• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

5 A. Pengertian Dan Macam-Macam Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan suatu kenyataan yang terjadi dalam perekonomian dewasa ini, hampir seluruh Negara di dunia mengalami inflasi, tidak terkecuali Indonesia. Menurut Sadono Sukirno (2002:8) pengertian Inflasi adalah “suatu keadaan di mana harga barang-barang secara umum

mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama terus-menerus dalam suatu perekonomian”.

Sedangkan menurut Ainun Na’im (2001 : 1) pengertian Inflasi sebagai berikut “merupakan kecendrungan harga-harga barang dan jasa

termasuk factor-faktor produksi, diukur dengan kesatuan mata uang yang semakin menaik secara umum dan terus menerus”.

Dilihat dari sebab terjadinya, inflasi dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu inflasi yang disebabkan oleh naiknya biaya produksi atau fakto-faktor produksi yang lazim disebut cost push inflation dan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan daya beli masyarakat sehingga meningkatkan tingkat permintaan dan akibat selanjutnya adalah terjadinya kenaikan harga secara umum pada abarang dan jasa. Jenis inflasi ini

(2)

disebut demands full inflation. Secara tidak jauh inflasi disebabkan oleh factor ekonomi yang disebabkan oleh kenaikan harga factor produksi atau meningkatnya permintaan., tetapi inflasi juga merupakan masalah social dan politik. Karena meningkatnya daya beli masyarakat dapat disebabkan oleh meningkatnya anggaran belanja Negara karena tuntutan kenaikan gaji atau aktivitas tertentu yang diinginkan oleh suatu kekuatan politik sehingga menimbulkan anggaran yang deficit.

2 Macam-macam Inflasi.

Dari uraian di atas kita sudah dapat menyimpulkan bahwa inflasi yang terjadi di suatu negara tentu jenisnya berbeda-beda. Hal ini tergantung dari penyebabnya. Inflasi terbagi atas:

a. Menurut tingkat keparahan atau laju inflasi, meliputi: 1. Inflasi Ringan

Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10% setahun. 2. Inflasi Sedang

Inflasi yang tingkatannya berada diantara 10% - 30% setahun. 3. Inflasi Berat

Inflasi yang tingkatannya berada diantara 30% - 100% setahun. 4. Hiper Inflasi

Inflasi yang tingkat keparahannya berada di atas 100% setahun. Hal ini pernah dialami Indonesia pada masa orde lama.

(3)

b. Menurut penyebab awal inflasi : 1. Demand Pull Inflation

Yaitu Inflasi yang disebabkan karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat.

2. Cost Push Inflation

Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi secara terus menerus.

3. Inflasi Permintaan dan penawaran

Inflasi ini disebabkan kenaikan permintaan di satu sisi dan penawaran di sisi lain. Timbulnya inflasi karena antara pelaku permintaan dan penawaran yang tidak seimbang artinya jika permintaan barang bertambah sementara penyediaan barang mengalami kekurangan.

c. Berdasarkan Asal Inflasi

1. Domestik Inflation atau inflasi yang berasal dari dalam negeri.

Inflasi ini terjadi karena pengaruh kejadian ekonomi yang terjadi di dalam negeri, misalnya terjadinya defisit anggaran belanja negara yang secara terusmenerus di atas dengan mencetak uang. Hal ini menyebabkan jumlah uang yang dibutuhkan di masyarakat melebihi transaksinya dan ini menyebabkan nilai uang menjadi rendah dan harga barang meningkat.

(4)

2. Imported Inflation atau inflasi yang tertular dari luar negeri. Inflasi

ini disebabkan oleh kenaikan harga barang ekspor seperti teh dan kopi di luar negeri (negara tujuan ekspor), harganya mengalami kenaikan dan ini membawa pengaruh terhadap harga di dalam negeri.

3. Pengukuran Inflasi

Tingkat inflasi dapat ditentukan dengan berbagai macam cara antara lain dengan menggunakan GNP deflator dan angka indeks harga.

1) GNP deflator

Dengan GNP deflator tingkat inflasi dapat ditentukan menurut tingkat kenaikan harga semua barang dan jasa yang dihitung dalam penentuan GNP. GNP deflator dihitung dengan cara membagi GNP nominal (berdasarkan Harga Berlaku) dengan GNP riil (Berdasarkan Harga Konstan).

