan komplementasi, artinya klausa nominal ini melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama atau oleh nomina subjek. Contoh klausa nominal ada pada kalimat majemuk bertingkat berikut.

(20) Rudini mengatakan bahwa lulusan IPDN mendapat pangkat golongan IIb dalam jajaran PNS (Nardiati et al. 1996).

Pembentukan kalimat majemuk bertingkat (20) di atas digambarkan dalam bagan sebagai berikut.

Gambar 2 Bagan pembentukan klausa nominal pada kalimat (20).

3 Klausa Relatif

Klausa perluasan dengan konjungsi yang yang disematkan dalam klausa utama disebut sebagai klausa relatif dan berfungsi sebagai keterangan bagi sintaksis (S, P, O, atau Ket) tertentu. Biasanya konjungsi yang merupakan penanda adanya hubungan subordinatif atributif. Ada dua macam hubungan atributif, yaitu hubungan atributif restriktif dan hubungan atributif takrestriktif (Alwi et al. 2003). Berikut ini adalah contoh klausa relatif dengan hubungan atributif restriktif dan takrestriktif.

Klausa utama Rudini S mengatakan P sesuatu O bahwa konj lulusan IPDN S mendapat P pangkat golongan IIb O dalam jajaran PNS Ket

(8)

(21) Istri saya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin. (22) Istri saya, yang tinggal di Bogor, meninggal kemarin.

Klausa relatif pada kalimat (21) tidak diapit tanda koma, sedangkan klausa relatif pada kalimat (22) diapit tanda koma. Makna kedua kalimat itupun berbeda. Klausa relatif pada kalimat (21) merupakan bagian tak terpisahkan dari frasa istri saya, sehingga klausa tersebut merupakan klausa relatif dengan hubungan atributif restriktif dan kalimat (21) menyiratkan bahwa si pembicara mempunyai lebih dari satu istri dan yang meninggal adalah istri yang ada di Bogor. Klausa relatif pada kalimat (22) hanya memberikan sekadar tambahan informasi pada frasa istri saya, sehingga klausa tersebut merupakan klausa relatif dengan hubungan atributif takrestriktif dan kalimat (22) menyiratkan bahwa istrinya hanya satu.

4 Klausa Perbandingan

Kalimat majemuk bertingkat dapat pula terbentuk bila dua klausa diperbandingkan, satu dinyatakan pada klausa utama dan satunya lagi dinyatakan pada klausa subordinatif atau anak kalimat. Anak kalimat ini disebut sebagai klausa perbandingan. Ada dua macam hubungan pada klausa perbandingan, yaitu hubungan ekuatif dan hubungan komparatif (Alwi et al. 2003).

a. Hubungan Ekuatif

Hubungan ekuatif muncul bila hal atau unsur pada klausa perbandingan dan klausa utama yang diperbandingkan sama tarafnya. Bentuk yang digunakan adalah sama ... dengan atau bentuk se... . Contoh klausa perbandingan ekuatif ada dalam kalimat berikut.

(23) Kapitalisme sama berbahayanya dengan komunisme (Alwi et al. 2003).

b. Hubungan Komparatif

Hubungan komparatif muncul bila hal atau unsur pada klausa perbandingan dan klausa utama yang diperbandingkan berbeda tarafnya. Bentuk yang digunakan adalah lebih ... dari(pada) atau kurang ... dari(pada). Contoh klausa perbandingan komparatif ada dalam kalimat berikut.

(9)

(24) Mereka lebih suka memiliki uang daripada menyimpan barang (Ramlan 2001).

2.2 Pelesapan

Pelesapan atau elipsis adalah penghilangan unsur tertentu dari satu kalimat atau teks (Alwi et al. 2003). Contoh pelesapan pada klausa subordinatif dan klausa utama terdapat dalam kalimat berikut.

(25) Saat membintangi sebuah film di Hollywood 35 tahun yang lalu, Nancy Reagan mulai menjalin cinta (Nardiati et al. 1996).

