Volume 2 No 2, Juli 2021 ISSN: 2721-2033
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PERIODONTITIS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
Delina1* Endang Purwaningsih2 Ida Chairanna Mahirawatie 3
123Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya
* delinadeli1997@gmail.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat resistensi insulin yang menyebabkan manifestasi rongga mulut berupa peradangan pada jaringan gingiva dan destruksi tulang alveolar. Masalah: Periodontitis merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas, 2013) Periodontitis pada penderita Diabetes Melitus ini memiliki tingkat prevalensi yang tinggi hingga mencapai angka 75%, ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya periodontitis pada penderita Diabetes Melitus seperti faktor lokal, sistemik, dan perilaku penderita Diabetes Melitus. Pengendalian periodontitis pada penderita Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan cara terapi, serta memodifikasi perilaku dan mengontol kadar gula darah penderita Diabetes Melitus. Tujuan: Systematic Literature Review ini bertujuan menjelaskan faktor lokal, sistemik dan perilaku yang mempengaruhi periodontitis pada penderita Diabetes Melitus. Metode: metode yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Systematic Literature Review. Hasil: hasil Review faktor lokal seperti usia, dapat berpengaruh terhadap periodontitis pada penderita Diabetes Melitus. begitu juga dengan faktor sistemik dan faktor perilaku seperti pengetahuan cara menyikat gigi, dukungan keluarga, pelayanan kesehatan dan sikap patuh terhadap mengkonsumsi antidiabetes dapat berpengaruh terhadap periodontitis pada penderita Diabetes
Melitus
.
Kata kunci:
Periodontitis
Penderita Diabetes Melitus
ABSTRACT Key word:
Periodontitis
Patients with Diabetes Mellitus
Introduction: Diabetes Mellitus is a metabolic disorder characterized by hyperglycemia due to insulin resistance which causes oral manifestations in the form of inflammation of the gingival tissue and destruction of alveolar bone. Problem: Periodontitis is the most common complication in people with Diabetes Mellitus, based on the results of Regional Health Research (Riskesdas, 2013). Periodontitis in people with Diabetes Mellitus has a high prevalence rate of up to 75%, there are many factors that cause periodontitis in sufferers. Diabetes mellitus such as local, systemic, and behavioral factors in diabetes mellitus
sufferers. Periodontitis control in diabetes mellitus sufferers can be done by means of therapy, as well as modifying behavior and controlling blood sugar levels in diabetes mellitus sufferers. Purpose: This Systematic Literature Review aims to explain local, systemic and behavioral factors that influence periodontitis in people with Diabetes Mellitus. Methods: the method used in this study is the Systematic Literature Review method. Results: the results of the review of local factors such as age, can affect periodontitis in people with diabetes mellitus. Likewise, systemic factors and behavioral factors such as knowledge of how to brush teeth, family support, health services and obedience to taking antidiabetic can affect periodontitis in people with Diabetes Mellitus.
PENDAHULUAN
Pembangunan berkelanjutan tahun 2030, negara Indonesia telah menetapkan target untuk mengurangi angka kematian akibat penyakit tidak menular termasuk Diabetes
Melitus, mengingat akan komplikasi pada penderita Diabetes Melitus yang tidak terkelola,
memiliki lebih besar resiko terjadinya komplikasi pada organ tubuh yang salah satunya adalah rongga mulut (Husni dan Rahmi, 2018). Diantaranya penyakit kronis rongga mulut yang berkontribusi pada penderita diabetes adalah periodontitis.
World Health Organization (WHO), pada tahun 2010 menyebutkan bahwa sebanyak
60% dari jumlah kematian di dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM) yang antara lain adalah Diabetes Melitus. menurut Kementerian Kesehatan pada tahun 2013
Diabetes Melitus menduduki peringkat ke-6 dari penyebab kematian di dunia (Riskesdas,
2018). Hasil Survei Kesehatan Nasional tahun (2013) dan International Diabetes Federation (IDF) tahun 2014, diperkirakan jumlah penyandang Diabetes melitus di Indonesia sebanyak 9,1 juta orang. Pada tahun 2030 di Indonesia jumlah penderita DM di perkirakan mencapai 21,3 juta orang (Emor dkk, 2020).