Secara matematis GNP Deflator adalah :

2) Penentuan Angka Indeks Harga.

Angka indeks adalah suatu angka yang menunjukan suatu tingkat perubahan secara relative. Indeks harga merupakan suatu indicator yang menunjukan tingkat harga barang pada

(5)

waktu tertentu secara relative dibandingkan dengan suatu tingkat harga barang tersebut pada tahun dasar yang dipilih berdasarkan keadaan ekonomi yang normal.

Indeks Harga ditentukan dengan cara sebagai berikut:

a. Persoalan harga barang tertentu pada periode berjalan dibandingkan dengan harga barang pada tahun dasar. Hal ini dapat dinyatakan secara matematis:

Dimana :

I = Indeks Harga

Pn = Tingkat harga pada tahun berjalan Po = Tingkat harga pada tahun dasar

b. Presentase jumlah harga barang pada periode berjalan dibandingkan dengan jumlah harga barang tersebut pada tahun dasar dibagi dengan jumlah barang yang bersangkutan.

(6)

Dimana :

N = Jumlah harga Yang diperbandingkan

c. Presentase harga barang tertentu pada periode berjalan dibandingkan dengan harga barang pada tahun dasar, dengan factor penimbang tertentu.

Dimana :

Pg = Faktor Penimbang

B. Akuntansi Inflasi

1. Pengertian Akuntansi Inflasi

Menurut Ainun Na’im (2001:12) Akuntansi Inflasi adalah :

Merupakan suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan perubahan-perubahan tingkat perubahan harga, sehingga informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku.

2. Metode Pendekatan Untuk akuntansi Inflasi

Menurut Ainun Na’im (2001:13) ada beberapa pendekatan untuk menyajikan informasi laporan keuangan akuntansi inflasi, antara lain: pendekatan harga umum dan pendekatan biaya berlaku.

(7)

a. Konsep Akuntansi Tingkat Harga Umum (General Price Level

Accounting).

Di Indonesia, General Price Level accounting dikenal sebagai Akuntansi tingkat harga umum menyatakan bahwa nilai sesungguhnya dari Rupiah (disingkat Rp) ditentukan oleh barang atau jasa yang dapat diperoleh, yang biasa disebut daya beli. Dalam masa inflasi ataupun deflasi, jumlah barang/jasa yang dapat diperoleh berubah dengan nilai uang nominal yang konstan, yang berarti bahwa daya beli Rupiah berubah. Akuntansi tingkat harga umum akan mengadakan penyajian kembali komponen-komponen laporan keuangan ke dalam Rupiah pada tingkat daya beli yang sama, namun sama sekali tidak mengubah prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi berdasarkan nilai histories. Penyesuaian atas besaran keuangan untuk inflasi guna mencerminkan nilai harga umum atau tingkat harga umum dan penggunaan nilai yangtelah disesuaikan tersebut dalam akuntansi. Perubahan tingkat harga umum dapat dihitung atau diukur dengan indeks harga. Indeks harga (Untuk diindonesia menggunakan indeks harga konsumen) yang biasa digunakan adalah indeks harga konsumen, yaitu suatu indeks yang menyajikan perubahan periodic dalam biaya kelompok barang-barang terpilih yang dibeli konsumen yang digunakan sebagai ukuran inflasi.Penyusunan berdasarkan nilai historis disesuaikan menjadi berdasarkan tingkat harga dapat dilakukan dengan mengkonversikan nilai historis dengan factor

(8)

konversi menjadi tingkat harga umum, dengan rumusan sebagai berikut:

Dalam penyusunan berdasarkan tingkat harga umum perlu diperhatikan pos-pos yang akan terpengaruh dengan adanya penurunan daya beli Rupiah, yaitu:

1. Monetery assets, seperti kas ditangan, surat-surat berharga, dan

pos-pos piutang dan lain-lain yang sifatnya sebagai dormant

account akan mengalami pengaruh penurunan daya beli secara

berarti karena rekening-rekening tersebut tidak dapat lagi dinilai (di-appraisal).

2. Non monetary assets, secara riil tidak mengalami pengaruh

penurunan daya beli, tetapi dari sudut akuntansi merupakan pos yang terkena pengaruh penurunan harga beli. Akan tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah yang serius karena rekening-rekenig tersebut dapat dinilai.

