• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN 2016"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PENGADAAN PUPUK OLEH PIHAK DISTRIBUTOR KEPADA USAHA DAGANG DI DAERAH KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA. (Studi Pada CV. Mas

Ayu Lestari)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

DOSTIROY LUMBAN GAOL 120200387

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN

2016

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PENGADAAN PUPUK OLEH PIHAK DISTRIBUTOR KEPADA USAHA DAGANG DI DAERAH KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA. (Studi Pada CV. Mas

Ayu Lestari)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

DOSTIROY LUMBAN GAOL 120200387

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAANPROGRAM KEKHUSUSANHUKUM PERDATA DAGANG

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Prof. Hasim Purba, S.H.,M.Hum NIP. 196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. OK Saidin S.H.,M.Hum Syamsul Rizal, S.H.,M.Hum NIP. 196603031985081001 NIP. 195506261986012001

(3)

ABSTRAK Dostiroy Lumban Gaol*

Saidin**

Syamsul Rizal***

Kontrak pengadaan barang / jasa yang selanjutnya disebut kontrak adalah perjanjian tertulis antara Pejabat Pembuat Kontrak (PPK) dengan penyedia barang atau jasa. Pengadaan barang / jasa tersebut diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 pada Pasal 1 ayat 1 yang menerangkan pengadaan barang / jasa pemerintah yang selanjutnya disebut dengan pengadaan barang / jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang / jasa oleh kementerian / lembaga / satuan kerja perangkat daerah / institusi lainnya yang diproses dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang / jasa. CV. Mas Ayu Lestariadalah suatu persekutuan komanditer yang bergerak di bidang pengadaan pupuk dimana pupuk yang akan dikirim berasal dari produsen pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM) yang berada di daerah Lhokseumawe – Aceh Utara kemudian disalurkan kepada pihak usaha dagang yang berada di wilayah Simalungun. Berkaitan dalam judul skripsi ini penulis mengangkat tentang “Perlindungan Hukum Terhadap Perjanjian Pengadaan Pupuk Dari Pihak Distributor Kepada Usaha Dagang di Daerah Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara”. Di dalam skripsi ini, permasalahan yang dibahas adalah pelaksanaan pengadaan pupuk, perlindungan hukum dalam perjanjian pengadaan pupuk, dan berakhirnya perjanjian pengadaan pupuk dari pihak distributor kepada pihak usaha dagang .

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif. Penelitian ini didasarkan pada data sekunder yang merupakan bahan-bahan hukum berupa kepustakaan, peraturan perundang- undangan dan dokumen hukum lainnya. Bahan-bahan hukum tersebut didapatkan melalui penelitian kepustakaan (library research) guna mendapatkan teori-teori hukum atau doktrin hukum, asas-asas hukum dan konsep-konsep hukum yang berkaitan dengan objek penelitian ini serta dengan penelitian lapangan (field research) untuk mendapatkan data primer guna akurasi terhadap hasil yang dipaparkan, yaitu berupa wawancara.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan pengadaan yang dilakukan pihak CV. Mas Ayu Lestari dengan pihak usaha dagangtelah dilaksanakan dengan mematuhi isi perjanjian pengadaan pupuk yang telah dibuat oleh kedua belah pihak. Setelah disepakati perjanjian pengadaan pupuk oleh kedua belah pihak, maka akan timbul perlindungan hukum yang mengikat para pihak. Dimana perlindungan hukum ini bertujuan untuk menghindari hal yang merugikan kedua belah pihak dalam perjanjian pengadaan pupuk tersebut sehingga pelaksanaan pengadaan pupukdapat berjalan dengan baik.

Kata kunci: Pengadaan Barang / Jasa, Perlindungan Hukum.

* Peneliti, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara.

** Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara.

*** Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul“Perlindungan Hukum Terhadap Perjanjian Pengadaan Pupuk Dari Pihak Distributor Kepada Usaha Dagang Di Daerah Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara ( Studi pada CV. Mas Ayu Lestari ).” yang didalamnya membahas tentang perlindungan hukum dalam perjanjian pengadaan barang khususnya pupuk.

Penulisan skripsi ini juga merupakan salah satu syarat bagi setiap mahasiswa untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, baik itu disebabkan literatur maupun pengetahuan penulis sehinga pembuatan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Dengan lapang hati penulis selalu menerima kritik, saran maupun masukan yang bersifat mebangun dari berbagai pihak.

Selama proses penulisan skripsi ini, banyak dukungan, saran, motivasi dan doa dariorang tua saya tercinta yaitu Bapak Hotma Parlindungan Lumban gaol dan Ibu Vegarina Dumela Sitorus yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada Penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara;

(5)

2. Bapak Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum.,selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara;

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum.,selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara;

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara;

5. Prof. Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan;

6. Bapak O.K Saidin, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing, memberi nasehat, dan motivasi kepada penulis dalam penyelesain skripsi ini;

7. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing, memberi nasehat, dan motivasi kepada penulis dalam penyelesain skripsi ini;

8. Ibu Sinta Uli, S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Kekhususan Hukum Dagang;

9. Ibu Rabiatul Syariah, S.H., M.Hum., sebagai Sekretaris Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara;

10. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara seluruhnya yang telah mendidik dan membimbing penulis selama tujuh semester dalam menempuh pendidikan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara;

(6)

11. Kepada adik saya Bhakti Agrifaido Lumban gaol dan Kaniara Lumban gaol yang selalu memberikan dukungan kepada penulis;

12. Kepada seluruh teman-teman saya stambuk 2012 yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih atas doa dan juga dukungan semangat dalam perkulihan selama ini;

13. Segenap pihak yang membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan dukungan kalian selama ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Bila ada kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini penulis mohon maaf dan kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis mohon ampun, semoga skripsi ini ini bermanfaat bagi semua. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 12 Januari 2016

Dostiroy Lumban Gaol 120200387

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 12

C. Tujuan Penulisan ... 12

D. Manfaat Penulisan ... 13

E. Metode Penelitian ... 14

F. Sistematika Penulisan ... 18

G. Keaslian Penulisan ... 19

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN A. Pengertian Umum Perjanjian dan Asas – asas Perjanjian ... 21

B. Jenis – jenis Dan Syarat Terjadinya Perjanjian Menurut Hukum Perdata ... 27

C. Dasar Hukum Pembentukan Perjanjian ... 37

BAB III ASPEK HUKUM DALAM PERJANJIAN PENGADAAN BARANG A. Pengertian dan Prinsip – Prinsip dalam Perjanjian Pengadaan Barang ... 43

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pengadaan Barang / Jasa .. 49 C. Prosedur Pembentukan Perjanjian PengadaanBarang

Berdasarkan Hukum oleh CV. Mas Ayu LestariKepada Pihak

(8)

Usaha Dagang ... 62 BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

PERJANJIAN PENGADAAN PUPUK DARI

PIHAK DISTRIBUTOR KEPADA USAHA DAGANG DI DAERAH SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA (STUDI CV. MAS AYU LESTARI)

A. Pelaksanaan Perjanjian Pengadaan Pupuk Dari Pihak Distributor (CV. Mas Ayu Lestari) Kepada Pihak Usaha Dagang ... 70 B. Perlindungan Hukum Terhadap Perjanjian Pengadaan Pupuk Dari

Pihak Distributor (CV. Mas Ayu Lestari) Kepada Pihak Usaha Dagang di Daerah Simalungun ... 80 C. Berakhirnya Perjanjian Pengadaan Pupuk Dari Pihak Distributor

(CV. Mas Ayu Lestari) Kepada Pihak Usaha Dagang ... 85 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 90 B. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) yang berada pada Benua Asia, baik yang bersifat hayati (perikanan, pertanian, dan perkebunan) maupun non-hayati (hasil tambang). Sebagai salah satu negara agraris, Indonesia berada pada letak yang strategis dengan iklim tropis dan curah hujan tinggi sehingga banyak tumbuhan yang dapat tumbuh dan hidup.Masyarakat memanfaatkan keuntungan tersebut untuk meningkatkan perekonomian dan peningkatan taraf hidup, salah satunya di bidang pertanian dengan memanfaatkan pupuk dalam usaha yang dimiliki petani.