Penyakit diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan terjadinya berbagai penyulit menahun, seperti penyakit serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, gangguan pada mata, ginjal, syaraf dan komplikasi pada rongga mulut. Salah satu komplikasi Diabetes melitus yang cukup serius di bidang kesehatan gigi yaitu oral diabetic, yang meliputi xerostomia, gingivitis,
periodontitis (Lubis, 2011).
Periodontitis penyakit kronis rongga mulut yang berkontribusi pada penderita diabetes melitus berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas, 2013) Periodontitis pada
penderita diabetes melitus ini memiliki tingkat prevalensi yang tinggi hingga mencapai angka 75%. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sering kali di abaikan oleh Penderita
Diabetes melitus, sedangkan pada penderita Diabetes Melitus memiliki resiko pada jaringan
periodontal tiga kali lipat lebih besar dibandingkan dengan penderita non Diabetes
melitus, penderita Diabetes melitus mempunyai kecenderungan untuk menderita periodontitis lebih besar dibandingkan dengan yang tidak menderita Diabetes melitus. Hal
ini disebabkan karena adanya perubahan pada pembuluh darah, gangguan fungsi netrofil, sintesisi kolagen, faktor mikrobiotik dan predisposisi genetik. (Emawati, 2015).
Berdasakan hasil penelitian Sari dkk. Yang di lakukan pada tahun (2017) menunjukkan bahwa berdasarkan dengan hasil pemeriksaan clinical attachment loss (CAL) pada pasien Diabetes Melitus. Walaupun memiliki status kebersihan mulut yang baik, prevalensi periodontitis tetap tinggi (88,24%) dengan rata-rata kehilangan perlekatan sebesar 4,6 mm.
Pernyataan tersebut juga demikian di sampaikan Trentin dkk. Yang di lakukan pada tahun ( 2018) bahwa lebih banyak gigi dengan kesehatan periodontal pada pasien
non-diabetes, jika dibandingkan dengan pasien diabetes melitus tipe 2, kehilangan gigi juga lebih
besar pada pasien diabetes melitus tipe 2. Studi ini menyatakan bahwa pasien menunjukkan prevalensi penyakit periodontal yang lebih tinggi diabetes melitus tipe 2 daripada kelompok kontrol.
Periodontitis dapat di defenisikan sebagai suatu penyakit jaringan periodontal
dengan peradangan pada jaringan tersebut yang ditandai oleh epitel jungsional migrasi ke apikal, sehingga menyebabkan hilangnya perlekatan dan menurunnya puncak tulang alveolar serta terjadi perdarahan saat probing pada daerah tersebu. Anatomi dari jaringan pendukung gigi terdiri dari gingiva, ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar (Widyawati, 2018).
Sistem ini perlu dilihat sebagai suatu unit fungsional dimana bagian-bagian tersebut saling berhubungan satu terhadap lainnya, dan memiliki fungsi yang penting dalam rongga mulut, Ligamen periodontal tidak hanya menghubungkan gigi ketulang rahang tetapi juga menopang pada soketnya dan menyerap beban yang mengenai gigi. Beban selama mastikasi, menelan dan berbicara sangat besar pariannya, juga prekuensi , durasi dan arahnya jika terus dibiarkan rusak maka akan sangat mengganggu kenyamana pengunyahan (Mitchell dkk., 2015).
Terapi merupakan suatu usaha untuk mengendalikan penyakit Periodontitis, baik
Periodontitis yang di pengaruhi secara lokal maupun sistemik dan prilaku. Melakukan
kontrol plak, skeling, dan penghalusan akar disertai dengan antiseptik dalam bentuk obat kumur yang sangat dianjurkan untuk mengurangi formasi plak pada rongga mulut serta penggunaan antibiotik secara sistemik bila perlu (Husni dan rahmi, 2018).