Kalimat (25) merupakan kalimat yang klausa subordinatifnya sudah dilesapkan. Unsur yang dilesapkan adalah unsur yang menduduki fungsi subjek yaitu Nancy Reagan. Bentuk utuh kalimat (25) adalah sebagai berikut.

(26) Saat Nancy Reagan membintangi sebuah film di Hollywood 35 tahun yang lalu, Nancy Reagan mulai menjalin cinta.

2.3 Fungsi Sintaksis Unsur-Unsur Klausa

Fungsi merupakan suatu tempat dalam struktur kalimat dengan unsur pengisi berupa bentuk bahasa yang tergolong dalam kategori tertentu dan mempunyai peran semantis tertentu pula (Alwi et al. 2003).

1 Fungsi Predikat (P)

Predikat merupakan konstituen pokok. Predikat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival. Predikat pada klausa yang berpola S–P berupa frasa nominal, frasa numeral, frasa preposisional, frasa verbal atau frasa adjektival. Contohnya adalah sebagai berikut.

(27) Ayahnya guru bahasa Inggris. (28) Adiknya dua.

(29) Ibu sedang ke pasar. (30) Dia sedang tidur. (31) Gadis itu cantik sekali.

(10)

2 Fungsi Subjek (S)

Subjek merupakan fungsi terpenting kedua setelah predikat (Alwi et al. 2003). Umumnya, subjek berupa kata benda dan frasa nominal seperti tampak pada contoh berikut.

(32) Harimau binatang liar.

Subjek sering juga berupa frasa verbal seperti tampak pada contoh berikut. (33) Membangun gedung bertingkat mahal sekali.

3 Fungsi Objek (O)

Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif (Alwi et al. 2003). Objek biasanya berupa kata benda atau frasa nominal. Jika objek tergolong kata benda atau frasa nominal tak bernyawa, atau person ketiga tunggal, nomina objek dapat diganti dengan pronominal –nya, dan jika berupa pronominal aku atau kamu, bentuk –ku dan –mu dapat digunakan. Contohnya adalah sebagai berikut.

(34) Adi mengunjunginya.

4 Fungsi Pelengkap (Pel)

Orang sering mencampuradukkan pengertian objek dan pelengkap. Hal itu dapat dimengerti karena antara kedua konsep itu memang terdapat kemiripan. Menurut Alwi et al. (2003) persamaan dan perbedaan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri–ciri berikut.

Tabel 1 Ciri-ciri yang membedakan objek dan pelengkap

Objek Pelengkap

Berwujud frasa nominal Berwujud frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa preposisional Berada langsung di belakang predikat Berada langsung di belakang predikat

jika tak ada objek dan di belakang objek kalau unsur ini hadir.

Dapat diganti dengan pronominal –nya. Tidak dapat diganti dengan –nya kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan akan.

(11)

5 Fungsi Keterangan

Fungsi keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial. Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam keterangan. Berikut ini didaftarkan beberapa jenis keterangan yang lazim dikenal dalam tata bahasa.

Tabel 2 Jenis keterangan beserta preposisi yang mendahuluinya Jenis Keterangan Preposisi Contoh

Tempat di ke dari di (dalam) pada di kamar, di kota ke Medan

dari Manado, dari sawah di (dalam) rumah

pada saya, pada permukaan

Waktu - pada dalam se- sebelum sesudah selama sepanjang sekarang, kemarin pada pukul 5 dalam dua hari ini setiba di rumah sebelum pukul 12 sesudah pukul 10 selama 2 minggu sepanjang tahun

Alat dengan dengan gunting, dengan mobil

Tujuan agar/supaya

untuk bagi demi

agar/supaya kamu pintar untuk kemerdekaan bagi masa depanmu demi kekasihnya Cara dengan secara dengan cara dengan jalan dengan diam-diam secara hati-hati dengan cara damai dengan jalan berunding