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik.Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral).Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.

Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen.1

Dalam bidang pertanian, pupuk memiliki berbagai macam jenis yang digunakan sesuai dengan keperluan petani. Dilihat dari sumber pembuatannya,

1Pupuk, http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pupuk di akses pada tanggal 7September 2016

(10)

terdapat dua kelompok besar pupuk, yaitupupuk organik atau pupuk alami, misalnya pupuk kandang dan kompos juga pupuk kimia atau pupuk buatan.2

Manfaat dari pemupukan dapat mengembalikan unsur hara baik makro atau mikro untuk memperbaiki struktur tanah. Sehingga danpak positif dari Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. Pupuk kimia biasanya lebih

"murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya;

keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air secara efektif. Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh tanaman. Pupuk berdasarkan kandungannya terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan: pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur, sedangkan pupuk majemuk paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan. Terdapat pula pengelompokan yang disebut pupuk mikro, karena mengandung hara mikro (micronutrients). Beberapa merk pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur tumbuh atau zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang diberikan.

2Ibid.

(11)

pemupukan adalah meningkatkan kapasitas kation, menambah kemampuan tanah menahan air dan meningkatkan kegiatan biologis tanah, dapat menurunkan jeratan keasaman tanah.3

Pemakaian pupuk buatan yang tidak rasional dan secara terus menerus dapat menyebabkan ketidak seimbangan hara tanah, kerusakan struktur tanah, penurunan populasi dan keanekaragaman hayati tanah, serta penurunan efisiensi pemupukan. Keadaan ini tentu saja dapat mengancang keberlangsungan fungsi tanah sebagai media tumbuh tanaman, dengan kata lain terjadi penurunan produktifitas tanah. Pupuk memiliki fungsi yaitu sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang di perlukan untuk memenuhi salah satu nutrisi terutama unsure unsure nitrogen, fosfor, dan kalium, sedangkan sulfur, kalsium, magnesium, besi, tembaga, dan seng merupakan unsur - unsur yang di butuhkan dalam jumlah yang sedikit.

Namun, ada dampaknegatif dari pemupukan karena kandungan hara rendah pupuk yang dibutuhkan cukup banyak hal ini berakibat biaya ekonomi dan perhitungan dosis agak susah.

Dalam arti luas pupuk ialah suatu bahan yang di gunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam arti sempit pupuk ialah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. Pupuk ialah material yang di tambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang di perlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non organik (mineral).

3Manfaat Pupuk, http://hidup-pertanian.blogspot.co.id/2013/11/manfaat-pemupukan-terhadap- tanaman.html diakses pada 6 September 2016.

(12)

Tidak hanya pupuk anorganik yang dapat membuat kerusakan, ternyata pupuk organik juga dapat membuat berbagai macam penyakit. Penggunaan pupuk organik yang berlebihan dan terus-menerus dapat memicu timbulnya berbagai penyakit. Penyakit-penyakit tersebut seperti ganguan fungsi syaraf, kerusakan hati, paru-paru, ganjil, penurunan kesuburan, dan kanker. Salah satu bahan makanan yang berpotensi mengandung residu pestisida berbahaya adalah beras.

Beras adalah bahan pangan utama yang dikonsumsi setiap hari.

Sebaiknya penggunaan pupuk organik dan anorganik dilakukan secara seimbang dan bergantian antara pupuk organik dan pupuk buatan. Hal ini dilakukan agar memberikan hasil yang maksimal. Dengan demikian, kesuburan tanah dapat terjaga serta tanaman dapat tumbuh dengan baik.Pupuk organik bukan sabagai pengganti pupuk anorganik tetapi sebagai komplementer.4

Dengan cukupnya tersedia bahan organik maka aktivitas organisme tanah yang juga mempengaruhi ketersediaan hara, siklus hara. Penerapan pemupukan berimbang berdasarkan hasil uji tanah dipadukan dengan pupuk organik bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk serta memperbaiki produktivitas Pupuk organik dapat mensuplai sebagian hara tanaman. Dengan demikian pupuk organik harus digunakan secara terpadu dengan pupuk anorganik untuk meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman secara berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Oleh karena itu penggunaan pupuk kimia buatan yang tidak diimbangi dengan pemberian pupuk organik dapat merusak struktur tanah dan mengurangi aktivitas biologi tanah.

4Penerapan pupuk,http://tabloidsahabatpetani.com/aplikasi-pupuk-organik-tingkatkan- efisiensi-pupuk-anorganik-di-lahan-sawah diakses pada tanggal 9 Oktober 2016

(13)

tanah pertanian. Dimana jika pemupukan anorganik digunakan melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis akan berdampak terhadap pelandaian produksi.5Aplikasi pupuk organik pada lahan sawah diharapkan dapat mengurangi dosis pupuk anorganik.Sumber pupuk organik yang dapat dimanfaatkan diantaranya jerami dan pupuk kandang. Penelitian ini memanfaatkan kedua sumber pupuk organik tersebut serta satu pupuk organik komersil. Dipilihnya jerami salah satu sumber pupuk organik dalam penelitian ini dikarenakan berdasarkan penelitian diketahui bahwa pengembalian jerami ke dalam lahan sawah sama artinya dengan memupuk kalium, karena kandungan pada tanaman padi terdapat dalam jerami.6

Untuk mendatangkan suatu barang / jasa yang dapat digunakan oleh seseorang atau badan hukum, diperlukan adanya suatu perjanjian yang mengikat agar memperjelas proses pengadaan barang atau jasa tersebut. Perjanjian atau kontrak adalah suatu peristiwa dimana seseorang atau satu pihak berjanji kepada

Oleh karena itu, jerami mempunyai nilai strategis yang tinggi untuk lahan sawah.

Pemberian bahan organik ke dalam tanah selain ditujukan sebagai sumber hara makro, mikro dan asam-asam organik juga berperan sebagai bahan pembenah tanah untuk memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah dalam jangka panjang. Hasil penelitian membuktikan, aplikasi pupuk organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan ketersediaan kandungan tanah.

5Adiningsih dan Soepartini, Pupuk Organik dan Anorganik, PT. Satya Kencana, Jakarta, 2000, hlm. 5.

6Ibid.

(14)

seorang atau pihak lain atau dimana dua orang atau dua pihak itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.7

Persekutuan Komanditer atau yang sering disebutCommanditaire Vennootschap adalah suatu bentuk perjanjian kerja sama untuk berusaha bersama

antara orang-orang yang bersedia memimpin, mengatur perusahaan, serta bertanggung jawab penuh dengan kekayaan pribadinya, dengan orang-orang yang memberikan pinjaman dan tidak bersedia memimpin perusahaan serta bertanggung jawab terbatas pada kekayaan yang diikutsertakan dalam perusahaan itu.

Oleh karena itu, perjanjian itu berlaku sebagai suatu undang - undang bagi pihak yang saling mengikatkan diri, serta mengakibatkan timbulnya suatu hubungan antara dua orang atau dua pihak tersebut yang dinamakan perikatan.Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang atau dua pihak yang membuatnya.Dakam bentuknya, perjanjian berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji - janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.

8

Dalam Kitab Undang – Undang Hukum Dagang tidak ada pengaturan secara khusus mengenai cara mendirikan persekutuan komanditer. Karena persekutuan komanditer adalah firma, sehingga dapat diperlakukan.9

7Pasal 1313 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata.

8Pasal 19 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang.

9Pasal 22 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang.

Dengan demikian, persekutuan komanditer didirikan dengan pembuatan anggaran dasar yang dituangkan dalam akta pendirian yang dibuat dimuka notaries. Akta

(15)

pendirian kemudian didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negri setempat. Akta pendirian yang sudah didftarkan itu diumumkan dalam tambahan berita negara.