Penderita Diabetes Melitus selain melakukan pemeriksaan kadar gula darah yang rutin tetapi juga mencakup diet yang benar, berolahraga secara rutin melakukan perawana penyakit Diabetes Melitus sesuai dengan yang dianjujrkan dan pemeriksan kesehatan rongga mulut secara teratur bertujuan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan melihat akan pentingnya sistem mastikasi di dalam rongga mulut maka penting bagi penderita diabetes melitus untuk merawat penyakit Periodontitis (Lubis, 2011)
METODE
Pencarian Literatur dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan September sampai Oktober 2020. sumber data sekunder yang di dapat berupa artikel jurnal berputasi baik nasional maupun internasional dengan tema yang sudah di tentukan Literatur Review,
Literatur didapatkan dari 4 academic database yaitu : Google Scholar, Pubmed, Wiley, Science Direct dan jumlah artikel minimal yang direncanakan adalah 5 artikel, yang diterbitkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyebab Periodontitis Pada Penderita Diabetes Melitus Ditinjau Dari Faktor Lokal
Penelitian Sari dkk., (2016) menunjukkan subjek penelitian yang menderita diabetes
melitus, walaupun status kebersihan mulut (berdasarkan OHI-S menurut Green dan
Vermillion) tergolong dalam kriteria baik, subjek penelitian yang menderita diabetes
melitus, memiliki Prevalensi periodontitis cukup tinggi yaitu dengan persentase 88,24%
dengan rata-rata kehilangan perlekatan atau Clinical Attachment Loss (CAL) 4,6 mm.
Hasil penelitian Anon., (2017) Terjadi peningkatan nilai Periodontal Pocket Depth (PPD), Gingiva (GI) seiring bertambahnya usia, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok diabetes dan non-diabetes. Periodotitis dan DMFT tidak hanya meningkat seiring bertambahnya usia tetapi juga lebih tinggi pada kedua kelompok usia pada pasien
diabetes dibandingkan dengan subjek sehat (p <0,05). Gingiva lebih tinggi hanya pada
kelompok usia 13-18 tahun pada pasien diabetes (p <0,01).
Penyebab Periodontitis Pada Penderita Diabetes Melitus Ditinjau Dari Faktor Sistemik
Hasil penelitian Sun dkk., (2019) faktor sistemik Pasien T1DM menunjukkan peningkatan risiko Periodontitis dibandingkan dengan individu non-T1DM, rasio resiko yang disesuaikan (aHR) Z 1,45, AHR untuk Periodontitis adalah 13,2 pada pasien T1DM yang telah dirawat di rumah sakit lebih dari dua kali per tahun. Hasil penelitian Trentin dkk., (2018) untuk periodontitis berat, berdasarkan data pada pasien non-diabetes (n= 6, 3,81%) dan diabetes (n= 4,3,42%). menunjukkan prevalensi kesehatan periodontal dan
gingivitis pada pasien non-diabetes dibandingkan dengan pasien diabetes. Hampir Semua
individu menunjukkan tingkat penyakit periodontal yang sama, terlepas dari waktu diagnosisnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil penelitian ini adalah
periodontitis berat sedikit lebih besar pada pasien diabetes dibandingkan pasien non-diabetes, banyaknya absensi sekstan pada pasien non-diabetes, dibandingkan dengan pasien non diabetes, menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi pada individu diabetes dibandingkan
dengan non-diabetes. hasil analisis secara statistik signifikan disebabkan sistemik dengan uji chi-square pada 5% (p <0,00).
Hasil penelitian Pumerantz dkk., (2017) menyatakan bahwa dari 236 pasien diabetes, 128 (54,2%) memiliki periodontitis dengan ambang batas rendah dan 57 (24,2%) dengan ambang batas tinggi. Hanya 17 (7,2%) yang sehat secara periodontal. Tidak ada perbedaan signifikan terhadap usia, HbA1c, tekanan darah, indeks massa tubuh, kolesterol lipoprotein densitas rendah, atau status merokok (semua p> 0,05).