(12)

bersama beserta

bersama orang tuanya beserta saudaranya Perbandingan/ Kemiripan seperti bagaikan laksana seperti angin

bagaikan seorang dewi laksana bintang di langit

Sebab karena

sebab

karena perempuan itu sebab kecerobohannya Sumber: Alwi et al. (2003)

2.4 Knowledge Graph

Teori KG merupakan sebuah pendekatan baru yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan bahasa manusia yang lebih terfokus pada aspek semantik daripada aspek sintatik. Keuntungan menggunakan KG adalah lebih bisa menggambarkan dan mengekspresikan aspek semantik lebih dalam, menggunakan relasi yang minimum, dapat meniru pengamatan manusia, dan sebagainya. Pendekatan ini merupakan jalan baru untuk penelitian pemahaman komputer terhadap bahasa manusia. KG terdiri atas concept (token, type, dan name) dan relationship (Zhang 2002).

1 Concept

Token adalah suatu node pada KG yang ditandai dengan “”, yang menyatakan suatu pengalaman pada dunia nyata atau konsep yang ada pada dunia kita. Faktanya, pengamatan seseorang atas suatu hal menandakan ada hal seperti itu pada dunia kita. Oleh karena itu, dalam KG segala sesuatu akan berkorespondensi dengan token.

Type menyatakan concept umum yang ditentukan oleh himpunan atribut yang melekat padanya (James 1992). Contohnya buah, binatang, dan sebagainya.

Name adalah suatu yang bersifat individual dan unik (van den Berg 1993). Contohnya Yani adalah sebuah name dari seorang perempuan.

(13)

2 Relationships

Menurut Zhang (2002) serta Nurdiati dan Hoede (2009), ontologi word graph terdiri atas token (yang direpresentasikan dengan node), sembilan macam relasi biner, dan empat macam relasi n-ary atau disebut juga relasi frame. Kesembilan relasi biner tersebut adalah Equality (EQU), Subset relationships (SUB), Alikeness (ALI), Disparateness (DIS), Causality (CAU), Ordering (ORD), Attribution (PAR), Information dependency (SKO) dan Ontology Focus (F), sedangkan keempat relasi frame adalah Focusing on a situation (FPAR), Negation of a situation (NEGPAR), Possibility of a situation (POSPAR), dan Necessity of a situation (NECPAR).

Berikut ini adalah penjelasan kesembilan macam relasi biner. a) Relasi Alikeness (ALI)

Relasi ALI digunakan untuk menghubungkan token dengan type, tujuannya untuk mengekspresikan bahwa token tersebut mempunyai type tertentu.

Gambar 3 Relasi ALI. b) Relasi Causality (CAU)

Relasi ini menyatakan hubungan di antara penyebab dan akibat, atau sesuatu hal yang memengaruhi hal lainnya.

Gambar 4 Relasi CAU. c) Relasi Equality (EQU)

Relasi ini menyatakan penamaan concept melalui arc dari label menuju concept. Relasi ini juga dapat digunakan untuk memberi nilai pada sesuatu hal, contohnya merah pada pemberian nilai warna. Pada relasi simetris, misalnya relasi kesamaan pada teori himpunan, kita gunakan relasi EQU simetris untuk menggabungkan himpunan A dan himpunan B. Relasi EQU simetris juga dapat digunakan untuk menunjukkan dua buah konsep yang sama.

ALI

(14)

Relasi EQU Relasi EQU simetris Gambar 5 Relasi EQU.

d) Relasi Subset (SUB)

Jika ada dua token yang berturut-turut menyatakan dua buah himpunan, dan yang satu merupakan himpunan bagian dari yang lain, maka terdapat relasi SUB di antara dua token tersebut.

Jika a SUB b, maka terdapat dua penafsiran yang berbeda.

1) Concept a adalah bagian dari concept b. Contohnya, ekor SUB kucing. Ini menyatakan bahwa ekor kucing dapat dianggap sebagai bagian dari kucing karena molekul dari ekor membentuk suatu himpunan bagian dari molekul dari kucing.