Sama halnya dengan firma, syarat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia tidak diperlukan karena persekutuan komanditer bukan badan hukum. Praktik perusahaan yang berbentuk persekutuan komanditer tidak ada pemisahan antara harta kekayaan persekutuan dan harta kekayaan pribadi para sekutu komplementer. Karena persekutuan komanditer adalah firma, maka tanggung jawab sekutu komplementer secara pribadi untuk keseluruhan.

Sekutu komanditer mendapat bagian keuntungan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar persekutuan. Jika dalam anggaran dasar tidak ditentukan, sekutu komanditer mendapat keuntungan sebanding dengan jumlah pemasukannya. Jika persekutuan menderita kerugian, sekutu komanditer hanya bertanggung jawab sampai jumlah pemasukannya itu saja.10

Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi.11

Perusahaan juga merupakan organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya melakukan produksi dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia.

Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada pula yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha untuk perusahaannya. Badan usaha ini adalah status dari perusahaan tersebut yang terdaftar di pemerintah secara resmi.

12

10Pasal 1633 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

11Perusahaan,https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan di akses pada 9 September 2016

12Perusahaan Dagang, http://artonang.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-perusahaan.html di akses pada 9 September 2016.

Kegiatan produksi dan

(16)

distribusi dilakukan dengan menggabungkan berbagai faktor produksi, yaitu manusia, alam dan modal. Kegiatan produksi dan distribusi umumnya dilakukan untuk memperoleh laba. Namun ada juga kegiatan produksi yang tujuannya bukan untuk mencari laba. Seperti yayasan sosial, keagamaan. Hasil suatu produksi dapat berupa barang dan jasa.

Istilah perusahaan untuk pertama kalinya terdapat di dalam Pasal 6 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang yang mengatur mengenai penyelenggaraan pencatatan yang wajib dilakukan oleh setiap orang yang menjalankan perusahaan.

Meskipun demikian, Kitab Undang – Undang Hukum Dagang tidak memuat penafsiran otentik mengenai arti perusahaan. Mengenai definisi perusahaan dapat kita temukan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

Menurut Molengraaff, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, bertindak ke luar untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian perdagangan.13

Perusahaan perseorangan atau biasa juga dikenal dengan usaha dagang (UD), merupakan bentuk usaha yang paling sederhana karena pengusahanya hanya satu orang, yang di maksud dalam pengusaha disini adalah orang yang memiliki perusahaan.Sumber hukum dalam usaha dagang ini adalah kebiasaan dan yurisprudensi, karena belum terdapat pengaturan yang resmi dalam suatu undang-

Rumusan yang dikemukakan oleh Molengraaff tersebut hanya meliputi jenis usaha dan tidak meliputi perusahaan sebagai badan usaha.

13Ibid.

(17)

undang yang khusus mengatur tentang usaha dagang, Namun dalam praktek usahanya di masyarakat telah diakui keberadaannya.

Untuk mendirikan usaha dagang, tidak disyaratkan secara mutlak harus dibuat di hadapan notaris. Namun demikian, jika berhubungan (dalam arti bekerja sama) dengan suatu perusahaan besar atau instansi pemerintah, akta pendirian ini biasanya akan dijadikan satu prasyarat. Umumnya, untuk mendirikan usaha dagang hanya perlu mengajukan perizinan berupa :14

1. Izin domisili usaha dari kantor kelurahan dan kecamatan tempat usahanya;

2. Mengajukan penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama diri sendiri;

3. Mengajukan permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) perseorangan kepada Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dan Perdagangan setempat. Namun, Surat Izin Usaha Perdagangan ini tidak diwajibkan bagi usaha dagang sesuai Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan No. 36/M- DAG/PER/9/2007, jadi boleh dibuat, boleh juga tidak.

4. Jika suatu usaha memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), wajib dilanjutkan dengan pendaftaran Tanda Daftar Perusahaan (TDP) sesuai dengan UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan

Penyediaan alat angkut untuk kegiatan pengiriman pupuk dari pihak distribusi kepada pihak usaha dagang termasuk ruang lingkup pengangkutan.Pengangkutan

14Syarat Mendirikan Usaha Dagang, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl3894/

perbandingan-badan-usaha-berbentuk-ud-dan-pt di akses pada 10 September 2016.

(18)

adalah perjanjian timbal-balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.15

Setiap persekutuan komanditer mempunyai tujuan dalam setiap pendiriannya, salah satunya agar dapat melakukan kegiatan usaha yang sama dengan perseroan lain atau berbeda, bersifat khusus atau umum sesuai dengan keinginan para pendiri persero.

Status hukum seorang sekutu komanditer dapat disamakan dengan seorang yang meminjamkan atau menanamkan modal pada suatu perusahaan dan diharapkan dari penanaman modal itu adalah hasil keuntungan dari modal yang dipinjamkan atau ditanamkan tersebut.

16 Namun ada beberapa bidang usaha yang hanya bisa dilaksanakan dengan ketentuan harus berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT).

Selain itu tujuan dari pendirian persekutuan komanditer adalah sebagai badan usaha agar suatu usaha memiliki wadah resmi dan legal untuk memudahkan pergerakan badan usaha itu sendiri, misalnya “pengadaan barang”, perlu suatu sarana melakukan kerjasama, selain itu biasanya juga diisyaratkan apabila akan menjalin kerjasama dengan suatu instansi pemerintah atau pihal lain adanya pembentukan suatu badan usaha.17

15H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, 3, Hukum Pengangkutan Cetakan ke VI, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2003, hlm. 2

16Mitra Ahmad, Mengenal Persekutuan Komanditer dalam Berbagai Aspek Hukum.

Adiyaksa Kusuma, Surakarta, 2005, hlm. 25.

17Ibid.

Contohnya : untuk pengadaan barang di kantor atau instansi pemerintah dengan nilai sampai dengan nominal tidak besar harus

(19)

menggunakan persekutuan komanditer atau Perseroan Terbatas (PT) dengan klasifikasi kecil.

Dalam suatu perjanjian pengadaan barang dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu perjanjian jual – beli. Jual - beli (menurut B.W.) adalah suatu perjanjian bertimbal - balik dalam mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang pihak yang lainnya (si pembeli) berjanjian untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.18

18R. Surbekti, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2014, hal. 1.

Dalam penelitian ini, perusahaan pengadaan pupuk yang akan dibahas adalahCV. Mas Ayu Lestari.

CV. Mas Ayu Lestari adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan pupuk dimana pupuk yang akan dikirim berasal dari produsen pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM) yang berada di daerah Lhokseumawe – Aceh Utarakemudian disalurkan kepada pihak Usaha Dagang yang berada di wilayah Simalungun.Didirikan berdasarkan Robert Tampubolom, SH No. 81 tanggal 31 Maret 2010, yang beralamat pada Jalan Raya Siantar – Medan Km. 7 Kelurahan Tanjung Tongah, Kecamatan Siantar Martoba, Pematang Siantar.

CV. Mas Ayu Lestarimengadakan suatu kerjasama dengan pihak usaha dagang untuk melakukan perjanjian pengiriman pupuk dalam pendistribusian pupuk. Dimana perjanjian ini dibuat agar kedua belah pihak dapat melakukan hak dan kewajibannya serta mengurangi resiko adanya permasalahan dalam pengiriman pupuk tersebut.

(20)

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap perjanjian pengadaan barang khususnya perlindungan hukum dalam perjanjianpengadaanpupuk dari pihak distributor kepada usaha dagang, mengenai pelaksanaan perjanjian pengadaan pupuk, berakhirnya perjanjian pengadaan pupuk antara kedua belah pihak yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul : "Perlindungan Hukum Terhadap Perjanjian Pengadaan Pupuk Dari Pihak Distributor Kepada Usaha Dagang Di Daerah Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara ( Studi pada CV. Mas Ayu Lestari ).”

B.Permasalahan

Permasalahan yang akan diangkat dalam penulisan skripsi ini meliputi hal- hal sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian pengadaan pupuk antara pihak distributor dengan pihak usaha dagang?