Penyebab Periodontitis Pada Penderita Diabetes Melitus Ditinjau Dari Faktor Perilaku
Hasil penelitian Lestari dkk., (2016) menunjukkan subjek penelitian yang menderita
diabetes melitus, hampir seluruh subjek (83,08%) memiliki status periodontal gingivitis.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dan status periodontal pada penyandang DMT2 di RSUD Bitung.
Hasil penelitian Widyawati dkk., (2018) menyebutkan bahwa perilaku pasien yang patuh dalam konsumsi obat antidiabetes memiliki tingkat kesehatan periodontal sehat sampai sedang dengan skor sehat 0, dan sedang 1-2, sedangkan untuk kondisi gingiva dalam keadaan sehat sampai peradangan sedang, dengan skor sehat 0 dan peradangan
sedang 1,1 – 1,0. Pasien yang tidak patuh dalam konsumsi obat antidiabetes memiliki tingkat kesehatan periodontal yang sedang sampai buruk, dengan skor sedang 1-2 dan buruk 3-4, sedangkan untuk kondisi gingiva. Hasil uji korelasi antara indeks CPITN, indeks gingiva dan kepatuhan konsumsi obat antidiabetes mendapatkan P=0,000 (P<0,050); H0 ditolak, terdapat hubungan antara rutin konsumsi obat antidiabetes dengan kesehatan jaringan periodontal. Hasil penelitian Berniyanti dan Ramadhan., (2016) bahwa hampir semua responden memiliki memiliki tingkat kesehatan periodontal yang sedang sampai buruk. hasil penelitian ini didapatkan bahwa perilaku konsumsi obat penderita DM tipe 2 memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian periodontitis dengan p-value sebesar 0,044.
KESIMPULAN
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi penyakit periodontitis pada penderita
diabetes melitus baik faktor lokal, sistemik, maupun perilaku penderita diabetes melitus
tersebut, Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam literature review terhadap 8 jurnal faktor yang berhubungan dengan terjadinya periodontitis pada penderita diabetes melitus yaitu:
1. Terjadinya Periodontitis dan kehilangan gigi pada penderita Diabetes Melitus dengan seiring bertambahnya usia, pada Faktor lokal usia penderita Diabetes Melitus memiliki resiko mempengaruhi terjadinya periodontitis yang di sebabkan karena seiring bertambahnya usia terjadi penipisan epitel dan perubahan komponen pada jaringan seluler menyebabkan penurunan daya tahan jaringan ikat, sehingga lebih rentan untuk terkena periodontitis.
2. Terjadinya periodontitis dan peningkatan prevalensi periodontitis pada Penderita
Diabetes Melitus, penderita dengan penyakit Diabetes Melitus lebih rentan terhadap
penyakit periodontitis dan dapat menunjukan peningkatan prevalensi periodontitis dan kehilangan gigi resiko ini meningkat di sebabkan oleh faktor dari penyakit sistemik
Diabetes Melitus penderita.
3. Terjadinya Periodontitis berat sampai sedang pada penderita Diabetes Melitus dengan prilaku yang kurang baik, penyebab periodontitis pada penderita diabetes melitus memiliki hubungan dengan Faktor perilaku seperti pengetahuan cara menyikat gigi yang merupakan faktor predisposisi terjadinya suatu perilaku , dukungan keluarga, staf pelayanan kesehatan yang merupakan faktor reinforcing perilaku, serta perilaku kepatuhan terhadap mengkonsumsi obat kontrol diabetes.
DAFTAR PUSTAKA
Anggita Putri Sekarsari. (2012). Pengaruh Status Diabetes Melitus Terhadap Derajat Karies
Gigi. Program pendidikan sarjana kedokteran. Univesitas Diponegoro.
