BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
High intensity interval training (HIIT) adalah latihan dengan intensitas tinggi yang dilakukan secara maksimal serta diselingi dengan waktu istirahat singkat. Dalam sebuah survei yang berjudul Worldwide Survey of Fitness Trends for 2018 yang dilakukan oleh ACSM’s bahwa High Intensity Interval Training (HIIT) merupakan salah satu bentuk latihan yang paling populer dikalangan atlet dan menempati urutan pertama karena memiliki banyak manfaat (Thompson, 2017).
Ketika tubuh melakukan latihan fisik dapat menyebabkan kelelahan dan cidera sehingga terjadi peningkatan radikal bebas. Dampak yang ditimbulkan dari latihan fisik dengan intensitas tinggi adalah nyeri otot, peradangan, cidera otot, dan kelelahan fisik, secara tidak langsung dapat menurunkan prestasi atlet. Selain itu, dampak yang ditimbulkan akibat latihan fisik berat yaitu terbentuknya radikal bebas dalam tubuh. Latihan fisik dapat memicu ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan system pertahanan antioksidan tubuh (Omidali, 2014).
Selama latihan fisik, konsumsi oksigen akan meningkat sebanyak 10-20 kali lebih tinggi jika dibandingkan saat istirahat. Hal ini dapat terjadi karena ada peningkatan metabolisme dan konsumsi oksigen di dalam tubuh (Candrawti, 2013). Peningkatan penggunaan oksigen disebabkan oleh otot-otot yang terus berkontraksi, dan pada akhirnya dapat memicu kebocoran electron dalam
mitokondria. Kebocoran dalam rantai transport electron ini dapat memicu terbentuknya senyawa oksigen reaktif (ROS) seperti superoksida, hydrogen peroksida, dan senyawa hydrogen yang bersifat radikal (Candrawati, 2013). Pada keadaan normal pembentukan ROS, diimbangi dengan pemebentukan antioksidan endogen seperti superoxide dismutase (SOD), Glutathion peroxidase (GPx), dan catalase (CAT). Namun, apabila jumlah antioksidan endogen lebih sedikit dibandingkan dengan radikal bebas yang terbentuk, dapat menyebabkan terjadinya stress oksidatif (Birben, 2012).
Stres oksidatif dalam tubuh mempunyai target kerusakan pada seluruh tipe biomolekul seperti protein, lipid dan DNA. Stres oksidatif dapat timbul karena latihan fisik, dengan intesitas tinggi yaitu 80%-95% maksimum repetisi dan menyebabkan peningkatan peroksidasi lipid (Budiwanto, 2012). Peroksidasi lipid merupakan reaksi okdidasi lipid dan menghasilkan radikal peroksil, sehingga meningkatkan marker stress seperti malondialdehyd (MDA) (Parwata, 2015).
Antioksidan merupakan senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih electron kepada radikal bebas. Aktivitas antioksidan enzimatis (endogen) seperti Glutathion Peroxidase (GPx), Catalase (CAT), dan Superoxide Dismutase (SOD) dapat merendam stress oksidatif dan mencegah proses oksidasi lipid (Parwata, 2015). Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid (Handayani., 2014). Pada tubuh manusia sebenarnya dapat menghasilkan antioksidan endogen, tetapi jumlahnya tidak mencukupi oleh karena itu untuk menetralkan radikal bebas dalam tubuh, memerlukan antioksidan dari luar berupa buah – buahan.
Tidak sedikit studi penelitian yang sudah ada menggunakan intervensi buah-buahan baik dalam bentuk jus atau ekstrak dengan menggunakan hewan coba atau pada manusia. Dari studi yang ada intervensi sebagian besar menggunakan buah-buahan tropis. Buah tropis seperti buah acai beri, buah apel, buah delima, buah prickly pear, buah juwet yang merupakan sumber antioksidan. Kandungan antioksidan pada buah-buahan tersebut antara lain: A, vitamin E, vitamin C, B2, B3, triamine, flavonoid, antosianin. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sumardi (2018) bahwa peningkatan aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh meningkatnya kadar antosianin. Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Buah acai berry banyak mengandung senyawa anthocyanin (cyanidin 3-glucoside dan cyanidin 3-rutinoside), proanthocyanidins (Sumardi, 2015). Selain kandungan antosianin buah juga mengandung komponen flavonoid. Flavonoid dapat meningkatkan aktivitas SOD dan katalase sebagai antioksidan endogen, sehingga dapat penurunankan tingkat produksi peroksidasi lipid seperti Malondialdehyde (Irtanto, 2017).
Buah lain yang kaya akan antioksidan adalah buah delima merah,buah juwet, dan buah kaktus (pricky pear) kandungan antioksidan yang ada di buah-buahan tersebut antara lain polifenol dan senyawa aktif seperti flavonol, flavonoid, gallicacid, ellagic acid, quercetin, ellagitannins, dan nitrate. Buah delima dapat meningkatkan status antioksidan (+130%) dan mengurangi biomarker stress oksidatif seperti peroksidasi lipi 65%), oksidasi lipoprotein densitas rendah (-90%). Kekuatan antioksidan pada buah delima lebih tinggi jika dibandingkan dengan buah-buahan lainya (Amma, 2017). Dalam uji pektrofotometri komparatif,
buah delima terbukti menjadi paling efektif dalam mengurangi oksidasi lipoprotein densitas rendah dan menghambat stres oksidatif seluler dalam makrofag dibandingkan dengan teh hijau, anggur merah, dan jus jeruk, blueberry dan cranberry (Amma, 2017).