2. Bagaimana perlindungan hukum dalam perjanjian pengadaan pupuk antara pihak distributor dengan pihak usaha dagang?

3. Bagaimana berakhirnya perjanjian pengadaan pupuk antara pihak distributor dengan usaha dagang?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

(21)

Sumatera Utara dan beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengadaanpupuk dari pihak distributor kepada pihak usaha dagang.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum dalam perjanjian pengadaan pupuk antara pihak distributor kepada pihak usaha dagang.

3. Untuk mengetahui berakhirnya perjanjian pengadaan pupuk antara pihak distributor kepada pihak usaha dagang.

D. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu :

1. Manfaat teoritis yaitu untuk menambah pengetahuan penulis tentang bagaimana pelaksanaan perjanjian pengadaan pupuk, perlindungan hukum dalam perjanjian pengadaan pupuk, dan berakhirnya perjanjian pengadaan pupuk.

2. Manfaat praktis yaitu dapat memberikan masukanbagi pihak CV. Mas Ayu Lestari maupun bagi pihak usaha dagang dalam hal pembuatan perjanjian maupun pelaksanaan perjanjian pengadaan pupuk tersebut. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi masyarakat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang perjanjian.

(22)

E. Metode Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.19

Metodologi memiliki peranan dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu diantaranya :20

1. Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau melaksanakan penelitian secara lebih baik atau lengkap.

2. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk meneliti hal – hal yang belum diketahui.

3. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian interdisipliner.

Dalam upaya pengumpulan data yang diperlukan ini maka penulis menerapkan metode sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris.Penelitian hukum normatif dilakukan melalui kajianterhadap data yang bersifat sekunder yang ada di

19Metode Penelitian Hukum Empiris dan Normatif, http://idtesis.com/metode-penelitian- hukum-empiris-dan-normatif/ diakses pada 11 September 2016.

20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2006, Hlm. 7.

(23)

perpustakaan, sepertiperaturan perundang-undangan dan bahan-bahan hukum yangberhubungan dengan skripsi ini.Sedangkan penelitian hukum empiris merupakan penelitian lapangan yang berasal dari data primer yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber utama dengan melalui pengamatan (observasi), wawancara, ataupun penyebaran kuisoner.Penelitian yuridis empiris dalam penulisan skripsi ini dilakukan melalui wawancara langsung dengan pihak CV. Mas Ayu Lestari.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Bahan hukum dikumpulkan dengan menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dan studi dokumen dari berbagai sumber yang dianggap relevan, antara lain perusahaan terkait dengan perjanjian pekerjaan pemborong yang diangkat dalam penelitian ini. Sumber bahan hukum sekunder yang berupa artikel, jurnal ilmiah, bahan kuliah, buku-buku hukum yang berkaitan yang didapat melalui Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Sebagai data penunjang dalam penelitian ini juga didukung dengan penelitian lapangan (field research) untuk mendapatkan data primer guna akurasi terhadap hasil yang dipaparkan, yaitu berupa wawancara.Wawancara dilakukan sebagai alat pengumpulan bahan hukum tambahan selain daripada bahan hukum yang didapatkan dari perpustakaan. Wawancara dilakukan

(24)

dengan informan yang dipandang bersangkutan, yaitu denganpihakCV. Mas Ayu Lestari

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan diCV. Mas Ayu Lestari yang beralamatkan JL.

Raya Siantar-Medan KM 7.0 Tanjung Tongah Kec. Siantar Martoba Pematangsiantar.

4. Jenis Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder didukung oleh data primer.

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informandengan cara melalui wawancara langsung dengan pihak CV. Mas Ayu Lestari.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan guna mendapatkan landasan teoritis terhadap segi-segi hukum perjanjian. Selain itu tidak menutup kemungkinan diperoleh melalui bahan hukum lain, dimana pengumpulan bahan hukumnya dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, serta menelaah data yang terdapat dalam buku, literatur, tulisan-tulisan ilmiah, dokumen-dokumen hukum dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan objek penelitian. Bahan- bahan hukum tersebut berupa:

(25)

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, meliputi seluruh peraturan perundang-undangan yang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian antara lain terdiri atas:

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

b) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;

c) Surat Perjanjian CV. Mas Ayu Lestari dengan Usaha Dagang Nomor : 214/SP/DIR/PIM/LSM/2015 di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara

2. Bahan hukum sekunder, berupa bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yaitu hasil karya ahli hukum berupa buku-buku, pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini dan acuan lainnya yang berisikan informasi tentang bahan primer berupa tulisan artikel ilmiah, jurnal-jurnal hukum dan buku buku terkait dengan hukum perikatan, khususnya yang berkaitan dengan materi penelitian.

3. Bahan hukum tertier, diperlukan digunakan untuk berbagai hal dalam penjelasan makna-makna kata dari bahan hukum sekunder dan dari bahan hukum primer khususnya kamus hukum.

5. Analisis Data

Analisis data dalam penulisan ini digunakan data kualitatif, yaitu suatu analisis data secara jelas serta diuraikan dalam bentuk kalimat sehingga diperoleh gambaran yang jelas yang berhubungan dengan skripsi ini, dalam hal hasil dari wawancara terhadap pihak CV. Mas Ayu Lestari.

(26)

F. Sistematika Penulisan

Sebagai karya ilmiah penelitian ini memiliki sistematika yang teratur dan saling berkaitan di dalam penulisannya agar dimengerti dan dipahami maksud dan tujuannya. Tulisan ini terdiri dari 5 (lima) bab yang akan diperinci lagi dalam sub bab, adapun kelima bab itu terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang penulisan pemilihan judul yang dipilih oleh penulis serta hal-hal yang mendorong penulis tertarik mengangkat judul yang bersangkutan, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan dilanjutkan dengan metode penelitian, tinjauan kepustakaan, sistematika penulisan serta keaslian penulisan dari skripsi ini.

BAB II: TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN

Pada bab ini membahas tentang pengertian dan asas - asas sebuah perjanjian menurut hukum di Indonesia, syarat sah perjanjian pengadaan barang, dan dasar hukum pembentukan perjanjian.

BAB III : ASPEK HUKUM DALAM PERJANJIAN PENGADAAN BARANG

Pada bab ini akan dibahas tentang pengertian dan prinsip perjanjian pengadaan barang, prosedur pembentukan perjanjian pengadaanpupuk, hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pengadaan pupuk, serta prosedur pembentukan perjanjian pengadaan pupuk.

(27)

BAB IV : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PENGADAAN PUPUK DARI PIHAK DISTRIBUTOR KEPADA USAHA DAGANG DI DAERAH KABUPATEN SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA

Pada bab ini diuraikan tentang pelaksanaan perjanjian pengadaan pupukdari pihak distributor kepada pihak usaha dagang, perlindungan hukum dalam perjanjian pengadaan pupuk dan berakhirnya perjanjian pengadaan pupuk dari pihak distributor kepada pihak usaha dagang, dan berakhirnya perjanjian pengadaan barang yang dilakukan oleh CV. Mas Ayu Lestari dengan pihak usaha dagang di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

BAB V: PENUTUP

Bab ini adalah bagian terakhir yang merupakan kesimpulan dari jawaban permasalahan dan saran dari penulisan ini untuk pihak- pihak yang terkait dalam perjanjian.

G. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Perjanjian Pengadaan Pupuk Dari Pihak Distributor Kepada Usaha Dagang Di Daerah Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara”.Berdasarkan pengamatan dan pengecekan judul di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, materi yang dibahas dalam penulisan skripsi ini belum pernah dijadikan judul maupun dibahas dalam skripsi yang sudah ada lebih dulu. Judul skripsi benar merupakan hasil dari

(28)

pemikiran penulis dengan mengambil panduan dari buku-buku, dan sumber lain yang berkaitan dengan judul dari skripsi penulis, ditambah sumber riset dari lapangan.