Anon. 2017. “The Effect of Diabetes Mellitus Type I on Periodontal and Dental Status.” 11(7):17–20.
Abilous, R., & Donelly, R. (2014). Buku Pegangan Diabetes Edisi ke 4. Jakarta: Bumi Medika Berniyanti, Titiek and Cindy Ramadhan. 2016. “Analisis Peran Perilaku Dan Gaya Hidup
Brunner dan Suddarth (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddarth. Vol 2. Edisi 8.Editor ; Smeltzer SC, Bare BG, Jakarta : EGC
Depkes, RI., 2013. Diabetes Mellitus Penyebab Kematian No 6 Di dunia: Kemenke Tawarkan
Solusi Cerdik Melalui Posbind.
http://www.depkes.go.id/article/view/2383/diabetes-mellitus penyebabkematian-nomor-6-di-dunia-kemenkes-tawarkan-solusi-cerdik-melaluiPosbindu.html. (Diakses pada 17 Juni 2018).
Endriani Rita, et, all. Pola bakteri pada karies gigi pasien diabetes melitus. Universitas Padjadjaran. Submisi: 20 November 2019; Penerimaan: 24 April 2020; Publikasi online: 30 April 2020 DOI: 10.24198/jkg.v32i1.24692.
ErmawatI, T., (2015). Periodontitis Dan Diabetes Melitus. Stomatognatic - Jurnal Kedokteran Gigi.
Fatimah, R. N. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2, Volume 4(5) : 93–101
Hidayati S, Mu’afiro A. Suwito J. Analisis faktor yang berhubungan dengan tingkat keparahan
periodontitis pada penderita DM tipe II di poli diabetes RSU Dr. Soetomo Surabaya. [serial
online]. 2008 [cited 2012 Aug 08]; 10(2): 51-4. Available from URL: isjd.pdii.;ipi.go.id/admin/jurnal/10208 4954.pdf.
Husni, Rahmi. Kebutuhan Perawatan Periodontal pada pasien Diabetes Melitus di Puskesmas
Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, Universitas Sumatera Utara. serial online].[cited
2018]. Available from URL: http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8062
Kekenusa J. (2013). Analisis hubungan antara umur dan riwayat keluarga menderita Diabetes
Mellitus Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal Kesehatan. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS 2013. Indonesia : Jakarta.
. 2015. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Ind onesi Tahun 2015 tentang
upayapembangunan kesehatan nasional. Jakarta
.2017. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.. “P2PTM_RAK2017.Pdf.” 1–37. .2019. “Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018.” Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI 1–8.
Lestari, Dian P., Vonny N. S. Wowor, and Elita Tambunan. 2016. “Manembo-Nembo Bitung.” E-GIGI 4(2).
Lin BP, Taylor GW, Allen DJ, Ship JA. Dental caries in older adults with diabetes mellitus.
Michigan. 1999; 19(1): 8-14. Tersedia pada: URL:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10483454 [diakses pada 15 Juli 2012].
Lossu,Fara M. Damajanty H.C. Pangemanan dan Vonny N.S Wowor. 2015. Hubungan
Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Indeks Gingiva Siswa SD Katolik 03 Frater Don Bosko Manado.Jurnal e GiGi (eG) Vol.3, No.2, Juli-Desember 2015.
Lubis, Irwati. (2011). Manifestasi Diabetes Mellitus dalam Rongga Mulut
http://poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/74artikel_bu_irwati.pdf(15 Juni 2014) . Megananda, H.P., Eliza, H., dan Neneng, N., 2010, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras
dan Jaringan Pendukung Gigi, EGC, Jakarta, hal. 56-9, 75, 97, 110-4.
Muflihatin, S.K., (2015) , Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar Glukosa Darah Pasien DM
Tipe 2 Di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Samarinda.