2) Concept a lebih umum daripada concept b. Oleh karena itu, concept b berisi sedikitnya semua karakteristik dari concept a. Contohnya, mamalia SUB kucing. Ini menyatakan bahwa kucing adalah jenis dari mamalia.

Gambar 6 Relasi SUB. e) Relasi Disparateness (DIS)

Relasi DIS membandingkan dua konsep yang tidak sama.

Gambar 7 Relasi DIS. f) Relasi Ordering (ORD)

Relasi ORD menyatakan bahwa dua hal mempunyai urutan tertentu satu sama lain. Relasi ini selain digunakan untuk menunjukkan urutan waktu dan tempat, juga dapat digunakan untuk menyatakan relasi “<” pada matematika. Ketika menggunakan relasi ORD, tanda panah ORD biasanya mengarah dari token yang mempunyai nilai concept rendah menuju token dengan nilai concept tinggi.

EQU EQU

SUB

(15)

Gambar 8 Relasi ORD. g) Relasi Attribution (PAR)

Relasi PAR menyatakan bahwa sesuatu hal merupakan atribut (sifat) dari hal lainnya. Representasi grafiknya, relasi ini dari concept atribut menuju entity concept.

Gambar 9 Relasi PAR. h) Relasi Information dependency (SKO)

Sebuah token pada KG menerima relasi SKO dari token lainnya jika token tersebut informasinya bergantung pada token lainnya. Misalnya y bergantung pada x digambarkan grafnya sebagai berikut.

Gambar 10 Relasi SKO. i) Ontology Focus (F)

Ontology F digunakan untuk menunjukkan fokus dari suatu graf (Nurdiati and Hoede 2009). Fokus digambarkan dengan pemberian tanda tertentu berupa arsiran atau warna hitam pada token. Penggunaan ontologi ini, misalnya graf ulat memakan daun dengan fokus terletak pada token ulat dapat dinyatakan sebagai berikut.

Gambar 11 Contoh penggunaan ontology F pada suatu token. ORD PAR SKO x y CAU ALI ulat CAU ALI makan ALI ALI memakan daun

(16)

Berikut ini adalah penjelasan mengenai keempat frame relationships.

Misalkan suatu graf merepresentasikan pernyataan p : hari ini hujan yang dinyatakan dengan frame (Gambar 12 a). Negasi dari p dengan graf yang sama diberi frame relasi NEGPAR (NEG), menjadi pernyataan hari ini tidak hujan (Gambar 12 b). Possibility dari p dinyatakan dengan graf yang sama dan diberi frame relasi POSPAR (POS) menjadi pernyataan mungkin hari ini hujan (Gambar 12 c). Necessity dari p dinyatakan dengan graf yang sama dan diberi frame relasi NECPAR (NEC) menjadi pernyataan seharusnya hari ini hujan (Gambar 12 d).

(a) (b) (c) (d)

Gambar 12 Contoh penggunaan empat buah frame relationships.

2.5 Logic Word

Logika simbolik diawali oleh ahli matematika dan telah diaplikasikan pada banyak cabang ilmu pengetahuan. Pierce telah memberikan representasi grafik untuk logika simbolik. Misalnya p, q, dan r adalah proposisi pada logika simbolik, maka grafik simbol dari p, q, dan r adalah sebagai berikut.

Tabel 3 Grafik logika simbolik

Grafik simbolik Standar Logika Simbolik p  q  r

( p  q  r )  (( p  q  r )) Ket: p, q, dan r adalah proposisi (Zhang 2002).

Berikut ini adalah representasi bahasa logika ke dalam bentuk frame, seperti bahasa logika and, or, dan if ... then (Zhang 2002).

p p NEG p POS p NEC p q r p q r  p q r  

(17)

Gambar 13 Frame bahasa logika and.

Gambar 14 Frame bahasa logika or.