(29)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN

A. Pengertian Umum Perjanjian dan Asas-Asas Perjanjian A.1 Pengertian Umum Perjanjian

Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda overeenkomst dan verbintenis.Perjanjian merupakan terjemahan dari Toestemming yang ditafsirkan

sebagai wilsovereenstemming (persesuaian kehendak/kata sepakat). Pengertian perjanjian ini mengandung unsur perbuatan, satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih dan mengikatkan dirinya.21

Perjanjian adalah suatu peristiwa ketika seorang berjanji kepada orang lain kepada orang lain atau ketika orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dalam perjanjian ini timbul suatu hubungan hukum antara dua orang tersebut/perikatan.Perjanjian ini sifatnya konkret.22

Jika kita perhatikan dengan saksama, rumusan yang diberikan dalam Pasal 1313 KUH Perdata tersebut ternyata menegaskan kembali bahwa perjanjian mengkibatkan seseorang mengikatkan dirinya terdapat orang lain. Ini berarti dari

Dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) pada Pasal 1313 telah diatur definisi perjanjian, yaitu “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

21Tinjauan Pustaka, Tinjauan Umum Perjanjian Pengertian Perjanjian, http://digilib.unila.ac.id/3208/12/BAB%20II.pdf,hlm. 1 di akses pada tanggal 20 september 2016

22 Lukman Santoso, Hukum Perjanjian Kontrak: Panduan Memahami Hukum Perikatan

& Penerapan Surat Perjanjian Kontrak, Penerbit Cakrawala, Yogyakarta, 2012, hlm. 8

(30)

suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu atau lebih orang (pihak) kepada satu atau lebih orang (pihak) lainnya, yang berhak atas prestasi tersebut.

Rumusan tersebut memberikan konsekuensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak, di mana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi (debitor) dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut (kreditor). Masing-masing pihak tersebut dapat terdiri dari satu atau lebih orang, bahkan dengan berkembangnya ilmu hukum, pihak tersebut dapat juga terdiri dari satu atau lebih badan hukum.23

Menurut Van Dunne, yang diartikan dengan perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.24

Hal – hal yang diperjanjikan adalah :25

1. Perjanjian memberi atau menyerahkan sesuatu barang (misal : jual beli, tukar, sewa, hibah dan lain-lain)

2. Perjanjian berbuat sesuatu ( misal : perjanjian perburuhan dan lain-lain) 3. Perjanjian tidak berbuat sesuatu (misal: tidak membuat tembok yang

tinggi-tinggi, dan lain sebagainya).

A.2 Asas-Asas Perjanjian

Jika diperhatikan rumusan dan pengertian yang telah dijelaskan di atas, semua hal tersebut menunjukkan bahwa perjanjian dibuat dengan pengetahuan,

23Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Perikatan: Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 92

24Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm.

161

25Lukman Santoso, Op. Cit., hlm. 12

(31)

dan kehendak bersama dari para pihak, dengan tujuan untuk menciptakan ataumelahirkan kewajiban pada salah satu atau kedua belah pihak yang membuat perjanjian tersebut.26

Dalam rangka menciptakan keseimbangan dan memelihara hak-hak yang dimiliki oleh para pihak sebelum perjanjian yang dibuat menjadi perikatan yang mengikat bagi para pihak, oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diberikan berbagai asas umum, yang merupakan pedoman atau patokan, serta menjadikan batas atau rambu dalam mengatur dan membentuk perjanjian yang akan dibuat hingga pada akhirnya menjadi perikatan yang berlaku bagi para pihak, yang dapat dipaksakan pelaksanaan atau pemenuhannya.27

1) Asas Kebebasan Berkontrak

Di dalam hukum perjanjian dikenal lima asas penting, yaitu asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme (kesepakatan), asas pacta sunt servanda (kepastian hukum), asas itikad baik, dan asas personalia (kepribadian).

Asas kebebasan berkontrak dapat disimpulkan dari pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menentukan “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Dengan menekankan kata “semua”, pasal tersebut seolah-olah berisikan suatu pernyataan kepada masyarakat bahwa setiap orang diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja (tentang apa saja), dan perjanjian itu akan mengikat mereka

26Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op. Cit., hlm. 14

27Ibid.

(32)

yang membuatnya seperti suatu Undang-Undang. Jadi dalam hal perjanjian, para pihak diperbolehkan membuat Undnag-Undang bagi para pihak itu sendiri.28

Artinya, pihak-pihak bebas untuk membuat perjanjian apa saja, baik yang sudah ada pengaturannya maupun yang belum ada pengaturannya dan bebas menentukan sendiri isi perjanjian itu. Namun, kebebasan tersebut tidak mutlak karena terdapat pembatasannya, yaitu tidak boleh bertentangan dengan undang- undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.29

2) Asas Konsensualisme (Kesepakatan)

Asas ini memperlihatkan bahwa pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat secara lisan antara dua atau lebih orang telah mengikat, dan karenanya telah melahirkan kewajiban bagi salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut, segera setelah orang-orang tersebut mencapai kesepakatan atau consensus, meskipun kesepakatan tersebut telah dicapai secara lisan semata-mata.

Walau demikian, untuk menjaga kepentingan pihak debitor (atau yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi) diadakanlah bentuk-bentuk formalitas, atau dipersyaratkan adanya suatu tindakan nyata tertentu.30

Asas konsensualisme dapat disimpulkan melalui Pasal 1320 ayat 1 BW.Bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kesepakatan kedua belah pihak.Dengan adanya kesepakatan oleh para pihak, jelas melahirkan hak dan kewajiban bagi mereka atau biasa juga disebut bahwa kontrak tersebut telah

28Komariah, Hukum Perdata Edisi Revisi Cetakan Keempat, Penerbit UMM Press, Malang, 2010, hlm. 173

29 Lukman Santoso, Op. Cit., hlm. 10

30Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op. Cit., hlm. 34

(33)

bersifat obligatoir yakni melahirkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi kontrak tersebut.31

Asas konsensualitas adalah ketentuan umum yang melahirkan perjanjian konsensuil.Sebagai pengecualian dikenallah perjanjian formil dan perjanjian riil, oleh karena dalam kedua jenis perjanjian yang disebut ini kesepakatan saja belum mengikat pada pihak yang berjanji.32

3) Asas Pacta Sunt Servanda (Asas Kepastian Hukum)

Sehingga mensyaratkan adanya penyerahan atau memenuhi bentuk tertentu yang disyaratkan oleh undang-undang.Perjanjian formil adalah perjanjian yang telah ditentukan bentuknya yaitu tertulis atau akta autentik dan akta di bawah tangan. Sedangkan perjanjian riil yaitu perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan secara nyata atau kontan.

Asas yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Artinya masing-masing pihak dalam perjanjian tersebut harus menghormati dan melaksanakan isi perjanjian, serta tidak boleh melakukan perbuatan yang bertentangan dengan isi perjanjian.Isi perjanjian yang mengikat tersebut berlaku sebagai Undang-Undang (Undang-Undang dalam arti konkrit) bagi mereka yang membuatnya.33

31 Damang, Asas-Asas Perjanjian, http://www.negarahukum.com/hukum/asas-asas- perjanjian.html, di akses pada tanggal 20 september 2016

32Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op. Cit., hlm. 36

33Komariah, Op. Cit., hlm. 174

(34)

Dalam hal salah satu pihak dalam perjanjian tidak melaksanakannya, maka pihak lain dalam perjanjian berhak untuk memaksakan pelaksanaannya melalui mekanisme dan jalur hukum yang berlaku.34

4) Asas Itikad Baik

Ketentuan mengenai asas ini terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menyatakan bahwa “Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.

Rumusan tersebut memberikan arti bahwa sebagai sesuatu yang disepakati dan disetujui oleh para pihak, pelaksanaan prestasi dalam tiap-tiap perjanjian harus dihormati sepenuhnya, sesuai dengan kehendak para pihak pada saat perjanjian ditutup.

5) Asas Personalia (Kepribadian)

Asas ini diatur dalam ketentuan Pasal 1315 KUH Perdata, yang berbunyi

“Pada umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya sendiri”. Dari rumusan tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai individu, subyek hukum pribadi, hanya akan berlaku dan mengikat untuk dirinya sendiri.35

34Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op. Cit., hlm. 59

35Ibid., hlm. 15

Pasal 1315 juga menunjuk pada kewenangan bertindak dari seorang yang membuat atau mengadakan perjanjian.