3. Assets, dalam bentuk valuta asing tidak dipengaruhi oleh

penurunan daya beli Rupiah karena dapat dinilai dengan kurs yang terakhir.

(9)

Pos-pos nonmoneter dinyatakan kembali menurut daya beli kini dengan menggandakan kos item yang dilaporkan pada laporan keuangan berbasis kos historis dengan factor konversi berikut :

Untuk pos-pos hak kepemilikan perusahaan dinyatakan kembali menurut daya beli umum kecuali pos laba yang ditahan, hak milik (pemegang saham) dinyatakan dengan perhitungan sebagai berikut :

Sedangkan laba yang ditahan, yang tidak dapat disesuaikan dengan factor konversi tunggal, menunjukan income neto setelah diakumulasikan devide sejak pembentukan kesinambungan (going concern). Laba ditahan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

1) Mula-mula laporan keuangan menurut perolehan historis dinyatakan kembali menurut daya beli umum. Laba ditahan dapat ditentukan secara sederhana dari selisih aktiva dan pasiva setelah semua pos (non moneter) disesuaikan.

(10)

2) Pada periode berikutnya, laba yang ditahan akhir periode dalam unit-unit daya beli umum dapat ditentkan dengan : (a) Laba bersih periode bejalan dilaporkan menurut

tingkat harga umum (termasuk Laba/Rugi tingkat harga umum dari item-item moneter).

(b) Penyesuaian dihasilkan dari laba/rugi tingkt harga umum dan hak pemegang saham yang bersifat moneter.

3) Mata uang asing yang dipegang, diklaim sebagai mata uang asing, dan utang obligasi dalam mata uang asing diinterprestasikan sebagai item moneter ataupun nonmoneter.

4) Utang jangka panjang dalam mata uang asing juga dapat diinterprestasikan sebagai moneter atau nonmoneter.

5) Utang yang dapat dikonversi dianggap mempunyai karakteristik moneter atau nonmoneter.

Sejumlah Alasan digunakan Untuk Mendukung Akuntansi Harga Umum :

a. Laporan keuangan yang tidak disesuaikan dengan tingkat harga umum atau dengan kata lain disajikan berdasarkan nilai historis tidak mencerminkan perubahan kemampuan atau daya beli

(11)

(purchasing power) dari bermacam-macam aset dan klaim dalam perusahaan.

b. General price-level accounting relatif mudah diterapkan. Hanya sekedar mengganti “nilai lama” dengan “nilai saat ini”.

c. General price-level accounting menyediakan informasi yang

relevan bagi manajemen dalam evaluasi dan penggunaannya. Jadi laba dan rugi berdasarkan tingkat harga umum dihasilkan dari penanganan item-item moneter yang merefleksikan respon manajemen terhadap inflasi.

Disisi lain, penolakan terhadap general price-level accounting didasarkan pada beberapa argumentasi berikut ini:

1. Kebanyakan studi empiris mengindikasikan bahwa relevansi dari informasi tingkat harga umum juga lemah atau dengan kata lain tidak dapat diterima. Penelitian-penelitian selanjutnya diharapkan lebih dapat memberikan jaminan sebelum adanya kesimpulan yang dapat dicapai sehubungan dengan tingkat relevansi informasi tingkat harga umum dan kemampuan untuk mengintepretasikan hal tersebut secara penuh.

2. Tingkat harga umum merubah rekening hanya untuk perubahan dalam tingkat harga secara umum dan tidak merubah rekening ke dalam tingkat harga tertentu. Jadi, penanganan laba dan rugi untuk aset-aset non-moneter tidak diakui dan para pengguna data yang

(12)

disesuaikan pada tingkat harga umum mungkin mempercayai bahwa perubahan nilai telah berkorespondensi dengan nilai-nilai saat ini.

3. Pengaruh atau akibat adanya inflasi akan berbeda dalam berbagai perusahaan. Perusahaaan-perusahaan yang intensif modal akan lebih dipengaruhi oleh inflasi dibanding dengan perusahaan-perusahaan yang dipenuhi dengan aset-aset jangka pendek.

4. Biaya-biaya diimplementasikan lebih besar dari nilai pokoknya dalam general price-level accounting dibanding benefitnya.