Berdasarkan uraian di atas bahwa buah-buahan tropis yang banyak mengandung antioksidan dapat menurunkan stress oksidatif karena latihan fisik dengan intensitas interval tinggi (HIIT) pada atlet. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui hasil dari studi yang sudah ada tentang efek pemberian buah-buahan terhadap penurunan MDA saat melakukan latihan intensitas interval tinggi (HIIT) pada atlet.
1.2 Kajian Masalah
Semakin tinggi intesitas interval latihan yang dilakukan seseorang maka akan berdampak negative bagi kesehatan, karena latihan fisik dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan senyawa radikal bebas dan menyebabkan stress oksidatif. Apabila dilakukan dalam waktu yang lama dengan intesitas istirahat sedikit dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan pada otot rangka. Latihan fisik intensitas tinggi dapat meningkatkan jumlah radikal bebas hingga 75 kali (Maslachah, 2008).
Latihan fisik intensitas tinggi dapat membentuk radikal bebas yang bisa memicu kerusakaan otot yang ditandai dengan rasa nyeri serta inflamasi (peradangan) selama 4-7 hari setelah melakukan aktivitas (Parwata, 2015). Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak diikuti dengan pembentukan
senyawa antioksidan akan menimbulkan stress oksidatif sehingga dapat mengikatkan produksi peroksidasi lipid seperti Malondialdehyde (Irtanto, 2017).
Radikal bebas yang terakumulasi dalam tubuh dapat ditangkal dengan adanya antioksidan eksogen yaitu dengan pemberian buah-buahan. Mengkonsumsi buah-buahan dapat memberikan banyak manfaat, Kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki banyak sekali jenis buah-buahan. Namun, tidak semua buah-buahan memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, pada penelitian yang sudah ada menyebutkan bahwa buah-buahan yang memiliki antioksidan tinggi antara lain buah delima, buah acai berry, buah juwet (syzygium cumini (SC)), buah opuntia ficus-indica / prickly pear (kaktus), dan buah apel dari buah-buahan tersebut dapat dengan mudah ditemui di Indonesia. Kandungan antioksidan yang ada pada buah-buahan tersebut kaya akan vitamin C, antosianin, flavonoid, dan betalain. Selama mengkonsumsi buah-buahan baik dalam bentuk jus ataupun ekstrak tidak memiliki efek samping dari pada mengkonsumsi suplemen lainya. Batasan masalah dalam penulisan penelitian ini adalah studi artikel penelitian dengan intervensi buah-buahan yang dapat ditumbuh di Indonesia atau buah-buahan tropis dan intervensi dengan aktifitas fisik intensitas tinggi yang dilakukan oleh atlet. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian tentang artikel- artikel studi yang membahas mengenai efek pemberian buah-buahan terhadap kadar malondialdehyde pada atlet dengan HIIT.
1.3 Rumusan Masalah
Berdarkan pada latar belakang, rumusan masalah yang dapat dikaji adalah “Apakah pemberian buah-buahan dapat menurunkan kadar Malondialdehyde (MDA) pada atlet dengan latihan intensitas tinggi (HIIT)?”
1.4 Tujuan Penelitian:
1.4.1 Tujuan Umum:
Mempelajari efek pemeberian buah-buahan terhadap penurunan kadar Malondialdehyde (MDA) pada atlet yang mendapat latihan dengan intensitas tinggi (HIIT).
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui kandungan senyawa antioksidan pada buah delima (Punicagranatum L.), buah acai berry (Euterpe oleracea), buah juwet (syzygium cumini (SC)), buah kaktus atau prickly pear (opuntia ficus-indica) dan buah apel (Malus domestica Borkh.).
2. Indentifikasi studi dan menarik kesimpulan hasil studi yang sudah ada tentang efek pemberian buah delima (Punicagranatum L.), buah acai berry (Euterpe oleracea), buah juwet (syzygium cumini (SC)), buah kaktus atau / prickly pear (opuntia ficus-indica), dan buah apel (Malus domestica Borkh.) pada latihan dengan intensitas tinggi untuk menurukan kadar MDA.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Umum
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh penurunan kadar malondialdehyde (MDA) darah pada atlet yang mendapat latihan fisik dengan intensitas tinggi, sehingga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
1.5.2. Manfaat Khusus
1. Buah - buahan yang dibuat jus dan ekstrak atau dikonsumsi langsung dapat digunakan sebagai bahan alternative sebagai sumber antioksidan alami untuk menangkal radikal bebas.
2. Mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsi buah-buahan yang bermanfaat sebagai penangkal radikal bebas.