(35)

Pada umumnya sesuai dengan asas personalia, yang diberikan dalam Pasal 1315 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, masalah kewenangan bertindak seseorang sebagai individu dapat kita bedakan ke dalam :36

a) Untuk dan atas namanya serta bagi kepentingannya sendiri. Dalam hal ini ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata berlaku baginya secara pribadi

b) Sebagai wakil dari pihak tertentu, dapat dibedakan dalam :

1. Yang merupakan suatu badan hukum di mana orang perorangan tersebut bertindak dalam kapasitasnya selaku yang berhak dan berwenang umtuk mengikat badan hukum tersebut dengan pihak ketiga

2. Yang merupakan perwakilan yang ditetapkan oleh hukum, misalnya dalam bentuk kekuasaan orang tua, wali dari anak di bawah umur, dan kewenangan kurator untuk mengurus harta pailit.

c) Sebagai kuasa dari orang atau pihak yang memberikan kuasa. Dalam hal ini berlaku ketentuan yang diatur dalam Bab XVI Buku III KUH Perdata, mulai Pasal 1792 hingga Pasal 1819 KUH Perdata.

B. Jenis-Jenis dan Syarat Terjadinya Perjanjian Menurut Hukum Perdata B.1 Jenis-Jenis Perjanjian

Perjanjian terdiri dari dua macam, yaitu perjanjian yang obligatoir dan perjanjian yang non-obligatoir.

1) Perjanjian Obligatoir yaitu suatu perjanjian dimana mengharuskan/

mewajibkan seseorang membayar atau menyerahkan sesuatu.

36Ibid., hlm. 17

(36)

Misalnya :

a) Pembeli wajib menyerahkan harga barang b) Penjual wajib menyerahkan barang c) Majikan harus membayar upah.

Menurut Komariah, perjanjian obligatoir ada beberapa macam, yaitu :37 1) Dari segi prestasi, perjanjian dapat dibedakan dalam :

a. Perjanjian sepihak, ialah perjanjian yang hanya ada kewajiban pada satu pihak, dan hanya ada hak pada pihak lain.

Contoh : Perjanjian hibah, perjanjian pinjam pakai.

b. Perjanjian timbal balik, ialah perjanjian dimana hak dan kewajiban ada pada kedua belah pihak. Jadi pihak yang berkewajiban melakukan suatu prestasi juga berhak menuntut suatu kontra prestasi.

2) Dari segi pembebanan, perjanjian dapat dibedakan dalam :

a. Perjanjian cuma-cuma, ialah perjanjian dalam mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak lain dengan tiada mendapatkan nikmat daripadanya.

Contoh : Perjanjian hibah.

b. Perjanjian atas beban, ialah perjanjian yang mewajibkan masing-masing pihak memberikan prestasi (memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu).

Contoh : Jual beli, sewa menyewa.

37Komariah, Op. Cit., hlm. 170

(37)

3) Dari segi kesepakatan, perjanjian dapat dibedakan dalam :

a. Perjanjian konsensuil, ialah perjanjian yang mengikat sejak adanya kesepakatan (konsensus) dari kedua belah pihak. Jadi perjanjian lahir sejak detik tercapainya kata sepakat dari kedua belah pihak.

Contoh : Perjanjian jual beli dan perjanjian sewa menyewa

b. Perjanjian riil, ialah perjanjian yang mengikat jika disertai dengan perbuatan/tindakan nyata. Jadi dengan kata sepakat saja, perjanjian tersebut belum mengikat kedua belah pihak.

Contoh : Perjanjian penitipan barang dan perjanjian pinjam pakai

c. Perjanjian formil, ialah perjanjian yang terikat pada bentuk tertentu, jadi bentuknya harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Jika bentuk perjanjian tersebut tidak sesuai dengan ketentuan, maka perjanjian tersebut tidak sah.

Contoh : Jual beli tanah harus dengan akte PPAT dan pendirian Perseroan Terbatas harus dengan Akte Notaris.

4) Dari segi penamaan, dapat dibedakan dalam :

a. Perjanjian bernama (nominaat), ialah perjanjian khusus yang diatur dan disebutkan dalam KUH Perdata buku III Bab V s/d Bab XVII dan dalam KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang).

Contoh : Perjanjian jual beli, sewa menyewa, penitipan barang, pinjam pakai, asuransi, dan perjanjian pengangkutan.

b. Perjanjian tak bernama (innominaat), ialah perjanjian yang tidak diatur dan tidak disebutkan dalam KUH Perdata maupan KUHD.

(38)

Contoh : Perjanjian waralaba (franchise) dan perjanjian sewa guna usaha (leasing).

c. Perjanjian campuran, ialah perjanjian yang mengandung berbagai unsur dari berbagai perjanjian.

Contoh : Perjanjian sewa beli (gabungan dari perjanjian sewa menyewa dan jual beli).

Selain dilihat dari empat pembagian perjanjian tersebut, perjanjian juga dapat dibedakan dari segi :38

1. Dari segi hasil perjanjian, perjanjian dapat dibedakan dalam :

a. Perjanjian comutatif atau perjanjian membalas (vergeldende overeenkomst), yaitu perjanjian di mana terdapat keuntungan yang

dinikmati oleh yang berhak atau atas nama yang menjanjikan prestasi itu.

b. Perjanjian aleatoir seperti perjanjian asuransi atau perjanjian untung- untungan (kansovereenkomst), yaitu perjanjian dalam mana terhadap suatu prestasi yang dijanjikan dengan atau tanpa syarat, terdapat hanya suatu keuntungan dengan syarat, sedangkan dipenuhinya syarat itu tidak bergantung pada pokok-pokok yang bersangkutan, sedangkan perjanjian- perjanjian itu diadakan justru berhubungan dengan kemungkinan dipenuhinya syarat itu.

2. Dari segi pokok kelanjutan, perjanjian dapat dibedakan dalam :

38C.S.T Kansil dan Christine S.T. Kansil, Modul Hukum Perdata Termasuk Asas-Asas Hukum Perdata, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hlm. 207

(39)

a. Perjanjian principal (dalam perjanjian jual beli, ialah untuk menyerahkan barang perjanjian jual beli)

b. Perjanjian accessoir, yaitu perjanjian untuk menjamin cacat tersembunyi, perjanjian hipotik, perjanjian gadai, perjanjian penanggungan (borgtocht); dan penyerahan hak millik atas kepercayaan.

3. Dari urutan utama, perjanjian dapat dibedakan dalam :

a. Perjanjian primair, maksudnya perjanjian utama atau pokok

b. Perjanjian secundair, maksudnya menggantikan perjanjian yang asli (oorspronkelijk), apabila ini tak dipenuhi, umpama pembayaran ganti kerugian.

4. Dari segi pengaturannya, perjanjian dapat dibedakan dalam : a. Perjanjian yang lahir dari Undang-Undang

b. Perjanjian yang lahir dari persetujuan

5. Dari segi luas lingkungan, perjanjian dapat dibedakan dalam :

a. Perjanjian dalam arti sempit, ialah yang terjadi dengan kesepakatan perjanjian.

b. Perjanjian dalam arti luas, ialah termasuk juga yang terjadi dengan tanpa kesepakatan.

2) Perjanjian Non-obligatoir yaitu perjanjian yang tidak mengharuskan seseorang membayar atau menyerahkan sesuatu.

Perjanjian non Obligatoir ada beberapa macam, yaitu39

39Komariah, Op. Cit, hlm. 170

:

(40)

a. Zakelijk overeenkomst, ialah perjanjian yang menetapkan dipindahkannya suatu hak dari seseorang kepada orang lain. Jadi obyek perjanjian adalah hak.

Contoh : Balik nama hak atas tanah.

b. Bevifs overeenkomst atau procesrechtelijk overeenkomst, ialah perjanjian untuk membuktikan sesuatu. Perjanjian ini umumnya ditujukan pada hakim, tak terjadi perselisihan, supaya memakai alat bukti yang menyimpang dari apa yang ditentukan oleh Undang-Undang.

c. Liberatoir overeenkomst, ialah perjanjian dimana seseorang membebaskan pihak lain dari suatu kewajiban.

Misalnya : A berhutang kepada B sebanyak Rp 1.000.000,-. B mengadakan perjanjian liberatoir liberatoir yakni mulai sekarang A tidak usah membayar utang Rp 1.000.000,- tersebut.

a. Vaststelling overeenkomst, ialah perjanjian untuk mengakhiri keraguan mengenai isi dan luas perhubungan hukum antara kedua belah pihak.

Contoh : Dading yaitu perjanjian antara kedua belah pihak untuk mengakhiri perselisihan yang ada di muka pengadilan.

B.2 Syarat Terjadinya Perjanjian Menurut Hukum Perdata

Sebuah perjanjian yang baik semestinya memberikan rasa aman dan menguntungkan masing-masing pihak. Agar sebuah perjanjian aman dan

(41)

menguntungkan bagi kedua belah pihak, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan sebelum menandatangani sebuah perjanjian, yaitu40

1. Memahami syarat-syarat pokok sahnya sebuah perjanjian;

:

2. Substansi pasal-pasal yang diatur di dalamnya jelas dan konkrit;

3. Mengikuti prosedur/tahapan dalam menyusun kontrak.

Suatu perjanjian dinyatakan sah, apabila dipenuhi 4 (empat) syarat seperti yang ditegaskan oleh Pasal 1320 KUH Perdata, yang berbunyi :

“Untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat : 1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal”.

Keempat unsur tersebut selanjutnya, dalam doktrin ilmu hukum yang berkembang digolongkan ke dalam :

1) Dua unsur pokok yang menyangkut subjek (pihak) yang mengadakan perjanjian (unsur subjektif), dan

2) Dua unsur pokok lainnya yang berhubungan langsung dengan objek perjanjian (unsur objektif).

Unsur subjektif mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari para pihak yang berjanji dan kecakapan dari pihak-pihak yang melaksanakan perjanjian.Sedangkan unsur objektif meliputi keberadaan dari pokok persoalan yang merupakan objek yang diperjanjikan, dan causa dari objek yang berupa

40Lukman Santoso, Op. Cit., hlm. 26

(42)

prestasi yang disepakati untuk dilaksanakan tersebut haruslah sesuatu yang tidak dilarang atau diperkenankan menurut hukum.41

1. Syarat Kesepakatan

Tidak terpenuhinya salah satu syarat tersebut menyebabkan cacat dalam perjanjian dan perjanjian tersebut diancam dengan kebatalan, baik dalam bentuk dapat dibatalkan (pelanggaran terhadap unsur subjektif) maupun batal demi hukum (dalam hal tidak terpenuhinya unsur objektif).

Syarat mengenai kesepakatan mereka yang mengikatkan diri terjadi secara bebas atau dengan kebebasan.

Kesepakatan dalam perjanjian merupakan perwujudan dari kehendak dua atau lebih pihak dalam perjanjian mengnenai apa yang mereka kehendaki untuk dilaksanakan, bagaimana cara melaksanakannya, kapan harus dilaksanakan, dan siapa yang harus melaksanakan.42

Suatu perjanjian dikatakan tidak memuat unsur kebebasan bersepakat, apabila menganut salah satu dari tiga unsur ini43

a. Unsur paksaan (dwang),

:

b. Unsur kekeliruan (dwaling), c. Unsur penipuan (bedrog).

2. Syarat Kecakapan (cakap hukum)

41Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op. Cit., hlm. 94

42Ibid., hlm. 95

43C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil, Op. Cit., hlm 224

(43)

Adanya kecakapan untuk berbuat merupakan syarat kedua sahnya perjanjian.

Kecakapan bertindak ini dalam banyak hal berhubungan dengan masalah kewenangan bertindak dalam hukum.Meskipun kedua hal tersebut secara prinsipil berbeda, namun dalam membahas masalah kecakapan bertindak yang melahirkan suatu perjanjian yang sah, maka masalah kewenangan untuk bertindak juga tidak dapat dilupakan.44

1) Orang-orang yang belum dewasa

Hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan ini diatur dalam Pasal 1329 sampai dengan Pasal 1331 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Seseorang dikatakan cakap hukum apabila seorang laki-laki atau wanita telah berumur minimal 21 tahun, atau bagi seorang laki-laki apabila belum berumur 21 tahun telah melangsungkan pernikahan.

Sebagai lawan dari cakap hukum (syarat kecakapan) ialah tidak cakap hukum dan hal ini diatur dalam Pasal 1330 KUH Perdata yang menyatakan:

“Tak cakap untuk membuat perjanian adalah :

2) Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan (curatele)

3) Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang- undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.”

3. Syarat Suatu Hal Tertentu

Suatu hal tertentu merupakan syarat ketiga dalam sahnya suatu perjanjian berdasarkan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

44Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op. Cit., hlm. 127

(44)

Ketentuan untuk hal tertentu ini menyangkut objek hukum atau mengenai bendanya.

Hal tertentu mengenai objek hukum benda itu oleh pihak-pihak ditegaskan di dalam perjanjian mengenai :45

a) Jenis barang

b) Kualitas dan mutu barang

c) Buatan pabrik dan dari negara mana d) Buatan tahun berapa

e) Warna barang

f) Ciri khusus barang tersebut g) Jumlah barang

h) Uruaian lebih lanjut mengenai barang itu.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menjelaskan maksud hal tertentu dalam Pasal 1333 KUH Perdata, yang menyatakan :

“Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya.

Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja jumlah itu terkemudian dapat ditentukan atau dihitung”.

4. Syarat Suatu Sebab yang Halal

Sebab yang halal diatur dalam Pasal 1335 hingga Pasal 1337 KUH Perdata. Pasal 1335 KUH Perdata menyatakan :

“Suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan”.

45C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil, Op. Cit., hlm. 227

(45)

Dalam Pasal 1335 KUH Perdata, dijelaskan bahwa yang disebut dengan sebab yang halal adalah46

1) Bukan tanpa sebab;

:

2) Bukan sebab yang palsu;

3) Bukan sebab yang terlarang.

Barang-barang yang tidak boleh menjadi objek perjanjian adalah47

a) Barang-barang di luar perdagangan, misalnya senjata resmi yang dipakai negara.

:

b) Barang-barang yang dilarang oleh Undang-Undang, misalnya narkotika.

c) Warisan yang belum terbuka.

C. Dasar Hukum Pembentukan Perjanjian

Dalam melaksanakan sebuah perjanjian, harus memiliki dasar hukum yang yang jelas dan mudah dimengerti.Banyak ditemukan sekarang ini perjanjian yang tidak memiliki dasar hukum yang jelas dan mudah dimengerti.Perjanjian pengadaan barang memiliki dasar hukum yang digunakan sebuah perjanjian yang dibuat pada umumnya.

Untuk menciptakan keseimbangan dan memelihara hak - hak yang dimiliki oleh para pihak sebelum perjanjian yang dibuat menjadi perikatan yang mengikat bagi para pihak, oleh KUH Perdata diberikan berbagai asas umum, yang

46Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op. Cit., hlm. 161

47Komariah, Op. Cit., hlm. 176

(46)

merupakan pedoman atau patokan, serta menjadikan batas atau rambu dalam mengatur dan membentuk perjanjian yang akan dibuat hingga pada akhirnya menjadi perikatan yang berlaku bagi para pihak, yang dapat dipaksakan pelaksanaan atau pemenuhannya.

Adapun yang menjadi dasar hukum dari perjanjian ini antara lain Buku ke Tiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang perikatan, Bab I sampai dengan Bab XVIII. Salah satunya terdapat dalam Pasal 1313 KUHPerdata mengenai definisi perjanjian yaitu “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

KUH Perdata tidak menyebutkan secara eksplisit kapan suatu kontrak mulai berlaku dan bagaimana tahap-tahap terjadinya kontrak. Pasal 1320 KUH Perdata hanya menyatakan kontrak ekses berdasarkan konsensus para pihak dan tidak memberikan penjelasan rinci kapan suatu kontrak mulai ekses setelah melalui tahapan-tahapan pembentukannya lahirnya suatu kontrak menimbulkan hubungan hokum perikatan dalam bentuk hak dan kewajiban.

Untuk menyusun suatu kontrak yang baik dan fungsional, diperlukan persiapan atau perencanaan yang sungguh-sungguh, matang dan melalui diskusi atau pembicaraan awal yang tidak mengikat.Para pihak yang terlibat dalam kontrak harus menyiapkan waktu khusus yang dianggap cukup untuk membicarakan maksud dan tujuan kontrak dengan bahasa yang mudah dipahami para pihak.

(47)

Tahapan penyusunan kontrak biasanya dilakukan dalam tiga tahap,yaitu :48 1. Tahapan pra- penyusunan kontrak

Sebelum suatu kontrak disusun, para pihak perlu memperhatikan hal-hal menyangkut catatan awal. Resume pembicaraan awal, dan pokok-pokok yang telah dijadikan dan terdapat titik temu dalam negosiasi (perundingan).

Mengingat pra-penyusunan kontrak merupakan landasan kontrak final maka setiap kesepakatan ada baiknya dituangkan dalam notulensi atau catatan suatu pertemuan yang secara resmi disepakati oleh para pihak dalam suatu pertemuan tersebut.

Negosiasi merupakan sarana bagi para untuk mengadakan komunikasi dua arah yang dirancang demi mencapai kesepakatan sebagai akibat adanya perbedaan pandangan atau tafsir terhadap suatu hal yang berkaitan dengan kerangka kontrak.

Biasanya saat negosiasi inilah masing-masing pihak melemparkan penawarannya terhadap yang lain hingga tercapai kesepakatan. Dalam praktik, proses negosiasi ini ada kalanya singkat dan langsung masuk pada intisari yang diperjuangkan (contoh dalam pengadaan barang/jasa pemerintah proses negosiasi disini hanya tersedia pada paket pekerjaan jasa konsultansi yaitu pada tahapan klarifikasi dan negosiasiyang dilakukan terhadap dokumen teknis dan harga)

Demi suksesnya proses negosiasi maka para pihak perlu memiliki persiapan yang matang menyangkut hal-hal berikut:

a. Menguasai konsep atau rancangan kontrak bisnis atau untuk subjek yang akan diperjanjikan;

48Dasar hukum kontrak, http://ngomongtok.blogspot.co.id/2016/09/dasar-dasar-hukum- kontrak.html diakses pada tanggal 20 september 2016

(48)

b. Menguasai peraturan perundang-undangan yang melingkupi apa yang diperjanjikan;

c. Mengidentifikasi poin poin yang berpotensi menjadi masalah;

d. Percaya diri dan tidak mudah menyerah.

2. Tahapan penyusunan kontrak

Menyusun suatu kontrak merupakan ketelitian dan kejelian dari para pihak maupun para notaris atau pejabat lainnya. Karena apabila keliru merumuskan nama dan data pokok, kontrak itu mungkin menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaannya di kemudian hari. Pada umumnya, dikenal lima fase dalam penyusunan kontrak di Indonesia sebagai berikut:

a. Membuat konsep (draft) pertama;

b. Saling menukar konsep (draft) kontrak;

c. Lakukan revisi;

d. Lakukan penyelesaian akhir;

e. Menandatangani kontrak oleh masing-masing pihak.

Jika kontrak sudah ditandatangani, berarti penyusunan sudah selesai dan tinggal pelaksanaannya di lapangan.Untuk memahami isi kontrak secara sempurna ada baiknya para pihak mengetahui bagaimana konsep dasar atau struktur kontrak berikut unsur unsur pokok yang harus ada yang disebut anatomi kontrak.Hal ini layaknya menguraikan suatu pohon, dengan jenis pohon, akar, batang, dan daunnya harus diketahui dengan jelas.Pada dasarnya, susunan dan anatomi kontrak dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu pendahuluan, isi dan penutup.

(49)

3. Tahapan pasca penanda tanganan kontrak

Ketika kontrak telah selesai ditandatangani oleh para pihak, bukan berarti segala isi kontrak dapat berlaku secara mulus.Hal ini terutama jia menyangkut kontrak berskala besar yang dalam pelaksanaann kontraknya terdapat atau dijumpai rumusan isi kontrak yang kurang teliti, terjadi perubahan politik, atau kejadian lainnnya yang erat dengan isi kontrak dimaksud.Biasanya, hal itu terjadi dalam pemenuhan kewajiban yang tidak dapat ditetapi tepat waktu atau tepat jumlah karena alasan yang masuk akal.Bisa juga terjadi karena ada penafsiran yang berbeda terhadap rumusan isi kontrak oleh para pihak karena ada kontrak yang telah disusun dan ditandatangani ada hal yang tidak jelas atau tidak lengkap sehingga memerlukan penafsiran.

Untuk mengatasi masalah pelaksanaan kontrak, dapat ditempuh dengan cara memberitahukan kepada pihak yang dirugikan secara tertulis atau secara lisan agar isi kontrak ditafsir ulang dan penafsiran tersebut mengikat kedua belah pihak yang biasanya di rumuskan dalam tambahan kontrak atau biasa disebut addendum. Addendum dirumuskan secara musyawarah dan merupakan bagian yang mengikat dan saling melengkapi dengan kontrak induk.Pelaksanaan suatu kontrak dapat juga tergantung apabila masa pelaksanaannya terjadi hal-hal yang digolongkan keadaan memaksa atau biasa disebut “force majeure”.

Ketentuan keadaan memaksa diatur dalam Pasal 1244 KUH Perdata disebutkan jika ada alasan untuk itu, debitur harus dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga apabila ia tidak dapat membuktikan bahwa hal tidak atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan karena suatu hal yang

(50)

tidak terduga, pun tak dapat dipertanggung jawabkan padanya, kesemuanya itu pun jika itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya. Selanjutnya Pasal 1245 KUH Perdata diatur lebih lanjut, tidak ada pengganti biaya, kerugian dan bunga, bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang tersedia secara kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat suatu yang diwajibkan, atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang.

Keadaan memaksa (force majeure) ini sebenarnya merupakan klausul dalam kontrak yang terkadang tidak dirumuskan dalam isi kontrak.Alasan keadaan memaksa tidak terjadi begitu saja, tetapi memerlukan pembuktian secara hukum, kecuali untuk hal-hal faktual yang tidak dapat dipungkiri.

Referensi

Dokumen terkait

pengaruh yang signifikan customer shariah relationship marketing terhadap.. nilai nasabah, sehingga hipotesia H1

Bab ini menjelaskan secara detail mengenai skema aliran fluida di sekitar dua silinder side-by-side, penyelesaian persamaan Navier-Stokes menggunakan algoritma

Valitsin tutkimukseen kolme henkilöä koepelaajiksi. Kuvaan seuraavassa heidän koke- mustaan peleistä ja tiivistän tiedot taulukkoon 2. Pelaaja 1 on koepelaajakolmikosta vä-

Berdasarkan uraian dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan lansia berdasarkan assurance terhadap pelayanan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Rumoh Seujahtera

Persamaan kuadrat adalah suatu persamaan dengan satu variabel yang mempunyai pangkat bulat positif dan pangkat tertinggi dari variabel adalah duaa. Penyelesaian persamaan

Pedoman observasi yang digunakan dibagi menjadi 3 bagian yaitu: (a) observasi tindak mengajar yang berkaitan dengan metode yang digunakan guru dalam mengajar,

Spesifikasi Gedung dipergunakan untuk mengetahui spesifikasi beban yang akan dilayani, beban apa saja disetiap ruang yang berada disebuah gedung tersebut., sehingga kita

6.    Model Sistem Proteksi Fisik Bahan dan Fasilitas Nuklir Gambar 8 :  Model Sistem Proteksi Fisik Bahan dan Fasilitas Nuklir   Kajian Ancaman