Sampai sekarang masih ada ketidakpastian mengenai perlu atau tidaknya penggunaan akuntansi tingkat harga umum. Hal ini terlihat dari beberapa aturan antara lain:

1. Peraturan no. 33 yang dikeluarkan oleh Financial accounting

standard board (FASB), yang tidak mengharuskan beberapa

perusahaan tertentu untuk menyajikan informasi tambahan dengan mengunakan General Price Level Accounting.

2. Peraturan no. 89 FASB yang menyatakan bahwa informasi tambahan dengan General Price Level Accounting sebaiknya disajikan tetapi tidak diharuskan.

3. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia menyatakan bahwa informasi tambahan antara lain mengenai pengungkapan pengaruh perubahan harga bersifat tidak mengikat.

(13)

Untuk menyajikan nilai aktiva menurut nilai sekarang dengan konsep akuntansi tingkat harga umum, diperlukan suatu proses menurut tahap-tahap berikut :

1. Mendapatkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan harga historis.

2. Mendapatkan dan menentukan indeks harga umum yang akan dipergunakan untuk penyusunan.

3. Mengklasifikasi pos-pos dilaporan keuangan menurut pos-pos moneter dan non-moneter.

4. Menyesuaikan pos-pos moneter dengan factor konversi indeks harga untuk menyatakan nilai aktiva dengan nilai uang yang berlaku sekarang.

5. Menghitung keuntungan dan kerugian yang timbul karena memiliki pos-pos moneter yang disebut sebagai keuntungan dan kerugian daya beli.

.

Untuk menyajikan laporan keuangan menurut pendekatan akuntansi tingkat harga umum, perlu diperhatikan pos-pos moneter dan pos-pos moneter. Perbedaan antara pos moneter dan pos non-moneter adalah penting karena keduanya mempunyai sifat dan prilaku yang berbeda. Pos-pos non-moneter harus dinyatakan kembali menurut harga rupiah pada saat pelaporan keuangan sedangkan pos-pos moneter sudah menunjukan rupiah pada saat pelaporan.

(14)

Pos-pos moneter di definisikan sebagai pos-pos yang jumlahnya ditentukan oleh kontrak, atau yang memepunyai nilai tetap dalam satuan mata uang sehingga nilainya tidak terpengaruh oleh adanya perubahan tingkat harga umum. Sedangkan pos non-moneter merupakan pos yang jumlahnya tidak ditentukan oleh kontrak atau tidak memepunyai nilai tetap dalam satuan mata uang sehingga nilainya terpengaruh oleh adanya perubahan tingkat harga umum.

Dalam kenyataannya ada pos yang bersifat moneter dan non-moneter. Tidak menentukan apakah pos tersebut termasuk pos moneter atau non-moneter tergantung pada besar kecilnya derajat sifat moneter atau non-moneter yang ditentukan oleh pertimbangan akuntan misalnya :

1) Saham Preferen akan bersifat non-moneter apabila dinyatakan sejumlah kurang dari nilai likuidasinya, tetapi akan bersifat moneter apabila dinyatakan dalm nilai likuidasinya tetap.

2) Valuta asing yang dimiliki perusahaan dapat diinterprestasikan sebagai pos moneter atau non-moneter. Apabila valuta asing itu merupakan komoditi maka merupakan pos non-moneter, tapi apabila valuta asing itu diperlukan sebagai mata uang domestik maka merupakan pos moneter.

3) Persediaan, apabila penerimaan dimasa yang akan datang tidak bervariasi karena perubahan harga adalah pos moneter. Sedang

(15)

persediaan barang yang diberi harga dipasar atas dasar penyerahan adalah non-moneter.

4) Pendapatan Ditangguhkan, merupakan pos non-moneter apabila berkaitan dengan kewajiban untuk memenuhi harga barang atau Jasa.

5) Investasi Saham Preferen (yang Dapat Ditukarkan dan berpartisipasi) dan obligasi yang dapat ditukarkan merupakan pos moneter apabila pasar menilainya sebagai obligasi, dan merupakan pos non-moneter apabila pasar menilanya sebagai saham.

6) Persekot Asuransi, advertensi dan lain-lain merupakan pos non-moneter, karena menyangkut klaim terhadap jasa yang akan diterima perusahaannya, tapi persekot merupakan deposit dan pembayaran dimuka merupakan pos moneter karna tidak berkaitan dengan jasa yang akan diterima tetap merupakan jumlah uang perusahaan yang akan digunakan jasa tersebut.

b. Konsep Akuntansi Harga Perolehan Berlaku (Current Cost

Accounting)

Konsep ini menyatakan nilai-nilai laporan keuangan dengan harga perolehan sekarang, yaitu harga perolehan dari pos yang mempunyai umur dan kapasitas operasi yang sama.