PERKENI. (2011). Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia,
diakses tanggal 21 Agustus 2016 jam 14.15
WIB,http://www.pduipusat.com/wpcontent/uploads/2015/12/SATELITSIMPOSIUM-6.1-DM-UPDATE-DAN-Hb1C-OLEH-DR.-Dr.-FatimahEliana-SpPD-KEMD.pdf PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). 2015. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
Pumerantz, Andrew S., Susan M. Bissett, Fanglong Dong, Cesar Ochoa, Rebecca R. Wassall, Heidi Davila, Melanie Barbee, John Nguyen, Pamela Vila, and Philip M. Preshaw. 2017. “Standardized Screening for Periodontitis as an Integral Part of
Multidisciplinary Management of Adults with Type 2 Diabetes: An Observational Cross-Sectional Study of Cohorts in the USA and UK.” BMJ Open Diabetes Research and Care
5(1):1–7.
Mitchell, Laura, David A. Mitchell, dan Lorna McCaul. 2015. Kedokteran Gigi Klinik Edisi 5. Jakarta : EGC Buku Kedokteran.
Sari, Y. (2015). Perawatan Luka Diabetes ; Berdasarkan Konsep Manajemen Luka Modern dan
Penelitian Terkini. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sari, Rezmelia, Dahlia Herawati, Rizky Nurcahyanti, and Pramudita Kusuma Wardani. 2017. “Prevalensi Periodontitis Pada Pasien Diabetes Mellitus (Studi Observasional Di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito).” Majalah Kedokteran Gigi Indonesia
3(2):98.
Sudoyo ., (2011) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.
Soewondo & Pramono, L.A. (2011). Prevalence, Characteristics, and Predictor of Prediabetes in Indonesia.Medical Journal Indonesia Vol 20 No 4 November 2011 Sun, Kuo-Ting, Shih-Chueh Chen, Cheng-Li Lin, Jui-Ting Hsu, I. An Chen, I. Ting Wu,
Kalaiselvi Palanisamy, Te-Chun Shen, and Chi-Yuan Li. 2019. “The Association between
Type 1 Diabetes Mellitus and Periodontal Diseases.” Journal of the Formosan Medical
Association 118(6):1047–54.
Trentin, Micheline Sandini, João Paulo D. E. Carli, Michele De Conto Ferreira, Diego José Gambin, Soluete Oliveira, and Hugo Lisboa. 2018. “Prevalence And Severity Of
Periodontal Disease In Type 2 Diabetes Mellitus Patients : A Cross-Sectional Study Prevalência E Severidade Da Doença Periodontal Em Pacientes Portadores De Diabete Mellitus Tipo 2 : UM Estudo Transversal.” 1114–23.
Tropicana slim, (2015) Obesitas Sebagai Factor Resiko Beberapa Penyakit. Jakarta: Obor Popular
Riset Kesehatan Dasar (RIESKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Indonesia.h. 6 [cited 2015 April 27]; Available from URL:
http://www.depkes.go.id/resources/do wnload/general/Hasil%20Riskesdas%
202013.pdf
Wicaksono. (2013). Diabetes Melitus Tipe 2 Gula Darah Tidak Terkontrol dengan Komplikasi
Neuropati Diabetikum. Jurnal Medula. 1(3): 10-17.
Widyawati H., Sudibyo., dan Failasufa., (2010), Hubungan Kepatuhan Konsumsi Obat
Antidiabetes dengan Kesehatan Jaringan Periodontal pada Pasien Prolanis Diabetes Melitus Tipe II: Studi Kasus di Puskesmas Mranggen III. Jurnal Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2 (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika
World Health Organization. Definition and diagnosis of diabetes mellitus and intermediate
hyperglycemia. Amerika Serikat; 2006. Tersedia pada: URL:
http://www.idf.org/webdata/docs/WHO_IDF_definition_diagnosis_of_dia betes.pdf [diakses 7 Februari 2012].
World Health Organization. Use of glycated haemoglobin (HbA1c) in the diagnosis of
diabetes mellitus. Abbreviated report of WHO consultation. Geneva: