• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN SELF EFFICACY SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN GEOGEBRA DI SD NEGERI 064036 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN SELF EFFICACY SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN GEOGEBRA DI SD NEGERI 064036 MEDAN."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN SELF EFFICACY SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN GEOGEBRA DI SD NEGERI 064036 MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

ERMANSYAH NIM. 8146182009

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

ERMANSYAH. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Self Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Berbantuan Geogebra di SD Negeri 064036 Medan. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016

Kata Kunci: Kemampuan pemecahan masalah matematik, Self Efficacy siswa, Pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray, dan GeoGebra .

(6)

ii ABSTRACT

ERMANSYAH. The Increased Mathematical Problem Solving Ability and Self Efficacy Through Cooperative Learning Type Two Stay Two Stray Assisted Geogebra of SD Negeri 064036 Medan. Thesis. Medan: Basic Education Postgraduate Program, State University of Medan, 2016 Keywords: Mathematical Problem Solving Ability, Self-Efficacy, coopearive

learning type two stay two stray, and GeoGebra.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Self Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Berbantuan Geogebra di SD Negeri 064036 Medan”. Dalam proses penyusunan tesis terdapat beberapa hal yang harus dilalui, diantaranya menghadapi kendala dan keterbatasan serta bimbingan dan arahan yang terwujud dalam motivasi berbagai pihak, sehingga keterbatasan dan kekurangan dapat teratasi dengan baik.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka yang telah berjasa, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku dosen pembibing I dan I Dr. Deny Setiawan, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis.

2. Dr. KMS. Amin Fauzi, M.Pd., Dr. Edy Surya, M.Si dan Dr. Evi Eviyanti, M.Pd selaku dosen Narasumber yang memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

(8)

iv

4. Direktur, Asisten Direktur I, Asisten Direktur II, beserta staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini

5. Kepala Sekolah dan Guru-guru SD Negeri 064036 Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.

6. Semua pihak serta rekan-rekan satu angkatan dari Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam menyelesaikan tesis ini.

Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya pendidikan matematika. Untuk itu, penulis masih mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, April 2016 Penulis,

(9)

v

2.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 22

2.3 Self Efficacy ... 25

2.4 Proses Jawaban Siswa ... 31

2.5 Model Pembelajaran Kooperatif ... 32

2.6 Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray ... 35

2.7 Pembelajaran Konvensional ... 40

2.8 Media Software GeoGebra ... 43

2.9 Teori Yang Mendukung ... 48

2.10Penelitian yang Relevan ... 52

2.11KerangkaKonseptual ... 53

(10)

vi

BAB III METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian ... 60

3.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 60

3.3Populasi dan Sampel Penelitian ... 61

3.4Prosedur Penelitian ... 61

3.5Desain Penelitian ... 65

3.6Variabel Penelitian ... 67

3.7Instrumen Penelitian ... 67

3.7.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa ... 68

3.7.2 Angket Self Efficacy ... 71

4.1.5 Analisis Proses Penyelesaian Masalah Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Matematik ... 105

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 124

4.2.1 Faktor Pembelajaran ... 124

4.2.2 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 127

4.2.3 Peningkatan Self efficacy Siswa ... 130

(11)

vii

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 134

5.2 Implikasi ... 135

5.2 Saran ... 136

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 5

Gambar 1.2 Jawaban Siswa 1 ... 6

Gambar. 1.3 Jawaban Siswa 2 ... 6

Gambar 2.1 Tampilan Awal Geogebra ... 45

Gambar 2.2 Tampilan Layar Kerja Geogebra ... 45

Gambar 3.1 Diagram Alur Prosedur Penelitian ... 64

Gambar 4.1 Jawaban Siswa Butir soal 1 Kelas Eksperimen ... 108

Gambar 4.2 Jawaban Siswa Butir Soal 1 Kelas Kontrol ... 110

Gambar 4.3. Jawaban Siswa Butir Soal 2 Kelas Eksperimen ... 112

Gambar 4.4. Jawaban Siswa Butir Soal 2 Kelas Kontrol ... 114

Gambar 4.5. Jawaban Siswa Butir Soal 3 Kelas Eksperimen ... 116

Gambar 4.6. Jawaban Siswa Butir Soal 3 Kelas Kontrol ... 118

Gambar 4.7. Jawaban Siswa Butir Soal 4 Kelas Ekpserimen ...120

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (pasal 1 ayat 1 UU sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003).

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (pasal 19 ayat 1 PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan).

Dengan demikian pendidikan itu sangat penting karena dapat meningkatkan kualitas manusia. Dengan meningkatnya kualitas manusia suatu bangsa, maka negara tersebut akan maju. Dalam dunia pendidikan banyak pelajaran yang harus dipelajari oleh setiap siswa, salah satunya adalah mata pelajaran matematika.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Hal ini sejalan dengan penjelasan BSNP dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

(14)

2

disiplin dan memajukan kemampuan berpikir manusia (Depdiknas, 2006). Dengan demikian matematika perlu diberikan kepada semua orang, karena dapat mengembangkan dan melatih kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis dan kreatif.

Selain itu pentingnya matematika untuk dipelajari diungkapkan oleh Cornelius (dalam Aburrahman, 2012:253), ”Lima alasan perlunya belajar matematika meliputi: (1) sarana berpikir yang jelas dan logis; (2) sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman; (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas; dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.

Hal ini sejalan dengan National Council of Teacher of Mathematics atau NCTM (2000), kemampuan matematik yaitu: (1) komunikasi matematik (mathematical communication); (2) penalaran matematik (mathematical reasoning); (3) pemecahan masalah matematik (mathematical problem solving); (4) koneksi matematik (mathematical connections); (5) sikap positif matematis (positive attitudes toward mathematics).

(15)

3

Kemampuan pemecahan masalah matematik adalah suatu kemampuan dalam pembelajaran matematika yang bertujuan untuk menyelesaikan soal non rutin. kemampuan ini memiliki empat indikator yaitu; memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melakukan penyelesaian masalah, memeriksa kembali.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematik dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan pada suatu masalah, baik masalah yang mudah ataupun yang sulit, dan kita dituntut untuk mampu menyelesaikannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Wardhani (2010:7) mengungkapkan bahwa, “salah satu kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa dalam belajar matematika adalah kemampuan memecahkan masalah, alasanya adalah adanya fakta bahwa orang yang mampu memecahkan masalah akan hidup dengan produktif dalam abad dua puluh satu ini, sebab ia akan mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif, dan memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global”. Ungkapan tersebut menggambarkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik sangat dibutuhkan sebagai bekal untuk hidup produktif di zaman sekarang ini.

(16)

4

penting dalam pembelajaran matematika tersebut, seperti halnya peran jantung bagi tubuh seorang manusia.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik merupakan salah satu kemampuan yang penting dimiliki oleh siswa. Menurut Polya (dalam Ramadhani, 2015:5), dalam proses pembelajaran, untuk melatih kemampuan pemecahan masalah matematika hendaknya siswa dibiasakan untuk selalu memahami masalah matematik,merencanakan penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah sesuai rencana dan melakukan pengecekan. Dalam memahami masalah, siswa dibimbing untuk menentukan unsur yang diketahui dan yang ditanya dari masalah yang diajukan, kemudian membimbing siswa menemukan berbagai strategi penyelesainnya misalnya dengan coba-coba, menemukan pola, dengan menggunakan tabel, dan sebagainya, lalu melaksanakan strategi itu dan diakhiri dengan mengecek kembali jawaban yang telah dibuat.

(17)

5

Selain itu hasil dari The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang dilakukan terhadap siswa SMP kelas dua di Indonesia terhadap nilai rata-rata matematika yang dicapai hanya 397 jauh di bawah rata-rata internasional TIMSS yang mencapai 500 (TIMSS, 2008). Nilai yang dicapai siswa-siswa Indonesia ternyata juga lebih rendah apabila dibandingkan dengan beberapa negara lain di kawasan Asia seperti Taiwan, Korea Selatan, Singapura, Jepang dan Malaysia dengan nilai rata-rata berturut-trut 598, 597, 593, 570, dan 474. Data ini menunjukkan bahwa peserta TIMSS kita secara umum kurang memuaskan, hal ini disebabkan peserta kita hanya mampu menyelesaikan soal-soal rutin dan kurang mampu menjawab (menyelesaikan) masalah aplikasi dalam matematika yang memerlukan kemampuan pemecahan masalah.

Hal ini diperkuat oleh Sundayana (2013:2) yang menyatakan bahwa masih banyak siswa yang merasakan matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan, bahkan momok yang menakutkan, dan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa juga terlihat dari hasil tes awal yang diberikan kepada siswa kelas V SD Negeri 064036 Medan.

Gambar. 1.1 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

(18)

6

pemecahan masalah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban siswa seperti berikut:

Gambar. 1.2. Jawaban Siswa 1

Indikator kemampuan pemecahan masalah yang harus dimiliki siswa adalah (1) memahami masalah, (2) merencanakan strategi pemecahan masalah, (3) menerapkan dan menyelesaikan masalah, dan (4) memeriksa kembali jawaban. Sedangkan pada Gambar 1.2. Siswa mampu memahami masalah. Namun siswa belum dapat merencanakan strategi dan memecahkan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan tepat, karena siswa menuliskan rumus p x l tapi tidak jelas rumus tersebut untuk luas dan keliling. Sehingga penyelesaian yang kedua tidak sesuai antara rumus dan hasilnya. Selain itu untuk satuan luas seharusnya m2

. Dan siswa tidak dapat memeriksa kembali jawaban dengan menyimpulkan jawaban dalam bentuk solusi masalah awal.

Siswa sudah memahami masalah

Siswa tidak dapat merencanakan dan memecahkan masalah

Siswa tidak memeriksa kembali jawaban

(19)

7

Gambar. 1.3. Jawaban Siswa 2

Berdasarkan Gambar 1.3. diatas indikator yang belum dicapai siswa mulai dari memamhami masalah, karena siswa tersebut tidak membuat apa yang diketahui dan ditanya. Selain itu siswa tidak membuat strategi pemecahan masalah, karena siswa tidak menuliskan rumus luas dan keliling persegi panjang. Siswa dapat menyelesaikan masalah tersebut hal itu terlihat jawaban yang ditulis sudah benar walaupun satuan luasnya tidak ditulis.

Dengan demikian dapat terlihat bahwa siswa kelas V SD Negeri 064036 Medan memiliki kemampuan pemecahan masalah yang masih rendah. Selain rendahnya kemampuan memecahkan masalah matematik, banyak siswa yang kurang yakin atau percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya. Sehingga, banyak siswa yang menyontek jawaban temannya. Walaupun jawaban temannya tersebut belum tentu benar. Dan akhirnya jawaban siswa dalam satu kelas tersebut hampir sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Marlina, dkk (2014:36) ada beberapa diantaranya adalah:

(1) Kesulitan mengkomunikasikan ide-ide kedalam bahasa matematika pada saat diberikan soal-soal yang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. (2) Keyakinan siswa terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam memberikan alasan-alasan, mengajukan pertanyaan dan menyelesaikan permasalahan matematika masih kurang. (3) Siswa memandang matematika sebagai mata pelajaran yang membosankan, monoton, dan menakutkan.

Siswa tidak memeriksa kembali jawaban

(20)

8

Keyakinan siswa terhadap kemampuam yang dimilikinya merupakan hal yang penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Keyakinan siswa ( self-efficacy) seseorang sangatlah perlu untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan melalui kepercayaan diri yang kuat, seorang siswa akan mempunyai kemampuan yang kuat untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Hal ini sesuai dengan Bandura (dalam Widarnati & Aisah, 2012:113) penilaian seseorang mengenai seberapa besar kemampuannya dalam menghadapi suatu situasi inilah yang disebut dengan self efficacy.

Menurut Somakim (2010:24) :

“Self efficacy matematik adalah kepercayaan diri terhadap: kemampuan merepresentasikan dan menyelesaikan masalah matematika, cara belajar/bekerja dalam memahami konsep dan menyelesaikan tugas, dan kemampuan berkomunikasi matematika dengan teman sebaya dan pengajar selama pembelajaran. Kemampuan tersebut diukur berdasarkan level (tingkat kesulitan masalah). strength (ketahanan) dalam menyelesaikan masalah, generality (keluasan) bidang masalah yang diberikan”

Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud self efficacy matematik pada penelitian ini adalah kepercayaan diri terhadap; kemampuan meyelesaikan masalah matematik, diukur berdasarkan level (tingkat kesulitan masalah). strength (ketahanan) dalam menyelesaikan masalah, generality (keluasan) bidang masalah yang diberikan.

(21)

9

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan matematik siswa khusunya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

Salah satu yang dapat mempengaruhi self-efficacy adalah keberhasilan atau kegagalan yang dialami siswa dapat dipandang sebagai suatu pengalaman belajar. Pengalaman belajar ini akan menghasilkan self-efficacy siswa dalam menyelesaikan permasalahan sehingga kemampuan belajarnya akan meningkat, diperlukan self-efficacy yang positif dalam pembelajaran agar siswa dapat mencapai tujuan pelajarannya dan mencapai prestasi belajar yang maksimal.

Individu dengan self efficacy tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (dalam Zubaidah, 2013:7) menyatakan bahwa, “Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Individu ini akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang ia alami.

(22)

10

kurangnya usaha dan bergantung pada bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas matematika. Mereka mengaku bahwa mereka membutuhkan bantuan orang lain untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas di sekolah”.

Hal tersebut diperkuat berdasarkan observasi awal di kelas V SD Negeri 064036 Medan. Hal lain yang menunjukkan kemampuan self efficacy matematika rendah terlihat ketika para siswa diberikan sebuah masalah, maka sebagian besar siswa tersebut mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui cara menyelesaikannya. Selain itu sebagian siswa bertanya tentang rumus apa yang digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut, angka-angka yang terdapat dalam masalah tersebut dikali atau dibagi, dan sebagainya. Sebagian besar siswa tidak memiliki kepercayaan diri untuk menjawab masalah tersebut, sehingga mereka banyak yang tidak mampu menyelesaikannya.

Hal tersebut sesuai dengan data yang peneliti peroleh dari pemberian angket kemampuan self–efficacy berupa skala angket tertutup yang berisikan 10 butir pernyataan dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) kepada siswa kelas V SD Negeri 064036 Medan yang berjumlah 28 siswa pada Desember 2015. Pada tabel 1.1 berikut ini akan disajikan hasil angket kemampuan self efficacy siswa yang menjawab angket tersebut pada tujuh pertanyaan yang diberikan, yaitu:

Tabel 1.1 Hasil Angket Kemampuan Self efficacy Siswa

No Pernyataan PendapatAnda

SS S TS STS 1 Waktu kosong saya manfaatkan untuk membaca

beberapa buku 5 11 10 2

2 Soal matematika yang sulit membuat saya tidak

(23)

11

saya menemui jalan buntu, saya malas untuk mencobanya kembali.

4 Saya akan menyelesaikan soal-soal yang ada di

buku karena kemauan saya sendiri 7 10 6 5 5 Saya tidak tertarik mendengarkan penjelasan dari

guru di depan kelas 2 8 10 8 6 Saya memilih soal matematika yang menurut

saya mudah untuk dikerjakan, sedangkan yang

sulit saya abaikan 8 12 5 3 7 Saya akan mempelajari materi yang akan

dipelajari besok disekolah 2 8 10 8 8 Ketika ada tugas rumah, saya lebih memilih

mencontek tugas kawan saya 1 16 10 1 9 Saya sering tidak mengerjakan tugas yang

diberikan guru, baik tugas di kelas maupun di

rumah 0 8 13 7

10 Saya tidak berharap menjadi juara kelas 0 5 16 7

(24)

12

besok yang akan dipelajari di sekolah.. Hal ini semua mengindikasikan kemampuan self efficacy siswa rendah.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik dan self efficacy karena banyak siswa yang menganggap matematika sulit dipelajari dan karekteristik matematika yang bersifat abstrak sehingga siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang menakutkan dan membosankan.

Selain itu proses belajar mengajar hampir selalu didominasi dengan metode ceramah, guru menjadi pusat dari seluruh kegiatan di kelas. Siswa mendengarkan, meniru atau mencontoh dengan persis sama cara yang diberikan guru tanpa inisiatif. Siswa tidak didorong mengoptimalkan dirinya, mengembangkan kemampuan berpikirnya maupun aktivitasnya. Sehingga proses pembelajaran tidak merangsang peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematik siswa, konsekuensinya bila mereka diberikan soal atau masalah yang berbeda, maka mereka mengalamai kesulitan dalam menyelesaikannya.

(25)

13

bahwa kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapain kompetensi.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah melalui pemilihan model pembelajaran yang dapat lebih melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Lie (2010:57),

“Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka untuk mencintai proses mengajar dan mencintai satu sama lain. Dalam suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan pengisolasian siswa, sikap dan hubungan yang negatif akan terbentuk dan mematikan semangat siswa. Suasana seperti ini akan menghambat pembentukan pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu pengajar perlu menciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga siswa bekerja sama secara gotong royong”.

Dengan demikian untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematik siswa dapat diterapkannya pembelajaran koopeatif. Salah satunya tipe Two Stay Two Stray atau dua tamu tinggal dua tamu. Munurut Kagan (Almiati, 2012:4), model pembelajaran Two Stay Two Stray merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :

(26)

14

2. Setelah selesai, dua orang dari masing- masing menjadi tamu kelompok lain.

3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu mereka.

4. Siswa yang menjadi tamu kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

Selain digunakannya pembelajaran kooperatif tipe TSTS dalam pembelajaran, akan lebih baik lagi jika siswa dibantu dengan suatu media pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran, tentunya akan lebih memudahkan siswa dalam proses penemuannya. Selain itu media pembelajaran akan mempermudah siswa melakukan investigasi dan berbagai eksperimen. Salah satu media yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran matematika adalah media komputer yang memanfaatkan software atau aplikasi untuk mendukung pembelaajran matematika. Penggunaan media komputer termasuk software atau aplikasi yang berkaitan dengan matematika akan memberikan banyak kemudahan dan meningkatkan pemahaman siswa serta kualitas pembelajaran matematika.

Sebagaimana telah ditetapkan dalam prinsip pembelajaran matematika sekolah (NCTM, 2000 : 11) Technology is essential in teaching and learning mathematics; it influences the mathematics that is taught and enhances students’

(27)

15

siswa dalam belajar materi yang bersifat abstrak. Selain itu juga dapat melatih kemampuan berpikir siswa.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan teknologi dalam pembelajaran akan sangat membantu dan mempermudah siswa dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematik siswa khususnya pemahaman konsep dan representasi matematik siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat berbagai macam software atau aplikasi komputer yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika. Penggunaan software – software tersebut dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep geometri yang bersifat abstak, karena dengan digunakannya software tersebut dapat merepresentasikan bangun geometri yang bersifat abstrak, salah satunya adalah bangun datar segi empat yang dipelajari pada sekolah dasar.

(28)

16

dapat juga digunakan untuk eksplorasi, baik untuk ditayangkan oleh guru di depan kelas atau siswa bereksplorasi menggunakan komputer sendiri.

Berdasarkan penjelasan uraian di atas, maka diharapkan kemampuan pemahaman pemecahan masalah matematik dan self efficacy siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray berbantuan software Geogebra pada siswa SD. Oleh karena itu pada penelitian ini berjudul, “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Self Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Berbantuan Geogebra di SD Negeri 064036 Medan”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah

2. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih rendah. 3. Self efficacy siswa masih rendah

4. Pembelajaran masih berpusat pada guru.

5. Kurangnya penggunaan media komputer dan software matematika dalam pembelajaran matematika.

(29)

17

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian ini lebih fokus untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe TSTS berbantuan Geogebra untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik dan self efficacy siswa .

1.4. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray berbantuan Geogebra lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan self efficacy siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray berbantuan Geogebra lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana proses penyelesaian masalah matematik (proses jawaban) siswa terkait kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray berbantuan Geogebra dan pembelajaran konvensional?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diuraikan tujuan penelitian, yaitu:

(30)

18

two stray berbantuan Geogebra lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui peningkatan self efficacy siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray berbantuan Geogebra lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui proses penyelesaian masalah matematik (proses jawaban) siswa terkait kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray berbantuan Geogebra dan pembelajaran konvensional.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya merancang pendekatan pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan matematika lainnya yang sesuai dengan kompetensi dan tujuan yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik dan self efficacy siswa.

2. Bagi siswa, diharapkan dapat menumbuh kembangkan atau meningkatkan kemampuan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik dan self efficacy siswa.

(31)

19

4. Bagi para pengambil kebijakan pendidikan, dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan dalam meningkatkan kemampuan kompetensi dasar matematika siswa pada umumnya.

1.7. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu ada penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini beberapa konsep istilah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematik adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah matematika yang memuat indikator kemampuan pemecahan masalah yaitu: (1) memahami masalah; (2) merencanakan pemecahan masalah yang tepat; (3) Menerapkan strategi dan memecahkan masalah; (4) Memeriksa kembali jawaban.

2. Self-Efficacy adalah sebuah keyakinan pada diri sendiri terhadap kemampuan yang dimilikinya. Adapun indikator self efficacy siswa: (1) Keyakinan untuk dapat memecahkan beragam permasalahan, (2) Keyakinan untuk dapat menyelesaikan masalah berkaitan dengan orang lain, (3) Kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan solusi yang benar.

(32)

20

membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu mereka. (4) siswa yang menjadi tamu kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

4. Software GeoGebra merupakan program komputer yang bersifat dinamis dan interaktif untuk mendukung pembelajaran dan penyelesaian persoalan khususnya geometri, aljabar dan kalkulus. Software ini sangat membantu guru dalam mengajarkan siswa, sehingga siswa lebih mudah mempelajari dan memahami materi.

5. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dalam bentuk masalah. Peningkatan ini dilihat dari selisih tes kemampuan siswa sebelum dilaksanakannya pembelajaran (pretes) dan hasil tes kemampuan siswa setelah dilaksanakanya pembelajaran (postes) dibagi selisih skor ideal dengan hasil pretes.

6. Peningkatan self efficacy siswa adalah peningkatan keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari meningkatnya keyakinan siswa dalam memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru dan siswa bertambah percaya diri selama proses pembelajaran. Hal ini dapat diukur dengan melihat hasil angket yang diberikan sebelum dan sesudah dilaksanakannya proses pembelajaran. 7. Proses penyelesaian jawaban siswa adalah serangkaian jawaban yang

(33)

21

(34)

134

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray berbantuan Geogebra dan pembelajaran konvensional terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematik dan self efficacy siswa SD. Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray berbantuan Geogebra yaitu sebesar 0,679 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor n-gain kemampuan pemecahan masalah siswa yang diberi pembelajaran konvensional yaitu sebesar 0,422..

2. Pada kelas eksperimen indikator yang paling tinggi peningkatannya adalah indikator 4 yaitu memeriksa kembali yaitu dengan menyimpulkan jawaban ke dalam masalah awal. Sedangkan pada kelas kontrol yang paling tingi peningkatannya adalah indikator 2 yaitu memilih strategi pemecahan masalah matematik. Pada indikator 2, peningkatan pada kelas kontrol lebih besar daripada kelas eksperimen.

(35)

135

3. Peningkatan self-efficacy siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray berbantuan Geogebra sebesar 0,608 lebih tinggi dibandingkan dengan

rata-rata skor n-gain kemampuan self-efficacy siswa yang diberi pembelajaran konvensional yaitu sebesar 0,486.

4. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran koopeartif tipe two stay two stray berbantuan Geogebra jawabannya lebih lengkap dan tepat dibandingkan proses jawaban siswa pada pembelajaran konvensional. Hal ini dapat ditemukan dari hasil proses jawaban siswa pada kedua kelas tersebut. Secara klasikal siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray berbantuan Geogebra dapat dikatakan memiliki kemampuan yang kompeten dalam hal memecahkan masalah. Siswa telah mampu memberikan langkah penyelesaian jawaban yang lengkap dan tepat, walaupun masih dijumpai beberapa siswa memberikan jawaban dengan langkah yang kurang tepat. Sedangkan pada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional masih banyak ditemukan langkah penyelesaian jawaban yang kurang lengkap dan tepat.

5.2 Implikasi

(36)

136

1. Dari aspek yang diukur, berdasarkan temuan dilapangan terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih belum memuaskan. Hal ini disebabkan siswa terbiasa dengan selalu memperoleh soal-soal yang langsung menerapkan rumus-rumus yang ada dibuku, sehingga siswa mengalami kesulitan ketika diminta untuk memecahkan masalah yang berbeda dari contoh soal yang ada di buku.

2. Metode pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray berbantuan GeoGebra dapat diterapkan untuk meningkatkan self efficacy siswa yang memiliki kemampuan awal matematika (KAM) tinggi, sedang dan rendah, walaupun dengan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray berbantuan GeoGebra memberikan keuntungan yang lebih besar pada siwa dengan kemampuan awal tinggi.

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian yang telah diuraikan, selanjutnya berkaitan dengan hal itu berikut ini diberikan beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap penggunaan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray berbantuan GeoGebra dalam proses pembelajaran matematika khususnya. Sarannya adalah sebagai berikut :

(37)

137

2. Suasana kelas yang agak ribut ketika proses diskusi kelompok membuat terganggunya aktivitas belajar siswa lainnya. Disarankan guru lebih aktif berkeliling kelas dan memberikan teguran atau peringatan kepada siswa yang tidak mengikuti proses pembelajaran dengan serius.

3. Penelitian ini hanya terbatas pada materi trapesium dan layang-layang. Diharapkan pada penelitian lainnya untuk mengembangkan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray berbantuan GeoGebra pada materi lainnya 4. Bagi peneliti selanjutnya agar bisa menelaah kekurangan atau kelemahan dari

(38)

138

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., 2012, “Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar”, Jakarta: Rineka Cipta.

Almiati. 2012. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Siswa Smk Negeri 8 Semarang Dalam Materi Integral. Jurnal Online

Ansari, I.B. 2012. “Komunikasi Matematik Konsep dan Politik, Suatu Perbandingan:

Konsep dan Aplikasi”. Banda Aceh: Yayasan Pena

Arikunto,S. 2012. “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2”. Jakarta: Bumi Aksara

Aton, I. 2006. “Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Siswa Sma”. Tesis Tidak Diterbitkan. UPI.

Bandura, A, 1994. Exercise of Personal and Collective Efficacy in Changing Societies. Dalam Albert Bandura (Ed.), Self Efficacy in Changing Societies. (hlm. 1-30). Australia: Cambridge University Press.

BSNP, 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. “Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Lanjutan Tingkat”. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dhita, S.A. 2013. Hubungan Persepsi Siswa atas Dukungan Sosial Guru dengan

Self-Efficacy Pelajaran Matematika pada Siswa SMA Negeri 14 Surabaya. Jurnal

Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013

Hairida & Astuti, M.W. 2012. “ Self Efficacy dan Prestasi Belajar Siswa dalam

Pelajaran IPA-Kimia”. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 3 No.1. Januari 2012.

Harahap, N. 2015. “Perbedaan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Komunikasi Matematik Siswa Sma Negeri 1 Sosa Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (Ttw) Dengan Model Pembelajaran

(39)

139

Hohenwarter, M. & Fuchs, K. (2004). Combination of Dynamic Geometry, Algebra, and Calculus in the Software System Geogebra. Tersedia: www.geogebra.org/publications/pecs_2004.pdf.

Hudojo, H. 2005. ”Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika”. Malang: Universitas Negeri Malang.

Istarani & Ridwan, M. 2015. “50 Tipe, Strategi dan Teknik Pembelajaran Kooperatif”. Medan : CV. ISCOM Medan.

Jaya, I. 2010. Statistik Penelitian untuk Pendidikan. Bandung: Cipta Pustaka Media

Perintis

Lie, A. 2010. “Cooperative Learning” Jakarta: Grasindo.

Lubis, S.D. 2015. “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah”. Medan : Tesis tidak diterbitkan. Fakultas Pasca Sarjan Unimed

Marlina & Ikhsan, M. & Yusrizal. 2014. “Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Self-Efficacy Siswa SMP dengan Menggunakan Pendekatan Diskriftif”. Jurnal Didaktik Matematika ISSN : 2355-4185. Magister Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Matematika FMIPA UNY

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. “Principles and Standards for School Mathematics.” Reston. VA: NCTM.

PISA 2012. 2013. Result in Focus, What 15-year-olds know and what they can do with what they know. OECD, Programme for International Student Assesment.

Ramadhani. 2015. “Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Dan Self Efficacy Antara Siswa Yang Mendapat Pembelajaran

Penemuan Terbimbing Berbantuan Geogebra Dengan Tanpa Geogebra”. Medan : Tesis tidak diterbitkan. Fakultas Pasca Sarjan Unimed.

(40)

140

Ruseffendi, E.T. 1991. ”Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya”. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sadewi, A.I. & Sugiharto, DYP. & Nusantoro, E. 2012. ”Meningkatkan Self-Efficacy Pelajaran Matematika Melalui Layanan Penguasaan Konten Teknik Modeling Simbolik” . IJGC (Indonesian Journal of Guidance and Counseling Theory and Application) 1 (2) (2012). Universitas Negeri Semarang.

Siagian, M. 2015. “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajarkan

Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperaif Two Stay Two Stray

dan Konvensional di Kelas X SMA Negeri 8 Medan”. Prosiding Seminar Nasioanl Pendidikan Matematika. ISBN 978-602-0888-52-1

Somakim. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self Efficacy Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan Penggunaan Pendekatan Mateatika Realistik. Disertasi Tidak Dipublikasikan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Bandung

Suherman, E.et Al 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung

: Jurusan Pendidikan Matematika UPI. JICA

Sundayana, R. 2013. Media Pembelajaran Matematika. Bandung : Alfabeta

Tansil , S & dkk. 2009. Reflected Appraisals dan Mathematic Academic Self-Efficacy

TIMSS 2011. 2012. TIMSS 2011 International Result and Mathematics. TIMSS dan PIRLS. International Study Centre. Lynch School of Education, Boston Collage.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – progresif. Jakarta: Kencana

Ulfa, F. 2010. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two

Stray terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa”. Skripsi tidak

diterbitakan. UIN Syarif Hidayatullah. Aceh

(41)

141

Widarnati, N.& Aisah, I. 2012. “Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Self Efficacy Pada Remaja Di Smu Negeri 9 Yogyakarta”. Jurnal Psikologi, No. 2, 112 – 123 ISSN : 0215 – 8884, Universitas Gajah Mada

Gambar

Gambar. 1.1 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Gambar. 1.2. Jawaban Siswa 1
Gambar. 1.3. Jawaban Siswa 2
Tabel 1.1  Hasil  Angket Kemampuan Self efficacy Siswa Pernyataan PendapatAnda

Referensi

Dokumen terkait

Orang tua membimbing siswa berlatih mengukur berat benda dengan menggunakan benda-benda yang ada di rumah dengan menggunakan alat ukur yang ada di rumah

Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa metode Kombinasi dari WF dan AMF lebih baik dalam memperbaiki kualitas citra yang memiliki noise asli dan impulse noise

Dengan demikian ciri dari pertanyaan atau penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah: (1) ada tantangan dalam materi tugas atau soal, (2) masalah tidak dapat diselesaikan

Maka dari itu, penulis mengusulkan untuk membuat sistem yang dapat memonitoring jalannya proyek konstruksi berdasarkan rencana pekerjaan yang telah dibuat pada

[r]

Hambatan siswa dalam memecahkan masalah matematis yaitu, siswa belum.. memahami masalah dengan baik, tidak dapat membuat rencana/

ƒ Bagaimanakah aspek rasional ( sumber daya, informasi, orientasi tujuan) dalam mempengaruhi efektivitas pengimplementasian anggaran berbasis

Promoting the Utilization of Performance Measures in Public Organizations, An Empirical Study of Faktor Affecting Adaptation and Implementation, Public Administration Review,