(16)

Ada beberapa konsep nilai sekarang yaitu : 1). Kapitalisasi atau metode sekarang

Metode ini menentukan nilai ekonomi atau asset, kelompok asset, atau total asset adalah jumlah nilai diskonto taksiran aliran kas dari asset yang bersangkutan.

2). Current entry Price

Current entry price menunjukan jumlah kas atau aktiva lain yang dibutuhkan untuk memperoleh asset yang sama atau ekuivalennya Current entry Price diinterprestasikan pula sebagai harga pokok pengganti (replacement cost), harga pokok pengganti adalah jumlah kas atau asset lain yang dibutuhkan untuk memperoleh ekiuvalen asset dipasar bekas, yang masih mempunyai sisa umur manfaat yang sama. Sedangkan biaya produksi adalah jumlah kas atau asset lain yang dibutuhkan untuk memperoleh asset yang identik dengan asset yang ada. 3) Current Exit Price

Current Exit Price menunjukan jumlah kas yang didapati atau hutang dilunasi atau penjualan aktiva. Berdasarkan kosep ini, semua asset dan hutang dinilai menurut net realizable Value-nya (nilai yang dapat direalisasikan).

Alasan yang mendukung penerapan kosep tersebut :

1). Harga perolehan sekarang dapat meneyediakan ukuran efisiensi yang lebih baik misalnya : biaya depresiasi yang

(17)

ditentukan atas dasar biaya berlaku bukan biaya historis akan memberikan ukuran efisiensi operasi yang lebih baik. 2). Harga perolehan sekarang merupakan ukuran yang paling

wajar untuk menaksir kemampuan potensial asset perusahaan.

3). Harga perolehan sekarang menyatakan adanya maintenance

of physical capital yaitu perubahan modal karena kenaikan

asset fisik, tidak dari transaksi.

4). Harga perolehan sekarang menyediakan informasi yang lebih bagi penaksiran aliran kas, sepanjang harga jual sangat berkaitan dengan biaya.

Sedangkan alasan yang menolak penerapan konsep akuntansi biaya berlaku adalah sebagai berikut :

a). Penggunaan biaya berlaku adalah subyektif karena sangat sulit menetukan harga perolehan sekarang yang pasti setiap saat.

b). Maintenance of physical capital bukan ukuran akuntansi. Ini adalah funsi manajemen untuk menjamin bahwa modal tidak berkurang.

c). Harga perolehan sekarang belum pasti merupakan harga pasar yang wajar dan juga tidak pasti mencerminkan manfaat potensial asset.

(18)

C. Pengertian Dan Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan dibuat untuk suatu tujuan dimana tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 1 mengenai tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:

1. Aset 2. Liabilitas 3. Ekuitas

4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian

5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, dan

6. Arus kas.

Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus

(19)

kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

1. Manfaat Laporan Keuangan

Manfaat utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan suatu badan usaha yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan didalam pengambilan keputusan ekonomi. Para pemakai laporan keuangan tersebut akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan yang diambilnya.

Agar tujuan laporan keuangan tersebut dapat dicapai, maka laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan sebagai berikut :

1. Dapat dipahami.

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Dan informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dipahami oleh pemakai

(20)

2. Relevan

Maksudnya adalah informasi laporan keuangan perusahaan harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.

3. Keandalan

Informasi laporan keuangan harus memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antara periode untuk megidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

(21)

Adapun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan ataupun perkembangan suatu perusahaan Menurut PSAK (2007) pihak-pihak yang memanfaatkan laporan keuangan adalah (IAI2007) :

1) Investor. Penanam modal berisiko dan penasehat mereka

berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

2. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili

mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa manfaat pensiun dan kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunga dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lain tertarik dengan informasi yangg memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar

(22)

pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

5. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.

6. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaan berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena ini berkepentingan dengan aktivitas perusahaan mereka menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

7. Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat

dalam berbagai cara. Misal perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

(23)

2. Sifat Laporan Keuangan

Laporan keuangan mempunyai sifat dan prinsip dasar yang harus dipahami oleh setiap analisis dalam rangka melakukan analisa laporan keuangan Menurut Syafrizal Helmi (2007:3) Prinsip yang mendasari setiap sifat dari ciri laporan keuangan dan output akuntansi lainnya adalah sebagai berikut:

1. Accounting Entity

Yang menjadi focus akuntansi adalah entity tertentu yang harus jelas memisahkan hak dan kewajiban pemilik atau pihak lain dengan entity perusahaan.

2. Going Concern

Dalam penyusunan laporan keuangan harus dianggap bahwa perusahaan yang dilaporkan pada masa yang akan datang, kecuali dinyatakan lain.

3. Measurement

Akuntansi adalah media pengukur kekayaan ekonomi (Ekonomic Resources) dan kewajiban (Liability) beserta perubahannya.

4. Time Period

Laporan keuangan menyajikan informasi untuk suatu waktu atau periode tertentu. Harus ada batas waktunya bukan tanpa batas. Akuntansi memang mencatat keadaan perusahaan yang dianggap terus beroperasi.

(24)

5. Monetary Unit

Pengukuran dalam akuntansi adalah bentuk yang mempunyai ukuran uni moneter misalnya; Rupiah, Dolar, Peso, Ringgit bukan kuran kuantitatif lainnya.

6. Accural

Penentuan pendapatan dan biaya dari posisi harta dan kewajiban ditatapkan tanpa melihat apakah transaksi kas telah dilakukan.

Disamping sifat-sifat tersebut sebenarnya juga ada sifat-sifat lain yang terkadang dalam akuntansi keuangan antara lain:

a. Laporan Historis.

Laporan keuangan pada hakekatnya mencatat informasi yang sudah terjadi, tidak mencatat transaksi yang akan terjadi.

b. Classification

Informasi melalui laporan keuangan sesuai dengan kepentingan pemilik, kreditur, dan pemakai lainnya.

c. Summarization

Transaksi dan kejadian yang sama dalam perusahaan dikelompokkan dan diiktisarkan menurut metode tertentu sesuai dengan pola yang sudah mapan dalam akuntansi.

(25)

d. Measurement Basis

Dasar pengukuran yang dilakukan dalam akuntansi ada bermacam-macam seperti; cost, market, LOCOM (Lower of Cost is Market), Net Realizable Value, Discounted Value, Replacement cost, dan lain-lain.

e. Veriability

Setiap informasi dalam laporan keuangan dapat dibuktikan melalui bukti-bukti yang sah disebut juga objectivity.

f. Conservatism

Perusahaan biasanya memiliki kejadian-kejadian yang tidak pasti (Uncertain) atau yang belum terjadi. Dalam hal seperti ini laporan keuangan memilih angka yang kurang menguntungkan. Laporan keuangan memilih dan menilai asset dan pendapatan yang paling minimal.

g. Technical Terminologi

Banyak istilah yang digunakan dalam laporan keuangan mampukan tekhnisi akuntansi yang dimilikinya dan punya pengertian dibidangnya yang berlaku khusus.

(26)

h. Audience

Pemakai laporan keuangan dianggap sebagai dunia bisnis, dan mereka yang sudah dianggap tahu istilah akuntansi dan bisnis

3. Keterbatasan Laporan Keuangan

1. Laporan keuangan sifatnya sementara dan bukan laporan yang final, karena itu jumlah dan hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukan nilai likuiditas atau realisasi dimana dalam pembuatannya terdapat pendapat-pendapat pribadi yang telah dilakukan oleh akuntan atau management yang bersangkutan.

2. angka yang tercantun dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.

3. Untuk para investor laporan keuangan hanya bersifat membantu, masih memerlukan ramalan-ramalan sebabnya adalah bahwa data-data yang disajikan oleh akutansi semata-mata hanya didasarkan atas “cost” (yang bersifat histories) dan bukan atas dasar nilainya, akhirnya timbul jurang (gap) yang cukup besar antara hak kekayaan pemegang saham berupa aktiva bersih perusahaan yang dinyatakan dalam harga pokok historis dengan harga saham yang tercatat dibursa. (ikatan akutansi Indonesia, Jakarta 1974,hal 14).

(27)

4. laporan keuangan bersifat konserfatif dalam sikapnya menghadapi ketidakpastian, peristiwa yang tidak menguntungkan segera diperhitungkan kerugiannya. Harta, kekayaan bersih, dan pendapatan bersih selalu dihitung dalam nilainya yang paling rendah.