Gambar 15 Frame bahasa logika if ... then.

2.6 Klausa Bentuk Aktif dan Pasif dalam Knowledge Graph

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya (dari sudut pandang sintaks) berkedudukan sebagai penerima aksi atau dikenai pekerjaan (dari sudut pandang semantik) (Rusiyamti 2008). Dengan demikian, sebaliknya pada kalimat aktif subjeknya berkedudukan sebagai yang melakukan aksi atau yang melakukan pekerjaan. Begitu juga klausa bentuk pasif dan klausa bentuk aktif, keduanya satu pengertian dengan kalimat pasif dan kalimat aktif, karena pada intinya klausa dan kalimat merupakan satu satuan sintaksis yang minimal terdiri atas subjek dan predikat. Contoh klausa aktif dan pasif terdapat dalam kalimat berikut.

(35) Ali makan pisang ketika Nenek pergi. (36) Pisang dimakan Ali ketika Nenek pergi.

Klausa pada kalimat (35) yaitu Ali makan pisang, merupakan klausa aktif, sedangkan klausa pada kalimat (36) yaitu pisang dimakan Ali, merupakan klausa pasif.

Knowledge graph lebih banyak memperhatikan aspek semantik daripada aspek sintaksis, sehingga perlu dibuat kesepakatan bahwa klausa aktif dan pasif pada knowledge graph mengacu pada sudut pandang semantik. Subjek (S)

AND

NEG

NEG NEG

NEG

(18)

merupakan pelaku kejadian atau pekerjaan sedangkan objek (O) merupakan penerima aksi atau yang dikenai pekerjaan, baik pada klausa aktif maupun pasif. Klausa Ali makan pisang dan pisang dimakan Ali, keduanya mempunyai subjek Ali, karena Ali merupakan pelaku kejadian, predikatnya (P) adalah makan atau dimakan dalam klausa pasif, sedangkan objeknya adalah pisang, karena pisang merupakan penerima aksi makan. Berdasarkan paper Nurdiati dan Hoede (2009), kedua klausa tersebut bisa direpresentasikan fungsi sintaksnya ke dalam sebuah graf sebagai berikut.

Gambar 16 Graf klausa aktif atau graf klausa pasif. CAU ALI S CAU ALI P ALI O

Gambar

Gambar 2  Bagan pembentukan klausa nominal pada kalimat (20).
Tabel 2  Jenis keterangan beserta preposisi yang mendahuluinya  Jenis Keterangan  Preposisi  Contoh
Gambar 3  Relasi ALI.
Gambar 8  Relasi ORD.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa kata adalah dasar yang digunakan untuk membentuk kalimat, suatu kata yang bergabung dengan kata yang lainnya lah yang menjadi gabungan kata sehingga

Makna idiomatikal adalah makna sebuah satuan bahasa (kata, frase, atau kalimat) yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur- unsur

Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia, membicarakan tentang masalah interferensi di bidang morfologi, kosa kata, sintaksis pada bahasa daerah dalam perkembangan bahasa

Polisemi sering juga diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, biasanya juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu (Chaer, 1989) seperti kata kepala dalam Bahasa Indonesia

Mulyana (2005: 1) menyatakan bahwa wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling komplek dan paling lengkap. Satuan kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa,

Kata penyangkal tak dengan fungsi untuk menyatakan ‘ingkar’ dapat digunakan di depan kata kerja atau kata sifat, sebagai varian dari kata tidak.. (Sintaksis Bahasa Indonesia,

Namun, dari kelima jenis tersebut akan digunakan yang sesuai dengan ruang lingkup sintaksis, yaitu struktur antar- kata dalam kalimat, sehingga jenis kalimat berdasarkan amanat

Tetapi dalam penelitian ini penulis lebih menekankan pada teori sintaksis dalam menganalisis kalimat untuk mengetahui struktur kalimat majemuk dan letak konjungsi.. 2.2.1