5. laporan keuangan itu bersifat umum, dan bukan untuk memenuhi keperluan tiap-tiap pemakai.

D. Keputusan Manajemen

1. Jangka Pendek

Merupakan keputusan yang diambil manajer, dimana hasil dari keputusan tersebut dapat lansung dirasakan pada tahun dimana keputusan tersebut diambil. Dalam hal ini keputusan manajemen yang diambil adalah bagaimana inflasi berpangaruh pada laporan keuangan dan agar pihak manajemen mengetahui bagaimana mengatasi permasalah tersebut.

2. Jangka Panjang

Merupakan keputusan yang diambil manajer, dimana hasil dari keputusan tersebut dapat memberi manfaat yang lebih dari 1 tahun.

3. Relevant Cost

Relevant cost adalah biaya yang dalam suatu perusahaan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan, tujuan itu dapat tercapai apabila biaya yang

(28)

dikeluarkan sebagai bentuk suatu pengorbanan oleh perusahaan yang bersangkutan telah diperhitungkan secara tepat.

4. Efektifitas

Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.

Maksudnya disini adalah bagaimana manajemen mengatur segala sesuatu yang berhungan dengan perusahaan agar dilakukan seefektif dan seefisien agar sesuai dengan target yang ingin dicapai.

Edi A (2007) melakukan penelitian mengenai Analisis Perlakuan Akuntansi Inflasi Atas Laporan Keuangan pada perusahaan yang memproduksi makanan diperusahaan public di Indonesia. Penelitian tersebut memberikan bukti bahwa perusahaan yang bergerak dibidang makanan tingkat perubahana harga lebih cendrung stabil antara lain mengenai pengungkapan pengaruh perubahan harga dengan metode tingkat harga umum, sedangkan Penulis meneliti perusahaan yang bergerak dibidang industry penghasil ban dimana kebutuhan logistiknya masih banyak diimport sehingga apabila menggunakan metode tingkat harga umum dapat membantu perusahaan mendapatkan informasi tambahan dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi laporan keuangan.

(29)

Dian Inda Sari (2007) dalam tesisnya tentang General price Level accounting sebagai supplement report pada laporan keuangan untuk informasi tambahan dalam pengambilan keputusan mendapatkan kesimpulan adalah pada masa inflasi, laporan keuangan GPLA lebih normative tergantung pengaruhnya terhadap perusahaan tersebut, sehingga GPLA bukan dimaksudkan untuk mengganti laporan keuangan historical cost, tetapi hanya sebagai supplement report untuk digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi laporan keuangan sehingga tujuan dari pelaporan akuntansi terpenuhi.

Referensi

Dokumen terkait

Cabaran Dakwah Sebelum dan Selepas Merdeka Perkembangan dan cabaran dakwah Islamiah di Malaysia berhubung rapat dengan pengaruh sejarah, sosio-budaya dan kerencaman

(3) Walikota atau Pejabat yang Ditunjuk dapat mempertimbangkan hasil kajian rekomendasi Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk menerbitkan Surat Keputusan persetujuan atau

• Perlu dilakukan penelitian yang lebih detail mengenai sampah organik yang dihasilkan sentra ikan dan industri tempe untuk diolah menjadi biogas, agar memenuhi syarat dari

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah penganiayaan secara fisik maupun secara psikologis yang merupakan suatu cara tindakan terhadap pasangan dalam keluarga

Jl. Issue kebijakan pemerintah ditemukan sebanyak 40 bidang pemberitaan , sektor sandang sebanyak 1 kali, sektor pangan sebanyak 8 kali, sektor papan sebanyak 8 kali,

Untuk itu uluran tangan semua pihak akan dapat m elancarkan program pem bangunan Dayah Jeumala Amal dalam program pendidikan terpadu guna mempersiapkan generasi

Penurunan nilai k eff yang terjadi dari fraksi packing TRISO 15% sampai 30% karena rasio jumlah partikel TRISO lebih besar daripada volume matriks grafit dalam bahan bakar pebble

Trend Bullish & Fase Akumulasi; Candle Bullish Hammer, Stochastic Bullish. Trend Bearish & Fase Distribusi; Candle Doji, Stochastic Bearish.. 3997